Aktivitas antioksidan isolat E.wentii dan G. coronopifolia berturut-turut .... Hasil uji
aktivitas antioksidan pada faksi-fraksi hasil kromatografi kolom. Gmbar 1.
KAJIAN SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA RUMPUT LAUT DARI PANTAI SEKITAR BALI I Made Dira Swantara, I Made Oka Adi Parwata Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Udayana E-mail:
[email protected] ABSTRACT Telah dikaji senyawa antioksidan ekstrak dua spesies rumput laut (seaweed) yaitu Exophylum wentii dan Gracilaria coronopifolia Pengkajian meliputi isolasi dan identifikasi senyawa yang terkandung dalam isolat yang aktif bersifat antioksidan. Ekstraksi kedua spesies rumput laut tersebut menggunakan cara maserasi dengan etanol. Pemisahan dan pemurnian metabolitnya dilakukan dengan cara partisi cair-cair menggunakan pelarut petroleum bensen, kloroform dan etil asetat serta dengan metode kromatografi kolom menggunakan fase diam silikagel. Isolat aktif hasil pemurnian kedua sampel tersebut menunjukkan aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan isolat E.wentii dan G. coronopifolia berturut-turut sebesar 90,09 % dan 90.72 % pada menit ke-60. Hasil identifikasi isolat aktif tersebut menggunakan paduan kromatografi gas spektroskopi massa, pada isolat E. wenti teridentifikasi enam senyawa yaitu 6,10,14-Trimetil-2-pentadekanon; Etil heksadekanoat; Asam heksadekanoat; Bis 2-etilheksil1,2-benzendikarboksilat;Kolesta-4,6-diene-3β-ol; dan Kolest-5-ene-3β-ol (kolesterol). Sedangkan pada G. coronopifolia teridentifikasi enam senyawa juga yaitu 1-Nonadekena; Asam heksadekanoat; Asam 9-oktadekanoat; Kolest-4,6-dien-3-ol; Kolest-5-en-3βol (kolesterol); dan Kolest-4-en-3-one. Kata kunci: antioksidan; Exophylum wentii; Gracilaria coronopifolia PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berubahnya pola hidup masyarakat berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif (Hernani, 2005). Masyarakat di daerah yang banyak mengkonsumsi protein, lemak, gula dan garam, ternyata lebih banyak ditemukan penderita penyakit degeneratif dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, serat, dan vitamin (Ardiansyah, 2007). Pola makan yang tidak benar tersebut menyebabkan terbentuknya radikal bebas (oksidan) dalam tubuh. Oksidan ini akan menjadi racun bagi tubuh yang selanjutnya merusak fungsi sel tubuh dan dapat mengakibatkan penyakit degeneratif (Hernani, 2005). Secara alami, tubuh mempunyai benteng yang dapat mencegah serangan radikal bebas yang disebut anti radikal bebas
(antioksidan). Kegunaan utama antioksidan adalah untuk menghentikan atau memutus reaksi berantai dari radikal bebas yang terdapat dalam tubuh (Hernani, 2005). Senyawa sintetis antioksidan yang cukup dikenal adalah butylatedhydroxytoluena (BHT) dan butylatedhydroxyanysole (BHA) yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan dan minuman. Namun, beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa antioksidan tersebut mempunyai efek samping yang tidak diinginkan yaitu berpotensi sebagai karsinogen terhadap efek reproduksi dan metabolisme (Hernani, 2005). Oleh karena itu, senyawa antioksidan alami baru harus terus dicari atau setidaknya diperbaharui agar mampu meredam radikal bebas yang menggerogoti tubuh manusia. Untuk memenuhi hal tersebut pencarian senyawa antioksidan alami diarahkan kepada sumber daya alam laut terutama rumput laut (seaweed) yang memang sangat melimpah di Indonesia. Rumput laut (seaweeds) merupakan salah satu bahan pangan yang telah banyak digunakan sebagai bahan pembuatan suplemen kesehatan. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap yaitu vitamin, mineral, asam amino, dan enzim. Senyawa tersebut sangat potensial sebagai antioksidan yang berperan dalam penyembuhan dan peremajaan kulit. Vitamin A (β-karoten) dan vitamin C (asam askorbat) bekerja sama dalam memelihara kolagen (Anonim, 2008). Beberapa laporan penelitian tentang senyawa antioksidan yang berasal dari rumput laut, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lowlor dan O’Brien (1995). Dia melaporkan bahwa astasantin (suatu pigmen pada rumput laut) memiliki daya antioksidan 1000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin E. Seo et al. (2006) melaporkan bahwa dia telah mengisolasi dua senyawa dari ganggang coklat Saragassum thunbergii, yaitu asam 9-(3,4-dihidro-2,8dimetil-6-hidroksi-2H-1-benzopiran-2-yl)-6-metil-2(4-metil-3-pentenil)-(2E,6E)-nonadienoat dan asam 1D-(2,3-dihidro-5-hidroksi-7-metil-1-benzofuran2-yl)-10-hidroksi-6-metil-2-(4-metil-3pentenil) -(2E,6E)-undekadienoat. Kedua senyawa tersebut terbukti sangat efektif meredam radikalbebas. Menurut Vijayavel et al. (2007), ekstrak alkohol dari Chlorola
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
89
vulgaris mengandung senyawa naftalen yang terikat pada lemak mempunyai efek anti radikalbebas yang diujikan pada serum, liver, dan ginjal tikus. Sang Hyun et al. (2003) melaporkan aktifitas antioksidan fukosterol yang diisolasi dari rumput laut Pelvetia siliquosa yang diambil dari Korea. Menurut dia, isolat ini bukan hanya bersifat antioksidan tetapi mempunyai aktivitas hepatoprotective. Miranda et al. (1998) melaporkan aktivitas antioksidan mikro alga Spirulina maxima. Ekstrak Spirulina maxima mengandung asam fenolat, β-karoten, dan tokoferol yang mempunyai sifat antioksidan yang diujikan pada sistem in vitro dan in vivo. Sifat antioksidan empat jenis alga yang dapat dimakan diambil dari Noto Peninsula Jepang dilaporkan oleh Kuda et al. (2005). Dalam laporannya disebutkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol dari tiga alga coklat yaitu Scytosiphon lomentoria, Papenfussilla kumoro, dan Nemacystus decipiens serta satu spesies ganggang merah yaitu Porphyra sp menunjukkan bahwa dalam ekstrak air terdeteksi adanya senyawa fenol berkisar 2,2 - 9,4 mg untuk 1000 gram sampel kering dan menunjukkan sifat antioksidan yang kuat. Sedangkan ekstrak etanol tidak menunjukkan aktivitas antioksidan. Spesies rumput laut di Indonesia sangat beragam memberikan kemungkinan yang besar bagi kita untuk memperoleh senyawa antioksidan baru yang lebih baik walaupun banyak biota laut dan produknya yang sudah diteliti sifat antioksidannya. Rumput laut yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tumbuh di Pantai Padangbay (Karangasem) adalah Exophyllum wentii Weber van-Bosse dan yang tumbuh di pantai Serangan (Denpasar) adalah Gracilaria coronopifolia J. Agardh. Hasil uji pendahuluan pada ekstrak etanol dari kedua alga tersebut menunjukkan bahwa peredaman oksidan E. wentii dan G. Coronopifolia berturut-turut sebesar 98,03% dan 94,72%. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium yang bersifat eksporatif, dengan tahapan sebagai berikut: preparasi sampel; ekstraksi dan partisi metabolit; pemisahan dan pemurnian; identifikasi isolat aktif. Setiap tahap penelitian dipantau dengan uji aktivitas antioksidan. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi: evaporator vakum; Spektrometer UV-Vis; seperangkat alat kromatografi lapis tipis; kromatografi kolom; kromatografingas – spectrometer massa : GCMS-QP2010S SHIMADZU; Rastek RXi-5MS column: panjang 30 meter; diameter dalam: 0,25 mm; Gas pembawa: Helium; Tipe ionisasi: EI, 70 Ev. Kondisi kolom: Temperatur oven: 60.0°C; Temperatur injektor: 300.00°C; Mode injector: Splitless; Waktu sampling: 90
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
1.00 menit; Mode control tekanan aliran; Tekanan: 10.9 kPa; Total aliran: 80.0 mL/min; Aliran kolom: 0.50 mL/ min; Velositas linier: 25.8 cm/det; Rasio celah: 153.0. Preparasi sampel Alga Exophylum wentii dan Gracilaria coronopifolia dibersihkan dari pengotornya dan dicuci dengan air tawar sampai bersih. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dikeringkan ditempat teduh tanpa kena sinar matahari langsung. Setelah kering, lalu digiling sampai halus. Ekstraksi dan partisi Sampel yang telah kering dan digiling halus dimaserasi dengan etanol 70%. Ekstrak etanol dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak kasar (crude extrak). Selanjutnya ekstrak kasar ini dipartisi berturut-turut ke dalam petroleum benzen, kloroform dan etil asetat. Masing-masing ekstrak dievaporasi sehingga menghasilkan ekstrak kasar petroleum benzen (EP) ekstrak kasar kloroform (EK), dan ekstrak kasar etil asetat (EE). Terhadap ketiga ekstrak ini dilakukan uji aktivitas antioksidan. Ekstrak yang menunjukkan aktivitas paling kuat selanjutnya di pisahkan menggunakan kromatografi kolom sehingga diperoleh beberapa fraksi. Terhadap fraksi-fraksi tersebut dilakukan uji aktivitas antioksidan sehingga diperoleh fraksi paling aktif bersifat antioksidan. Selanjutnya, terhadap fraksi yang paling aktif ini dilakukan pemurnian sehingga diperoleh isolat aktif dan relatif murni. Isolat ini di identifikasi menggunakan kromatografi gas spektrometer massa. HASIL DAN PEMBAHASAN Exophyllum wentii Ekstraksi Ekstraksi kurang lebih 1500 gram serbuk sampel dengan etanol 70% menghasilkan 27,20 gram ekstrak kasar etanol. Uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar etanol ini menghasilkan aktivitas antioksidan sebesar 74,22% pada menit ke 5 dan 98,03% pada menit ke 60. Suatu bahan dikatakan aktif sebagai antioksidan jika memiliki persentase lebih besar atau sama dengan 50% (Djatmiko, 1998). Partisi Masing-masing ekstrak hasil partisi yang diperoleh dikumpulkan dan dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak petroleum benzen (EP) sebanyak 3,15 gram, ekstrak kloroform (EK) sebanyak 1,77 gram, ekstrak etil asetat (EE) sebanyak 0,84 gram. Besarnya aktivitas antioksidan pada ketiga ekstrak di atas diperlihatkan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji antioksidan beberapa ekstrak hasil partisi Ekstrak Petroleum benzene Kloroform Etil asetat
Waktu (menit ke) 5 60 5 60 5 60
Berdasarkan hasil uji aktivitas di atas menunjukkan bahwa ekstrak petroleum benzen, kloroform, dan etil asetat bersifat sebagai antioksidan. Namun, ekstrak kloroform memiliki persentase paling besar pada menit ke-60 yaitu sebesar 97,09%. Oleh karena itu, ekstrak kloroform dipisahkan dan dimurnikan. Pemisahan dan Pemurnian Pemisahan dan pemurnian komponen yang terkandung pada ekstrak kloroform digunakan
% Antioksidan 57,96 60,61 54,66 97,09 35,24 56,49
kromatografi kolom. Kolom yang digunakan memiliki panjang 40 cm dan diameter 2,5 cm. Pemisahan dengan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 (70-230 mesh ASTM) dengan eluen campuran n-heksan : etil asetat (1:1). Pemisahan komponen-komponen ekstrak kloroform dengan kromatografi kolom menghasilkan empat fraksi (A, B, C, dan D). Keempat fraksi ini selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya, dengan hasil seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antioksidan pada faksi-fraksi hasil kromatografi kolom Fraksi A B C D
Waktu (menit ke) 5 60 5 60 5 60 5 60
% Antioksidan 36,48 90,09 39,74 84,82 39,30 80,44 38,43 81,32
Berdasarkan hasil uji aktivitas di atas menunjukkan bahwa keempat fraksi bersifat aktif sebagai antioksidan, tetapi fraksi A memiliki persentase antioksidan yang paling tinggi yaitu pada menit ke-60 yaitu sebesar 90,09 %. Oleh karena itu, fraksi A selanjutnya dianalisis senyawanya menggunakan paduan kromatografi gas spectrometer massa. Identifikasi isolat aktif Fraksi A diperoleh berupa padatan berwarna kuning seberat 0,12 gram. Kromatogram gas fraksi A seperti ditunjukkan pada Gambar 1, memperlihatkan adanya enam puncak dengan waktu retensi, tR (menit) dan kelimpahan (%) berturut-turut sebagai berikut: puncak 1 (22,152 menit; 2,52%); puncak 2 (25,481 menit; 27,31%); puncak 3 (26,332 menit; 29,06%); puncak 4 (35,642 menit; 11,10%); puncak 5 (40,889 menit; 11,64%); dan puncak 6 (46,345 menit; 18,37%). Dengan demikian fraksi A diduga mengandung enam senyawa.
Gmbar 1. Kromatogram gas fraksi A
A. Identifikasi senyawa pada puncak 1 (22,152 menit ; 2,52%) Spektrum massa senyawa pada puncak 1 identik dengan spektrum massa senyawa 6,10,14-trimetil2-pentadekanon. Pola pemenggalan dari spektrum massa senyawa pada puncak 1 menunjukkan adanya pelepasan gugus H2O pada rantai keton yaitu pada The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
91
m/z 250. Seperti pada alkohol dan ester, pemenggalan terjadi pada C-C di sebelah atom oksigen sehingga pemenggalan ini akan menghasilkan puncak dasar pada m/z 43 atau 71 (Silverstein, 1997), dimana pada senyawa ini puncak dasarnya pada m/z 43. Selain itu terlihat juga adanya pemenggalan 14 satuan massa atom (sma) pada m/z 179 sampai dengan m/z 137 mengindikasikan pelepasan gugus metilen (M+-14) secara berurutan yang merupakan ciri khas dari senyawa hidrokarbon jenuh (Silverstein, 1997). Berdasarkan pola pemenggalan seperti di atas dapat diindikasikan bahwa senyawa pada puncak 1 identik dengan 6,10,14-trimetil-2-pentadekanon (C18H36O) yang strukturnya ditunjukkan pada Gambar 2 (Willey7.Lib, 1998).
O
C. Identifikasi senyawa pada puncak 3 tR 26,332 menit (29,06%) Spektrum massa senyawa pada puncak 3 identik dengan spektrum massa senyawa asam heksadekanoat. Pola pemenggalan spektrum massa senyawa pada puncak 3 menunjukkan adanya penggalan pada m/z 227 yang merupakan pelepasan gugus etil (M+-C2H5). Selain itu terlihat juga adanya penggalan pada m/z 213 sampai dengan m/z 73 yang berselisih 14 satuan massa atom (sma) yang mengindikasikan pelepasan gugus metilen (M+-14) secara berurutan yang merupakan ciri khas dari senyawa hidrokarbon jenuh. Pemenggalan pada m/z 60 merupakan penataan ulang Mc-Lafferty (Silverstein, 1997). Berdasarkan data di atas diindikasikan senyawa pada puncak 3, identik dengan asam heksadekanoat (C16H32O2) dengan struktur seperti Gambar 4 (Willey7 Lib, 1998).
Gambar 4. Struktur molekul asam heksadekanoat
Gambar
2. Struktur molekul 6,10,14-trimetil-2pentadekanon
B. Identifikasi senyawa pada puncak 2 (25,481 menit; 27,31%) Spektrum massa senyawa pada puncak 2 dan spektrum massa senyawa yang identik (Willey7.Lib, 1998) yaitu etil heksadekanoat. Pola pemenggalan spektrum massa senyawa pada puncak 2 menunjukkan adanya penggalan pada m/z 255 yang merupakan pelepasan gugus etil (M+-C2H5). Selain itu terlihat juga adanya pemenggalan gugus metilen (M-14) pada m/z 241 sampai m/z 101 secara berurutan yang merupakan ciri khas dari senyawa hidrokarbon jenuh. Adanya pemenggalan pada m/z 88 merupakan penataan ulang Mc-Lafferty (Silverstein, 1997).
D. Identifikasi senyawa pada puncak 4 tR 35,642 menit (11,10%) Spektrum massa senyawa pada puncak 4 dan spektrum massa senyawa yang identik (Willey7.Lib) yaitu bis 2-etilheksil-1,2-benzendikarboksilat. Pola pemenggalan dari spektrum massa senyawa pada puncak 4 menunjukkan dua kali pemenggalan gugus alkil pada rantai ester yaitu pada m/z 279 dan m/z 167. Pemenggalan pada gugus alkil ini merupakan ciri khas dari ester aromatik. Penggalan pada m/z 149 merupakan puncak kuat yang ada pada semua ester asam ftalat (Silverstein, 1997). Berdasarkan pemenggalan di atas, dapat diindikasikan bahwa senyawa pada puncak 4 identik dengan bis 2-etilheksil-1,2-benzendikarboksilat yang struktur molekulnya seperti Gambar 5.
Berdasarkan pemenggalan seperti di atas diindikasikan bahwa senyawa pada puncak 2 identik dengan etil heksadekanoat (C18H36O2) dengan struktur seperti Gambar 3 (Willey7 Lib, 1998). O
OH
O O
O O
Gambar 3 Struktur molekul etil heksadekanoat Gambar 5. Struktur molekul bis 2-etilheksil-1,2 benzendikarboksilat 92
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
E. Identifikasi senyawa pada puncak 5 tR 40,889 menit (11,64%) Spektrum massa senyawa pada puncak 5 identik dengan spektrum massa yang terdapat pada library (NIST62.LIB), yaitu senyawa kolesta-4,6-diene-3βol. Pola pemenggalan dari spektrum massa senyawa pada puncak 5 menunjukkan adanya satu kali pemenggalan H2O yaitu pada m/z 366 (M+- H2O) yang mengindikasikan senyawa sterol yang mengandung satu gugus 3β-hidroksi (Goad and Akihisa, 1997).
ikatan rangkap pada C-5 (Goad and Akihisa, 1997). Berdasarkan library (NIST12.LIB), senyawa turunan sterol dengan berat molekul 386 yang mengandung satu gugus hidroksil pada posisi 3β dan mempunyai ikatan rangkap pada posisi C-5, identik dengan kolest-5-ene-3β-ol (kolesterol) (C27H46O) dengan struktur molekul seperti Gambar 7 (Goad and Akihisa, 1997).
Berdasarkan library (NIST62.LIB), senyawa turunan steroid yang mengandung satu gugus hidroksil pada posisi 3β yang mempunyai spektrum massa yang mirip dengan senyawa pada puncak 5, identik dengan kolesta-4,6-diene-3β-ol (C27H44O). Struktur molekulnya ditampilkan pada Gambar 6. H
H
H
HO
Gambar
7. Struktur molekul kolest-5-ene-3β-ol (kolesterol)
Gracilaria coronopifolia Ekstraksi
Gambar 6. Kolesta-4,6-diene-3β-ol
F. Identifikasi senyawa pada puncak 6 tR 46,345 menit (18,37%) Spektrum massa senyawa pada puncak 6 identik dengan spektrum massa senyawa kolest-5-ene-3βol (kolesterol). Pola pemenggalan spektrum massa senyawa pada puncak 6 menunjukkan adanya satu kali pemenggalan H2O yaitu pada m/z 368 (M+-H2O) yang mengindikasikan senyawa sterol yang mengandung satu gugus 3β-hidroksi. Adanya penggalan pada m/z 275 (M+-111) dan m/z 301(M+85) pada umumnya mencirikan suatu sterol dengan
Sekitar 1500 gram serbuk sampel diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan etanol 70% menghasilkan 28,00 gram ekstrak kasar etanol. Uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar etanol ini menghasilkan aktivitas antioksidan sebesar 68,72% pada menit ke 5 dan pada menit ke-60 sebesar 94,72%. Partisi Masing-masing ekstrak hasil partisi yang diperoleh dikumpulkan dan dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak petroleum benzen (EP) sebanyak 6,87 gram, ekstrak kloroform (EK) sebanyak 2,42 gram, ekstrak etil asetat (EE) sebanyak 1,32 gram. Besarnya aktivitas antioksidan pada ketiga ekstrak di atas diperlihatkan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Aktivitas antioksidan beberapa ekstrak hasil partisi Sampel Ekstrak Petroleum benzene Ekstrak Kloroform Ekstrak Etil asetat
Waktu (menit) 5 60 5 60 5 60
(%) Antioksidan 48,67 55,84 90,71 95,24 45,13 54,11
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
93
Berdasarkan hasil uji aktivitas di atas menunjukkan bahwa ekstrak semua ekstrak bersifat sebagai antioksidan. Namun, ekstrak kloroform memiliki persentase paling besar pada menit ke60 yaitu sebesar 95,24%. Oleh karena itu, ekstrak kloroform dipisahkan dan dimurnikan. Pemisahan dan Pemurnian Pemisahan dan pemurnian komponen yang terkandung pada ekstrak kloroform digunakan
kromatografi kolom. Kolom yang digunakan memiliki panjang 40 cm dan diameter 2,5 cm. Pemisahan dengan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 (70-230 mesh ASTM) dengan eluen campuran kloroform:etil asetat (7:3). Pemisahan komponen-komponen ekstrak kloroform dengan kromatografi kolom menghasilkan lima fraksi (A, B, C, D, dan E). Kelima fraksi ini selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya, dengan hasil seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji aktivitas antioksidan pada faksi-fraksi hasil kromatografi kolom Fraksi A B C D E
Waktu (menit) 5 60 5 60 5 60 5 60 5 60
Berdasarkan hasil uji aktivitas di atas menunjukkan bahwa kelima fraksi bersifat aktif sebagai antioksidan, tetapi fraksi B memiliki persentase antioksidan yang paling tinggi yaitu pada menit ke-60 yaitu sebesar 90,72 %. Oleh karena itu, fraksi B selanjutnya dianalisis senyawanya menggunakan paduan kromatografi gas spectrometer massa. Identifikasi isolat aktif Isolat aktif, fraksi B yang diperoleh berupa padatan berwarna hijau kecoklatan seberat 0,34 gram. Kromatogram gas fraksi B terlihat seperti Gambar 8 di bawah ini, dan teridentifikasi enam puncak dengan waktu retensi dan kelimpahan (%) masing-masing: puncak 1: 21,019 menit, (14,6%); puncak 2: 27,840 menit (42,50%); puncak 3: 29,877 menit (21,68%); puncak 4: 40,981 menit (6,32%); puncak 5: 46,898 menit (10,70%); dan puncak 6: 49,528 menit(4,20%).
Gambar 8. Kromatogram gas fraksi B 94
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
% Peredaman 70,83 83,12 77,80 90,72 47,06 50,62 50,00 63,79 56,30 63,79
A. Senyawa pada puncak 1 (21.019 menit; 14.6%) Spektra massa senyawa pada puncak 1 dan spektra massa senyawa yang identik memperlihatkan ionion pada m/z 266 (M+) dan m/z 57 (puncak dasar). Tidak terlihatnya puncak ion molekul kemungkinan disebabkan oleh tidak stabilnya ion tersebut dan segera melepaskan 8 gugus metilen pada m/z 154. Pemenggalan spektra massa senyawa pada puncak 1 memperlihatkan pelepasan gugus metilen (CH2) secara berurutan yang merupakan ciri khas adanya rantai hidrokarbon (Silverstein, 1997). Berdasarkan pemenggalan pada library WILEY7. LIB dan pola pemenggalan seperti di atas, senyawa pada puncak 1 identik dengan 1-Nonadecene (BM: 266; Rumus molekul: C19H38), dengan struktur seperti Gambar 9. Gambar 9. 1-Nonadecene B. Senyawa pada puncak 2 (27.840 menit; 42.50%)
Spektra massa senyawa pada puncak 2 dan senyawa yang identik memperlihatkan adanya ion-ion pada m/z 256 (M+) dan m/z 73 (puncak dasar). Pemenggalan spektra massa senyawa pada puncak 2 menunjukkan pelepasan gugus metilen secara berturut-turut yang menjadi ciri khas rantai hidrokarbon (Silverstein, 1997). Penggalan pada m/z 227 menunjukkan pelepasan gugus etil dari ion molekul. Selanjutnya, penggalan pada m/z 60 merupakan penataan ulang Mc Lafferty (Silverstein, 1997).
Berdasarkan library WILEY7.LIB dan pola pemenggalannya, senyawa pada puncak 2 identik dengan asam heksadekanoat atau asam palmitat (BM: 256; Rumus molekul: C16H32O2), strukturnya seperti pada Gambar 10.
Berdasarkan data base NIST62.LIB, berat molekul 384 dan pola pemenggalan senyawa ini, senyawa pada puncak 4 identik dengan Kolesta-4,6-dien-3βol (BM: 384; Rumus molekul: C27H44O). Struktur molekul kolesta-4,6-dien-3β-ol diperlihatkan pada Gambar 12.
Gambar 10. Asam heksadekanoat atau asam palmitat C. Senyawa pada puncak 3 (29.877 menit; 21.68%)
Spektrum massa senyawa pada puncak 3 dan senyawa yang identik memperlihatkan adanya ion pada m/z 282(M+) dan m/z 55 (puncak dasar). Penggalan paada m/z 264 merupakan hasil pelepasan H2O dari ion molekul (M+-18). Pola pemenggalan senyawa ini memperlihatkan adanya pelepasan gugus metilen (CH2) secara berturut-turut yang mengindikasikan adanya rantai hidrokarbon (Silverstein, 1997). Kemudian, terlepasnya gugus CHO pada m/z 235 mengindikasikan adanya senyawa asam organik (Silverstein, 1997). Berdasarkan data WILEY7.LIB dan pola pemenggalan di atas, senyawa pada puncak 3 identik dengan asam Octadec-9-enoat (BM: 282; Rumus molekul: C18H34O2). Struktur molekulnya seperti Gambar 11.
OH O
Gambar 12. Kolesta-4,6-dien-3β-ol atau kolesterol E. Peak 5 (46.898 menit; 10,70%)
Spektrum massa senyawa pada puncak 5 dan senyawa yang identik memperlihatkan adanya ionion pada m/z 386 (M+) dan m/z 43 (puncak dasar). Ion molekul (M+) pada m/z 386 mengindikasikan berat molekul senyawa tersebut adalah 386. Pola pemenggalan senyawa ini memperlihatkan pelepasan satu molekul H2O pada m/z 368 (M+-18) mengindikasikan adanya satu gugus hidroksil (Goad and Akihisa, 1997). Kemudian, adanya penggalan pada m/z 301 dan m/z 275, yang merupakan penggalan M+-85 and M+-111, mengindikasikan sterol bebas yang mengandung ikatan rangkap pada C5 (Goad and Akihisa, 1997). Berdasarkan library WILEY7.LIB, pola + pemenggalan, (M ), dan puncak dasar and, senyawa pada puncak 5 identik dengan kolest-5-en-3β-ol atau kolesterol (BM: 386; Rumus molekul:C27H46O) dengan struktur molekul seperti pada Gambar 13.
Gambar 11. Asam Octadec-9-enoat D. Puncak 4 (40.981 menit; 6.32%)
Spektra massa senyawa pada puncak 4 dan senyawa yang identik memperlihatkan adanya ion-ion pada m/z 266 (C27H44O+) dan m/z 135 (puncak dasar). Pola pemenggalan spectra massa senyawa pada puncak 4 memperlihatkan adanya ion pada m/z 366 dan m/z 135. Penggalan pada 366 merupakan hasil pelepasan H2O dari ion molekul (M+-18), mengindikasikan senyawa ini mengandung satu gugus hidroksil (Goad and Akihisa, 1997). Selanjutnya, berat molekul senyawa ini adalah 384 (Data base NIST 62.LIB).
H
H
H
HO
Gambar 13. Kolest-5-en-3β-ol atau kolesterol F. Puncak 6 (49.528 minutes; 4.20%)
Spektra massa senyawa pada puncak 6 dan senyawa yang identik memperlihatkan puncak ion-ion pada 384 (M+) dan m/z 134 (puncak dasar). Ion molekul (M+) pada m/z 384 mengindikasikan
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
95
berat molekul 384. Pemenggalan massa senyawa ini memperlihatkan pelepasan satu gugus metil pada m/z 369 (M+-15).
Nyoman Anitha Indradewi, dan Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri atas kesediaanya pembantu mengerjakan penelitian ini.
Berdasarkan library WILEY7.LIB, pola pemenggalan, (M+), dan puncak dasar,senyawa pada puncak 6 identik dengan kolest-4-en-3-on (BM: 384; Rumus molekul:C27H44O) dengan struktur molekul seperti pada Gambar 14
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008 , Exophyllum, . 5 November 2008. Ardiansyah, 2007, Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan, .1 November 2008. Djatmiko, Santosa, M.H., Wahyo, 1998, Seminar Nasional Tumbuhan Obat XII, Fakultas Farmasi Unair, Surabaya. Goad, L. J. and Akihisa, T., 1997, Analysis of Sterol, Blackie Academic & Professional, London. Hernani dan Rahardjo, Mono, 2005, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Penebar Swadaya, Depok. Kuda, T., Tsunekawa, M., Goto, H., and Araki, Y., 2005, Antioxidant properties of four edible algae harvested in the Noto Peninsula, Japan, Journal of Food Composition and Analysis, 18 (7) : 625-633. Lowlor S.M., and O’Brien M.N., 1995, Astaxanthin: Antioxidant effect in chicken embryo fibroblast, J.Nuts. Res., 15, 1695-1704. Miranda M.S., Cintra R.G., Barros S.B.M., and Mancini-Filho J., 1998, Antioxidant activity of the microalga Spirulina maxima, Braz, J. Med Biol Res, 31 (8) 1075-1079 Sang Hyun L., YeonSil L., SangHoon J., Samsik K., KukHyun S., 2003, Atioxidant activities of fucosterol from the marine algae Pelvetia siliquosa; Pharmacal Research 26(9) 719-722 Seo, Y., Park, K.E., Kim, Y.A., Lee, H.Y., Yoo, J.S., Ahn, J.W., Lee, B.J., 2006, Isolation of tetraprenyltoluquinols from the brown alga Sargasum thunbergii; Chem Pharm Bull (Tokyo) 54 (12): 1730-1733 Silverstein, R.M., Basler, G.C., dan Morril, T.C., 1997, Spectrometric Identification of Organic Compound, John Willey & Sons, Inc., Singapore Vijayavel K., Anbuselvam C., Balasubramanian M.P.,2007, Antioxidant efect of the marine algae Chlorella vulgaris against naphthalene-induced oxidstive stress in the albino rats; Mol Cell Biochem; 303 (1-2) 39-44. Wiley 275.L, Database, Enchanced chem station, G170BA version B.01.00, Copyright © HewlettPackard 1989-1998.
H
H
H
O
Gambar 14. Kolest-4-en-3-one KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, senyawa yang terkandung pada isolat yang paling aktif bersifat antioksidan pada Exophylum wentii dengan persentasi keaktifan sebesar 90,09% teridentifikasi senyawa 6,10,14-trimetil-2-pentadekanon; etil heksadekanoat; asam heksadekanoat, bis (2-etilheksil)-1,2benzendikarboksilat; kolesta-4,6-diene-3β-ol; dan kolest-5-ene-3β-ol (kolesterol). Sedangkan pada isolat aktif Gracilaria coronopifolia yang mempunyai persentase keaktifan 90.72% teridentifikasi 1-Nonadekena; Asam heksadekanoat; Asam 9-oktadekanoat; Kolest-4,6-dien-3-ol; Kolest-5-en3β-ol (kolesterol); dan Kolest-4-en-3-one. Untuk lebih memaksimalkan hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memisahkan senyawa-senyawa yang ada pada isolat aktif tersebut agar dapat diketahui senyawa tunggal yang bersifat antioksidan pada masing-masing spesies rumput laut yang dijadikan sampel penelitian ini. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kami ucapkan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas dana yang diberikan berupa hibah penelitian fundamental tahun 2009. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ni Luh
96
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011