SKRIPSI . doc - Andy Nuriman

82 downloads 636 Views 1MB Size Report
rakhmatNya maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis berupa skripsi berjudul ... Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ...
HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA KELAS V SD NEGERI LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SKRIPSI

OLEH P. P. NANANG EKO PURWANTO NPM 04410215

IKIP PGRI SEMARANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI 2011 1

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA KELAS V SD NEGERI LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Semarang uutuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pendidikan

OLEH P. P. NANANG EKO PURWANTO NPM 04410215

IKIP PGRI SEMARANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI 2011

i

SKRIPSI HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA KELAS V SD NEGERI LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Yang disusun dan diajukan oleh P. P. NANANG EKO PURWANTO NPM 04410215

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji pada tanggal 1 Februari 2011

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Drs Harjito, M.Hum. NPP 936501103

Dra Asrofah, M.Pd. NPP 936601104

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI SEMARANG

ii

SKRIPSI HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA KELAS V SD NEGERI LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Yang disusun dan diajukan oleh P. P. NANANG EKO PURWANTO NPM 04410215

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji pada tanggal 1 Februari 2011

Ketua

Sekertaris

Dra. Sri Suciati, M.Hum. NIP 19650316199032002

Drs Harjito, M.Hum. NPP 936501103

1. Drs Harjito, M.Hum. NPP 936501103

(.................................)

2. Dra Asrofah, M.Pd. NPP 936601104

(.................................)

3. Nanik Setyawati, S.S, M.Hum. NPP 997101150

(.................................)

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI SEMARANG

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto 1. Kerja keras dan semangat yang gigih akan menuntun kita dalam menggapai masa depan. 2. Hasil jerih payah yang kita lakukan berbuah butiran harapan. 3. Hargailah cita-cita dan harapanmu karena dua hal ini adalah anak jiwamu dan cetak biru prestasi puncakmu (Napoleon Bonaparte)

Persembahan 1. Untuk Ayah dan Ibu yang kuhormati dan kucintai yang selalu memberi motivasi padaku. 2. Untuk istri yang kusayangi dan kucintai yang selalu memberi keleluasaan secara tulus dan ikhlas. 3. Untuk anakku semata wayang Rosiana yang telah menyemangatiku 4. Untuk rekan-rekan guru SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

iv

ABSTRAK Purwanto, P.P. Nanang Eko. NPM 04410215. Skripsi ini berjudul “Hubungan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Mengarang Siswa Kelas V SDN Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008”. Pembimbing I : Drs. Harjito, M.Hum. dan Pembimbing II : Dra. Asrofah, M.Pd. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2007/2008?” Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan adanya hubungan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2007/2008. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, yakni sebanyak 29 orang. Pengambilan sampel digunakan teknik total sampling, yakni semua subyek dalam populasi penelitian diberi hak yang sama sebagai sampel penelitian. Jadi, sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 29 orang siswa. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa pertanyaan mengenai penguasaan kosakata dan kemampuan mengarang. Data yang terkumpul melalui tes dianilisis dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Dari analisis statistic diperoleh hasil bahwa rhitung = 0,446. sedangkan nilai rtabel untuk N = 29 dengan taraf signifikasi 5% adalah 0,3676. dari konsultasi tersebut ternyata nilai rhitung > rtabel. Berarti antara penguasaan kosakata dengan kemampuan mengarang berkorelasi secara signifikan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kosakata dengan kemampuan mengarang. Berdasarkan simpulan itu disarankan: (1) Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia hendaklah lebih memperhatikan kurikulum yang berlaku sekarang ini (Kurikulum 2006) yang berbasis kompetensi. Dalam mempelajari kata tidak hanya diberikan secara teori saja, melainkan dengan contoh-contoh yang menarik bagi siswa, misalnya dalam mengajarkan kata diberikan bacaan-bacaan yang atraktif dan baru bagi siswa, atau juga bisa dengan multimedia yang interaktif, sehingga siswa akan memperhatikan dan lebih paham; (2) Agar siswa lebih memahami kata, hendaklah guru sering memberikan tantangan yang akan meningkatkan kemampuannya dalam memahami kata; (3) Dalam menyusun suatu karangan hendaklah guru memberikan tema-tema yang dekat dengan kehidupan siswa agar mereka lebih mudah dalam mengarang; (4) Untuk memacu semangat belajar siswa, guru juga harus menghargai hasil belajar siswa, seperti memberikan pujian kepada tiap siswa tanpa kecuali, dan selalu mengembalikan tugas yang telah dikerjakan oleh siswa; (5) Bagi peneliti bidang yang sama, hendaklah meneliti dari sisi yang lain misalnya dari sisi ejaan. Jika siswa tidak mampu memahami ejaan dengan baik, maka siswa tersebut juga tidak mampu memahami kata, kalimat dan paragraph dengan baik pula. Hal ini berarti siswa tersebut tidak mampu dalam membuat suatu karangan.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rakhmatNya maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis berupa skripsi berjudul “Hubungan Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Mengarang Siswa Kelas V SDN Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008”, yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan studi Program Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP PGRI Semarang. Skripsi ini berhasil disusun berkat bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Muhdi,S.H., M.Hum., Rektor IKIP PGRI Semarang yang memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan membuat karya tulis ini. 2. Bapak Dra.Sri Suciati, M.Hum., Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Semarang yang telah membantu kelancaran pembuatan karya tulis ini. 3. Bapak Drs. Harjito, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang sekaligus sebagai Pembimbing I, yang telah membimbing penulis menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tulus. 4. Ibu Dra. Asrofah, M.Pd., Pembimbing II yang telah membimbing penulis menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tulus. 5. Bapak Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

vi

6. Ibu Sulasih, Kepala Sekolah SDN Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan S1 di IKIP PGRI serta telah memberikan ijin penulis melakukan penelitian di SDN Lemahireng 03. 7. Rekan-rekan Guru SDN Lemahireng 03 yang toleran sekali, serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan di sini satu persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung membantu kelancaran pembuatan karya tulis ini. Semoga bantuan, pengorbanan dan amal baik semuanya mendapat balasan yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap agar karya tulis ini berguna untuk memperkaya khasanah pengetahuan bahasa khususnya penguasaan kosakata dan kemampuan mengarang.

Semarang, Februari 2011 Penulis

vii

DAFTAR ISI Halaman JUDUL ..................................................................................................................

i

PERSETUJUAN ...................................................................................................

ii

PENGESAHAN ....................................................................................................

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................

iv

ABSTRAK ............................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

vi

DAFTAR ISI .........................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................

xii

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

7

E. Penegasan Istilah .................................................................................

7

F. Sistematika Penulisan .........................................................................

8

BAB II. LANDASAN TEORI .........................................................................

11

A. Kata .....................................................................................................

11

B. Kemampuan Menguasai Kata .............................................................

12

C. Makna Kata .........................................................................................

13

D. Jenis Makna .........................................................................................

14

viii

E. Pemilihan Kata ....................................................................................

17

F. Syarat Ketepatan Diksi ........................................................................

18

G. Mengarang ...........................................................................................

22

H. Hipotesis ..............................................................................................

34

BAB III.METODE PENELITIAN .................................................................

35

A. Rancangan Penelitian ..........................................................................

36

B. Identifikasi Variabel ............................................................................

36

C. Populasi dan Sampel ...........................................................................

38

D. Subyek Penelitian ................................................................................

38

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................

39

F. Instrumen Penelitian ............................................................................

40

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................

41

H. Teknik Analisis Data ...........................................................................

46

BAB IV. HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA KELAS V SDN LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG ......................................................................................

49

A. Hasil Penelitian ...................................................................................

49

1. Deskripsi Data ...............................................................................

49

2. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .........................................

52

B. Pembahasan .........................................................................................

53

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................

64

A. Simpulan .............................................................................................

64

B. Saran ....................................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

66

LAMPIRAN...........................................................................................................

68

ix

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

1. Perbedaan Kata Umum dan Kata Khusus .......................................................

21

2. Instrumen Penelitian Kemampuan Mengarang ...............................................

41

3. Instrumen Penelitian Menguasai Kata ............................................................

41

4. Harga rxy Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..............................

45

5. Interval Skor Tingkat Kemampuan Memahami ..............................................

48

6. Deskripsi Data Nilai Penguasaan Kosakata ....................................................

49

7. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Mengarang ...............................................

51

8. Analisis Data Korelasi antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Mengarang .......................................................................................................

52

9. Skor Jawaban Responden untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .....

74

10. Tabel Harga Kritik dari r Product Moment .....................................................

75

11. Nilai Hasil Mengarang/Karangan dan Penguasaan Kosakata .........................

76

12. Data dan Correlations ......................................................................................

77

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Uji Normalitas Variabel Karangan ..................................................................

79

2. Uji Normalitas Variabel Kosakata ..................................................................

79

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian ........................................................................................

68

2. Lembar Jawaban Tes Penguasaan Kosakata ...................................................

73

3. Skor Jawaban Responden untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .....

74

4. Tabel Harga Kritik dari r Product Moment .....................................................

75

5. Nilai Hasil Mengarang/Karangan dan Penguasaan Kosakata .........................

76

6. Data dan Correlation .......................................................................................

77

7. Rencana Pembelajaran ....................................................................................

80

8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...............................................

82

xii

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia pasti melakukan kegiatan yang dinamakan komunikasi. Tanpa komunikasi manusia sebagai makhluk sosial pasti akan tersingkir dan tertinggal di dalam lapisan masyarakat yang majemuk. Apapun profesi dan pekerjaannya, apakah seorang guru, seorang politisi, wartawan, penyair, penerjemah dan sebagai apapun yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi, tentu akan menghadapi masalahmasalah linguistik. Bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia, hal

demikian

tampak

nyata

bahwa

dengan

bahasa

manusia

dapat

menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya atau juga dapat mengekspresikan diri. Pelibatan bahasa dalam segala kehidupan manusia, baik untuk komunikasi, publikasi atau sebagai alat pengembangan kebudyaaan bangsa menjadikan bahasa sebagai kunci tabir pengetahuan, sebab dengan bahasa seseorang dapat mempelajari ilmu pengetahuan. Profesor Joshua Whatmough dalam I Gusti Ngurah Oka (1974:51), mengatakan bahwa di dalam kegiatan ilmu pengetahuan, bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa itu untuk mencapai keterampilan berbahasa. Mengarang termasuk salah satu dalam keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis. Menurut Nida dalam Henry Guntur Tarigan (1993:1),

1

2

ada empat komponen keterampilan berbahasa tersebut yaitu (a) keterampilan menyimak (listening), (b) keterampilan berbicara (speaking), (c) keterampilan membaca (reading), dan (d) keterampilan menulis (writing). Mengarang

adalah

segenap

rangkaian

kegiatan

seseorang

mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (Gie, 2002: 3). Kemampuan mengarang adalah kesanggupan untuk menyampaikan pikiran atau pesanan kepada orang lain di dalam bahasa tulis. Untuk menghasilkan karangan yang baik dan bermakna, penulis harus menguasai kata. Kata ialah satuan terkecil setelah frase dan klausa dalam satuan sintaksis. Kata juga merupakan salah satu unsur pembentuk yang penting dalam suatu kalimat. Pemilihan kata ialah pendayagunaan yang berkaitan dengan ketetapan memilih untuk mengungkapkan suatu gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan dan kesesuaian dalam mempergunakan kata yang telah dipilih (Safi’ie, 1990: 79). Suatu

karangan merupakan media komunikasi antara penulis dan

pembaca. Akan tetapi, komunikasi tersebut hanya akan berlangsung dengan baik selama pembaca mengartikan kata dan rangkaian kata-kata sesuai dengan maksud penulis. Jika pembaca mempunyai tafsiran yang berbeda dengan tafsiran penulis tentang kata-kata atau rangkaian kata-kata yang dipakai, komunikasi itu akan terputus. Terjadilah kesalahpahaman, kesenjangan komunikasi dan sebagainya (Akhadiah, 1988: 83). Safi’ie (1990: 95) dan Akhadiah (1988: 83) mengatakan bahwa ketetapan pemilihan kata akan

3

menyangkut makna kata dan kosakata yang dimiliki seseorang. Kemampuan memahami kata yang luas memungkinkan seseorang lebih bebas memilih kata secara tepat. Sedangkan ketetapan makna menurut pemakai kata untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk dan referensinya, karena kata dapat mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan waktu. Karena itu ketrampilan berbahasa menurut kosakata yang cukup. Kekayaan

kosakata

seseorang turut menentukan kualitas penampilan

berbahasa orang tersebut. Seseorang dikatakan mempunyai kosakata yang kaya apabila orang itu

memahami serta menguasai makna kata-kata tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan mengarang seseorang jelas tergantung pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimilikinya, maka semakin besar pula kemungkinan seseorang mampu dalam mengarang. Kalimat terbentuk dari kata, Moeliono (1993: 254) menjelaskan bahwa kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan huruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan sementara itu disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong,koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!)

4

sepadan dengan tanda intonasi selesai. Sedangkan tanda baca lainnya sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya dan tanda permulaan. Alunan titi nada, pada kebanyakan hal, tidak ada pandangannya dalam bentuk tertulis. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Menurut Akhadiah dkk (1994: 116), kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu, sebuah kalimat harus memiliki paling kurang subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus memiliki paling kurang aturan EYD. Kata-kata yang dipergunakan membentuk kalimat tadi haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian kalimat akan menjadi jelas maknanya. Kalimat yang jelas dan baik akan mudah dipahaim orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian itu disebut kalimat efektif, yang secara tepat dapat mewakili pikiran dan keinginan penulisnya (Safi’ie, 1990: 116). Razak (1992: 2) mengatakan bahwa kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan. Dalam penelitian ini, masalah unsur kebahasaan yang akan disajikan adalah tentang kemampuan memahami kata yang memiliki hubungan kemampuan seseorang dalam mengarang.

5

Hal tersebut sangat menarik bila diadakan penelitian di SD Negeri Lemahireng

03

Kecamatan

Bawen

Kabupaten

Semarang,

sebab

berdasarkan hasil observasi tentang kondisi hasil belajar khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dikatakan kurang dibandingkan dengan siswa yang berada di daerah perkotaan. Selain itu dalam setiap lombalomba

kebahasaan

di tingkat kecamatan maupun gugus selalu berada

peringkat bawah. Perlu diketahui juga SD Negeri Lemahireng 03 berada

cukup jauh

dari perkotaan. Daerahnya berupa dataran tinggi dengan jalan yang kurang layak,

tidak ada transportasi umum yang melewati daerah itu, artinya

hubungan dengan orang di luar daerah itupun sangat sulit. Ditambah dengan keadaan sosial ekonomi mereka sebagian besar mengandalkan pada bidang pertanian. Bagaimana perkembangan kosa kata bahasa Indonesia yang digunakan oleh penduduk pada daerah seperti yang telah diuraikan di atas? Salah satu parameter

yang digunakan untuk mengukur perbendaharaan kata adalah

dengan mengarang.

B. Rumusan Masalah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 759) disebutkan bahwa rumus ialah pernyataan atau simpulan tentang asas, pendirian, ketepatan dan sebagainya

yang

disebutkan dengan kalimat yang ringkas dan tepat.

Sedangkan merumuskan masalah adalah menyebutkan atau menyimppulkan

6

sesuatu masalah dengan ringkas dan tepat. Hadi (2004: 9) mengatakan bahwa merumuskan adalah suatu pekerjaan tersendiri yang membutuhkan curahan tenaga dan kecakapan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa di dalam suatu penelitian diperlukan perumusan terhadap masalah yang ditegaskan di dalam pembatasan masalah. Ini akan membantu peneliti untuk mengetahui masalah yang sesungguhnya dengan tepat. Dengan adanya rumusan ini, maka diharapkan peneliti benar-benar menitikberatkan kegiatannya untuk mencari jawaban terkait dengan masalah yang dirumuskan, sehingga hasil penelitian akan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah : “adakah hubungan penguasaan kosakata dengan kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2009/2010?”

C. Tujuan Penelitian Pada dasarnya setiap kegiatan penelitian yang diadakan memiliki tujuan agar apa yang akan dilakukan itu lebih berarti. Adapun tujuan penelitian ini

yaitu

dengan Lemahireng 2009/2010.

untuk

mengetahui

kemampuan

adanya

mengarang

hubungan siswa

penguasaan

kelas

V

SD

kosakata Negeri

03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang tahun pelajaran

7

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa a. Memberikan gambaran informasi kepada siswa agar memiliki perbendaharaan kata yang luas serta mampu mengarang. b. Menambah pengetahuan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan menulis. 2. Bagi guru a. Memberikan informasi dalam menyusun materi pelajaran bahasa Indonesia, khususnya bidang perbendaharaan kata dan mengarang. b. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan penguasaan kosa kata dan kemampuan mengarang, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. 3. Bagi pengajaran bahasa dan sastra Dapat dijadikan alat evaluasi dalam mengetahui keberhasilan program pengajaran bahasa Indonesia. 4. Bagi dunia pendidikan Dapat dijadikan masukan yang positif bagi dunia pendidikan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui peningkatan PBM di sekolah.

E. Penegasan Istilah Agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam, maka akan dipaparkan pengertian dan pembatasan istilah yang dipergunakan dalam judul skripsi ini.

8

a. Hubungan adalah kaitan antar satu hal dengan hal lainnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994:358). b. Penguasaan Penguasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan atau kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994:534). c. Kosakata adalah keseluruhan kata yang berada dalam ingatan seseorang (Keraf, 1988:80). Kosakata dimiliki seseorang diperoleh dalam kurun waktu lama dalam proses belajar dan komunikasi di masyarakat. d. Kemampuan

mengarang

adalah

kesanggupan untuk menyampaikan

pikiran atau perasaan kepada orang lain di dalam bahasa tulis (Supinah; 1992:7)

F. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara ringkas namun menyeluruh, berikut ini disampaikan sistematika skripsi. Adapun gambaran ringkas dari masing-masing bab sebagian inti dari skripsi ini a dalah sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan. Bab ini pada intinya menyampaikan permasalahan penelitian tersebut. Secara rinci terdiri atas: latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan sistematika penulisan.

istilah dan

9

Bab II. Landasan Teori. Bab ini pada intinya menyampaian acuan teoritis bagi pemecahan masalah penelitian, yakni mengenai kata dan mengarang. Secara rinci terdiri atas : kata, kemampuan memahami kata, dan makna kata; mengarang, unsur mengarang, dan langkah-langkah menyusun karangan serta diakhiri dengan hipotesis. Bab III. Metode Penelitian. Bab ini pada intinya menyampaikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian dalam rangka pengumpulan data mengenai hubungan antara kemampuan mengarang dengan penguasaan kata siswa kelas V Sekolah Lemahireng

03

Kecamatan

Bawen

Kabupaten

Pelajaran 2007/2008, serta teknik analisisnya.

Dasar

Negeri

Semarang

Tahun

Secara rinti terdiri atas:

rancangan penelitian; identifikasi variabel, populasi dan sampel, penelitian,

subyek

teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik

analisa data. Bab IV.

Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini pada intinya

menyampaikan hasil penelitian tentang korelasi atau hubungan antara kemampuan mengarang dengan penguasaan kosakata siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 beserta analisisnya, dilanjutkan dengan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut. Secara rinci terdiri atas: hasil penelitian yang meliputi deskripsi penyebaran nilai tes mengarang dan penguasaan kosakata; dilanjutkan pengujian hipotesis dan pembahasan.

10

Bab V. Penutup. Bab ini menyampaikan simpulan dari temuan penelitian tentang hubungan

antara kemampuan mengarang dengan

penguasaan kosakata siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008, dan saran-saran yang disampaikan kepada pihak terkait, yakni: guru maupun peneliti lain.

11

BAB II LANDASAN TEORI

Mengarang merupakan kegiatan yang kompleks yang melibatkan banyak unsur, di antaranya unsur kebahasaan dan non kebahasaan. Dalam Liang Gie (2002:4) telah diuraikan secara rinci tentang unsur yang harus diperhatikan dalam kegiatan mengarang, yaitu gagasan, tuturan, tatanan dan wahana. Dari keempat unsur tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kebahasaan (wahana) dan non kebahasaan (gagasan, tuturan, tatanan). Unsur kebahasaan adalah unsur yang terdapat di dalam bahasa itu sendiri. Dalam hal ini yang dimaksud adalah unsur yang membangun sebuah karangan, yang meliputi: ejaan, kata, frasa, klausa dan kalimat. Adapun unsur non kebahasaan adalah unsur di luar bahasa yang tidak terkait langsung, seperti ide/gagasan, bentuk pengungkapan gagasan dan aturan/asas.

A. Kata Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata dijalinsatukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Yang penting dalam rangkaian kata-kata tadi adalah pengertian yang tersirat di balik kata yang digunakan itu. Setiap anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan komunikasi, selalu berusaha agar orang-orang lain dapat memahaminya dan disamping itu ia harus bisa memahami orang lain. Dengan cara ini terjalinlah komunikasi dua arah yang baik dan harmonis. 11

12

Pengertian bahwa

tiap

yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna

kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Atau

dengan kata lain, kata-kata adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata-kata ibarat “pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa” setiap kata, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dipergunakannya (Keraf, 2000:21). Kata dalam hal ini merupakan salah satu unsur linguistis dari kegiatan mengarang. Sebuah karangan merupakan media berkomunikasi bagi penulis dan pembaca, untuk itu susunan kata-kata yang membangunnya harus sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, sehingga pesan dapat dipahami oleh pembaca dengan baik.

B. Kemampuan Menguasai Kosakata Kemampuan menguasai kosakata adalah kemampuan seseorang dalam memahami makna kata dan dapat memilih kata secara tepat. Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal itu berarti semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau dengan kata lain, mereka yang luas kosa katanya, dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain. Betapa sering kita tidak dapat memahami orang lain, hanya karena kita tidak cukup memiliki kata, atau karena orang yang diajak bicara tidak cukup memiliki kosa kata, sehingga tidak sanggup mengungkapkan maksudnya secara jelas kepada kita.

13

C. Makna Kata Kata

sebagai

satuan

dari

perbendaharaan

kata

sebuah

bahasa

mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Keraf (2000:2005) mengatakan bahwa bentuk atau ekspresi adalah segi yang

dapat

dengan

diserap

melihat.

menimbulkan rangsangan

dengan panca indera, yaitu dengan mendengar atau Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang

reaksi aspek

dalam pikiran pendengar atau pembaca karena bentuk tadi. Misalnya pada waktu orang berteriak

“Maling!” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik orang lain.” Jadi bentuk atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi sedangkan makna atau isi adalah “reaksi yang timbul pada orang yang mendengar.” Reaksi yang timbul itu dapat terwujud “pengertian” atau “tindakan” atau kedua-duanya. Makna adalah konsep atau pengertian yang terkandung dalam sebuah kata. Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (fase, klausa atau kalimat). Sedangkan makna gramatikal (struktural) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan/pengulangan/ pemajemukan) (Soedjito, 1992:52).

14

D. Jenis Makna Pada umumnya makna kata dibedakan atas makna deonatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal, makna kias, dan makna konseptual dan makna asosiatif.

1. Makna denotatif Makna denotatif (sering juga disebut makna denotasional, makna konseptual atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Kemudian makna denotasi sering disebut sebagai “makna sebenarnya” (Chaer, 2002:65-66). Gorys Keraf (2000:28) mengatakan, disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar)

menyangkut

hal-hal

yang

dapat

diserap

pancaindera

(kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposisional

karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau

pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual.

15

2. Makna konotatif Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus atau respons mengandung nilai-nilai emosional (Keraf, 2000:29). Menurut Tarigan (1985:58), konotasi adalah pancaran impresiimpresi yang tidak dapat dinyatakan secara jelas yang mengelilinginya. Dapat dikatakan bahwa yang membedakan antara deontasi dan konotasi sebenarnya adalah nilai rasainya, yaitu bukan denotasinya yang menciptakan perbedaan itu, melainkan konotasinya (positif ataupun negatif).

3. Makna leksikal Leksikal

adalah

bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk

nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon

adalah

leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna

(Chaer, 2002:60). Dapat pula dikatakan, makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan manusia.

16

4. Makna gramatikal Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal beru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi.

5. Makna kias Dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta ada yang menggunakan istilah arti kiasan. Nampaknya penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai komposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal,

arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti

kiasan.

6. Makna konseptual dan makna asosiatif Pembedaaan makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan pada ada atau tidak adanya hubungan makna sebuah kata dengan makna kata lain. Maka konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Sedangkan makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa (Chaer, 2002:72).

17

Sesuai dengan keterangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa makna konseptual ini sama dengan makna referensial, makna leksikal, dan makna denotatif. Sedangkan makna asosiatif ini sesungguhnay sama dengan pelambang-pelambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain.

E. Pemilihan Kata Pemilihan kata ialah pendayagunaan yang berkaitan dengan ketetapan memilih untuk mengungkapkan suatu gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan dan kesesuaian dalam mempergunakan kata yang telah dipilih (Safi’ie, 1990:81). Sedangkan menurut Keraf (2000:24) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Safi’ie (1990:95)

dan

Akhadiah

(1988:83) mengatakan bahwa

ketepatan pemilihan kata akan menyangkut makna kata dan kosa kata yang dimiliki seseorang. Kemampuan memahami kata yang luas memungkinkan seseorang lebih bebas memilih kata secara tepat. Sedang ketepatan makna menurut pemakai kata untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk dengan referensinya, karena kata dapat mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan waktu.

18

Ketepatan pemilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Sebab itu, persoalan ketepaan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang (Keraf, 2000:87). Dalam menelusuri perkembangan bentuk dan arti suatu kata, pengetahuan tentang etimologi sangat penting. Leksigrafi adalah cabang leksikologi yang membicarakan tentang dasar-dasar dari metode penyusunan kamus;

pengumpulan

data, pemilihan (seleksi) data, pengabjadan,

penyusunan definisi dan pemberian makna. Menurut tujuan penyusunannya sesuai

dengan isinya dikenal berbagai jenis kamus, yaitu : (1) kamus

etimologi, (2) kamus ungkapan dan peribahasa, (3) kamus sinonim, (4) kamus ejaan, (5) kamus istilah, (6) kamus singkatan dan akronim, dan (7) kamus umum (Gustaf Sitindaon, 1984:127).

F. Syarat Ketepatan Diksi Karena ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Adapun beberapa persyaratan dalam memilih kata (Keraf, 2000:88-89), di antaranya adalah sebagai berikut :

19

1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain, ia harus menetapkan mana yang akan dipergunakan untuk mencapai maksudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang diinginkannya, ia harus memilih kata yang denotatif, kalau ia menghendaki reaksi emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang dicapainya itu.

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim Penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.

3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya Bila

penulis tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip

ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu misalnya : bahwabawah-bawa, interferensi-inferensi, karton-kartun, preposisi-proposisi, korporasi-koperasi, dan sebagainya.

4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap

20

orang

boleh

menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya

muncul pertama kali karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka kata itu lama kelamaan akan menjadi milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.

5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing tersebut Perhatikan penggunaan kata: favorable-favorit, idiom-idiomatik, progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.

6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis Perhatikan penggunaan bentuk ini: ingat akan bukan ingat terhadap, berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan, berbahaya,

berbahaya

bagi,

membahayakan

sesuatu

bukan

membahayakan bagi sesuatu, takut akan, menakuti sesuatu (lokatif).

7. Membedakan kata umum dan kata khusus Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.

21

Contoh : No.

Kata Umum

Kata Khusus

1

binatang

anjing

2

olahragawan

pemain bola

3

kendaraan

mobil

4

penjahat

pencuri

5

tumbuhan

pohon

8. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus Suatu

jenis

pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat

adalah penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman yang dicerap oleh pancaindria, yaitu cerapan indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman. Karena kata-kata ini menggambarkan pengalaman manusia melalui pancaindria yang khusus, maka terjamin pula daya gunanya, terutama dalam membuat deskripsi (Keraf, 2000:94).

9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal Yang dimaksud dengan kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. Kelangsungan

22

dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang menggunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan secara singkat,

atau

mempergunakan

kata-kata

yang

kabur,

yang

bisa

menimbulkan ambiguitas (makna ganda) (Keraf, 2000:100).

G. Mengarang Mengarang

adalah

segenap

rangkaian

kegiatan

seseorang

mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (Gie, 2002:3). Kemampuan mengarang adalah kesanggupan untuk menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain di dalam bahasa tulis. Menurut Suhendar dan Pien Supinah (1992:7), kemampuan menulis/mengarang ialah kemampuan untuk: (a) mengemukakan gagasan, pokok-pokok pikiran dan perasaan, (b) menyusun dan menyajikan gagasan itu di dalam suatu sajian bahasa tulis, (c)

menggunakan pola-pola kalimat, sesuai dengan struktur

kebahasaan yang berlaku, (d) memilih istilah dan kosa kata yang tepat sesuai dengan

nada atau warna gagasan itu, dan (e) menggunakan ejaan sesuai

dengan peraturan ejaan yang berlaku. 1. Unsur Mengarang Dalam mengarang terdapat unsur-unsur yang harus diperhatikan (Gie, 2002:4), antara lain: gagasan, tuturan, tatanan, wahana. Gagasan yang dimaksud dapat berupa pendapat, pengalaman atau pengetahuan yang ada dalam diri seseorang. Tuturan yang dimaksud dalam bentuk

23

pengungkapan gagasan, sehingga dapat dipahami pembaca. Sedangkan tatanan yang dimaksud adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah. Dan wahana yang dimaksud adalah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika dan retorika. Karangan terbentuk dari berbagai unsur seperti ejaan, kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf. Jika unsur-unsur tersebut dipahami dengan baik, maka gagasan yang terdapat di dalam sebuah karangan akan dipahami secara tepat oleh pembaca. Ejaan ialah keseluruhan aturan yang telah ditetapkan secara resmi mengenai cara penulisan bunyi ujaran dengan lambang-lambang (berupa huruf dan tanda baca); dan bagaimana penggabungan dan pemisahan lambang-lambang itu dalam antar hubungannya satu sama lain (Sitindaon, 1984:40). Kata ialah satuan gramatikal yang bebas dan terkecil (Chaer, 1994:220). Terkecil berarti kata tersebut tidak dapat disegmentasikan menjadi bentuk yang lebih kecil tanpa mengubah makna kata. Sedangkan bebas berarti dapat bersendiri dalam kalimat atau tuturan. Frasa ialah dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat dan bukan merupakan pernyataan, misalnya siswa itu, mobil merah itu. Sedangkan

klausa

ialah

dua

kata

pernyataan, misalnya ia memasak di dapur.

atau

lebih yang merupakan

24

Kalimat ialah susunan kata-kata yang teratur berisi pikiran yang lengkap (Chaer, 1994:240), misalnya ia memasak di dapur, ketika Adi tiba. Sedangkan

paragraf sendiri terbentuk dari rangkaian kalimat yang

bertalian untuk membentuk sebuah gagasan.

2. Langkah-langkah menyusun karangan a. Penataan/Pengorganisasian ide Perencanaan karangan sebagai salah satu langkah keterampilan menulis/mengarang dapat dirinci menjadi: (a) pemilihan topik, (b)

pembatasan topik,

pembatasan ruang lingkup, (c) penentuan

tujuan, (d) pemilihan bahan, penyusunan bahan dan pengklasifikasian bahan, serta (e) pembuatan kerangka karangan, bentuk karangan, dan pola organisasi kerangka karangan (Suhendar dan Supinah, 1992:150). Setiap karangan mengandung ide pengarang. Oleh karena itu, proses mengarang dimulai dengan lahirnya sebuah ide induk yang terpikirkan

atau ditemukan oleh seseorang yang cukup kabur, dan

perlu diolah lebih lanjut untuk bisa menjadi suatu topik atau pokok soal yang memadai. Ide induk yang menjadi benih atau pangkal awal sesuatu karangan yang akan ditulis hendaknya diperkembangbiakkan. Setelah ide induk diperkembangbiakkan sampai cukup tuntas, langkah berikutnya adalah memilih salah satu saja di antara rincian ide-ide

25

yang muncul itu untuk dijadikan topik karangan. Topik inilah yang kemudian perlu diolah lebih lanjut (Gie, 2002:71). Pengolahan lebih lanjut adalah membatasi topik dengan sebuah tema tertentu. Menurut Sabarti Akhadiah (1994:9), topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruhan karangan yang akan digarap. Sedangkan tema merupakan perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai (Keraf, 1993:107, Gie, 2002:71). Apa dan bagaimana pembicaraan tentang topik yang dibatasi dengan tema tersebut merupakan pendirian/pendapat/pangkal tolak pengarang yang setelah ditulis lengkap menjadi karangan yang diharapkan. Pendirian/pangkal tolak pengarang itu dapat juga disebut dengan ide pokok karangan yang dirumuskan dalam sebuah kalimat ide pokok.

Akhadiah (1988:157), mengatakan bahwa kalimat ide

pokok merupakan inti dari paragraf dan Gie (2002:71) juga berpendapat bahwa kalimat ide pokok dapat dikatakan sebagai inti dari seluruh karangan. Langkah

terakhir

yang masih perlu dilakukan pengarang

adalah mengurai rumusan kalimat ide pokok menjadi sebuah garis karangan. Garis besar ini bolah dikatakan menerjemahkan ide pokok karangan menjadi rincian ide-ide pembantu dan ide-ide penegas yang saling dihubungkan, sehingga merupakan suatu tatanan yang tertib dan jelas (Gie, 2002:72).

26

Menurut Keraf (2001:132), garis besar, kerangka (out line) karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Kerangka karangan juga akan menjamin penulis menyusun gagasan secara logis dan teratur. Akhadiah (1988:25) menjelaskan bahwa penyusunan karangan sangat dianjurkan karena akan mengindarkan penulis dari kesalahankesalahan yang tidak perlu terjadi. Kegunaan kerangka karangan bagi penulis adalah : 1) Kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara teratur dan tidak membahas satu gagasan dua kali, serta dapat mencegah penulis keluar dari sasaran yang dirumuskan dalam topik atau judul. 2) Sebuah kerangka karangan memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan serta memberi kemungkinan bagi perluasan bagianbagian tersebut. Hal ini akan membantu penulis menciptakan suasana

yang berbeda-beda, sesuai dengan variasi yang

diinginkan. 3) Sebuah kerangka karangan akan memperlihatkan kepada penulis bahan-bahan atau materi apa yang diperlukan dalam pembahasan yang akan ditulisnya nanti. b. Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan Ejaan ialah keseluruhan aturan yang telah ditetapkan secara resmi mengenai cara penulisan bunyi ujaran dengan lambang-lambang

27

(berupa huruf dan tanda baca); dan bagaimana penggabungan dan pemisahan lambang-lambang itu dalam antar hubungannya satu sama lain (Sitindaon, 1984:40). Menurut Keraf (1980:46), ejaan merupakan peraturan-peraturan yang menggambarkan lambang-lambang ujaran dan bagaimana interaksi antar lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan dalam karangan digunakan sebagai alat bantu untuk menjelaskan

maksud-maksud kalimat dalam karangan tersebut.

Dengan ejaan penulis dapat menyampaikan ide atau gagasannya dengan

lebih

jelas, dan pembacapun dapat memahami maksud-

maksud penulis dengan mudah. Keterampilan menulis seseorang akan kurang sempurna,

apabila orang tersebut tidak menguasai ejaan.

Karena itu ejaan tidak boleh diabaikan dalam kegiatan mengarang. Pembentukan dari rangkaian huruf yang berwujud kata, kemudian

dirangkaikan

menjadi kalimat dan kalimat menjadi

paragraf. Dan beberapa paragraf itu akhirnay terbentuklah menjadi wacana. Wacana yang terbentuk, mengandung makna tertentu, dan makna itu dengan mudah dapat dipahami oleh pembaca, bila pada wacana itu menggunakan ejaan yang benar. Menurut Akhadiah, (1988:180-181), yang termasuk dalam ejaan, antara lain: (1) pemakaian huruf dan penulisan huruf, (2) penulisan kata, (3) penulisan unsur serapan, dan (4) tanda baca. Apabila keempat hal tersebut sudah diterapkan dengan benar, maka akan memungkinkan ide atau gagasan tersampaikan secara jelas.

28

c. Pemilihan Kata Kata ialah satuan terkecil setelah frase dan klausa dalam satuan sintaksis. Kata juga merupakan salah satu unsur pembentuk yang penting dalam suatu kalimat. 1) Gagasan kata ialah setiap kata mengungkapkan suatu gagasan atau ide. Kata juga merupakan salah satu unsur pembentuk yang penting dalam suatu kalimat. 2) Makna kata ialah sebagai unit bahasa selain mengungkapkan gagasan juga mengandung makna dan bentuk yang merupakan aspek yang dapat diserap lewat panca indera. 3) Macam-macam makna yaitu keragaman makna kata bahasa Indonesia disebabkan oleh adanya hubungan bahasa dengan pengalaman, sejarah, tujuan, dan perasaan pemakai bahasa yang bersangkutan. 4) Perubahan makna kata adalah dasar maupun tambahan pada dasarnya tidak dilepaskan dari referensi makna kata dalam konsep para pemakainya. 5) Pemilihan kata ialah pendayagunaan yang berkaitan dengan ketetapan memilih untuk mengungkapkan suatu gagasan, hal atau barang

yang

akan

diamanatkan

dan

kesesuaian

dalam

mempergunakan kata yang telah dipilih (Safi’ie, 1990:79). Suatu karangan merupakan media komunikasi antara penulis dan pembaca. Akan tetapi, komunikasi tersebut hanya akan berlangsung dengan baik selama pembaca mengartikan kata dan

29

rangkaian kata-kata sesuai dengan maksud penulis. Jika pembaca mempunyai

tafsiran yang berbeda dengan tafsiran penulis tentang

kata-kata atau rangkaian kata-kata yang dipakai, komunikasi itu akan terputus. Terjadilah kesalahpahaman, kesenjangan komunikasi dan sebagainya (Akhadiah, 1988:83). Safi’ie (1990:95) dan Akhadiah (1988:83), mengatakan bahwa ketepatan pemilihan kata akan menyangkut makna kata dan kosa kata yang dimiliki seseorang. Kemampuan memahami kata yang luas memungkinkan seseorang lebih bebas memilih kata secara tepat. Sedangkan ketepatan makna menurut pemakai kata untuk mengetahui bagaimana

hubungan antara bentuk dan referensinya, karena kata

dapat mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan waktu. Dalam menelusuri perkembangan bentuk dan arti suatu kata, pengetahuan tentang etimologi sangat penting. Leksikografi adalah cabang leksikologi yang membicarakan tentang dasar-dasar dari metode penyusunan kamus; pengumpulan data, pemilihan (seleksi) data, pengabjadan, penyusunan definisi, dan pemberian makna. Menurut tujuan penyusunannya sesuai dengan isinya dikenal berbagai

jenis

kamus, yaitu : (1) kamus etimologi, (2) kamus

ungkapan dan peribahasa, (3) kamus sinonim, (4) kamus ejaan, (5) kamus istilah, (6) kamus singkatan dan akronim, dan (7) kamus umum (Gustaf Sitindaon, 1984:127).

30

Makna adalah konsep atau pengertian yang terkandung dalam sebuah kata.

Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa

kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase, klausa, atau kalimat). Sedangkan makna gramatikal (struktural) ialah makna baru

yang

timbul

akibat

terjadinya

proses

gramatikal

(pengimbuhan/pengulangan/pemajemukan) (Soedjito, 1992:52). Makna denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna konseptual, referen). Sedangkan skor rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping denotasi disebut konotasi (Akhadiah, dkk., 1988:86). Dapat dipahami bahwa keterampilan berbahasa menuntut kosa kata yang cukup. Kekayaan kosa kata seseorang turut menentukan kualitas keterampilan berbahasa orang tersebut. Seseorang dikatakan mempunyai kosa kata yang kaya apabila orang itu memahami serta menguasai makna kata-kata tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan mengarang seseorang jelas bergantung pada kuantitas dan kualitas kosa kata yang dimilikinya. Semakin kaya kosa kata yang dimilikinya, maka semakin besar pula kemungkinan seseorang mampu dalam mengarang. d. Pemakaian Kalimat Moeliono (1993:254)

menjelaskan bahwa kalimat adalah

bagian terkecil ujaran atau teks

(wacana)

yang mengungkapkan

pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi

31

selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimiliasi bunyi. Dalam wujud tulisan huruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, dan sementara itu disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!) sepadan dengan tanda intonasi selesai. Sedangkan tanda baca lainnya sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya dan tanda permulaan. Alunan titi nada, pada kebanyakan hal, tidak ada padangannya dalam bentuk tertulis. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Menurut Akhadiah dkk (1994:116), kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu, sebuah kalimat harus memiliki paling kurang subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai aturan-aturan EYD. Kata-kata yang dipergunakan membentuk kalimat tadi haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian kalimat akan menjadi jelas maknanya. Kalimat yang jelas dan baik akan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian itu disebut kalimat efektif, yang secara tepat dapat mewakili pikiran dan keinginan penulisnya (Safi’ie, 1990:116).

32

Razak (1992:2) mengatakan bahwa kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan.

3. Manfaat mengarang Percy dalam Gie (2002:21), mengemukakan tidak kurang dari enam manfaat kegiatan mengarang, seperti : a) Suatu sarana untuk pengungkapan diri Seseorang dapat begitu tersentuh lubuk hatinya, sehingga perlu mengungkapkan gejolak yang berada dalam dirinya, misalnya dengan bersiul-siul atau berjingkrak-jingkrak. Mengarang seuntai sajak atau menulis serangkaian kalimat merupakan pula salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan seseorang. b) Suatu sarana untuk pemahaman Sewaktu mengarang seseorang merenungkan gagasannya dan menyempurnakan penangkapannya terhadap sesuatu hal, sehingga akhirnya ia dapat memperoleh pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang ditulisnya itu. c) Suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan dan suatu perasaan harga diri Rasa bangga, puas dan harga diri merupakan imbalan dari keberhasilan

seseorang

menghasilkan

suatu

karya

tulis.

Pada

33

kelanjutannya perasaan itu membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan sendiri untuk menciptakan terus karya-karya tulis lainnya. d) Suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang Dengan sering .mengarang seseorang meninggikan kesiagaan inderawinya dan mengembangkan daya cerapnya pada tingkat kejasmanian, tingkat perasaan maupun tingkat kerohanian. e) Suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah Dengan jalan mengarang karya tulis, seseorang menampilkan ke luar gagasan, menciptakan sesuatu, dan secara giat melibatkan diri dengan ciptaannya. f) Suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa Tujuan paling umum sekolah mungkin ialah mencapai kemampuan membaca dan mengerti apa yang ditulis orang lain, serta kemampuan memakai kata-kata dalam tulisan untuk menyampaikan keterangan kepada orang lain. Jelas kegiatan mengarang bermanfaat membantu tercapainya tujuan itu.

34

H. Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan positif signifikan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008.

35

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam suatu kegiatan penelitian perlu dicari suatu cara kerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah (Hadi, 1989:4). Metode

adalah cara yang teratur dan logis untuk mencapai suatu

sasaran, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan terpadu, terarah dan teliti (Poerwadarminta, 1983:649). Metode juga berarti cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (Wojowasito, 1999:248). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah pemeriksaan terpadu, terarah dan teliti. Jika kita berbicara tentang metodologi penelitian, maka kita membicarakan tentang disiplin ilmu tertentu. Metodologi adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan (Poerwadarminta, 1984:644). Sugiyono (2003:1) mengatakan bahwa penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jadi yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah ilmu tentang teknik atau cara untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

35

36

A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena data yang dikumpulkan adalah data kualitatif yang diangkakan. Menurut Sugiyono (2003: 15), data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan logika hipotetiko verikatif.

Metode tersebut

menurunkan

hipotesis,

dimulai

kemudian

dengan melakukan

berpikir dedukatif pengujian

di

untuk

lapangan.

Kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdsarkan data empiris. Dengan demikian penelitian kuantitatif lebih menekankan pada indeks-indeks data dan pengukuran empiris (Margono, 2003: 35).

B. Identifikasi Variabel Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) dan S. Wojowasito (1999:125), identifikasi ialah penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya. Jadi identifikasi variabel adalah penetapan terhadap gejala yang ada di dalam suatu penelitian. Variabel sering diungkapkan sebagai konsep yang mempunyai variasi skor, sehingga dapat diukur dan dilandasi secara teoritis (Walujo, dkk., 2000:14). Variabel juga merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono, 2003:2). Variabel penelitian secara umum terdiri atas dua variabel, yakni (1) variabel independen (bebas) ialah variabel yang menjadi sebab timbulnya

37

atau berubahnya variabel dependen (terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. Sedangkan (2) variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2003:3). Berdasarkan judul penelitian di atas dapat dikatakan bahwa penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu suatu variabel kemampuan mengarang (variabel X) dan satu variabel penguasan kata (variabel Y). Untuk mengetahui kemampuan siswa, maka indikator pada setiap variabel harus diperhatikan : 1. Indikator Variabel X yaitu kemampuan mengarang meliputi : a. Siswa mampu menggunakan ejaan yang disempurnakan dengan tepat. b. Siswa mampu memilih kata dengan tepat dan sesuai. c. Siswa mampu membuat kalimat efektif dalam karangan. d. Siswa mampu membuat karangan yang kohesif dan koheren. 2. Indikator Variabel Y yaitu penguasaan kata meliputi : a. Siswa mampu menjelaskan pengeritan kata. b. Siswa mampu menjelaskan jenis makna kata. c. Siswa mampu memahami makna kata. d. Siswa mampu memilih kata secara tepat. e. Siswa mampu merangka kata menjadi kalimat yang benar.

38

C. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian

(Arikunto,

2002: 115). Sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan dicarikan pemecahannya, maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang sebanyak 29 orang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 117).

Dalam pengambilan sampel ini, Arikunto (2002: 120)

menjelaskan bahwa sekedar ancer-ancer (perkiraan), apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian sensus. Tetapi jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 1015% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari (1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana; (2) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, dan (3) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Karena siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

sebanyak

29 orang, maka pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik total sampling, yakni semua subyek dalam populasi penelitian diberi hak yang sama sebagai sampel penelitian. Jadi, sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 29 orang siswa.

D. Subjek Penelitian Menurut Arikunto (2006:145) subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subyek penelitian pada dasarnya merupakan

39

pelaku dari penelitian ini. Pelaku yang dimaksud adalah sumber data berupa orang (person). Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh (Arikunto,

2006:129). Dalam

penelitian ini, subyek penelitian juga dijadikan sebagai sumber data. Berdasarkan judul di atas, maka pelaku dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Ssemarang Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 29 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah proses untuk menghimpun data yang diperhatikan (data yang dikumpulkan), relevan serta akan memberi gambaran dari aspek yang akan diteliti, baik penelitian keputusan maupun penelitian lapangan (Suharto, 1989: 156). Dalam pengumpulan data diperlukan tindakan operasional, berupa teknik pengumpulan data sesuai dengan tujuan dan metode penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Menurut Nurgiyantoro (1995: 59) tes merupakan bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa (test tercoba) yang sedang dites. Sedangkan Margono (2003: 170) mengatakan, tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawabanyg dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan ini dianggap sebagai

40

informasi terpercaya yang mencerminkan kemampuannya. Informasi tersebut dinyatakan sebagai masukan yang penting untuk mempertimbangkan siswa. Metode tes dipilih karena data yang dicari adalah tingkat kemampuan individu yang meliputi kemampuan memahami kata dan kemampuan mengarang sebagai hasil pengalaman belajar siswa, sehingga metode yang sesuai adalah tes. Adapun pelaksanaan pengumpulan datanya adalah sebagai berikut: 1. Membagikan lembar soal kepada siswa. 2. Membacakan petunjuk cara pengisian soal, dan 3. Memberikan penilaian terhadap jawaban siswa.

F. Instrumen Penelitian Instrumen adalah perkakas atau alat (Daryanto, 1994: 1998), sedangkan instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur kemampuan seseorang yang akan dijadikan data penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah soal dalam bentuk pilihan ganda, meliputi (1) soal tentang kemampuan memahami kata berjumlah 20 pertanyaan, terdiri dari ketepatan memilih kata dan menentukan makna kata, dan (2) tes kemampuan mengarang.

41

Tabel 2. Instrumen Penelitian Kemampuan Mengarang Variabel

Tema

Kriteria

Kemampuan

a. Aku Cinta Indonesia

mengarang

b. Pergi ke Desa

(X)

c. Berbakti

1. Isi

gagasan

yang

dikem-

bangkan (35%) kepada 2. Organisasi isi (25%)

Orang Tua

3. Tata bahasa (20%) 4. Gaya pilihan kata (15%) 5. Ejaan (5%)

Tabel 3. Insrumen Penelitian Penguasaan Kata Variabel

Instrumen  Ketepatan

Kemampuan memahami (Y)

kata

Jumlah Soal

No. Butir Soal

10

1, 2, 6, 7, 10, 12, 15,

diksi  Menentukan makna

18, 19, 20 10

3, 4, 5, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Soal-soal tes sebagai instrumen untuk mengumpulkan dan perlu diuji dulu validitas dan reliabilitasnya. Menurut Arikunto (2002: 144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahian suatu instrumen. Validitas instrumen yang digunakan dalam pengujian instrumen di sini adalah validitas konstruk (construct validity) atau disebut juga validitas konsep atau validitas logis (logical validity). Dalam hal

42

ini, alat ukur (instrumen) dikatakan valid apabila item sebagai alat ukur telah mencerminkan konsep perilaku yang diukur, dan memiliki tingkat kesesuaian dengan konstruksi teoritiknya (Purwanti, 2000: 160). Instrumen tersebut disusun berdasarkan konsep berpikir atau definisi operasional, atau gejalagejala yang diteliti. Prosedur dalam menyusun instrumen (kuesioner) dalam penelitian ini mencakup langkah pembuatan konsep berpikir, variabel penelitian dan indikator dari variabel penelitian mengenai tingkat pendidikan orang tua, pola pendidikan keluarga, dan tingkat penghasilan orang tua serta perilaku budi pekerti siswa. Melalui variabel dan indikator penelitian tersebut dibuat butir-butir pertanyaan yang kemudian menjadi seperangkat instrumen (kuesioner). Sedangkan untuk mengetahui validitas butir digunakan rumus korelasi Produk Moment sebagai berikut: rxy =

å { å

(å )(å )

(å ) } { å

(å ) }

Keterangan : rxy

=

koefisien korelasi antara X dan Y

XY =

jumlah perkalian antara X dan Y

X

=

skor butir menurut banyaknya responden (skor item)

Y

=

skor butir menurut banyaknya instrumen (skor total)

X2 =

jumlah kuadrat dari skor X

Y2 =

jumlah kuadrat dari skor Y

N

banyaknya responden

=

43

(Arikunto, 2002: 146) Untuk keperluan uji validitas butir digunakan 10 siswa di luar responden. Prosedurnya, skor tiap-tiap butir (item) pertanyaan dari instrumen (sebagai variabel X) dikorelasikan dengan skor totalnya (sebagai variabel Y). Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Tabel Harga Kritik dari r Product Moment (Tabel Lampiran 2). Dari tabel Lampiran 2 diperoleh skor X (skor butir pertanyaan) dan skor Y (skor total) dari jawaban responden. Contoh skor butir pertanyaan nomor 1 sebagaimana tertera pada tabel Lampiran 3, yakni sebagai berikut: X = 8

Y

= 111

X2 = 8

Y2

= 1307

XY = 98

Dimasukkan ke dalam rumus Product Moment : rxy =

{

rxy = rxy = rxy = rxy =

}{

(

)(

√ √ √

,

rxy = 0,84

} )

44

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Tabel Harga Kritikd ari r Product Moment (Tabel Lampiran 4). Dari Tabel Harga Kritik dari r Product Moment diketahui bahwa skor rtabel untuk 10 subyek pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,632. Dari konsultasi ini diketahui bahwa skor rxy = skor rxy = 0,84 lebih besar dibandingkan dengan rtabel = 0,632. Jadi, butir pertanyaan dari insrumen valid. Dengan cara yang sama, perhitungan tersebut dilakukan untuk butir pertanyaan yang lain, sehingga diperoleh angka-angka validitas seluruh butir pertanyaan sebagaimana tertera pada Tabel 2. Adapun

relibilitas

merujuk

pada satu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah

baik (Arikunto, 2002:

154).

Sebagaimana uji vlaiditas, reliabilitas instrumen penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment pula. Dengan demikian, untuk uji reliabilitas instrumen tidak perlu menghitung lagi karena hasilnya sama dengan uji validitas instrumen. Angka-angka

atau

indeks

validitas

sebagaimana tertera pada tabel berikut ini:

dan

reliabilitas

instrumen

45

Tabel 4. Harga rxy Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Nomor Item

rxy

Keterangan

1

0,84

Valid

Reliabel

2

0,924

Valid

Reliabel

3

0,864

Valid

Reliabel

4

0,85

Valid

Reliabel

5

0,703

Valid

Reliabel

6

0,701

Valid

Reliabel

7

0,965

Valid

Reliabel

8

0,939

Valid

Reliabel

9

0,84

Valid

Reliabel

10

0,853

Valid

Reliabel

11

0,749

Valid

Reliabel

12

0,693

Valid

Reliabel

13

0,865

Valid

Reliabel

14

0,661

Valid

Reliabel

15

0,775

Valid

Reliabel

16

0,79

Valid

Reliabel

17

0,924

Valid

Reliabel

18

0,693

Valid

Reliabel

19

0,701

Valid

Reliabel

20

0,767

Valid

Reliabel

46

H. Teknik Analisis Data Penelitian diadakan dengan satu tujuan pokok, yakni menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk mengungkap fenomena-fenomena sosial atau alami tertentu. Untuk mencapai tujuan pokok ini, peneliti merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, memproses data, membuat analisis dan interprestasi. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989-263), analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan. Dalam prose sini sering digunakan statistik. Analisis statistik digunakan pada data kuantitatif atau data yang dikuantitatifkan, yaitu data dalam bentuk bilangan (Suryabrata, 1983:394). Metode analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Product Moment untuk hubungan variabel X dengan variabel Y dengan menggunakan SPSS versi 10. Angka korelasi yang diperoleh dari perhitungan akan dapat memberikan interpretasi tertentu. Dalam hal ini ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu : 1. Intepretasi terhadap angka indek korelasi “r” product moment dilakukan secara sederhana. Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap korelasi “r” product momen “rXY”, digunakan pedoman sebagai berikut :

47

Besarnya (rXY)

Interpretasi



0,00 – 0,200

sangat rendah



0,200 – 0,400

rendah



0,400 – 0,600

agak rendah



0,600 – 0,800

cukup



0,800 – 1,00

tinggi

(Arikunto, 2002: 245) 2. Memberikan interpretasi terhadap angka indek korelasi ‘r” Produk Moment dengan jalan berkonsultasi pada tabel skor r Product Moment. Proses pengujian dilakukan sebagai berikut: a) Formula H0 dan H1 H0 : tidak ada hubungan positif signifikan antara variabel X dengan variabel Y H1 : ada hubungan positif signifikan antara variabel X dengan variabel Y b) Digunakan uji r Product Moment. c) Taraf signifikan 0,05 dengan N = 29 d) Skor kritis berdasarkan tabel skor r product moment diperoleh r (0,05:29) = 0,367. e) Kriteria pengujian hipotesis Tolak H0 jika r hitung > tabel Terima H0 jika r hitung < r tabel

48

Adapun kriteria skor untuk menentukan taraf kemampuan memahami dari Nugriyantoro (2001:399) adalah sebagai berikut : Interval skor tingkat kemampuan memahami

Keterangan

85 – 100

Baik sekali

75 – 84..

Baik

60 – 74..

Cukup

40 – 59..

Kurang

0. – 3 9..

Gagal

Sedangkan menurut Saliwangi (1989:27), ketuntasan belajar siswa adalah mencapai taraf kemampuan memahami minimal 85% dari jumlah siswa dalam kelompok yang bersangkutan. Adapun kriteria penskoran suatu karangan adalah sebagai berikut :  Isi gagasan yang dikembangkan

35%

 Organisasi isi (pembuka, isi, penutup)

25%

 Tata bahasa

20%

 Gaya pilihan kata

15%

 Ejaan (huruf kapital, tanda baca (titik, koma, hubung)

5%

(Nurgiyantoro, 2001:307)

49

BAB IV HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG SISWA KELAS V SDN LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dideskripsikan datanya bahwa di dalam penelitian ini memiliki dua variable, yaitu penguasaan kosakata (variabel X) dan kemampuan mengarang (variabel Y). Deskripsi datanya disampaikan berikut ini: a. Deskripsi Data Penguasaan Kosakata (Y) Berdasarkan nilai responden yang disampaikan dalam tabel Lamiran 2, diketahui bahwa nilai tertinggi dari jawaban responden tentang penguasaan kosakata siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang adalah 85 dan skor terendahnya adalah 65. Setelah dibagi menjadi 5 interval, diperoleh penyebaran data sebagaimana digambarkan melalui tabel berikut: Tabel 6. Deskripsi Data Nilai Penguasaan Kosakata Interval Skor 65 – 68 69 – 72 73 – 76 77 – 80 81 – 85 Jumlah

Kategori Jawaban Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Frekuensi 6 7 10 4 2 29 49

Persentase (%) 20,68 24,13 34,51 13,79 6,89 100

50

Pada penyebaran data yang disampaikan pada tabel di atas, nampak bahwa penguasaan kosakata siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabuapten Semarang bervariasi. Sebanyak 6 siswa (20,68%) memperoleh nilai antara 65 – 68 dengan kategori sangat rendah, sebanyak 7 siswa (24,13) memperoleh nilai antara 69 – 72 dengan kategori rendah, sebanyak 10 siswa (34,51%) memperoleh nilai antara 73 – 76 dengan kategori sedang, sebanyak 4 siswa (13,79%) memperoleh nilai antara 77 – 80 dengan kategori tinggi, kemudian sebanyak 2 siswa (6,89%) memperoleh nilai antara 81 – 85 dengan kategori sangat tinggi. Penyebaran data nilai pada tabel di atas menunjukkan bahwa penguasaan kosakata siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang berkategori sedang.

b. Deskripsi Data Kemampuan Mengarang (X) Setelah data dikumpulkan dan diolah maka skor tentang kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 dapat dideskripsikan sebagai berikut : Berdasarkan nilai responden yang disampaikan dalam tabel Lampiran 2, diketahui bahwa nilai tertinggi dari jawaban responden tentang kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang adalah 82 dan skor

51

terendahnya adalah 63. Setelah dibagi menjadi 5 interval, diperoleh penyebaran dan sebagaimana digambarkan melalui tabel berikut: Tabel 6. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Mengarang Interval Skor 65 – 68

Kategori Jawaban Sangat rendah

69 – 72

Rendah

5

17,24

73 – 76

Sedang

12

41,39

77 – 80

Tinggi

3

10,34

81 – 85

Sangat Tinggi

5

17,24

29

100

Jumlah

Frekuensi 4

Pada penyebaran data yang disampaikan

Persentase (%) 13,79

pada tabel di atas,

nampak bahwa kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang bervariasi. Sebanyak 4 siswa (13,79%) memperoleh nilai antara 63 – 66 dengan kategori sangat rendah, sebanyak 5 siswa (17,34%) memperoleh nilai antara 67-70 dengan kategori rendah, sebanyak 12 siswa (41,39%) memperoleh nilai antara 71-74 dengan kategori sedang, sebanyak 3 siswa (10,34%) memperoleh nilai antara 75 – 78 dengan kategori tinggi, kemudian sebanyak 5 siswa (17,24%) memperoleh nilai antara 79 – 82 dengan kategori sangat tinggi. Penyebaran data nilai pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang berkategori sedang.

52

Dari penyebaran data tentang kemampuan mengarang dan

penguasaan kosakata sebagaimana disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa ada keseimbangan antara penguasaan kosakata dengan kemampuan mengarang siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, yakni sama-sama berkategori sedang.

c. Deskripsi Data Kemampuan Mengarang (X) Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan mengarang dengan penguasaan kosakata, maka digunakan rumus Product Moment dengan menggunakan SPSS versi 10 dan hasilnya sebagai berikut: Tabel 8. Analisis Data Korelasi antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Mengarang PENGUASAAN KOSAKATA 1,000 ,446*

KARANGAN Pearson KATA

Correlation Sig.(2-tailed)

,

,015

29

29

,446*

1,000

,015

,

29

29

N Pearson KARANGAN

Correlation Sig. (2-tailed) N



Correlation is significant at the 0,05 level (2 tailed) Tabel di atas menunjukkan bahwa indeks korelasi (r hitung)

antara kemampuan mengarang (variabel X) dengan penguasaan kosakata (varaibel Y) sebesar 0,446. Indeks korelasi ini masih lebih besar dari indeks korelasi pada tabel (r tabel), yakni sebesar 0,367. Hal

53

tersebut menunjukkan bahwa antara kemampuan mengarang (variabel X) dengan penguasaan kosakata (variabel Y) mempunyai hubungan yang erat dan signifikan walaupun hubungannya rendah. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan mengarang dengan penguasaan kosakata siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008.” Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa antara kemampuan mengarang (variabel X) dengan penguasaan kosakata (variabel Y) mempunyai hubungan yang erat dan signifikan. Dengan demikian, hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini terbukti sehingga dapat diterima.

B. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara kemampuan mengarang (variabel X) dengan penguasaan kosakata (variabel Y) mempunyai hubungan yang erat. Telah terbukti dalam penelitian ini, bahwa antara kemampuan mengarang dengan penguasaan kosakata terdapat hubungan yang erat dan signifikan. Namun dari hasil evaluasi terhadap karangan yang dibuat siswa, masih terdapat kekurangtepatan siswa dalam mengerjakan soal sebanyak 20 pertanyaan dan membuat karangan. Soal tersebut meliputi 10 soal tentang diksi dan 10 soal tentang makna kata. Kekurangtepatan tersebut adalah sebagaimana tergambar dalam bahasan berikut ini.

54

Dalam hal penguasaan kosakata,pemahaman siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 tentang kata baik. Walaupun tidak semua siswa memperoleh hasil yang memuaskan, namun bisa dikatakan hasilnya di atas rata-rata. Berikut contoh analisis data kekurangpahaman siswa tentang kata: 

Gerombolan pemuda desa itu membuat warga resah. ‘Gerombolan’ pada kalimat di atas merupakan jenis makna … . (soal no. 3) a. denotasi b. konotasi negatif c. kias d. a dan b benar

Kata ‘gerombolan’ pada kalimat di atas merupakan jenis makna denotasi karena mengandung arti apa adanya yaitu sekumpulan massa yang melakukan tindakan negatif. Kalau zaman dulu ‘gerombolan’ memiliki makna konotasi positif sedangkan sekarang beralih menjadi makna konotasi yang negatif (Jawaban d) 

Adikku berjalan kaki setiap hari jika mau ke sekolah Awalan ber-pada kata berjalan mengandung arti … . (soal no. 4) a. melakukan tindakan berjalan c. mengenakan alas kaki b. proses berjalan d. jalan santai

Prefiks ber- yang melekat pada kata ‘jalan’ merupakan proses gramatikal. Awalan ber tidak berarti apa-apa tanpa melekat pada kata ‘jalan’. Sebaliknya awalan ber- memiliki makna yang berarti setelah melekat pada kata ‘jalan’, yaitu melakukan tindakan berjalan. (Jawaban a).

55



Di Jakarta banyak sekali pencakar langit yang kokoh Kata lain dari ‘pencakar langit’ adalah … . (soal no. 5) a. rumah yang mewah b. rumah yang tinggi c. gedung yang megah d. gedung yang tinggi

Ungkapan ‘pencakar langit’ tidak merajuk pada kata yang sebenarnya, melainkan ungkapan itu hanyalah kiasan dari kata sebenarnya, yaitu gedung yang tinggi (Jawaban d). 

Ia menaiki kapal padang pasir pada waktu di Arab Kapal padang pasir merupakan kiasan dari kata … . (soal no. 9) a. mobil perang b. unta c. pesawat d. permadani

Ungkapan ‘kapal padang pasir’ tidak merajuk pada kata yang sebenarnya melainkan ungkapan itu hanyalah kiasan dari kata sebenarnya, yaitu unta yang merupakan kendaraan dan hewan khas Arab. (Jawaban d). 

Kakek saya …di dalam mempertahankan tanah air tercinta ini (soal no. 12) a. gugur c. meninggal b. mati d. wafat

Kata-kata di atas merupakan pilihan jawaban kata yang bersinonim atau memiliki padanan kata. Dalam melengkapi kalimat tersebut, maka harus diperhatikan konteksnya. Kata-kata di atas memiliki arti yang sama, yaitu sudah tidak bernyawa. Untuk susunan kalimat di atas, kata yang tepat untuk melengkapinya adalah gugur, karena kata ‘gugur’ lebih sopan dan tepat digunakan bagi para pahlawan bangsa yang meninggal dunia di medan perang. (Jawaban a).

56



Wawan ingin menjadi seorang perenang handal Kata umum dari kata ‘perenang’ adalah … . (soal no. 15) a. penyelam b. olahragawan c. bintang olah raga d. berenang

Salah satu syarat ketepatan diksi adalah dapat membedakan kata umum dan kata khusus. Pada kalimat di atas, kata umum yang tepat digunakan untuk menyatakan kata khusus ‘perenang’ adalah olahragawan. (Jawaban b). Berkenaan dengan mengarang, memberikan skor terhadap suatu karangan bukanlah sesuatu hal yang mudah, karena suatu karangan tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Namun ada kriteria tersendiri dalam memberi skor terhadap suatu karangan. Karangan yang baik paling tidak terdapatnya kesamaan ide atau gagasan yang disampaikan dengan tema karangan, selain faktor yang lain, seperti organisasi isi yang sistematis, tata bahasa, diksi dan ejaannya. Dan kriteria penskoran suatu karangan adalah sebagai berikut :  Isi gagasan yang dikembangkan

35 %

 Organisasi isi (pembuka, isi, penutup)

25 %

 Tata bahasa

10 %

 Gaya pilihan kata

15 %

 Ejaan (huruf capital, tanda baca[titik, koma, hubung])

5%

Berdasarkan kriteria di atas, akan diberikan beberapa contoh analisis data karangan yang kurang tepat : 

“Itulah sebabnya aku sangat cinta kepada Indonesia yang begitu megah walaupun tahun lalu di terpa bencana sunami yang begitu dahsat, walaupun demikian aku tetap cinta Indonesia.”

57

Susunan kalimat di atas sulit dipahami maksudnya karena susunan kalimat yang kurang efektif. Pada kalimat di atas banyak kata-kata yang menjadikan isi gagasan sulit untuk dipahami dan harus dihilangkan, seperti itulah sebabnya, sangat, kepada, begitu, dan walaupun demikian. Selain itu juga adanya penulisan kata yang kurang tepat, seperti di terpa, sunami, dan dahsat. Kata di pada di terpa merupakan awalan di- keberadaannya selalu melekat pada kata yang diikutinya. Pada konteks tersebut di- melekat pada kata dasar terpa, sehingga menjadi diterpa. Sedangkan untuk kata sunami dan dahsat yang benar adalah tsunami dan dahsyat. Jadi susunan kalimat di atas diubah menjadi, “Aku cinta Indonesia yang begitu megah. Walaupun tahun lalu diterpa bencana tsunami yang dahsyat, aku tetap cinta Indonesia.” 

“Kita sebagai anak harus menghormati. menghargai dan berbakti kepada kedua orang tua. terutama Ibu yang melahirkan kita.”

Susunan kalimat di atas tidak menggunakan ejaan dengan benar, sehingga kalimat tersebut tidak tetap. Kalimat tersebut bisa menjadi satu kalimat yang utuh yang memiliki satu ide pokok. Penggunaan kata titik yang kurang tepat di antara menghormati dan menghargai, sehingga menjadi dua kalimat yang berbeda. Padahal kata menghormati dan menghargai merupakan satu frase yang berkata kerja. Seharusnya untuk menyatakan kalimat yang berpararel lebih dari satu kata digunakan tanda koma (,), sehingga kalimat itu menjadi menghormati, menghargai. Begitu juga dengan kalikmat “terutama ibu yang melahirkan kita” masih bagian dari kalimat sebelumnya, sehingga penggunaan kata titik kurang tepat, yang tepat adalah tanda koma (,). Jadi susunan kalimat yang tepat adalah sebagai berikut :

58

“Kita sebagai anak harus menghormat, menghargai, dan berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu yang melahirkan kita.” 

“Sebelum berangkat sekolah saya disuruh ibu untuk membeli minyak goreng diwarung.”

Pernyataan di atas kurang tepat, karena tidak ada jeda atau tanda pemberhentian pada akhir pernyataan, sehingga pernyataan tersebut dapat dikatakan sebagai pernyataan secara lisan. Seharusnya di antaranya “Sebelum berangkat sekolah’ dan “saya disuruh ibu….” Diberikan tanda koma (,). Demikian juga pada akhir pernyataan diberikan tanda titik (.) untuk menyatakan bahwa kalimat pertama sudah berakhir. Penulisan kata “diwarung” yang kurang tepat. Kata di pada kata diwarung kata yang mengikutinya. Jadi seharusnya susunan yang benar adalah “Sebelum berangkat ke sekolah, saya disuruh ibu membeli minyak goring di warung.” 

“di dekat rumah paman… .”

Kata depan di yang kurang tepat karena tidak sesuai dengan EYD. Melihat letaknya, kalimat tersebut berada pada awal paragraf. Seharusnya kata depan di menggunakan huruf kapital sesuai dengan EYD, sehingga menjadi “Di dekat rumah paman… .” 

Selain itu juga sekarang sudah terbukti dengan adanya kemenangan bapak guru Sukarno yang berani memenangkan lomba tari Jaipong bandung yang di adakan di korea selatan

59

Terjadi pemborosan kata pada susunan kalimat di atas, seperti pada kalimat “Selain itu juga sekarang sudah terbukti dengan adanya… .” yang seharusnya susunan “juga sekarang sudah” dihilangkan, sehingga menjadi “Selain itu terbukti dengan adanya….”, juga pada kalimat “bu guru Jujug” yang seharusnya kata ibu atau guru dihilangkan, sehingga menjadi “bu Jujug

atau guru Jujug”,

dan juga pada kalimat “tari Jaipong bandung.”

Kata ‘bandung’ pada susunan kalimat tersebut harus dihilangkan karena seluruh penduduk Indonesia sudah mengetahui bahwa tari Jaipong berasal dari Jawa Barat, sehingga susunannya menjadi “tari Jaipong.” Pada dasarnya pemborosan kata akan menyebabkan kalimat tidak efektif, sehingga isi gagasan sulit untuk dipahami. Kesalahan yang lain ada pada kekurangtepatan dalam memilih kata, seperti “yang berani” pada susunan kalimat “… guru Jujug yang berani memenangkan… .” Kata yang tepat untuk menggantikan susunan “yang berani” adalah “yang berhasil”, sehingga susunannya menjadi “…. Guru Jujug yang berhasil memenangkan … .” Kesalahan susunan kalimat di atas juga terjadi pada penulisan kata “di adakan”. di- pada kata di adakan merupakan konfiks yang melekat pada kata dasar ada, sehingga dalam penulisannya pun digabung dengan kata yang diikutinya menjadi diadakan. Kesalahan penulisan juga terjadi pada kata korea selatan yang merupakan nama negara yang seharusnya ditulis dengan huruf kapital sehingga menjadi Korea Selatan.

60

Berdasarkan uraian kesalahan di atas, susunan kalimatnya diubah menjadi “Selain itu terbukti dengan adanya kemenangan guru Jujug yang berhasil memenangkan lomba tari Jaipong yang diadakan di Korea Selatan.” 

“Kemudian saya ketemu Dengan seorang anak perempuan….”

Pemilihan kata yang kurang tepat pada kata ketemu, yang berasal dari bahasa Jawa. Pemasukan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia akan membuat susunan kalimat menjadi rancu. Yang tepat untuk menggantikan kata ketemu adalah kata bertemu, sehingga susunan kalimat secara keseluruhan yang tepat adalah “Kemudian saya bertemu dengan seorang anak perempuan… .” 

“Aku adalah anak dari sebuah keluarga yang sangat sederhana sekali.”

Kesalahan penulisan kata pada kata sangat dan sekali yang mengikuti kata sifat “sederhana”. Sebuah kata sifat hanya dapat diikuti oleh kata sangat atau sekali, karena sangat atau sekali memiliki arti yang sama yaitu amat. Jadi penulisan kata sifat sederhana yang tepat adalah sangat sederhana atau sederhana sekali. Jadi kalimat di atas menjadi “Aku adalah anak dari sebuah keluarga yang sangat sederhana” atau “Aku adalah anak dari sebuah keluarga yang sederhana sekali.” 

“ayah dan ibu setiap hari pergi ke ladang untuk menanam jagung dan padi.”

Penulisan kata ayah yang kurang tepat karena tidak menggunakan huruf kapital. Kata pertama pada awal kalimat seharusnya menggunakan huruf

61

kapital, sehingga kata yang tepat adalah Ayah. Kemudian penulisan kata setiap hari dan padi yang kurang tepat sehingga maknanya kurang jelas. Pada umumnya aktivitas menanam jagung di ladang tidak dilakukan setiap hari melainkan hanya dalam kurun waktu tertentu, misalnya tiga hari. Jadi untuk kata setiap hari diganti dengan tiga hari atau dihilangkan.

Begitu juga

dengan kata padi yang kurang tepat untuk ditanam di ladang karena termasuk tanaman palawija, sehingga kata padi harus dihilangkan. Jadi susunan kalimat yang tepat adalah “Ayah dan ibu pergi ke ladang untuk menanam jagung.” 

“Sesama manusia kita harus saling menghormati, menghargai”

Penulisan kata kita dan sesama manusia yang kurang tepat, sehingga membuat subjek tidak jelas. Untuk itu kita dan sesama manusia harus dihilangkan salah satu karena keduanya memiliki maksud yang sama dan keduanya merupakan pelaku dalam konteks tersebut. Kemudian penggunaan tanda koma (,) di antara menghormati dan menghargai yang kurang tepat. Jika ingin mencantumkan dua kata kerja yang sejajar dalam kalimat lebih tepatnya menggunakan tanda hubung dan dan bukan tanda koma (,). Tanda koma (,) lebih tepat digunakan pada saat menuliskan kata kerja sejajar lebih dari dua, misalnya menghormati, menghargai, dan mencintai. Jadi susunan kalimatnya menjadi menghormati dan menghargai. Berdasarkan uraian analisis di atas susunan kalimat yang tepat adalah “Sesama manusia harus saling menghormati dan menghargai” atau “Kita harus saling menghormati dan menghargai.”

62



“Hari sudah menjelang sore Saya dan Paman Pulang ke Rumah Paman”

Kata sudah dan menjelang yang pada kalimat di atas memiliki makna yang bertentangan. Kata sudah pada kalimat di atas menandakan bahwa hari telah sore atau sekitar pukul 15.00-17.30 WIB, sedangkan kata menjelang pada kalimat di atas menandakan bahwa hari akan sore atau sekitar pukul 14.30-15.00.

Jadi

salah

satu

dari

kata

tersebut

harus

dihilangkan

penggunaannya, sehingga menjadi “hari sudah sore atau hari menjelang sore” Selanjutnya kata paman yang merupakan keterangan tempat pada kalimat di atas kurang tepat penggunaannya. Jika dibaca secara keseluruhan, karangan tersebut menceritakan seorang anak yang berlibur ke rumah pamannya. Jadi kata paman pada kalimat tersebut harus dihilangkan karena karangan itu sudah jelas konteksnya atau dengan kata lain pemborosan kata yang menjadikan kalimat tidak efektif. Kesalahan yang lain adalah penulisan hruuf kapital yang tidak tepat, seperti pada kata Saya, Paman, Pulang, dan Rumah. Kata-kata tersebut dilihat dari posisinya bukan merupakan kata yang harus menggunakan huruf kapital. Seharusnya kata-kata tersebut tidak menggunakan huruf kapital, sehingga menjadi saya, paman, pulang, dan rumah. Kemudian di antara frase hari sudah sore dan saya dan paman diberikan tanda koma (,) agar susunannya sesuai dengan kaidah bahasa tulis. Jadi susunan kalimat yang tepat menjadi “Hari sudah sore, saya dan paman pulang ke rumah”.

63



“Selesai masak saya mengantar kan makan untuk ayah yang sedang bekerja di sawah.”

Penulisan kata masak yang kurang tepat kaerna kata masak pada kalimat di atas digunakan dalam bahasa Jawa, yaitu padak kalimat “Wes, mari masak aku… .”. Yang tepat untuk menggantikan kata masak adalah memasak, kemudian diikuti dengan penggunaan kata koma (,) sehingga menjadi, “Selesaki memasak, saya … .”. Kemudian kesalahan terjadi pada kalimat “saya mengantar kan makan… .”. Penulisan kata mengantar kan yang kurang tepat karena kata dasarnya adalah antar yang mendapatkan afiks men- dan sufiks –an dan dalam penulisannya digabung. Selanjutnya kata makan yang merupakan jenis kata kerja. Kata itu kurang tepat karena kata kerja tidak dapat diikuti oleh kata kerja di belakangnya. Dalam hal ini kata kerja mengantarkan diikuti oleh kata kerja makan yang memiliki makna sama, yaitu melakukan suatu aktivitas. Yang dapat diikuti oleh kata kerja adalah kata benda, dalam konteks ini adalah makanan yang bermakna sesuatu yang dapat dimakan. Berdasarkan uraian analisis di atas, maka susunan kalimat yang tepat adalah “Selesai memasak, saya mengantarkan makanan untuk ayah yang sedang bekerja di sawah.” Ketidaktepatan siswa memilih kata dalam kaitannya dengan hasil karangannya sebagaimana disampaikan di atas memerlukan perhatian untuk dibenahi agar siswa dapat menghasilkan karangan yang baik dan bermakna.

64

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan dimuka diketahui bahwa kemampuan memahami penguasaan kosakata maupun kemampuan mengarang siswa siswa kelas V SD Negeri Lemahireng 03 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 berhubungan secara signifikan. Baik penguasaan kosakata maupun kemampuan mengarang sama-sama berkategori sedang, yang berarti mereka cukup mampu mengarang dan memilih kata, meskipun masih ada beberapa kekurangan yang perlu pembinaan selanjutnya.

B. Saran Berdasarkan simpulan di atas disarankan : 1. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia hendaklah lebih memperhatikan kurikulum yang berlaku sekarang ini yaitu Kurikulum 2006 yang berbasis kompetensi. Dalam mempelajari kata tidak hanya diberikan secara teori saja, melainkan dengan contoh-contoh yang menarik bagi siswa. Tentunya yang menarik bagi sswa itu sendiri bervariatif, misalnya dalam mengajarkan kata diberikan bacaan-bacaan yang atraktif dan baru bagi siswa, atau juga bisa

dengan

multimedia

yang

interaktif,

sehingga

siswa

akan

memperhatikan dan lebih paham. Bagaimana pun belajar itu harus tetap menyenangkan dan tanpa paksaan.

65

2. Agar siswa lebih memahami kata, hendaklah guru sering memberikan tantangan yang akan meningkatkan kemampuannya dalam memahami kata. 3. Dalam menyusun suatu karangan hendaklah guru memberikan tema-tema yang dekat dengan kehidupan siswa agar mereka lebih mudah dalam mengarang. Dan tetaplah menjadi pemimbing bagi para siswa dalam berbagai hal. 4. Untuk memacu semangat belajar siswa, guru juga harus menghargai hasil belajar siswa, seperti memberikan pujian kepada tiap siswa tanpa kecuali, dan selalu mengembalikan tugas yang telah dikerjakan oleh siswa. 5. Bagi peneliti bidang yang sama, hendaklah meneliti dari sisi yang lain. Karena kata hanya salah satu faktor saja dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kemampuan

mengarang,

misalnya dari

sisi

ejaan.

Pemahaman siswa terhadap ejaan sendiri juga dapat mempengaruhi kemampuan dalam menyusun karangan. Jika siswa tidak mampu memahami ejaan dengan baik, maka siswa tersebut juga tidak mampu memahami kata, kalimat dan paragrap dengan baik pula. Hal ini berarti siswa tersebut tidak mampu dalam membuat suatu karangan.

66

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Cetakan ke-5. Jakarta: PT. Media Tama Sarana Perkasa. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi III. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Daryanto. 1994. Kamus Bahasa Indonesia Modern. Surabaya : APOLLO. Gie, The Liang. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Liberty dan Balai Bimbingan Mengarang. ______. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta : ANDI. Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: ANDI. Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Flores : Nusa Indah. Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendahuluan. Jakarta: Rineka Cipta. Moeliono, Anton M. 1992. TataBahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Natia, I.K. 1994. Sari Bahasa Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Surabaya: ARKOLA. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Oka, I. Gusti Ngurah. 1974. Problematik Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Surabaya : Usaha Nasional. Razak, Abdul. 1992. Kalimat Efektif Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Saliwangi, BAsennang. 1989. Pengantar Strategi Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

67

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Sitindaon, Gustaf. 1984. Pengantar Linguistik dan Tata Bahasa, Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, PT. Midas Surya Grafindo. Syafi’ie, Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang. Soedjito. 1992. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Supinah, Pien dan Suhendar. 1992. MKDU (Mata Kuliah Dasar) Bahasa Indonesia. Bandung: Pionir Jaya. Tarigan, Djargo. 1981. Membina Ketrampilan Pengembangannya. Bandung: ANGKASA.

Menulis

Paragraf

dan

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa. Walujo, Djoko Adi. 2000. Buku Pedoman Penelitian. Surabaya: Pusat Penelitian Universitas PGRI Adi Buana. Wojowasito, S. Kamus Bahasa Indonesia. Malang : CV. Pengarang. Yusuf, A. Muri. 1997. Statistik Penelitian. Padang: Angkasa Raya.

68

Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN Nama No. Presensi

: :

……………………………………… ………………………………………

Petunjuk : 1. Jawablah pertanyaan sebanyak mungkin dengan tepat ! 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kaliang anggap benar! 3. Waktu mengerjakan 90 menit. 1. Kakaknya mati tertabrak mobil kemarin sore. Kata ‘mati’ di atas kurang tepat. Di bawah ini merupakan padangan kata yang tepat untuk menggantikan kata ‘mati’ tersebut … . a. tewas b. meninggal dunia c. gugur d. wafat 2. Tanaman anggrek di taman itu … karena tidak dipelihara. a. meninggal dunia b. gugur c. mati d. wafat 3. Gerombolan pemuda desa itu membuat warga resah. ‘Gerombolan pada kalimat di atas merupakan jenis makna … . a. denotasi b. konotasi negatif c. kias d. a dan b benar 4. Adikku berjalan kaki setiap hari jika mau ke sekolah. Awalan ber-pada kata berjalan mengandung arti tik a. melakukan tindakan berjalan b. proses berjalan c. mengenakan alas kaki d. jalan santai

69

5. Di Jakarta banyak sekali pencakar langit yang kokoh. Kata lain dari ‘pencakar langit’ adalah … . a. rumah yang mewah b. rumah yang tinggi c. rumah yang megah d. gedung yang tinggi 6. 1. Ia mengintip TV setiap hari. 2. Iwan menonton bioskop tadi malam 3. Wati senang melihat pemandangan pegunungan yang begitu indah. 4. Wawan meneropong bintang di langit. Dari keempat kegiatan (mengintip, menonton, melihat, dan meneropong), manakah yang tepat? a. 1, 3, dan 4 b. 1, 2, dan 4 c. 2, 3, dan 4 d. semua salah 7. Maling itu … ayam di rumah peternakan Pak Ali. a. mengambil b. mengutil c. mencuri d. semua benar 8. Tugas kita adalah menyatukan visi dan misi kita. a. . menjadikan satu b. memisahkan c. menggabungkan d. a dan c benar 9. Ia menaiki kapal padang pasir pada waktu di Arab. Kapal padang pasir merupakan kiasan dari kata … . a. mobil perang b. unta c. pesawat d. permadani 10. Sebagai pelajar kita harus mempunyai … . a. kitab b. buku c. acuan d. diktat

70

11. 1. 2. 3. 4.

melati putih mawar merah

dari keempat pilihan kata di atas, dimanakah yang berarti suci ? a. 1 dan 3 b. 1 dan 2 c. 2 dan 3 d. 2 dan 4 12. Kakek saya… di dalam mempertahankan tanah air tercinta ini. a. gugur b. mati c. meninggal d. wafat 13. Rombongan peserta studi banding itu telah tiba tadi pagi. ‘Rombongan’ pada kalimat di atas mempunyai makna… . a. konotasi b. denotasi c. konseptual d. leksikal 14. 1. kerajinan tangan 2. buah-buahan 3. oleh-oleh 4. saputangan Ibu membawa buah tangan sepulang dari Borobodur. ‘Buah tangan’ di atas merajuk pada kata … . a. 1 dan 3 b. 2 c. 2 dan 3 d. 3 15. Wawan ingin menjadi seorang perenang handal. Kata umum dari kata ‘perenang’ adalah … . a. penyelam b. olahragawan c. bintang olah raga d. berenang

71

16. 1. kurus 2. langsing 3. kurus kering 4. singset dari keempat pilihan di atas, yang termasuk arti dari ‘kering keronta’ adalah … . a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 17. Tubuhnya langsing bagaikan gitar spanyol. Kata ‘langsing’ di atas bermakna … . a. konotasi b. denotasi c. kias d. asosiatif 18. 1. kuda laut 2. ubur-ubur 3. rumput laut 4. siput Dari keempat pilihan di atas, manakah yang termasuk jenis binatang ? a. 1, 3, dan 4 b. 2, 3, dan 4 c. 4, 2, dan 1 d. 3, 2, dan 1 19. Mandor pabrik itu sedang … para pekerja a. mengintai b. melihat c. mengawasi d. menonton 20. Kakak saya kreatif dalam membuat film … . a. karton b. karikatur c. kartun d. kartu

72

Mengarang Petunjuk : 1. Buatlah sebuah karangan dengan memilih salah satu tema di bawah ini a. Aku Cinta Indonesia b. Pergi Ke Desa c. Berbakti Kepada Orang Tua 2. Tulis nama dan nomor absent pada lembar jawaban 3. Buatlah karangan menjadi tiga paragraph dengan kriteria sebagai berikut: - Paragraf I (bagian pembuka) - Paragraf II (isi) - Paragraf III (bagian penutup). Tulislah karangan tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai aturan (kaidah) bahasa Indonesia dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

KUNCI JAWABAN TES PENGUASAAN KOSAKATA 1. a 2. c 3. b 4. a 5. d 6. c 7. c 8. a 9. b 10. b

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

b a b d b a a c c c

73

Lampiran 2 LEMBAR JAWABAN TES PENGUASAAN KOSAKATA SISWA KELAS V SDN LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

Nama

: .......................................................................................................

No Absen

: .......................................................................................................

Nilai

: .......................................................................................................

1.

a

b

c

d

2.

a

b

c

d

3.

a

b

c

d

4.

a

b

c

d

5.

a

b

c

d

6.

a

b

c

d

7.

a

b

c

d

8.

a

b

c

d

9.

a

b

c

d

10. a

b

c

d

11. a

b

c

d

12. a

b

c

d

13. a

b

c

d

14. a

b

c

d

15. a

b

c

d

16. a

b

c

d

17. a

b

c

d

18. a

b

c

d

19. a

b

c

d

20. a

b

c

d

74

Lampiran 3 SKOR JAWABAN RESPONDEN UNTUK UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN Nomor Subyek

Skor Butir Pertanyaan 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

10 11

12

13

14

15

16

17

18

19

Y

20

Y2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

0 1 0 1 1 1 0 1 1 0

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

1 1 0 0 1 1 0 1 1 0

1 1 1 1 1 1 1 0 1 0

0 0 0 1 1 1 0 0 1 1

1 1 1 0 0 1 1 0 0 0

1 1 0 1 0 0 0 1 0 0

0 0 1 1 1 0 1 0 1 0

1 0 0 0 1 0 0 0 1 0

1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

1 1 0 1 0 0 0 0 0 0

0 1 1 0 1 0 0 0 0 1

1 1 0 0 1 1 1 1 0 1

1 1 1 1 1 0 1 0 0 0

1 0 1 1 0 0 0 0 1 0

1 1 0 0 0 0 1 1 1 1

0 1 0 0 1 0 0 0 1 0

0 1 1 0 0 0 1 1 1 1

1 1 1 0 0 0 0 0 1 1

14 16 11 10 12 9 10 8 14 7

X

8

6

9

6

8

6

4

4

5

3

8

3

4

7

6

4

6

3

6

5

111

(X)2

64

36

81

36

64

36

16

16

25

9

64

9

16

6

4

6

3

9

36

25

12321

(Y)2

8

6

9

6

8

6

4

4

5

3

8

3

4

7

6

4

6

3

6

5

XY

98

79

107

78

96

76

56

58

67

44

97

42

56

76

77

55

79

42

76

66

rxy

0.657

0.924

0.864

0.85

0.703

0.701

0.865

0.939

0.84

0.853

0.749

0.693

0.865

0.661

0.775

0.79

0.924

0.693

0.701

0.767

Ket.

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Ket.

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

Reliab

196 256 121 100 144 81 100 64 196 49

75

Lampiran 4

Tabel Harga Kritik dari r Product Moment Interval N (1)

Kepercayaan

95% (2)

99% (3)

3 4

0997 0950

0,999 0,990

5 6 7

0878 0811 0754

8 9 10

Interval N (1)

Kepercayaan N (1)

Interval

Kepercayaan

95% (2)

99% (3)

95% (2)

99% (3)

26 27

0,388 0,381

0,4906 0,487

55 60

0,266 0,254

0,345 0,330

0,959 0,917 0,874

28 29 30

0,374 0,367 0,361

0,478 0,470 0,463

65 70 75

0,244 0,235 0,227

0,317 0,306 0,296

0707 0666 0632

0,874 0,798 0,765

31 32 33

0,355 0,349 0,344

0,456 0,449 0,442

80 85 90

0,220 0,213 0,207

0,286 0,278 0,279

11 12 13 14

0602 0576 0553 0532

0,735 0,708 0,634 0,661

34 35 36 37

0,339 0,334 0,329 0,325

0,436 0,430 0,424 0,418

95 100 125 150

0,202 0,195 0,176 0,159

0,263 0,256 0,230 0,210

15 16 17

0514 0497 0482

0,641 0,623 0,606

38 39 40

0,320 0,316 0,312

0,413 0,408 0,403

175 200 300

0,148 0,138 0,113

0,194 0,181 0,148

18 19 20

0468 0456 0444

0,590 0,575 0,561

41 42 43

0,308 0,304 0,301

0,396 0,393 0,389

400 500 600

0,098 0,088 0,080

0,128 0,115 0,105

21 22 23

433 0423 0413

0,549 0,537 0,526

44 45 46

0,297 0,294 0,291

0,384 0,380 0,276

700 800 900

0,074 0,070 0,065

0,097 0,091 0,086

24 25

0404 0396

0,515 0,505

47 48 49 50

0,288 0,284 0,281 0,297

0,372 0,368 0,364 0,361

1000

0,062

0,081

N = Jumlah pasangan yang digunakan untuk menghitung t

76

Lampiran 5

NILAI HASIL MENGARANG DAN PENGUASAAN KOSAKATA SISWA KELAS V SDN LEMAHIRENG 03 KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nomor 1. 2. 3. 4. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29.

Nama Siswa Kurniawan Nova Prianto Andika Wahyu Aminari Anggun Fauzan Doni Anggoro Dandi Krismanto Erwinda Adi Eko Setiyawan Gilang panji Pangestu Akbar Hasan Setiyono Sunaryo Agil Nur Pamuji Aprilia Suci Dewi Herlambang Riyan Yudi Setiyawan Mulana Muhamad M.Achyar Risqi Niken Andria Shinta Natalia Fefi Suryana Nindi Ariyani Arumi Reza Romani Siti Koiriyah Agus Wahyudi Khoirul Soleh Bagas Kurniawan Dandi Andika Putra Koiruli Abdul

Nilai Mengarang 72 78 67 72 63 68 73 68 72 66 63 73 72 77 82 73 80 71 73 63 73 71 78 80 67 80 73 79 70

Nilai Penguasaan Kata 75 75 70 70 70 80 75 65 85 65 70 85 75 80 80 75 75 75 75 70 65 70 75 75 65 70 65 80 65

77

Lampiran 6

DATA NANANG karangan

kosakata

1

72

75

2

78

75

3

67

70

4

72

70

5

63

70

6

68

80

7

73

75

8

68

65

9

72

85

0

66

65

1

63

70

2

73

85

3

72

75

4

77

80

5

82

80

6

73

75

7

80

75

8

71

75

9

73

75

0

63

70

1

73

65

2

71

70

3

78

75

4

80

75

5

67

65

6

80

70

7

73

65

8

79

80

9

70

65

78

Lampiran 7

79

Lampiran 8

80

Lampiran 9

RENCANA PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Tema

: Pengalaman

Sub Tema

: Menulis

Kelas/Program : V/1 Waktu

I.

: 3 x 35 menit

Kompetensi Dasar Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan menggunakan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

II.

Indikator Mampu menulis karangan berdasarkan peristiwa pengalaman dengan pilihan kata dan ejaan yang tepat.

III. Materi Pembelajaran Karena berdasarkan pengalaman sesuai tema yang ditentukan, tema yang ditentukan meliputi : a. Aku Cinta Indonesia b. Pergi ke Desa c. Berbakti kepada Orang Tua

IV.

Kegiatan Pembelajaran a. Mempraktikkan contoh cerita pengalaman. b. Melakukan tanya jawab tentang : 1. Tema karangan 2. Topik karangan 3. Judul karangan

81

c. Memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah membuat kerangka karangan. d. Menentukan tema dari berbagai pengalaman yang menarik yang pernah dialami. e. Membuat kerangka karangan berdasarkan

peristiwa/pengalaman yang

dipilih sesuai dengan tema. f. Mengembangkan kerangka karangan menjadi suatu karangan yang utuh. g. Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan rapi dan dengan pilihan kosakata serta ejaan yang tepat.

V.

Penilaian a. Teknik

: Tertulis

b. Bentk Instrumen

: Unjuk Kerja

c. Instrumen

: Buatlah sebuah karangan sesuai tema yang telah kamu pilih.

VI.

Alokasi Waktu 3 x 35 menit.

VII. Sumber Belajar Buku Bahasa Indonesia Kelas V, Gramedia, hal. 61-63.

Bawen, 27 November 2007 Mengetahui

Guru Kelas (Peneliti)

Kepala Sekolah

Sulasih 130389030

P.P. Nanang Eko Purwanto 500138832