Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006. 9.
LAPORAN PENELITIAN ... dan tuntutan kehidupan. Sumber-sumber stres salah
satunya adalah tipe kepribadian. ..... Fudyartanto. (2003). Psikologi kepribadian.
LAPORAN PENELITIAN
STRES DAN KOPING PERAWAT KEPRIBADIAN TIPE A DAN KEPRIBADIAN TIPE B DI RUANG RAWAT INAP RSU DR. PIRNGADI MEDAN Dwi Ratna Sari*, Diah Arruum**
ABSTRAK Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Sumber-sumber stres salah satunya adalah tipe kepribadian. Sedangkan koping merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang mengancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B di ruang rawat inap RSU Pringadi Medan. Berdasarkan Uji Independent Sample T-test didapat bahwa stres tipe A adalah stres sedang sebesar 59,1%, tipe B stres sedang sebesar 22,7% dan stres rendah untuk tipe A sebesar 40,9%, untuk tipe B sebesar 77,2%. Sedangkan koping yang digunakan tipe A adaptif sebesar 75%, tipe B sebesar 63,6%, dan untuk koping maladaptif untuk tipe A sebesar 25% sedangkan untuk tipe B sebesar 36,3%. Dari hasil penelitian ini untuk perbedaan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B diperoleh nilai t = 0.73, t = 0,68, karena P> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Kata kunci: stres, koping, kepribadian tipe A, kepribadian tipe B PENDAHULUAN Latar Belakang Stres dapat menyerang siapa saja, stres merupakan bagian yang penting dan perlu dari kehidupan individu, dan sebagai akibat yang tidak terhindarkan dari interaksi antara individu dengan lingkungan. Stres merupakan realita kehidupan setiap hari. Individu tidak dapat menghindarinya. Stres adalah setiap perubahan yang memerlukan
penyesuaian sehingga dapat beradaptasi (Davis, et al., 1995). Kebanyakan stres timbul dalam kegiatan sehari-hari, di tempat kerja, di rumah, maupun di dalam perjalanan. Dalam jumlah yang kecil, stres dapat juga bermanfaat, di mana stres dapat membantu untuk memusatkan perhatian dan kinerja individu. Namun terlalu banyak stres akan menurunkan kinerja dan mengganggu
Penulis adalah * Mahasiswa Program S-1 Keperawatan PSIK FK USU ** Dosen Keperawatan Dasar PSIK FK USU
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
Universitas Sumatera Utara
9
kesehatan. Memahami stres merupakan salah satu gejala utama dari terjadinya stres yang kronis yaitu kemarahan, yang dapat meledak setiap saat. Konsekuensi sosial dan emosional yang muncul karena membiarkan stres berkembang (htpp//: www.binuscareer. com/article.asp). Kepribadian tipe A cenderung mengalami stres dibandingkan dengan tipe B. Beberapa ciri-ciri kepribadian tipe A adalah sering merasa terburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidupnya (apa yang diraihnya), cenderung berkompetensi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang nonkompetetif, secara emosional tidak stabil dan peristiwa-peristiwa yang hanya ini saja dapat membangkitkan tingkat stres yang tinggi, sedangkan dengan tipe kepribadian B kebalikan dari tipe kepribadian A (http//:www.Sabda.org.publikasi/e/konsel/ 003.htm). Dalam penelitian Friedman menyatakan tipe A sangat agresif dibandingkan dengan tipe B. Dia juga menyatakan bahwa jumlah wanita dan pria yang masuk kategori tipe A mencapai 60% dari total responden yang mereka teliti. Orang kota diyakini memiliki peluang lebih besar menjadi tipe A, karena stres yang tinggi dan kesibukan yang terus meningkat. Wongso (1999) dalam penelitiannya melaporkan bahwa tingkat burnout (kelelahan emosional) tipe kepribadian A dan tipe B tidak berbeda secara signifikan. Huckabay (1997) dalam penelitiannya pada beberapa perawat, bahwa tingkat stres kerja perawat dengan kategori tinggi sebesar 4,7%. Dan stressor pada perawat cukup bervariasi, stressor lima besarnya adalah beban kerja berlebih sebesar 82,2%, pemberian upah yang tidak adil 57,3%, beban kerja kurang 48,6%, tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan 44,9%. Dan manajemen stres yang dipakai perawat dalam menghadapi
10
stressor adalah menggunakan refreshing sebesar 95,3%, karena teknik tersebut mungkin lebih murah dan bisa dilakukan bersama keluarga. Untuk mencegah semua ini dibutuhkan koping. Setiap orang memiliki koping yang berbeda-beda. Koping itu sendiri adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan respons terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1998). Upaya individu dapat berupa perubahan cara berpikir, perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi (http//:www.search.yahoo.com/koping.html. Ada beberapa koping yang sering digunakan orang dengan kepribadian tipe B ini yaitu memanfaatkan waktu dengan cara membaca koran, buku, berdoa dan ada juga yang menanggapinya dengan melontarkan kata-kata makian tanpa sasaran yang jelas dan lain-lain (http//: www.cybermed.cbn. net.id/detil.asp). Adapula beberapa teknik yang digunakan untuk hidup bersama stres pada waktu bekerja yaitu penghindaran (avoidance), teknik ini digunakan untuk menghindarkan individu dari stressor, pemutusan hubungan, teknik ini didasarkan atas sebuah kebenaran yang sederhana bahwa sesuatu itu tidak akan menyebabkan individu stres, kecuali individu yang membiarkannya menjadi stres. Dengan teknik ini, sesuatu yang menjadi stressor diabaikan (Davis, 1995). Desiwaty (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada perbedaan antara kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B dalam cara mengatasi konflik. Di mana yang berkepribadian tipe A lebih banyak menggunakan kolaborasi dalam memecahkan masalah, yaitu 18,5% dari 46 orang sedangkan untuk kepribadian tipe B lebih banyak menggunakan cara penyesuaian yaitu 12,3% sebanyak 10 orang dari 35 orang.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin mengetahui stres dan koping antara perawat dengan kepribadian tipe A dan tipe B. Pertanyaan Penelitian Adakah perbedaan stres dan koping antara perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B? Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengidentifikasi perbedaan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. 2. Mengidentifikasi stres perawat kepribadian tipe A dan tipe B. 3. Mengidentifikasi koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. 4. Mengidentifikasi perbedaan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Pirngadi Medan. Pengambilan sampel dilakukan secara convinence sampling. Power analysis digunakan untuk memperkirakan jumlah sampel, dengan tingkat kemaknaan (α) =.05, effect size (γ) =.60 dan power of the test (1-β) =.80 sehingga total sampel untuk satu kelompok variabel adalah 88
responden (Polit & Hungler, 1995) yang terdiri dari 44 orang responden kepribadian tipe A dan 44 orang kepribadian tipe B. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pirngadi Medan yaitu di ruang Rawat Inap (Kelas VIP 1, VIP 11, Plus A, Plus B, Lantai V, VI, V11, V111, Ruang V111,(Anak), Ruang IX (Bedah), dan alasan peneliti memilih karena memiliki jumlah perawat yang relatif banyak dan merupakan rumah sakit pendidikan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Mei sampai 10 Juni 2006. Pertimbangan Etik Peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada responden, agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan atau dapat disetujui secara lisan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden dan lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang dibagi menjadi empat bagian. Pada bagian awal instrumen penelitian ini berisi data demografi perawat yang meliputi inisial, jenis kelamin, usia, agama, suku, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan penghasilan per bulan.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
11
Universitas Sumatera Utara
Bagian instrumen kedua yaitu kuesioner untuk mengidentifikasi kepribadian perawat tipe A dan kepribadian tipe B, kuesioner yang digunakan diperoleh dengan mengadopsi model instrumen Looker, (2004) yang berisi 10 pernyataan, dengan menggunakan skala likert. Dengan pilihan jawaban tidak pernah (0), hampir tidak pernah (1), kadang-kadang (2), biasanya (3) hampir selalu (4), selalu (5) dengan skore yang tertinggi 5 dan terendah 0. Bagian instrumen ketiga yaitu kuesioner yang berisi pernyataan untuk mengidentifikasi stres perawat. Bagian ini terdiri dari 15 pernyataan dengan memodifikasi model instrumen stres kerja dari Davis (1995). Menggunakan skala likert dengan jawaban tidak pernah (1), kadangkadang (2), selalu (3), hampir selalu (4). Bagian instrumen yang keempat berisi pernyataan untuk mengidentifikasi koping yang digunakan dalam menangani tingkat stres. Dengan memodifikasi model instrumen dari Lazarus, (1998). Bagian ini terdiri dari 15 pernyataan dengan 11 pernyataan positif dan 4 penyataan negatif dengan menggunakan skala likert yang pilihan jawabannya tidak dilakukan (1), jarang dilakukan (2), selalu dilakukan (3), dilakukan (4) jika penyataan positif. Jika penyataan negatif maka tidak dilakukan (4), jarang dilakukan (3), selalu dilakukan (4), dan dilakukan (1). Uji Reabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan pada 20 orang. Kuesioner kepribadian, stres dan koping menggunakan cronbach alpha. Hasil reliabilitas untuk kuesioner kepribadian didapat 0,823, untuk kuesioner stres didapat 0,864 dan untuk koping didapat 0,73. Proses Pengumpulan Data Adapun prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu: mengajukan
12
permohonan izin kepada PSIK FK-USU kemudian mengajukan permohonan izin kepada Direktur RS. Pirngadi Medan, selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data penelitian. Dalam pengumpulan data kuesioner diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan di setiap ruangan yang diteliti. Setelah responden didapat, dilakukan penjelasan terlebih dahulu kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan serta menanyakan kesediaan calon responden. Calon responden bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan atau menyetujui secara lisan, Responden dipersilahkan untuk menjawab semua pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner dan diberikan kesempatan untuk mengisi kuesioner tersebut kurang lebih 15 menit, dan jika ada hal–hal yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner responden diberikan kesempatan untuk bertanya dan jika responden tidak bisa mengisi kuesioner pada saat peneliti membagikan kuesionernya, responden diperbolehkan membawa pulang kuesioner dan diisi dengan jujur. Dan pengembalian kuesioner dikembalikan paling lama dua hari, Setelah responden mengisi semua kuesioner maka seluruh data yang telah terkumpul dikelompokkan kembali oleh peneliti untuk memilih kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, Setelah semua terkumpul dengan jelas baru peneliti melakukan pengolahan/ analisis data. Analisis dan Presentasi Data Data demografi responden dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui nilai frekuensi dan persentase. Analisis statistik yang dapat digunakan dalam mencari perbedaan stres dan koping antara perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, dapat menggunakan Uji Independent Sample T-
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 Universitas Sumatera Utara
test. dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05). Bila pRp 1000.000, sebanyak 17 orang (38,6%).
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B Kepribadian Tipe A Fr (%) 32 (72,7) 9 (20,4) 3 (6,81)
Kepribadian Tipe B Fr (%) 36 (81,8) 6 (13,6) 2 (4,54)
Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan
4 (9,09) 40 (90,0)
6 (13,6) 38 (86,3)
Status Menikah Tidak Menikah Janda / Duda
21 (47,7) 23 (52,2) 0
16 (36,3) 28 (63,6) 0
Agama Islam Protestan Katolik Budha Hindu
26 (59,0) 18 (40,9) 0 0 0
21 (47,7) 20 (45,4) 3 ( 6,8 ) 0 0
Suku Bangsa Batak Melayu Jawa Lain- lain
24 (54,5) 2 (4,54) 9 (20,4) 9 (20,4)
32 (72,7) 2 (4,54) 6 (13,6) 4 (9,09)
8 (18,1) 35 (79,5) 1 (2,27) 0
6 (13,6) 33 (75 ) 5 (11,36) 0
14 (31,8) 13 (29,5)
11 (11,36) 19 (43,1)
17 (38,6)
14 (31,8)
Karakteristik Usia 22 – 32 tahun 33 – 43 tahun 44 – 54 tahun
Pendidikan SPK D3 Keperawatan S1 S2 Penghasilan Rp 1000.000,
Kelompok responden kepribadian tipe B Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa kelompok usia yang terbanyak adalah usia 22–32 tahun sebanyak 36 orang (81,8%), berdasarkan jenis kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 38 orang
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
13
Universitas Sumatera Utara
(86,3%), berdasarkan status perkawinan belum menikah sebanyak 28 orang (63,6%), berdasarkan agama, diperoleh agama Islam yang terbanyak yaitu 21 orang (47,7%), sedangkan berdasarkan suku bangsa, diperoleh suku Batak yang terbanyak yaitu 32 orang (72,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh bahwa yang terbanyak menjadi responden adalah yang berpendidikan D3 keperawatan sebanyak 33 orang (75%). Berdasarkan tingkat penghasilan dari data yang diperoleh yang terbanyak yaitu Rp 600.000,-1000.000, sebanyak 19 orang (43,1%) (Lihat Tabel 1). 2. Distribusi Perbedaan Stres Perawat Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa stres tipe A menunjukkan stres sedang sebanyak 26 orang (59,1%) dan stres rendahnya 18 orang (40,9%). Sedangkan kepribadian tipe B menunjukkan stres sedang 10 orang (22,7%) dan stres rendahnya sebanyak 34 orang (77,2%). Tabel 2. Distribusi stres perawat tipe A dan tipe B Stres Stres Tinggi Stres Sedang Stres Rendah
Kepribadian Tipe A Frek % 0 26 18
0 59,1% 40,9%
Kepribadian Tipe B Frek % 0 10 34
0 22,7% 77,2%
3. Distribusi Perbedaan Frekuensi dan Persentasi Koping Perawat Berdasarkan Kepribadian Tipe A dan Tipe B Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa koping perawat tipe A adalah menggunakan koping adaptif sebesar 75%, maladaptif sebesar 25%. Sedangkan untuk kepribadian tipe B koping adaptif sebesar 63,6%, maladaptif 36,3%.
14
Tabel 3. Distribusi koping perawat tipe A dan tipe B Kepribadian Tipe A Frek %
Koping Adaptif Maladaptive
33 11
Kepribadian Tipe B Frek %
75% 25%
28 16
63,6% 36,3%
4. Perbedaan Stres dan Koping Perawat Kepribadian Tipe A dan Perawat Kepribadian Tipe B Berdasarkan Hasil Uji Independent Sample T-test Dari hasil analisis data dengan menggunakan Independent Sample T-Test diperoleh nilai P>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Tabel 4. Perbedaan stres dan koping perawat berdasarkan kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B dari hasil Uji Independent Sample T-tes. Kepribadian
Mean
Mean Different
T
Sig. (2tailed)
Sig
Koping Tipe A Tipe B
1,43 1,29
-18 -18
1.812 1.812
.073
0.001
Stres Tipe A Tipe B
2,59 2,77
.18 .18
1.846 1.846
.068
0.001
Pembahasan Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana stres perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, serta perbedaan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 Universitas Sumatera Utara
1. Stres Perawat Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B Stres adalah respons tubuh tidak spesifik terhadap suatu tuntutan yang dihadapi (Fabella, 1993). Sedangkan menurut pendapat lain stres adalah ekspresi seseorang terhadap suatu hal yang terjadi baik di tempat kerja, di rumah, dan lain- lain (Mildner 1997 dikutip dari Davis 1998). Stres dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kematian, penyakit, pekerjaan dan masalah penghasilan. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dan persentase stres perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, diperoleh bahwa 26 perawat tipe A (59,1%) mengalami tingkat stres yang sedang dan 18 perawat (40,9%) mengalami tingkat stres rendah. Sedangkan pada perawat kepribadian tipe B diperoleh 10 (22,7%) mengalami stres sedang dan 34 perawat (77,2%) mengalami stres mengalami stres rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres kepribadian tipe A mengalami stres sedang sedangkan kepribadian tipe B mengalami tingkat stres rendah. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iswanto. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto (2001) yang berjudul “Hubungan Antara Stres Kerja, Kepribadian dan Kinerja Manajer Bank” didapat dari hasil perhitungan statistik uji beda dua mean yang menunjukkan harga uji statistik Z= 2,20 adalah lebih besar dari nilai kritis Z 0,05 = 1,64 yang artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara stres kerja manajer kepribadian tipe A dan manajer kepribadian tipe B yaitu bahwa tingkat stres kepribadian tipe A lebih tinggi dibandingkan dengan kepribadian tipe B. Adanya perbedaan stres kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, ini disebabkan oleh ciri-ciri kepribadian yang ada pada tipe A yaitu sangat ambisius, agresif, selalu bekerja untuk mencapai
sesuatu, berlomba dengan waktu sehingga dengan mudah untuk mendapatkan stres. Sedangkan individu dengan pola perilaku tipe B mungkin sama ambisiusnya dengan individu tipe A, tetapi mereka lebih santai dan menerima situasi seadanya. Individu tipe B bekerja dengan nyaman tanpa usaha untuk memerangi situasi yang mereka hadapi secara kompetetif dalam menghadapi tekanan, waktu, sikap dan mereka lebih santai sehingga mereka tidak mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan stres (Lailan 2002 dikutip dari Cooper, 1978). 2. Koping Perawat Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respons terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1998). Sedangkan menurut pendapat lain koping merupakan suatu proses di mana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapi dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (Zainun, dikutip dari Mutadin, 2002). Para ahli menggolongkan dua strategi koping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu (1) problema solving focus coping, yang merupakan suatu pencarian penyelesaian masalah secara aktif oleh individu untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres, (2) emotion focussed coping di mana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan hal ini merupakan suatu hal koping yang bersifat adaptif yaitu dapat menyelesaikan stressor yang ada sehingga stres tidak dapat terjadi (Lazarus & Folkman, 1984).
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
15
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan koping maladaptif merupakan ketidakmampuan individu melakukan adaptasi dengan adanya stressor sehingga stres bisa dapat terjadi misalnya dengan melakukan penghindaran atau avoidance, pemutusan hubungan (shortcercuihag), marah (Buettener, 1999). Ada beberapa cara untuk menghidari stres yaitu teknik relaksasi, pergi berjalanjalan, mendengarkan musik, (Cooper, 1995). Sedangkan menurut pendapat lain melakukan relaksasi dan meditasi merupakan cara yang ringan untuk mengatasi masalah (Looker, 2005). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dan persentase koping kepribadian didapatkan bahwa perawat tipe A mayoritas mempunyai koping adaptif sebesar 75% dan koping maladaptif sebesar 25% sedangkan perawat kepribadian tipe B mayoritas menggunakan koping adaptif sebesar 63,6% dan koping maladaptif sebesar 36,3%. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa koping adaptif paling banyak digunakan pada perawat kepribadian tipe A dari pada perawat kepribadian tipe B. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Naoughton 1997 yang menyatakan bahwa koping yang digunakan kepribadian tipe A adalah dengan emosi dan marah jika ada masalah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2002) yang berjudul “The Corelation between Midle School Student Coping Strategi and Personality Caracteris” menyatakan bahwa koping yang digunakan oleh kepribadian tipe A adalah emosi dan marah yang bersifat maladaptif, hal ini mungkin dikarenakan ciri kepribadian tipe A yang bersifat ambisius dan agresif. 3. Perbedaan Stres dan Koping Perawat Kepribadian Tipe A dan Kepribadian tipe B Hasil uji statistik dengan menggunakan Independent Sampel T- test yang dilakukan terhadap hasil penelitian diperoleh bahwa
16
tidak ada perbedaan yang signifikan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B (t=0,073, t = 0,068) 2tailed). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Iswanto (2001) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara stres kepribadian tipe A dengan kepribadian tipe B yaitu tingkat stres tipe A adalah tinggi sedangkan untuk kepribadian tipe B rendah. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Penelitian yang dilakukan terhadap 88 perawat yang bekerja di Ruang Inap Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan menggambarkan ada 44 perawat tipe kepribadian tipe A dan 44 perawat kepribadian tipe B. Hasil yang didapat dengan tingkat stres yaitu kepribadian tipe A tingkat stres sedang 59,1% dan tingkat stres rendah sebesar 40,9% Sedangkan untuk tingkat stres kepribadian tipe B adalah tingkat stres sedang sebesar 22,7% dan tingkat stres rendah sebesar 77,2%. Berdasarkan hasil penelitian koping perawat kepribadian tipe A yang menggunakan koping adaptif 43,1% dan maladaptif sebesar 56,8%. Sedangkan untuk kepribadian tipe B adalah 25% menggunakan koping adaptif dan 75% menggunakan koping maladaptif. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji Independent Sampel T-test dengan tingkat kemaknaan 5% (α =0,05) diperoleh bahwa tidak ada perbedaan stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B tidak berbeda dalam tingkat stres dan koping yang digunakannya.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006 Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Abraham, C. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. Jakarta: EGC. Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Benner, P. E., & Wrubel, J. (1998). The primary of caring stress and coping in health and illnes. USA: The AddisonWesley Publishing Company. Buetterner, R. (1999). Coping mechanism used by rural principles in saskatchewan in response to stressful event. Dibuka dari situs: http://www. ssts.sk.ca/researcj/leadership/95-13. htm Bustaman. (2000). Mencegah dan mengelola stres. Dibuka dari situs: http:// www. search.yahoo.com/koping.html.80%. web. Bolger, N. (1990). Coping as a personality proses. A prospective study journal of personality and social pscicology, 59: 523: 537. Caputo, J. (1991). Stress and burnout in library service. Canada: The Oryx Press. Cooper, C. ( 1995). Stress management yang sukses dalam sepekan. Jakarta: Kesaint Blanc. Davis, M. (1995). Panduan relaksasi dan reduksi stress. Jakarta : EGC. Davis, M. (1998). The relaxation and stress reduction workbook. Oakland: New Harbinger. Fudyartanto. (2003). Psikologi kepribadian timur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Friedman, M., et all. (1998). Keperawatan keluarga: Teori dan praktik. Jakarta: EGC. Galton, L. (1983). Coping with executive stress. USA: The Graw Hill Book Company.
Ho, J.T. (1995). The Singapore executive: Stress, personality and wellbeing. Journal of management development. (Vol. 14, No. 4). Ilmi, B. (2003). Pengaruh stres kerja terhadap prestasi kinerja dan identifikasi manajemen stres yang digunakan perawat di ruang inap RSUD Banjarmasin. Journal Of University Airlangga. Dibuka dari situs: http//: www.unair.ac.id Iswanto. (2001). Hubungan antara stres kerja, kepribadian dan kinerja manajer bank Journal Of University Airlangga. Dibuka dari situs: http//: www.unair.ac.id.yun11.htm.asp. Ivan, B. (2001). Kekuatan berbuat positif 12 strategi untuk mengendalikan hidup anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kozier, et all. (1995). Fundamental of nursing: Conceps, process and practice. (5th edition). California: Addison-Wesley Longman. Inc. Kozier, B. G., & Blains, K. (1997). Profesional nursing practice: Concepts and perspectives (3rd edition). California: Addision-Wesley Longman. Inc. Keliat. (1998). Penatalaksanaan stress. Jakarta: EGC. Knelli, N. (2005). Coping as a mediator between personality and stress out come: alongitudinal study with catarct surgery patients. Eouropan Journal Of Personality. 19:229-247. Dibuka dari situs: htpp//:www.findarticle.com. Kranzier, B, J. (1996). Generalizability of the type a / type b distraction accross different psychoactive substance. Journal Of Drug And Alcohol Abuse Disease. Dibuka dari situs: http:// www. Findarticle.com/article.html.
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006
17
Universitas Sumatera Utara