Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik,
...... SDM, Praktik-Praktik Baik Manajemen Peserta Didik, Praktik-Praktik Baik ...
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
MODUL MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
KINERJA-USAID Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 Email:
[email protected] www.kinerja.or.id
2014
KATA PENGANTAR Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat yang diamanatkan dalam berberagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan. Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik, Program KINERJA mendorong sekolah-sekolah agar menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan (SNP), dan masukan-masukan dan keluhan dari murid dan orangtua/wali murid. Keluhan-keluahan ini diperoleh melalui survei pengaduan yang dilaksanakan setiap tahun. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar program MBS berorientasi pelayanan publik dapat diadopsi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Beberapa daerah mitra telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkannya di semua sekolah secara bertahap. Dinas Pendidikan di daerah tersebut telah mulai menyebarluaskan praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik ke sekolah-sekolah lain dan merencanakan akan mencakup seluruh sekolah. Mengingat praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah, sekolah, dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya. Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan MBS dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA dan kabupaten/kota mitra dalam penerapan MBS berorientasi pelayanan publik. Jakarta, Januari 2014
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dan Keberhasilan KINERJA Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah Rekomendasi kepada para Calon OMP Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan
BAB 1
PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Proyek KINERJA Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Prinsip Dalam Tata Kelola MBS
8 8 9 10
BAB 2
Bab 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Situasi yang dihadapi di daerah Bagaimana kita memulai inisiatif 1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 2. Pengaturan Pekerjaan 3. Penyusunan rencana kerja Proses kerja 1. Peran masing-masing stakeholder 2. Pelaksanaan rencana kerja 3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja
11 11 11 11 12 12 13 13 13 14
MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Keberhasilan Program 1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo 2. Pendekatan KINERJA
16 16 16 16 18
BAB 3
2
1 2 3 4 6 7 7
Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
BAB 4
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain Rekomendasi untuk OMP Rekomendasi untuk Lembaga Diklat DAFTAR LAMPIRAN
www.kinerja.or.id
21 21 22 22 23
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
3
RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dan Keberhasilan KINERJA - Tujuan Umum Program KINERJA KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah mereka. Buku “Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” ini menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan MBS di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program MBS. Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama lima mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada, dan Kemitraan. KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif, dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi pemangku kepentingan dalam perencanaan dan penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).
4
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA fokus pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim usaha yang baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.
- Lokasi Program KINERJA KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni: 1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue 2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung 3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar 4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau 5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika
- Keberhasilan Program MBS Program KINERJA-USAID telah melaksanakan pendampingan teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra yang tersebar di 9 kabupaten/kota di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan ) sebagai unit layanan pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.Hingga akhir 2013 ini, hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut: •
Bersama organisasi mitra pelaksana, KINERJA melaksanakan berorientasi pelayanan publik di 180 sekolah mitra di sembilan kabupaten/kota di empat provinsi (20 sekolah di masing-masing kabupaten/kota).
•
Pendekatan KINERJA telah menunjukkan manfaat yang cukup signifikan di hampir semua sekolah mitra, baik dari aspek peningkatan partisipasi forum multi stakeholder sekolah, transparansi, akuntabilitas, dan peningkatan kualitas pelayanan sekolah. Sekolah-sekolah menyusun RKS dan RKAS secara partisipatif dan memasukkan program dan kegaiatan menuju pencapaian standar pelayanan serta berdasarkan data yang valid, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan.
•
Sekolah-sekolah mitra KINERJA melaksanakan survei pengaduan, menganalisis hasilnya menjadi sebuah indeks pengaduan masyarakat, membuat janji perbaikan layanan dan menindaklanjuti pengaduan yang menjadi wewenang sekolah dan menyampaikan rekomendasi tindak lanjut kepada Dinas Pendidikan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
5
Di Kabupaten Barru, ada sekolah yang menyampaikan rekomendasi kepada instansi lain di luar Dinas Pendidikan, yakni Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk memperbaiki layanan UKS. •
Beberapa kepala sekolah menyatakan bahwa survei pengaduan sangat efektif untuk memperbaiki pelayanan sekolah. Tanpa survei pengaduan, mereka tidak mengetahui apa yang menjadi keluhan dan harapan pengguna layanan.
•
Di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, terlihat jelas perubahan pelayanan sekolah terhadap murid dan siswa. Fasilitas dan kegiatan pembelajaran membaik sehingga murid belajar dengan nyaman. Lingkungan sekolah juga menjadi lebih baik berkat peran serta pemerintah daerah, komite sekolah, dan masyarakat yang tanggap terhadap pengaduan masyarakat.
•
Beberapa sekolah di Kabupaten Melawi telah berhasil meraih dukungan pendanaan dari orangtua/wali murid, masyarakat, dan dunia industri setelah sekolah menerapkan perencaan yang transparan dan partisipatif.
•
Pada tanggal 2 Mei 2012, Walikota Kota Probolinggo mengeluarkan Surat Keputusan untuk menerapkan MBS di semua sekolah.
KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk mendiseminasi praktik-praktik baik tata kelola manajemen sekolah yang berorientasi pelayanan publik ke semua sekolahsekolah di daerah masing-masing, termasuk melaksanakan survei pengaduan.
“Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka dan program-program sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif.” Drs. Endro Suroso, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan, Kota Probolinggo
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah Program MBS yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah dan Forum Multi Stakeholder menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk pemerintah daerah, yakni (a) diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program MBS, (b) setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi
6
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Rekomendasi kepada para Calon OMP Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum multi stakeholder dalam melaksanakan program MBS. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Mereka mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembagalembaga Diklat: a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik. b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil pelatihan. c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga pendidikan dan latihan mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
7
BAB 1 PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Proyek KINERJA KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang kesehatan, pendidikan dan iklim usaha. KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik. Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan. Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian besar program Kinerja dilaksanakan melalui dana hibah bagi organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah: 1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan; 2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif; 3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; 4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan pelayanan publik yang lebih baik.
8
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Intervensi program KINERJA berada di tiga tema pokok, yakni: 1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik; 2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan; 3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah. Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP,DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut: •
Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan, keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
•
Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, programprogram sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
•
Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
9
Prinsip dalam Tata Kelola MBS Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola MBS dilaksanakan dengan prinsipprinsip sebagai berikut: 1. Berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat; 2. Perencanaan sekolah menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama; 3. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih tinggi; 4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program MBS dapat berlangsung terus secara berkesinambungan; 5. Monitoring dan pelaksanaan MBS di sekolah diperlukan agar pelaksanaan program MBS dapat tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan; 6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai pelayanan sekolah; 7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.
10
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Situasi yang dihadapi di daerah Dalam konteks otonomi, sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya dan warga sekolah menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundangan. Sekolah diberi wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah semaksimal mungkin untuk meningkatkan mutu proses dan output pembelajaran. Pada praktiknya pelaksanan MBS perlu lebih ditingkatkan. Sebagian besar sekolah melaksanakan MBS apa adanya, belum dilaksanakan secara maksimal, dan belum mengarah pada perbaikan mutu pelayanan. Di sebagian besar sekolah, pengelolaan masih belum transparan dan akuntabel serta tidak partisipatif, apalagi responsif. Kepedulian orangtua murid dan masyarakat rendah dan menganggap bahwa urusan sekolah semata-mata menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh ketertutupan sekolah dalam penyelenggaraan sekolah dan tidak membuka peluang keterlibatan masyarakat.
Bagaimana kita memulai inisiatif 1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program MBS dengan diskusi intensif dengan manajemen KINERJA dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan (memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA. Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
11
Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat, khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan masyarakat sehingga tata kelola MBS dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya termasuk DPRD.
2 Pengaturan Pekerjaan Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan public yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder, dan organisasi mitra pelaksana (OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program. Program MBS dilaksanakan oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program MBS, KINERJA bekerjasama dengan tiga OMP, yakni: •
PKPM yang bekerja di Kabupaten Bener Meriah, Aceh
•
LPKIPI yang bekerja di Kota Singkawang, Kalimantan Barat
•
CORDIAL yang bekerja di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
OMP tidak bekerja sendirian, melainkan selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, dan lembaga-lembaga non pemerintah, terutama Dewan Pendidikan. Di tingkat sekolah OMP bekerjasama dengan Komite Sekolah.
3 Penyusunan rencana kerja Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal perencanaan dan penganggaran daerah.
12
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Proses kerja 1 Peran masing-masing stakeholder Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program MBS di semua tahapan, namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakaryalokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalamkaitannya dengan pencapaian tujuan MBS. Dinas Pendidikan berperan dalam mengeluarkan petunjuk teknis dan monitoring pelaksanaan MBS serta meyediakan bantuan teknis ke sekolah-sekolah jika diperlukan. Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah berperan dalam melaksanakan MBS sesuai prinsip-prinsip di atas. Di samping itu komite sekolah berperan dalam pengawasan pelaksanaan MBS dan memberi masukan kepada kepala sekolah.
2 Pelaksanaan rencana kerja Program MBS dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: •
Penyediaan data sekolah. Data merupakan dasar utama dalam perencanaan sekolah. Setiap tahunnya (biasanya pada awal tahun akademik) sekolah menyajikan data sekolah yang mencakup antara lain mengenai murid, guru, sarana, prasarana, hasil pembelajaran. Data yang dapat digunakan adalah data yang valid dan mutakhir. Oleh sebab itu sekolah perlu meneliti dan memvalidasi data dengan cermat
•
Penghitungan capaian SPM. Berdasarkan data yang tersedia, sekolah bersama komite sekolah menghitung capaian SPM sekolah saat ini sehingga dapat diketahui pada aspek apa saja yang sudah dan belum dicapai
•
Penyusunan EDS (evaluasi diri sekolah). Berdasarkan data yang tersedia dan hasil EDS, kemudian sekolah membuat EDS yang tujuannya adalah untuk mengetahui capaian, kelemahan, kekuatan, dan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah ke depan. Cakupan EDS cukup luas karena menyangkut delapan sandar nasionmal pendidikan (SNP)
•
Pelaksanaan survei pengaduan. Oleh karena sekolah merupakan salah satu unit pelayanan publik, maka dalam upaya meningkatkan mutu layanannya, sekolah melaksanakan survei pengaduan yang tujuannnya untuk mengetahui keluhan apa saja dari pengguna layanan (terutama murid dan orangtua murid)
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
13
•
Penyusunan RKS (rencana kerja sekolah). RKS biasanya menacakup rencana selama 4 tahun dan dibuat berdasarkan data, EDS, dan hasil survei pengaduan. Dengan demikian rencana jangka menengah sekolah ini menjadi dokumen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan yang hendak dicapai serta dapat dipertanngungjawabkan
•
Penyusunan RKT/RKAS (rencana kerja tahunan/ rencana kerja dan anggaran sekolah). Rencana sekolah tahunan ini disusun secara lebih rinci dan merujuk pada RKS yang telah disiapkan sehingga pencapaian sekolah setiap tahunnya menjadi terukur
•
Penyusunan janji perbaikan layanan. Untuk menjamin pengaduan masyarakat direspon dengan baik, maka sekolah membuat janji perbaikan layanan yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite sekolah serta diketahui oleh Dinas Pendidikan. Tentu saja janji tersebut menyangkut hal-hal yang dapat ditindaklanjuti oleh sekolah sesuai kemampuan dan wewenangnya
•
Penyusunan rekomendasi teknis untuk Dinas Pendidikan. Hasil survei pengaduan yang tidak dapat ditindaklanjuti oleh sekolah (karena di luar kemampaun dan wewenang sekolah) kemudian dimasukkan ke dalam rekomendasi teknis yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti
•
Publikasi RKS, RKT/RKAS, dan LKT. Untuk menjamin transparansi dan akuntablitas publik, maka sekolah diwajibkan untuk mempublikasi rencana jangka menengah, rencana dan anggaran tahunan, dan laporan penggunaan (realisasi) anggaran. Publikasi bisa dalam berbagai bentuk, namun yang paling mudah dan umumnya dilakukan sekolah adalah dengan memajang dokumen-dokumen tersebut di luar ruangan sekolah.
3 Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja Sekurang-kurang nya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program MBS dengan pendekatan KINERJA: •
Peningkatan kapasitas sekolah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan murid dan orangtua murid untuk memperoleh pendidikan yang bermutu;
•
Peningkatan pemahaman penyelenggara pendidikan di sekolah tentang keluhan-keluhan murid, orangtua murid, dan masyarakat yang selama ini tidak diketahui dan direspon;
•
Peningkatan keterlibatan dan dukungan komite sekolah, orangtua murid, dan masyarakat dalam penyelenggaran sekolah;
14
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
•
Peningkatan suasana lingkungan sekolah yang lebih kondusif sehingga meningkatkan kenyamanan murid dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Perubahan-perubahan tersebut nampak jelas di sekolah-sekolah mitra KINERJA antara lain di Bener Meriah, Kota Probolinggo, Singkawang, dan Barru. Di sekolah-sekolah di daerah-daerah tersebut komite sekolah aktif menghimpun dukungan orangtua dan masyarakat untuk membanbtu sekolah dalam memperbaiki lingkungan sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
15
BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program MBS, yakni antara lain: •
Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan sekolah yang tidak mudah dilakukan;
•
Keterbatasan anggaran sekolah yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sekolah;
•
Kapasitas kepala sekolah dan komite sekolah masih kurang sehingga pelaksanaan program MBS tidak berjalan seperti yang diharapkan dan membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang lebih lama. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui pendampingan yang intensif;
•
Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan program proses pendampingan kepada sekolah dan komite sekolah belum seperti yang diharapkan. Tantangan ini diatasi melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA;
•
Pergantian kepala sekolah yang menyebabkan perubahan komitmen dari kepala sekolah yang baru. Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga kepala sekolah baru dapat memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program;
•
Kepedulian orangtua murid dan masyarakat masih kurang. Mereka menganggap urusan sekolah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Tantangan ini direspon dengan mengajak mereka berdiskusi tentang penyelenggaraan sekolah sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama dan peran apa yang dapat mereka laksanakan.
Keberhasilan Program 1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas pendidikan yang mereka miliki. Dalam acara pemberian penghargaan yang diadakan pada tanggal 21
16
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
November 2012 di Kota Probolinggo, Kepala Bagian Organisasi Drs. Sukam, memberikan penghargaan kepada SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Curah Grinting 1, SDN Wonoasih 2, dan SDN Sumber Taman 1 serta SMPN 8 dan MTs.N. di Kota Probolinggo atas peningkatan kualitas yang mereka capai. Dengan dukungan teknis dari paket manajemen berbasis sekolah proyek KINERJA, sekolah-sekolah tersebut mengundang partisipasi dari orang tua, guru, kepala sekolah dan berbagai pemangku kepentingan lain, dan mencapai keberhasilan yang patut dicontoh dalam meningkatkan kerjasama dengan masyarakat yang mereka layani. Berdasarkan hasil survei terhadap 5.610 pemangku kepentingan, 20 sekolah mitra KINERJA segera menanggapi ketidakpuasan masyarakat terhadap fasilitas sekolah dan kekurangan-kekurangan lain dalam manajemen pendidikan mereka. Murid dan guru bekerjasama membersihkan fasilitas kamar mandi sekolah, merapihkan halaman sekolah dan bahkan menanam kebun sekolah yang kemudian dimasukkan kedalam pelajaran sains. Komite sekolah yang beranggotakan orang tua, guru dan penyelenggara sekolah menampung masalah-masalah yang disampaikan selama survei dan bekerjasama untuk mencari jalan keluarnya. Dewan juri di Kota Probolinggo mengikutsertakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, dunia pendidikan dan mitra KINERJA Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) yang menggunakan 20 butir kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan sekolah dalam melaksanakan transparansi anggaran, serta menyusun dan mengumumkan rencana-rencana kerja tahunan untuk pemantauan masyarakat, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, menerbitkan laporan-laporan tentang visi dan misi yang jelas dan mempertegas komitmen untuk melaksanakan program manajemen berbasis sekolah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik. Kepala SDN KebonsariKulon 2 menyatakan bahwa karena pendampingan KINERJA memberikan begitu banyak manfaat maka ia berharap pendampingan dapat diteruskan karena kegiatan tersebut sejauh ini sangat berguna dalam meningkatkan kualitas sekolahnya. Kepala Dinas Pendidikan Drs. Endro Suroso, M.Si., juga sangat memuji keberhasilan paket manajemen berbasis sekolah dari KINERJA. “Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka, dan program-program sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif,” tuturnya. Penghargaan seperti ini tidak hanya menghormati keberhasilan sekolah-sekolah mitra KINERJA melainkan juga meningkatkan kesadaran sekolah-sekolah di daerah sekitarnya sehubungan dengan apa yang dapat mereka capai melalui program manajemen berbasis sekolah. Motivasi sejawat ini merupakan bagian utama dari fokus KINERJA untuk mereplikasi praktek yang baik dan melaksanakan reformasi yang berkelanjutan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
17
Pendekatan KINERJA Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan fasilitas pendidikan yang mereka miliki. Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (sekolah) dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat sekolahdalam hal: •
Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan penyelenggaraan sekolah untuk peningkatan layanan pendidikan berkualitas
•
Meningatkan kemampuan sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam rangka secara bertahap memenuhi standar pelayan sekolah
•
Meningkatkan kepedulian pemerintah daerah secara efektif menerapkan kebijakan MBS di semua sekolah
Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga mereka akan: •
Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas
•
Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan sekolah yang mempengaruhi masyarakat
•
Melakukan peran pengawasan dan tahan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti “kebaikan bersama” yang menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilaksanakan oleh kepala sekolah dan jajarannya.
a. Strategi Program Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program MBS adalah sebagai berikut :
18
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
1. Penguatan komite sekolah
Memperkuat orangtua murid dan masyarakat melalui komite sekolah dengan memberi pelatihan dan melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.
2. Penguatan kepala sekolah
Memperkuat kepala sekolah dalam perencanaan sekolah dan pentingnya keterlibatan komite sekolah dalam penylenggaraan sekolah. Untuk itu kepala sekolah diberi pelatihan dan pendampingan yang intensif.
3. Advokasi kepada Dinas Pendidikan
Advokasi diarahkan pada penerbitan kebijakan pemerintah daerah (khususnya Dinas Pendidikan) untuk mendorong penerapan MBS di sekolah-sekolah dan menyediakan dukungan yang diperlukan.
4. Pemantauan dan evaluasi oleh komite sekolah
Menyusul penerbitan perencanaan dan pelaksanaan janji perbaikan layanan sekolah, komite sekolah dan jurnnalisme warga memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.
b. Hasil-hasil Program MBS Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut : •
Sekolah mempunyai manajemen data yang lebih baik;
•
Perencanaan sekolah didasarkan pada data yang valid dan mutakhir, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan serta mengacu pada pencapaian SPM dan SNP;
•
Penyelenggaraan sekolah menjadi lebih transparan dan akuntabel;
•
Komite sekolah lebih aktif dalam penyelenggaran sekolah dan memberi dukungan kepada sekolah;
•
Pelayanan sekolah kepada murid dan orangtua menjadi lebih baik.
“Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh USAIDKINERJA melalui pelatihan dan pendampingan saya menjadi paham dan merasakan banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)”
2. Program Pengungkit
Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
19
“Program MBS sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling mengadu bahwa ada guru yang tidak disiplin menjalankan tugas. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh…….” Mansur, Ketua Komite SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat
“Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua murid kita akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yang bermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah. Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk Dinas Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai….” Tri Menanti, Guru SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh
Program MBS yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh 180 sekolah telah menunjukkan hasil-hasil yang baik. Walaupun intervensi program KINERJA lebih diarahkan pada proses tata kelola sekolah dengan melibatkan komite sekolah, namun program ini menjadi pengungkit untuk program MBS yang lebih luas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, seperti penyediaan sarana dan prasarana sekolah, membaiknya kinerja guru, dan proses pembelajaran yang menjadi lebih baik. Dampak positif lanjutannya adalah bahwa keterlibatan dan dukungan orangtua murid dan komite sekolah meningkat, tidak hanya dalam bentuk tenaga dan waktu, bahkan dana yang disumbangkan untuk perbaikan sebagian fasilitas sekolah. Dukungan seperti ini hanya dimungkinkan apabila sekolah melaksanakan kegiatannya dengan transparan dan akuntabel.
20
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI Program KINERJA untuk MBS hanya di 180 sekolah dari ribuan sekolah dan hanya di sembilan dari ratusan daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di sekolah-sekolah dan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lain bersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program MBS. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Rekomendasi untuk Replikasi di Daerah Lain Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program MBS. a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program MBS. Komitmen ini ditunjukkan dengan kebijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran daerah. b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaannya. d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru. Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru, melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada. e. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
21
f. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA. Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan, dan acuan pelaksanaan program.
Rekomendasi untuk OMP Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program MBS adalah: a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder; b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta; c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program; d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi untuk Penyedia Latihan Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembagalembaga Diklat: a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil pelatihan c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga-lembaga pendidikan and latihan mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.
22
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang ingin melihat komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih dalam tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang ingin mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di CD terlampir.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
25
LAMPIRAN B Uraian Substansi
28
Pendahuluan
28
MODUL I
MBS Berorientasi Pelayanan Publik • BAHAN BACAAN MBS YANG BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
32 24
MODUL 2
Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah
52
•
52
MODUL 3
MODUL 4
www.kinerja.or.id
BAHAN BACAAN STANDAR PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH
Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah
80
•
BAHAN BACAAN: TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEKOLAH
80
Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah
100
•
100
BAHAN BACAAN PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
23
MODUL 5
MODUL 6
MODUL 7
MODUL 8
LAMPIRAN C
24
Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah
118
•
118
BAHAN BACAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah
138
•
138
BAHAN BACAAN: SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH
Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah
172
•
BAHAN BACAAN: TRANSPARANSI & AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMEN SEKOLAH
172
Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik Sekolah
184
•
184
BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
199
Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
199
Uraian lampiran ini
202
MODUL 1
MBS Berorientasi Pelayanan Publik
203
MODUL 2
Standard Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah
206
MODUL 3
Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah
209
MODUL 4
Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah
212
MODUL 5
Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah
215
MODUL 6
Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah
218
MODUL 7
Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah
221
LAMPIRAN D
Bahan di CD
224
LAMPIRAN E
Daftar Singkatan/Istilah
225
DAFTAR PUSTAKA
227
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Lampiran A
Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
Testimoni 1. Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur Manfaat MBS banyak sekali. Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pada pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh USAID-KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan dengan USAID saya menjadi paham dan merasakan banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat). Dari IPM tersebut diketahui, salah satu contohnya, kurangnya toilet untuk murid. Pengaduan ini kemudian kita respon bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Dengan bantuan Pemrintah Kota jumlah toilet berkembang dari hanya satu menjadi tujuh yang bisa dipakai untuk 253 murid. Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah terus meningkat dalam hal membantu sekolah menyediakan fasilitas lingkungan sekolah dan pembelajaran. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan manajamen sekolah yang transparan dan secara intens melibatkan masyarakat dan komite sekolah. Komite sekolah ikut dalam proses penyusunan RKS dan RKAS yang bersama dengan laporan penggunaan dana sekolah dipublikasikan dengan menempelnya di papan pengumuman sehingga dapat dilihat oleh siapa saja yang datang ke sekolah. Dengan keterbukaan dan pelibatan tersebut masyarakat menjadi paham tentang masalah yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mecapai SPM. Orangtua murid memahami hal itu dan bersama Komite Sekolah mendiskusikan tentang apa yang bisa dilakukan untuk membantu sekolah. Tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi oleh dana dari BOS . Semua partispasi dan bantuanmasyarakat dikelola sepenuhnya oleh Komite Sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
25
LAMPIRAN A - TESTIMONI, LAPORAN MEDIA DAN BAHAN PROMOSI
2. Mansur, Ketua Komite Sekolah, SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat Program MBS yang didampingi USAID-KINERJA sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling memonitor bahwa ada guru yang tidak disiplin menjalankan tugas, mereka mengadu ke komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh. Partisipasi masyarakat dalam program MBS ini sangat besar artinya. Itu yang kita rasakan besar manfaatnya buat kepentingan proses belajar mengajar di sekolah ini. Kita dari perwakilan orangtua siswa yang terbentuk dalam komite sekolah merasa bersyukur sekali. Artinya dengan sarana dan prasarana yang telah ada ini lebih memotivasi pengajar, kepala sekolah dan jajarannya ke bawah untuk lebih meningkatkan proses belajar mengajar. Dan kita dari komite juga tidak merasa segan-segan, tidak merasa malu-malu untuk memberikan suatu masukan kepada pihak sekolah bahwa bersyukurlah bahwa kalian sudah dibantu dengan program ini. Dan jangan sia-siakan kepercayaan ini. Benar-benar dimanfaatkan buat dunia pendidikan sehingga tidak mengecewakan orang yang benar-benar membantu untuk kemajuan sekolah kita. Itu yang kita harapkan. Artinya prestasi ini meningkat. Kalau bisa kelulusan SMP ini selalu dipertahankan seratus persen karena sekolahnya sudah memadai. Dengan adanya bantuan semacam ini kami berharap lebih menggiatkan dan meningkatkan semangat para pengajar untuk lebih menampakkan hasilnya ke depan. Yang kedua bahwa jangan sampai mengecewakan pihak pemberi bantuan dengan adanya sarana dan prasarana ini. Dan kalau memang masih ada dukungan yang diperlukan, artinya dapat kita rumuskan bersama dan kalau memang ada salurannya, kita minta bantuan yang lebih canggih lah istilahnya. Yang bisa membuat sekolah ini lebih profesional sehingga mampu bersaing di tingkat regional maupun nasional dan bahkan bisa dikenal di mata internasional. Dengan bantuan ini kita patut bangga bahwa ada bantuan yang mampu mengangkat, mendongkrak sekolah ini sehingga ke taraf nasional dan internasional. Dinas Pendidikan tidak lepas dari upaya ini. Artinya keterkaitan Dinas Pendidikan dalam proses belajar mengajar, ketersediaan tenaga guru, kemudian manajemen sekolah dan sebagainya itu adalah satu kesatuan yang memang secara undang-undang itu sudah diatur dan dimandatkan.
26
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
3. Tri Menanti, Guru di SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh Hal baru dalam program MBS yang didampingi USAID-KINERJA adalah survei pengaduan, janji perbaikan layanan, dan rekomendasi teknis. Survei pengaduan di SD Negeri Baliatu Simpang Tiga Kabupaten Bener Meriah itu diadakan pada tanggal 8 Februari 2013. Dari hasil survei pengaduan, yang banyak dikeluhkan adalah tentang keberadaan kantin sekolah yang sehat karena memang kantin kami betul-betul tidak layak pakai waktu itu. Kemudian kami diskusikan dengan kepala sekolah, komite sekolah, dewan guru, dan stakeholder sekolah untuk memindahkan kantin sehat ke rumah guru yang ada di sekolah yang kebetulan kosong. Kantinnya masih belum terlalu layak tetapi alhamdulilah sudah mulai bisa dipakai. Banyak sekali, itu di antaranya yang pertama itu sekolah SD Negeri Baliatu itu tidak ada ruang kepala sama ruang guru. Kemudian ruang kelas dan laboratorium masih kurang. Untuk sementara ruang guru dan ruang kepala sekolah itu memakai kelas murid. Kemudian untuk ruang kelas kami gunakan kelas paralel. Itu sudah kami buat dalam rekomendasi ke Dinas Pendidikan. Insyaallah Pemerintah Daerah dapat segera menindaklanjuti rekomendasi tersebut. RKS dan RAKS disusun bersama dengan Komite Sekolah dan dipublikasikan. Kalau selama ini kami buat cuma apa adanya.. Tapi alhamdulilah berkat adanya bimbingan dari USAID-KINERJA, kami sudah bisa membuat RKS dan RAKS walaupun masih belum maksimal. Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua muridkita akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yangbermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah. Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk pihak Dinas Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai. Tantangan paling berat yang kita hadapi dalam melaksanakan program MBS itu adalah pendanaan. Karena yang selama ini kami kerjakan yang masih bisa bisa kami lakukan terutama seperti pembuatan pos pelayanan terpadu itu belum ada bantuan dari Dinas atau dari manapun, itu masih memakai dana BOS. Namun kami bekerjasama dengan orangtua dan Komite Sekolah untuk melaksanakan janji perbaikan layanan sesuai pengaduan yang disamapikan orangtua dan murid. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh sekolah langsung datang bantuan dari masyarakat dan orangtua.
Laporan Media dan Bahan Promosi Disediakan dalam bentuk file di CD terlampir.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
27
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Lampiran B
Uraian Substansi Pendahuluan 1. Uraian lampiran ini
Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan berikut ini: 1. MODUL 1. MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK. Membahas tentang Sejarah MBS, Pengertian MBS, Dasar Hukum MBS, Tujuan MBS, Prinsip-prinsip MBS, Ciri-ciri/ karakteristik MBS , Aspek Proses dan Substansi MBS. 2. MODUL II. STANDARD PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH. Membahas tentang Standard Pelayanan Publik, Standar Proses (Standard Operasional Prosedur), Standar Pelayanan Minimal Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan, Standar lainnya, Upaya Pemenuhan Standar Pelayanan (Tanggungjawab Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan). 3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang jenis-jenis perencanaan sekolah, posisi perencanaan sekolah dalam kerangka perencanaan SKPD, Tahapantahapan perencanaan sekolah. 4. MODUL IV. PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH. Membahas tentang Dasar Hukum Manajemen Pelayanan Publik, Kondisi Ideal Pelayanan Publik, Kondisi Riil Pelayanan Publik, Pergeseran Paradigma Pelayanan Publik, Posisi Strategis SDM Pendidikan Dalam Pelayanan Publik, Perilaku SDM Pendidikan Dalam Pelayanan Publik, Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di Sekolah. 5. MODUL V. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH. Membahas tentang Makna Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat Dalam Peningkatan, Pelayanan Publik di Sekolah, Stakeholder Sekolah, Jenis-Jenis Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Terhadap Program Pendidikan di Sekolah. 6. MODUL VI. SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH. Membahas tentang: Pentingnya Survei Pengaduan, Proses Survei Pengaduan, Janji Perbaikan Layanan dan Rekomendasi Perbaikan Layanan, Pemantauan dan Evaluasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Layanan, Survei Ulang.
28
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH. Membahas Tentang Kaitan Antara Good Governance Dengan Transparansi dan Akuntabilitas, Makna Transparansi dan Akuntabilitas, Jenis-Jenis Akuntabilitas, Contoh Penerapan Transparansi dan Akuntabilitas di Sekolah. 8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK. Membahas Tentang Praktik-Praktik Baik Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Kelas Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen SDM, Praktik-Praktik Baik Manajemen Peserta Didik, Praktik-Praktik Baik Manajemen Sarana Prasarana Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Keuangan Berbasis Sekolah, PraktikPraktik Baik Manajemen Partisipasi Masyarakat Berbasis Sekolah, Contoh Penerapan Praktik MBS di Kabupaten/Kota Mitra KINERJA.
2. Bahan pendukung
Lihat juga: •
Panduan fasilitasi lokakarya Tim Penyusun MBS. Proses penerapan MBS oleh Tim Penyusun MBS diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran D
•
Bahan di CD. Lihat Lampiran C untuk daftar file-file yang ada di CD yang dilampirkan, termasuk contoh bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai referensi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
29
MBS Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
1 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
31
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 1 MBS Berorientasi Pelayanan Publik
BAHAN BACAAN MBS YANG BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK 1. PENDAHULUAN Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya telah diperkenalkan sejak lama di Indonesia, ialah sejak tahun 1997/1998. Namun penerapan model tersebut baru menonjol setelah pada tahun 1998, ialah setelah adanya program uji coba model yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Menengah
......... peserta menguasai MBS yang berorientasi pelayanan publik ........
Umum (sekarang menjadi Direktorat SLTP dan Direktorat Sekolah Menengah Umum), sejak tahun pelajaran 1999/2000 dengan mengikutsertakan 140 SMUN dan 248 SLTP yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun pelajaran 2000, jumlah sekolah peserta bertambah sebanyak 486 SMUN dan 158 SLTP (Depdiknas, 2003). Pada tahun 1999, Depdiknas bekerja sama dengan Unesco dan Unicef melakukan rintisan pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) di SD dengan mengambil 'setting' Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan NTT. Pada tahun 2001 diperluas ke Provinsi Jawa Barat, Papua dan NTB dan Sumatra Selatan. Berdasarkan hasil evaluasi ternyata didapati, bahwa sekolah rintisan MBS tersebut lebih unggul prestasi belajarnya dibandingkan dengan SD-SD konvensional yang tidak menerapkan MPMBS (Depdiknas, 2004). Dan, sekolah-sekolah yang menerapkan MPMBS, baik sekolah rintisan MPMBS
32
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
maupun bukan, mendapatkan label dari masyarakat
pemerataan serta akses pendidikan), maka
sebagai sekolah berprestasi.
MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu. Oleh karena itu, MPMBS saat ini lebih ditekankan
MPMBS adalah model manajemen yang
dibandingkan dengan MBS (Depdiknas, 2003).
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibelitas/keluwesan kepada
Sejak diluncurkan sampai dengan sekarang, MBS
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung
yang secara konseptual diturunkan dari teori-teori
warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
desentralisasi publik, manajemen pelayanan public
karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh
di bidang pendidikan, tidak banyak mendapatkan
masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk
pengawalan khususnya yang terkait dengan good
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
governance yang mengerucut ke arah pelayanan
pendidikan nasional serta perundang-undangan
publik yang lebih baik. Oleh karena itu, sudah
yang berlaku (Depdiknas, 2003).
waktunya ada perintisan yang mengarahkan MBS agar tidak keluar dari koridor pelayanan publik
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/
yang lebih baik. Berbagai wacana pelayanan prima
kemandirian dalam mengatur dan mengurus
yang juga dicoba praktikkan dalam kepemrintahan,
dirinya sendiri, dan merdeka atau tidak bergantung.
sepertinya berada dalam kutub yang berbeda
Dalam konteks sekolah, otonomi diartikan sebagai
dengan MBS. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan
kewenangan sekolah untuk mengatur dirinya
di antara keduanya sebagaimana pada akar konsep
dan warga sekolah menurut prakarsa sendiri,
dan teori good governance yang kini diterapkan di
berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan
berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan.
peraturan perundang-undangan (Depdiknas, 2003). Fleksibelitas diartikan sebagai keluwesan yang
Program USAID-KINERJA yang merupakan
diberikan kepada sekolah untuk mengelola,
program bantuan teknis yang dimaksudkan untuk
memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya
meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik, dari
sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan
sisi penyedia layanan dan sisi pengguna layanan,
mutu. Dengan keluwesan tersebut, sekolah juga
melalui pendekatan tata kelola yang baik (good
akan lincah dan cerdas, tidak menggantungkan
governance) telah melaksanakan pendampingan
arahan dari atas ketika mengoptimalkan
teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra yang
penggunaan sumber daya. Dengan demikian,
tersebar di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan
sekolah lebih responsif dan cepat dalam
Barat dan Sulawesi Selatan )sebagai unit layanan
menghadapi tantangan (Depdiknas, 2003).
pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.
MPMBS dipandang sebagai bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan
Pendekatan ini telah menunjukkan manfaat yang
meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas,
cukup signifikan di berbagai sekolah mitra, baik dari
kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi dan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
33
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
aspek peningkatan partisipasi multi stakeholder
pengoperasion sekolah. Selama ini, sekolah
sekolah, peningkatan kualitas pelayanan sekolah
hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah
dan juga semakin transpan dan akuntabilitasnya
pusat untuk menyelenggarakan urusan politik
sekolah dalam perencanaan, pengganggaran serta
pendidikan. Para pengelola sekolah sama
pelaporan keuangan sekolah.
sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk mengoperasikan sekolahnya secara mandiri.
PENGERTIAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
Semua kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah umumnya diadakan di tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi vertikal dan sekolah hanya menerima apa adanya. Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah
Model pendekatan dalam manajemen sekolah
adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru
yang mengacu pada manajemen berbasis sekolah
harus melaksanakannya sesuai dengan petunjuk
(school based management) atau disingkat
pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.
MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat, pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup
Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke
lama. Pada 1988 American Association of School
daerah menelusuri saluran birokrasi dengan begitu
Administrators, National Association of Elementary
banyak simpul yang masing-masing menginginkan
School Principals, and National Association
bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima
of Secodnary School Principals, menerbitkan
di tingkat paling operasional telah menyusut lebih
dokumen berjudul school based managementt, a
dari separuhnya. Jangan-jangan selama ini lebih
strategy for better learning. Munculnya gagasan
dari separuh dana pendidikan sebenarnya dipakai
ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para
untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau kurang
pengelola pendidikan pada level operasional atas
berurusan dengan proses pembelajaran di level
keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk
yang paling operasional, yakni sekolah.
dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang bahwa para kepala sekolah merasa
MBS yang berorientasi pelayanan publik
nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan
memusatkan perhatian pada peningkatan mutu dan
berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya,
kualitas layanan pendidikan melalui peningkatan
peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan
mutu komponen terkait. Komponen-komponen
semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan
tersebut adalah:
birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi. Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatna ini muncul belakangan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam
34
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
a. Siswa, yang menyangkut kesiapan dan motivasi belajarnya. b. Guru, menyangkut kemampuan profesional, moral kerjanya,dan kerjasamanya.
www.kinerja.or.id
c. Kurikulum, meliputi relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya
antar guru/karyawa/pimpinan, gaji/honorarium, dan sebagainya.
d. Dana, sarana dan prasarana, menyangkut kecukupan dan keefektifannya. e. Masyarakat, terutama tingkat partisipasinya dalam pengembangan program program di sekolah. MBS berorientasi pelayanan public memandang bahwa public adalah sebagai pelanggan. Oleh karena itu, keberhasilan MBS yang berorientasi pelayanan public lebih banyak dilihat dari aspek tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat dari jenis pelanggannya, maka MBS berorientasi pelayanan publikdikatakan berhasil jika: a. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara
Ada lima sifat layanan yang harus diwujudkan agar pelanggan puas, yaitu: a. Kepercayaan (reliability). Artinya layanan sesuai dengan yang dijanjikan, misalnya dalam rapat, brosur, dan sebagainya. Layanan semacam itu dapat berlangsung terus menerus dan bukan hanya pada waktu-waktu tertentu. Beberapa aspek dalam keterpercayaan antara lain: kejujuran, aman, tepat waktu, dan ketersediaan. b. Keterjaminan (assurance). Artinya, sekolah mampu menjamin kualitas layanan yang diberikan. Beberapa aspek dalam keterjaminan, misalnya kompetensi guru/staf, dan keobyektifan. c. Penampilan (tangible). Artinya, bagaimana situasi sekolah tampak baik. Beberapa
lain puas dengan pelajaran yang diterima,
aspek dalam penampilan, misalnya kerapian,
puas dengan diperlakukan oleh guru maupun
kebersihan, ketera-turan, dan keindahan.
pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan
d. Perhatian (empathy). Artinya, sekolah
sekolah dan sebagainya. Pendek kata, siswa
memberikan perhatian penuh kepada
menikmati situasi sekolah
pelanggan. Beberapa aspek dalam keperhatian,
b. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap
misalnya melayani pelanggan dengan ramah,
anaknya maupun layanan kepada orang tua,
memahami aspirasi mereka, dan berkomunikasi
misalnya puas karena mendapat laporan
dengan baik.
periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah. c. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan
e. Ketanggapan (responsiveness). Artinya, sekolah harus cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Beberapa aspek dari tanggapan,
tinggi, industri, masyarakat) puas karena
misalnya tanggap terhadap kebutuhan
menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai
pelanggan dan cepat memperhatikan dan
dengan harapan.
mengatasi keluhan-keluhan yang muncul.
d. Guru dan karyawan puas dengan palayanan sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
35
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Secara umum prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
•
(MBS) Berorientasi Pelayanan Publik yang difasilitasi
stakeholder sekolah tentang perencanaan,
oleh USAID-KINERJA, adalah sebagai berikut:
penganggaran, dan pendanaan sekolah,
•
termasuk pelaporan keuangannya dan informasi
Menempatkan sekolah sebagai unit layanan,
penting lainnya sebagai upaya transparansi dan
dimana sekolah sebagai penyedia layanan diwajibkan untuk memberikan pelayanan sesuai standard yang berlaku (Standard Pelayanan
akuntabilitas sekolah. •
- SPM Pendidikan danStandard Nasional Pendidikan –SNP) •
dan masyarakat sekitar) untuk menyampaikan masukan, keluhan dan saran guna peningkatan pelayanan sekolah, melalui survey pengaduan ataupun kotak saran yang tersedia •
pelayanan di sekolah •
Proses penyusunan dokumen perencanaan sekolah secara partisipatif, antara pihak sekolah bersama multi stakeholder sekolah
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Adanya mekanisme monitoring implementasi MBS Berorientasi pelayanan public oleh multi
Memberikan ruang partisipasi yang memadai bagi pengguna pelayanan (siswa, orang tua
Pemerintah Daerah – SKPD terkait lebih aktif dalam mendukung upaya peningkatan
Publik – SPP, Standard Pelayanan Minimum
36
Memberikan informasi yang memadai bagi multi
stakeholder forum (MSF) •
Adanya jurnalis warga yang aktif dalam mempu blikasikan praktek baik, keluhan dan saran untuk mendukung peningkatan pelayanan public.
Flowchart berikut menunjukkan proses MBS Berorientasi Pelayanan Publik yang melibatkan sisi penyedia dan pengguna pelayanan.
www.kinerja.or.id
DASAR HUKUM MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak; 5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik 6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik 7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006; 15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah; 16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualitas Akademik Guru; 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah
19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
Pendidikan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 jo.
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan; 19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan
Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/
Penyelenggaraan Pendidikan;
MA;
12. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; 13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan
20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses; 21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;
Minimal Bidang Pendidikan;
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
37
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah
15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
dan masyarakat dalam menyelenggarakan
Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;
pendidikan melalui pengambilan keputusan
23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 48 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis
bersama; c. Meningkatkan kapasitas sekolah dan multi
Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010
stakeholder sekolah dalam menyusun
s.d. 2014;
perencanaan dan penganggaran sekolah yang
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
lebih baik sesuai dengan kondisi sekolah saat
Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Pungutan dan
ini, hasil survei pengaduan serta target capaian
Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan
yang diharapkan;
Pendidikan Dasar. 25. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik Dengan Partisipasi Masyarakat
d. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan e. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan dan kualitas pelayanan pendidikan yang akan dicapai.
2. TUJUAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
3. PRINSIP MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1)
fleksibelitas yang lebih besar kepada sekolah untuk
menyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan
mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong
berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi,
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk
dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat
meningkatkan mutu pendidikan. Lebih rinci, MBS
tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun
Berorientasi Pelayanan Publik ini bertujuan untuk:
2005Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
a. Meningkatkan mutu dan kualitas layanan pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia;
38
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
49 Ayat (1) menyatakan: “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.
www.kinerja.or.id
Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsip
substansi manajemen sekolah dilakukan
MBS meliputi: (1) kemandirian, (2) keadilan, (3)
secara bijaksana untuk mempercepat dan
keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partisipatif, (6)
keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.
efisiensi, dan (7) akuntabilitas. Ketujuh prinsip
Dengan diperlakukan secara adil, maka semua
tersebut disingkat dengan K4 PEA.
pemangku kepentingan akan memberikan dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
1. Kemandirian
Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola sumberdaya dan mengatur
3. Keterbukaan
secara terbuka atau transparan, sehingga
kepentingan warga sekolah menurut prakarsa
seluruh warga sekolah dan pemangku
sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga
kepentingan dapat mengetahui mekanisme
sekolah sesuai peraturan perundangan.
pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya
Kemandirian sekolah hendaknya didukung
sekolah memperoleh kepercayaan dan
oleh kemampuan sekolah dalam mengambil
dukungan dari pemangku kepentingan.
keputusan terbaik, demokratis, mobilisasi
Keterbukaan dapat dilakukan melalui
sumberdaya, berkomunikasi yang efektif,
penyebarluasan informasi di sekolah dan
memecahkan masalah, antisipatif dan adaptif
pemberian informasi kepada masyarakat
terhadap inovasi pendidikan, bersinergi,
tentang pengelolaan sumber daya sekolah,
kolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah
untuk memperoleh kepercayaan publik terhadap
sendiri.
sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik
2. Keadilan
merupakan langkah awal dalam meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah.
Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dan dalam pembagian sumber daya untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah. Sumber daya manusia yang terlibat, baik warga sekolah maupun pemangku kepentingan lainnya diberikan kesempatan yang sama untuk ikut serta memberikan dukungan guna peningkatan mutu sekolah sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian sumber daya untuk pengelolaan semua
www.kinerja.or.id
Manajemen dalam konteks MBS dilakukan
4. Kemitraan
Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, baik individu, kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Dalam prinsip kemitraan antara sekolah dengan masyarakat dalam posisi sejajar, yang melaksanakan kerjasama saling menguntungkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Keuntungan yang diterima sekolah antara lain meningkatnya
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
39
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
kemampuan dan ketrampilan peserta didik,
tenaga) sesedikit mungkin dengan harapan
meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana
memperoleh hasil seoptimal mungkin. Efisiensi
dan prasarana sekolah, diperolehnya
juga berarti hemat terhadap pemakaian
sumbangan ide untuk pengembangan
sumberdaya namun tetap dapat mencapai
sekolah, diperolehnya sumbangan dana untuk
sasaran peningkatan mutu sekolah.
peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan bagi masyarakat biasanya dirasakan secara
7. Akuntabilitas
tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga
pertanggungjawaban penyelenggaraan
kerja terdidik, terbinanya anggota masyarakat
pendidikan di sekolah utamanya pencapaian
yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib
sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah
sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara
dalam mengelola sumberdaya berdasar
lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
pada peraturan perundangan dan dapat
tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga
mempertangungjawabkan kepada pemerintah,
pemerintah, organisasi profesi, organisasi
seluruh warga sekolah dan pemangku
pemuda, dan organisasi wanita.
kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses dan komponen
5. Partisipatif
Akuntabilitas menekankan pada
manajemen sekolah.
Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan semua pemangku kepentingan yang terkait
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara
dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan
tertulis dan tidak tertulis disertai bukti-bukti
pembuatan keputusan. Keikutsertaan mereka
administratif yang sah dan/atau bukti fisik
dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu
(seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat
komite sekolah, atau keterlibatan pada kegiatan
laboratorium).
sekolah secara insidental, seperti peringatan hari besar nasional, mendukung keberhasilan
40
Sejalan dengan adanya pemberian otonomi
lomba antar sekolah, atau pengembangan
yang lebih besar terhadap sekolah untuk
pembelajaran. Bentuk partisipasi dapat
mengambil keputusan, maka implementasi
berupa sumbangan tenaga, dana, dan sarana
ketujuh prinsip MBS di sekolah pada dasarnya
prasarana, serta bantuan teknis antara lain
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
gagasan tentang pengembangan sekolah.
sekolah. Sekolah boleh menambah prinsip
6. Efisiensi
implementasi MBS yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guna mempercepat upaya
Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan
peningkatan mutu sekolah baik secara akademis
sumberdaya (dana, sarana prasarana dan
maupun non akademis.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Beberapa hal yang menjadi prinsip MBS Berorientasi
• Pengarusutamaan gender akan menjadi
Pelayanan Publik yang difasilitasi oleh Program
pertimbangan dalam seluruh aspek,
KINERJA antara lain adalah:
perencanaan, implementasi serta evaluasi
• MBS yang bernuansa kepemerintahan yang baik (goodgovernance);
sekolah; • Sekolah Mitra MBS dapat berpartisipasi dalam Musrenbang Tingkat Desa/Kelurahan dan
• Berfokus kepada peningkatan tata kelola
Kecamatan.
pelayanan pendidikan dan mutu pendidikan; • Perencanaan sekolah didasarkan kondisi eksisting dan kondisi yang diharapkan oleh sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan (SPM, SNP, SPP), dan disusun secara partisipatif; • Evaluasi Diri Sekolah (EDS) akan bersandingan dengan hasil survei pengaduan yang diperoleh dari pihak pengguna layanan (komite sekolah, orangtua, siswa dan masyarakat sekitar sekolah); • Adanya maklumat layanan/janji layanan yang merupakan respon atas hasil survei pengaduan yang disepakati antara pihak penyedia layanan dan pengguna layanan; • Maklumat/janji layanan harus sejalan dengan perencanaan sekolah;
4. KARAKTERISTIK MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
MBS tidak dapat dipisahkan dengan sekolah efektif. Karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Karakteristik MBS/sekolah efektif, harus dilihat dari tiga aspek yang menyatu, yakni output, proses dan input.
4.1. Output Sekolah
Dilihat dari sesi output, sekolah yang efektif ditandai oleh dua hal, yakni tingginya prestasi akademik dan pretasi non akademik. Prestasi akademik (academic achievement)
• Transparansi dan akuntabilitas sekolah, baik
meliputi NEM, lomba karya ilmiah, lomba
perencanaan sekolah, laporan keuangan
mata pelajaran (IPA, matematika, bahasa
sekolah maupun informasi penting lainnya akan
Inggeris, fisika) cara-cara berpikir (deduktif,
dipublikasikan dengan model yang menarik dan
induktif, nalar, divergen, dsb). Sedangkan
mudah dipahami;
prestasi non akademik (non academic
• Adanya Jurnalis Warga sebagai stakeholder pendidikan yang berperan aktif;
www.kinerja.or.id
achievement) meliputi keingintahuan yang tinggi, kerja sama yang baik, rasa kasih
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
41
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
sayang yang tinggi terhadap sesama,
Belajar mengetahui (learning to know), belajar
toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi
bekerja (learning to do), belajar hidup bersama
olah raga dan kesenian, kepramukaan dsb.
(learning to live together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
4.2. Proses
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat, ialah yang mampu:
Dilihat dari segi proses, sekolah yang efektif ditandai oleh: (1) proses belajar
• Mengkoordinasikan, menggerakkan dan
mengajar (PBM) yang efektif, (2)
menyerasikan sumber daya pendidikan.
kepemimpinan sekolah yang kuat, (3)
• Mendorong sekolah untuk mewujudkan
lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
(4) pengelolaan tenaga kependidikan
melalui program yang dilaksanakan secara
yang efektif, (5) memiliki budaya mutu,
terencana dan bertahap.
(6) memiliki team work kompak, cerdas
• Menampilkan manajemen dan
dan dinamis, (7) memiliki kemandirian, (8)
kepemimpinan yang tangguh untuk
partisipasi yang tinggi dari masyarakat, (9)
meningkatkan mutu.
punya keterbukaan, (10) punya kemauan
• Memobilisasi sumber sekolah, terutama
untuk berubah (psikologis dan fisik), (11) melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan, (12) responsif dan antisipatif
SDM untuk mencapai tujuan sekolah. 3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, dengan penjelasan sebagai berikut:
terhadap kebutuhan, (13) punya komunikasi
• Lingkungan sekolah secara keseluruhan:
yang baik, (14) mempunyai akuntabilitas, dan (15) memiliki serta menjaga
Memberikan dukungan penuh terhadap
sustainabilitas.
peningkatan mutu.
• Lingkungan kelas: Menimbulkan fun belajar, Secara rinci, aspek proses ini dapat dijelaskan
joy full learning, friendly.
sebagai berikut:
• Suasana sekolah yang menimbulkan desire of knowing, desire of learning dan desire of
1. Proses belajar pembelajaran efektif, ialah proses
achievement.
belajar yang: Menekankan pada
Tidak sekadar
•
Pemberdayaan siswa
•
Memorisasi/recall
•
Internalisasi tentang apa yang diajarkan
•
Penekanan pada pengiasaan pengetahuan
sehingga berfungsi sebagai muatan nurani
tentang apa yang diajarkan (logos)
yang dihayati (ethos) dan dipraktikkan (pathos)
42
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
•
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, yang ditandai dengan: •
Punya kapabilitas yang tinggi.
•
Punya motivasi yang tinggi.
•
Punya komitmen tinggi.
•
Memberikan layanan yang andal dan prima.
•
Antara tenaga satu dengan yang lain
menjadi kebiasaan hidup sehari-hari di sekolah. 7. Sekolah memiliki kemandirian • •
mutu. Senantiasa memutakhirkan kemampuan dan
•
dalam menjalankan tugasnya. 8. Partisipasi yang tinggi dari masyarakat. •
5. Memiliki Budaya Mutu, dengan indikator: •
Informasi kualitas dipergunakan untuk
Hasil harus diikuti dengan penghargaan.
•
Kolaborasi dan sinergi, bukan sekadar kompetisi, harus menjadi basis kerja sama.
•
9. Punya keterbukaan.
pekerjaannya. Atmosfir keadilan harus ditanamkan.
•
Imbal jasa harus sepadan dengan nilai
Dalam pengambilan keputusan.
•
Dalam perencanaan dan pelaksanaan
•
Dalam penggunaan uang.
•
Melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
Warga sekolah merasa memiliki sekolah.
6. Sekolah memiliki team workkompak, cerdas dan dinamis. •
•
kegiatan.
pekerjaannya. •
Team work merupakan karaktersitik MBS, karena output pendidikan merupakan kerja kolektif; bukan individual.
www.kinerja.or.id
Makin besar rasa tanggungjawabnya, makin besar dedikasinya.
Warga sekolah merasa aman dengan
•
Makin besar rasa memilikinya, makin besar tanggungjawabnya.
orang. •
Makin tinggi partisipasi, makin besar rasa memilikinya.
perbaikan, bukan mengadili/mengontrol
•
Harus punya sumber daya yang cukup
Berani berimprovisasi dan mencobakan halhal baru (senang berinovasi).
•
Dituntut punya kesanggupan untuk tidak bergantung kepada atasan.
keahliannya. •
Punya kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya.
bersinergi secara positif untuk meningkatkan •
Kerja sama antar fungsi dan individu harus
10. Punya kemauan untuk berubah (psikologis dan
fisik). •
Perubahan dipandang menyenangkan.
•
Kemapanan dipandang sebagai ancaman.
•
Tapi, perubahan yang mengarah ke peningkatan.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
43
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
11. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara
16. Sekolah memiliki dan menjaga sustainabilitas.
berkelanjutan. •
•
Aksentuasi evaluasi tidak sekedar untuk
pendanaan.
mengetahui seberapa kemampuan peserta
•
Sustainabilitas dalam program dan
•
Sustainabilitas program: keberlanjutan
didik, tetapi lebih pada pemanfaatan hasil
program yang dirintis sebelumnya, dan
evaluasi untuk perbaikan terus menerus.
bahkan berkembang menjadi program-
Perbaikan secara terus menerus harus
program baru yang sebelumnya belum ada.
menjadi kebiasaan.
•
Sustainabilitas pendanaan: kemampuan mempertahankan besarnya dana yang
12. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan. •
dimiliki dan bahkan makin besar jumlahnya. Sekolah mampu menggali sumber dana dari
Sekolah harus responsif terhadap aspirasi
masyarakat, tidak sekadar menggantungkan
yang muncul guna peningkatan mutu. •
dari pemerintah.
Sekolah harus mampu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat.
•
Sekolah harus
-aktif atau menjemput
dan mampu mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi. 13. Sekolah punya komunikasi yang baik. •
Komunikasi yang baik antar warga sekolah dan masyarakat.
•
Komunikasi yang baik akan membentuk team work yang baik, kompak dan cerdas; sehingga berbagai kegiatan bisa dilaksanakan secara merata antar warga sekolah.
15. Sekolah mempunyai akuntabilitas. •
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban terhadap apa yang sudah dilaksanakan.
•
Bentuk akuntabilitas: laporan prestasi kepada pemerintah, orangtua dan masyarakat.
44
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
4.3. Input
Sekolah-sekolah yang efektif, lazimnya mempunyai input sebagai berikut: 1. Sekolah memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas. Kebijakan, tujuan dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada warga sekolah. 2. Sekolah mempunyai sumberdaya tersedia dan siap. Sumber daya tersebut, berupa SDM dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan). 3. Sekolah mempumnyai staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi. 4. Memiliki harapan prestasi tinggi. Kepala Sekolah, guru dan siswa punya komitmen dan motivasi kuat untuk meraih prestasi di berbagai bidang. 5. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa). Pelanggan (terutama siswa) harus menjadi
www.kinerja.or.id
fokus dari semua kegiatan sekolah, baik
suatu pekerjaan yang proses penyelesaiannya
input maupun proses diarahkan ke siswa.
menggunakan tangan orang lain; sedangkan pekerjaan teknis adalah suatu pekerjaan yang
6. Sekolah mempunyai input manajemen yang baik, aitu adanya
proses penyelesaiannya dengan menggunakan
rencana rinci dan sistematis, program yang
tangan sendiri. Mengingat para manajer ketika
mendukung pelaksanaan rencana, sistem
bekerja masih juga mau melibatkan orang
pengendali mutu yang efektif.
lain dan bahkan lebih banyak membagi-bagi pekerjaan kepada mereka, maka dari sudut kemauan untuk berbagi dengan orang lain ini ia
ASPEK PROSES DAN SUBSTANSI MBS
Secara etimologis, manajemen berasal dari kata: management (Bahasa Inggeris). Kata management berasal dari kata manage, atau managiare, yang berarti: melatih kuda dalam melangkahkan kakinya (Echols, 1985). Dalam manajemen, terkandung dua makna, yakni mind (pikir) dan action (tindakan) (Sahertian, 1988). Secara terminologis, manajemen berarti: 1. Kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan. 2. Segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang atau mengarahkan segala fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan. 3. Bekerja dengan menggunakan/meminjam tangan orang lain.
boleh disebut sebagai: “sangat dermawan”.
Setelah menelaah berbagai jenis pengertian manajemen, penulis sampai pada suatu kesimpulan, bahwa yang dimasud dengan manajemen adalah suatu proses penataan dengan melibatkan sumber-sumber potensial baik yang bersifat manusia manupun yang bersifat non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Beberapa unsur yang terdapat dalam pengertian ini adalah: 1. Adanya suatu proses, yang menunjukkan bahwa ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilakukan jika seseorang melakukan kegiatan manajemen. 2. Adanya penataan, yang berarti bahwa makna dari manajemen sesungguhnya adalah penataan, pengaturan atau pengelolaan. 3. Terdapatnya sumber-sumber potensial yang
Tiga pengertian ini memberikan isyarat adanya
harus dilibatkan, baik sumber potensial yang
dua jenis pekerjaan, ialah pekerjaan manajerial
bersifat manusiawi maupun yang bersifat
di satu pihak dan pekerjaan teknis di sisi lain.
non manusiawi. Tetapi, titik tekan pelibatan
Yang dimaksud pekerjaan manajerial adalah
tersebut lebih banyak ke sumber potensial
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
45
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
yang bersifat manusiawinya. Sebab, terlibat
Dari segi proses, manajemen di bidang apapun,
dan tertatanya sumber-sumber potensial
hampir tidak berbeda, karena senantiasa dimulai
yang bersifat manusiawi, akan dengan
dengan perencanaan dan diakhiri dengan
sendirinya menjadikan tertatanya sumber
pengawasan. Yang senantiasa membedakan
potensial yang bersifat non manusiawi.
antara manajemen bidang satu dengan bidang
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, karena
yang lain adalah aspek substansinya, atau bidang
pelibatan sumber potensial yang bersifat
garapannya. Berarti, yang membedakan antara
manusiawi dan non manusiawi tersebut
manajemen pendidikan dengan manajemen
bukan merupakan tujuan; melainkan
ekonomi atau layanan publik yang lain, bukan
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan
pada aspek prosesnya melainkan pada aspek
atau misi tertentu.
substansinya. Aspek substansi ini lazim juga
5. Pencapaian tujuan tersebut diupayakan agar secara efektif (sankil) dan efisien (mankus).
mendapatkan sebutan ruang lingkup, bidang garapan, cakupan dan isi. Bahkan menurut Nawawi, substansi manajemen pendidikan dapat disebut
Proses MBS terdiri atas 4 hal, yang juga dikenal
manajemen operatif.
sebagai fungsi MBS, ialah planning, organizing, actuating, dan controlling. Empat proses ini lazim
Yang menjadi substansi manajemen pendidikan
juga digambarkan dalam bentuk siklus, karena
adalah:
setelah langkah controlling, lazimnya dilanjutkan dengan membuat planning baru. Siklus proses manajemen tersebut sebagaimana pada Diagram 1.1.
1. Manajemen kurikulum dan pembelajaran. 2. Manajemen peserta didik. 3. Manajemen sumber daya manusia.
Diagram 1.1. Siklus Proses Manajemen
46
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
4. Manajemen prasarana dan sarana. 5. Manajemen keuangan. 6. Manajemen partisipasi masyarakat. Jika proses manajemen pendidikan beserta substansi intinya tersebut diskemakan, sebagaimana pada Table 1.3.
Tabel 1.3. Dimensi Proses dan Substansi MBS Substansi Proses
Kurikulum dan Pembelajaran
Peserta Didik
Sumber Daya Manusia
Sarana dan Prasarana
Keuangan
Humas
Perencanaan Pengorganisasian Penggerakan Pengawasan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
47
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibelitas/ keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta perundang-undangan yang berlaku (Depdiknas. 2003).
48
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
INDIKATOR KEBERHASILAN MBS 1. Siswa puas dengan layanan sekolah. 2. Orangtua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua. 3. Pihak pemakai /penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai dengan harapan. 4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
49
Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah
2
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
51
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 2 Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah
BAHAN BACAAN STANDAR PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH
A. PENDAHULUAN Upaya mewujudkan visi dan misi pendidikan, diperlukan suatu acuan dasar oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Standar pelayanan dalam pendidikan
........ peserta memahami jenis-jenis standar pengelolaan sekolah dengan penjelasan rincinya.
tersebut, meliputi standar pelayanan minimal (SPM), yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah potensial, pinggiran, sekolah-sekolah populistik atau belum memenuhi SPM; dan standar nasioal pendidikan yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah yang sudah memenuhi SPM. SPM Pendidikan Ditetapkan Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 129a /U/2004 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan. Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan Daerah. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi Pemerintah dalam memenuhi dan mengurus kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
52
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Sementara itu, Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Manajemen pelayanan adalah penataan
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
penyelenggaraan pelayanan secara efektif dan
Tahun 2005, dijadikan sebagai acuan setiap satuan
efisien guna mencapai kinerja pelayanan yang
pendidikan dan diharapkan dapat mengembangkan
optimal.
pendidikannya secara optimal sesuai dengan karakteristik programnya. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya dilaksanakan delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi : (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standarpengelolaan, (7) standar pembiayaan, (8) standar penilaian pendidikan.
Penyelenggaraan pelayanan adalah: 1. Penyelenggaraan negara; 2. Penyelenggaraan ekonomi negara; 3. Korporasi penyelenggara pelayanan publik; 4. Lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka mencapai kualitas pelayanan,
B. STANDAR PELAYANAN PUBLIK Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Standar pelayanan publik adalah suatu tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari penyelenggara pelayanan kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
diperlukan penyusunan standar pelayanan publik, yang menjadi tolak ukur pelayanan yang berkualitas, prima dan memuaskan. Penetapan standar pelayanan publik semua merupakan praktik bagus yang terjadi di negara maju, dan secara lambat tetapi pasti sampai juga negara berkembang. Di Amerika Serikat misalnya, ditandai dengan dikeluarkannya executive order 12863 pada era pemerintahan Clinton, yang mengharuskan semua instansi pemerintah untuk menetapkan standar pelayanan konsumen. Isi dari executive order tersebut adalah: “Identify customer who are, or should be served by the agency, survey the customer to determine the
Sekolah sebagai salah satu unit pelayanan
kind and quality of service they want and their level
diwajibkan untuk memberikan pelayanan
of statisfaction with existing service, post service
yang berkualitas kepada siswa dan orangtua
standards and measure result against the best
sesuai dengan standar pelayanan publik yang
bussiness, provide the customers with choice in both
disyaratkan.
sources of services, and complaint system easily
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
53
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
accesible, and provide means to adress customer
Namun sejauh ini standar pelayanan publik
complaint”.
sebagaimana yang dimaksud masih lebih banyak berada pada tingkat konseptual, sedangkan
Inti dari executive order tersebut adalah adanya
implementasinya masih jauh dari harapan. Hal ini
upaya pengenalan terhadap pengguna pelayanan
terbukti dari masih buruknya kualitas pelayanan
publik, survei pengaduan para pengguna untuk
yang diberikan oleh berbagai instansi pemerintah
menentukan jenis dan kualitas pelayanan yang
sebagai penyelenggara layanan publik.
mereka inginkan dan untuk menetukan tingkat kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang sedang berjalan, menyediakan berbagai pilihan sumber-sumber pelayanan kepada pengguna, dan sistem pengaduan yang mudah diakses, serta menyediakan sarana untuk menampung dan menyelesaikan keluhan/pengaduan. Di Inggris juga diperkenalkan Service First the New Character Programme, yang berisi 9 prinsip penyediaan pelayanan publik yang merupakan wujud dari visi pemerintah yang dilaksanakan oleh setiap pegawai negeri. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
Adapun manfaat standar pelayanan publik adalah: 1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan. 2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/ masyarakat. 3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia pelayanan dalam upaya meningkatakan pelayanan. 4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.
1. Menentukan standar pelayanan;
Agar pelayanan publik dapat dilakukan dengan
2. Bersikap terbuka dan menyediakan informasi
memenuhi standar, maka birokrasi pemerintahan
selengkap-lengkapnya;
haruslah melakukan perbaikan kinerja pelayanan
3. Berkonsultasi dan terlibat;
publik. Perbaikan kinerja pelayanan publik mutlak
4. Mendorong akses dan pilihan;
harus dilakukan, dikarenakan dalam kehidupan
5. Memperlakukan semua secara adil;
bernegara pelayanan publik menyangkut aspek
6. Mengembalikan kejalan yang benar ketika
kehidupan yang sangat luas. Selain itu, aparat
terjadi kesalahan;
birokrasi juga harus meningkatkan mutu pelayanan.
7. Memanfaatkan sumber daya secara efektif
Adanya standar pelayanan dapat membantu
8. Inovatif dan memperbaiki;
unit-unit penyedia jasa pelayanan untuk dapat
9. Bekerjasama dengan penyedia layana lainnya.
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat pelanggannya. Dalam standar pelayanan ini dapat terlihat dengan jelas dasar hukum, persyaratan pelayanan,
54
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya serta
pelayanan dan pelanggan. Keramahan hanya
proses pengaduan, sehingga petugas pelayanan
diperlukan jika pelanggan termasuk dalam
memahami apa yang seharusnya mereka lakukan
konsumen konkret.
dalam memberikan pelayanan.
7. Keterbukaan, yaitu bahwa pelanggan bisa mengetahui seluruh informasi yang mereka
Upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas
butuhkan secara mudah dan gambling, meliputi
antara lain dapat dilakukan dengan memperhatikan
informasi mengenai tata cara, persyaratan,
ukuran-ukuran apa saja yang menjadi kriteria kinerja
waktu penyelesaian, biaya dan lain-lain.
pelayanan. Menurut LAN (2003), kritera-kriteria
8. Komunikasi antara petugas dan pelanggan
pelayanan tersebut antara lain:
9. Kredibilitas, meliputi adanya saling percaya
1. Kesederhanaan, yaitu bahwa tata cara pelayanan dapat diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan oleh pelanggan. 2. Reliabilitas, meliputi konsistensi dari kinerja yang tetap dipertahankan dan menjaga saling ketergantungan antara pelanggan dengan pihak penyedia pelayanan, seperti menjaga keakuratan perhitungan keuangan, teliti dalam pencatatan data dan tepat waktu. 3. Tanggung jawab dari para petugas pelayanan, yang meliputi pelayanan sesuai dengan urutan waktunya, menghubungi secepatnya apabila terjadi sesuatu yang perlu segera diberitahukan. 4. Kecakapan para petugas pelayanan, bahwa para petugas pelayanan menguasai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan. 5. Pendekatan kepada pelanggan dan kemudahan kontak pelanggan dengan petugas. Petugas pelayanan harus mudah dihubungi oleh
antara pelanggan dengan penyedia pelayanan. 10. Kejelasan dan kepastian yaitu mengenai tata cara, rincian biaya layanan dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian layanan tersebut. 11. Keamanan, yaitu memberikan rasa aman dan bebas kepada pelanggan dari adanya bahaya, resiko dan keragu-raguan. 12. Mengerti apa yang diharapkan pelanggan 13. Kenyataan, meliputi bukti-bukti atau wujud nyata dari pelayanan, beruapa fasilitas fisik. 14. Efisien yaitu bahwa persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapai sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan. 15. Ekonomis yaitu agra pengenaan biaya peleyanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan kemampuan pelanggan untuk membayar.
pelanggan, tidak hanya denga pertemuan secara langsung, tetapi juga melalui telepon atau internet. Oleh karena itu, lokasi dari fasilitas dan operasi pelayanan juga harus diperhatikan. 6. Keramahan, meliputi kesabaran, perhatian, dan persahabatan dalam kontak antara petugas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
55
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
C. DASAR HUKUM STANDAR PELAYANAN PUBLIK
No. 145/MK. Waspan/3/1999; hingga Surat
Di Indonesia, upaya untuk menetapkan standar
peningkatan kualitas pelayanan.
pelayanan publik dalam kerangka peningkatan
Edaran Mendagri No. 503/125/PUOD/1999, yang kesemuanya itu bermuara pada 9. Kep. Menpan No: 63/KEP/M.PAN/7/2003
kualitas pelayanan publik sebenarnya telah lama
tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
dilakukan. Upaya tersebut antara lain ditunjukkan
Pelayanan Publik.
dengan terbitnya berbagai kebijakan seperti:
10. Kep. Menpan No. 81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum
1. Undang-undang No 20 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 2. Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman
11. Surat Edaran Depdagri No. 100/757/OTDA tentang Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimum, pada tahun 2002.
Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha, (dihapus??) 3. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum, 4. Inpres No.1 Tahun 1995 tentang Perbaikan
D. STANDAR PROSES (STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR) BIDANG PENDIDIKAN
dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat 5. Peraturan Kementrian Pendayagunaan
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2008 Tentang
pada satuan pendidikan untuk mencapai standar
Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik
kompetensi lulusan (PPRI No. 19 Tahun 2005
dengan Partisipasi Masyarakat
tentang Standan Nasional Pendidikan, Pasal 1
6. Peraturan Kementrian Pendayagunaan Aparatur
ayat 6). Adapun PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang
Negara Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Standar Proses dituangkan dalam Bab IV, yaitu
Teknis Penyusunan, Penetapan dan Penerapan
mencakup aspek:
Standard Pelayanan 7. Surat Edaran Menko Wasbangpan No. 56/ Wasbangpan/6/98 tentang Langkah-langkah Nyata Memperbaiki Pelayanan Masyarakat. Instruksi Mendagri No. 20/1996; 8. Surat Edaran Menkowasbangpan No. 56/MK. Wasbangpan/6/98; Surat Menkowasbangpan
a. Perencanaan proses pembelajaran, b. Pelaksanaan proses pembelajaran, c. Penilaian hasil pembelajaran. dan d. Pengawasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
56
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
tes praktek, dan penugasan perseorangan
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
atau kelompok. Untuk mata pelajaran selain
didik. proses pembelajaran pendidik memberikan
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan
teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
menengah, teknik penilaian observasi secara
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
individual sekurang-kurangnya dilaksanakan
dan pengawasan proses pembelajaran untuk
satu kali dalam satu semester.
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
a. Perencanaan Proses Pembelajaran
d. Pengawasan Proses Pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan,
Perencanaan proses pembelajaran meliputi
dan pengambilan langkah tindak lanjut yang
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
diperlukan.
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran
E. STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN
Standar Pelayanan Minimal diataur dalam babbab dan pasal sebagai berikut: 1. Kewenangan Penyelenggaraan Pendidikan
setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. Pelaksanaan
(1) Penyelenggaraan satuan pendidikan
proses pembelajaran dilakukan dengan
luar biasa (Pendidikan Khusus) menjadi
mengembangkan budaya membaca dan
wewenang Pemerintah Provinsi;
menulis.
(2) Penyelenggaraan satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk
c. Penilaian Hasil Pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang
menjadi wewenang Pemerintah
pendidikan dasar dan menengah menggunakan
Kabupaten/Kota;
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Teknik
www.kinerja.or.id
(3) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota menyelenggarakan pendidikan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
57
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
berdasarkan standar pelayanan minimal
standar nasional mencapai nilai
pendidikan;
“memuaskan”. dalam mata pelajaran
(4) Standar pelayanan minimal pendidikan
membaca, menulis dan berhitung
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
untuk kelas III dan mata pelajaran
meliputi pelayanan pendidikan, pemuda
bahasa, matematika, IPA dan IPS
dan olahraga yang mencakup semua
untuk kelas V.
jenis pelayanan hingga mencapai indikator kinerja minimal. 2. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (1) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah lbtidaiyah (MI) terdiri atas: a. 95 persen anak dalam kelompok usia 7-12 tahun bersekolah di SD/MI. b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. c. 90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional. d. 90 persen dari jumlah guru SD yang diperlukan terpenuhi. e. 90 persen guru SD/MI memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional . f. 95 persen siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran. g. Jumlah siswa SD/MI per kelas antara 30 - 40 siswa. h. 90 persen dari siswa yang mengikuti
i. 95 persen dari lulusan SD melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). (2) SPM Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) terdiri atas : a. 90 persen anak dalam kelompok usia 13 -15 tahun bersekolah di SMP/ MTs. b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. c. 90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional. d. 80 persen sekolah memiliki tenaga kependidikan non guru untuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non mengajar lainnya. e. 90 persen dari jumlah guru SMP yang diperlukan terpenuhi. f. 90 persen guru SMP/MTs memiliki kualifikasi, sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional.
uji sampel mutu pendidikan
58
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
g. 100 persen siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran. h. Jumlah siswa SMP/MTs per kelas antara 30 - 40 siswa. i. 90 persen dari siswa yang mengikuti uji sampel mutu pendidikan standar nasional mencapai nilai
melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non mengajar lainnya. e. 90 persen dari jumlah guru SMA/MA yang diperlukan terpenuhi. f. 90 persen guru SMA/MA memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional. g. 100 persen siswa memiliki buku
“memuaskan” dalam mata pelajaran
pelajaran yang lengkap setiap mata
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
pelajaran.
matematika, IPA, dan IPS di kelas I dan II. j. 70 persen dari lulusan SMP/MTs
h. Jumlah siswa SMA/MA per kelas antara 30 - 40 siswa. i. 90 persen dari siswa yang mengikuti uji
melanjutkan ke Sekolah Menengah
sampel mutu standar nasional mencapai
Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) /
nilai “memuaskan” dalam mata pelajaran
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
bahasa Inggris, Geografi, Matematika Dasar untuk kelas I dan II
3. Standar pelayanan minimal pendidikan menengah
SPM Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) terdiri atas: a. 60 persen anak dalam kelompok usia 16 -18 tahun bersekolah di SMA/MA dan SMK. b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. c. 90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional. d. 80 persen sekolah memiliki tenaga kependidikan non guru untuk
j. 25 persen dari lulusan SMA/MA melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang terakreditasi. 4. SPM Pendidikan SMK a. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. b. 90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional. c. 80 persen sekolah memiliki tenaga kependidikan non guru untuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non mengajar lainnya. d. 90 persen dari jumlah guru SMK yang diperlukan terpenuhi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
59
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
e. 90 persen guru SMK memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional. f. 00 persen siswa memiliki buku pelajaran
Standar Nasional Pendidikan mencakup:
1. Standar Isi
yang lengkap setiap mata pelajaran.
Standar Nasional pendidikan yang mencakuyp ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
g. Jumlah siswa SMK perkelas antara 30 -
yang dituangkan dalam kriteria tentang
40 siswa.
kompetensi tamatan, kompetensi mata
h. 20 persen dari lulusan SMK melanjutkan
pelajaran, kerangka dasar dan struktur
ke Perguruan Tinggi yang terakreditasi.
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
i. 20 persen dari lulusan SMK diterima di
satuan pendidikan, kalender pendidikan/
dunia kerja sesuai dengan keahliannya
akademik, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
F. STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
2. Standar Proses
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
satuan pendidikan untuk mencapai standar
dikemukakan dalam ketentuan umum PP Nomor
kompetensi lulusan.
19 Tahun 2005 adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia. Kriteria minimal itu dijadikan parameter dalam evaluasi
3 Standar Kompetensi Lulusan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
serta menjadi kriteria tambahan dalam penilaian bertugas memfasilitasi, mengkoordinasi, dan mengembangkan sistem pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
4 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
pendidikan, dalam rangka mewujudkan pendidikan Nasional Pendidikan, yaitu untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
60
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Standar Nasional Pendidikan tentang kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan nasionalyang bermutu. Sedangkan, tujuan Standar
Standar Nasional Pendidikan tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan dengan
kinerja sekolah pada setiap jenis dan jenjangnya kinerja pemerintah dan pemerintah daerah yang
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan
5. Standar Sarana dan Prasarana
Standar Nasional Pendidikan yang mencakup kriteria minimal tentang ruang belajar,
www.kinerja.or.id
perpustakaan, tempat berolahraga, beribadah,
(Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22
bermain dan berkreasi, serta labolatorium,
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan
bengkel kerja, dan sumber belajar lain
pendidikan dasar dan menengah.
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
a. Pengertian Standar Isi
Standar isi menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 adalah cakupan
6. Standar Pengelolaan
materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pendidikan tertentu. Secara keseluruhan standar
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
isi memuat:
satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang
atau nasional agar tercapai efisiensi dan
merupakan pedoman dalam penyususnan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan;
7. Standar Pembiayaan
2) beban belajar bagi peserta didik pada
3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
satuan pendidikan dasar dan menengah;
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan komponen dan besarnya biaya investasi,
akan dikembangkan oleh satuan pendidikan
operasi dan personal satuan pendidikan yang
berdasarkan panduan penyususnan
berlaku selama satu tahun.
kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi; dan
8. Standar Penilaian Pendidikan.
4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan
Standar Nasional Penilaian Pendidikan tentang
pendidikan pada satuan pendidikan jenjang
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
pendidikan dasar dan menengah.
hasil belajar peserta didik untuk lima kelompok mata pelajaran oleh pendidik. Selain itu, standar
b Fungsi Standar Isi
penilaian juga mencakup penilaian hasil belajar
Standar isi berfungsi sebagai salah satu bagian
oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Kedelapan standar isi tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1. Standar Isi
dari standar nasional pendidikan, sebagai acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara satuan pendidikan yang antara lain meliputi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Acuan dasar tersebut merupakan standar nasional
Standar isi telah dikembangkan oleh BSNP dan menjadi Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
61
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu
Selanjutnya, ada tujuh prinsip
pengelola, penyelenggara, dan satuan
pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya
pendidikan jenjang pendidikan dasar, yaitu:
dalam memberikan layanan pendidikan yang
(a) berpusat pada potensi, perkembangan,
bermutu.
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (b) beragam
c. Pengembangan Standar Isi
Hasil pengembangan aspek muatan standar isi
perkembangan ilmu pengetahuan dan seni;
oleh BSNP sebagai berikut.
(d) relevan dengan kebutuhan kehidupan;
dan terpadu; (c) tanggap terhadap
(e) menyeluruh dan berkesinambungan;
1) Kerangka dasar kurikulum pendidikan umum
(f) belajar sepanjang hayat; (g) seimbang
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/
antara kepentingan nasional dan
MAK), pendidikan khusus (SDLB, SMPLB,
kepentingan daerah.
dan SMALB), dan pendidikan kejuruan (SMK/MAK).
2) Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
Kerangka dasar kurikulum mencakup tiga
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
hal, yaitu: (a) kelompok mata pelajaran dan
pembelajaran. Struktur kurikulum yang telah
cakupannya; (b) prinsip pengembangan
disusun adalah:
kurikulum; dan (c) prinsip pelaksanaan
a) Struktur kurikulum pendidikan umum
kurikulum. Untuk kelompok mata pelajaran
(SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA)
dan cakupannya, dinyatakan (PP No. 19,
b) Struktur kurikulum pendidikan kejuruan
pasal 6, ayat 1) bahwa kurikulum untuk
(SMK/MAK)
jenis pendidikan umum, kejuruan, dan
c) Struktur kurikulum pendidikan khusus
khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
(SDLB, SMPLB, SMALB).
menengah terdiri atas: a) kelompok mata pelajaran agama dan
3) Beban belajar untuk jenjang pendidikan SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/
akhlak mulia;
SMALB; dan SMK/MAK.
b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket. Satuan
d) kelompok mata pelajaran estetika;
pendidikan SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/
e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
SMALB; dan SMK/MAK kategori standar
dan kesehatan.
62
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
menggunakan sistem paket atau dapat
a) SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;
menggunakan sistem kredit semester.
b) SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40
Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB; dan
menit;
SMK/MAK kategori mandiri menggunakan
c) SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung
sistem kredit semester.
Beban belajar pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang
selama 45 menit.
pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai
pendidikan dasar dan menengah. Sistem
berikut:
paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
a) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per
diwajibkan mengikuti seluruh program
minggu untuk SD/MI/SDLB:
pembelajarn dan beban belajar yang sudah
1. Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam
ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
pembelajaran;
struktur kurikulum yang berlaku pada satuan
2. Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam
pendidikan. Beban belajar setiap mata
pembelajaran.
pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu
b) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk
jam pembelajaran.
satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program
c) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per
pembelajaran melalui sistem tatap muka,
minggu untuk SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri
adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran.
tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi
Penugasan terstruktur adalah kegiatan
lulusan dengan memperhatikan tingkat
pembelajaran yang berupa pendalaman
perkembangan peserta didik.
materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan
kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan
pembelajaran yang berupa proses interaksi
terstruktur ditentukan oleh pendidik.
antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah
pembelajaran pada masing-masing satuan
kegiatan pembelajaran yang berupa
pendidikan ditetapkan sebagai berikut:
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
63
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
didik yang dirancang oleh pendidikuntuk
Sistem kredit semester adalah sistem
mencapai standar kompetensi. Waktu
penyelenggaraan program pendidikan yang
penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta
peserta didiknya menentukan sendiri beban
didik.
belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban
Beban belajar penugasan terstruktur dan
belajar setiap mata pelajaran pada sistem
kegiatan mandiri tidak terstruktur terdiri dari:
kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS). Beban belajar satu sks meliputi
1. Waktu untuk penugasan terstruktur dan
satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam
kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi
penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan
peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum
mandiri tidak terstruktur. Panduan tentang
40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka
sistem kredit semester diuraikan secara khusus
dari mata pelajaran yang bersangkutan. 2. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi
dalam dokumen tersendiri. 4) Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB
selama satu tahun ajaran yang mencakup
maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
tatap muka dari mata pelajaran yang
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari
bersangkutan.
libur.
3. Waktu untuk penugasan terstruktur dan
a) Alokasi Waktu
kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/
dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal
kegiatan tatap muka dari mata pelajaran
tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
untuk SD/MI/SDLB, tiga tahun untuk SMP/MTs/ SMPLB dan SMA/MA/SMALB, dan tiga sampai dengan empat tahun untuk SMK/MAK. Program percepatan dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun
Penyelesaian program pendidikan dengan
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
menggunakan sistem paket adalah enam tahun
64
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu
MAK maksimum 60% dari jumlah waktu yang bersangkutan.
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
www.kinerja.or.id
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk
3. Standar Kompetensi Lulusan
tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah bagian
libur dapat berbentuk jeda tengah semester,
dari stnadar nasional pendidikan yang merupakan
jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran,
kriteria kompetensi lulusan minimal yang berlaku di
hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Indonesia. Dengan SKL kita akan memiliki patok mutu (bench-mark) baik bersifat evaluasi mikro
b) Penetapan Kalender Pendidikan 1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya. 2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus. 3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/ Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
seperti kualitas proses dan kualitas produk maupun bersifat evaluasi makro seperti keevektifan dan efisiensi suatu program pendidikan, sehingga ke depan pendidikan kita akan melahirkan standar mutu yang dapat dipertanggungjawabkan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. SKL yang dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran digunakan sebagai pedoman penilaian. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. SKL mencakup Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP), Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP), dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SK-MP). SKL-SP adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada setiap satuan pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/PaketB) dan satuan pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/ MAK). Sedangkan SK-KMP adalah kualifikasi kemampuan lulusan pada setiap kelompok mata pelajaran yang mencakup agam dan Akhlak Mulia, Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Estetika, dan Jasmani,
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
65
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Olahraga, dan Kesehatan, baik untuk satuan
Lingkup Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
pendidikan dasar maupun satuan pendidikan
mencakup: kriteria pendidikan prajabatan, kelayakan
menengah. SKL mempunyai tiga fungsi utama, yaitu
fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
(1) kriteria dalam menentukan kelulusan peserta
jabatan. Pendidikan prajabatan adalah pendidikan
didik pada setiap satuan pendidikan (2) rujukan
formal untuk mempersiapkan calon pendidik dan
untuk menyusun standar pendidikan lainnya, dan (3)
tenaga kependidikan yang diselenggarakan oleh
arah peningkatan kualitas pendidikan.
Perguruan Tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang terakreditasi, sesuai dengan
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
perundang-undangan. Kelayakan fisik dan mental
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah
yang tidak mengganggu pembelajaran dan
kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik
pelayanan pendidikan. Adapun, Pendidikan dalam
maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan
jabatan adalah pendidikan dan pelatihan yang
(UU Nomor 20 2003, Pasal 13, dan PP 19 Pasal
diperoleh pendidik dan tenaga kependidikan selama
1, ayat 7). Pendidik adalah tenaga kependidikan
menjalankan tugas untuk meningkatkan kualifikasi
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
akademik dan/atau kompetensi akademiknya.
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003 BabI, Pasal 1 ayat 5 dan ayat 6). Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan (UU No. 20 2003, Bab XI, Pasal 39, ayat 1). Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar (UU no. 20, Tahun 2003, Penjelasan Pasal 39, ayat 1).
66
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
pendidik dan tenaga kependidikan adalah kondisi fisk dan mental pendidik dan tenaga kependidikan
Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional melalui pendidikan profesi. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
www.kinerja.or.id
jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan
kependidiakan, orang tua/wali peserta didik, dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya, berikut
akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang
adalah PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI tentang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik dari perguruan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
tinggi terakreditasi yang dibuktikan dengan ijazah dan/ atau sertifikasi keahlian yang relevan dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilkinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kopetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunuikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
www.kinerja.or.id
5. Standar Sarana Dan Prasarana Pendidikan Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar sarana dan prasarana mencakup: (1) pengadaan satuan pendidikan, (2) kelengkapan prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan gedung, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan, dan (3) kelengkapan sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Standar sarana dan prasarana ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Berikut adalah PP Nomor 19 2005, Bab VII tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
67
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
6. Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi:(1) perencanaan program sekolah/madrasah; (2) pelaksanaan rencana kerja sekolah; (3) monitoring
(6) pengelolaan program peningkatan status guru sebagai profesi; (7) pengelolaan program peningkatan mutu dosen; (8) pengelolaan program standarisasi pendidikan; (9) pengelolaan program akreditasi pendidikan; (10) pengelolaan program peningkatan relevansi pendidikan; (11) pengelolaan program pemenuhan standar pelaynan minimal bidang pendidikan, dan (12) pengelolaan program penjaminan mutu pendidikan nasional.
dan evaluasi; (4) kepemimpinan sekolah/
Secara umum Standar Pengelolaan Pendidikan
madrasah; dan (5) sistem informasi manajemen.
Nasional bertujuan untuk meningkatkan mutu
Sedangkan, standar pengelolaan pendidikan oleh
layanan minimal pengelolaan Pendidikan Nasional.
pemerintah daerah meliputi: (1) perencanaan
Adapun, secara khusus Standar Pengelolaan
program pemerintah daerah; (2) pengelolaan
Pendidikan bertujuan sebagai berikut.
program wajib belajar; (3) pengelolaan program peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan menengah; (4) pengelolaan program pendidikan keaksaraan; (5) pengelolaan program penjaminan mutu satuan pendidikan; (6) pengelolaan program peningkatan status guru sebagai profesi; (7) pengelolaan program akreditasi pendidikan; (8) pengelolaaan program peningkatan peningkatan relevansi pendidikan; dan (9) pengelolaan program pemenuhan standar pelayanan minimal bidang pendidikan. Standar pengelolaan pendidikan oleh pemerintah meliputi: (1) perencanaan program pemerintah; (2) pengelolaan program wajib belajar; ( 3) pengelolaan program peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan menengah dan tinggi; (4) pengelolaan program pendidikan keaksaraan; (5) pengelolaan
68
program penjaminan mutu satuan pendidikan;
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
a. Memberikan acuan bagi terwujudnya sistem perencanaan pendidikan pada tingkat nasional, regional/daerah, propinsi, kabupaten/kota, serta pada tingkat satuan pendidikan/ sekolah secara terkoordinasi dan terpadu untuk mampu mengantisipasi aspirasi-aspirasi peningkatan mutu pendidikan. b. Memberi kerangka acuan bagi pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, dan pengendalian pendidikan, sejalan dengan tuntutan peningkatan mutu dan Standar Pelayanan Pendidikan pada semua bentuk, jenis, dan jenjang pendidikan. c. Sebagai acuan dasar pengawasan dan penilaian pendidikan, yang relevan dan konsisten dengan sistem perencanaan, dan pelaksanaan prgram
www.kinerja.or.id
pendidikan pada tingkat pemerintah pusat,
dari aspek manajemen pendidikan ada beberapa hal
pemerintah daerah, propinsi dan kabupaten dan
yang perlu memperoleh perhatian, yaitu menyangkut
pada tingkat satuan pendidikan.
permasalahan: manajemen organisasi, kurikulum,
d. Memberikan pedoman kepada seluruh warga bangsa dan khususnya yang berkiprah dalam pengelolaan pendidikan bagaimana merencanakan, mengorganisasikan,
sumber daya manusia pendidiakan, sarana dan prasarana, kesiswaan, hubungan publik (public relation), pembiayaan pendidikan, dan manajemen berbasis sekolah.
melaksanakan, memantau, mengawasi,
Dari keseluruhan permasalahan pendidikan baik
mengendalikan, dan menilai program pendidikan
tingkat makro maupun tingkat mikro pendidikan
secara efisien, efektif, baik dan benar.
memang sangat diperlukan adanya Standar
e. Menciptakan terwujudnya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan amanah pendidikan bagi semua rakyat (education for all) baik secara vertikal maupun horisontal antara seluruh unsur kelembagaan yang bertugas, berwewenang dan bertanggungjawab dalam pendidikan mulai dari Pemerintah Pusat, pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, dan Satuan Pendidikan dalam Pengelolaan Pendidikan baik pada tingkat nasional, daerah, lokal, dan individual.
Pengelolaaan Pendidikan yang efektif dan efisien. Berikut PP Nomor 19 Bab VIII tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
7. Standar Pembiayaan Pendidikan Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat
Ditinjau dari segi manajemen organisasi, terdapat
berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai
empat hal yang perlu ditata kembali , yaitu:
standar nasional pendidikan secara teratur dan
pengaturan pembagian tugas, wewenang, dan
berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri atas
tanggung jawab, serta pola hubungan organisasi,
biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
pengaturan versus pengelolaan, dan hubungan organisasi fungsional. Pergeseran wewenang sebagai dampak dari desentralisasi pemerintahan seharusnya diikuti dengan pergeseran paradigma dalam seluruh aspek manajemen pendidikan di daerah yang semula dikelola secara sentralistik sekarang harus lebih didesentralisasikan. Untuk itu,
www.kinerja.or.id
Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasional pendidikan meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
69
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ujian
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
sebagainya. Biaya personal meliputi biaya
pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta
dari suatu satuan pendidikan. Akreditasi adalah
didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran
kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau
secara teratur dan berkelanjutan.
satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Mengacu pada pasal-pasal dan ayat dalam Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan
Penilaian Pendidikan dibagi menjadi lima bagian,
pembiayaan pendidikan dapat disimpulkan bahwa
yaitu:
meskipun biaya pendidikan itu terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal, namun standar pembiayaan pendidikan difokuskan pada biaya operasi pendidikan yang merupakan bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang
(1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi; (2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik; (3) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; (4) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah; dan (5) Kelulusan. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah terdiri dari
sesuai standar nasuional pendidikan secara teratur
penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian
dan berkelanjutan.
8. Standar Penilaian Pendidikan
70
hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Sedangkan penilaian hasil belajar pada jenjang
Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pendidikan tinggi terdiri dari penilaian hasil
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
belajar oleh pendidik dan penilaian hasil belajar
hasil belajar peserta didik (PP Nomor 19 2005).
oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian hasil
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
belajar dilakukan untuk memantau proses,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk
terhadap berbagai komponen pendidikan pada
ulangan harian, ulangan tengah semster,
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
kelas. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan. Ulangan adalah proses yang
pendidikan bertujuan menilai pencapaian
dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
standar kompetensi lulusan untuk semua
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh
pembelajaran, untuk memantau kemajuan
pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
(4) Lulus ujian nasional. Berikut adalah PP Nomor 19 Bab X tentang Penilaian Pendidikan.
pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel. Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: (1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; (2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (3) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; (4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada
G. STANDAR LAINNYA Sekolah/madrasah yang telah memenuhi syarat SSN diberi kesempatan untuk meningkatkan standarnya sehingga menjadi sekolah bertaraf internasional. Caranya, setelah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan hendaknya diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional”. Adaptasi yaitu penyesuaian
satuan pendidikan dalam upayanya untuk
unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalarn Standar
meningkatkan mutu pendidikan.
Nasional Pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
setelah:
Daya saing di forum internasional memiliki makna
(1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
bahwa siswa dan lulusan Sekolah/Madrasah
(2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
Bertaraf Internasional antara lain dapat: (a)
akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok
melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan
mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
yang bertaraf internasional, baik di dalam maupun
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
di luar negeri; (b) mengikuti sertifikasi bertaraf
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
internasional yang diselenggarakan oleh salah
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah
satu negara anggota OECD dan/atau negara maju
raga, dan kesehatan;
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
(3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok
dalam bidang pendidikan; (c) meraih medali tingkat
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
internasional pada berbagai kompetisi sains dan
dan
matematika.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
71
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
1. Kurikulum
memenuhi Standar Proses.Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan
kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Standar kurikulumnya adalah:
a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/
a. menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); b. menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK; c. memenuhi Standar Isi; dan d. memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator; b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota oecd dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut: a. sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masingmasing; b. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; c. menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.
2. Proses Pembelajaran
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; c. Menerapkan pembelajaran berbasis tik pada semua mata pelajaran; d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan Bahasa Indonesia; dan e. Pembelajaran dengan Bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV. Dalam proses pembelajaran selain menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, juga bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti bahasa Perancis, Spanyol, Jepang, Arab, dan China.
Proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu
72
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
3. Penilaian Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas
www.kinerja.or.id
kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang
perguruan tinggi yang program studinya
berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik
berakreditasi A untuk SD/MI;
dilakukan oleh para guru untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Penilaian.Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan, yaitu memperkaya penilaian kinerja pendidikan dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
4) Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMP/MTs; dan 5) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK. Guru dalam proses pembelajaran sepanjang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhannya, selain menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris juga bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti
4. Pendidik
bahasa Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Arab, dan China.
Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
5. Tenaga Kependidikan
hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan
Keberhasilan sekolah ditandai dengan pencapaian
dan pelatihan. Keberhasilan tersebut ditandai
indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi
dengan pencapaian indikator kinerja kunci
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Selain itu,
minimal, yaitu memenuhi Standar Pendidik. Selain
keberhasilan tersebut juga ditandai dengan
itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan
pencapaian indikator kinerja kunci tambahan
pencapaian indikator kinerja kunci tambahan
sebagai berikut:
sebagai berikut: 1) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK; 2) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris; 3) Minimal 10% guru berpendidikan S2/S3 dari
www.kinerja.or.id
1) Kepala sekolah/madrasah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah; 2) Kepala sekolah/madrasah mampu berbahasa Inggris secara aktif; dan 3) Kepala sekolah/madrasah bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional,
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
73
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa
5) Bebas narkoba dan rokok;
kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat.
6) Bebas kekerasan (bullying); 7) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam
6. Sarana dan Prasarana
segala aspek pengelolaan sekolah; dan 8) Meraih medali tingkat internasional pada
Indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi
berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi,
Standar Sarana dan Prasarana haruslah dipenuhi
seni, dan olah raga.
sekolah. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut: 1) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK; 2) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia; dan 3) Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya.
8. Pembiayaan Mutu sekolah/madrasah bertaraf internasional dijamin dengan pembiayaan yang sekurangkurangnya terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Pembiayaan. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan, yaitu menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target
7. Pengelolaan
Indikator Kunci Tambahan.
Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan manajemen berbasis sekolah/madrasah. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Pengelolaan. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
H. UPAYA PEMENUHAN STANDARD PELAYANAN (TANGGUNG JAWAB SEKOLAH DAN DINAS PENDIDIKAN)
kinerja kunci tambahan sebagai berikut: 1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya ISO 14000; 3) Merupakan sekolah/madrasah multi-kultural; 4) Menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri;
74
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Upaya Dinas Pendidikan Provinsi dalam memenuhi standar pelayananan pendidikan meliputi: a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan perijinan) terkait dengan pemenuhan standar
www.kinerja.or.id
pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat provinsi. b. Mengusulkan terbitnya peraturan daerah atau peraturan gubernur tentang pemenuhan standar pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat provinsi. c. Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk pemenuhan standar pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat provinsi. d. Melaksanakan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait pemenuhan
a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran, petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan perijinan) terkait pemenuhan standar pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota; b. Mengusulkan terbitnya peraturan daerah pemenuhan standar pelayanan pendidikan tingkat kabupaten/kota; c. Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk pemenuhan standar pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota; d. Melaksanakan kebijakan Kementerian
standar pelayanan pendidikan pembinaan di
Pendidikan dan Kebudayaan terkait pemenuhan
tingkat provinsi.
standar pelayanan pendidikan di tingkat
e. Menyusun program kerja pemenuhan standar pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat provinsi. f. Menyusun buku panduan pembinaan MBS di tingkat provinsi; g. Mengusulkan anggaran implementasi pemenuhan standar pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat provinsi. h. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemenuhan standar pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat provinsi i. Melaksanakan pengawasan implementasi
kabupaten/kota; e. Menyusun program kerja pemenuhan standar pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota; f. Menyusun buku panduan pemenuhan standar pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota; g. Mengusulkan anggaran pemenuhan standar pelayanan di tingkat kabupaten/kota; j. Melaksanakan pengawasan implementasi pemenuhan standar pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota; k. Melaporkan hasil pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan baik melalui media elektronik,
pemenuhan standar pelayanan pendidikan
cetak dan atau media lainnya di tingkat
pembinaan di tingkat provinsi.
kabupaten/kota.
j. Melaporkan hasil pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat provinsi. Upaya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam memenuhi standar pelayananan pendidikan meliputi:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
75
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
KONSEP PELAYANAN PUBLIK Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
PRINSIP PENYEDIAAN PELAYANAN PUBLIK 1. Menentukan standar pelayanan 2. Bersikap terbuka dan menyediakan informasi selengkaplengkapnya 3. Berkonsultasi dan terlibat 4. Mendorong akses dan pilihan 5. Memperlakukan semua secara adil 6. Mengembalikan kejalan yang benar ketika terjadi kesalahan 7. Memanfaatkan sumber daya secara efektif 8. Inovatif dan memperbaiki 9. Bekerjasama dengan penyedia layanan lainnya.
76
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
MANFAAT STANDAR PELAYANAN PUBLIK 1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat. 3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan. 4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
77
33
Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
79
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 3
Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah
BAHAN BACAAN: TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEKOLAH
A. PENDAHULUAN Tesis anti-tesis tentang wacana sentralisasi dan desentrealisasi yang berkembang di bidang politik dan pemerintahan, secara lamban tetapi pasti, sampai juga ke bidang pendidikan. Manajemen pendidikan yang serba sentralistis pun harus
..... peserta secara umum mampu menyusun perencanaan dan penganggaran sekolah.
mengubah haluan ke arah manajemen pendidikan yang bernuansa desentralisasi, dengan label mentereng manajemen berbasis sekolah. Sebagai fungsi pertama manajemen pendidikan, perencanaan pendidikan yang sebelumnya menonjol nuansa sentralistisnya, kini juga ditonjolkan nuansa desentralistiknya. Proses-proses perencanaan pendidikan yang sebelumnya hanya dilakukan oleh manajer pendidikan di sekolah, kini harus melibatkan komite sekolah dan stake holder sekolah yang lainnya. Rapat kerja dengan agenda tunggal penyusunan rencana sekolah, dapat menjadi arena bagi kepala sekolah, guru, komite sekolah dan stake holders sekolah yang lainnya untuk merumuskan rencana pendidikan di sekolah.
80
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Di era otonomi daerah ini, rencana strategis
Jenis-jenis Perencanaan Sekolah
(Renstra), yang merupakan bagian dari manajemen strategis tingkat satuan pendidikan sering
Ada dua jenis perencanaan sekolah. Pertama,
mengemuka, dan bahkan mulai banyak diterapkan
perencanaan jangka panjang sekolah yang lazim
di tingkat satuan pendidikan sekolah. Di khasanah
dikenal juga dengan rencana jangka menengah
literatur manajemen tingkat satuan pendidikan,
sekolah (RPJM sekolah). Kedua, perencanaan
Renstra bukanlah hal baru, karena keberadaannya
jangka pendek sekolah yang lazim dikenal juga
sudah banyak diterapkan di berbagai bidang.
dengan rencana tahunan sekolah yang disingkat
Renstra sendiri merupakan produknya, sedangkan
dengan RKT.
proses perencanaannya sendiri dikenal dengan perencanaan strategis.
Perencanaan jangka menengah sekolah (RPJM) disusun dengan mengikuti siklus masa kerja kepala
Menurut Inpres No. 7 tahun 1999, perencanaan
sekolah, ialah 4 tahunan. Oleh karena itu, setiap
strategis (strategic planning) merupakan suatu
seorang kepala sekolah dipercaya menjabat di
proses yang berorientasi pada hasil yang ingin
suatu sekolah, diwajibkan membuat rencana
dicapai selama kurun waktu 1 – 5 tahun dengan
jangka menengah sepanjang masa jabatannya,
memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala
yakni selama 4 tahunan. Rencana jangka menengah
yang ada atau mungkin timbul. Perencanaan
sekolah ini, dahulu kala dikenal dengan Rencana
strategis merupakan bagian dari proses manajemen
Pengembangan Pembangunan Sekolah (RPPS),
strategis yang terkait dengan proses identifikasi
kemudian berubah menjadi Rencana Pengembangan
tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau
Sekolah (RPS).
organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan
Perencanaan jangka pendek sekolah merupakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan
penjabaran lebih lanjut dari rencana jangka
pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan
menengah sekolah yang dibuat dengan kurun
dalam rangka menentukan strategi di masa depan
waktu satu tahun. Perencanan jangka pendek ini
(Nickols dan Thirunamachandran, 2000). Dalam
lazim dikenal dengan perencana tahunan sekolah.
latar historika, perencanaan strategis diterapkan di
Jika perencanaan jangka menengah merupakan
bidang kemiliteran, kemudian diadopsi oleh dunia
prosesnya, dan hasilnya disebut dengan renncana
usaha pada tahun 1950-an. Perencanaan strategis
jangka menengah, maka perencanaan jangka
mengalami perkembangan pesat dan banyak dikenal
pendek juga merupakan prosesnya, sedangkan
pada tahun 1960 hingga 1970-an, dan berkembang
haslnya disebut dengan rencana tahunan. Kini,
kembali tahun 1990-an. Mintzberg (1994) menyebut
rencana tahunan sekolah dikenal dengan RKT
perencanaan strategis sebagai sebagai “process
(rencana kerja tahunan). Gabungan antara RPJM
with particular benefits in particular contexts.”
dan RKT inilah kini dikenal dengan rencana kerja sekolah, yang lazim disingkat dengan RKS.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
81
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Posisi Renstra Sekolah dalam Renstra SKPD
lanjut dari renstra satuan kerja perangkat daerah
Rencana strategis, yang merupakan produk
(SKPD). Sementara renstra SKPD juga disusun
perencanaan strategis, memuat visi, misi, tujuan,
dengan memperhatikan Renstra Departemen
sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang
Pendidikan dan Kebudayaan (yang berubah nama
meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang
menjadi Depdiknas). Gambar 2.1 melukiskan
realistis dengan mengantisipasi perkembangan
bagaimana renstra SKPD, termasuk SKPD
masa depan. Renstra strategis di tingkat satuan
pendidikan, disusun dan melewati berbagai tahapan
pendidikan, sebenarnya merupakan penjabaran lebih
penyusunan.
Diagaram III.1. Pendekatan dan Langkah-Langkah Penyusunan RENSTRA SKPD
82
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
B. TAHAP-TAHAP PERENCANAAN SEKOLAH
lanjut. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan teknik kuantitatif statistic, sedangkan data kualitatif hendaknya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Data yang sudah terkumpul dan digolong-golongkan
Tahap-tahap perencanaan sekolah adalah sebagai
tersebut, hendaknya dapat dipilah mana yang
berikut:
terkait dengan pengguna layanan pendidikan berjenis kelamin pria dan mana yang terkait
1. Penyiapan Data Kondisi Eksisting Sekolah
dengan pengguna layanan pendidikan berjenis perempuan. Penggolongan ini sangat penting agar aspirasi pengguna perempuan dan laki-laki
Tahap pertama perencanaa sekolah adalah
dapat dipenuhi secara seimbang sehingga tidak
penyiapan data kondisi eksisting sekolah.
terjadi bias gender (atau bertitik berat ke jenis
Data kondisi eksisting sekolah hendaknya
kelamin tertentu).
dikumpulkan oleh satuan tugas perencanaan sekolah. Data tersebut meliputi profil sekolah, hasil survei pengaduan pengguna layanan pendidikan sekolah, serta data capaian SPM pendidikan di tingkat sekolah. Data tersebut dikumpulkan melalui berbagai teknik pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi, angket, wawancara, dan teknik survei pengaduan pengguna layanan pendidikan. Sumber data berasal dari seluruh bagian dan unit sekolah, mulai dari bagian pembelajaran, bagian kesiswaan, bagian personalia, bagian keuangan, bagian sarana prasarana dan bagian humas. Data dari multi stake holder pun juga perlu digali, termasuk dari berbagai pihak yang punya kepentingan dan ketertarikan dengan pelayanan pendidikan.
Data-data yang sudah dikumpulkan tersebut, hendaknya disaring, diklarifikasi dan digolonggolongkan dan kemudian dituangkan secara padat agar dapat dilakukan analisis lebih
www.kinerja.or.id
2. Analisis Situasi dan Kondisi Sekolah
Rangkaian kegiatan analisis situasi dan kondisi sekolah adalah pencermatan atas aturan perundang-undangan pendidikan yang sedang berlaku dan mempelajari renstra SKPD pendidikan kabupaten/kota. Agar bisa menyusun analisis situasi dan kondisi secara komprehensif, maka perlu dilakukan penajaman terhadap profil sekolah, yang dimulai dengan identifikasi identitas sekolah, peserta didik, tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan, partisipasi orang tua dan masyarakat, serta prestasi-prestasi yang dimiliki oleh sekolah, baik yang bersifat akademik maupun non akademik. Selanjutnya, profil sekolah tersebut, hendaknya dibandingkan dengan, dan dikerucutkan dari standar-standar pendidikan yang dipergunakan oleh sekolah (standar pelayanan minimal/SPM) dan standar nasional
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
83
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
pendidikan (SNP). Selain itu, survei terhadap komplain pelanggan/stakeholders/publik (survei
3. Merumuskan Visi dan Misi Sekolah
pengaduan) juga perlu dilakukan agar harapan, tuntutan dan aspirasi mereka juga dapat
Yang dimaksud dengan visi adalah emajinasi moral
diakomodasi dalam menyusun analisis situasi
yang menggambarkan profil sekolah di masa depan.
dan kondisi sekolah. Data survei pengaduan
Visi juga berarti wawasan yg menjadi sumber arahan
dari pelanggan tersebut, hendaknya dipilah
yang digunakan untuk memandu perumusan misi
antara yang berasal dari publik pria dan publik
sekolah.
perempuan, agar seluruh kebutuhan, apirasi, harapan dan masalah yang dipecahkan, bisa
Unsur yang harus ada pada visi adalah: (1)
berimbang dan tidak bias gender.
pandangan jauh ke depan, ke mana sekolah akan dibawa (2) gambaran masa depan yg diinginkan
Secara detail petunjuk pelaksanaan survei
sekolah. Dirumuskan dengan kalimat yang filosofis,
pengaduan, yang diawali dengan penyusunan
khas, mirip slogan, tetapi mudah diingat. Karena itu,
kuisioner, pelaksanaan survei, analisis hasil
rumusan visi yang bagus hendaknya menantang,
survei pengaduan serta penyusunan janji
jelas dan didasari nilai-nilai tertentu.
perbaikan pelayanan dapat dilihat pada Modul dan Buku Saku Penanganan Pengaduan.
Berdasarkan atas deskripsi profil sekolah, standar pendidikan di sekolah, dan survey pengaduan pelanggan, dapatlah dilakukan analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan
Contoh rumusan visi:
“UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ” “ TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ”
bermaksud untuk mengetahui gap (kesenjangan) antara standar yang ingin dicapai,
Agar rumusan visi yang filosofis tersebut jelas, perlu
dengan kondisi riil sekolah dan hasil survei
dirumuskan indikator-indikatornya.
pengaduuan pelanggan/public/stake holders.
Contoh rumusan Visi:
Kesenjangan itulah yang perlu mendapatkan pemecahan, agar antara aspek yang diinginkan dengan aspek riilnya dapat dipertemukan.
UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA
Dengan demikian, aspek riil satuan pendidikan makin relevan (gayut) dengan aspek idealnya.
Contoh rumusan indikator-indikatornya:
Analisis kesenjangan bisa berupa: analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and
1) Unggul dalam perolehan NEM.
threat), analisis akar masalah dan analisis
2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke
kekuatan medan.
84
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
jenjang pendidikan di atasnya.
www.kinerja.or.id
3) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja.
Jika visi mengarah ke jangka panjang, maka tujuan
4) Unggul dalam lomba kreativitas.
dikaitkan dengan rentang waktu jangka menengah
5) Unggul dalam lomba kesenian.
atau siklus 3 tahunan sesuai dengan periodisasi
6) Unggul dalam lomba olah raga.
SMP atau SMU. Jika masih dipandang terlalu
7) Unggul dalam kedisiplinan.
pendek, boleh juga 2 siklus program sekolah atau 6
8) Unggul dalam kegiatan keagamaan.
tahunan.
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasi visi. Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan perkataan lain, bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalm visi sebagai indikatornya. Jika rumusan visi berupa kalimat yang menunjukkan “keadaan”, maka misi berupa kalimat yang menunjukkan “tindakan”. Contoh rumusan misi: 1) Melakukan pembelajaran dan bimbingan secara efektif. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara
Berarti, tujuan merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan. Contoh tujuan: 1) Pada tahun 2005, peningkatan skor rata-rata GSA + 2,0 2) Pada tahun 2005, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat propinsi. 3) Pada tahun 2006, memiliki kelompok LKIR yang mampu menjadi finalis LKIR tingkat nasional. 4) Pada tahun 2006, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara setingkat kota/ kabupaten.
intensif kepada warga sekolah. 3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama. 5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan stake holders.
4. Merumuskan Tujuan Sekolah Tujuan merupakan “apa” yang akan dicapai/ dihasilkan dan “kapan” akan dicapai oleh sekolah.
www.kinerja.or.id
5. Menganalisis Tantangan Nyata Tantangan nyata adalah kesenjangan (gap) antara antara tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi sekolah saat ini. Selisih antara tujuan yang diinginkan dengan kenyataan saat ini. Dibuat rincian pada beberapa tahun (misalnya 2005, 2006, 2007, dst). Contoh: Jika tujuannya berbunyi: Pada tahun 2005 memiliki GSA sebesar +2, sementara saat ini baru mencapai +0,4. Berarti tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah adalah (+2) – (+0,4) = (+1,6). Jika pada
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
85
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
tahun 2005, survey pengaduan stake holders
• Merupakan perioritas dari beberapa tujuan yang
mengharapkansekolah memiliki tim olah raga
dirumuskan dalam jangka menengah.
minimal 3 cabang dan menjadi finalis tingkat kabupaten; sementara saat ini baru punya 1 tim
Contoh: Pada tahun ajaran 2005, sekolah X: (a)
cabang olah raga dan menjadi finalis di tingkat
memiliki GSA sebesar +0,40 (2), memiliki tim
kecamatan, maka tantangan nyatanya adalah:
olahraga bola voli yang menjadi finalis di tingkat kabupaten/kota.
• Menambah 2 tim cabang olahraga • Meningkatkan 1 peringkat (dari kecamatan ke kabupaten) untuk 1 cabang olahraga
• Meningkatkan 2 peringkat untuk 2 cabang olah raga.
7. Mengidentifikasi Fungsi-Fungsi Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran perlu diidentifikasi. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi PBM beserta fungsi-fungsi
6. Menentukan Sasaran
pendukungnya: kurikulum,perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan,
• Rumusannya menggambarkan mutu dan
fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan
kuantitas yang ingin dicapai serta terukur.
iklim sekolah, fungsi hubungan sekolah dengan
• Mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah. • Berupa tujuan jangka pendek atau tujuan
masyarakat dan fungsi pengembangan fasilitas.
situasional sekolah, umumnya 1 tahunan.
Contoh 1: Identifikasi fungsi sasaran Peningkatan GSA minimal +0,40
Fungsi dan Faktornya
86
A
Fungsi Proses Belajar Mengajar (PBM)
1
Faktor internal: - Motivasi belajar siswa - Perilaku siswa - Motivasi Guru - Pemberdayaan siswa - Keragaman Metode mengajar - Penggunaan waktu belajar
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Tingkat Kesiapan Faktor Siap
Tidak
www.kinerja.or.id
Fungsi dan Faktornya
B
Fungsi Pendukung PBM: Ketenagaan
1
Faktor internal: - Jumlah guru - Kualifikasi pendidikan guru minimal D-3 - Kesesuaian Ijazah dengan mata pelajaran yang di ampu guru - Beban mengajar guru
2
Faktor Eksternal - Pengalaman mengajar guru - Kesiapan mengajar guru - Fasilitas pengembangan diri
C
Fungsi Pendukung PBM: Sarana/ Perpustakaan
1
Faktor internal - Buku setiap mata pelajaran - Jumlah buku penunjang - Jumlah lemari dan rak buku - Kebersihan dan kerapihan ruang perpustakaan - Pengelola perpustakaan - Dana pengembangan perpustakaan
2
Faktor eksternal - - -
Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Tingkat Kesiapan Faktor Siap
Tidak
Dukungan orangtua dalam melengkapi perpustakaan Kerjasama dengan perpustakaan lain yang lengkap Kesesuaian buku penunjang dengan potensi daerah dan perkembangan ipteks
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
87
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Contoh 2: Identifikasi fungsi sasaran Memiliki tim olahraga bola voli yang menjadi finalis di tingkat Kabupaten/Kota
Fungsi dan Faktornya
88
A
Fungsi Ketenagaan
1
Faktor internal: - Jumlah guru - Jumlah guru olahraga - Kemampuan guru olahraga - Motivasi guru
2
Faktor Eksternal - Pengalaman sebagai pelatih - Dukungan orangtua - Fasilitas pengembangan diri
B
Fungsi Sarana dan Prasarana
1
Faktor internal - Lapangan bola voli di sekolah. - Alat pendukung olahraga voli (net, bola) - Perawatan sarana dan prasarana
2
Faktor eksternal - Dukungan orang tua - Lapangan bola voli di tingkat kecamatan
C
Fungsi Pelatihan
1
Faktor Internal - Pemberdayaan siswa - Alokasi waktu pelatihan - Penggunaan waktu pelatihan
2
Faktor eksternal: - Kesiapan siswa dalam menerima pelatihan - Pelatih yang berpengalaman - Uji tanding dengan tim sekolah lain - Dukungan orangtua siswa dalam pelatihan.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Tingkat Kesiapan Faktor Siap
Tidak
www.kinerja.or.id
8. Melakukan Analisis SWOT Analisis SWOT dimaksudkan untuk menganalisis kesiapan setiap fungsi dan faktor dari sisi kekuatan internal (strength), kelemahan internal (wakness), peluang eksternal (opportunty) dan ancaman eksternal (treat).
Contoh analisis SWOT Sasaran 1: Peningkatan GSA minimal +0,40 Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)
Fungsi dan Faktornya
Kondisi Nyata
A
Fungsi Proses Belajar Mengajar (PBM)
1
Faktor internal: - Motivasi belajar siswa
-
Tinggi
-
-
-
Disiplin dan tertib di dalam kelas
-
Perilaku siswa
- - Motivasi guru
-
Tinggi
-
Pemberdayaan siswa
-
-
Guru mampu memberdayakan siswa Bervariasi
-
Efektif
-
100%
-
50%
- -
Tinggi Kondusif
- -
-
Nyaman/tenang
-
Tinggi Kurang kondusif Gaduh/ramai
-
- 2
Keragaman metode mengajar
Tidak
Tidak banyak variasi Kurang efektif
Penggunaan waktu belajar
Faktor eksternal: - Kesiapan siswa menerima pelajaran - Dukungan orangtua - Lingkungan sosial sekolah -
-
Siap
60% siswa mempunyai motivasi tinggi Kurang disiplin dan kurang tertib Cukup tinggi Kurang mampu
-
-
Tingkat Kesiapan Faktor
Lingkungan fisik sekolah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
89
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Fungsi dan Faktornya B
Fungsi Pendukung PBM: Ketenagaan
1
Faktor internal: - Jumlah guru - Kualifikasi pendidikan guru minimal D-3 - Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diampu guru - Beban mengajar guru
2
C
Fungsi Pendukung PBM: Sarana/Perpustakaan
1
Faktor internal: - Buku setiap mata pelajaran - Jumlah buku penunjang - Jumlah lemari dan rak buku - Kebersihan dan kerapihan ruang perpustakaan - Pengelola perpustakaan - Dana pengembangan perpustakaan
2
90
Faktor eksternal: - Pengalaman mengajar guru - Kesiapan mengajar guru - Fasilitas pengembangan diri
Faktor eksternal: - Dukungan orangtua dalam perpustakaan - Kerjasama dengan perpustakaan lain yang lengkap - Kesesuaian buku penunjang dengan potensi daerah dan perkembangan Ipteks
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Cukup Semua guru minimal D-3 100% sesuai
Cukup 60% minimal D-3 70% sesuai
Rata-rata 18 JP
Rata-rata 22 JP
Rata-rata ³ 5 tahun 100% Tersedia
6 tahun 80% Kurang lengkap
Cukup dan lengkap Cukup dan lengkap Cukup Bersih dan rapih
Kurang Kurang Kurang Cukup
Ada dan mampu Tersedia dan cukup
Kurang Tidak tersedia
Mendukung
Mendukung
Ada kerjasama
Tidak ada
Tinggi
Rendah
Tingkat Kesiapan Faktor Siap
Tidak
www.kinerja.or.id
Contoh Analisis SWOT Sasaran 2: Memiliki tim olah raga bola voli yang menjadi finalisdi tingkat kabupaten/kota
Fungsi dan Faktornya
A
Fungsi Ketenagaan
1
Faktor internal: - Jumlah guru olahraga - Kemampuan guru olahraga dalam bola voli - Motivasi guru
2
B
Faktor eksternal: - Pengalaman sebagai pelatih - Dukungan orang tua - Fasilitas pengembangan diri
Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)
Kondisi Nyata
Cukup Tinggi
Cukup Tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Cukup Tinggi Ada
Kurang Tinggi Tidak ada
Tersedia dan layak pakai Tersedia & layak Terawat dengan baik
Tersedia dan kurang layak Tersedia dan kurang layak Terawat baik
Tinggi Tersedia dan layak pakai
Cukup Tersedia dan kurang layak
Tingkat Kesiapan Faktor Siap
Tidak
Fungsi Sarana dan Prasarana Faktor internal: - Lapangan bola voli di sekolah. - Alat pendukung olahraga voli (net, bola) - Perawatan sarana dan prasarana Faktor eksternal: - Dukungan orangtua - Lapangan bola voli di tingkat kecamatan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
91
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Fungsi dan Faktornya
Kriteria Kesiapan (Kondisi Ideal)
Tingkat Kesiapan Faktor
Kondisi Nyata
Siap C
Fungsi Pelatihan
1
Faktor internal: - Pemberdayaan siswa - Alokasi waktu pelatihan - Penggunaan waktu pelatihan
2
Faktor eksternal: - Kesiapan siswa dalam menerima pelatihan - Pelatih yang berpengalaman - Uji tanding dengan tim sekolah lain - Dukungan orangtua siswa dalam pelatihan.
Guru mampu memberdayakan 3 kali seminggu Efektif
Cukup mampu
100 %
80 %
Tersedia 1 x sebulan
Tidak ada Tidak pernah
Tinggi
Tinggi
9. Mengidentifikasi Alternatif Pemecahan
Tidak
Kurang Kurang efektif
h. Pengaktifan bola voli sekolah. i. Peningkatan sarana prasarana olah raga bola voli.
Guna mengatasi kelemahan dan ancaman, perlu
j. Peningkatan waktu latihan dan uji tandaing.
diidentifikasi alternatif pemecahan.
k. Mendatangkan pelatih dari luar sekolah.
Contoh alternatif untuk kelemahan dan ancaman pada sasaran 1: a. Pengaktifan kegiatan MGMP. b. Pengiriman guru mengikuti pelatihan. c. Peningkatan disiplin siswa. d. Pembentukan kelompok diskusi terbimbing. e. Peningkatan pengadaan buku.
10. Menyusun Program Berdasarkan alternatif pemecahan yang diidentifikasi tersebut, kemudian disusun program beserta rincian dan penanggungjawabnya. Contoh 1:
f. Peningkatan layanan perpustakaan. g. Contoh alternatif untuk kelemahan dan ancaman pada sasaran 2:
92
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Sasaran 1: Peningkatan GSA minimal +0,40 Rencana: Mengaktifkan MGMP, mengadakan diskusi
www.kinerja.or.id
terbimbing, meningkatkan disiplin sekolah dan meningkatkan buku perpustakaan.
Program 1: Pengaktifan MGMP sekolah Rincian Program: a. Menyusun strategi guna menyiasati kurikulum yang padat. b. Membahas dan mencari pemecahan masalah yang timbul. c. Membantu guru lain dalam memahami materi yang sulit. d. Pertemuan periodik seminggu sekali, untuk diseminasi hasil MGMP Kabupaten/Kota. e. Mengundang ahli dari sekolah lain atau universitas untuk menyampaikan inovasi terbaru di bidang pembelajaran.
Program 2: Diskusi terbimbing Rincian Program: a. Menyusun jadwal pembimbingan dan lokasi setiap kelompok. b. Membimbing siswa yang sedang mengadakan diskusi. c. Mengoptimalkan peranan alumni untuk membimbing siswa. d. Melakukan evaluasi hasil bimbingan setiap kelompok. e. Meningkatkan variasi metode belajar berdasarkan hasil evaluasi. Penanggungjawab Program: Drs. Amin Santoso (Guru Matematika)
www.kinerja.or.id
Contoh 2: Sasaran 2: Menjadi finalis turnamen bola voli tingkat kota. Rencana: Peningkatan latihan dan uji tanding tim bola voli sekolah, memperbaiki sarana prasarana olah raga bola voli, meningkatkan perawatan sarana prasarana.
Program 1: Peningkatan latihan dan uji tanding tim bola voli sekolah. Rincian Program: a. Mengadakan latihan teratur 3 x seminggu b. Mendatangkan pelatih berpengalaman dari luar c. Mengadakan lomba antar tim di sekolah. d. Mengundang tim sekolah lain untuk uji tanding. e. Melakukan evaluasi kinerja setiap tim. f. Mengikuti turnamen bola voli tingkat kota/ kabupaten. Penanggungjawab: Dra. Siti Aminah (Guru Olahraga). Program dan kegiatan yang telah disusun sekolah bersama forum multi stakeholder sekolah yang dituangkan dalam dokumen perencanaan sekolah, baik jangka menengah maupun tahunan perlu mendapatkan dukungan dan komitmen dari berbagai pihak, baik dari pihak sekolah, orangtua, komite sekolah, masyarakat sekitar sekolah maupun Dinas Pendidikan bahkan dari Pimpinan Daerah (Bupati/ Walikota) dan termasuk pihak DPRD.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
93
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Untuk itu, diperlukan publikasi dan rekomendasi
Forum multi stakeholder pendidikan berkewajiban
teknis terkait dengan program dan kegiatan sekolah
untuk mengawal janji perbaikan pelayanan dan
yang disampaikan secara formal kepada pihak
rekomendasi perbaikan pelayanan ini hingga tahap
Pemerintah Daerah untuk mendapatkan dukungan
implementasinya, serta menjembatani komunikasi
dalam implementasinya.
antara pihak sekolah dan pemerintah daerah guna implementasi program secara optimal.
Salah satu bentuk rekomendasi teknis yang dapat disampaikan adalah berupa:
11. Menyusun Jadwal
Janji Perbaikan Pelayanan, yang merupakan
Agar sasaran dan program tersebut jelas
respon dan komitmen sekolah terhadap hasil survey
waktu pelaksanaannya, perlu disusun jadwal
pengaduan yang dapat dilaksanakan sendiri oleh
pelaksanaan seperti Contoh 1.
sekolah bersama komite sekolah Rekomendasi Perbaikan Pelayanan, yang merupakan usulan yang disampaikan kepada pihak Dinas/pemerintah atas solusi terhadap survei pengaduan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pihak sekolah dan komite, dan memerlukan dukungan Dinas pendidikan/ Pemerintah Daerah untuk penyelesaiannya.
94
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
12. Menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Rencana Anggaran yang disusun terdiri atas Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dan Anggaran Pembiayaan Total seperti Contoh-2.
www.kinerja.or.id
Contoh 1
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
95
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
96
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
97
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
PERENCANAAN STRATEGIS (STRATEGIC PLANNING) Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses manajemen strategis yang terkait dengan proses identifikasi tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi di masa depan (Nickols dan Thirunamachandran, 2000).
POSISI RENSTRA SEKOLAH DALAM RENSTRA SKPD Rencana strategis, yang merupakan produk perencanaan strategis, memuat visi, misi, tujuan, sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan. Renstra strategis di tingkat satuan pendidikan, sebenarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari renstra satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Sementara renstra SKPD juga disusun dengan memperhatikan Renstra Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (yang berubah nama menjadi Depdiknas).
98
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah
44
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
99
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah
BAHAN BACAAN: PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
A. PENDAHULUAN Lembaga pendidikan dalam berbagai jenis dan tingkatannya diselenggarakan pada hakekatnya bukan untuk melayani dirinya sendiri, melainkan
..... agar peserta menguasai kemampuan mengelola pelayanan publik di sekolah.
melayani kepentingan publik. Pelayanan publik, termasuk di bidang pendidikan, sering menjadi sorotan terutama kalau sudah menyangkut aspek kecepatan pelayanannya, memuaskan-tidaknya, dan sesuai harapan-tidaknya. Padahal, dalam perspektif total quality management (TQM), publik di bidang pendidikan adalah customer yang harus ditingkatkan kepuasannya. Temuan kurang baiknya sistem pelayanan publik, termasuk dalam institusi pendidikan sedikitnya disebabkan dua hal. Pertama, bahwa publik sekarang telah mengalami perubahan sejalan dengan gerakan reformasi secara nasional, sehingga publik yang semula tidak berdaya (powerless) menjadi berdaya, bahkan sangat berdaya (powerfull). Kedua, kenyataan di lapangan menunjukkan SDM institusi pendidikan belum memberikan pelayanan publik yang memuaskan. Pada latar institusi persekolahan, kedua alasan tersebut jika diruntut akan berujung pada persoalan
100
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tenaga SDM di sekolah, yang terdiri atas tenaga
tentang Pemerintahan Daerah
pendidik (guru) dan tenaga kependidikan: kepala
5. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008
sekolah, pengawas sekolah, SDM sekolah, tenaga perpustakaan sekolah dan tenaga laboratorium
tentang Perubahan Kedua atas Undang-
sekolah.
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam perspektif yuridis, setidaknya menurut
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 beserta
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
peraturan perundangan-undangan turunannya, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan,
C. KONDISI IDEAL PELAYANAN PUBLIK
Menurut Lembaga Administrasi Negara (2000), pelayanan publik (public service)
dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
adalah pelayanan umum yang dilaksanakan
pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik
oleh instansi pemerintah, termasuk institusi
dan tenaga kependidikan berkewajiban:
sekolah, baik dalam upaya memenuhi
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
mempunyai komitmen secara profesional untuk
undangan. Pelayanan publik merupakan salah
meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi
satu perwujudan dari fungsi aparatur negara
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi,
sebagai abdi masyarakat disamping sebagai
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang
abdi negara. Pelayanan publik juga merupakan
diberikan kepadanya.
pelaksanaan dari peraturan pemerintah atau pihak lain yang terkait. Pelayanan publik
B. DASAR HUKUM MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
juga dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat, karena dengan pelayanan publik yang baik, diharapkan masyarakat dapat
1. Undang-Undang Dasar Negara RepubIik
memenuhi kebutuhannya.
Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 3. UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
www.kinerja.or.id
Pelayanan publik pada dasarnya merupakan kombinasi dari berbagai fungsi yang titik tekannya tergantung lembaga dan personel yang menerapkannya. Fungsi-fungsi yang harus dikombinasikan dalam penerapan pelayanan publik yang handal meliputi fungsi
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
101
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
instrumental, politik, katalis, public interest, dan
pihak lain pembuat kebijakan pelayanan
entrepreneurial (Sunaryo, 2005).
publik, dan diimplementasikan dalam bentuk layanan konkret oleh tenaga administrasi.
Fungsi instrumental berkenan dengan
Fungsi entrepreneurial, yang berkenaan
menjabarkan perundang-undangan dan
dengan memberi inspirasi bagi kegiatan-
kebijakan publik ke dalam kegiatan rutin. Hal
kegiatan inovatif dan non-rutin. Dalam
ini terkait dengan sosialisasi kebijakan yang
pelayanan publik diupayakan ada ruang untuk
berlaku bagi kegiatan tertentu yang berkaitan
melakukan pembaharuan-pembaharuan
dengan pelayanan publik. Masyarakat butuh
agar mempermudah, mempermurah dan
kejelasan kebijakan untuk urusan-urusan yang
mempercepat serta memperakurat data/
menyangkut dirinya. Semakin jelas kebijakan
informasi dalam pelayanan publik. Jika perlu,
apa yang diterapkan untuk menyelesaikan
boleh menyimpang dari kelaziman asal tidak
urusan tertentu bagi masyarakat, maka
keluar dari koridor aturan dan misi sekolah.
semakin baik pula pelayanan publik tersebut.
Di sinilah peran strategis tenaga administrasi
SDM sekolah memegang peranan penting
ditantang, bagaimana agar lembaganya tetap
dalam fungsi instrumental ini, karena lalu lintas
akuntabel secara administratif.
informasi yang terkait dengan undang-undang dan peraturan pemerintah senantiasa melewati mereka.
Birokrasi publik (termasuk birokrasi sekolah dikatakan profesional) manakala dalam pelayanan publik menunjukkan perilaku
Fungsi politik pelayanan publik berarti
bertanggungjawab. Konsep tanggungjawab
memberikan input yang dapat berupa saran
dibedakan menjadi 3, yaitu responsibilitas
dan informasi. Berarti bahwa dalam pelayanan
(responsibility), akuntabilitas (accountability),
publik diperlukan tambahan informasi kepada
dan responsivitas (responsiveness)
masyarakat untuk memperjelas sistem
para pemberi layanan (Widodo, 2004).
pelayanan publik yang diberikan. SDM sekolah
Responsibilitas diartikan sebagai kemampuan
banyak berperan sebagai informan berbagai
untuk melaksanakan apa yang menjadi
kebijakan sekolah kepada stake holders-nya.
tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
102
Pelayanan publik tidak boleh meninggalkan
Tanggungjawab berarti capable to do atau
interes dan aspirasi masyarakat yang
professionality dan rasa tanggungjawab (sense
memerlukan pelayanan. Hal ini sesuai dengan
of responsibility). Profesional berarti bahwa
fungsi katalis public interest. Interes dan
tatausahawan dituntut memiliki kecakapan
aspirasi masyarakat diintegrasikan dengan
teknis yang memadai dalam menjalankan tugas
kebijakan dan keputusan pemerintah atau
pokok, fungsi, kewenangan, dan tangungjawab
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
dalam pelayanan publik. Dengan memiliki
terhadap permasalahan, kebutuhan, keluhan,
kecakapan teknis, mereka dapat menjalankan
dan aspirasi stake holders sekolah yang
tugas dan tanggungjawab secara efektif,
dilayani.
efisien, dan produktif. Rasa tanggungjawab berarti SDM sekolah melaksanakan tugas dan
Sunarto (2005) menyatakan bahwa prinsip-
tanggungjawabnya secara serius meskipun tidak
prinsip dalam pelayanan publik meliputi:
ada pihak lain yang mengawasinya. Tenaga
berdayakan masyarakat, yang dapat
administrasi tetap menjaga keberpihakan
berupa penciptaan iklim kebebasan untuk
kepada kepentingan publik, meskipun untuk
berprakarsa dan berkreasi bagi masyarakat;
melakukan penyelewengan bagi mereka cukup
optimalkan pelayanan publik, yakni pelayanan
terbuka.
masyarakat yang efisien, adil, mudah dan mendekatkan unit pelayanan ke masyarakat;
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk
buka ruang partisipasi publik, dimana dalam
memberikan pertanggungjawaban atau
manajemen di lembaga pendidikan sedapat
menjawab dan menerangkan kinerja atas
mungkin (jika perlu) melibatkan masyarakat
tindakan seseorang/pimpinan/badan hukum
dalam merencanakan, pengorganisasian,
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan; dan
hak atau kewenangan untuk meminta
ubah gaya kerja personel lembaga pendidikan,
keterangan atau pertanggungjawaban. Untuk
yang semula ingin dilayani menjadi pelayan bagi
kepentingan ini, SDM sekolah hendaknya
masyarakat yang memerlukan.
bersikap transparan (transparency) dan terbuka (openness) atas apa yang ditanyakan publik. Tenaga administrasi dinyatakan akuntabel manakala mereka dinilai secara obyektif oleh masyarakat telah dapat mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan, sikap, dan sepak terjangnya kepada publik.
Responsivitas diartikan sebagai daya tanggap tenaga administrasi terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan, dan aspirasi publik yang dilayaninya. Dengan demikian, SDM sekolah dikatakan responsif (cepat tanggap dan
D. KONDISI RIIL PELAYANAN PUBLIK
Menurut hasil survey yang dilakukan UGM pada tahun 2002, sebagaimana dikedepankan oleh Imron (2007), bahwa secara umum stakeholders menilai bahwa kualitas pelayanan publik mengalami perbaikan setelah diberlakukannya otonomi daerah. Namun jika dilihat dari sisi efisiensi dan efektivitas,
fitas, dan
kesamaan perlakuan (tidak diskriminatif) masih jauh dari yang diharapkan.
cepat menanggapi) yang tinggi jika tanggap
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
103
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Temuan Mohamad, bahwa pelayanan yang
terjadi ketika pelayanan diberikan, juga
dilakukan oleh institusi publik paling tidak
sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah
ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut.
pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk
Pertama, masih kurang responsif. Kondisi ini
diselesaikan. Ketujuh, kurang mau mendengar
terjadi pada hampir semua tingkatan unsur
keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada
pelayanan, mulai pada tingkatan petugas
umumnya aparat pelayanan kurang memiliki
pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan
kemauan untuk mendengar keluhan/saran/
penanggungjawab institusi. Respon terhadap
aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan
berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan
dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada
masyarakat seringkali lambat atau bahkan
perbaikan dari waktu ke waktu. Kedelapan,
diabaikan sama sekali. Kedua, masih kurang
masih menunjukkan inefisien. Berbagai
informatif. Berbagai informasi yang seharusnya
persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam
disampaikan kepada masyarakat, lambat atau
pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan
bahkan tidak sampai kepada mereka. Keempat,
dengan pelayanan yang diberikan.
kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut. Kelima, kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang berkoordinasi.
E. PERGESERAN PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
adalah ujung tombak terdepan dalam pelayanan publik di lingkungan Depdiknas.
Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun
Dalam persoalan pendidikan anak, orangtua
pertentangan kebijakan antara satu instansi
dan masyarakat selalu menginginkan agar
pelayanan dengan instansi pelayanan lain
anaknya mendapatkan pendidikan terbaik
yang terkait. Keenam, masih terlalu birokratis.
dan mendapatkan pelayanan yang prima.
Pelayanan pada umumnya dilakukan dengan
Oleh karena itu, sekolah haruslah responsif
melalui proses yang terdiri dari berbagai
dalam menyikapi kemauan masyarakat
level, sehingga menyebabkan penyelesaian
tanpa mengorbankan efisiensi dan efektifitas
pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan
penyelenggaraan sekolah.
dengan penyelesaian masalah pelayanan, kemungkinan tenaga administrasi untuk dapat menyelesaikan masalah sangat kecil, dan di lain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang
104
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Sekolah (terutama yang berstatus negeri)
Salah satu cara yang dapat digunakan sekolah agar dapat melayani masyarakat dengan prima adalah kemauan untuk menggeser paradigma birokrasi yang lebih sibuk dengan urusan internal, menjadi berorientasi pada pelanggan
www.kinerja.or.id
sekolah. Sekolah diharapkan memposisikan
Untuk mewujudkan dan mempertahankan
pelanggan sebagai hal yang paling depan. Oleh
kepuasan pelanggan sekolah, dapat dilakukan
sebab itu, pelanggan dipakai sebagai sasaran
4 hal sebagaimana pendapat Ramalia (2001).
pencapaian tujuan. Sekolah selalu mendengar
Pertama, mengidentifikasi
suara pelanggan, memperhatikan kebutuhan
pelanggan sekolah tersebut. Di sini peran
dasar dan keinginan pelangggan, dan
personel hubungan masyarakat, dengan
memperhatikan hukum pelanggan (termasuk
bantuan staf tata usaha haus dilakukan.
dalam hal ini hak-hak pelanggan sekolah)
Stakeholder dalam arti luas dilibatkan dalam
(Ramalia dalam LAN, 2001).
pembuatan keputusan utamanya berkenaan dengan kepuasan pelayanan publik di sekolah.
Dalam meningkatkan daya saing sekolah, perlu
Kedua, perlunya memahami tingkat harapan
perubahan paradigma birokrasi di sekolah.
pelanggan sekolah atas kualitas pelayanan.
Yang semula sekolah lebih banyak melayani kebutuhan birokrasi yang lebih tinggi dan
Harapan tingkat kepuasan pelanggan, penting
kemungkinan sekolah sendiri minta dilayani
diketahui sebagai acuan untuk menentukan
masyarakat, maka diubah agar sekolah lebih
tujuan dan tolok kepuasan pelanggan. Tanpa
responsif dalam memberikan pelayanan yang
tolok ukur yang jelas, maka kepuasan pelanggan
bersifat memenuhi kebutuhan pelanggan atau
atau pengguna jasa pelayanan di sekolah sulit
masyarakat yang memerlukan.
diketahui.
Pelayanan pelanggan sekolah diartikan sebagai
Ketiga, memahami strategi kualitas layanan
proses yang secara sadar dan terencana yang
pelanggan yang terwujud dalam standar
dilakukan oleh sekolah melalui pemberian
pelayanan prima. Standar pelayanan yang
pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan
dipakai sebagai tolok ukur adalah standar
mencapai kepuasan secara optimal. Untuk
pelayanan prima. Hal ini dapat dicapai
dapat menjalankan fungsi yang memuaskan
melalui strategi yang dapat menjamin kualitas
pelanggan, bagi sekolah tidak lepas dari
pelayanan prima yang didukung pula oleh
kreatifitas tata usahawannnya. SDM sekolah
personel pelayanan yang prima. Keempat,
perlu kreatif mengidentifikasi masalah-masalah
memahami siklus pengukuran dan umpan
yang sedang maupun yang akan dihadapi
balik dari kepuasan pelanggan. Umpan balik
dalam praktik pemberian layanan sehari-hari.
penting untuk mekanisme perencanaan dan
Hal ini sebagai upaya untuk memecahkan
pelaksanaan pelayanan berikutnya. Dengan
masalah yang sedang dihadapi dan upaya
umpan balik akan dapat diketahui hal-hal mana
mengantisipasi pemecahan masalah yang
yang perlu diperbaiki dan mana yang perlu
kemungkinan akan dihadapi pada masa yang
dipertahankan atau ditingkatkan.
akan datang.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
105
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Lebih lanjut Ramalia (2001) mengemukakan
a. TK/RA atau bentuk lain yang sederajat
bahwa layanan pelanggan sekolah yang baik
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala TK/RA
memperhatikan sembilan aspek keinginan
dan tenaga kebersihan TK/RA.
pelanggan sebagai berikut: (1) bebas membuat
b. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
keputusan; (2) memperoleh hasil sesuai dengan
kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
keinginan; (3) mempertahankan harga diri; (4)
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan
mendapatkan perlakuan secara adil; (5) diterima
tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
dan disambut secara baik; (6) diberitahukan
c. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat
segala sesuatu yang terjadi; (7) merasa aman
dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat
dan dilindungi haknya; (8) didudukkan sebagai
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/
orang penting; dan (9) menuntut keadilan.
madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
Perubahan paradigma yang disikapi oleh sekolah dalam hal ini cukup banyak.
kebersihan sekolah/madrasah. d. SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
Diantaranya, bahwa sekolah hendaknya
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/
mengikutsertakan pembuatan keputusan bagi
madrasah, tenaga administrasi, tenaga
pelanggannya. Pelanggan perlu diikutsertakan
perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
dalam perencanaan hal-hal penting bagi
kebersihan sekolah/madrasah.
keberlanjutan pelaksanaan pendidikan anak-
e. SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain
anak di sekolah, antara lain penentuan
yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas
pelaksanaan kurikulum sekolah, proses
kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga
belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan
perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga
pendidikan moral. Peranan staf tata usaha
kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar,
sebagai supporting system di sekolah sangatlah
psikolog, pekerja sosial, dan terapis.
penting.
f. Paket A, Paket B dan Paket C sekurangkurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga administrasi, dan tenaga
F. POSISI STRATEGIS SDM SEKOLAH Berdasarkan ketentuan dalam Standarisasi Nasional Pendidikan, jenis SDM di sekolah, diatur menurut jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pada pasal 3537 dinyatakan sebagai berikut: Tenaga kependidikan pada:
106
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
perpustakaan.
Agar pelayanan publik yang dilakukan oleh SDM sekolah dapat optimal, ada beberapa kriteria, yakni kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisiensi, ekonomis, keadilan, ketepatan waktu dan kuantitatif. Kesederhanaan, artinya bahwa pelayanan publik
www.kinerja.or.id
dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, tidak
jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin
berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dengan distribusi yang merata dan diberlakukan
dilaksanakan oleh masyarakat yang memerlukan
secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
pelayanan. Sistem pelayanan publik dengan
Faktor ketepatan waktu, artinya pelayanan kepada
sederhana perlu dilaksanakan, mengingat
masyarakat harus tepat waktu sesuai yang
sebagian besar masyarakat Indonesia (penerima
ditentukan dan diinformasikan kepada masyarakat.
layanan) masih berpendidikan rendah.
Yang terakhir adalah faktor kuantitatif, yakni jumlah masyarakat yang dilayani naik atau turun,
Kejelasan dan kepastian tentang prosedur/tata
rata-rata lamanya waktu pelayanan, penggunaan
cara pelayanan, persyaratan pelayanan, unit
perangkat teknologi modern untuk memperlancar
kerja atau personel yang bertanggungjawab
pelayanan, dan frekuensi keluhan dan pujian dari
memberikan pelayanan, rincian biaya dan tata
masyarakat yang diberi layanan; semua itu terdata
cara pembayaran pelayanan (jika ada), dan
secara kuantitatif sebagai upaya terus menerus
jadwal waktu penyelesaian pelayanan. Tentang
mengembangkan pelayanan kepada masyarakat.
hal ini perlu diinformasikan secara jelas kepada masyarakat luas, utamanya yang memerlukan
pelayanan publik.
G. PERILAKU SDM SEKOLAH
Keamanan, dimana proses dan hasil
Agar pelayanan publik di sekolah bisa memuaskan
pelayanan dapat memberikan keamanan dan
customer, sejumlah perilaku pelayanan haruslah
kenyamanan bagi masyarakat yang dilayani.
dapat diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan
Faktor keterbukaan, artinya segala hal yang
oleh SDM sekolah dalam memberikan layanan
bekenaan dengan pelayanan yang diberikan
kepada customer-nya. Sejumlah perilaku pelayanan
kepada masyarakat diberitahukan secara
tersebut, menyangkut waktu, kecermatan, hepful
terbuka kepada masyarakat yang dilayani.
dan friendly, responsif, proaktif, profesionalitas,
Kriteria lain adalah efisiensi, dimana persyaratan
kapabel dan cakap (Imron, 2007). Terkait dengan
pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang
waktu, perilaku berikut haruslah dapat ditunjukkan,
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran
yaitu:
pelayanan, dan tidak boleh ada pengulangan persyaratan. Kriteria ekonomis, berarti biaya pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan jasa pelayanan, kondisi/kemampuan masyarakat, dan ketentuan perundangan yang berlaku. Faktor keadilan dan merata, dimana
www.kinerja.or.id
1. SDM sekolah memahami ketepatan waktu sangat penting diperhatikan dalam memberikan layanan kepada customer. 2. SDM sekolah mengetahui target waktu yang diperlukan untuk memberikan layanan kepada customer. 3. SDM sekolah selalu mengusahakan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
107
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
memberikan layanan kepada customer lebih cepat dari batasan waktu yang ditetapkan. 4. SDM sekolah, jika dirasakan perlu, meluangkan
4. SDM sekolah memiliki sense perfective atas segala layanan yang dilakukannya. 5. SDM sekolah memiliki inisiatif untuk melakukan
waktu melebihi dari waktu yang ditetapkan
upaya pencegahan terhadap kesalahan/
dalam memberikan layanan administrasi kepada
kelemahan/hambatan layanan kepada
customer.
customer.
Terkait dengan relevansi layanan, perilaku berikut
SDM sekolah sepatutnya juga hepful dan friendly.
haruslah dapat ditunjukkan:
Oleh karena itu, perilaku demikian akan ditunjukkan
1. SDM sekolah dapat memposisikan diri sesuai
manakala:
dengan TUPOKSI dalam memberikan layanan kepada customer. 2. SDM sekolah menyadari keterkaitan TUPOKSI dengan keseluruhan layanan administrasi di dalam maupun di luar unit kerja. 3. SDM sekolah memahami dan mampu mempraktikkan TUPOKSI-nya dalam rangka pemberian layanan administrasi kepada customer. 4. SDM sekolah mendahulukan kepentingan customers, sehingga mereka merasakan kepuasan dari layanan yang diterimanya. Agar tenaga administrasi bisa cermat dalam memberikan pelayanan, perilaku berikut haruslah memainkan peranan sebagai berikut: 1. SDM sekolah memahami langkah-langkah kerja yang harus dilalui sebelum memberikan layanan. 2. SDM sekolah menggunakan peralatan bantu untuk kecepatan dan ketepatan proses dalam memberikan layanan kepada customer. 3. SDM sekolah berupaya melakukan check and recheck atas hasil layanan yang diberikan kepada customer.
1. SDM sekolah menyadari, bahwa keberadaan dirinya sangat banyak ditentukan oleh keberadaan customer-nya. 2. SDM sekolah menyadari, bahwa tanpa ada customer, sesungguhnya dirinya tidak akan punya fungsi dan peran apapun dalam lingkup pekerjaannya. 3. SDM sekolah menyadari, bahwa customer adalah segalanya, karena itu ia senantiasa berpikir bahwa keberadaaan dirinya adalah untuk membantu mereka. 4. SDM sekolah merasa bangga dan senang, jika persoalan yang dimiliki oleh customer sedikit banyak telah terpecahkan melalui bantuan dan pekerjaan yang ia lakukan. 5. SDM sekolah menyadari, bahwa yang menjadi pelayan adalah dirinya, karena itu ia tidak pernah berpikir bahwa customer-lah yang harus melayani dirinya. 6. Ketika memberikan layanan, SDM sekolah melakukannya dengan sungguh-sungguh. 7. Dalam memberikan layanan, SDM sekolah melakukannya dengan senang hati. 8. Dalam memberikan layanan, SDM sekolah menunjukkan wajah yang ramah, menyenangkan, smile, tidak sangar.
108
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
9. Dalam memberikan pelayanan, tenaga administrasi sekolah memperlakukan pihak yang dilayani sebagai customer (pelanggan). 10. Jika SDM sekolah mempunyai persoalan (pribadi, sosial, pekerjaan), tidak dibawanya ke tempat kerja, apa lagi sampai berpengaruh terhadap cara memberikan layanan kepada customer-nya. Responsiveness dan pro-aktif juga akan dapat ditunjukkan, manakala: 1. SDM sekolah senantiasa berpikir dan beranganangan, kapan ia harus melayani customer-nya. Bukan sebaliknya, kapan ia berhenti tidak memberikan pelayanan kepada customer. 2. SDM sekolah menyadari, bahwa pekerjaan melayani customer adalah tanggungjawab dirinya sepenuhnya. Karena itu, ketika memberikan pelayanan tidak menunggu perintah dari atasannya. 3. SDM sekolah senantiasa berpikir, bahwa yang harus ia utamakan dalam memberikan layanan adalah customer. Karena itu, ia selalu berusaha
urusannya, dan bukan sebaliknya, bagaimana agar mereka mendapatkan kesukaran. 7. SDM sekolah berusaha agar persoalan yang dihadapi oleh klien terkait layanan yang ia dapatkan, secepatnya dapat dituntaskan. 8. SDM sekolah berusaha untuk mengetahui alur kerja sejawatnya, agar ketika sejawatnya berhalangan, ia akan dapat menggantikan dalam memberikan pelayanan. 9. Ketika customer tidak mengerti cara mengakses pelayanan, SDM sekolah berusaha secepatnya untuk memberikan bantuan, tanpa terus menunggu perintah dari atasan langsungnya. 10. Ketika ia punya persoalan dan kesulitan dalam setiap memberikan pelayanan, ia tanya kepada atasannya atau sejawatnya, dan tidak justru menunggu kapan sejawat dan atasannya bertanya kepada dirinya. Profesionalitas, kapabilitas dan kecakapan juga akan dapat ditunjukkan, manakala: 1. SDM sekolah menyusun schedule secara
untuk mengutamakan kepentingan customer
pribadi untuk penyelesaian pekerjaannya,
dalam setiap memberikan pelayanan.
sehingga seluruh pekerjaan yang menjadi
4. SDM sekolah berusaha agar customer yang dilayani tidak usah menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan dari dirinya. 5. Ketika ada customer yang kebingungan
tanggungjawabnya, benar-benar terencana (by design). 2. Tenaga administrasi sekolah memahami prosedur dan alur kerja beserta dengan jiwa
saat berproses mendapatkan pelayanan,
yang dikandung oleh prosedur dan alur kerja
SDM sekolah menawarkan bantuan, dengan
tersebut.
menanyakan: apa yang dapat saya bantu?
3. Dalam setiap memberikan pelayanan kepada customer, SDM sekolah senantiasa berpedoman
SDM sekolah senantiasa berpikir dan berusaha
kepada alur kerja yang telah ditetapkan oleh
bagaimana agar customer menjadi mudah dalam
atasannya.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
109
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
4. Dalam setiap memberikan pelayanan, SDM sekolah selalu mencari cara-cara yang tercepat,
F. TANTANGAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
tertepat dan terakurat, tanpa keluar dari koridor dan jiwa prosedur yang telah ditetapkan. 5. Dalam melaksanakan setiap pekerjaannya,
Sebagai institusi yang banyak memberikan
SDM sekolah bertindak tenang dan tidak panik
pelayanan publik, sekolah seharusnya mendapat
meskipun ketika berada dalam tekanan.
dukungan dari publik yang dilayani. Jika tidak,
6. Dalam menyelesaikan pekerjaan, SDM sekolah
maka sekolah sebagai institusi yang memberikan
mengutamakan ketuntatasan pekerjaan yang
pelayanan kepada publik akan mengalami
menjadi tanggungjawabnya, dan tidak semata-
kepayahan dan bahkan kelumpuhan. Oleh karena
mata mengacu kepada waktu dan jam kerja.
itu, kepala sekolah beserta dengan tenaga pendidik
7. Terhadap berbagai persoalan terkait dengan
di sekolah hendaknya berusaha mendapatkan
pekerjaannya, tenaga administrasisekolah
dukungan dari publik yang dilayani. Dukungan
selalu mencari alternatif solusi yang terbaik,
tersebut, dimulai dari penyusunan program,
tanpa harus melanggar koridor aturan dan
pelaksanaan program, dan bahkan sampai ke aspek
prosedur beserta dengan jiwa yang dikandung
pembiayaan pelayanan programnya.
oleh aturan dna prosedur tersebut. 8. Terhadap pekerjaan yang harus ia selesaikan, SDM sekolah tidak menunda-nunda (menggampangkan), karena jika menumpuk, akan memperendah mutu pelayanan yang dapat ia berikan. 9. Ketika ada sejawat yang mengalami masalah terkait dengan pekerjaannya, SDM sekolah akan membantu memecahkannya, sehingga
Di era otonomi daerah, sekolah telah mendapatkan dana dari pemerintah yang disebut dengan dana operasional sekolah (BOS). Dalam realitas, BOS tersebut belum bisa mencukupi semua kegiatan operasional sekolah. Sekolah juga tidak boleh menggunakan dana BOS tersebut sesuai dengan kebutuhan riilnya. Penggunaan dana BOS haruslah sesuai dengan pedoman yang berlaku.
pekerjaan sejawatnya tidak terbengkelai, dan
Dari pengalaman selama proses pendampingan
bisa memuaskan customernya.
MBS, banyak sekolah yang masih belum dapat
10. SDM sekolah selalu berusaha melakukan
mencukupi kebutuhan operasionalnya jika hanya
perbaikan terus menerus mutu pelayanan
mengandalkan BOS. Dana BOS, dengan jumlah
(kaizen) yang ia berikan sehingga kepuasan
yang tidak mencukupi tersebut, juga masih sering
customer-nya makin lama makin meningkat.
behadapan dengan tantang yang lebih berat, ialah tidak selalu bisa cair tepat waktu atau sering mengalami keterlambatan. Oleh karena itu, sekolahsekolah yang didampingi dalam menerapkan MBS seringkali mengeluhkan aspek pendanaan ini,
110
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
karena banyak pemerintah daerah yang melarang
pengelolaan pendidikan, serta biaya pribadi
menggali partisipasi masyakata dalam penggalian
peserta didik sesuai peraturan perundang-
dana.Berkenaan dengan hal tersebut, maka turunlah
undangan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2012 tentang
Sumber anggaran pendidikan di sekolah bisa
pungutan dan sumbangan biaya pendidikan pada
berasal dari:
satuan Pendidikan Dasar. Meskipun beberapa pemerintah daerah juga ada yang menolak Peraturan Menteri tersebut, karena “sekolah gratis” sudah terlanjur menjadi janji elit politik daerah yang sedang berkuasa. Adapun isi Peraturan Mendikbud tersebut antara adalah sebagai berikut: 1. Pungutan adalah penerimaan biaya
1. Anggaran pendapatan dan belanja daerah; 2. Sumbangan dari peserta didik atau orang tua/ walinya; 3. Sumbangan dari pemangku kepentingan pendidikan dasar di luar peserta didik atau orangtua/walinya; 4. Bantuan lembaga lainnya yang tidak mengikat;
pendidikan baik berupa uang dan/atau
5. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat;
barang/jasa pada satuan pendidikan dasar
6. Sumber lain yang sah.
yang berasal dari peserta didik atau orangtua/wali secara langsung yang bersifat
Pungutan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
wajib, mengikat, serta jumlah dan jangka
dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib
waktu pemungutannya ditentukan oleh
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
satuan pendidikan dasar.
2. Sumbangan adalah penerimaan biayapendidikan baik berupa uang dan/atau barang/jasa yang diberikan oleh peserta didik, orangtua/wali, perseorangan atau lembaga lainnya kepada satuan pendidikan dasar yang bersifat sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan oleh satuan pendidikan dasar baik jumlah maupun jangka waktu pemberiannya.
3. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk
pengelolaan satuan pendidikan dasar. 4. Biaya pendidikan adalah sumber daya keuangan
yang disediakan dan/atau diperlukan untuk biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan
www.kinerja.or.id
1. Didasarkan pada perencanaan investasi dan/
atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam rencana strategis, rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan; 2. Perencanaan investasi dan/atau operasi
sebagaimana dimaksud pada huruf a diumumkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan terutama orang tua/wali peserta didik, komite sekolah, dan penyelenggara satuan pendidikan dasar; 3. Dimusyawarahkan melalui rapat komite sekolah;
dan 4. Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus
oleh satuan pendidikan dasar terpisah dari
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
111
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
dana yang diterima dari penyelenggara satuan
dilaksanakan sekolah dalam merespon
pendidikan dasar dan disimpan dalam rekening
pengaduan yang masuk;
atas nama satuan pendidikan dasar.
e. Forum multi stakeholder ikut memonitor realisasi Janji Perbaikan Pelayanan Sekolah.
G. BEBERAPA CONTOH PENERAPAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH MITRA KINERJA
2. Meningkatkan partisipasi multi pihak dalam meningkatkan pelayanan sekolah melalui: a. Komite sekolah bersama orangtua ikut berperan aktif dalam mendukung perbaikan
Selama pendampingan teknis Program KINERJA di
pelayanan dengan pengelolaan kantin
sekolah mitra di 4 propinsi wilayah kerja KINERJA
sehat, pengelolaan lahan kering untuk
antara lain adalah:
kebun sekolah, kegiatan-kegiatan ekstra
1. Sekolah memberikan ruang partisipasi masyarakat yang lebih luas, meningkatkan transparansi dan esponsibilitas sekolah antara lain melalui: a. Pelaksanaan survei pengaduan, dimana
kurikuler lainnya; b. Pihak Pemerintah dan SKPD terkait memberikan perhatian dan dukungan terhadap usulan peningkatan pelayanan sekolah yang disampaikan dalam Rekomendasi Peningkatan Pelayanan
kuisioner survei disusun secara partisipatif
sebagai respon terhadap hasil survei
oleh multi stakeholder pendidikan dan
pengaduan;
kuisioner diisi oleh siswa dan orangtua siswa;
c. Siswa, guru dan karyawan sekolah ikut bertanggung jawab terhadap kondisi sekolah.
b. Hasil survei pengaduan yang telah dikonfirmasi kebenarannya dipublikasikan di papan publikasi sekolah, sehingga dapat diketahui oleh seluruh stakeholder sekolah/ publik; c. Bersama forum multi stakeholder sekolah, merespon hasil survei pengaduan, selanjutnya mendiskusikan dan menyusun Janji Perbaikan Pelayanan guna perbaikan pelayanan sekolah; d. Janji perbaikan pelayanan dipublikasikan di papan publikasi sekolah, sehingga publik memahami upaya dan langkah yang akan
112
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sekolah, antara lain melalui: a. Publikasi perencanaan dan penganggaran sekolah di papan publikasi sekolah; b. Publikasi laporan keuangan sekolah termasuk penggunaan dana BOS di papan publikasi sekolah; c. Publikasi tata tertib siswa, guru dan kepala sekolah, sehingga seluruh stakeholder sekolah saling memahami tata tertib yang berlaku.
www.kinerja.or.id
4. Meningkatkan kejelasan pelayanan, informasi,
d. Memberikan ruang bagi para ibu menyusui
aksesibilitas dan pemerataan pelayanan bagi
yang menjemput anaknya di sekolah melalui
seluruh siswa, antara lain melalui:
penyediaan pojok laktasi di sekolah.
a. Adanya SOP (standard operasional prosedur) untuk beberapa proses penting, misalnya SOP Penerimaan Siswa Baru, SOP Perpustakaan; b. Adanya informasi pelayanan yang jelas bagi siswa, misalnya hari dan jam pelayanan perpustakaan, penggunaan lab komputer, konseling siswa, pelayanan kesehatan siswa (pemeriksaan gigi, mata); c. Publikasi kalender akademik sekolah di papan publikasi, agar menjadi perhatian bersama dan siswa mendapatkan dukungan khususnya di masa-masa ulangan semester dan kenaikan kelas; d. Publikasi nama dan nomer HP guru, untuk memberikan kemudahan orangtua dalam berkomunikasi dengan guru kelas; e. Publikasi siswa berprestasi agar memberikan penghargaan bagi yang bersangkutan serta memotiviasi bagi siswa lainnya.
6. Perubahan perilaku guru, kepala sekolah dan
karyawan sekolah, antara lain melalui: a. Slogan senyum, sapa, salam yang dipampangkan di ruang publik; b. Siswa lebih memiliki keberanian dan keaktifan untuk bertanya dan berdiskusi kepada guru; c. Keteladanan perilaku akan mendapat perhatian lebih, karena siswa dan orangtua akan melihat dan berhak memberikan pengaduan.
7. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan publik yang lebih baik antara lain: a. Tersedianya washtafel untuk sarana cuci tangan siswa yang memadai; b. Tersedianya tempat parkir yang aman; c. Ruang kelas dan halaman sekolah yang lebih baik dan nyaman; d. Peningkatan penghijauan sekolah, dengan
5. Kesetaraan gender dalam pelayanan di sekolah, antara lain melalui:
peran aktif siswa; e. Ketersediaan buku yang memadai, fasilitas belajar mengajar yang lebih baik.
a. Penyediaan toilet siswa dan guru yang dibedakan untuk laki-laki dan perempuan; b. Penyediaan pembalut atau keperluan khusus lainnya di ruang UKS; c. Pemilihan komite sekolah yang memperhatikan pula keterwakilan laki-laki dan perempuan;
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
113
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
PRINSIP LAYANAN PUBLIK Berdayakan masyarakat Optimalkan pelayanan publik Buka ruang partisipasi publik Ubah gaya kerja personel
KONDISI RIIL PELAYANAN PUBLIK
- kurang responsif - kurang informatif - kurang accsessible - inefisien
114
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
- kurang koordinasi - terlalu birokratis - mengabaikan kritik
www.kinerja.or.id
PERGESERAN PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK
BIROKRASI YANG LEBIH SIBUK DENGAN URUSAN INTERNAL
www.kinerja.or.id
BIROKRASI YANG BERORIENTASI PADA PELANGGAN SEKOLAH
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
115
Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah
www.kinerja.or.id
55 Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
117
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah
BAHAN BACAAN: PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
A. PENDAHULUAN Salah satu esensi regulasi tentang desentralisasi dan otonomi daerah bidang pendidikan adalah pemberian wewenang, peluang dan keleluasaan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah dan masyarakat untuk mengatur dan
..... agar peserta menguasai peningkatan peran serta masyakarat dan stakeholder .....
menyelenggarakan urusan wajib bidang pendidikan. Disamping melaksanakan kewenangan bidang pendidikan atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat dan potensi daerah setempat. Dalam perspektif teoritik, desentralisasi dan demokratisasi pengelolaan pendidikan mengamanatkan penerapan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas dan partisipasi (TAP) dalam setiap pengelolaan bidang pendidikan. Berarti, dalam perencanaan, pelaksaksanaan dan pengendalian setiap bidang pendidikan harus memberikan peluang, kesempatan dan
118
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
akses kepada semua pihak (multi stakeholder) untuk mengetahui informasi; melakukan audit,
B. MAKNA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
bertanya, dan menggugat pertanggungjawaban; terlibat secara aktif, berkontribusi, melakukan pengawasan dan memanfaatkan hasil pendidikan.
Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk
Selain memenuhi tuntutan proses desentralisasi
suatu kegiatan. Partisipasi adalah keterlibatan
dan demokratisasi, keharusan untuk menerapkan prinsip-prinsip TAP juga terkait dengan reformasi pelaksanaan berbagai proyek/program pendidikan terdahulu yang hampir menjadi mitos, ialah ketika habis proyek, maka habis pula kegiatan. Dengan penerapan prinsip TPA diharapkan dapat menjamin sustainabelitas program pembangunan bidang pendidikan. Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip TAP, diperlukan upaya identifikasi, penetapan dan pelibatan stakeholder bidang pendidikan, agar terdapat keperpihakan yang bermutu dan nyata serta menjadi suatu gerakan bersama (collective action) yang mendukung pengelolaan program
kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam mental, emosional dan fisik orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusikepada tujuan kelompokdan berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan itu.Partisipasi dapat dikategorikan menjadi (1) partisipasi bebas (spontan dan akibat penyuluhan), dan (2) partisipasi paksaan sebagai konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan setempat. Partisipasi juga terkait dengan adanya kerjasama dengan banyak pihak. Dalam kerjasama itu orang mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan segenap kemampuannya. Ada beberapa kualifikasi partisipasi yaitu positif,
pendidikan.
korektif-konstruktif, dan realistis. Suatu partisipasi
Jumlah, ragam kepentingan dan pengaruh
bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan.
stakeholder dalam pembangunan pendidikan cukup tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk melakukan penetapan dan pelibatan stakeholder dalam sebuah program. Diperlukan cara-cara yang tepat sehingga penetapan dan pelibatannya memenuhi persyaratan teknis dan politis, disamping pemahaman kearifan lokal yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat pada tingkatan lokal.
www.kinerja.or.id
dinyatakan positif jika mendukung kelancaran usaha Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika keterlibatan seseorang selalu dilandasi oleh adanya daya cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan atau kesalahan dan memberikan alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan dengan memperhitungkan realitas yang ada.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
119
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk
dengan memperhitungkan realitas yang ada.
kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam
termasuk pembangunan pendidikan, terdiri
kebijaksanaan pendidikan adalah keikutsertaan
atas: (1) partisipasi buah pikiran, (2) partisipasi
masyarakat dalam memberikan gagasan, kritik
keterampilan, (3) partisipasi tenaga, (4) partisipasi
membangun, dukungan dan pelaksanaan
harta benda, dan (5) partisipasi uang (Hamijoyo,
kebijaksanaan pendidikan.
1977). Partisipasi dalam pembangunan pendidikan meliputi partisipasi dalam perencanaan,
Partisipasi berarti turut serta dalam suatu kegiatan.
pelaksanaan, pengawasan dalam suatu program
Partisipasi adalah keterlibatan mental, emosional
pendidikan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi
dan fisik orang-orang dalam suatu kelompok
dapat dilakukan dengan (1) membuat rancangan
yang mendorong mereka untuk memberikan
kebijakan, (2) menginformasikan rancangan itu ke
kontribusikepada tujuan kelompokdan berbagai
masyarakat yang akan terlibat, (3) mengumpulkan
tanggung jawab dalam pencapaian tujuan itu
tanggapan masyarakat tentang isi rancangan
( Davis, 1990). Partisipasi dapat dikategorikan
kebijakan, (4) memadukan pendapat masyarakat
menjadi (1) partisipasi bebas (spontan dan akibat
dengan rancangan kebijakan, (5) membuat
penyuluhan), dan (2) partisipasi paksaan sebagai
kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan
konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan
(Sewel, 1977).
kebiasaan setempat (Duseldorps, 1981). Dalam sistem pemerintahan yang 'top down' Partisipasi juga terkait dengan adanya kerjasama
partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan-
dengan banyak pihak. Dalam kerjasama itu orang
kebijaksanaan yang dibuat dan diimplementasikan
mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan
tidak begitu dipermasalahkan; tetapi pada sistem
segenap kemampuannya. Ada beberapa
pemerintahan yang 'bottom up', tingginya partisipasi
kualifikasi partisipasi yaitu positif, kreatif,
masyarakat dalam implementasi kebijaksanaan,
korektif-konstruktif, dan realistis. Suatu partisipasi
dapat dijadikan sebagai indikasi sukses tidaknya
dinyatakan positif jika mendukung kelancaran usaha
kebijaksanaan.
bersama guna mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika keterlibatan
Muhadjir (1982) menggolongkan partisipasi
seseorang selalu dilandasi oleh adanya daya
masyarakat ke dalam tipologinya, yakni partisipasi
cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif
kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi
manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji
kuantitatif menunjuk kepada frekuensi keikutsertaan
suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan
terhadap implementasi kebijaksanaan, sementara
atau kesalahan dan memberikan alternatif yang
partisipasi kualitatif menunjuk pada tingkat dan
lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
derajatnya.
Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan
120
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Koentjoroningrat (1982) menggolongkan partisipasi
disadari bahwa sebagian masyarakat yang
masyarakat berdasaran posisi individu dalam
lainnya pasti ada yang mendukung. Heterogenitas
kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat
masyarakat memungkinkan hal tersebut. Pasti
dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus;
ada di antara lapisan masyarakat yang mau
kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai
berpartisipasi dalam kebijaksanaan yang dibuat,
individu dalam aktivitas bersama pembangunan.
seberapapun partisipasinya dan sekadar apapun
Miftah Thoha (1984) menggolongkan partisipasi
partisipasinya. Meskipun mungkin pembuat
masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu: (1)
dan pelaksana kebijaksanaan tersebut tidak
partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan
mengupayakan sama sekali partisipasi masyarakat.
serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya, (2) partisipasi mobilisasi, (3) partisipasi seremoni. Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari cakupannya, yaitu partisipasi secara sempit, partisipasi secara luas dan partisipasi yang merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas, 10 Desember 1983). Secara luas, partisipasi dapat diartikan sebagai demokratisasi politik: masyarakat yang menentukan tujuan, strategi dan perwakilannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses perubahan dan pengembangan masyarakat sesuai dengan arti pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari kegiatan politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda kepentingannya dididik mengajukan secara rasional keinginannya dan menerima suka rela keputusan pembangunan. Setelah kebijaksanaan pendidikan yang digulirkan oleh pembuat dan pelaksana kebijaksanaan, umumnya mendapat respons dari masyarakat. Meskipun mungkin suatu kebijaksanaan tidak didukung oleh sebagian masyarakat tetapi haruslah
www.kinerja.or.id
C. STAKEHOLDER SEKOLAH Stakeholder adalah berbagai pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak suatu proyek/program. Stakeholder bidang pendidikan adalah berbagai pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak suatu proyek/program pendidikan. Stakeholder dalam pembentukan perda pendidikan adalah pihak-pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak keberadaan dan implementasi perda pendidikan. Oleh karena itu, informasi dan peran aktif multi stakeholder sangat diperlukan, termasuk dalam penerapan fungsi kontrol atas pelaksanaan perda bidang pendidikan. Identifikasi stakeholder bidang pendidikan adalah proses menemu-kenali pihak-pihak yang berkepentingan dan atau terkena dampak program pendidikan, serta pemahaman dan kepedulian mereka terhadap program-program partisipatif, termasuk dalam proses pembuatan perda pendidikan. Sementara itu, analisis stakeholder adalah proses pemberian kategori (categorizing)stakeholder yang mempunyai kepentingan dan pengaruh
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
121
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
tinggi serta menetapkan tingkat kesesuaian peran
laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan.
yang diperlukan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan Perda pendidikan.
Sasaran yang dimaksudkan di sini adalah pihakpihak atau unsur berupa orang, baik individu
Secara umum identifikasi dan analisis stakeholeder
maupun kelompok, serta dokumen tertulis
ini bertujuan menemukan, memetakan dan
yang berperan sebagai sumber informasi bagi
merekomendasikan stakeholder yang tepat untuk
penyusunan perda pendidikan. Biasanya, memulai
dilibatkan secara aktif dalam proses pembentukan
analisis stakeholder dari sumber tertulis, seperti
perda pendidikan. Adapun secara khusus bertujuan:
laporan atas hasil pengelolaan proyek/program
(1) menemukenali stakeholder yang mempunyai
sebelumnya maupun publikasi di media massa
relevansi dengan proses pembentukan perda
berdasarkan sumber tertulis.
pendidikan, (2) mengetahui peran stakeholder utama dalam pengelolaan pembangunan pendidikan, (3) mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholder utama dalam pengelolaan pembangunan partisipatif bidang pendidikan, (4) mengetahui pengalaman stakeholder utama dalam mengupayakan pengelolaan pembangunan pendidikan yang seusai
D. JENIS PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER TERHADAP PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH
dengan nilai-nilai TAP, dan (5) merekomendasikan stakeholder utama yang tepat untuk dapat dilibatkan
Di negara yang menjunjung tinggi demokrasi
secara aktif dalam pengelolaan pembangunan
diyakini bahwa pemerintah dibuat dari, oleh dan
pendidikan.
untuk rakyat. Kebijakan-kebijakan negaranya, termasuk kebijakan pendidikannya, sebagai
Hal-hal, baik nilai maupun proses yang harus
bagian dari perangkat untuk menjalankan
diterapkan dalam identifikasi dan analisis
pemerintahan di negara tersebut, juga berasal
stakeholder, adalah: (1) keterlibatan yang
dari, oleh dan untuk rakyat. Karena itu, partisipasi
representatif; prinsip ini bermaksud untuk memberi
masyarakat dalam kebijakan pendidikan, termasuk
peluang kepada pihak-pihak di wilayah atau
di tingkat satuan pendidikan, sangatlah diperlukan
komunitas tertentu untuk berperan serta dalam
Selain alasan demokrasi, kebijakan pendidikan
pengelolaan program pendidikan, (2) relevan;
tersebut secara kongkrit dimaksudkan untuk
prinsip ini bermaksud untuk melakukan seleksi
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
para pihak terlibat yang benar-benar tepat
oleh rakyat di bidang pendidikan. Rakyat lebih
dengan mempertimbangkan pengalaman dan
banyak tahu mengenai masalah mereka sendiri, dan
kompetensinya di bidang pendidikan, (3) kesetaraan
bahkan juga banyak mengetahui bagaimana cara
gender; dengan prinsip ini diharapkan akan terjadi
memecahkannya. Maka, keterlibatan dan partisipasi
keseimbangan proporsi jumlah dan peran antara
masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, sangatlah penting.
122
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
kebijakan haruslah senantiasa berusaha agar Keikutsertaan masyarakat di tingkat satuan tidak
kebijakan yang digulirkan tadi, menerlibatkan
saja sekadar dipandang sebagai loyalitas rakyat
sebanyak mungkin partisipasi masyarakat, terutama
atas pemerintahnya, melainkan yang juga tak kalah
dalam hal mungkin partisipasi masyarakat, terutama
penting adalah bahwa kebijakan tersebut
dalam hal pelaksanaannya. Inilah perlunya upaya
hendaknya dianggap oleh masyarakat sebagai
dan rekayasa.
miliknya. Dengan adanya perasaan memiliki terhadap kebijakan-kebijakan, masyarakat
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah
akan semakin banyak sumbangannya dalam
sebagai berikut:
pelaksanaan-pelaksanaan kebijakan, termasuk kebijakan pendidikannya. Agar partsipasi masyarakat dapat ditingkatkan, selayaknya lembaga pendidikan melakukan hubungan-hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial ini harus dibangun, baik dengan tokoh-tokoh masyakat maupun dengan mereka yang berada pada posisi grass root. Lazimnya, ketika dengan elit atau tokoh masyarakat sudah dapat dibangun, maka hubungan dengan grass rootnya akan menjadi lancar. Hubungan sosial adalah hubungan yang dijalin oleh suatu lembaga pendidikan dengan masyarakat. Masyarakat di sini, bisa berupa masyarakat yang terorganisir dan masyarakat yang tidak terorganisir. Masyarakat yang terorganisir, juga dapat dikategorikan terorganisir formal dan terorganisir tidak formal. Sedangkan hubungan sosial sendiri, bisa bersifat formal dan tidak formal. Hubungan sosial juga bisa tertuju kepada tokoh atau elit masyarakat, dan bisa juga langsung ke masyarakat. Karena itu, saluran hubungan sosial ini juga bisa menggunakan saluran formal dan bisa menggunakan saluran tidak formal. Sungguhpun demikian, pembuat dan pelaksana
www.kinerja.or.id
1. Menawarkan sangsi atas masyarakat yang tidak mau berpartisipasi. Sangsi demikian, dapat berupa penghukuman, denda, dan kerugiankerugian yang harus diderita oleh si pelanggar; 2. Menawarkan hadiah kepada mereka yang mau berpartisipasi. Tentu hadiah demikian, berdasarkan kuantitas dan tingkatan atau derajat partisipasinya; 3. Melakukan persuasi kepada masyarakat, bahwa dengan keikutsertaan masyarakat dalam kebijaksanaan yang dilakukan, justru akan menguntungkan masyarakat sendiri, baik dalam jangka pendek maupun janga panjang; 4. Menghimbau masyarakat untuk turut berpartisipasi melalui serangkaian kegiatan; 5. Menerkaitkan partisipasi masyarakat dengan layanan birokrasi yang lebih baik; 6. Menggunakan tokoh-tokoh kunci masyarakat yang mempunyai khalayak banyak untuk ikut serta dalam kebijaksanaan, agar masyarakat kebanyakan yang menjadi pengikutnya juga sekaligus ikut serta dalam kebijaksanaan yang diimplementasikan; 7. Mengaitkan keikutsertaan masyarakat dalam implementasi kebijaksanaan dengan kepentingan mereka. Masyarakat memang perlu diyakinkan, bahwa ada banyak kepentingan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
123
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
mereka yang terlayani dengan baik, jika mereka
karena mereka tidak yakin bahwa partisipasi
berpartisipasi dalam kebijaksanaan;
mereka akan membawa hasil.
8. Menyadarkan masyarakat untuk ikut
5. Adanya anggota masyarakat yang memang
berpartisipasi terhadap kebijaksanaan
sengaja tidak berpartisipasi disebabkan alasan-
yang telah ditetapkan secara syah. Dan,
alasan untuk mencari untung secara cepat.
kebijaksanaan yang syah tersebut, adalah salah
Padahal, keuntungan tersebut baru didapat,
satu dari wujud pelaksanaan dan perwujudan
jika ia melanggar ketentuan yang berlaku dalam
aspirasi masyarakat.
kebijaksanaan. Anggota masyarakat demikian cenderung tidak mau berpartisipasi dalam
Ada beberapa penyebab mengapa masyarakat enggan atau tidak mau berpartisipasi dalam
6. Rumusan kebijakan tidak jelas dan
kebijaksanaan yang digulirkan. Penyebab-penyebab
mungkin antara rumusan satunya dengan yang
tersebut adalah :
lain kelihatan bertentangan. Ini menyebabkan
1. Jika kebijakan tersebut bertentangan dengan tata nilai dan tata norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. 2. Kurang mengikatnya kebijakan tersebut kepada masyarakat. Ada kebijaksanaan yang sangat mengikat kepada masyarakat dan ada yang tidak begitu mengikat. Kebijakan yang sangat mengikat umumnya memberlakukan sanksi yang jelas bahkan bisa menjadi penyebab yang menerima sangsi dianggap mempunyai cacat sosial; sedangkan kebijakan yang tidak demikian mengikat umumnya tidak demikian dipatuhi dan tidak menjadikan penyebab cacat sosial bagi pelanggarnya. 3. Adanya ketidak-pastian hukum baik bagi mereka yang berpartisipasi aktif maupun bagi mereka yang tidak berpartisipasi. 4. Jika kebijakan tersebut terlalu ambisius dan ideal, sehingga oleh masyarakat dianggap tidak realistik. Hal demikian bisa menjadikan penyebab masyarakat enggan berpartisipasi,
124
kebijaksanaan yang digulirkan.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
masyarakat enggan untuk berpartisipasi, lebih-lebih partisipasi aktif yang dilandasi oleh kesadaran yang dalam. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, termasuk pembangunan pendidikan, terdiri atas: (1) partisipasi buah pikiran, (2) partisipasi keterampilan, (3) partisipasi tenaga, (4) partisipasi harta benda, dan (5) partisipasi uang. Partisipasi dalam pembangunan pendidikan meliputi partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dalam suatu program pendidikan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi dapat dilakukan dengan (1) membuat rancangan kebijakan, (2) menginformasikan rancangan itu ke masyarakat yang akan terlibat, (3) mengumpulkan tanggapan masyarakat tentang isi rancangan kebijakan, (4) memadukan pendapat masyarakat dengan rancangan kebijakan, (5) membuat kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan. Muhadjir, sebagaimana dikutip oleh Imron, menggolongkan partisipasi masyarakat ke
www.kinerja.or.id
dalam tipologinya, ialah partisipasi kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi kuantitatif
E. KOMITE SEKOLAH/MAJELIS MADRASAH
menunjuk kepada frekuensi keikutsertaan terhadap implementasi kebijaksanaan, sementara partisipasi
Era reformasi telah membawa perubahan mendasar
kualitatif menunjuk kepada tingkat dan derajatnya.
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di
Koentjoroningrat (1982) menggolongkan partisipasi
dalam dunia pendidikan. Salah satu perubahan
masyarakat berdasaran posisi individu dalam
mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah
kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat
manajemen negara, yaitu dari manajemen berbasis
dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus;
terpusat menjadi manajemen berbasis daerah.
kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai
Perubahan manajemen ini diwujudkan dalam
individu dalam aktivitas bersama pembangunan.
pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia
Miftah Thoha (1984) menggolongkan partisipasi
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu : (1) partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan
Tujuan dikeluarkannya undang-undang tersebut
serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya,
adalah untuk memberikan kewenangan yang luas,
(2) partisipasi mobilisasi, (3) partisipasi seremoni.
nyata dan bertanggungjawab kepada daerah dan
Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari
masyarakat sehingga memberi peluang kepada
cakupannya, yaitu partisipasi secara sempit,
daerah dan masyarakat agar leluasa mengatur
partisipasi secara luas dan partisipasi yang
dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa
merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas,
sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat
10 Desember 1983). Secara luas, partisipasi
setempat dan potensi daerah. Konsekuensi logis
dapat diartikan sebagai demokratisasi politik :
dari pemberlakuan undang-undang ini dalam dunia
masyarakat yang menentukan tujuan, strategi dan
pendidikan adalah bahwa manajemen pendidikan
perwakilannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan
harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat
atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi
otonomi, karena itu manajemen pendidikan berbasis
dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat
terpusat yang selama ini telah dipraktikkan perlu
dalam keseluruhan proses perubahan dan
diubah menjadi berbasis sekolah.
pengembangan masyarakat sesuai dengan arti pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari kegiatan
Konsep mendasar penyelenggaraan pendidikan
politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai :
dalam era otonomi daerah adalah menjalankan
golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda
konsep desentralisasi pendidikan. Desentralisasi
kepentingannya dididik mengajukan secara rasional
pendidikan adalah penyerahan wewenang
keinginannya dan menerima suka rela keputusan
penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat,
pembangunan.
sehingga pola Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan andalan bagi implementasi desentralisasi pendidikan. Penerapan MBS memiliki
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
125
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan
pertanggungjawaban pelayanan pendidikan yang
masyarakat merupakan bagian kehidupannya. MBS
berkualitas secara proposional dan terbuka, (2)
merupakan model manajemen yang memberikan
mewadahi partisipasi para stakeholders untuk turut
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
serta dalam manjemen sekolah sesuai dengan peran
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan,
secara langsung warga sekolah untuk meningkatkan
pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah secara
mutu sekolah berdasarkan pada kebijakan
proposional, (3) mewadahi partisipasi masyarakat,
pendidikan nasional (Umaedi, 1999).
baik individu maupun kelompok sukarela (pemerhati atau pakar pendidikan) yang perduli kepada
Penyelenggaraan pendidikan memerlukan
kualitas pendidikan, secara proposional dan
dukungan dari masyarakat. Menurut penjelasan
profesional selaras dengan kebutuhan sekolah, (4)
umum Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989
menjembatani dan turut serta memasyarakatkan
tentang Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa
kebijakan sekolah kepada pihak-pihak yang
penyelenggaraan pendidikan nasional merupakan
mempunyai keterkaitan dan kewenangan di tingkat
tanggung jawab bersama antara keluarga,
daerah (Suherli, 2001).
masyarakat dan pemerintah. Dari hal ini tersurat bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak hanya
Komite sekolah berperan untuk mendorong
menjadi tanggung jawab sepenuhnya pada
perhatian dan komitmen terhadap penyelenggaraan
pihak sekolah, namun orang tua dan masyarakat
pendidikan yang bermutu, mendorong orang tua dan
berperan pula dalam memajukan dunia pendidikan.
masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
Keikutsertaan masyarakat/orangtua siswa perlu
mendukung pada peningkatan mutu pendidikan
disalurkan secara terorganisasi/kelembagaan.
dan pemerataan pendidikan. Nama dari badan ini
Lembaga tersebut adalah Dewan Pendidikan yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-
berkedudukan di kabupaten/kota dan Komite Sekolah
masing satuan pendidikan seperti komite sekolah,
atau Majelis Madrasah di tingkat satuan pendidikan.
komite pendidikan, dewan sekolah, majelis sekolah, majelis madrasah (Suherli, 2001). Pada jenjang
Pembentukan lembaga ini berdasarkan pada
satuan madrasah, komite sekolah lebih dikenal
Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
dengan sebutan Komite Madrasah atau ada pula
Nomor 044/U/2002 tentang pembentukan Dewan
yang bernama Majelis Madrasah yang berdasar
Sekolah dan Komite Sekolah. Lembaga ini
pada Keputusan Direktorat Jenderal Binbaga Islam
memiliki fungsi antara lain: (1) mewadahi dan
Nomor E/101/2001 tentang pembentukan Majelis
meningkatkan partisipasi para stakeholders
Madrasah.
pendidikan pada tingkat sekolah untuk turut serta
126
merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan
Penetapan Majelis Madrasah dapat menjadi
memantau pelaksanaan kebijakan sekolah dan
mitra bagi madrasah, majelis ini dapat berfungsi
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
sebagai penyalur partisipasi masyarakat terhadap
melakukan upaya mencapai tujuan bersama.
penyelenggaraan pendidikan dan sebagai
Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan
kekuatan kontrol masyarakat. Majelis Madrasah
dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
sesuai dengan Kepmendiknas bertujuan untuk:
eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan
(1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
antar pemangku kepentingan menjadi penting untuk
operasional dan program pendidikan di satuan
mengembangkan proses dialogis dan membangun
pendidikan, (2) meningkatkan tanggungjawab dan
kesadaran bersama serta melakukan aksi bersama.
peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidika,. (3) menciptakan
Dalam konteks pelayanan publik, forum multi
suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan
stake holder ini merupakan proses dialogis antara
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan
penyedia layanan dan pengguna layanan untuk
pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan
mencapai suatu pelayanan publik yang efektif,
(Kepmendiknas, 2002). Secara singkat tujuan adanya
efisien, dan terjangkau. Apa yang telah diupayakan
Majelis Madrasah adalah membantu kelancaran
oleh pemerintah (selaku penyedia layanan publik)
penyelenggaraan pendidikan di madrasah
serta apa yang terjadi dan diharapkan masyarakat
dalam upaya ikut memelihara, menumbuhkan,
(selaku pengguna layanan) harus diupayakan
meningkatkan dan mengembangkan madrasah.
ada titik temu. Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang untuk menyepakati apa saja yang
F. FORUM MULTI STAKEHOLDER SEKOLAH SEBAGAI WADAH DALAM PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN DI SEKOLAH Partisipasi masyarakat sangat penting dalam MBS agar kegiatan-kegiatan yang akan dilakuakan benar-benar realistis sesuai dengan kebutuhan, serta sebagai upaya mendapatkan dukungan dalam upaya pelaksanaannya. Forum Multi Stake Holder adalah media untuk mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu yang menjadi kepedulian bersama serta untuk
www.kinerja.or.id
akan dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi peran dan tanggung jawab, berbagi informasi, saling mendukung dalam upaya perbaikan bersama. Forum Multi Stakeholder, tidaklah harus merupakan pertemuan formal, loka karya atau bahkan merupakan organisasi atau lembaga formal. Namun, bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang informal. Pada tahapan lebih lanjut, Forum Multi Stakeholder bisa saja didorong menjadi organisasi atau lembaga formal jika memang diperlukan sesuai dengan dinamika dan kebutuhan lokal. Dalam konteks program Manajemen Berbasis Sekolah, pemangku kepentingan adalah unsurunsur dari masyarakat, baik individu atau kelompok, eksekutif, DPRD, media yang berkepentingan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
127
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
terhadap pelayanan pendidikan dasar, khususnya
Kinerja mendorong untuk menggunakan nama-nama
terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah.
sesuai dengan dinamika dan kearifan lokal. Dengan mempertimbangkan dinamika dan kearifan lokal ini
1. Alternatif Nama Forum Multi Stakeholder dapat diberi nama sesuai dengan kesepakatan anggotanya. Di bawah
diharapkan akan memperkuat rasa memiliki diantara para anggotanya serta dapat memberikan motivasi untuk melakukan upaya untuk mencapai tujuan bersama.
ini beberapa contoh alternatif nama yang bisa digunakan, seperti misalnya •
Gugus Kerja MBS
•
Jaringan Pemantau Pendidikan Dasar
•
Aliansi Masyarakat untuk MBS
•
Koalisi untuk pendidikan dasar berkualitas
•
Forum Kerja MBS
•
Forum Peduli Pendidikan Dasar
Di Tingkat Sekolah
2. Pihak-Pihak yang Terkait Kinerja telah mengembangkan dan memperkuat Forum Multi Stakeholder di tingkat kabupaten/kota. Secara umum pihak-pihak yang terakit dan dapat dilibatkan dalam Forum Multi Stakeholder atau pihak yang memiliki kepentingan adalah sebagai berikut:
Di Tingkat Kabupaten/Kota
1. Komite sekolah
1. Perwakilan FMS tingkat sekolah
2. Tokoh pemerhati pendidikan
2. Dewan Pendidikan
3. Kepala sekolah
3. LSM pendidikan
4. Guru
4. Tokoh pemerhati pendidikan
5. Perwakilan siswa
5. Akademisi terkait isu pendidikan dasar
6. Ormas terkait isu pendidikan dasar
6. Ormas terkait isu pendidikan dasar
7. Tokoh adat/daerah
7. Tokoh adat/agama/daerah
8. Jurnalis
8. Jurnalis
9. Anggota DPRD daerah pemilihan terkait
9. Anggota DPRD komisi terkait
10. Kepala Desa
10. Bappeda
11. Orangtua murid
11. Dinas Pendidikan 12. PGRI 13. MKS
128
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
3. Peran Forum Multi Stakeholder dalam Manajemen Berbasis Sekolah Secara umum, peran Forum Multi Stakeholder dalam program terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai berikut:
Di Tingkat Sekolah 1. Pusat informasi masyarakat tingkat unit layanan 2. Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan koordinasi antar pemangku kepentingan di tingkat unit layanan 3. Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait isu di sekolah 4. Merevitalisasi institusi adat atau forum yg telah ada 5. Menjadi alat pendidikan kritis warga/media pembelajaran (learning center) di tingkat unit layanan 6. Menjadi solidarity makers (warga dan forum-forum) di tingkat unit layanan 7. Memantau pelayanan di tingkat unit layanan 8. Pendamping masyarakat dalam program pelayanan dan pemberdayaan 9. Memediasi dan meresolusi konflik di tingkat unit layanan 10. Memberikan “penghargaan” terhadap pelayanan yang baik
www.kinerja.or.id
Di Tingkat Kabupaten/Kota 1. Pusat informasi masyarakat tingkat kabupaten/kota 2. Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan koordinasi antar pemangku kepentingan di tingkat kab/kota 3. Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait dengan isu tentang pengelolaan sekolah 4. Merevitalisasi institusi adat atau forum yang telah ada 5. Menjadi alat pendidikan kritis warga/media pembelajaran (learning center) di tingkat kab/ kota 6. Menjadi solidarity makers (warga dan forumforum) di tingkat kab/kota 7. Memantau pelayanan pendidikan dan mengawal kepentingan warga 8. Advokasi kebijakan untuk perbaikan layanan pendidikan 9. Memediasi dan meresolusi konflik di tingkat kab/kota 10. Menjadi pressure group – alat penyeimbang kekuasaan 11. Menorong adanya kompetisi positif dalam peningkatan layanan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
129
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
4. Hasil yang Diharapkan
antara inovasi tersebut adalah; penanganan survei pengaduan masyarakat, peran jurnalis warga, dan
Hasil dari program pengembangan dan penguatan
dukungan stakeholder tingkat kabupaten kota.
forum multi stakeholder terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebagai berikut:
a. Berkembangnya forum multi stakeholder
1. Penanganan Survey Pengaduan Masyarakat
untuk melakukan penyadaran masyarakat, advokasi dan monitoring terhadap kebijakan dan
Di dalam kaitan mendukung inisiatif MBS,
pelayanan terkait dengan Manajemen Berbasis
KINERJA–USAID juga melaksanakan kegiatan
Sekolah;
survei pengaduan, berdasarkan metode yang diatur
b. Tersosialisasikannya peraturan terkait dalam
dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
rangka mendukung perbaikan pelayanan
Aparatur Negara (Permenpan) Nomor 13 Tahun
pendidikan dasar yang transparan, partisipatif
2009 tentang Pedoman Peningkatan Kualitas
dan akuntabel;
Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat.
c. Tersusunnya kertas posisi untuk kebijakan di
Hasil analisa dari survei ini kemudian dipadukan
daerah tentang jaminan pelayanan pendidikan
dengan dokumen rencana sekolah yang ada untuk
dasar yang transparan, partisipatif dan
menyusun kebutuhan perbaikan layanan.
akuntabel;
Bentuk atau rencana perbaikan layanan yang
d. Adanya kelompok warga yang secara regular
penanganannya berada di bawah kewenangan
memonitor terhadap pelaksanaan kebijakan
pihak sekolah, kemudian dimaklumatkan ke publik
tentang Manajemen Berbasis Sekolah.
agar dapat diketahui para pihak yang ada. Hampir seluruh sekolah yang didampingi di Kalimantan Barat telah melakukan maklumat janji layanan,
F. INOVASI KINERJA DALAM PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT
130
dimana terdapat beberapa sekolah yang telah mulai menggunakan maklumat janji perbaikan layanan tersebut sebagai amunisi untuk meningkatkan partisipasi publik.
Kinerja-USAID telah melakukan berbagai inovasi
Di SD Negeri 05 Sekaruh, Kecamatan Teriak,
dan terobosan terkait dengan peningkatan peran
Kabupaten Bengkayang melakukan pembangunan
serta masyarakat dalam pelayanan pendidikan di
pagar sekolah. Pagar yang dibangun ini berbahan
sekolah. Inovasi dan terobosan tersebut, dapat
baku kayu bulat, yang diperoleh atas kerjasama
menjadi lesson learn bagi sekolah yang lain,
siswa dan orangtuanya. Kayu diambil dari hutan
sehingga dapat diadopsi untuk diterapkan di sekolah
yang ada, dan kemudian dikumpulkan oleh
sesuai dengan kearifan local masing-masing. Di
para siswa ke sekolah. “Pembangunan pagar
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
ini merupakan perwujudan janji layanan dan
paket program KINERJA-USAID berfokus
rekomendasi yang dibuat sekolah melalui survei
pada perbaikan tata kelola Pemerintahan
pengaduan, “ ungkap Herkulanus Mundit, Kepala
(Governance), yang mendorong terwujudnya
Sekolah SD Negeri 05 Sekaruh. Sementara di
penyampaian pelayanan publik yang lebih baik.
SDN 08 Poring, Kabupaten Melawi, sekolah juga
Salah satu unsur tata kelola pemerintahan
menyatakan penyediaan pagar sekolah merupakan
yang baik adalah terlaksananya prinsip-prinsip
salah satu janji perbaikan sekolah tersebut. Setelah
keterbukaan, partisipasi serta akuntabilitas.
melalui diskusi dan komunikasi yang baik dengan orang tua dan komite sekolah, disepakati setiap
Dalam usaha untuk mendorong, mempromosikan
orang tua siswa wajib menyumbang 10 batako atau
serta mendukung keterbukaan, partisipasi serta
setara dengan Rp.15.000, (lima belas ribu rupiah).
akuntabilitas tersebut, maka KINERJA-USAID mendorong bagaimana media berperan di dalam
2. Peran Jurnalis Warga Jurnalisme warga (bahasa Inggris: citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita pada masa mendatang. Perkembangannya di Indonesia dipicu ketika pada tahun 2004 terjadi tragedi Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh korban tsunami. Terbukti berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis professional (Wikipedia, 2012). KINERJA-USAID adalah program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID-Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan inerja pelayanan publik pada sektor pendidikan, kesehatan dan perijinan usaha. Pendekatan dalam pelaksanaan
www.kinerja.or.id
upaya perbaikan pelayanan publik, melalui mengangkat isu-isu kritis, peningkatan suara publik, maupun perluasan konten media ke berbagai platform media yang lain. Di samping itu yang tidak kalah penting adalah kualitas konten media itu sendiri melalui peningkatan kualitas jurnalistik, produksi konten serta pertautan konten dengan upaya-upaya USAIDKINERJA di masing-masing sektor. Media massa mampu menyebarluaskan gagasan warga, sekaligus menenggelamkan aspirasi warga dengan pemberitaan yang berkutat pada aktivitas elit. Bukan rahasia lagi, selama ini warga seringkali ditempatkan pada posisi objek pemberitaan oleh media massa arus utama. Akibatnya, hasil-hasil pemberitaan media massa lebih mewakili cara pandang elit dibanding cara pandang warga. Jurnalisme warga muncul sebagai gerakan atau cara pandang pewartaan baru yang menempatkan warga sebagai subjek dan objek pemberitaan. Warga bisa berperan dalam memproduksi berita, baik berupa teks, foto, suara, dan gambar bergerak.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
131
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Lebih dari itu, pewartaan warga menggeser
mengangkat informasi-informasi penting dari
perilaku dalam bermedia. Hasilnya, pembaca
lapangan terkait upaya-upaya advokasi yang sedang
mendapatkan informasi dari sudut pandang warga
terjadi. Sebelum ini telah diupayakan identifikasi
sendiri.
calon jurnalis warga yang berasal dari berbagai latar belakang, isu serta kepentingan. Ketertarikan dan
Secara definitif, jurnalisme warga adalah
minat calon jurnalis warga yang telah diidentifikasi
warga biasa yang menyebarluaskan informasi
ini terhadap upaya-upaya yang tengah dilakukan
di lingkungannya dengan memperhatikan kaidah-
oleh KINERJA USAID ini perlu dijembatani dengan
kaidah dalam dunia pewartaan. Kegiatan jurnalisme
berbagai peningkatan kapasitas, termasuk pelatihan
warga tetap mengacu pada tatacara dan prosedur
yang akan diselenggarakan.
pewartaan yang diatur dalam Undang-undang No.40/1999 tentang Pers. Dengan kata lain, jurnalisme warga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan jurnalisme umum di depan hukum. Permasalahan utama dalam jurnalisme warga adalah rendahnya kemampuan para jurnalisnya. Pelatihan ini merupakan usaha serius Kinerja bersama Puskakom untuk mendorong kerja jurnalis warga ke arah yang lebih baik. Pewartaan warga merupakan salah satu bentuk nyata dari konsep deliberatif demokrasi yang menempatkan warga dalam posisi penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
MBS versi USAID-KINERJA dipraktekkan untuk 20 sekolah di Kota Probolinggo sejak Juni 2011 (Solekhan & Baiduri 2012). 20 sekolah mitra tersebut dipilih dari daerah selatan Kota Probolinggo yang terhitung sebagai daerah dengan kondisi pinggiran dan terbelakang. Praktik MBS di Kota Probolinggo diinisiasi untuk menjadi model agar bisa dijadikan referensi dan inspirasi bagi daerah lain. Dorongan
bernegara.
replikasi dilakukan untuk bisa diimplementasikan di
Untuk itu, KINERJA USAID memandang penting
dalam pertemuan strategis pemerintah kabupaten/
mendorong lahirnya jurnalis warga yang memiliki peran lebih spesifik di dalam mengangkat berbagai isu-isu serta fenomena yang di dasarkan pada fakta yang tidak selalu bersifat mainstream. Pada banyak kasus yang terjadi di tanah air, jurnalis warga saat ini telah banyak berkontribusi untuk mendorong upayaupaya penegakan kebenaran, penggalian fakta yang belum muncul di dalam media mainstream ataupun membantu
132
3. Dukungan Stakeholder Tingkat Kabupaten Kota
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
daerah lain. Praktik ini sedianya akan dipromosikan kota di Jawa Timur. MBS berorientasi pelayanan public menjadi judul dari program MBS di Kota Probolinggo. USAIDKINERJA bermitra dengan OMP terpilih bernama LPKP (Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pendidikan) untuk mengimplementasikan desain program yang telah disusun sebelumnya. Secara mendasar aktivitas program berlandaskan tujuan
www.kinerja.or.id
untuk meningkatkan kualitas tata kelola sekolah
Selanjutnya berdasarkan dengan SK tersebut,
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dasar.
untuk memperjelas penunjukan tim pelaksana dan sekolah dampingan selama proses implementasi
Implementasi MBS mendapat dukungan dari
MBS, Kepala Dinas Pendidikan mengeluarkan surat
kepala daerah dengan diterbitkannya SK
keputusan tentang pembentukan Pokja dan Surat
Walikota No.188.45/281/KEP/425.012/2011
keputusan tentang pemilihan terhadap 20 sekolah
tentang pembentukan Tim Teknis Pendampingan.
mitra MBS.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
133
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
KATEGORI PARTISIPASI 1. Partisipasi bebas (spontan dan akibat penyuluhan) 2. Partisipasi paksaan sebagai konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan setempat.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN 1. Partisipasi buah pikiran. 2. Partisipasi keterampilan. 3. Partisipasi tenaga. 4. Partisipasi harta benda, dan 5. Partisipasi uang.
134
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
STRATEGI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI 1. Membuat rancangan kebijakan, 2. Menginformasikan rancangan itu ke masyarakat yang akan terlibat, 3. Mengumpulkan tanggapan masyarakat tentang isi rancangan kebijakan, 4. Memadukan pendapat masyarakat dengan rancangan kebijakan, 5. Membuat kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
135
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
136
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah
www.kinerja.or.id
66
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
137
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah
BAHAN BACAAN: SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH A. PENDAHULUAN Sejalan dengan reformasi, otonomi sekolah melalui MBS telah berlangsung sekitar limabelas tahun dan berbagai usaha dan inovasi telah dilakukan untuk mencari model yang lebih efektif dalam mewujudkan tata kelola sekolah yang baik. Di lingkungan sekolah telah dilakukan sejumlah inisiatif untuk membentuk tatakelola sekolah yang semakin memenuhi tuntutan masyarakat. Pembentukan komite sekolah merupakan salah satu inisiatif tersebut.
..... peserta menguasai pengaduan masyarakat mengenai pelayanan publik di sekolah.
Tatakelola sekolah yang baik adalah konsep pengelolaan sekolah yang menekankan pada pelibatan unsur pemerintah, sekolah, dan masyarakat secara proporsional sebagai tiga pilar utama. Konsep ini merupakan dasar bahwa siapa pun yang berperan dan peran apapun yang dijalankan dalam penyelenggaraan sekolah dituntut untuk lebih berorientasi ke pelayanan publik yang semakin baik. Dengan kata lain, tidak ada tatakelola sekolah yang dapat disebut lebih atau semakin baik jika tidak ada bukti bahwa pelayanan publik semakin baik dan semakin bermutu. Penerapan prinsip tatakelola sekolah yang baik tidak lagi dipandang sebagai keharusan karena ada
138
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
desakan tetapi sudah ditempatkan sebagai suatu
pengaduan, menyusun rencana tindak lanjut, dan
kebutuhan untuk mempertahankan keberadaannya.
melaksanakan tindak lanjut hasil survei tersebut.
Tanpa penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang baik setiap sekolah dipastikan akan terancam
Ada beberapa peraturan perundangan yang secara
keberadaan dan keberlanjutannya.
langsung dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan tatakelola sekolah dan survei pengaduan, yakni:
Di unit pelayanan publik seperti sekolah, peningkatan kualitas pelayanan publik adalah titik penting sebagai muara keseluruhan reformasi pendidikan di Indonesia. Hal ini beralasan oleh karena kualitas pelayanan yang diselenggarakan oleh sekolah sampai saat ini masih sangat memprihatinkan. Begitu banyak pengaduan (keluhan) atau pernyataan ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan sekolah. Karena itu, kinerja pelayanan publik menjadi titik strategis di mana kepercayaan masyarakat secara luas kepada sekolah dipertaruhkan. Saat ini pengaduan masyarakat terhadap pelayanan sekolah belum dikelola dengan baik sehingga
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. b. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/ KEP/M.PAN/7/2003 (memperbaiki keputusan sebelumnya) tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. c. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26/ KEP/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik. d. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
penanganan pengaduan tersebut menjadi tidak
Aparatur Negara Nomor PER/20/M.
sistematis, efisien, efektif, dan bahkan tidak
PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan
ditangani sama sekali. Akibatnya, pengaduan yang
Standar Pelayanan Publik.
sama berlangsung terus menerus dan karena tidak ditindaklanjuti maka masyarakat menjadi bosan dan bersikap apatis. Tatakelola dan pelayanan sekolah menjadi tidak berkembang. Salah satu tahapan awal dalam pengelolaan pengaduan masyarakat adalah dengan mengkoordinir pengaduan melalui survei pengaduan. Selanjutnya berdasarkan hasil survei tersebut dibuat indeks pengaduan masyarakat (IPM) sesuai dengan jumlah masing-masing jenis
www.kinerja.or.id
e. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat. Peraturan perundangan tersebut merupakan kebijakan unit pelayanan publik di semua sektor, termasuk sekolah. Kebijakan ini menjadi dasar bagi sekolah untuk melakukan upaya nyata dalam mereformasi pelayanannya. Berdasarkan itu berbagai perubahan pendekatan, metode
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
139
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
dan instrumen (alat bantu) untuk meningkatkan
survei. Tim ini terdiri dari pihak sekolah
kualitas pelayanan publik telah dikembangkan
(kepala sekolah, guru, dan staf administrasi)
dan digunakan. Salah satu instrumen tersebut
dan masyarakat pengguna pelayanan yang
adalah Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) yang
dapat diwakili oleh anggota komite sekolah.
didasarkan pada hasil survei pengaduan.
Anggota tim ini nantinya akan bertindak sebagai pengumpul data atau pewawancara masyarakat pengguna pelayanan untuk
B. PROSES SURVEI PENGADUAN
mengkonfirmasi pernyataan pengaduan yang ada di dalam kuesioner.
Survei pengaduan merupakan tahapan penting dalam penanganan pengaduan masyarakat terhadap pelayanan sekolah. Proses survei pengaduan sudah diatur dalam Permenpan Nomor
1.2. Penggandaan kuesioner
Langkah kedua terkait dengan persiapan survei ini adalah penggandaan kuesioner.
13/2009 sebagai berikut:
Sebelum waktu pelaksanaan survei, Tim pelaksana survei harus segera
1. Persiapan Survei Pengaduan Masyarakat
Dalam tahap persiapan ini masyarakat sebagai pengguna pelayanan diminta untuk berpartisipasi dalam perbaikan pelayanan yang diselenggarakan oleh sekolah. Tujuan dari
menggandakan kuesioner sejumlah responden yang ditargetkan.
1.3. Pembagian wilayah dan strategi kerja
Untuk memudahkan tim dalam
survei adalah untuk mengkonfirmasi pernyataan
melaksanakan survei, maka perlu dilakukan
pengaduan yang ada di kuesioner kepada
pembagian wilayah kerja bagi anggota tim.
sebanyak mungkin responden. Terkait dengan
Pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk
persiapan survei, hal yang terpenting adalah
mempermudah tim dalam menjangkau
bahwa petugas survei siap untuk melaksanakan
responden yang telah ditargetkan. Selain itu
survei dengan benar dan pengumuman tentang
juga untuk menghindari terjadinya dua kali
pelaksanaan survei telah sampai kepada
atau lebih survei kepada responden yang
seluruh pengguna pelayanan. Adapun langkah-
sama.
langkah persiapan yang harus dilaksanakan adalah:
Selain itu terkait dengan pembagian wilayah kerja ini maka perlu dipersiapkan pula
1.1. Penyiapan tim pelaksana survei
Kesiapan tim pelaksana survey merupakan prasyarat yang harus dipenuhi sebelum
140
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
strategi dalam menjangkau responden. Kegiatan survei yang dilaksanakan ini hanya akan dapat berjalan dengan sukses apabila
www.kinerja.or.id
dapat menjangkau sebanyak-banyaknya
telah memiliki data periodik tentang jumlah
responden. Paling tidak, jumlah responden
pengguna layanan (bulanan, kwartal
sesuai dengan jumlah minimal dari yang
atau tahunan). Berdasarkan data jumlah
ditargetkan.
rata-rata pengguna pelayanan tersebut, jumlah responden minimum yang harus
Beberapa strategi yang perlu dilakukan
dijangkau selama pelaksanaan survei
adalah:
dapat ditentukan. Sebaiknya, survei dapat menjangkau responden paling sedikit 80%
• Memperluas survei di luar sekolah.
dari jumlah pengguna yang ada.
Artinya, survei tidak hanya lakukan di sekolah, tetapi juga secara lebih luas ke tempat-tempat strategis lainnya di sekitar
kepada masyarakat pengguna pelayanan
tempat tinggal orangtua siswa.
tidak perlu mencantumkan identitas
• Melaksanakan survei dalam kelompok,
respondennya atau harus anonim.
yakni menjangkau responden tidak
Anonimitas responden dalam pelaksanaan
secara individu melainkan dalam
survei ini dimaksudkan agar kepercayaan
kelompok besar. Hal ini dapat
dan keberanian dari setiap anggota
menghemat waktu maupun tenaga serta
masyarakat dalam mengungkapkan
mempermudah tim untuk menjangkau
apa yang mereka nilai terhadap kinerja
responden sebanyak-banyaknya.
organisasi penyelenggara pelayanan yang disurvei dapat terjaga. Terlebih lagi
• Komunikasi dan koordinasi diantara
oleh karena metode peningkatan kualitas
anggota tim. Survei tidak akan dapat
pelayanan publik ini mengedepankan
berjalan dengan baik apabila antar
partisipasi masyarakat secara terbuka,
anggota tim tidak ada komunikasi dan
sedangkan karakteristik masyarakat
koordinasi yang baik. Komunikasi dan
di sebagian besar daerah di Indonesia
koordinasi yang baik akan mempermudah
adalah masih sulit dan kurang berani untuk
tim untuk mengontrol jalannya survei dan
mengungkapkan pendapatnya secara
juga dalam melakukan rekapitulasi hasil
terbuka. Oleh karena itu, faktor anonimitas
survei.
responden menjadi penekanan yang diperlukan dalam pelaksanaan survei ini.
1.4. Penetapan jumlah responden
Selanjutnya, kuesioner yang dibagikan
Kuesioner yang disebarkan sebaiknya disesuaikan dengan jumlah masyarakat pengguna pelayanan, dalam hal ini siswa dan orangtua siswa. Tiap sekolah biasanya
www.kinerja.or.id
Contoh perhitungan jumlah responden minimum (kuesioner): misalnya jumlah pengguna pelayanan suatu sekolah penyelenggara pelayanan setiap tahun
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
141
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
adalah 12.000, yang terdiri dari 1.000
terjangkau secara luas. Jenis media publikasi yang
responden setiap bulan atau 500 responden
dapat digunakan:
selama periode dua minggu. Jika survei akan dilakukan selama dua minggu, maka setidaknya survei menjangkau 80%, yaitu 400 responden.
a. Poster, brosur, pamflet. b. Spanduk c. Baliho d. Media cetak (koran lokal)
1.5. Penyiapan alat bantu
e. Papan informasi
Alat bantu sangat diperlukan dalam pelaksanaan
g. Televisi
f. Radio
survei karena berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan survei. Untuk itu, sebelum dimulainya survei, maka alat-alat bantu yang terkait dengan kegiatan survei ini harus dipastikan ketersediannya. Daftar perlengkapan/fasilitas dan bahan–bahan yang harus disediakan:
1.7. Pengarahan kepada tim pelaksana survei Surveyor sebagai garda depan dari kegiatan survei perlu dibekali dengan pemahaman yang jelas dan benar mengenai mekanisme pelaksanaan
a. Kuesioner pengaduan,
survei serta maksud dan tujuannya. Untuk itu perlu
b. Tabel rekapitulasi hasil survei,
dilakukan pengarahan terkait dengan mekansime
c. Tabel rekapitulasi harian,
tersebut. Hal-hal yang perlu dipahami oleh surveyor
d. Kotak pengaduan,
antara lain adalah:
e. Penyimpan data (folder, filing cabinets), f. Papan informasi, g. Meja informasi, kursi, h. Poster, brosur, pamflet, i. Spanduk, j. Alat tulis.
1.6. Publikasi
a. Bagaimana menjangkau responden b. Bagaimana menjelaskan maksud dari kegiatan survei kepada responden c. Tujuan yang ingin dicapai dari survei d. Cara merekapitulasi hasil survei (rekapitulasi hasil survei dan rekapitulasi harian) f. Etika perilaku dalam mewawancara responden
Keberhasilan kegiatan survei ini ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat pengguna pelayanan dalam mengisi kuesioner yang telah disediakan. Untuk itu informasi dan sosialisasi terkait dengan pelaksanaan survei ini tentulah harus dilaksanakan melalui publikasi yang baik, jelas dan informatif serta
142
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
1.8. Penetapan teknik survei Survei yang dilaksanakan dalam metode ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan metode survei pada umumnya, yaitu:
www.kinerja.or.id
•
Sebagai wadah immediate action, yaitu bentuk kegiatan yang dibutuhkan hasilnya secara cepat dan segera. Hal ini terkait dengan upaya
2.1. Wawancara
Survei dilaksanakan sekolah dan di pertemuanpertemuan atau kegiatan lainnya yang sedang
perbaikan yang harus segera dilaksanakan oleh
berlangsung sepanjang periode waktu yang
organisasi penyelenggara pelayanan. •
telah ditentukan. Misalnya, di sekolah ketika
Sebagai sebuah riset yang berbasiskan
para siswa menerima pelajaran pada jam
participatory (participatory research). Hal
terakhir. Survei bisa juga di luar jam pelajaran
ini dikarenakan metode ini melibatkan
untuk responden orangtua siswa di rumah
unsur masyarakat baik sebagai responden
masing-masing responden atau di tempat para
maupun dalam tim yang melaksanakan survei
orangtua biasanya berkumpul, misalnya di
sehingga dibutuhkan suatu model survei yang
tempat ibadah atau kelompok-kelompok arisan.
sesederhana mungkin.
Tim menunjukkan kuesioner dan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan
Tahapan wawancara responden dalam pelak
survei selanjutnya tim meminta reponden untuk
sanaan survei pengaduan masyarakat, yaitu:
mencontreng pada kolom ‘YA’
a. Melakukan wawancara atas pernyataan
a mereka
mempunyai pengalaman, mengetahui atau
pengaduan yang ada di kuesioner dengan
pernah mendengar kejadian seperti yang
mempertanyakan apakah responden yang
tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan
bersangkutan mempunyai pengalaman, pernah
pada lembar kuesioner tersebut. Untuk
melihat atau mendengar tentang hal-hal yang
menghindari kekuatiran atas ketidakmampuan
tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan.
responden dalam mengisi kuesioner (misalnya buta huruf, hanya dapat berbahasa daerah,
b. Meminta responden untuk memberikan tanda contreng (√) secara langsung pada kolom ‘YA’
lanjut usia, dan sebagainya), tim dapat memberi
tentang pernyataan pengaduan yang mereka
penjelasan tentang masing-masing pernyataan
anggap sesuai dengan kondisi mereka, artinya
pengaduan dengan tidak mengarahkan jawaban
mereka pernah alami, rasakan, lihat atau dengar
responden, bahkan jika responden
terkait dengan pelayanan.
memiliki keterbatasan maka tim juga dapat membantu mengiisikan jawaban responden.
2. Pelaksanaan Survei Pengaduan Masyarakat
Hal-hal yang harus diingat selama survei adalah sebagai berikut:
Semakin banyak responden yang dijangkau
•
Jangan bersikap otoriter,
berarti semakin besar dukungan untuk
•
Bersikaplah ramah dan menolong,
melakukan perubahan.
•
Yakinkan responden bahwa mereka tidak perlu takut akan ada tekanan,
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
143
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
•
Jangan memerintah responden,
sejak hari pertama survei sampai hari
•
Pastikan kerahasiaan dan kepercayaan
terakhir pelaksanaan survei. Rekapitulasi
selama survei,
hasil survei ini dilakukan dengan cara
Bantu responden yang mengalami kesulitan
memberikan tanda turus (I) dalam kolom
dalam membaca dan menulis,
jumlah responden sesuai dengan pernyataan
Jelaskan pernyataan pengaduan dengan
pengaduan yang dicontreng oleh responden.
menggunakan kata-kata sederhana dan
Selanjutnya tanda turus tersebut dijumlahkan
jikaperlu gunakan bahasa daerah setempat,
dan hasil penjumlahannya dicantumkan
Jangan menolak memberikan bantuan
pada kolom jumlah.
• •
•
bahkan jika bantuan yang diminta tak berkaitan langsung dengan survei.
Rekapitulasi Harian (a) selanjutnya dimasukkan ke dalam Tabel Rekapitulasi
2.2. Rekapitulasi
Jumlah yang tercantum pada Tabel
Hasil Survei (b), sehingga akan diketahui
Setelah kuesioner disebarkan kepada
jumlah responden yang mengadu
responden, tim harus melakukan rekapitulasi
untuk masing-masing pernyataan pengaduan
terhadap kuesioner yang masuk. Rekapitulasi
pada tanggal yang sesuai dengan
ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
pelaksanaan survei.
a) Rekapitulasi harian. Penghitungan yang dilakukan setiap hari terhadap keseluruhan kuesioner yang masuk pada hariitu. Rekapitulasi harian ini menjadi kendali bagi tim terhadap pelaksanaan survei setiap harinya. Dari rekapitulasi harian ini dapat diketahui berapa jumlah kuesioner yang masuk dan berapa responden yang mengkonfirmasi masing-masing pernyataan pengaduan. b) Rekapitulasi akhir hasil survei. Penghitungan dari keseluruhan kuesioner yang masuk setiap harinya. Rekapitulasi total ini akandipublikasikan secara terbuka pada papan informasi untuk diketahui oleh masyarakat pengguna pelayanan
Sedangkan pada kolom total diisi dengan jumlah responden yang mengadukan masing-masing pernyataan pengaduan mulai hari ke-1 sampai hari terakhir pelaksanaan survei. Mekanisme rekapitulasi hasil survei ini dilakukan dengan menghadirkan minimal perwakilan dari setiap unsur tim, artinya ada perwakilan dari sekolah maupun masyarakat pengguna pelayanan (komite sekolah/tokoh masyarakat). Jadi setiap harinya, semua unsur yang terlibatdalam pelaksanaan survei perlu duduk bersama dan melakukan rekapitulasi secara bersama. Halini dimaksudkan untuk menjaga objektifitas, transparansi dan kepercayaan masyarakat atas pengolahan data maupun hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan survei ini. Kuesioner yang sudah
144
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
direkapitulasi diberi tanda dan dipisahkan
di sekolah”merupakan yang paling banyak
dari kuesioner yang belum direkapitulasi
(disampaikan oleh 300 orang) diikuti oleh
dengan tujuan untuk menghindari
keluhan tentang masalah “belum cukup
rekapitulasi ganda. Caranya adalah
tersedianya buku paket” (290 orang).
dengan memberi tanda contreng pada kolom label yang berbunyi “Sudah Direkapitulasi”.
Untuk kemudian disimpan di folder arsip.
Hasil pemilahan pengaduan menunjukkan bahwa ada 29 masalah yang perlu ditindaklanjuti oleh sekolah dan 4 masalah yang
2.3. Penyusunan Indeks Pengaduan Masyarakat
Berdasarkan jumlah total pada tabel rekapitulasi harian maka disusun Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM). Pernyataan pengaduan diurutkan berdasarkan
direkomendasikan oleh sekolah kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti oleh.
Pengaduan yang ditindaklanjuto oleh sekolah: 1. Belum adanya tim pelayanan keluhan masyarakat di sekolah
jumlah responden yang menyampaikan
2. Belum cukup tersedianya buku paket
pengaduan. Pernyataan pengaduan dengan
3. Buku TIK dan IPS kurang
jumlah responden yang menyampaikan
4. Tidak tersedia kantin sehat di sekolah
pengaduan tertinggi akan menjadi peringkat
5. Air bersih kurang
pertama. Pengaduan peringkat pertama
6. Ruang UKS tidak layak
ditempatkan paling atas, menyusul dibawahnya
7. Perpustakaan sering tutup
adalah pengaduan peringkat 2, demikian
8. Ada pungutan biaya untuk kebersihan
seterusnya secara berurut sesuai peringkatnya.
9. Buku perpustakaan tidak lengkap dan tidak
Selanjutnya tabel ini secara manual atau dengan
rapi
operasi komputer sederhana dibuat dalam
10. Siswa harus memfotocopy buku paket
bentuk diagram batang sehingga menjadi sebuah
11. Belum ada sa nksi terhadap kepala sekolah
Indeks Pengaduan Masyarakat.
dan guru yang tidak disiplin 12. Guru kurang mengawasi siswa
Contohnya IPM hasil survei pengaduan di
13. Kegiatan ekstrakurikuler jarang
SMP Negeri 1 Bandar di Kabupaten Bener
14. Guru pilih kasih dalam memberi nilai rapor
Meriah, Aceh (Diagram 1) yang melibatkan 306
15. Pertemuan dengan orangtua siswa jarang
responden dengan perincian 153 siswa dan
16. Guru piket kurang disiplin
153 orangtua/wali siswa. Indeks di sekolah
17. Masih ada guru yang memberi hukuman
tersebut menunjukkan bahwa dari 33 jenis
fisik dan mental
pengaduan pengaduan masyarakat yang
18. Kepala sekolah tidak transparan
disampaikan, pengaduan tentang ‘belum
19. Guru kurang menguasai materi pelajaran
adanya tim pelayanan keluhan masyarakat
20. Guru kurang disiplin dalam mengajar
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
145
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
27. Sekolah kurang bersih dan kurang nyaman
21. Tidak melibatkan komite sekolah dalam
28. Sekolah tidak memiliki pagar
penyusunan RKS dan RKAS
29. Sekolah tidak memiliki majalah dinding yang
22. Metoda mengajar guru tidak efektif dan tidak
layak
menyenangkan 23. Materi yang diajarkan tidak sesuai dengan yang diuji 24. Guru tidak memeriksa pekerjaan rumah siswa 25. Sekolah jarang memperingati hari-hari besar Islam 26. Tugas rumah jarang diberikan pada siswa
146
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Pengaduan yang direkomendasikan kepada Dinas Pendidikan: 1. Jumlah ruang kelas kurang 2. WC tidak layak pakai 3. Laboratorium IPA dan Bahasa tidak ada 4. LKS tidak tersedia
www.kinerja.or.id
Grafik 1. Contoh Indeks Pengaduan Masyarakat
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
147
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
2.4. Publikasi Indeks Pengaduan Masyarakat
2.5. Pengarsipan kuesioner
Kuesioner yang telah selesai direkapitulasi harus Indeks Pengaduan Masyarakat harus sesegera
diarsipkan sebagai bukti atas pelaksanaan survei
mungkin diberitahukan (diumpanbalikkan)
ini.Sistem pengarsipan harus dibuat sesederhana
kepada masyarakat pengguna pelayanan setelah
mungkin dengan menggunakan satu atau
survei selesai. Publikasi IPM ini dapat disajikan
beberapa folder. Pengarsipan ini dapat dilakukan
dalam bentuk
berdasarkan siswa, orangtua/wali muris, dan jenis
Masyarakat dalam ukuran (120 x 60 cm) dan
kelamin responden, dan sebagainya.
dipasang dipapan informasi di sekolah. Selain itu informasikan juga hasil survei kepada masyarakat secara lebih luas melalui media cetak dan elektronik setempat bekerjasama dengan jurnalis warga.
3. Pertemuan Analisis Masalah dan Penyebabnya
Informasi dan pesan yang harus termuat dalam
Hasil akhir survei pengaduan masyarakat
poster publikasi hasil survei “IndeksPengaduan
berupa Indeks Pengaduan Masyarakat menjadi
Masyarakat” adalah:
dasar untuk analisis dan perumusan tindakan nyata perbaikan pelayanan. Penting disadari
a. Judul poster
lagi bahwa tujuan akhir penggunaan metode
b. Nama organisasi penyelenggara pelayanan dan
ini bukanlah pada pelaksanaan hasil survei
kantor cabangnya
pengaduan masyarakat semata,tetapi pada
c. Periode survei
rumusan tindak-tindak nyata yang segera harus
d. Hasil survei dalam bentuk diagram batang
dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan
termasuk jumlah (tidak dalam persen) responden
untuk memperbaiki pelayanan sebagai tanggapan
di setiap pernyataan pengaduan
atas pengaduan masyarakat itu. Dengan demikian
e. Jumlah responden yang terjaring
sasaran akhir adalah tindakan nyata perbaikan
f. Ucapan terimakasih kepada responden yang
pelayanan.
sudah berpartisipasi g. Rencana tindak lanjut
Survei pengaduan masyarakat akan memberi
h. Himbauan untuk terus menyampaikan
hasil berupa pengetahuan tentang sejumlah
pengaduan terkait pelayanan
keadaan (masalah) terkait dengan kinerja pelayanan
organisasi penyelenggara pelayanan terkait
yang dinyatakan dalam bentuk negatif. Sesuatu
i. Tanda tangan kepala organisasi
yangtidak diinginkan oleh masyarakat pengguna
penyelenggara pelayanan dan stempel
pelayanan. Sampai titik itu yang diperoleh
organisasi penyelenggara pelayanan
barulah gambaran kondisi pelayanan saat ini (baseline data) menurut persepsi masyarakat
148
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
pengguna pelayanan, yakni siswa dan orangtua/
kebanyakan orang cenderung tidak melakukan apa-
wali siswa.
apa jika menghadapi terlalu banyak masalah.
Berhenti hanya sampai pengetahuan tentang
Karena itu, perhatian utama bukanlah untuk
kondisi pelayanan saat ini, baik itu berupa Indeks
melakukan analisis secara mendalam tetapi yang
Pengaduan Masyarakat tidak akan memberi arti
lebih penting adalah menemukan tindakan nyata
apa-apa terutama bagi masyarakat pengguna
perbaikanyang sesegera mungkin dapat dimulai;
pelayanan. IPM hanya akan mempunyai arti jika
sekalipun tindakan itu nampak sangat sederhana.
pengetahuan tentang situasi kinerja pelayanan
Analisis masalah penyebab pengaduan dapat
ditindaklanjuti dengan analisis yang cermat terhadap
dilakukan pada suatu pertemuan yang dihadiri oleh
penyebab terjadinya kondisi tersebut dan mencari
para penyelenggara sekolah, komite sekolah, dan
solusi yang logis (pemecahan masalah) untuk
wakil-wakil dari masyarakat pengguna pelayanan
kemudian dilaksanakan sebagai tindak nyata untuk
(siswa dan orangtua/wali siswa). Pertemuan ini
memperbaiki keadaan.
menjadi sarana latihan bagi para peserta kedua belah pihak (penyedia dan pengguna pelayanan)
Hampir di semua kasus berdasarkan pengalaman,
untuk menganalisis masalah-masalah pelayanan
tindakan nyata perbaikan pelayanan tidak
secara sederhana dan cepat tetapi metodologis.
cukup jika hanya dilakukan oleh para pelaksana pelayanan publik di unit pelayanan tetapi selalu
Masyarakat pengguna pelayanan sering
memerlukan tindakan simultan yang harus dilakukan
beranggapan bahwa kualitas pelayanan yang
oleh para penyelenggara dan penanggungjawab
buruk hanyalah tanggungjawab para pelaksana
pelayanan publik bidang pendidikan di tingkat lebih
pelayanan publik di unit pelayanan, sehingga
tingggi, yakni Dinas Pendidikan.Hal ini disebabkan
semua keluhan (pengaduan) ditimpakan kepada
karena masalah yang menjadi penyebab pengaduan
mereka. Selama pertemuan, pengguna pelayanan
dapat berkaitan dengan tanggungjawab pihak-pihak
akan menemukan fakta bahwa ada pihak-pihak lain
terkait di luar wewenang sekolah.
yang harus ikut bertanggung jawab. Bahkan sering kali tugas dan tanggung jawab pihak lain di luar
Sebelum memutuskan perubahan apa yang
para pelaksana di unit pelayanan itu lebih besar
perlu dilakukan, analisis masalah penyebab
danl ebih menentukan upaya dan keberhasilan
harusdilakukan secara cermat. Untuk menganalisis
untuk mencapai perbaikan.
masalah penyebab pengaduan, digunakan moto “Kerjakan Ini dengan Singkat dan Sederhana
Para pelaksana pelayanan pendidikan di sekolah
(KISS)”. Pertimbangan untuk menggunakan moto ini
memang sebagai salah satu sumbermasalah
adalah bahwa untuk memulai perubahan sangatlah
penyebab buruknya kinerja pelayanan dan pada
tidak memberi semangat jika terlihat begitu
saat yang sama mereka seringkali menjadi “korban”
banyak masalah yang harus diselesaikan. Bahkan
dari kurangnya dukungan dari petugas dan satuan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
149
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
kerja di atasnya atau korban dari keputusan dan
penggunaan metode ini dikerjasamakan dengan
kebijakan yang kurang tepat.
pihak lain yang menyediakanasistensi teknis dan fasilitator tambahan dari luar, maka secara bersama
Jika kedua pihak (penyedia dan pengguna
tim fasilitator ini melakukan persiapan tersebut.
pelayanan) sama-sama memahami situasi
Uraian berikut ini adalah bagaimana mempersiapkan
nyata seperti diuraikan di atas, maka akan timbul
dan melaksanakan Pertemuan Analisis
solidaritas para pengguna pelayanan kepada
Masalah Penyebab Pengaduan sebagaimana
para pelaksana pelayanan. Solidaritas demikian
dimaksud oleh rangkaian proses dan metode yang
sangat penting dimanfaatkan secara positif bukan
diuraikan di dalam modul ini.
untuk melakukan konfrontasi kepada pihak lain tetapi untuk saling bahu-membahu menyelesaikan masalah bersama. Sering sekali ditemukan bahwa permintaan dukungan untuk perbaikan yang diajukan oleh masing-masing sekolah tidak memperoleh perhatian yang cukup. Tetapi jika tuntutan akan perbaikan pelayanan yang diajukan oleh ratusan bahkan ribuan orang masyarakat pengguna pelayanan melalui pengaduan yang mereka ajukan secara kolektif, sangat mungkin akan lebih mendapat perhatian sehingga mendorong perubahan sikap para atasan dan pengambil keputusan atau penyelenggara dan penanggungjawab pelayanan publik di tingkat kabupaten/kota atau provinsi, bahkan nasional. Pengaruh dukungan publik (masyarakat pengguna pelayanan) ini dapat ditingkatkan lagi dengan pemberitaan(pelibatan media massa), publikasi dan/atau komunikasi publik yang efektif tentang situasi yang memerlukan tindakan nyata perbaikan itu. Tim pelaksana survei yang pada hakikatnya berfungsi sebagai fasilitator prosespelaksanaan pertemuan haruslah menyiapkan dan memfasilitasi proses pelaksanaan lokakarya inidengan baik. Jika
150
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
3. 1. Persiapan Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan Untuk mempersiapkan pelaksanaan Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan (denganatau tanpa bantuan teknis dari fasilitator dari luar) tugas-tugas penting di bawah ini harus dilakukan oleh tim pelaksana survei, yaitu: a. Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaanpertemuan. b. Menentukan peserta pertemuan yang harus diundang (80% dari penyedia pelayanan dan 20%dari pengguna pelayanan). Siapkan dan kirim undangan kepada para calon peserta. Pastikan bahwa peserta dari pihak penyedia pelayanan (sekolah) adalah terutama dari bagian/unit-unit yang disorot dalam Indeks Pengaduan Masyarakat dan sertakan Tim Pelaksana Survei dari organisasi penyelenggara pelayanan yang bersangkutan. c. Memastikan kehadiran fasilitator dari luar jika proses dilakukan dengan kerjasama dengan pihak luar. d. Mempelajari Indeks Pengaduan Masyarakat (hasil survei pengaduan masyarakat)
www.kinerja.or.id
dan merencanakan cara menganalisisnya:
pertemuan adalah bagian dari masalah itu.
menyiapkan rencana pembagian kelompok
Buang jauh-jauh kecenderungan lebih dahulu
kerja peserta pertemuandan pembagian
menyalahkan orang lain dan kecenderungan
tugas pembahasan kepada masing-masing
meletakkan masalah pada kurangnya fasilitas dan
kelompok kerja serta fasilitator masing-masing
anggaran. Hanya dengan demikian pertemuan dapat
kelompok kerja.
fokus pada pemecahan masalah.
e. Memastikan bahwa informasi tentang rencana pelaksanaan pertemuan dikomunikasikan
a) Tujuan Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan
secara efektif kepada pimpinan dan memastikan adanya dukungan. f. Mempersiapkan ruangan dan fasilitas yang
yaitu: Indeks Pengaduan Masyarakat
diperlukan tersedia dan berfungsi serta
sudah disampaikan lebih dahulu kepada para
mengaturnya sedemikian rupa sehingga
pimpinan dan sudah dipublikasikan sebelum
mobilitas peserta selama proses pertemuan
pelaksanaan Pertemuan Analisis Masalah
tidak terhambat.
Penyebab Pengaduan. Ini bermaksud agar
g. Mempersiapkan alat bantu kerja yang tersedia
semua pihak memberi perhatian terhadap
di sekolah: papan tancap (pinboard), laptop,
masalah yang terjadi dan mendukung
alat untuk mendokumentasikan lokakarya,
pelaksanaan pertemuan tersebut.
matriks/tabel, metaplan, spidol, pushpin, poster Indeks Pengaduan Masyarakat, pernyataanpernyataan pengaduan tertulis dalam metaplan, daftar hadir peserta. h. Menyusun acara, skenario pertemuandan pembagian tugas panitia pengorganisasi/ organizer (notulen, pembawa acara jika ada acara yang bersifat protokoler). i. Memberi informasi tentang pertemuan kepada publik dengan menggunakan media spanduk/ surat kabar/harian setempat/radio/poster/media lainnya.
3.2 Analisis Masalah Penyebab Pengaduan Analisis harus dilakukan dengan benar dan jujur dalam mengungkapkan masalah yang sesungguhnya ada, sekalipun sebagian peserta
www.kinerja.or.id
Sebaiknya hasil survei pengaduan masyarakat
b) Tahapan pelaksanaan Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan
Metode analisis ini adalah suatu metode yang sangat sederhana. Analisis dimulai dari pengaduan yang terpenting, yaitu pengaduan yang menempati bagian teratas
grafik
Pengaduan Masyarakat. Sekali atau dua kali, fasilitator menjelaskan cara menggunakan alat bantu analisis (kartu metaplan,matriks/ tabel bantu penentuan prioritas, pokok-pokok informasi untuk melakukan cross-check/ periksa silang) kepada peserta pertemuan. Selanjutnya para peserta dapat melakukannya dalam kelompok kecil dengan bantuan fasilitator lokal dan/atau fasilitator dari antara sesama peserta sendiri. Kumpulkan masalah-masalah penyebab pengaduan.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
151
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Jika daftar masalah penyebab pengaduan sudah
solusi (cara mengatasinya). Artinya, fasilitator
lengkap, maka dirumuskan alternatif solusi (sebagai
memberi clue/kunci-kunci dan stimulasi peserta
tanggapan/respons terhadap pengaduan) yang
untuk berpikir dan bekerja secara analitis.
mungkin dilakukan dan kelompokkan berdasarkan
•
Menjaga proses dalam pengertian pemanfaatan
siapa bertanggungjawab atas solusi itu (tanggung
waktu dibandingkan dengan hasil kerja yang
jawab internal organisasi penyelenggara pelayanan
sudah dicapai.
atau tanggung jawab eksternal atasan atau unit kerja atasan, atau tanggungjawab pemerintah,
Penting untuk diperhatikan bahwa fasilitator
dan bahkan mungkin tanggungjawab masyarakat
sebaiknya mempelajari lebih dahulu tugas dan
pengguna pelayanan itu sendiri).
fungsi organisasi penyelenggara pelayanan yang bersangkutan. Sangat dianjurkan menyempatkan
Jika daftar masalah penyebab pengaduan terlalu
diri melihat situasi fisik kantordan fasilitas serta
banyak, fasilitator sebaiknya membantu peserta untuk
proses pelaksanaan pelayanan di unit pelayanan.
menentukan prioritas. Metode ini sama dengan yang
Setidaknya pernah melihat diunit pelayanan sejenis.
dilakukan pada pertemuan pengelolaan pengaduan masyarakat, kecuali kriteria prioritas yang mungkin masih perlu disesuaikan. Langkah-langkah rinci kegiatan fasilitator dalam pertemuan analisis masalah: •
Membagikan grafik Indeks Pengaduan Masyarakat kepada para peserta pertemuandan memberikan ulasan singkat tentang informasi
c) Tahapan Analisis
Lakukan analisis dengan langkah sebagai berikut: a) Mulailah menganalisis pengaduan tertinggi (urutan teratas di Indeks Pengaduan Masyarakat): -
Masyarakat mengikuti separuh bentuk
yang terkandung di dalamnya, •
’kurva normal’ (mengecil secara gradual
Menjelaskan tujuan pertemuan, metode atau
dari atas ke bawah) yang perlu dianalisis
cara kerja yang akan digunakan dan hasil yang
cukup 1/3 sampai 1/2 dari pengaduan
diharapkan, rencana pemanfaatan waktu selama
urutan tertinggi. Perhatikan penyebab
dua hari pertemuan dan peran/fungsi/ tugas
dan solusinya. Umumnya, 2/3 sampai
peserta dalam pertemuan. •
1/2 pengaduan terkecil di bagian bawah
Mendemonstrasikan penggunaan alat
grafik adalah masalah penyebab dari
bantu kerja yang digunakan (bagaimana
1/3 sampai 1/2 pengaduan yang berada
menggunakan: kertas metaplan, spidol, papan tancap dan alat bantu kerja yang tersedia lainnya). •
Mendemonstrasikan penggunaan contoh tabel analisis pengaduan, masalah penyebabnya dan
152
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Bila grafik Indeks Pengaduan
di bagian atas grafik, -
Bila grafik berbentuk ’hampir persegi panjang’ atau ’segi empat’, ini berarti semua pengaduan bermakna sangat
www.kinerja.or.id
penting bagi masyarakat pengguna
beberapa kelompok kecil sesuai dengan
pelayanan. Targetkan setidaknya
bagian/unit-unit yang ada dalam organisasi
menganalisis 50% dari jumlah
penyelenggara pelayananan ataupun
pengaduan keseluruhan di dalam grafik.
berdasarkan jenis pengaduan yang ada. b) Ungkapkan dan masukkan ke dalam tabel
Pengaduan dapat berhubungan dengan
bantu kerja semua faktor penyebab yang
masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek:
nyata terjadi. Sebab-sebab yang ditemukan harus merupakan faktor penyebab langsung
•
•
petugas yang bertanggung jawab, yaitu
(tidak adapenyebab perantara).
kuantitas (jumlahnya), sikap, perilakunya
c) Periksa logika hasil analisis dengan
dankomitmen kerja/rasa tanggungjawabnya,
membaca secara berurutan hubungan
kesungguhan/perhatian, keramahtamahan,
sebab akibat logis antara pengaduan –
ketulusan melayani/membantu, kemampuan/
masalah penyebab dengan menggunakan
kompetensi,
kata sambung ’disebabkanoleh’. d) Untuk setiap masalah penyebab, sangat
•
fasilitas kerja dan peralatan yang digunakan,
•
ketersediaan dana,
mungkin tersedia beberapa solusi logis.
•
metoda yang digunakan (manual/
Karena itu jangan berhenti jika sudah
tradisional),
menemukan satu solusi untuk setiap
•
peraturan/ketentuan yang berlaku,
masalah penyebab. Galilahpemikiran
•
prosedur kerja/mekanisme kerja internal,
tentang kemungkinan solusi logis lainnya.
•
kualitas perencanaan,
•
kualitas pengorganisasian (the right man on
masalah dengan menggunakan kata
the right place, multi-skilled operator),
sambung ’jika, maka’.
•
kualitas pengawasan/monitoring/ supervisi/
e) Periksa logika hubungan solusi dengan
f) Jika terdapat beberapa solusi yang secara
evaluasi,
logis merupakan cara untuk mengatasi
•
jumlah dan kualitas data atau informasi,
masing-masing masalah, gunakan kriteria
•
kualitas komunikasi dengan pengguna
SMART (specific/spesifik, measurable/
(sosialisasi/penyuluhan/hubungan
terukur, achievable/dapat dicapai, realistic/
masyarakat/hubungan dengan pengguna),
realistis, time bound/dalam batas waktu
letak geografis (keadaan lapangan, misalnya
tertentu) untuk menentukan prioritas solusi.
•
pengukuran tanah untuk pelayanan pertanahan).
g) Setiap solusi yang tidak termasuk prioritas tidak harus dibuang atau dilupakan begitu saja. Dengan cara ini umumnya segera
Apabila jumlah pengaduan relatif banyak dan
diperoleh berbagai solusi yang dalam waktu
komposisi peserta relatif memadai, maka
segera dapat dilakukan. Setiap solusi yang
pembahasan/analisis dapat dibagi kedalam
bukan prioritas tertinggi mungkin dapat
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
153
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
ditempatkan sebagai solusi yang baru akan
h. Kelompokkan setiap solusi kedalam kategori
dilaksanakan pada dua atau tiga tahun lagi
’solusi internal’ dan ’solusi eksternal’.
(jangka menengah).
Kriteria kategorisasi sangat sederhana dan dapat digunakan secara cepat, yaitu:
Solusi yang diambil dapat berupa: • •
Solusi yang bersifat segera/cepat atau
dilaksanakan dan kewenangan
jangka pendek artinya solusi yang dapat
pelaksanaannya berada di tangan para
dilakukan secara cepat, mudah dan murah,
pelaksana di unit pelayanan masuk ke
sehingga hasilnya langsung dapat dilihat/
dalam kategori ’solusi internal’,
dirasakan oleh para pengguna layanan. •
Setiap solusi yang segara dapat
•
Setiap solusi yang kewenangan
Solusi yang bersifat jangka menengah,
pelaksanaannya berada di luar jangkauan
artinya masih diperlukan waktu untuk
para pelaksana pelayanan publik di unit
melakukan tindakan nyata karena beberapa
pelayanan masuk ke dalam kategori ’solusi
pertimbangan: dukungan dana yang harus
eksternal’.
diajukan dalam perubahan anggaran/realokasi
•
anggaran, persetujuan tertulis dari pengambil
i. Periksa kembali rangkaian logika masalah
keputusan.
penyebab dan solusi dengan memastikan:
Solusi yang bersifat jangka panjang, artinya jalan keluar yang akan diambil
•
memangharus dilakukan, namun menyangkut biaya, kewenangan, sumberdaya yang
Tidak ada dua sebab/solusi yang sama/ substansinya sama/masalah yang sama.
•
Solusi yang diusulkan tidak bersifat umum,
harus direncanakan/dirundingkan dengan
namun sedapat mungkin spesifik, jelas,tidak
pihak-pihak pengambil keputusan/atasan
multi tafsir, terukur, upaya konkrit/ tindakan
organisasi penyelenggara pelayanan yang
nyata (bisa dilihat dan dirasakan).
bersangkutan.
•
Hasil akhir analisis untuk setiap pengaduan direkonfirmasikan kepada semua peserta.
Untuk solusi ini, para pengguna layanan
•
Jaga disiplin peserta agar konsisten
(pesertapertemuan) biasanya menginginkan
menggunakan alat bantu kerja analisis yang
adanyabatasan waktu pelaksanaannya untuk
telah disiapkan.
menjamin bahwa ada tindakan nyata perbaikan
•
Tunjukkan keterkaitan hasil yang diperoleh
dalam waktu yang tidak terlalu lama yang segera
bahkan bila perlu sejak kuesioner
dapat dilihat/dirasakan oleh para pengguna
Pengaduan Masyarakat, Indeks Pengaduan
layanan.
Masyarakat, Tabulasi Hasil Analisis Masalah Penyebab Pengaduan sampai bagaimana
154
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Janji Perbaikan Pelayanan dirumuskan dari
kepada masyarakat pengguna pelayanan. Berikan
solusiinternal dan bagaimana Rekomendasi
bukti tentang apa yang sudah anda lakukan kepada
Perbaikan Pelayanan dirumuskan dari
atasan agar anda memperoleh dukungan lebih lanjut
solusieksternal. Caranya sederhana dengan
untuk melakukan upaya perbaikan berikutnya.
menjajarkan semua hasil proses tersebut dari kiri ke kanan secara berurutan dan
Hasil dari Pertemuan Analisis Masalah
menjelaskannya secara ringkas. Cara ini
Penyebab Pengaduan dapat digunakan
akan sangatmembantu semua peserta
untuk berbagaikebutuhan. Manfaat langsung
untuk memperkuat pemahaman terhadap
terpenting adalah sebagai umpan-balik kepada
keseluruhan metode yang digunakan.
masyarakat pengguna pelayanan dalam bentuk yang disebut sebagai Janji Perbaikan
Berdasarkan pengalaman, waktu dua
Pelayanan dan umpan-balik kepada atasan dan
hari untuk melakukan analisis terhadap
pengambil keputusan dalam bentuk yang disebut
permasalahan-permasalahanpenyebab
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan. Hasil analisis
pengaduan dirasakan sangatlah kurang.
masalah penyebab pengaduan dapat menjadi awal
Oleh karena itu, bagi unit pelayanan yang
dari satu proses perbaikan pelayanan yang lebih
ingin menganalisis secara mendalam
intensif dan mendalam.
ataupun ingin menanggapi seluruh pengaduan yang disampaikan pengguna
Bagi sekolah dapat menjadi pintu masuk untuk:
layanan (sesuai Indeks Pengaduan
•
Masyarakat), dapat melanjutkan analisisnya
Pengembangan sistem manajemen kualitas,
•
Penilaian kapasitas dari organisasi
di luar lokakarya, namun dalam waktu yang tidak terlalu lama. Analisis ini dapat
penyelenggara pelayanan, •
dilakukan oleh semua bagian/komponen
keputusan untuk meraih dukungan.
yang ada dalam unit pelayanan, sehingga penyelesaiannya bisa bersifat komprehensif dan integratif, walaupun belum bersifat mendasar (sampai ke akarnya).
Negosiasi yang lebih baik dengan pengambil
Di tingkat kebijakan lokal (Dinas Pendidikan) dapat menjadi pintu masuk bagi: •
Perbaikan dan pengembangan rencana strategis unit dan sektor pelayanan,
C. JANJI PERBAIKAN LAYANAN DAN REKOMENDASI PERBAIKAN LAYANAN
•
Bahan pertimbangan untuk melakukan penyesuaian rencana kerja dan alokasi anggaran unit pelayanan dan sektor pelayanan.
Lakukan tindakan perbaikan segera. Raih kepercayaan dari pengguna layanan. Beritahukan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
155
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
1. Umpan-balik kepada pengguna layanan
sesuai dengan yang dijanjikan. Janji ini akan
Manfaat solusi atas masalah yang dirumuskan
melakukan upaya perbaikan.
membawa konsekuensi dan akan lebih mendorong organisasi penyelenggara pelayanan agar segera
pada Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan masih sangat terbatas jika tidak
Satu langkah perbaikan yang meskipun kecil, akan
diumumkan dan diberlakukan, meskipun masih
menjadi suatu tanda bagi masyarakat: “Kami sudah
bermanfaat secara internal bagi organisasi
mulai memperhatikan Anda!” dan bahkan pertanda
penyelenggara pelayanan sebagai pembelajaran.
juga bagi para petugas: “Kami adalah Para Petugas
Tetapi segera setelahpelaksanaan Survei
dari organisasi penyelenggara pelayanan yang
Pengaduan Masyarakat ada kewajiban memberi
dapat dibanggakan !”.
umpan-balik kepada masyarakatpengguna pelayanan tentang langkah-langkah yang akan
Mengamati keseluruhan proses yang sudah
diambil untuk mengatasi masalah yangdiadukan.
berlangsung, fasilitator hendaknya menilai apakah
Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya
secara umum aparatur pelaksana pelayanan
dengan membuat pengumuman sederhana atau
publik di unit pelayanan siap menerbitkan Janji
dengan semacam rencana tindakan. Disarankan
Perbaikan Pelayanan yang memuat ukuran
memberi umpan-balik dalam bentuk JanjiPerbaikan
keberhasilan (indikator) dan batas waktu
Pelayanan. Meski tidak punya kekuatan hukum yang
pemenuhan janji.
mengikat, Janji Perbaikan Pelayanan hendaknya menjadi wujud “tekad moral” (moral commitment)
Jika secara umum aparatur pelaksana pelayanan
pimpinan dan petugas organisasi penyelenggara
publik di sekolah baru meraih percayadiri dan
pelayanan untuk memenuhi janji yang dimuat di
sedang dalam pengembangan keyakinan untuk
dalamnya.
melakukan perubahan, tidak dianjurkanmemaksa mereka untuk menerbitkan Janji Perbaikan
Janji Perbaikan Pelayanan harus menjadi
Pelayanan yang sudah sangat tegas memuat ukuran
tanggapan terhadap isu-isu kepentingan para
keberhasilan, batas waktu pemenuhan janji. Hal ini
pengguna pelayanan berdasarkan temuan survei
dapat menimbulkan rasa cemas danberkurangnya
pengaduan masyarakat. Pimpinan dan petugas
motivasi untuk melanjutkan perubahan dan
organisasi penyelenggara pelayanan harus
perbaikan.
menyampaikan janji mereka secara terbuka untuk
156
perbaikan pelayanan sebatas kewewenangan yang
Janji Perbaikan Pelayanan ditulis seperti surat yang
dimiliki dan mengundang para pengguna pelayanan
ditujukan kepada pengguna yang memberi informasi
agar terus mengawasi sejauh mana janji tersebut
bahwa pengaduan sudah diterima dan merupakan
dipenuhi. Ini berarti bahwa masyarakat diberi
pernyataan terbuka tentang upayaperbaikan yang
peluang untuk mengawasi perbaikan pelayanan
akan dilakukan. Janji Perbaikan Pelayanan harus
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
ditulis dalam bahasa sederhana yang mudah dimengerti dalam gaya bahasa yang bersahabat
2. Umpan-balik kepada pengambil keputusan
dan meyakinkan. Janji PerbaikanPelayanan harus jujur mengakui adanya keterbatasan kemampuan
Atasan dan pengambil keputusan pada saat yang
(tidak semua perbaikan dapatdilakukan sekaligus,
sama seharusnya mulai menaruh perhatianpada
pada umumnya pengguna pelayanan akan dapat
survei pengaduan masyarakat pengaduan dan hasil-
memaklumi hal itu) dan ada keterbatasan wewenang
hasilnya, karena telah beberapa kali dipublikasikan
(ada upaya perbaikan yang mutlak membutuhkan
di media masa selama proses berlangsung. Mereka
keputusan dari otoritas yang lebih tinggi).
juga mestinya sadar akan besarnya pengaruh yang ditimbulkannya karena telah melibatkan begitu
Janji Perbaikan Pelayanan akan dikeluarkan
banyak anggota masyarakat sebagai responden.
dalam bentuk dokumen tertulis, dalam bentuk
Jika itu sudah terjadi, pastilah mereka berharap
brosur, poster yang dipasang pada organisasi
mendapat informasi lebih rincidan rekomendasi
penyelenggara pelayanan. Brosur dan poster adalah
untuk melakukan perbaikan. Jangan biarkan mereka
alat yang menjadi umpan-balik kepada pengguna
menunggu terlalu lama. Hasil PertemuanAnalisis
sebagai tindak lanjut survei pengaduan masyarakat.
Masalah Penyebab Pengaduan dan solusi eksternal
JanjiPerbaikan Pelayanan harus dapat meyakinkan
menjadi isi dari dokumen yang disebut Rekomendasi
pengguna akan komitmen untuk perbaikan
Perbaikan Pelayanan. Dokumen ini berisi upaya-
yang dilakukan oleh penyedia pelayanan.
upaya perbaikan yangperlu dilakukan oleh pemerintah setempat.
Isi pokok Janji Perbaikan Pelayanan: •
Judul “Janji Perbaikan Pelayanan”
•
Nama sekolah
•
Tanggal deklarasi
•
Penjelasan ringkas tentang umpan-balik pengaduan
•
Daftar janji untuk menanggapi setiap pengaduan
•
Tindak lanjut Rekomendasi Perbaikan Pelayanan yang diajukan kepada pengambil keputusan
•
Himbauan kepada masyarakat agar terus mengawasi kinerja organisasi penyelenggara pelayanan
•
Ucapan terima kasih kepada para responden
•
Penandatangan dan saksi-saksi
•
Tembusan.
www.kinerja.or.id
Adalah hal yang penting bagi sekolah agar menyampaikan rekomendasi ini secara profesional. Itu berarti bahwa Rekomendasi Perbaikan Pelayanan harus dilengkapi denganfakta-fakta, dasar pertimbangan mengapa perbaikan harus dilakukan dan menegaskan bahwasemua itu didasarkan pada aspirasi kebutuhan yang dinyatakan oleh sejumlah besar pengguna pelayanan. Jangan lupa memberitahukan pimpinan sekolah sendiri sudah menyampaikan Janji Perbaikan Pelayanan dan bahkan sudah mulai melaksanakannya. Hal ini akan memberi kesan yang sangat meyakinkan bahwa: ”Kami tidak hanya meminta
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
157
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
bantuan, tetapi sudah mulai berbuat dari diri sendiri!”
Laporan dikirimkan kepada pengambil keputusan
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan diterbitkan
ditingkat kabupaten/kota
dalam bentuk dokumen tertulis ukuran poster, yangdipasang di kantor organisasi penyelenggara pelayanan agar pengguna dapat mengetahui bahwa sudah ada usaha meyakinkan pengambil keputusan untuk memberikan dukungan. Isi pokok Rekomendasi Perbaikan Pelayanan: •
•
D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI Penggunaan metode Peningkatan Kualitas Pelayanan dengan Partisipasi Masyarakat
Fakta-fakta: sekolah, periode pelaksanaan
bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik
survei pengaduan masyarakat, jumlah
di sekolah yang akan menghasilkan manfaat nyata
responden.
dan dapat dirasakan oleh masyarakat pengguna
Hasil survei pengaduan masyarakat (Indeks
pelayanan.
Pengaduan Masyarakat). Informasi tentang Janji Perbaikan Pelayanan
Untuk memastikan bahwa Janji Perbaikan
dan tindak lanjutnya.
Pelayanan dan Rekomendasi Perbaikan
•
Penjelasan tentang perlunya keputusan.
Pelayanan yang telah diterbitkan terpenuhi
•
Rekomendasi Perbaikan untuk setiap
dan dilaksanakan, isi Janji dan Rekomendasi
pengaduan dan jumlah responden
Perbaikan Pelayanan tersebut harus diintegrasi ke
yangmangadukannya.
dalam rencana kerja sekolah (RKS dan RKAS).
Saran perubahan/penyesuaian Rencana
Pelaksanaan Janji dan Rekomendasi Perbaikan
Pembangunan.
Pelayanan melekat mengikuti siklus perencanaan,
Daftar pihak-pihak yang menerima tembusan
persiapan anggaran, pelaksanaan sampai ke
surat Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.
pertanggungjawaban hasil (akuntabilitas).
•
•
•
Untuk memastikan bahwa semua kegiatan
3. Temui dan yakinkan pengambil keputusan untuk meraih dukungan
perbaikan serta hasil nyata akan dicapai dalam
Beritahukan seluruh pengambil keputusan yang
Pemantauan adalah pengumpulan dan analisis
terkait untuk menyampaikan laporan pelaksanaan
informasi tentang status kegiatan yang menghasilkan
dan hasil survei pengaduan masyarakat.
gambaran status kegiatan dan mendukung
Laporan berisi kumpulan semua dokumen yang
pengendalian dan keputusan tindak lanjut yang
dihasilkan sampai pada pelaksanaan langkah akhir.
tepat. Pemantauan dilaksanakan secara berkala
waktu yang direncanakan perlu dilakukan pemantauan kegiatan serta evaluasi hasil.
dan seiring dengan siklus perencanaan sekolah. Oleh karena itu pemantauan adalah kegiatan rutin
158
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
dalam konteks pelaksanaan kegiatan. Pemantauan
Komitmen untuk pemantauan dan evaluasi
difokuskan pada hasil kegiatan seperti sudah
tindakan nyata perbaikan pelayanan yang disebut-
ditentukan/direncanakan.
kan di dalam dokumen Janji Perbaikan Pelayanan dan tindakan nyata perbaikan, yang diharapkan
Pemantauan akan memeriksa hasil bukan kegiatan
dilakukan pihak lain atau pimpinan seperti yang
itu sendiri (mis: “Kebutuhan buku paket sudah
dimuat di dalam dokumen Rekomendasi Perbaikan
terpenuhi sesuai jumlah siswa” (=hasil), bukan:
Pelayanan harus disertai komitmen untuk memantau
“Sejumlah 100 buku paket disediakan”(=kegiatan).
dan mengevaluasinya. Pemantauan dan evaluasi
Evaluasi adalah proses pemeriksaan terhadap
memberi peluang bagi penyesuaian kegiatan dan
dampak yang telah dihasilkan oleh suatu kegiatan
perbaikan secara efektif.
serta keluarannya. Evaluasi dilaksanakan secara berkala, tetapi dengan frekuensi lebih rendah
Jika terjadi perubahan pimpinan sekolah, kegiatan
daripada pemantauan kemajuan pelaksanaan
pemantauan menjadi wacana efektif untuk
kegiatan (misalnya: setahun atau dua tahun sekali).
menginformasikan dan membahas status usaha perbaikan pelayanan di suatu unit pelayanan.
Frekuensi evaluasi dampak tergantung pada
Sesuai dengan janji dan rekomendasi, pimpinan
tujuan evaluasi. Evaluasi memfokuskan dampak
sekolah melaporkan perkembangan perbaikan
padahasil pelaksanaan, yaitu apakah hasil sudah
pelayanan kepada masyarakat pengguna
mengakibatkan perubahan yang positif (atau
pelayanan. Masyarakat pengguna juga diberi
malah negatif). Dampak kegiatan peningkatan
peluang dan saluran untuk mengawasi pelaksanaan
pelayanan publik dapat dilihat dari berbagai faktor
janji dan rekomendasi. Dengan demikian, kegiatan
seperti misalnya, peningkatan kualitas pelayanan
pemantauan dan evaluasi sangat penting dilakukan
sesuai dengan standar tertentu, peningkatan
dengan melibatkan atau mengundang langsung
jumlahpengguna suatu unit pelayanan, jumlah
umpan-balik dari masyarakat pengguna pelayanan.
penghargaan yang diterima sesudah pelayanan menjadil ebih baik, peningkatan kepuasan masyarakat atau penurunan pengaduan pengguna. Pendekatan evaluasi harus sesuai dengan tujuan evaluasi itu sendiri dan faktor-faktor yang ingin diketahui secara mendalam. Pemantauan dan evaluasi menghasilkan informasi yang menjadi landasan pelaporan rutin kepadapihak yang terkait (akuntabilitas), termasuk sebagai bahan informasi balikan kepada masyarakat pengguna pelayanan.
www.kinerja.or.id
1. Para pihak yang terlibat
a. Sekolah sebagai unit pelayanan
Tim Pelaksana Survei yang sudah dibentuk di unit pelayanan sebaiknyatidak berhenti bekerja setelah Janji Perbaikan Pelayanan dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan dihasilkan. Tetapi tim ini meneruskan kegiatannya untuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa tujuan janji
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
159
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
dapat tercapai. Perlu dicatat bahwa komite
dan evaluasi yang diuraikan di atas dan proses
sekolah masuk dalam bagian ini.
pelaksanaannya.
b) Masyarakat pengguna pelayanan
Masyarakat pengguna pelayanan berhak
2.1.
Verifikasi status realisasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.
untuk mengawasi kinerja pelayanan serta
Tujuan verifikasi status realisasi Janji Perbaikan
implementasi janji di tingkat unit pelayanan.
Pelayanan dan Rekomendasi Perbaikan
Masukan dapat diberikan dalam bentuk
Pelayanan sesuai dengan kepentingan pihak yang
pengaduan tertulis atau lisandan melalui
terlibat:
partisipasi langsung dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.
a) Tujuan di tingkat sekolah •
2. Metode pemantauan dan evaluasi
sapakah perlu penyesuaian kegiatan atau penyesuaian janji agar lebih realistis, •
pelayanan yang telah dilakukan oleh sekolah
dengan dua pendekatan, yaitu:
•
Verifikasi status Janji dan Rekomendasi
itu sendiri, •
Melaporkan status-status tersebut kepada
Perbaikan Pelayanan
masyarakat pengguna pelayanan sebagai
Mengulangi Survei Pengaduan Masyarakat
balikan sesuai dengan apa yang disebut
dengan menggunakan kuesioner yang
di dalam dokumen janji dan rekomendasi
sama dengan yang digunakan pada survei
perbaikan pelayanan.
sebelumnya dan membandingkan hasil (Indeks Pengaduan Masyarakat) yang diperoleh dari kedua survei tersebut.
b) Tujuan di tingkat kabupaten/kota (Dinas Pendidikan) •
dalam rangka perbaikan pelaksanaan
secara efektif dalam pelaksanaan kedua
kegiatan, perencanaan dan perubahan
pendekatan pemantauan dan evaluasi tersebut di atas. Bagian berikut ini adalah penjelasan tentang tujuan dan hasil masing-masing pendekatan pemantauan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Menentukan kemajuan pelaksanaan Janji dan rekomendasi Perbaikan Pelayanan
Ketiga pihak yang disebutkan di atas dilibatkan
160
Mengetahui status realisasi rekomendasi sebagai faktor pendukung perbaikan
Pemantauan dan evaluasi sebaiknya dilaksanakan
•
Mengetahui status pelaksanaan janji,
kebijakan jika diperlukan. •
Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat realisasi janji Perbaikan Pelayanan yang berkaitan erat dengan atau sangat ditentukan oleh dukungan dari tingkat kabupaten/kota.
www.kinerja.or.id
•
Mengidentifikasi praktek yang baik/inovasi
sekolah. Tim tersebut akan didampingi oleh Tim
di sekolah yang layak menjadi contoh untuk
Dinas Pendidikan di masing-masing sekolah akan:
sekolah-sekolah lainnya.
Kegiatan verifikasi status realisasi Janji dan
•
Mempersiapkan dokumen yang diperlukan.
•
Mempersiapkan format verifikasi status yang diperlukan.
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan bersifat sebagaikegiatan pemantauan intern yang
•
Pendidikan mengenai jadwaldan peserta
dilaksanakan oleh Tim Survei Pengaduan di
kegiatan verifikasi status realisasi.
sekolah dan didukung oleh Dinas Pendidikan.
Kegiatan verifikasi status realisasi janji dan rekomendasi sebaiknya dikoordinasikan dengan semuasekolah yang terlibat sehingga hasilhasilnya dapat digabungkan dan masing-masing sekolah dapat saling belajar dari pengalaman.
Melakukan koordinasi dengan Tim Dinas
Masyarakat sipil akan berpartisipasi dalam kegiatan melalui keanggotaan di dalam TimPeningkatan Kualitas Pelayanan Publik (Komite Sekolah, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain). Pertemuan persiapan kegiatan Pada pertemuan persiapan kegiatan semua
2.2. Persiapan verifikasi status realisasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Pihak-pihak yang terlibat Tim Dinas Pendidikan mempunyai fungsi koordinasi kegiatan verifikasi status realisasi janji dan rekomendasi di mana lebih dari satu sekolah terlibat. Dalam rangka kegiatan tersebut tim ini bertanggung jawab untuk: •
•
peserta menyepakati jadwal kegiatan, peserta serta pembagian tugas secara rinci. Tim Dinas Pendidikan akan mengkoordinasikan pertemuan awal dan mengundang semua Tim Pelaksana Survei terkait. Jadwal kegiatan di masing-masing unit pelayanan: proses verifikasi status realisasi janjiper unit pelayanan akan memerlukan waktu sekitar setengah sampai satu hari per unit pelayanan (tergantung
Komunikasi mengenai rencana kegiatan
jarak lokasi). Proses verifikasi status rekomendasi
ini kepada pihak pengambil keputusan dan
akan memerlukan waktu tambahan satu hari per unit
pimpinan sekolah.
karena status harus diverifikasi dengan pihak yang
Pelaksanaan pertemuan awal untuk
terkait.
menentukan jadwal, peserta dan tugas persiapan selanjutnya. Tim Survei Pengaduan di tingkat sekolah mempunyai tugas persiapan kegiatan di tingkat
www.kinerja.or.id
Jangka waktu diusulkan bahwa kegiatan verifikasi status realisasi dilaksanakan sebelum proses perencanaan dan penganggaran. Dengan demikian hasil dari kegiatan pemantauan ini dapat
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
161
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
dimanfaatkan dalam penyusunan rencana/anggaran di tahun berikutnya. Rencanakan jadwal sesuai dengan partisipasi peserta. Untuk pemantauan di satu unit pelayanan akan terlibat: •
Tim Pelaksana Survei Pengaduan di tingkat sekolah.
•
Dokumen yang harus dipersiapkan
1. Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) dari survei pertama.
2. Janji Perbaikan Pelayanan yang resmi ditandatangani oleh Kepala Sekolah.
3. Rekomendasi Perbaikan Pelayanan yang resmi ditandatangani oleh Kepala Unit Pelayanan.
4. Dokumen-dokumen yang menunjuk
Dua sampai tiga orang anggota tim dari unsur
perencanaan kegiatan, khususnya yang
masyarakat sipil atau unsur LSM.
belumdilaksanakan (mis: catatan di APBD, di RKA/RASK dan dokumen perencanaan dan
Presentasi hasil: •
Jadwal tentatif untuk presentasi hasil verifikasi
laporan pelaksanaan kegiatan).
5. Format Pemantauan Janji Perbaikan Pelayanan dan Format Pemantauan
status janji dan rekomendasi kepada pimpinan
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.
sekolah – dari Tim Dinas Pendidikan. •
Jadwal tentatif untuk presentasi hasil kegiatan pemantauan secara garis besar kepadaKepala Dinas Pendidikan atau Bupati/Walikota serta pengambil keputusan yang terkait dari Tim Dinas Pendidikan.
•
Membahas keperluan publikasi hasil realisasi janji dan rekomendasi kepada masyarakat pengguna pelayanan, misalnya melalui poster status pelaksanaan janji dan rekomendasi di masing-masing sekolah.
Pemantauan status pelaksanaan janji dan rekomendasi sebaiknya dilaksanakan setiap enam bulan sebelum proses perencanaan/penganggaran untuk memanfaatkan hasilnya dalam rancangan
Tanpa dokumen 1. sampai 3 tidak mungkin pemantauan atau evaluasi dilaksanakan. Oleh karena itu pengarsipan yang teliti sangat penting demi pengendalian dan pengelolaan kegiatan menuju sukses kegiatan selanjutnya. Tim Pelaksana Survei Pengaduan di masing-masing sekolah mempersiapkan Format Pemantauan Janji Perbaikan Pelayanan dan Format Pemantauan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan. Format-format tersebut disiapkan bagi para anggota tim yang terlibat untuk digunakan sebagai alat bantu kerja. Anggaran yang perlu dipersiapkan
atau penyesuaian rencana kegiatan serta anggaran/
•
Biaya pertemuan koordinasi awal.
anggaran perubahan.
•
Fotokopi kuesioner.
•
Biaya transportasi Tim Dinas Pendidikan ke seolah (dua sampai tiga orang/1-2 hari per unit pelayanan).
162
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
•
•
Biaya transportasi Tim Survei Pengaduan
ada kenyataan). Langkah itu memerlukan
terutama pada pelaksanaan survei ulang.
komunikasi lebih lanjut misalnya dengan
Biaya pertemuan pelaporan kepada pengambil
SKPD.
keputusan yang terkait. b) Verifikasi status realisasi Rekomendasi Perbaikan Pelayanan
2.3. Pelaksanaan verifikasi status realisasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan
•
Tim juga akan mengumpulkan informasi mengenai status rekomendasi, sejauh manastatus diketahui di tingkat sekolah dan di Dinas Pendidikan. Namun, seringkali pimpinan sekolah serta tim setempat tidak
2.3.1. Proses verifikasi status realisasi
akan mengetahui status realisasi satu butir rekomendasi dan tidak mempunyai akses
a) Verfikasi status Janji Perbaikan Pelayanan •
Anggota Tim Dinas Pendidikan bergabung
terhadap pengambil keputusan. •
dengan Tim Pelaksana Survei Pengaduan
berperan dalam
di masing-masing sekolah melaksanakan
rekomendasi dengan menghubungi Dinas
kegiatan verifikasi
Pendidikan atau jika perlu pimpinan masing-
realisasi
dengan jadwal kegiatan. •
sekolah yang ditujukan untuk wawancara awal tentang status kegiatan. Hasil dicatat oleh masing anggota di formatnya.
masing instansi tersebut.
Untuk mengisi format lebih lanjut, tim
2.3.2. Analisis hasil di tingkat sekolah dan
bukti nyata di sekeliling sekolah. Pada saat
tindak lanjut
a) Analisis status Janji Perbaikan Pelayanan
akan mengobservasi secara langsung
•
verifikasi
Tim Dinas Pendidikan serta Tim Pelaksana survei Pengaduan bertemu dengan kepala
•
Oleh karena itu, Tim Dinas Pendidikan
•
Pada akhir kegiatan verifikasi di
itu juga dapat diminta klarifikasi dari staf
unit pelayanan, tim secara bersama
sekolah mengenai perubahan yang telah
mengkonsolidasikan catatan dan observasi
dilaksanakan.
mereka di Format Verifikasi Status Realisasi
Jika bukti langsung untuk pelaksanaan
Janji Perbaikan Pelayanan. Bersama-sama
satu butir janji tidak dapat diobservasi
ditentukan status pelaksanaan masing-
tim mencari bukti dalam dokumen yang
masing janji, apakah“sudah dilaksanakan”,
menyatakan bahwa suatu kegiatan
“sedang dilaksanakan” atau “belum
memang telah direncanakan (jika belum
dilaksanakan”. Status akan dijumlahkan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
163
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
b) Analisis status Rekomendasi Perbaikan
di bagian bawah tabel. Hasil ini akan
Pelayanan
menunjukkan status pelaksanaan di setiap sekolah. •
•
Bersama-sama tim akan membahas
status realisasi janji per sekolah dan
apakah kegiatan yang telah dilaksanakan
merekapitulasi status rekomendasi (“sudah,
atau direncanakan dianggap cukup untuk
sedang, belum”) pada hari ke 3 setelah
mencapai tujuan janji dan mengatasi
kunjungan ke sekolah.
pengaduan. Jika dianggap memerlukan
•
kegiatan tambahan, usulan kegiatan dicatat.
pentinguntuk pengambil keputusan terkait.
dapat tercapai secara realistis oleh sekolah,
Jika dianggap memerlukan kegiatan
diusulkan perubahan janji pada format yang
tambahan, usulan kegiatan dicatat. Jika
sama.
dianggap bahwa suatu butir rekomendasi
Bersama-sama tim juga mengkonsolidasikan
tidak realistis, tim dapat mengusulkan
“faktor hambatan” serta “praktek yang
perubahan rekomendasi pada format yang
baik/inovasi” yang dapat diobservasi.
sama.
Tim memeriksa juga bagaimana status
•
publikasi Janji sertaRekomendasi Perbaikan
Pelayanan dan diserahkan kepada
tersebut perlu ditingkatkan, tim akan
pimpinan sekolah.
mencatat rekomendasi ke depan untuk pimpinan sekolah.
format pelaporan. •
c) Tindak lanjut di tingkat unit pelayanan
Semua hasil yang disepakati diketik di dalam satu format di unit pelayanan sebagai Laporan dalam Format Verifikasi Status Realisasi Janji Perbaikan Pelayanan dipersiapkan. Tim Pelaksana Survei
Sesuai dengan hasil pemantauan dan rekomendasi, pimpinan sekolah akan mengambil langkah tindak lanjut: •
Penyesuaian/tambahan kegiatan perbaikan pelayanan untuk mencapai tujuan janji.
Pengaduan mempresentasikan hasil kepada pimpinan sekolah untuk membahas
Laporan dalam Format Verifikasi Status Realisasi Rekomendasi Perbaikan
Pelayanan di tingkat sekolah. Jika publikasi
•
Jika status suatu rekomendasi belum jelas, sebaiknya dicatat sebagai informasi
Jika dianggap bahwa suatu butir janji tidak
•
Tim Dinas Pendidikan mengkonsolidasikan
•
Informasi kepada masyarakat pengguna
penemuan bersama-sama Tim Dinas
tentang status implementasi janji dan
Pendidikan akan menerima satu salinan
rekomendasi (misalnya dalam bentuk poster
format final.
yang menyebutkan janji/ rekomendasi serta status). •
Jika terjadi penyesuaian janji atau rekomendasi, dirumuskan Janji Perbaikan
164
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
•
Pelayanan dan atau Rekomendasi Perbaikan
pelayanan, faktor itu serta rekomendasi
Pelayanan baru yang diumumkan sesuai
ke depan dicatat untukpresentasi
dengan proses didalam modul ini.
kepada pengambil keputusan supaya
Laporan dalam Format Verifikasi Status
dapat ditindaklanjuti.
Realisasi Janji serta rencana tindak lanjut
•
Praktek yang baik/inovasi: Jika Tim
dikirim oleh pimpinan sekolah ke pihak
Dins Pendidikan sempat mendeteksi
yang berkaitan dengan perencanaan dan
beberapa praktek yang baik atau
penganggaran di Dinas Pendidikan.
inovasi penyediaan pelayanan yang sebaiknya menjadi contoh pelayanan yang baik untuk sektor tersebut,
2.3.3. Analisis hasil di tingkat sekolah/
sebaiknya dicatat.
daerah dan tindak lanjut
b) Rekapitulasi status Rekomendasi
Setelah pemantauan di semua unit
Perbaikan Pelayanan
pelayanan dilaksanakan, Tim Dinas Pendidikan mempunyai tugas untuk
•
mengkonsolidasikan temuan secara garis
dilaksanakan pada sejumlah sekolah,
besar untuk pelaporan kepada pengambil
hasil-hasil rekapitulasi terhadap status
keputusan.
rekomendasi (“sudah, sedang, belum”) dari semua sekolah juga dapat digabung
a) Rekapitulasi status Janji Perbaikan
untuk memberikan gambaran kemajuan
Pelayanan •
Status realisasi: Jika pemantauan
(mis: seletah 12 bulan 60% dari semua rekomendasi telah dilaksanakan,
Status realisasi: Jika pemantauan
padahal 40% belum ada tindak lanjut).
dilaksanakan pada sejumlah unit
•
pelayanan, hasil-hasil rekapitulasi
Rekomendasi yang belum dikerjakan atau di mana status belum jelas dicatat
terhadap status janji “sudah, sedang,
sebagai informasi kepada pihak yang
belum” dari semua unit dapat
berwenang.
dijumlahkan untuk memberikan gambaran (mis: setelah 12 bulan pelaksanaan janji, semua kemajuan unit
2.3.4. Presentasi hasil kepada Menteri/
pelayanan telah berhasil melaksanakan
Kepala/Gubernur/Bupati/Walikota
82% dari semua janji). •
Faktor penghambat: Jika ada faktor
Tim Dinas Pendidikan akan
penghambat yang mempengaruhi
mempresentasikan secara garis besar
pelaksanaan kegiatan di beberapa unit
hasil dariverifkasi status realisasi Janji dan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
165
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan kepada
yang diperlukan sebagai pelaksanadan
semua pihak pengambil keputusan yang
penyediaan anggaran.
terkait. a) Tujuan presentasi •
Sesuai dengan komitmen tersebut pengambil keputusan akan mempertimbangkan hasil dari pemantauan
Pengambil keputusan mempunyai
dan mengambil langkah tindak lanjut.
kesempatan untuk melakukan pembahasan dengan Tim Dinas Pendidikan sejauhmana kemajuan implementasi kegiatan
2.3.5. Pengarsipan
peningkatan kualitas pelayanan publik berdasarkan partisipasi masyarakat. •
•
Hasil pemantauan status realisasi Janji dan
Pengambil keputusan serta pihak
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan dalam
yang berwenang mengetahui faktor
bentuk laporan diarsipkan di masing unit
penghambat pelaksanaan perbaikan
pelayanan dan oleh Tim Dinas Pendidikan
pelayananan serta rekomendasi tim.
sebagai referensi untuk pemantauan
Pengambil keputusan diinformasikan
selanjutnya.
mengenai butir Rekomendasi Perbaikan Pelayanan yang tetap memerlukan perhatian. •
Pihak yang terkait mempunyai informasi mengenai praktek yang baik/inovasi yang dianggap layak diperkenalkan kepada semua sekolah serta usulan tindak lanjut.
2.3.6. Umpan-balik tentang status
pelaksanaan janji dan rekomendasi kepada Masyarakat •
kepada masyarakat pengguna tentang
b) Tindak lanjut dari pengambil keputusan
Pimpinan unit pelayanan menginformasikan hasil verifikasi status realisasi janji dan
Pada saat awal penerapan metode
rekomendasi, misalnya melalui poster yang
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
memberikan informasi terakhir tentang
dengan Partisipasi Masyarakat, pengambil
status.
keputusan telah menunjukkan komitmen
•
Jika Tim Dinas Pendidikan ingin
tinggi dengan mempersiapkan kondisi
mengkomunikasikan hasil dari pemantauan
kondusif bagi penggunaan metode
secara umum juga dapat diperkenalkan
ini, misalnya melalui Surat Keputusan
kepada masyarakat melalui media massa.
tentang penunjukan sekolah, penunjukan
Ini akan bermanfaat secara khusus jika
dan penugasan beberapa tim kerja
pemantauan dilaksanakan di banyak sekolah di suatu kabupaten/kota.
166
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
E. SURVEI ULANG
kecepatan pelayanan, kejelasan prasyaratan pelayanan,dst)
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pelayanan sesuai dengan janji dan rekomendasi semestinya menghasilkan perubahan kualitas
c) Tujuan di tingkat masyarakat pengguna:
pelayanan yang terasa oleh masyarakat pengguna.
•
Survei ulang dilaksanakan untuk melihat
lanjut dalam bentuk Janji dan Rekomendasi
sejauh mana kegiatan perbaikan yang telah
Perbaikan Pelayanan yang baru.
dilaksanakan mempunyai dampak positif terhadap persepsi masyarakat pengguna. Masing-masing
pihak terlibat mempunyai tujuan sesuai dengan
pelayanan yangd ilaksanakan oleh Tim Pelaksana Survei Pengaduan dan Tim Dinas
a) Tujuan ditingkat sekolah:
Pendidikan. Sesuai dengan survei pertama, kegiatan ini akan melibatkan masyarakat
Mengetahui apakah kegiatan perbaikan
pada semua langkah.
yang telah dikerjakan menghasilkan perbaikan persepsi masyarakat sehingga
kegiatan tersebut bisa dianggap efektif. •
Kegiatan survei ulang bersifat kegiatan evaluasi terhadap status perbaikan
kepentingannya:
•
Mengetahui hasil survei ulang serta tindakan
Seperti survei pertama, survei ulang dilaksanakan secara terkoordinasi antara
Mengetahui pengaduan mana yang
semua sekolah sehingga Analisis Masalah
tetap menerima jumlah pengaduan yang
Penyebab Pengaduan dapat dilaksanakan
tinggi sehingga memerlukan aksi perbaikan
bersama-sama dan sekolah dapat saling
oleh unit pelayanan
belajar dari pengalaman.
b) Tujuan di tingkat kabupaten/kota: •
Mengetahui secara umum apakah pelaksanaan janji dan rekomendasi telah efektif sehingga terjadi perbaikan persepsi masyarakat.
•
•
Mengetahui unit pelayanan mana yang
E.1. Persiapan Survei Ulang dan Lokakarya Analisis Masalah Penyebab Pengaduan
Survei ulang sebaiknya dilaksanakan sekitar
sangat berhasil dari segi penurunan
dua tahun setelah Janji Perbaikan Pelayanan
pengaduandan yang mana belum.
dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan
Mengetahui jenis pengaduan mana yang
ditandatangani. Setelah dua tahun semestinya
tetap menerima jumlah pengaduan yang
perubahan pelayanan dan pengaruh positif oleh
tinggi(misalnya sarana/ prasarana, disiplin,
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
167
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
•
pelaksanaan rekomendasi sudah sangat terasa
Pertemuan Analisis Masalah Penyebab Pengaduan akan menyusul setelah
oleh masyarakat pengguna.
pembuatan IPM dipersiapkan sesuai
Survei ulang dilaksanakan (a) sebelum proses
penjelasan tentang persiapan Pertemuan
perencanaan/ penganggaran dan (b) setelah
Analisis Masalah Penyebab Pengaduan di
pemantauan status pelaksanaan Janji dan
atas. •
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan (lihat
Pembagian kerja antara Tim Dinas
sub-bagian tentang evaluasi). Pelaksanaan
Pendidikan serta Tim Pelaksana Survei
evaluasi akan memerlukan sekitar 6 minggu dari
Pengaduan di tingkat sekolah. •
persiapan kegiatan sampai ke pelaporan.
Biaya anggaran yang diperlukan sesuai dengan biaya untuk survei pertama serta Pertemuan Analisis Masalah Penyebab
a. Proses survei ulang tidak berbeda dari survei pertama
Pengaduan yang pertama. •
Masyarakat tetap diinformasikan pada setiap
Survei ulang akan memakai kuesioner dari survei
langkah dan diikutsertakan sesuai dengan
pertama sehingga tidak perlu melaksanakan
penjelasan proses survei pengaduan dan
Lokakarya Pengelolaan Pengaduan. Kuesioner
pertemuan analisis masalah penyebab
tidak boleh diubah agar hasil survei kedua dapat
pengaduan yang pertama.
dibandingkan dengan survei pertama. Beberapa catatan tentang persiapan: •
Persiapan survei ulang dilaksanakan sesuai dengan penjelasan di atas mengenai
b. Dokumen yang harus dipersiapkan •
hasil survei yang lalu.
persiapan survei, termasuk pengumuman pelaksanaan suvei, pembuatan dan
•
persiapan serta memantau kualitas
Format Verifikasi Status Realisasi Janji Perbaikan Pelayanan.
publikasi IPM. Tim Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik akan mengkoordinasikan
Dokumen Indeks Pengaduan Masyarakat
•
Format Verifikasi Status Realisasi Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.
persiapan survei.
168
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
BAHAN PRESENTASI
Mengapa Sekolah Perlu Tatakelola yang Baik? Tiga pilar utama penyelenggara pendidikan: 1. Pemerintah 2. Warga sekolah 3. Masyarakat
Mengapa Sekolah Perlu Melaksanakan Survei Pengaduan? 1. Sekolah sebagai unit pelayanan 2. Hak pengguna layanan untuk memperoleh pelayanan yang baik 3. Akuntabilitas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
169
Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah
www.kinerja.or.id
77
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
171
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum pembelajaran adalah peserta menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah. Tujuan khusus pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi tentang transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah, peserta dapat: 1. Menjelaskan kaitan antara good governance dengan transparansi dan akuntabilitas. 2. Menjelaskan makna transparansi dan akuntabilitas. 3. Mengidentifikasi jenis-jenis akuntabilitas. 4. Menyusun lesson learnt dari praktik baik tentang
..... peserta menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah.
transparansi sekolah yang mendapatkan pendampingan dari USAID-KINERJA.
POKOK BAHASAN 1. Kaitan antara good governance dengan transparansi dan akuntabilitas. 2. Makna transparansi dan akuntabilitas. 3. Jenis-jenis akuntabilitas. 4. Contoh penerapan transparansi dan akuntabilitas di sekolah.
172
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
METODE
WAKTU
1. Curah pendapat
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135
2. Ceramah
menit), dengan rincian sebagai berikut:
3. Rsesitasi 4. Presentasi
Waktu
5. Tanya jawab
Pokok Bahasan
5 menit
Pengantar
10 menit
Pengkondisian
30 menit
Fasilitator Presentasi
30 menit
Diskusi Kelompok
1. Komputer/laptop
50 menit
Wakil Kelompok Presentasi
2. LCD
10 menit
Penutup
ALAT DAN BAHAN
3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas
PROSES FASILITASI
Pengantar (5 menit)
Penutup (10 menit)
www.kinerja.or.id
Pengkondisian (10 menit)
Presentasi (50 menit)
Pemaparan Materi (30 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
173
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Pengantar (5 menit)
Penutup (10 menit)
Fasilitator mengajak peserta bermain game.
Fasilitator mereview hasil diskusi.
Apersepsi (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi peningkatan partisipasi masyarakat dan stake
BAHAN BACAAN
holders dalam pelayanan publik d sekolah. 2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang urgensi transparansi dan akuntabilitas. 3. Fasilitator memancing pikiran kritis peserta terhadap fenomena sekolah yang kurang transparan.
Presentasi (30 menit) Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah.
Diskusi Kelompok (30 menit)
BAHAN BACAAN: TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMEN SEKOLAH 1. PENDAHULUAN Diskursus tentang good governance atau kepemerintahan yang baik, merupakan kelanjutan perkembangan diskursus tentang good governmet.
1. Fasilitator membentuk kelompok.
Good governance merupakan isu yang paling
2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan
mengemuka belakangan ini, terutama ketika
dalam kelompok.
keinginan untuk mewujudkan kepemerintahan yang
3. Kelompok mendiskusikan topik yang diberikan.
kapabel sekaligus yang baik menjadi tekad hampir
4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas
semua negara bangsa. Pemahaman umum tentang
plano.
good governance mulai mengemuka di Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era
Presentasi (50 menit) 1. Wakil Kelompok Presentasi 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada). 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan para peserta.
tahun 2000-an. Kepemerintahan yang baik banyak diperkenalkan oleh lembaga donor atau pemberi pinjaman luar negeri seperti World Bank, Asean Development Bank, IMF maupun lembaga-lembaga pemberi pinjaman lainnya yang berasal dari negara-
174
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
negara maju. Good governance dijadikan aspek
hal-hal keuangan. Dari pola pemerintahan ini,
pertimbangan lembaga donor dalam memberikan
maka pemerintah sesuai dengan tingkatannya
pinjaman dan hibah.Good governance ini sudah
secara formal mempunyai akuntabilitas (public
memasuki ranah universitas dengan label good
accountability) kepada parlemen di tiap tingkatan
university governance dan ranah sekolah dengan
pemerintahan (federal, negara bagian, dan lokal).
label good school governance. Good governance mengharuskan penggunaan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan kepemrintahan. Deklarasi Tokyo mengartikan akuntabilitas sebagai kewajibankewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumbersumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk menjawab hal-hal yang terkait dengan pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan program. Akuntabilitas terkait dengan asesemen tentang standar pelaksanaan kegiatan. Beberapa negara maju di Eropa seperti Jerman dan Inggris telah menerapkan konsep akuntabilitas hampir di setiap aspek kepemerintahan sejak tahun 1970-an. Inggris di era John Major dan Toni Blair memasyarakatkan akuntabilitas dengan menyusun Output and Performance Analysis (OPA Guidance). Pemerintah Inggris menetapkan gagasan tentang Public Services for The Future: Modernisation, Reform, Accountability”, yang mengharuskan setiap keputusan tidak hanya berorientasi pada pengeluaran dan atau penyerapan dana,tetapi juga mengenai peningkatan jasa yang diberikan beserta dengan perbaikannya. Jerman menetapkan bahwa keterlibatan pusat (central involvement) dalam kegiatan setiap menteri dibatasi pada masalah kepegawaian, teknologi informasi dan
www.kinerja.or.id
2. MAKNA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS Transparansi atau keterbukaan berarti seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui mekanisme pengelolaan sumberdaya sekolah. Selanjutnya sekolah memperoleh kepercayaan dan dukungan dari pemangku kepentingan. Keterbukaan dapat dilakukan melalui penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sumberdaya sekolah, untuk memperoleh kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik merupakan langkah awal upaya sekolah dalam meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah (Kemendikbud, 2012). Keterbukaan atau transparansi dalam pengelolan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan MPMBS. Keterbukan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan, perencana dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol. Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan accoutability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
175
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga
Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk
diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian
laporan yang dapat mengekspresikan pencapaian
accountability dan responsibility seringkali diartikan
tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu
sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda.
organisasi, karena pencapaian tujuan merupakan
Beberapa ahli menjelaskan bahwa dalam kaitannya
salah satu ukuran kinerja individu maupun unit
dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas
organisasi. Tujuan tersebut dapat dilihat dalam
yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu
rencana stratejik organisasi, rencana kinerja, dan
kebijakan. Sedangkan accountability merupakan
program kerja tahunan, dengan tetap berpegangan
kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi
pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah
otoritas yang diperolehnya tersebut.
(RJPM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Media akuntabilitas lain yang cukup efektif dapat
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin
berupa laporan tahunan tentang pencapaian tugas
H Saleh dan Aslam Iqbal berpendapat bahwa
pokok dan fungsi dan target-target serta aspek
akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak
penunjangnya seperti aspek keuangan, aspek
kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas
sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia
internal dan eksternal seseorang. Dari sisi
dan lain-lain.
internal seseorang akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-
Perkembangan penyelenggaraan negara di
nya. Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang
Indonesia memperlihatkan upaya sungguh-sungguh
adalah akuntabilitas orang tersebut kepada
untuk menghasilkan suatu pemerintahan yang
lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-
berorientasi pada pemenuhan amanah dari seluruh
bawahan) maupun lingkungan masyarakat.
masyarakat. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk
dan Bebas KKN menguraikan mengenai azas
kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil
akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara dan
pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini,
pengelolaan pemerintahan. Hal ini mengisyaratkan
diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk
bahwa untuk mewujudkan suatu pemerintahan
mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta
yang responsif, bebas KKN serta berkinerja, kondisi
cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua
akuntabilitas merupakan 'sufficient condition'
itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting
kondisi yang harus ada.
dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain
Akuntabilitas menekankan pada
pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan
bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas
di sekolah, utamanya pencapaian sasaran
yang baik demikian juga sebaliknya.
peningkatan mutu sekolah. Sekolah dalam mengelola sumberdaya berdasar pada peraturan
176
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
perundangan dan dapat mempertangungjawabkan kepada pemerintah, seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses dan komponen manajemen sekolah.
b. Ada pengembangan potensi non akademik secara optimal.
c. Punya kejuaraan non akademik di berbagai bidang.
d. Punya kejuaraan non akademik banyak di tingkat lokal, regional, nasional, dan
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara
internasional.
tertulis disertai bukti-bukti administratif yang syah, menunjukkan bukti fisik (seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-alat laboratorium), atau lisan misalnya rapat dengan mengundang pemangku kepentingan.
3. JENIS-JENIS AKUNTABILITAS SEKOLAH
3. Akuntabilitas moral, yang ditunjukkan dengan: a. Adanya moral meaning, moral feeling, dan action di sekolah. b. Mengaitkan manajemen dengan fungsi normatif pendidikan, sebagai wahana untuk membangun moral anak didik di masa kini dan masa depan. c. Bertanggungjawab untuk tetap memelihara
Jenis-jenis akuntabilitas di sekolah terdiri atas
moralitas masyarakat melalui strategic group
sebagai berikut:
di lembaga pendidikan.
1. Akuntabilitas akademik yang ditunjukkan dengan: a. Prestasi akademik tinggi b. Tingkat Kelulusan Tinggi c. Punya kejuaraan di berbagai bidang akademik d. Kejuaraan lomba mata pelajaran e. Kejuaraan olimpiade f. Lulusannya terserap di lembaga pendidikan lanjutan dengan kategori baik.
4. Akuntabilitas hukum, yang berarti: . a. Kinerja pendidikan tidak keluar dari koridor hukum. b. Kinerja pendidikan menjadi contoh/teladan terkait penaatan terhadap hukum. c. Kinerja pendidikan tidak menimbulkan masalah dari segi hukum. 5. Akuntabilitas politik, yang berarti: a. Apa yang diperbuat oleh pimpinan lembaga
2. Akuntabilitas non akademik, yang ditunjukkan dengan:
a. Mengakomodasi keragaman potensi non akademik peserta didiknya.
www.kinerja.or.id
pendidikan bisa diterima oleh stakeholdersnya (institusi yang menaungi, orangtua, masyarakat dan warga sekolah). b. Apa yang diperbuat oleh pimpinan lembaga pendidikan menimbulkan satisfaction oleh
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
177
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
stakeholders-nya (institusi yang menaungi,
1. Terbuka saat menyusun perencanaan sekolah,
orangtua, masyarakat dan warga sekolah).
karena ada keterlibatan dari multi stake holders dalam proses-proses penusunannya.
6. Akuntabilitas administratif, yang berarti: a. Kinerja lembaga pendidikan dapat dipertanggungjawabkan secara administratif kepada stakeholders-nya. b. Pertangungjawabannya dalam bentuk laporan yang mudah dipahami dan sesuai dengan pedoman yang ditentukan. 7. Akuntabilitas ekonomik yang berarti: a. Lembaga pendidikan mempunyai prospectus pertumbuhan dan kualitas. b. Kelembagaan pendidikan mempunyai pertumbuhan: ada peningkatan aset: lahan, peserta didik, sumber daya, dan sumber dana. c. Kelembagaan pendidikan mempunyai peningkatan kualitas: secara horisontal dan vertikal.
2. Hasil penyusunan rencana sekolah yang berbentuk RKS dan program-program sekolah, dipajang pada dinding pengumuman sekolah sehingga dapat dilihat oleh publik yang menjadi pengguna pelayanan pendidikan. 3. Rencana anggaran kegiatan sekolah (RAKS) juga disusun dengan melibatkan komite sekolah, disetujui dan dketahui oleh komite sekolah. Semua warga sekolah bisa mengetahui secara transparan terhadap kebutuhan dana sekolah beserta dengan pembelanjaan dan atau pengeluarannya. 4. RKS pada sekolah-sekolah yang didampingi oleh kinerja selama menerapkan MBS, juga dipajang pada suatu tempat yang dapat diketahui dan diakses dengan mudah oleh publik atau masyarakat. 5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas), sekolah yang menerapkan MBS selama didampingi oleh kinerja, juga melaporkan
4. CONTOH PENERAPAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DI SEKOLAH Penerapan transparansi telah dilakukan oleh sekolah-sekolah yang menerapkan MBS dan mendapatkan pendampingan dari kinerja. SD-SD yang berada di Kota Probolinggo, telah menunjukkan transparansi dala pengelolaan sekolah. Bentuk transparansi yang mereka tunjukkan adalah:
178
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
kegiatan dan sekolah beserta dengan pengunaan anggarannya kepada orang tua, UPTD, Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan bahkan kepada multi stake holder yang lainnya. 6. Setelah sekolah menerapkan transparansi dan akuntabilitas, maka kepercayaan masyarakat terhadap sekolah makin meningkat, dan partisipasi yang diberikan juga semakin meningkat (lebih lanjut, baca bab: Partisipasi masyarakat dan stake holders dalam pelayanan publik di sekolah).
www.kinerja.or.id
KOMITE SEKOLAH DI JEMBER BANGKIT SETELAH ADA USAID-KINERJA
I
bu Lulus Yuliastutik, Kepala Sekolah SDN Sidomekar 08 Kec. Semboro Kab. Jember yang merupakan salah satu sekolah mitra Program USAID-KINERJA, telah mulai menerapkan MBS
berpelayanan publik da membuka ruang partisipasi bagi masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah. Menyadari manfaat partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas Ibu Lulus segera memulai langkah terobosan dengan mereformasi komite sekolah, yang sebelumnya keberadaan komite sekolah hanya sekedar ada. Alhasil, beliau berhasil menemukan tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan bernama Bpk. Risqon, SE yang terpilih menjadi Ketua Komite. Pendampingan teknis KINERJA melalui Lokakarya Penguatan dan Pemberdayaan Komite Sekolah, komite dan kepala sekolah serta guru memahami apa peran dan fungsi komite sekolah. SK Pengurus Komite tertanggal 14 April 2012 telah diterbitkan dan saat ini sudah memiliki AD/ART serta program kerja Komite sekolah yang dilengkapi dengan visi misi. Dibawah kepemimpinan Bapak Risqon, komite Sidomekar 08 mulai bangkit untuk terlibat dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya yaitu sebagai Supporting, Mediator, Advisor dan controlling. Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Komite Sekolah SDN Sidomekar 08 antara lain : Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan perencanaan sekolah, membantu guru menghitung & menentukan KKM (mengadakan workshop penghitungan & penetapan KKM), membantu meningkatkan mutu dan promosi sekolah. Bekerjasama dengan PT Indofood (mie sedap), Teh Botol Sosro, Yamaha sebagai sponsor lomba baca puisi, mewarna & menggambar untuk anak TK calon murid, drumband dan Famili Cerdas. Acara digelar agar masyarakat dan orang tua murid bersama keluargnya datang ke sekolah dan mengetahui kondisi sekolah sekaligus promosi Bekerjasama dengan Pabrik Gula Semboro untuk mencarikan bea siswa untuk peserta didik Bekerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Semboro, memanfaatkan lahan milik KUD untuk bercocok tanam hortikultura ) Pepaya, kangkung, bayam, gambas, dan katu ) sebagai kegiatan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
179
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
ekstra dan praktek pertanian untuk siswa. Hasilnya dijual dengan pembagian 50 % komite sekolah untuk dikembangkan lagi, 25 % sekolah dan pengelola. Mendirikan KANTIN SEKOLAH, hasilnya 50% komite dan 50% sekolah. Tujuannya selain untuk support dana ke sekolah, juga menciptakan jiwa wirausaha siswa dan masyarakat sekolah karena menjual makanan yang diproduksi orang tua murid seperti Klepon, Kripik Pisang, Opak gepit, Kacang telur, Roti kering, dan rengginan. Siswa mengambil sendiri makanan yang dibeli dan mengadministrasikan sendiri dengan memasukan uang serta mencatat sendiri dalam buku, pengelola hanya mengkoordinir & mengawasi serta membantu siswa yang belum bisa. baca, tulis.
180
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
BAHAN PRESENTASI
RESPONSIBILITY DAN ACCOUNTABILITY Responsibility merupakan otoritas yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Accountability merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.
JENIS-JENIS AKUNTABILITAS SEKOLAH 1. Akuntabilitas akademik 2. Akuntabilitas non akademik 3. Akuntabilitas moral 4. Akuntabilitas hukum 5. Akuntabilitas politik 6. Akuntabilitas administratif 7. Akuntabilitas ekonomik
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
181
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
AKUNTABILITAS AKADEMIK
• Prestasi akademik tinggi • Tingkat kelulusan tinggi • Punya kejuaraan di berbagai bidang
akademik • Kejuaraan lomba matapelajaran • Kejuaraan olimpiade • Lulusannya terserap di lembaga pendidikan.
182
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di Sekolah
88
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
183
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 8 Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik Sekolah
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum pembelajaran adalah peserta dapat mengambil pelajaran dari praktik-praktik penerapan MBS berorientasi pelayanan publik. Tujuan khusus pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi tentang praktik baik (good practice) penerapan MBS berorientasi pelayanan publik, peserta dapat: 1. Mengidentifikasi praktik baik (good practice) penerapan MBS berorientasi pelayanan publik yang pernah dilihat di daerah masing-masing. 2. Mengambil praktik-praktik baik penerapan MBS berorientasi pelayanan publik sebagai leason leaner. 3. Menganalisis kemungkinan penerapan praktikpraktik baik penerapan MBS berorientasi pelayanan publik di sekolah masing-masing.
Tujuan umum pembelajaran adalah peserta dapat mengambil pelajaran dari praktikpraktik penerapan MBS berorientasi pelayanan publik.
POKOK BAHASAN 1. Praktik-praktik baik manajemen kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah. 2. Praktik-praktik baik manajemen kelas berbasis sekolah. 3. Praktik-praktik baik manajemen SDM. 4. Praktik-praktik baik manajemen peserta didik. berbasis sekolah.
184
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
5. Praktik-praktik baik manajemen sarana prasarana berbasis sekolah.
WAKTU
6. Praktik-praktik baik manajemen keuangan berbasis sekolah. 7. Praktik-praktik baik manajemen partisipasi masyarakat berbasis sekolah. 8. Contoh Penerapan Praktik MBS di Kabupaten/Kota Mitra Kinerja
METODE 1. Curah pendapat 2. Ceramah
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berkut. Waktu
Pokok Bahasan
5 menit
Pengantar
10 menit
Pengkondisian
30 menit
Telaah teks/bahan bacaan
30 menit
Diskusi Kelompok
50 menit
Wakil Kelompok Presentasi
10 menit
Penutup
3. Rsesitasi 4. Presentasi 5. Tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop 2. LCD 3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
185
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
PROSES FASILITASI
Pengantar (5 menit)
Pengkondisian (10 menit)
Penutup (10 menit)
Fasilitator mengajak senam kepada peserta.
Apersepsi (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi sebelumnya 2. Fasilitator menggali pengalaman peserta tentang pelaksanaan MBS di sekolahnya masing-masing. 3. Fasilitator memancing pendapat peserta lain tentang pengalaman pelaksanaan MBS di sekolah yang telah diceritakan oleh peserta.
Telaah Bahan Bacaan (30 menit) 1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menelaah bacaan tentang good practice MBS berorientasi pelayanan publik.
186
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Diskusi Kelompok (30 menit)
Presentasi (50 menit)
Pengantar (5 menit)
Telaah Bahan Bacaan (30 menit)
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menggaris bawahi hal-hal penting pada bacaan yang ditelaah. 3. Failitator memberikan kesempatan kepada peserta mengidentifikasi good practice MBS berorientasi pelayanan publik di daerahnya masing-masing.
Diskusi Kelompok (30 menit) 1. Fasilitator membentuk kelompok 2. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian kelompok mendiskusikan langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh sekolah untuk mencapai SPM. 3. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian kelompok untuk mendiskusikan langkah-langkah sekolah untuk mencapai SNP.
www.kinerja.or.id
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
dan dapat dijadikan sebagai 'lessons learnt' oleh
kelompok meringkas hasil diskusinya pada
sekolah-sekolah lain. Good practices tersebut,
kertas plano.
diangkat dari sekolah-sekolah yang selama ini menerapkan MBS yang dibina oleh pemerintah
Presentasi (50 menit) 1. Fasilitator membentuk kelompok 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mengidentifikasi praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dapat diterapkan di sekolah masing-masing beserta faktor pendukung, penghambat beserta pemecahannya. 3. Wakil Kelompok Presentasi 4. Anggota kelompok menambahkan (jika ada)
(Kemendiknas dan Dinas Pendidikan Provinsi dan kabupaten kota) dan yang dibina oleh NGO (termasuk yang didampingi oleh Kinerja-USAID). Mengingat aspek substansi manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pelayanan publik tersebut dimulai dari manajemen pembelajaran sampau dengan manajemen partisipasi masyarakat, maka sajian tentang good practices tersebut juga mengikuti alur aspek subtansi manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pelayanan publik.
5. Kelompok presenter bertanya jawab dengan para peserta
Penutup (10 menit) Fasilitator mereview hasil diskusi
B. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH 1. Kurikulum yang diterapkan di sekolah yang menerapkan MBS adalah KTSP. Manajemen mutu KTSP di sekolah yang menerapkan MBS
BAHAN BACAAN
terdiri atas: mencermati perubahan kurikulum, mempelajari KTSP, sosialisasi KTSP, worshop silabus, sharing silabus, expert judgement silabus, dan pengesahan silabus.
BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
2. Pencermatan perubahan kurikulum dilakukan oleh Sekolah yang menerapkan MBS sejak adanya informasi perubahan kurikulum dari 1994 ke KBK, Kurikulum 2004 dan KTSP. Setelah KTSP ditetapkan secara resmi sebagai kurikulum yang dipakai secara nasional, sekolah
A. PENDAHULUAN
yang menerapkan MBS mempelajari KTSP. 3. Sosialisasi KTSP di sekolah yang menerapkan
Banyak good practice manajemen berbasis sekolah
MBS dilakukan kepada guru dan stake holders
berorientasi pelayanan publik yang dapat diangkat
dengan maksud memberikan pemahaman akan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
187
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
urgensi KTSP, selanjutnya bisa mencangkokkan komitmen untuk mengimplementasikan KTSP. 4. Penyusunan silabus dilakukan bersama oleh
3. Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan penyusunan RPP yang bermutu oleh guru, dengan memedomani silabus yang sudah
tenaga kependidikan sekolah yang menerapkan
disyahkan, di-sharing-kan dengan dan di-review
MBS sesuai dengan rambu-rambu yang
oleh sejawat dan dilakukan expert-judgement,
ditetapkan oleh BSNP, dengan mengakomodasi
serta dilakukan revisi berulang.
potensi dan kearifan lokal. 5. Sharing silabus, judgement expert, review
4. Substansi RPP yang disusun oleh guru Sekolah yang menerapkan MBS meliputi: identitas mata
silabus dan revisi silabus, dilakukan oleh tenaga
pelajaran, kompetensi, tujuan pembelajaran,
kependidikan di sekolah yang menerapkan
materi pembelajaran, langkah-langkah
MBS dengan harapan menjadi silabus yang
pembelajaran; metode, media dan sumber
berkualitas karena telah didialogkan dengan
belajar; jenis dan instrumen evaluasi; identitas
sejawat dan mendapatkan banyak masukan
penyusun dan pengesahan oleh penyusun dan
dari pakar kependidikan mata pelajaran sesuai
kepala sekolah.
keahliannya. 6. Silabus yang sudah melalui perbaikan secara
5. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Sekolah yang menerapkan MBS memedomani RPP;
berulang kemudian disahkan dan dirujuk ketika
menggunakan model, strategi, metode dan
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
media pembelajaran yang mengerucut ke arah
(RPP).
PAKEM. 6. Evaluasi pembelajaran yang diterapkan di Sekolah yang menerapkan MBS adalah evaluasi
C. GOOD PRACTICES MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS SEKOLAH
autentik, yang terdiri atas tes dan non tes. Guna mengetahui keberhasilan pembelajaran, Sekolah yang menerapkan MBS menerapkan standar ketuntasan minimal (SKM).
1. Manajemen pembelajaran pada sekolah yang
7. Dalam evaluasi pembelajaran (PS, PR, ulangan
menerapkan MBS adalah suatu aktivitas yang
harian, ulangan sub semester dan ulangan
bermaksud mewujudkan mutu pembelajaran
semester), guru mengoreksi dan memberikan
sehingga proses dan hasil pembelajaran
balikan kepada siswa. Siswa yang berprestasi
menjadi bermutu.
dalam berbagai ulangan dan pengerjaan tugas
2. Proses manajemen pembelajaran Sekolah
mendapatkan reward dari guru, siswa yang
yang menerapkan MBS meliputi: perencanaan
belum mencapai KKM mendapatkan remidi, dan
pembelajaran, implementasi pembelajaran dan
siswa yang sudah mencapai KKM lebih cepat
penilaian pembelajaran.
dari kawannya mendapatkan pengayaaan materi pembelajaran.
188
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
8. Keseluruhan hasil evaluasi dikembalikan kepada siswa dan dilaporkan kepada orangtua, melalui raport.
D. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KELAS BERBASIS SEKOLAH 1. Ruang kelas pada sekolah yang menerapkan
E. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KESISWAAN BERBASIS SEKOLAH 1. Manajemen kesiswaan adalah upaya yang dilakukan oleh pengelola Sekolah yang menerapkan MBS dalam memproses input siswa menjadi output yang bermutu sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah. 2. Manajemen mutu kesiswaan berbasis terdiri
MBS berada dalam keadaan bersih dan terawat,
atas rekrutmen siswa baru, identifikasi potensi
karena disapu dan dilap setiap hari oleh siswa
akademik dan non akademik, pembinaan
piket yang diatur oleh guru kelas.
yang berpotensi akademik dan non akademik,
2. Ruang kelas sekolah yang menerapkan MBS
penyaluran bagi yang kurang potensial di bidang
dihias menarik oleh siswa dengan bimbingan
akademik dan non akademik, pemantauan siswa
guru kelas sehingga kondusif untuk belajar.
yang melanjutkan studi.
3. Pada dinding ruang sekolah yang menerapkan
3. Rekrutmen siswa baru dilakukan oleh Sekolah
MBS dipajang karya-karya terbagus siswa dan
yang menerapkan MBS berdasarkan daya
kalender, serta poster-poster afirmatif yang
tampung sekolah yang didahului dengan
menggelorakan semangat relajar siswa.
penyebaran pengumuman dalam bentuk brosur.
4. Berbagai jenis ringkasan mata pelajaran, mind
4. Identifikasi potensi akademik dan non akademik
mapping, rumus matematika dan MIPA, dan
siswa dilakukan oleh guru kelas dan satgas
pojok mata pelajaran dibuat dan ditempatkan
yang dibentuk, guna memetakan siswa yang
pada ruang kelas Sekolah yang menerapkan
berpotensi akademik, berpotensi non akademik,
MBS secara berkala sesuai dengan kebutuhan
dan berminat akademik dan non akademik.
pembelajaran.
5. Terdapat aturan yang dipedomani dan dijalankan
5. Siswa berpotensi akademik dibina sampai mengerucut ke kejuaraan lomba mata pelajaran,
oleh wali kelas, sehingga kelas yang menjadi
siswa berpotensi non akademik dibina sampai
tangungjawab guru kelas benar-benar kondusif
mengerucut ke kejuaraan lomba non akademik,
untuk melaksanakan pembelajaran yang
dan siswa yang berminat akademik dan non
bermutu.
akademik disalurkan pembinaannya melalui kegiatan ekstra kurikuler untuk variasi dan pengayaan perolehan belajar di bidang akademik.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
189
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
6. Siswa yang berprestasi dan menjadi
menugasi, meningkatkan kemampuan,
juara bidang akademik dan non akademik
memberikan penghargaan kepada tenaga
mendapatkan penghargaan material dan non
kependidikan agar memberikan kontribusi yang
material serta ditampilkan dalam berbagai
bermutu terhadap proses pendidikan di sekolah.
kegiatan gebyar sekolah agar makin memacu
2. Aktivitas manajemen tenaga kependidikan
yang bersangkutan dan kawannya untuk
terdiri atas: rekrutmen, penugasan, penggajian,
mendapatkan kejuaraan akademik dan non
peningkatan kualifikasi dan kompetensi, promosi
akademik berikutnya.
dan penghargaan.
7. Guna mempertahankan mutu pembinaan,
3. Rekrutmen tenaga kependidikan pada Sekolah
maka setiap pembina mendapatkan insentif
yang menerapkan MBS melalui seleksi ketat,
pembinaan, dan pembina kesiswaan yang
referensi kepala sekolah dan guru sejawat serta
berprestasi mendapatkan rewardbertingkat
yayasan sehingga yang terekrut memenuhi
sesuai dengan tingkatan prestasinya.
kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan
8. Berdasarkan pembinaan dan pendampingan yang bermutu kepada siswa, maka Sekolah yang menerapkan MBS banyak mendapatkan
kemampuan khusus sesuai dengan ciri khas sekolah yang menerapkan MBS. 4. Penugasan tenaga kependidikan Sekolah yang
kejuaraan penghargaan baik di bidang akademik
menerapkan MBS selain pada tugas utama,
maupun non akademik.
juga pada tugas tambahan, sesuai dengan
9. Sekolah yang menerapkan MBS memantau
kualifikasi, kompetensi dan kemampuan khusus
kelanjutan studi lulusannya dan membangun
yang dimiliki, dan didasarkan atas kebutuhan riil
jaringan alumni sebagai bentuk akuntabilitas
pengembangan peserta didik di sekolah.
pembinaan berkelanjutan dan sekaligus
5. Penggajian tenaga kependidikan Sekolah yang
mengkondisikan alumni agar memberikan
menerapkan MBS didasarkan atas jenis dan
kontribusi akademik dan non akademik kepada
jumlah beban tugas, kualifikasi dan kompetensi,
sekolah asalnya.
golongan/ruang, masa kerja dan alokasi serta kemampuan angggaran sekolah. 6. Peningkatan kualifikasi tenaga tenaga
F. GOOD PRACTICES MANAJEMEN SDM (TENAGA KEPENDIDIKAN) BERBASIS SEKOLAH
kependidikan sekolah yang menerapkan MBS melalui studi lanjut, sedangkan peningkatan kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah, pelatihan, workshop, seminar, pendampingan, dan kemitraan dengan lembaga lain.
1. Manajemen tenaga kependidikan adalah
190
7. Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan
aktivitas yang dilakukan oleh pengelola Sekolah
dedikasi tenaga kependidikan pada sekolah
yang menerapkan MBS untuk merekrut,
yang menerapkan MBS, dan terdapat upaya
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
peningkatan atau promosi karier secara
tua, masyarakat dan stake holders sekolah yang
berkelanjutan.
lainnya. 6. Inventarisasi sarana prasarana pada sekolah yang menerapkan MBS dilakukan setelah
F. GOOD PRACTICES MANAJEMEN SARANA PRASARANA BERBASIS SEKOLAH
sarana prasarana diadakan dengan cara memberikan label sarana prasarana yang ada, dan mencatat pada buku inventaris sekolah, papan inventaris yang ditempatkan pada ruang kepala sekolah dan guru, dan pada
1. Manajemen sarana prasarana adalah pengaturan sarana prasarana secara bermutu agar siap dipergunakan untuk mendukung
daftar inventaris yang ditempelkan pada setiap ruangan. 7. Penggunaan sarana prasarana pada sekolah
pelaksanaan bidang akademik dan non
yang menerapkan MBS dilakukan secara
akademik di sekolah yang menerapkan MBS.
optimal sehingga tingkatan utilitas gedung,
2. Aktivitas manajemen sarana prasarana Sekolah
ruangan, peralatan pembelajaran dan penunjang
yang menerapkan MBS terdiri atas: identifikasi
pembelajaran pada sekolah yang menerapkan
kebutuhan sarana dan prasarana, pengadaan
MBS tergolong tinggi pada jam-jam sekolah.
sarana prasarana, inventarisasi sarana
8. Perbaikan, perawatan dan pemeliharaan sarana
prasarana, penggunaan sarana prasarana,
prasarana pada sekolah yang menerapkan MBS
perawatan dan pemeliharaan sarana prasarana.
selalu dilakukan agar sarana prasarana yang
3. Identifikasi kebutuhan sarana prasarana
tersedia tetap layak, aman dan nyaman dipakai
dilakukan oleh pengelola sekolah yang
sehingga senantiasa siap dipergunakan untuk
menerapkan MBS dengan bantuan tenaga
kepentingan pembelajaran atau akademik dan
kependidikan, atau oleh satuan tugas yang
kepentingan lainnya atau non akademik.
dibentuk leh pengelola. 4. Pengadaan sarana prasarana dilakukan berbasis kebutuhan riil sekolah baik di bidang akademik maupun non akademik, dan dilakukan oleh pengelola dan tenaga kependidikan
H. GOOD PRACTICES MANAJEMEN KEUANGAN BERBASIS SEKOLAH
Sekolah yang menerapkan MBS. 5. Pengadaan sarana prasarana sekolah yang
1. Manajemen keuangan sekolah yang
menerapkan MBS dilakukan dengan cara
menerapkan MBS adalah upaya penggalian
pembangunan gedung dan ruangan; pembelian
sumber dan pembelanjaan dana secara bermutu
peralatan; mendapatkan sumbangan dari orang
dan selektif, guna mendukung aktivitas dan mutu pendidikan dan pembelajaran.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
191
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
2. Aktivitas manajemen keuangan berbasis religi terdiri atas: perencanaan anggaran, penggalian anggaran, realisasi dalam bentuk penggunaan dan pembelanjaan anggaran, dan laporan pertangungjawaban anggaran. 3. Perencanaan anggaran adalah menyusun RAKS
1. Manajemen partisipasi masyarakat sekolah
yang berbasis pada Renstra sekolah dengan
yang menerapkan MBS adalah suatu aktivitas
melibatkan stake holders sekolah, selanjutnya
penggalangan, penerlibatan dan penggerakan
diajukan kepada pihak-pihak yang bisa menjadi
secara bermutu potensi masyarakat, terutama
sumber pebdanaan.
orang ua dalam rangka mendukung proses
4. Sumber dana sekolah yang menerapkan MBS, terdiri atas sumber tetap dan sumber tidak tetap. Sumber dana tetap terdiri atas uang pangkal/
pendidikan dan pembelajaran yang bermutu di sekolah. 2. Aktivitas manajemen partisipasi masyarakat
masuk siswa kelas 1 dan SPP. Sumber dana
sekolah yang menerapkan MBS terdiri atas
tidak tetap terdiri atas bantuan suka rela orang
identifikasi potensi orang tua dan masyarakat,
tua, bantuan pemerintah (BOS, block grand),
memprogramkan kerja sama dengan orangtua
bantuan luar negeri, bantuan masyarakat,
dengan masyarakat, berkomunikasi dengan
bantuan partner kerja sama, uang pangkal
orangtua dan masyarakat, membentuk komite
siswa pindahan, dan usaha sekolah melalui
sekolah, membentuk paguyuban orangtua
koperasi.
murid, menampilkan prestasi siswa dalam
5. Realisasi penggunaan anggaran untuk keperluan penciptaan pembelajaran berkualitas, pembimbingan dan layanan siswa; gaji,
pentas seni dan kegiatan keagamaan, membuat media sekolah. 3. Identifikasi potensi orangtua dan masyarakat
honorarium, pendidikan dan pelatihan serta
dilakukan setiap awal tahun oleh wali kelas
penghargaan tenaga kependidikan; pengadaan,
dan satuan tugas yang dibentuk untuk melihat
perbaikan dan perawatan sarana prasarana;
kemungkinan partisipasi yang dapat diberikan
penggalian dana baru; menggalang kerja sama
oleh orangtua dan masyarakat.
dengan orangtua, masyarakat dan mitra kerja sama. 6. Laporan angaran sebagai bentuk akuntabilitas
192
I. GOOD PRACTICES MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT BERBASIS SEKOLAH
4. Berdasarkan atas peta potensi orangtua dan masyarakat, pengelola sekolah yang menerapkan MBS menyusun program kerja
dirumuskan secara tertulis dan disampaikan
dan menggalang partisipasi dari (dan kerja
kepada orangtua, komite sekolah, institusi
sama dengan) orangtua dan masyarakat.
yang menaungi dan pemerintah serta para
Partisipasi orangtua dan masyarakat dikelola
penyumbang dana.
secara bermutu melalui kelembagaan komite
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
sekolah (di tingkat sekolah), paguyuban orang-
dokumen perencanaan yang akuntabel, yang
tua (di tingkat kelas), serta secara individual ke
prosesnya dilakukan secara partisipatif dengan
sekolah.
melibatkan tim pengembang sekolah (TPS) dan
5. Partisipasi orangtua dan masyarakat di sekolah
komite sekolah. Proses penyusunan diawali
yang menerapkan MBS dikelola dengan bermutu
dengan evaluasi diri sekolah, identifikasi
dalam wujud memberikan sumbangan pikiran,
pemenuhan standar pelayanan minimal dan
peningkatan kemampuan tenaga kependidikan,
masukan dari masyarakat. Padahal sebelumnya,
sumbangan dana, sumbangan tenaga untuk
Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) umumnya
peningkatan life skill siswa dan sumbangan non
disusun sepihak hanya oleh kepala sekolah
dana.
dan sebagian guru. Hampir di semua sekolah dampingan, dokumen rencana yang ada telah
J. CONTOH PENERAPAN PRAKTIK MBS DI KABUPATEN/ KOTA MITRA KINERJA
dipublikasikan oleh sekolah dengan beragam cara, menyesuaikan kondisi sekolah.
Dalam kaitan partisipasi, kesadaran kebutuhan akan peran dari mitra lainnya,
Sekolah-sekolah yang didampingi oleh kinerja-
mendorong sekolah untuk merevitalisasi
USAID dalam menerapkan MBS telah melakukan
ataupun meremajakan tim pengembang dan
berbagai jenis praktik-praktik yang baik (good
komite sekolah melalui SK pembentukan dan
practice) yang dapat dijadikan sebagai lesson
penyusunan anggaran dasar/ anggaran rumah
learn oleh sekolah-sekolah lain. Di antara berbagai
tangga (AD/ART)-nya. Di Sekadau, seluruh
praktik baik tersebut, dilaksanakan oleh SD-SD yang
sekolah yang didampingi telah memiliki SK TPS,
didamping oleh USAID-KINERJA di Jawa Timur dan
dimana 18 sekolah telah memiliki SK Komite
Kalimantan Barat.
sekolah dan 12 telah menyusun AD/ART Komite Sekolah.
Berikut dicuplikkan berapa praktik baik yang dilakukan oleh SD yang menerapkan MBS dengan
“Sejak adanya pendampingan MBS ini, kami
pendampingan USAID-KINERJA.
jadi lebih mengerti bagaimana membuat perencanaan sekolah dan mengajak orang tua
1. Penyusunan rencana sekolah yang lebih partisipatif
murid untuk terlibat,” H. Sabli, S.Pd, Kepsek SDN 47 Penanjung, Kec. Sekadau Hilir
Pasca intervensi KINERJA selama satu tahun pertama, seluruh sekolah mitra telah memiliki
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
193
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Gambar 7.12. Rencana Sekolah yang Dipajang
2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam realisasi rencana sekolah
akuntabel, kesadaran kritis dari para pihak mulai muncul akan perlunya dukungan mereka, baik berupa masukan penyelesaian masalah, dukungan tenaga maupun pendanaan.
Kampanye “Pendidikan Gratis” yang banyak dilakukan kalangan politisi dan elit lainnya
Salah satu praktek menarik mengenai hal ini
mengakibatkan keengganan masyarakat untuk
adalah apa yang berlangsung di SMP Negeri 1
membantu pembiayaan pendidikan. Banyak kepala
Belimbing, Kabupaten Melawi. Sekolah ini mampu
sekolah yang merasa seperti disodorkan buah
menggunakan rencana sekolah, yang dihasilkan
simalakama, dimana setiap kali sekolah mencoba
melalui proses yang transparan dan partisipatif,
menggalang pendanaan dari orangtua murid maka
dalam menggalang dukungan para pihak. Program
mengalami penolakan ataupun dituding melakukan
yang berhasil diidentifikasi dalam RKT sekolah
pungutan liar. Sebaliknya, jika tidak dilakukan
kemudian dilakukan pelelangan program kepada
penggalangan pendanaan maka layanan pendidikan
para pihak yang ada. Karena paham dengan proses
yang diberikan akan terkendala.
yang berlangsung, banyak pihak yang membeli lelang program ini.
Melalui proses pelibatan para pihak di tingkat
194
sekolah dan berlangsungnya proses perencanaan
Berdasarkan RAKS yang dipublikasikan sekolah,
dan pengelolaan sekolah yang transparan dan
pada tahun anggaran 2012-2013, total partisipasi
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
para pihak yang berhasil dikumpulkan adalah
Banyak pembelajaran menarik yang juga telah
sebesar Rp 125.300.000 (seratus duapuluh lima
terjadi dari implementasi MBS ini di beberapa
juta tiga ratus ribu rupiah). Beberapa program yang
sekolah. Bahkan ada sekolah yang telah mampu
berhasil dibeli oleh para pihak adalah: penyediaan
merangkul dunia usaha dan alumni yang ada
folding gate untuk ruang kelas, perbaikan toilet,
untuk membantu mewujudkan rencana sekolah
perbaikan ruang UKS, pembangunan kantin
yang disusun.Pelaksanaan Paket MBS di bidang
sekolah, penyediaan loker HP dan loker sepatu
pendidikan yang telah berlangsung di Kalimantan
siswa, pembuatan pagar dari batako yang berasal
Barat dipandang perlu dilanjutkan, baik dalam
dari sumbangan orangtua siswa, pengadaaan
tahapan konsolidasi maupun perluasan ke
penghijauan sekolah, perbaikan lantai sekolah
bebeberapa sekolah lainnya yang berada di lingkup
dengan pemasangan keramik, pengadaan kursi
kabupaten bersangkutan.
ruang rapat, pembuatan teralis untuk ruang komputer dan ruang koperasi, pelajaran ketrampilan
Secara umum, USAID-KINERJA melakukan
dan les tambahan siswa yang pembiayaannya oleh
perluasan melalui: (i) Membentuk Sekolah
orang tua murid, dan pembuatan kebun sekolah
Percontohan di tingkat Kabupaten dan
yang ditanami oleh tumbuhan produksi (buah brazil).
meningkatkan kapasitas dari sekolah tersebut dalam memberikan layanan sebagai sekolah percontohan MBS; (ii) Menjadikan Kepala Sekolah dan
3. Pengupayaan Dukungan dari Pemerintah Daerah
Pengawas sekolah (yang sejatinya memiliki tupoksi dalam supervisi sekolah) sebagai agen perluasan saat melakukan pendampingan ke sekolah; (iii)
Secara umum pelaksanaan program MBS di
Mendorong MSF sebagai agen perluasan, terutama
Kalimantan Barat yang dilakukan telah mampu
dengan mendekati komite sekolah untuk siap
memperkenalkan konsep tata kelola yang baik pada
berpartisipasi pada agenda sekolah dan juga
sekolah-sekolah target. Hampir seluruh sekolah
mendesakkan kebijakan yang mendukung bagi
dampingan telah melakukan identifikasi diri sekolah
pelaksanaan MBS; dan (iv) Menginisiasi lahirnya
(ada yang menggunakan Profile, EDS, dsbnya),
SK Kepala Dinas mengenai Pelaksanaan MBS
penyusunan dokumen perencana (revisi visi dan
dengan salah satu bagiannya menjelaskan bahwa
misi sekolah, RKS, RKT, RKAS), pelaksanaan
telah ada sekolah percontohan di wilayahnya, yang
perencanaan dan pelaporan keuangan sekolah
dapat dijadikan referensi bagi sekolah lain dalam
secara lebih partisipatif, lebih transpan dan lebih
mengimplementasikannya.
menerapkan aspek akuntabilitas. Meskipun derajat penerapannya di setiap sekolah sangat beragam
Keinginan untuk berlangsungnya perluasan
dengan faktor pendorong yang sangat beragam.
dinyatakan oleh berbagai pihak. Di Melawi, Dinas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
195
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Pendidikan mengalokasikan pendanaan kegiatan
kualitas pendidikan,” Heni Juniarti, ST, MM,
perluasan melalui pelatihan kepada pengawas dan
Kepala Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kabupaten
50 orang kepala sekolah mengenai MBS pada 22-
Bengkayang.
23 Mei 2013 yang lalu. Sementara di Bengkayang, keinginan perluasan ini dinyatakan secara terbuka
“Sebelumnya kami tahu ada MBS yang diusung
kepada khalayak melalui media lokal yang ada.
USAID-KINERJA, namun tidak pernah dilibatkan. Sekarang setelah dilibatkan, kami jadi lebih
“Dengan kegiatan ini, kita berharap dua puluh
tahu mengenai MBS dan kami sepakat untuk
sekolah mitra yang terdiri dari enam belas SD
mensosialisasikannya ke sekolah binaan kami di
dan empat SMP bisa dijadikan contoh untuk
luar yang 20 sekolah mitra yang sudah ada ini, “
sekolah lain dalam rangka meningkatkan
Sukarwanta, Pengawas TK/SD di Sekadau.
• Pernyataan Dukungan Perluasan MBS dari Dinas
• Kegiatan Pelatihan kepada pengawas dan
Pendidikan Kabupaten Bengkayang.
50 orang kepala sekolah mengenai MBS di Melawi pada 22-23 Mei 2013
196
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
GOOD PRACTICES MANAJEMEN KELAS BERBASIS SEKOLAH • Ruang kelas dirawat dan dihias menarik oleh siswa dengan pengaturan wali kelas. • Pada dinding dipajang kalender, karya terbagus siswa, dan poster afirmatif yang menggelorakan semangat belajar siswa. • Ringkasan mata pelajaran, mind mapping, rumus MIPA, dan pojok mata pelajaran diganti secara berkala sesuai kebutuhan pembelajaran. • Terdapat aturan yang dipedomani wali kelas. dan menjamin kondusifnya pembelajaran berkualitas. • Kelas tidak hanya dibatasi pada ruang kelas, tetapi diperluas sampai teras, halaman, taman dan pekarangan sekolah.
GOOD PRACTICES MANAJEMEN KESISWAAN BERBASIS SEKOLAH • Memproses input menjadi output bermutu sesuai visi, misi dan tujuan sekolah. • Aktivitas: rekrutmen siswa baru, identifikasi potensi akademik dan non akademik siswa, pembinaan siswa berpotensi, penyaluran siswa berminat dan pemantauan siswa yang melanjutkan. • Rekrutmen siswa baru sesuai daya tampung dan didahului pengumuman. • Identifikasi potensi siswa untuk memetakan potensi dan minat siswa. • Siswa berpotensi akademik dan non akademik dibina mengerucut ke kejuaraan lomba, siswa yang berminat disalurkan ke kegiatan ekstra kurikuler. • Siswa dan tenaga kependidikan juara mendapatkan penghargaan dan ditampilkan dalam gebyar sekolah. • Pemantauan kelanjutan studi dan pembentukan alumni.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
197
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
GOOD PRACTICES MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH • Merekrut, menugasi,meningkatkan kemampuan, memberikan penghargaan kepada tenaga kependidikan agar memberikan kontribusi bermutu terhadap pendidikan di sekolah. • Rektutmen melalui seleksi ketat, referensi kepala sekolah, sejawat dan yayasan sehingga memenuhi kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan kemampuan khusus sesuai dengan ciri khas Sekolah yang menerapkan MBS. • Penugasan pada tugas utama dan tambahan sesuai dengan kualifikasi kompetensi dan kemampuan khususnya, dan didasarkan atas kebutuhan riil pengembangan peserta didik. • Penggajian didasarkan atas jenis, beban tugas, kualifikasi, kompetensi, golongan/ruang masa kerja, dan kemampuan angggaran sekolah. • Peningkatan melalui studi lanjut, peningkatan kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah, pelatihan workshop, semimar pendampingan dan kemitraan dengan lembaga lain. • Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan dedikasi, serta peningkatan karier secara berkelanjutan.
198
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C Lampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan MBS akan di terapkan dengan pendekatan KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya, dan pelatihan pada awal setiap langkah. Proses yang sama dipakai pada tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh peserta lama untuk dapat diingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah sudah mempunyai pengalaman melaksanakan MBS selama tiga tahun. Pelatihan mungkin tidak begitu penting lagi bagi daerah tersebut, namun seri lokakarya masih penting agar pertemuan semua pemangku kepentingan dapat diatur dengan baik. Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak melakukan fasilitasi MBS di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat yang memasarkan pelatihan saja. Fasilitator MBS. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai Fasilitator MBS. Sangat penting agar para fasilitator MBS menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan tim. Ia harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi pemerintah daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/evaluasi implementasi MBS. Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator MBS adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun MBS yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun MBS. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan tersebut, khususnya Tim Penyusun MBS. Dalam praktik USAID-KINERJA, tugas fasilitasi dilaksanakan oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan pendampingan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
199
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Dalam pelaksanaan program USAID-KINERJA, bagian dari bahan ini juga dipakai: •
Bagi OMP agar memiliki acuan dalam melakukan pendampingan pengelolaan MBS di daerah
•
Dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan penyusunan MBS
•
Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses penerapan MBS sebagai bahan dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku seri pembelajaran USAID-KINERJA tentang MSF)
•
Media (lihat juga buku seri pembelajaran USAID-KINERJA tentang MSF).
Proses. Proses fasilitasi USAID-KINERJA digambarkan dalam bagan yang berikut:
Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID. Langkah 4 dapat didukung oleh pelatihan KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder Forum dan juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8. Proses fasilitasi penghitungan BOSP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.
200
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Fokus pelatihan. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan pelatihan. Tujuan pelatihan adalah: •
Supaya setiap peserta memahami substansi dan kompeten untuk melaksanakan tugasnya
•
Supaya setiap peserta yang pernah ikut pelatihan sebelumnya ingat kembali prosesnya agar dilaksanakan makin cepat dan profesional
Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai pelatihan dengan menguraikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun BOSP yang ditugaskan oleh pemda, sebagaimana ditulis di kotak yang berikut.
Pengetahunan dan ketrampilan dari pelatihan Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggota Tim Penyusun MBS akanmempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut: 1. Memahami pentingnya MBS dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan 2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah 3. Memahami pendekatan dan konsep MBS 4. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan MBS. 5. Mampu mengintegrasikan hasil MBS dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan SKPD. 6. Mengetahuicontoh praktik baik penerapan MBS.
Tugas fasilitator training adalah untuk menjamin Tim Penyusun MBS mampu dan siap untuk melaksanakan tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan MBS yang efektif. Anggota Tim Penyusun MBS termasuk: •
Staf Dinas Pendidikan yang bertugas menyusun rancangan APBD bidang pendidikan, serta staf Bappeda (Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.
•
Wakil dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
•
Wakil dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang memiliki pemahaman tentang latar belakang, konsekwensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada pembuat kebijakan MBS.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
201
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Uraian lampiran ini Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan berikut ini: 1. MODUL 1. MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK. 2. MODUL II. STANDARD PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH. 3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. 4. MODUL IV. PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH. 5. MODUL V. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PELAYANAN PUBLIK DI
SEKOLAH.
6. MODUL VI. SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH. 7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH. 8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN
202
PUBLIK.
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
TUJUAN PEMBELAJARAN
MODUL 1 MBS Berorientasi Pelayanan Publik
Setelah mengikuti sesi tentang MBS yang berorientasi pelayanan publik, peserta menguasai MBS yang berorientasi pelayanan publik. Secara khusus, setelah mengikuti sesi, peserta dapat: 1. Merekonstruksi perkembangan kebijakan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam penerapan MBS di sekolah-sekolah di Indonesia. 2. Menjelaskan pengertian MBS Berorientasi Pelayanan Publik 3. Mengurutkan dasar hukum MBS Berorientasi
......... peserta menguasai MBS yang berorientasi pelayanan publik ........
Pelayanan Publik 4. Menjelaskan tujuan MBS Berorientasi Pelayanan Publik 5. Menguraikan prinsip-prinsip MBS Berorientasi Pelayanan Publik 6. Mengidentifikasi ciri-ciri/karakteristik MBS Berorientasi Pelayanan Publik 7. Menggambarkan aspek proses dan substansi MBS Berorientasi Pelayanan Publik
POKOK BAHASAN 1. Pendahuluan (Sejarah MBS) 2. Pengertian MBS 3. Dasar Hukum 4. Tujuan MBS 5. Prinsip-prinsip MBS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
203
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
6. Ciri-ciri / karakteristik MBS 7. Aspek Proses dan Substansi MBS
Waktu
Pokok Bahasan
10 menit
Perkenalan
35 menit
Pemaparan Materi: 1. Pendahuluan (Sejarah MBS)
METODE
2. Pengertian MBS 3. Dasar Hukum 4. Tujuan MBS
1. Curah pendapat
5. Prinsip-prinsip MBS
2. Ceramah
6. Ciri-ciri / karakteristik MBS
3. Diskusi kelompok
7. Aspek Proses dan Substansi
4. Presentasi 5. Tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
MBS 30 menit
Diskusi Kelompok
50 menit
Presentasi Masing-masing Kelompok
10 menit
Penutup
1. Komputer/laptop 2. LCD 3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas 6. CD Tayangan MBS Berorientasi Pelayanan Publik versi Kinerja-USAID
WAKTU Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berkut:
204
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
PROSES FASILITASI
Pemaparan Materi (30 menit)
Pengantar (10 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Penutup (10 menit)
Pengantar (10 menit) 1. Fasilitator memimpin perkenalan antara
Presentasi Kelompok (50 menit)
3. Kelompok mendiskusikan topic yang diberikan 4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas plano
fasilitator dan peserta; peserta dan peserta. 2. Fasilitator memancing pendapat dari peserta tentang MBS yang berorientasi pelayanan publik beserta dengan permasalahannya.
Presentasi Kelompok (50 menit) 1. Wakil Kelompok Presentasi 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada) 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
Presentasi (30 menit)
para peserta
Fasilitator Presentasi tentang MBS yang berorientasi pelayanan publik.
Penutup (10 menit) Fasilitator mereview hasil presentasi dan menutup
Diskusi Kelompok (30 menit)
sesi
1. Fasilitator membentuk kelompok 2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan dalam kelompok
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
205
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
MODUL 2 Standard Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah
Setelah mengikuti sesi tentang standar pelayanan dalam pengelolaan sekolah, peserta memahami jenis-jenis standar pengelolaan sekolah dengan penjelasan rincinya. Secara khusus, setelah mengikuti sesi ini peserta dapat dapat: 1. Mengemukakan jenis-jenis standar pelayanan publik 2. Menjelaskan standar proses (standar operasional prosedur). 3. Menjelaskan standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan.
........ peserta memahami jenis-jenis standar pengelolaan sekolah dengan penjelasan rincinya.
4. Menjelaskan standarisasi nasional pendidikan (SNP). 5. Menjelaskan standar lainnya. 6. Menjelaskn upaya pemenuhan standar pelayanan
POKOK BAHASAN 1. Standard Pelayanan Publik 2. Standar Proses (Standard Operasional Prosedur) 3. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
206
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
4. Standar Nasional Pendidikan
3. Papan dan kertas plano
5. Standar lainnya
4. Spidol warna
6. Upaya Pemenuhan Standard Pelayanan
5. Isolasi kertas
(tanggung jawab sekolah dan Dinas Pendidikan)
WAKTU METODE Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 1. Membaca terbimbing 2. Resitasi/penugasan 3. Presentasi 4. Tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop
menit), dengan rincian sebagai berkut: Waktu
Pokok Bahasan
5 menit
Pengantar
10 menit
Pengkondisian
30 menit
Fasilitator Presentasi
30 menit
Diskusi Kelompok
50 menit
Wakil Kelompok Presentasi
10 menit
Penutup
2. LCD
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
207
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
PROSES FASILITASI
Pengantar (5 menit)
Pemaparan Materi (30 menit)
Pengkondisian (10 menit)
Penutup (10 menit)
Presentasi (50 menit)
Pengantar (5 menit) Fasilitator mengajak senam sehat kepada peserta
Kondisioning (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi sebelumnya 2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang
Diskusi Kelompok (30 menit)
dapat ditempuh oleh sekolah untuk mencapai SPM. 3. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian kelompok untuk mendiskusikan langkah-langkah sekolah untuk mencapai SNP. 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok meringkas hasil diskusinya pada kertas plano.
urgensi SPM dan SNP. 3. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang pelaksanaan SPM dan SNP di sekolah.
Presentasi (30 menit) Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang
Presentasi (50 menit) 1. Wakil Kelompok Presentasi 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada). 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan para peserta.
Standar pelayanan pendidikan di sekolah
Diskusi Kelompok (30 menit)
Penutup (10 menit) Fasilitator mereview hasil diskusi
1. Fasilitator membentuk kelompok 2. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian kelompok mendiskusikan langkah-langkah yang
208
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
MODUL 3
Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah
TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti sesi perencanaan dan penganggaran sekolah peserta secara umum mampu menyusun perencanaan dan penganggaran sekolah. Tujuan khusus pembelajaran adalah agar peserta dapat: 1. Menyebutkan jenis-jenis perencanan sekolah. 2. Menjelaskan posisi perencanaan sekolah dalam kerangka perencanaan SKPD. 3. Menjelaskan tahapan-tahapan perencanaan sekolah. 4. Mempraktikkan penyusunan rencana sekolah.
POKOK BAHASAN ..... peserta secara umum mampu menyusun perencanaan dan penganggaran sekolah.
1. Jenis-jenis perencanaan sekolah. 2. Posisi perencanaan sekolah dalam kerangka peencanaan SKPD. 3. Tahapan-tahapan perencanaan sekolah.
METODE 1. Curah pendapat 2. Ceramah 3. Latihan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
209
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
WAKTU
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop
Waktu
2. LCD
Pokok Bahasan
3. Papan dan kertas plano
5 menit
Pokok Bahasan
4. Spidol warna
10 menit
Pengantar
30 menit
Pengkondisian
75 menit
Fasilitator Presentasi
Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135
50 menit
Latihan
menit), dengan rincian sebagai berkut:
10 menit
Wakil Kelompok Presentasi
5. Isolasi kertas 6. Form perencanaan sekolah
Penutup
PROSES FASILITASI
Pengantar (5 menit)
Penutup (10 menit)
210
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
Pengkondisian (10 menit)
Presentasi (50 menit)
Pemaparan Materi (30 menit)
Berlatih Menyusun RKS (75 menit)
www.kinerja.or.id
Pengantar (5 menit)
Berlatih Menyusun RKS (75 menit)
Fasilitator mengajak senam sehat kepada peserta.
1. Fasilitator membentuk kelompok 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
Kondisioning (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi Standar Pelayanan Pendidikan. 2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang urgensi perencanaan sekolah. 3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
kelompok untuk berlatih menyusun RKS. 3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada sebagian kelompok untuk menuangkan hasil berlatihnya dalam kertas plano dan sebagian kelompok menuliskannya menggunakan laptop.
peserta untuk mengungkapkam pengalamannya
Presentasi (50 menit)
dalam menyusun perencanaan dan
1. Wakil Kelompok mempresentasikan hasil
penganggaran sekolah.
latihannya dalam forum kelas. 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
Pemaparan Materi (30 menit) Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang perencanaan dan penganggaran sekolah.
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan parapeserta.
Penutup (10 menit) Fasilitator mereview RKS yang sudah disusun oleh kelompok.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
211
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum pembelajaran sesi ini adalah agar peserta menguasai kemampuan mengelola pelayanan publik di sekolah. Tujuan khusus sesi ini adalah, setelah mengikuti sesi tentang penerapan manajemen pelayanan publik, peserta dapat: 1. Menyebutkan dasar hukum manajemen pelayanan publik. 2. Menjelaskan kondisi ideal pelayanan publik. 3. Mengidentifikasi kondisi riil pelayanan publik. 4. Mengungkapkan dengan pikiran sendiri tentang cara-cara menggeser paradigma pelayanan
..... agar peserta menguasai kemampuan mengelola pelayanan publik di sekolah.
publik. 5. Menjelaskan posisi strategis SDM pendidikan dalam pelayanan publik. 6. Mengidentifikasi perilaku yang sepatutnya ditampilkan oleh SDM pendidikan dalam pelayanan publik. 7. Mengidentifikasi peluang dan tantangan penerapan pelayanan publik di sekolah.
POKOK BAHASAN 1. Dasar hukum manajemen pelayanan publik. 2. Kondisi ideal pelayanan publik . 3. Kondisi riil pelayanan publik. 4. Pergeseran paradigma pelayanan publik. 5. Posisi strategis SDM pendidikan dalam pelayanan publik.
212
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
6. Perilaku SDM pendidikan dalam pelayanan publik.
Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berkut:
7. Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di Sekolah
WAKTU
METODE Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut: 1. Curah pendapat 2. Ceramah 3. Diskusi kelompok
Waktu
Pokok Bahasan
4. Presentasi
5 menit
Pengantar
5. Tanya jawab
10 menit
Pengkondisian
30 menit
Pemaparan materi
30 menit
Diskusi Kelompok
50 menit
Safari dan Belanja informasi
10 menit
Penutup
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop 2. LCD 3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
213
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Proses fasilitasi: Pengantar (5 menit)
Penutup (10 menit)
Pengkondisian (10 menit)
Safari dan Belanja Informasi (50 menit)
Pengantar (5 menit) Fasilitator memulai dengan ice briker.
Kondisioning (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi RKS. 2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang pelayanan publik yang ideal. 3. Fasilitator menggali pengalaman peserta dalam implementasi pelayanan publik di sekolah.
Pemaparan Materi (30 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok meringkas hasil diskusinya pada kertas plano.
Safari dan Belanja Informasi (50 menit) 1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menempelkan hasil diskusi kelompoknya pada kertas plano. 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
Pemaparan Materi (30 menit)
semua peserta per kelompok untuk mencermati
Pemaparan Materi (30 menit)
kelompok yang dipajang pada papan plano.
Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang penerapan pelayanan publik di sekolah.
Diskusi Kelompok (30 menit)
dan memberikan pembetulan pada hasil diskusi 3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memajang SOP yang disusun pada dinding pajangan. 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
1. Fasilitator membentuk kelompok
semua peserta untuk safari melihat SOP hasil
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
karya kawan-kawannya (peserta lain).
kelompok mendiskusikan apa yang seharusnya dilakukan oleh sekolah agar sekolah selalu
Penutup (10 menit)
berada dalam keadaan 'on-service'.
Fasilitator memberikan penguatan terhadap hasil
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada masing-masing peserta untuk menyusun SOP
kerja kelompok dan hasil kerja peserta secara individual.
satu jenis pelayanan publik di sekolah.
214
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan Publik di Sekolah
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum pembelajaran adalah agar peserta menguasai peningkatan peran serta masyakarat dan stakeholder dalam pelayanan publik di sekolah. Tujuan khusus pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi tentang peran serta masyarakat dan stakeholder dalam pelayanan publik di sekolah, peserta dapat: 1. Menjelaskan makna peran serta (partisipasi) masyarakat dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah. 2. Mengidentifikasi stakeholder 3. Mendaftar jenis-jenis partisipasi masyarakat dan stake holder terhadap program pendidikan di sekolah. 4. Mengidentifikasi peran komite sekolah
..... agar peserta menguasai peningkatan peran serta masyakarat dan stakeholder .....
5. Mengidentifikasi forum multi stakeholder sekolah 6. Mengemukakan kemandirian sekolah dalam menghadapi otonomi daerah. 7. Mempelajari inovasi kinerja dalam peningkatan peran serta masyarakat.
POKOK BAHASAN 1. Makna peran serta (partisipasi) masyarakat dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah. 2. Stake holders sekolah. 3. Jenis-jenis partisipasi masyarakat dan stakeholder terhadap program pendidikan di sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
215
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
4. Komite Sekolah/Majelis Madrasah
Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135
5. Peranan Forum multi stakeholder sekolah.
menit), dengan rincian sebagai berkut:
6. Inovasi kinerja dalam peningkatan peran serta masyarakat.
WAKTU
METODE Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut: 1. Curah pendapat 2. Ceramah 3. Diskusi kelompok
Waktu
Pokok Bahasan
4. Presentasi
5 menit
Pengantar
5. Tanya jawab
10 menit
Apersepsi materi praktik pelayanan publik di sekolah
30 menit
Fasilitator Presentasi
30 menit
Diskusi Kelompok
50 menit
Wakil Kelompok Presentasi
10 menit
Penutup
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop 2. LCD 3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas
216
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
PROSES FASILITASI Apersepsi (10 menit)
Pengantar (5 menit)
Penutup (10 menit)
Pemaparan Materi (30 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Presentasi (50 menit)
Pengantar (5 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Fasilitator mengawali sesi dengan menyanyi
1. Fasilitator membentuk kelompok
bersama.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mengidentifikasi kelompok-
Apersepsi (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi praktik pelayanan publik di sekolah. 2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang urgensi peran serta masyarakat dan stake holder dalam pelayanan publik di sekolah. 3. Fasilitator meminta peserta untuk mengkritisi partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik di sekolah.
Presentasi (30 menit) 1. Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang peran serta masyarakat dan stakeholder dalam pelayanan publik di sekolah. 2. Fasilitator membuka forum tanya jawab dengan peserta.
kelompok masyarakat yang dapat diajak berpartisipasi dalam pelayanan publik di sekolah. 3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok untuk menggali jenis-jenis partisipasi yang dapat diberikan oleh masyarakat dan stake hilders dalam pelayanan publik di sekolah. 4. Kelompok merekam hasil kerja dengan menggunakan laptop.
Presentasi (50 menit) 1. Wakil Kelompok Presentasi 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada). 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan para peserta.
Penutup (10 menit) Fasilitator mereview hasil diskusi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
217
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
MODUL 6
TUJUAN PEMBELAJARAN
Survei
Tujuan umum pembelajaran adalah agar peserta
Pengaduan
pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi ini
untuk Perbaikan Layanan di Sekolah
menguasai pengaduan masyarakat mengenai pelayanan publik di sekolah. Tujuan khusus peserta dapat: 1. Menjelaskan makna pengaduan masyarakat dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah. 2. Menjelaskan proses pelaksanaan survei pengaduan untuk menjaring keluahan-keluhan masyarakat terhadap layanan sekolah. 3. Mengidentifikasi jenis-jenis pengaduan masyarakat berdasarkan jumlah pengaduan yang masuk. 4. Memilah pengaduan yang dapat ditindaklanjuti oleh sekolah dan oleh Dinas Pendidikan atau
..... peserta menguasai pengaduan masyarakat mengenai pelayanan publik di sekolah.
instansi lainnya. 5. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil-hasil survei pengaduan, baik oleh sekolah maupun oleh Dinas Pendidikan. 6. Memonitor tindak lanjut hasil survei pengaduan untuk perbaikan layanan sekolah.
POKOK BAHASAN 1. Makna pengaduan masyarakat dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah. 2. Proses pelaksanaan survei pengaduan. 3. Jenis-jenis partisipasi masyarakat dan stake-
218
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
holder terhadap program pendidikan di sekolah.
3. Papan dan kertas plano
4. Identifikasi jenis-jenis pengaduan masyarakat.
4. Spidol warna
5. Pemilahan pengaduan masyarakat.
5. Isolasi kertas
6. Identifikasi tindak lanjut hasil-hasil survei pengaduan, baik oleh sekolah maupun oleh
Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit (135
Dinas Pendidikan dan instansi lainnya.
menit), dengan rincian sebagai berkut:
7. Memonitor tindak lanjut hasil survei pengaduan untuk perbaikan layanan sekolah
WAKTU
METODE Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut: 1. Curah pendapat 2. Ceramah 3. Diskusi kelompok
Waktu
4. Presentasi
5 menit
Pengantar
10 menit
Apersepsi Materi Survei Pengaduan
30 menit
Fasilitator Presentasi
30 menit
Diskusi Kelompok
50 menit
Presentasi Wakil Kelompok
10 menit
Penutup
5. Tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/laptop
Pokok Bahasan
2. LCD
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
219
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Proses fasilitasi:
Pengantar (5 menit)
Penutup (10 menit)
Apersepsi (10 menit)
Pemaparan Materi (30 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Presentasi (50 menit)
Pengantar (5 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Fasilitator mengawali sesi dengan menyanyi
1. Fasilitator membentuk kelompok.
bersama
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok untuk:
Apersepsi (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi survei pengaduan di sekolah. 2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang pentingnya survei pengaduan untuk perbaikan layanan di sekolah. 3. Fasilitator meminta peserta untuk mengkritisi layanan yang diberikan sekolah.
Presentasi (30 menit) 1. Fasilitator mempresentasikan garis-garis besar tentang survei pengaduan untuk perbaikan layanan di sekolah. 2. Fasilitator membuka forum tanya jawab dengan peserta.
a. Menguraikan pentingnya survei pengaduan untuk perbaikan pelayanan di sekolah. b. Mengidentifikasi dan memilah hasil pengaduan masyarakat yang dapat ditindaklanjuti oleh sekolah dan oleh Dinas Pendidikan dan instansi lainnya. 3. Kelompok merekam hasil kerja dengan menggunakan laptop.
Presentasi (50 menit) 1. Wakil Kelompok Presentasi 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada). 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan para peserta.
Penutup (10 menit) Fasilitator mereview hasil diskusi.
220
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum pembelajaran adalah peserta menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah. Tujuan khusus pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi tentang transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah, peserta dapat: 1. Menjelaskan kaitan antara 'good governance' dengan transparansi dan akuntabilitas. 2. Menjelaskan makna transparansi dan akuntabilitas . 3. Mengidentifikasi jenis-jenis akuntabilitas. 4. Menyusun 'lessons learnt' dari praktik baik tentang
..... peserta menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah.
transparansi sekolah yang mendapatkan pendampingan dari USAID-KINERJA.
POKOK BAHASAN 1. Kaitan antara good governance dengan transparansi dan akuntabilitas. 2. Makna transparansi dan akuntabilitas . 3. Jenis-jenis akuntabilitas. 4. Contoh penerapan transparansi dan akuntabilitas di sekolah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
221
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
METODE
WAKTU
1. Curah pendapat
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135
2. Ceramah
menit), dengan rincian sebagai berikut:
3. Rsesitasi 4. Presentasi 5. Tanya jawab
Waktu
Pokok Bahasan
5 menit
Pengantar
10 menit
Pengkondisian
30 menit
Fasilitator Presentasi
30 menit
Diskusi Kelompok
1. Komputer/laptop
50 menit
Wakil Kelompok Presentasi
2. LCD
10 menit
Penutup
ALAT DAN BAHAN
3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas
222
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
PROSES FASILITASI
Pengantar (5 menit)
Pengkondisian (10 menit)
Penutup (10 menit)
Pemaparan Materi (30 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Presentasi (50 menit)
Pengantar (5 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Fasilitator mengajak peserta bermain game.
1. Fasilitator membentuk kelompok.
Apersepsi (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi materi peningkatan partisipasi masyarakat dan stake holders dalam pelayanan publik d sekolah. 2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang
2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan dalam kelompok. 3. Kelompok mendiskusikan topic yang diberikan 4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas plano.
urgensi transparansi dan akuntabilitas.
Presentasi (50 menit)
3. Fasilitator memancing pikiran kritis peserta
1. Wakil Kelompok Presentasi
terhadap fenomena sekolah yang kurang
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
transparan.
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
Presentasi (30 menit)
para peserta.
Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang
Penutup (10 menit)
transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen
Fasilitator mereview hasil diskusi.
sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
223
LAMPIRAN D - BAHAN DI CD
Lampiran D BAHAN DI CD
224
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Lampiran E DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH APBN
Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
DPKAD
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
APBD
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
DUDI
Dunia Usaha dan DuniaIndustri
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Banggar
Badan Anggaran
BAS
Badan Akreditasi Sekolah
EDS
Evaluasi Diri Sekolah
BAPPEDA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
GTT
Guru Tidak Tetap
IKK
Indeks Kemahalan Konstruksi
BONSP
Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan
KBM
Kegiatan Belajar Mengajar
BOP
Bantuan Operasional Pendidikan
KCD
Kantor Cabang Dinas
Kepsek
Kepala Sekolah
BOPSP
Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan
KKG
Kelompok Kerja Guru
KKKS
Kelompok Kerja Kepala Sekolah
BOS
Bantuan Operasional Sekolah
KSM
BOSDA
Bantuan Operasional Sekolah Daerah
Kesejahteraan Siswa dan Masyarakat
KTSP
Biaya Operasinal Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KUA
Kebijakan Umum Anggaran
BP
Biaya Pendidikan
LK
Lembar Kerja
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat
BPKAD
Badan Pengelolaan Keuangandan Aset Daerah
MA
Madrasah Aliyah
BSNP
Badan Standar Nasional Pendidikan
MBS
Manajemen Berbasis Sekolah
Mendiknas
Menteri Pendidikan Nasional
BSP
Biaya Satuan Pendidikan
Mendikbud
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
CSR
Coperate Social Responsibility
MGMP
Musyarah Guru Mata Pelajaran
DAK
Dana Alokasi Khusus
MI
Madrasah Ibtidayah
DBE
Desentralized Basic Education
MKKS
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
BOSP
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
225
LAMPIRAN E - DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
226
MSF
Multi Stakeholder Forum
RPP
Rencana Pelaksanaan Pengajaran
MTs
Madrasah Tsanawiyah
PAD
Pendapatan Asli Daerah
SD
Sekolah Dasar
PAS
Pendapatan Asli Sekolah
SDLB
Sekolah Dasar Luar Biasa
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
SKL
Standar Kompetensi Lulusan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
PNS
Pegawai Negeri Sipil
SMP
Sekolah Menengah Pertama
PP
Peraturan Pemerintah
SMPLB
PPAS
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
Pemerataan dan Penataan Guru
SMA
Sekolah Menengah Atas
PPG
SMALB
PPID
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
PTT
Pegawai Tidak Tetap
SNP
Standar Nasional Pendidikan
RAPBS
Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah
SPM
Standar Pelayanan Minimal
SPP
Renja
Rencana Kerja
Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan
Renstra
Rencana Strategi
TAPD
Renstrada
Rencana Strategi Daerah
Tim Anggaran Pemerintah Daerah
RKA
Rencana Kerja dan Anggaran
TK
Taman Kanak-Kanak
RKAS
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
ToF
Training of Facilitator
ToT
Training of Trainer
RKPD
Rencana Kerja Pembangunan Daerah
UAS
Ulangan Akhir Sekolah
UKK
Ulangan Kenaikan Kelas
RKS
Rencana Kerja Sekolah
UN
Ujian Nasional
Rombel
Rombongan Belajar
US
Ujian Sekolah
RPJM
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
UUD
Undang-undang Dasar
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
UPTD
Unit Pelaksana Teknis Dinas
Wakasek
Wakil Kepala Sekolah
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, H. and Cangara, H. 1996. Prinsip-prinsip Hubungan Masyarakat. Surabaya: Usaha Nasional. Anshari, H. AM. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arlington, V. A. 1985. Evaluating Your School Public Relation Investment. New Jersey: National School Public Relations Association. Atep Adya Barata. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Gramedia. Jakarta. Bahar, Aswandi. 1989. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bonar, S. K. 1993. Hubungan Masyarakat Modern. Jakarta: Rineka Cipta. Brown, F. J. 1970. Educational Sociology. Tokyo: Prentice Hall Inc. Charles E. Tutk Company. BSNP. 2006. Pengembangan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Buletin BSNP Vol I/ No. 1/Januari 2006 BSNP. 2006. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan Pendidikan, dan Pembiayaan Pendidikan. Buletin BSNP Vol I/ No. 3/September 2006. Burhanuddin, E. 1994. Kamus Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Darodji, A. 2006. Pendidikan Tanggung Jawab Bersama, (online), (http://www.sampoernafoundation.org/ content/view/102/103/lang,id/, diakses, Jumat 5 Mei 2006). Daryanto, H. M. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Penerangan RI. 1983. Himpunan Ketetapan-ketetapan MPR 1983. Surabaya: Sinar Wijaya. Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1987. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Bahan Pelatihan Kepala Sekolah. Ditdikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Ditjen Binbaga Islam. 2001. Lampiran II Keputusan Direktir Jenderal Binbaga Islam Departemen Agama RI No. F/101/2001 tentang Majelis Madrasah. Djunaedy, E. 2004. Kembali ke Sekolah Lokal Pemerataan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar, (online), (http://iatfitb.openesc.com/index.php?option=content&task=view&id= 37&Itemid=54, diakses, Senin 22 Maret 2004).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
227
DAFTAR PUSTAKA
Echols, J. M. & Shadily, H. 1987. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia. Gorton, R. A. 1996. School Administration. Dubuque, Iowa: Wm C. Brown Company Publisher. Hanafiah, M.J. dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, BKS-PTK. Barat, Depdikbud dan HEDSUSAID-DIKTI-JICA, Medan hal 10-11 dan 35-39. Hardjosoedarmo, Soewarno, 1996. Total Quality Management, Total Quality Management di Pendidikan Tinggi, Penerbit Andi Yogyakarta hal 119–125. Hoy, W. K. & Miskel, C. C. 1987. Educational Administration: Theory, Research & Practices. New York: Random House. Idris, Z. 1982. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa. Idrus. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Bintang Usaha Jaya. Imron, Ali (Ed). 2005. Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Instutusi Pendidikan. Malang: Penerbit UM. Imron, Ali, et.al. 2007. Panduan Pembentukan Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pendidikan Kabupaten Kota. Jakarta: Local Govermnmen Support Program (LGSP) USAID. Imron, Ali. 1999. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Imron, Ali. 1999. Pengantar Pendidikan. Malang: Proyek OPF IKIP Malang. Imron, Ali. 2007. Jaminan Layanan Mutu Administrasi di Sekolah. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Administrasi Sekolah pada Staf Administrasi Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang. Imron, Ali. 2008. Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan. Malang: Jurusan AP FIP UM. Indrafachrudi, S. 1994. Bagaimana Mengakrabkan sekolah dengan Orangtua Murid dan Masyarakat. Malang: IKIP Malang. Instruksi bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. No.170/O/1974 dan No.29 tahun 1974. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan Dan Komite Sekolah. Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2000. Akuntabilitas dan Good Govermance. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
228
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
Lembaga Administrasi Negara. 2003. Penyusunan Standar Pelayanan Publik. Jakarta: LAN Leslie, W. K. 1967. School Public Relation. Englewood Cliffs N.Y.: Prestice Hall Inc. Leslie, W. K. 1990. The School & Community Relations: Fourth Edition. New Jersey 07632: Prentice Hall. Maisyaroh. 2006. Hubungan Masyarakat. Malang: Jurusan AP FIP UM. Managing Basic Education Project (Indonesia) Kiprah Program MBE, (online),http://mbeproject.net/mbe1010. html), diakses, 10 Oktober 2005). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) (Online), (http://www.geocities.com/ pakguruonline/mpmbs1.html, diakses Kamis, 22 Februari 2007). Masitha, D. 1998. Intensitas Kerjasama Antara Sekolah Dan Orang Tua Menunjang Prestasi Belajar Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP IKIP MALANG. PP Nomor 19 2005. 2006. Standar Nasional Pendidikan.. Jakarta: Depdiknas Ramalia, M. 2001. Etika Pelayanan Masyarakat (Pelanggan): Upaya Membangun Citra Birokrasi Modern. Bunga Ramapai Wacana Administrasi Publik: Menguak Peluang dan Tantangan Administrasi Publik. Jakarta: Lembaga Administtasi Negara. Rasyid, R. 1998. Desentralisasi Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka LP3ES. Robins, S. P. 1999. Management: Concept and Practices. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc. Sahertian, P.A. 1987. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Malang: Arthaguna Corp. Said, C. 1988. Pengantar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK Soetopo, H, dan Maisyaroh. 1997. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Manajemen pendidikan I, (Hal 1-7), Kerjasama antara Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Ditjen Dikdasmen Depdikbud, dengan FIP IKIP Malang. Malang: IKIP Malang. Sunaryo. 2005. Swastanisasi Alternatif Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik. Surabaya: Adipura. Suryosubroto, B. 2001. Humas dalam Dunia Pendidikan: Suatu Pengantar Praktis. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Thoha, M. 1998. Deregulasi dan Debirokratisasi dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Masyarakat dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP MALANG. 1989. Administrasi Pendidikan. Malang: IKIP MALANG.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
229
DAFTAR PUSTAKA
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Online)(http://www.ssep.net/director.html, diakses April 1999). Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Bandung: Citra Umbara. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Durat Bahagia. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. Widjaja, H. A. W. 2002. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. Widodo, J. 2004. Reformasi Sistem Pelayanan Publik. Surabaya: Badan Diklat Propinsi Jawa Timur.
230
Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
USAID - KINERJA Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 Email:
[email protected] www.kinerja.or.id