TESIS-ADOLFINA GRACE TANGKUDUNG - Program Pasca Sarjana

56 downloads 226 Views 652KB Size Report
10 Sep 2013 ... perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada wanita usia 35-50 ..... orgasme pada wanita akan menyebabkan kecemasan pada ...
TESIS PELATIHAN KEBUGARAN SEKSUAL DENGAN STANDING EXERCISE DAN FLOOR EXERCISE DAPAT MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL WANITA USIA 35-50 TAHUN DI DENPASAR

ADOLFINA GRACE TANGKUDUNG

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 i

TESIS PELATIHAN KEBUGARAN SEKSUAL DENGAN STANDING EXERCISE DAN FLOOR EXERCISE DAPAT MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL WANITA USIA 35-50 TAHUN DI DENPASAR

ADOLFINA GRACE TANGKUDUNG

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 i

TESIS PELATIHAN KEBUGARAN SEKSUAL DENGAN STANDING EXERCISE DAN FLOOR EXERCISE DAPAT MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL WANITA USIA 35-50 TAHUN DI DENPASAR

ADOLFINA GRACE TANGKUDUNG NIM : 1190361030

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 ii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : .......................................

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes

Prof. Dr. dr. N. Adiputra, PFK, M.OH

NIP. 19660309 199802 1 003

NIP. 19471211 197602 1 001

Mengetahui Ketua Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And. NIP. 19440201 196409 1 001

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai derajat Magister Fisiologi Olahraga (M. Fis) pada Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tesis ini berjudul “Pelatihan Kebugaran Seksual Dengan Standing Exercise dan Floor Exercise Dapat Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Wanita Usia 35-50 Tahun di Denpasar”. Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dorongan, semangat, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak : 1. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KE atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. 2. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes sebagai pembimbing I, atas saran, petunjuk, dan bimbingannya. 3. Prof. Dr. dr. N. Adiputra M.OH sebagai pembimbing II, atas saran, petunjuk, dan bimbingannya. 4. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And.AIFO, sebagai Ketua Program Studi Magister Fisiologi Olahraga, atas saran, petunjuk, dan bimbingannya. 5. Para Dosen Program Studi Fisiologi Olahraga, atas segala dorongan, semangat, dan bimbingannya.

iv

6. Rekan-rekan mahasiswa Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana yang telah ikut membantu, memberikan dorongan dan semangat selama penulisan ini. 7. Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Kodam IX/Udayana atas ijin untuk mengadakan penelitian di Aula Persit Kodam IX/Udayana. 8. Pihak lain yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan tesis ini. Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna sehingga bila terdapat kesalahan dalam penulisan dan lain-lain, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan sehingga tesis ini menjadi lebih baik. Sebagai penutup penulis sampaikan semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan terutama bidang fisiologi olahraga dan terima kasih.

Denpasar, September 2013 Penulis

Adolfina Grace Tangkudung

v

ABSTRAK PELATIHAN KEBUGARAN SEKSUAL DENGAN STANDING EXERCISE DAN FLOOR EXERCISE DAPAT MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL WANITA USIA 35-50 TAHUN DI DENPASAR Kekuatan otot dasar panggul menurun yang diakibatkan karena persalinan dan kurangnya melakukan pelatihan kebugaran seksual bagi wanita usia 35 ke atas, sehingga dapat menyebabkan menurunnya kualitas hubungan seksual. Hal ini karena daya cengkeram dari otot pubococcygeus selama melakukan hubungan seksual menjadi berkurang. Kelemahan otot dasar panggul dapat dilatih dengan melakukan pelatihan kebugaran seksual yaitu dengan melakukan latihan kontraksi otot dasar panggul secara berkelanjutan, tepat dan benar. Mengkontraksikan otot dasar panggul dengan mengkerutkan mulut uretrae, vagina dan anus bersamaan, seperti menahan keluarnya urine dan angin dari anus selama kurang lebih 5 detik dengan pengulangan 10 kali setiap sesinya. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada wanita usia 35-50 tahun. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul dilakukan pengukuran kontraksi sebelum melakukan pelatihan kebugaran seksual dan setelah diberikan pelatihan kebugaran seksual. Pengukuran menggunakan alat pengukur perineumeter. Kelompok I diberikan pelatihan kebugaran seksual standing exercise dan Kelompok II diberikan pelatihan kebugaran seksual floor exercise. Pelatihan kebugaran seksual dilaksanakan tiga kali seminggu selama delapan minggu. Kekuatan otot dasar panggul Kelompok I sebelum pelatihan didapat nilai rerata 0,88 (± 0,96) dan sesudah pelatihan 1,83 (± 1,09) berbeda secara bermakna (p < 0,05). Pada Kelompok II sebelum pelatihan didapat nilai rerata 1,08 (± 0,90) dan sesudah pelatihan 2,42 (± 1,31) berbeda secara bermakna (p < 0,05). Nilai rerata selisih kekuatan otot dasar panggul Kelompok I 0,96 (± 0,62), sedangkan Kelompok II mempunyai nilai rerata selisih 1,33 (± 0,78) berbeda tidak bermakna (p > 0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan kebugaran seksual dengan floor exercise lebih efektif menghasilkan peningkatan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan dengan pelatihan otot dasar panggul standing exercise pada wanita usia 35-50 tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat disosialisasikan kepada semua wanita yang mempunyai kelemahan otot dasar panggul dan diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut. Kata Kunci : Pelatihan Kebugaran Seksual, kontraksi, kekuatan otot dasar panggul

vi

ABSTRACT THE EXERCISE OF SEXUAL FITNESS WITH STANDING EXERCISE AND FLOOR EXERCISE CAN INCREASE THE POWER OF PELVIC FLOOR MUSCLE OF THE WOMEN IN RANGE AGE 35-50 YEARS OLD IN DENPASAR Pelvic floor muscle strength decreases resulting from childbirth and lack of sexual fitness training for women age 35 and over, which can lead to decreased quality of sexual relationships. This is because the grip of the pubococcygeus muscle during sexual intercourse to be reduced. Weakness of the pelvic floor muscles can be trained to perform sexual fitness training is by doing pelvic floor muscle contraction exercises on an ongoing basis, appropriately and correctly. Contract your pelvic floor muscles to constrict urethra mouth, vagina and anus simultaneously, such as the discharge of urine and hold the wind from the anus for about 5 seconds with a repetition of 10 times per session. This research was conducted to determine the differences increased in pelvic floor muscle strength in women aged 35-50 years. To find the difference increased pelvic floor muscle strength was conducted contractions measured before the training of sexual fitness and after given the training of sexual fitness. Measurement using gauges perineumeter. Group I was given a training sexual fitness standing exercise and Group II was given training sexual fitness floor exercise. Sexual fitness training performed three times a week for eight weeks. Strength of the pelvic muscle Group I before training obtained a mean value of 0.88 (± 0.96) and after training 1.83 (± 1.09) were significantly different (p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data sebelum pelatihan pada Kelompok I tidak berdistribusi normal, sedangkan Kelompok II berdistribusi normal. Hasil uji Shapiro-Wilk pada Kelompok I sesudah pelatihan yaitu nilai p > 0,05 dan pada Kelompok II sesudah pelatihan yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data sesudah pelatihan pada Kelompok I dan II adalah berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji Shapiro-Wilk untuk nilai selisih menunjukkan bahwa pada Kelompok I yaitu nilai p < 0,05 dan pada Kelompok II yaitu nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data selisih pada Kelompok I dan II adalah tidak berdistribusi normal. Berdasarkan uji homogenitas dengan Levene’s test diperoleh data sebelum pelatihan yaitu nilai p > 0,05, sesudah pelatihan yaitu nilai p > 0,05 dan selisih yaitu nilai > 0,05 yang berarti bahwa baik data sebelum pelatihan, sesudah pelatihan maupun selisih bersifat homogen.

52

Melihat keseluruhan hasil uji persyaratan analisis diatas maka peneliti dapat mengambil keputusan untuk menggunakan uji statistik non parametrik (uji Wilcoxon) untuk sampel berpasangan Kelompok I dan uji statistik parametrik (uji t-paired) untuk sampel berpasangan Kelompok II. Sedangkan untuk membuktikan efektifitas antara kedua kelompok sampel digunakan uji statistik non parametrik (uji U-Mann-Whitney) untuk menguji nilai selisih antara kedua kelompok sampel.

5.3 Uji Komparasi Untuk mengetahui beda pengaruh suatu perlakuan pada setiap kelompok sampel maka digunakan uji Wilcoxon untuk Kelompok I (standing exercise) dan uji t-paired untuk Kelompok II (floor exercise). Adapun hasil pengujian akan dijabarkan di bawah ini. Tabel 5.4 Uji beda rerata kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I dan Kelompok II Kelompok sampel Kelompok I Kelompok II

Rerata ± Simpang Baku Sebelum

Sesudah

0,88 ± 0,96 1,08 ± 0,90

1,83 ± 1,09 2,42 ± 1,31

Beda Rerata

p

Z (-2,91) t (-5,93)

0,004 0,0001

Tabel 5.4 menunjukkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon untuk Kelompok I dan uji t-paired untuk Kelompok II. Pada Kelompok I, hasil pengujian diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai kekuatan otot dasar panggul yang bermakna sebelum dan sesudah pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan otot dasar

53

panggul standing exercise dapat memberikan peningkatan kekuataa otot dasar panggul yang bermakna pada wanita usia 35-50 tahun. Pada Kelompok II, hasil pengujian diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai kekuatan otot dasar panggul yang bermakna sebelum dan sesudah pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan otot dasar panggul floor exercise dapat memberikan peningkatan kekuatan otot dasar panggul yang bermakna pada wanita usia 35-50 tahun. Untuk mengetahui beda pengaruh yang bermakna atau efektivitas suatu perlakuan antara Kelompok I dan Kelompok II, maka digunakan uji UMann Whitney. Adapun hasil pengujian akan dijabarkan di bawah ini. Tabel 5.5 Uji beda rerata selisih antara Kelompok I (standing exercise) dan Kelompok II (floor exercise) Kelompok Sampel

Rerata

Simpang Baku

I (standing exercise)

0,96

0,62

II (floor exercise)

1,33

0,78

U

p

50,000

0,172

Tabel 5.5 menunjukkan hasil uji U-Mann Whitney untuk melihat efektivitas antara kedua kelompok sampel. Hasil pengujian diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan rerata selisih yang bermakna antara Kelompok I dan Kelompok II. Namun, dilihat dari nilai rerata selisih menunjukkan bahwa peningkatan kekuatan otot dasar panggul Kelompok II yaitu 1,33 lebih besar daripada peningkatan kekuatan otot dasar panggul Kelompok I yaitu 0,96. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan otot dasar panggul floor exercise menghasilkan peningkatan kekuatan otot dasar panggul

54

yang lebih efektif dibandingkan pelatihan otot dasar panggul standing exercise pada wanita usia 35-50 tahun. Hasil pengujian hipotesis di atas membuktikan bahwa “Pelatihan otot dasar panggul floor exercise lebih efektif menghasilkan peningkatan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan dengan pelatihan otot dasar panggul standing exercise pada wanita usia 35-50 tahun”.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Sampel Gambaran sampel dalam penelitian ini terdiri dari gambaran sampel berdasarkan umur dan berat badan. Berdasarkan umur diperoleh data bahwa Kelompok I memiliki rerata umur sebesar 42,17 ± 4,86 dan Kelompok II memiliki rerata umur 40,67 ± 4,60. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel tergolong ke dalam kelompok umur dewasa baik pada Kelompok I maupun Kelompok II dan masih tergolong kedalam usia reproduksi. Wanita usia reproduksi umumnya mengalami disfungsi pelvic floor, meskipun prevalensinya belum diketahui secara pasti. Pada wanita reproduksi, disfungsi pelvic floor umumnya disebabkan oleh trauma yang berkaitan dengan kelahiran atau persalinan. Wanita reproduksi yang sering melahirkan lebih dari 2 kali memiliki risiko mengalami disfungsi pelvic floor, kecuali wanita yang memiliki kesadaran untuk melakukan latihan pada otot-otot pelvic floor pasca melahirkan (Goodman and Fuller, 2009). Di samping itu faktor usia juga mempengaruhi kekuatan otot dasar panggul, dimana semakin bertambah umur maka akan terjadi penurunan kekuatan otot. Dilihat dari nilai rerata kekuatan otot dasar panggul sebelum pelatihan menunjukkan bahwa umumnya sampel mengalami kelemahan otot-otot pelvic floor. Sedangkan dilihat dari berat badan menunjukkan bahwa umumnya sampel memiliki berat badan dalam batas normal (tidak ada yang overweight).

55

56

6.2 Pelatihan otot dasar panggul standing exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada wanita usia 35 – 50 tahun Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai p 0,05, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan rerata selisih yang bermakna terhadap kekuatan otot dasar panggul antara Kelompok I dan Kelompok II. Namun dilihat dari nilai rerata selisih menunjukkan bahwa rerata selisih Kelompok II (floor exercise) lebih besar dibandingkan rerata selisih Kelompok I (standing exercise). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pelatihan otot dasar panggul floor exercise lebih besar menghasilkan peningkatan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan standing exercise pada wanita usia 35 – 50 tahun, walaupun tidak berbeda bermakna. Perbedaan dari kedua pelatihan ini adalah posisi latihan, dimana standing exercise dilakukan dalam posisi berdiri dengan mengontraksikan otot dasar panggul sedangkan floor exercise dilakukan dalam posisi berbaring (beberapa posisi berbaring) dengan mengontraksikan otot dasar panggung beserta global – core muscle. Perbedaan posisi tersebut menghasilkan perbedaan peningkatan kekuatan otot dasar panggul dimana floor exercise sedikit lebih besar menghasilkan peningkatan kekuatan otot dasar panggul

61

dibandingkan dengan standing exercise. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan global – core muscle dalam latihan. Floor exercise dapat mengaktivasi global – core muscle bagian ventral lumbal selain otot dasar panggul, sedangkan standing exercise tidak dapat mengaktivasi global – core muscle bagian ventral lumbal. Telah dijelaskan di atas bahwa global – core muscle bagian ventral lumbal dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kekuatan otot dasar panggul. Penelitian Sri Kustini (2011) telah menjelaskan bahwa perpaduan antara Kegel Exercise dan Core Stability Exercise dapat menghasilkan peningkatan kekuatan otot dasar panggul yang lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan hanya Kegel Exercise. Demikian pula dengan penelitian Rossini (2003) yang menjelaskan bahwa perpaduan antara latihan otot transversus abdominis dan latihan otot dasar panggul dapat menurunkan inkontinensia urine yang lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan hanya latihan otot dasar panggul. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan aktif global – core muscle bagian ventral lumbal dalam latihan otot dasar panggul memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan kekuatan otot dasar panggul. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan kebugaran seksual floor exercise dan standing exercise tidak berbeda bermakna untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul wanita usia 35-50 tahun.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN Berdasarkan tujuan dan analisis penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelatihan otot dasar panggul standing exercise dapat memberikan peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada wanita usia 35 – 50 tahun dengan bermakna (p < 0,05). 2. Pelatihan otot dasar panggul floor exercise dapat memberikan peningkatan kekuatan otot dasar panggul pada wanita usia 35 – 50 tahun dengan bermakna (p < 0,05). 3. Pelatihan otot dasar panggul standing exercise dan floor exercise tidak berbeda bermakna untuk peningkatan kekuatan otot dasar panggul wanita usia 35 – 50 tahun.

7.2 SARAN 1. Disarankan kepada para tenaga kesehatan dan tenaga profesional lainnya yang berkecimpung dalam kesehatan dan kebugaran agar memberikan pelatihan otot dasar panggul standing exercise dan floor exercise kepada para wanita multipara berusia 35 – 50 tahun yang mengalami masalah kelemahan pada otot dasar panggul.

62

63

2. Disarankan kepada para wanita multipara berusia 35 – 50 tahun yang mengalami masalah kelemahan pada otot dasar panggul agar bisa melakukan dengan sendiri pelatihan otot dasar panggul standing exercise dan floor exercise di rumah setelah diajarkan terlebih dahulu oleh instruktur. 3. Pelatihan ini dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya untuk wanita usia di atas 50 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Basri. 1999. Teori Kepuasan Seks. [Cited 2010 March 20]. Available from: http://www.find-pdf.com/cari-teori-kepuasan-seks.html/ Bo, K., Berghmans, B., Morkved, S., Kampen, M.V., 2007. Evidence-based Physical Therapy For The Pelvic Floor. Edinburgh: Churchill Livingstone. Elvira. 2006. Disfungsi Seksual. [Cited 2010 March 24]. Available from: http://pskas.lppm.uns.ac.id?2010/02/24/disfungsi-seksual/ Erwin’s. 2009. Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. [Cited 2010 March 25]. Available from: http://erwin234blogspot.com/2009/12/penyakit-dankelainan-alat-kandungan.html Fox, E.L. 1984. Sport Phisiology. Second Edition. Print in Japan: CBS College Publishing. Goodman, C.C., Fuller, K.S., 2009. Pathology Implications For The Physical Therapist. Third Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders Inc. Hidayat. 2007. Latihan Otot Dasar Panggul pada Inkontinensia Urin. Abstraksi. [Cited 2010 December 07]. Available from: http://digilip.unimus.ac.id/files/disk/107/jiptunimus_gdf_pujihidaya_531_ 3_1_abstrak.pdf. Hidayati, P. Latihan Otot Dasar Panggul Pada Inkontinensia Urin (Abstraksi). (cited 2013 September 10). Available from: http://digilip.unimus.ac.id/files/disk. Hooi, J. dan Kaur, S.G. 2001. Pelvic Floor Management. In: Chin Chong Min. editors. Clinical hand book on the management of incontinence. Edisi ke 2. Singapore: Society for Continence hal. 194-208. Howard, J. 1999. Sexual Function and Common Sexual Issues. In: Sappsford, R. Bullock-Saxton, J. Markwell, S. editors. Woman’s Health A Textbook for Physiotheraist. Australia: WB Saunders Company Ltd hal. 77-85. Kisner, C., Colby, L.A.2007. Therapeutic Exercise Foundations And Techniques. Fifth Edition.Philadelphia: F.A. Davis Company. Kustini S. 2011. “Pelatihan Terpadu (Kegel dan Core Stability) Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Wanita Multipara” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

64

65

Markwell, S., Sapsford, R. 1997. Physiotherapy Management of Pelvic Floor dysfunction. In: Sappsford, R., Bullock-Saxton, J. Markwell, S. editors. Woman’s Health A Textbook for Physiotheraist. Australia: WB Saunders Company Ltd hal. 383-407. Nala. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar : Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Bali. Nasution, S. 2009. Metode Research. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Pangkahila, A. 2005. Otot Panggul Kuat Orgasme Mantap. [Cited 2010 January 12]. Available from: http://kompascybermedia.kesehatan.com/2005/10/05/ otot-panggul-kuat-orgasme-mantap Pangkahila, A. 2006. Umur Panjang dengan Seks Bugar. [Cited 2010 January 12]. Available from: http://cybertokoh.com/2006/08/22/umur-panjang-denganseks-bugar Pangkahila, A. 2007. Mempersempit Vagina. [Cited 2010 January 12]. Available from: http://arizalfauzi.blog.friendster.com/2007/02/mempersempit-vagina Pangkahila, A. 2008. Senam Seks Bisakah Mengatasi Masalah? [Cited 2010 January 12]. Available from: http://myblognmyspot.com/2008/05/senamseks-bisakah-mengatasi-masalah.html Pangkahila, A. 2010. Metode Latihan Kebugaran Jasmani Latihan Seksual dan Otot-Otot Dasar Panggul Meningkatkan Potensi Seksual. Medicinal Jurnal Kedokteran Indonesia. Edisi IX Vol. 1 Februari 2010. Poccok, S.J. 2008. Clinical Trials; A Practical Approach. New York : A Willey Medical Publication. Rossini, 2003. Dapatkah Otot Dasar Panggul Dilatih Secara Tidak Langsung Melalui Kontraksi Otot Transversus Abdominis? (Abstrak). Kongres WCPT ke-14. (cited 2013 September 10). Available from: http://common/ abstracts/0187.html Santosa-Iman, B. 2008. Disfungsi Otot Dasar Panggul. Humas kliping. [Cited 2010 April 18]. Available from: http://webdeu.ui.ac.id/download/300608/ epidemi-tersembunyi-disfungsi-otot-dasar-panggul.pdf/ Sapsford, R. 1999. The Pelvic Floor and Related Organ. In: Sapsford, dkk. Woman’s Health A Textbook for Physitherapist. 1st edition, London: W.B. Saunders. Page 56-71 Setiadi. 2007. Konsep dan Penelitian Riset Keperawatan. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

66

Solichin, Y.I. 2005. Disfungsi Seksual dan Solusinya. [Cited 2010 April 18]. Available from: http://sweetpearls.com/sex/satu-dari-dua-wanitamengalami-disfungsi-seksual Trimutiara. 2010. Inkontinensia Urin. [Cited 2010 December 3]. Available from: http://www.blogspot.com/2010/04/inkontinensia-urine.html Urology Care Foundation. 2013. Vaginal Abnomarlities : Fusion and Duplication. [Cited 2013 April 9]. Available at http://www.urologyhealth.org/urology/ articles/images/anatomy_uterusVagina_coronal.jpg.