Tesis - Program Pasca Sarjana - Universitas Udayana

56 downloads 1949 Views 855KB Size Report
PUAP merupakan bentuk fasilitas modal usaha untuk petani, baik petani pemilik ... tertinggi Gapoktan, diharapkan dana stimulasi bantuan modal usaha untuk.
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian Nasional dari jaman kemerdekaan sampai sekarang ini belum mampu mengangkat derajat subjek pertanian (petani) dalam arti luas, masih bersifat tradisional atau kenvensional bahkan cenderung semakin menurun (Sunanjaya dan Sumawa, 2009). Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses pada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi petani yang masih lemah. Untuk

mengatasi

permasalahan

tersebut

pemerintah

menetapkan

Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) yang mulai dilaksanakan pada tahun 2008 dimana tujuan dari program ini adalah untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM). PUAP merupakan bentuk fasilitas modal usaha untuk petani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga miskin di perdesaan yang terkoordinasikan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan). Gapoktan

2

merupakan kelembagaan tani palaksana PUAP untuk menyalurkan modal bagi anggotanya (Anonimus, 2009). Pelaksanaan PUAP mengacu kepada pola dasar yang ditetapkan dalam PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 yaitu pendidikan dan latihan untuk pengembangan usaha, pendampingan dan pemberian fasilitas bantuan modal usaha petani yang dikoordinasikan oleh Gapoktan. Melalui penerapan sistem demokrasi pada tingkat Gapoktan yaitu keputusan Rapat Anggota merupakan forum tertinggi Gapoktan, diharapkan dana stimulasi bantuan modal usaha untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan dapat tercapai (Anonimus, 2008). Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani secara mandiri. Para pelaku agribinsis skala kecil dan menengah seringkali banyak mengalami hambatan dalam mengembangkan agribisnisnya, termasuk Gapoktan. Berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah terletak pada kemampuan kewirausahaan dan penerapan manajemen. Agribisnis memiliki beberapa keunikan, sehingga diperlukan kesiapan mental pengelolanya dalam menerapkan prinsipprinsip manajemen secara khusus (Antara, 2010). Pada umumnya, prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis (Downey dan Erickson, 1992).

3

Jiwa kewirausahaan akan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan usaha baik dari sejak perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi terhadap usaha yang dilakukannya. Pengurus Gapoktan harus memiliki profil sebagai wirausaha dengan segala ciri-cirinya. Ketidakberhasilan atau belum optimalnya keberhasilan yang diperoleh para pelaku agribisnis umumnya disebabkan karena belum dipahaminya prinsip-prinsip kewirausahaan, rendahnya kemampuan di dalam membuat jejaring usaha dan belum dikuasinya teknik negosiasi yang efektif dan efesien. Seorang Pemimpin perusahaan agribisnis dalam hal ini pengurus Gapoktan tidak hanya penting memiliki kepemimpinan, tetapi yang lebih penting adalah sikap mental wirausaha. Hakim (1990) dan Wijandi (2000) mengemukakan bahwa seorang wirausahawan penting memiliki sikap mental (attitude), kepemimpinan (leadership), manajemen, dan keterampilan teknis (skill). Namun yang paling penting dikatakan adalah sikap mental, karena betapa pun seseorang memiliki keterampilan teknis secara baik tetapi jika sikap mentalnya tidak baik, maka perusahaan agribisnis tidak dapat berjalan dengan baik. Kewirausahaan

agribisnis

merupakan

penerapan

sifat

atau

jiwa

kewirausahaan di bidang usaha agribisnis. Badan Pengembangan Agribisnis Deptan RI tahun 2001 (dalam Suparta dan Rahmantha, 2010) mengemukakan bahwa kewirausahaan agribinsis adalah kemampuan melihat dan menilai kesempatan (peluang) bisnis, serta kemampuan mengoptimalisasikan sumber daya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya. Namun, kewirausahaan agribisnis haruslah jelas dalam konteks usaha agribisnis. Karena itu, definisi yang lebih tepat adalah kemampuan pelaku agribisnis untuk melihat peluang-peluang bisnis di bidang pertanian, berani

4

mengembangkan gagasan-gagasan baru dan berbeda, serta menjalin kerjasama dengan meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan. Pada dasarnya jiwa kewirausahaan mendorong seseorang untuk mau dan mampu bekerja keras, tekun dan ulet, mau dan mampu menghadapi persoalan dengan kemampuannya sendiri, memiliki keberanian untuk melangkah maju dan mengambil resiko, kreatif dan inovatif, memiliki kemampuan kepemimpinan, serta senantiasa ingin lebih berhasil dan seterusnya. Kewirausahaan mencerminkan kualitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan. Jiwa atau sifat kewirausahaan itu sendiri bukan merupakan jaminan keberhasilan suatu kegiatan (bisnis), namun seringkali menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar menjadi pengusaha sukses. Seorang wirausahawan mempunyai kekuatan mental yang tinggi, sehingga memungkinkan meluncur ke depan di luar kemampuan rata-rata manusia lainnya (Suparta, 2007) Sampai dengan tahun 2011 sebanyak 11 desa dari 13 desa yang ada di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung, telah menerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) dengan nilai sebanyak Rp.1.100.000.000,- dengan rincian yaitu: pada tahun 2008 sebanyak 4 desa atau 4 Gapokan telah menerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha

Agrinisnis

Perdesaaan

(BLM-PUAP)

dengan

nilai

sebannyak

Rp.400.000.000,- dan tahun 2009 sebanyak 7 desa atau 7 Gapoktan telah menerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLMPUAP) dengan nilai sebannyak Rp.700.000.000,- di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung dapat dilihat pada tabel 1.1.

5

Tabel 1.1 Nama Gapoktan, Tahun Pembentukan, Penerimaan Dana PUAP, dan Perkembangan Dana PUAP di Kecamatan Banjarangakan Sampai Dengan 31 Desember 2010 No

Gapoktan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Brasika Sari Karya Lestari Tri Tunggal Catur Werdi Takmung Sari Jaya Werdi Catur Buana Sari Sri Werdi Santi Kumara Subur Tani Darma Kerti Sedana

Tahun Pembent ukan 2008 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009

Penerimaan BLM-PUAP 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000

Perkembangan 2009

Perkembangan 2010

113.004.000 117.499.000 110.105.000 107.985.000 -

139.800.000 121.395.000 129.400.000 127.000.000 109.987.500 113.000.000 112.000.000 102.000.000 115.683.500 111.212.500 107.200.000

Sumber : Distanbunhut (2010)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan dana PUAP di masingmasing Gapoktan sangat beragam. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan sangat penting dalam keberhasilan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP). Jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan diduga berpengaruh terhadap keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menguji adanya pengaruh jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis terhadap kinerja keberhasilan Gapoktan penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP).

6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kadar jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. 2. Bagaimana penerapan manajemen agribisnis oleh pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. 3. Bagaimana kinerja keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. 4. Bagaimana hubungan antara jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP dengan keberhasilan PUAP. 5. Bagaimana pengaruh jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP terhadap keberhasilan PUAP.

1.3 Tujuan Penelitan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. 2. Menganalisis penerapan manajemen agribisnis oleh pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. 3. Mengetahui kenerja keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

7

4. Menganalisis hubungan antara jiwa kewirausahaan penerapan manajemen agribisnis dan pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP dengan keberhasilan PUAP. 5. Menganalisis pengaruh jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP terhadap keberhasilan PUAP.

1.4 Mantaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Sumbangan terhadap informasi yang berhubungan dengan pembuktian teori tentang sifat/jiwa kewirausahaan yang berpengaruh pada kinerja usaha. 2. Memberikan sumbangan temuan empiris dalam bidang wirausaha, khususnya bagi peneliti lain yang berkenan mengadakan penelitian dalam kajian penelitian yang sama. 3. Bagi pengambil kebijakan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk membuat kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan sifat/jiwa kewirausahaan kemampuan manajemen agribisnis. 4. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis

Perdesaaan

(BLM-PUAP)

untuk

mengembangkan

sifat/jiwa

kewirausahaan dan kemampuan manajemen agribisnisnya dalam perkembangan usaha Gapoktannya.

8

BAB II KAJIANAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Kewirausahaan Kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi pelaksanaan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. Kewirausahaan mencerminkan kualitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan. Kewirausahaan merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian sikap dan perilaku. Bagaimana seseorang memandang suatu kejadian, mengambil keputusan atas dasar pandangannya, bertindak mewujudkan keputusannya, dan menerima konsekuensi dari tindakan tersebut sebagai bagian dari proses penghimpunan pengetahuan dan keterampilan (Suparta dan Rahmantha, 2010). Kewirausahaan merupakan suatu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko (Suryana, 2003). Suryana (2003) mengemukakan ada enam hakekat penting kewirausahaan, yakni: (1) kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dalam sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis; (2) kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda; (3) kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menetukan peluang untuk memperbaiki kehidupan; (4) kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha; (5) kewirausahaan adalah suatu proses

9

mengajarkan sesuatu yang baru dan berbeda; (6) kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persingan. Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ablity) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya (Suryana, 2001). Eksistensi kewirausahaan pada saat ini dan masa yang akan datang mutlak diperlukan, hal ini sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar (growth-equity paradigm shift) dan perubahan ke arah globalisasi (globalization paradigm shift) yang menuntut adanya perubahan paradigma pendidikan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengambarkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi entrepreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisasikan usahanya dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses tidak cukup hanya bermodalkan bakat saja, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dalam segala aspek usaha yang ditekuninya. Siagian (1999) mengemukakan kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat, dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih baik, menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efesien melalui kegiatan mengambil resiko, kreativitas, dan inovasi serta kemampuan manajemen.

10

Longenecker (2001) menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan pada perekonomian kita berasal dari para wirausaha yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan berbagai informasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya dapat tumbuh kerena faktor bakat dan dari pengalaman. Kewirausahaan terdiri atas keberanian untuk melangkah dan keberanian untuk tumbuh. Dilihat secara definitif kewirausahaan mencakup masalah perilaku dan kemampuan mengubah dari suatu keadaan negatif menjadi positif, tidak menguntungkan menjadi menguntungkan dan lain-lain. Pembentukan wirausahawan terjadi melalui sebuah proses dan tahapan. Proses dan tahapan yang dilalui akan menentukan tingkat keberhasilan wirausahawan.

2.2 Sifat atau Jiwa Kewirausahaan Jiwa atau sifat kewirausahaan ada dalam diri seseorang dan cenderung permanen. Sifat bersifat umum, tidak terkait dengan objek tertentu atau situasi tertentu. Sifat mempunyai kapasitas untuk menuntun pembentukan tingkah laku yang konsisten. Sifat tidak dapai diamati secara langsung, tetapi dapat diamati dari tingkah lakunya (Suparta dan Ramantha, 2010). Menurut Suryana (dalam Suparta dan Ramantha, 2010) jiwa kewirausahaan adalah orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen) berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.

11

Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki tindakan kreatif membangun nilai dari suatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang nampak (inovatif), tegar walaupun gagal, percaya diri, memiliki self determination atau locus of control, mengelola resiko, perubahan dipandang sebagai kesempatan, toleran terhadap banyaknya pilihan, inisiatif dan memiliki need for achievement, kreatif, perfeksionis, memiliki pandangan luas, waktu adalah berharga, dan memiliki motovasi yang kuat (Lambing dan Kuehi, 2000). Zimmerer (dalam Suryana, 2003) mengemukakan bahwa karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah : (1) Memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan seluruh perhatiannya pada usaha (commitment and determination); (2) Memiliki rasa tanggung jawab baik damam mengendalikan sumber daya maupun keberhasilan wirausaha (desire for responsibility); (3) Selalu berambisi untuk mencari peluang (opportunity obsession); (4) Tahan terhadap resiko dan ketidakpastian (tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty); (5) Percaya diri (self confidence); (6) Berdaya cipta dan luwes (creativity and flexibility; (7) Selalu memerlukan umpan balik yang segera (desire for immediate feedback); (8) Memiliki tingkat energi yang tinggi (high level of energy); (9) Memiliki dorongan untuk selalu unggul (motivation to excel); (10) Berorientasi pada masa yang akan datang (orientation to the future); (11) Selalu belajar dari kegagalan (willingness to lern from failure) dan; (12) Kemampuan dalam kepemimpinan (leadership ability). Lebih lanjut Steinhoff dan John F burgers (dalam Suryana, 2003) mengemukakan beberapa karekteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausahawan berhasil, adalah : (1) memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas; (2) bersedia menamggung resiko waktu dan uang; (3) berencana dan mengorganisir; (4) kerja keras sesuai dengan tingkat kemampuan; (5) mengembangkan hubungan dengan

12

pelanggan, pemasok, pekerja, dan yang lainnya dan; (6) bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan. Berdasarkan informasi diatas sifat atau jiwa kewirausahaan yang difokuskan dalam penelitian ini dijabarkan secara lebih rinci sebagai berikut: 1. Sifat instrumental, sifat yang dalam berbagai situasi selalu dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya (yang dipandang sebagai alat) untuk membantu mencapai tujuan pribadi atau usaha. 2. Sifat prestatif, dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan sebelumnya, selalu ingin mencapai hasil lebih baik. Baginya yang penting adalah prestasi. 3. Sifat keluwesan bergaul, selalu aktif bergaul dan cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan, berusaha untuk terlibat dengan teman-temannya yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Selalu tampil dengan wajah ramah, akomodatif terhadap berbagai ajakan untuk berdialog, dan baik pengendalian emosinya. 4. Sifat pengambil resiko, selalu memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Segala tindakan diperhitungkan dengan cermat, dan selalu mencoba mengantisipasi kemungkinan adanya hambatan-hambatan yang dapat menggagalkan usahanya. 5. Sifat swakendali, selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi serta batas-batas kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan usaha. Dia tahu perisi kapan saatnya harus bekerja keras, saat berhenti bekerja, dan harus mengubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan. 6. Sifat kerja keras, selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, lebih suka mengisi waktu dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan.

13

7. Sifat keyakinan diri, selalu percaya dengan kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, serta cenderung melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi. 8. Sifat inovatif, selalu mendekati masalah dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat, dan sangat terbuka dengan hasil pemenuan baru. 9. Sifat kreatif, selalu mempunyai gagasan baru dan melakukan langkah tindakan tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. 10. Sifat kepemimpinan, selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar secara sadar mau melakukan tugas untuk mencapai tujuan, melakukan pembenahan pada organisasi perusahaannya.

2.3 Manajemen Agribinsnis Manajemen didefinisikan sebagai suatu seni untuk mencapai hasil yang diinginkan secara gemilang dengan sumber daya yang tersedia bagi organisasi (Downey dan Erickson, 1988). Beberapa kata kunci dalam definisi tersebut menekankan unsur-unsur manajemen yang berhasil. Manusia adalah yang melakukan manajemen, kemampuan mannajeruntuk mencapai tujuan melalui orang lain sangan penting dalam manajemen yang baik. Manajemen adalah seni, dimana setiap orang dapat menggunakan prinsip-prinsip manajemen untuk memelihara pertumbuhan dan kemajuan yang berkesinambungan menuju potensi pengelolaan. Setiap manajemen yang baik, harus berhasil memenuhi sasaran atau hasil yang diinginkan atau ditentukan sebelumnya. Dimana untuk memenuhi sasaran atau hasil tersebut seorang manajer menggunakan berbagai sumber daya yang dikuasainya.

14

Istilah

manajemen

mengacu

pada

proses

mengkoordinasikan

dan

mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 1999). Pada umumnya, prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis (Downey dan Erickson, 1992). Dalam Antara, 2010 mengemukakan beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dengan manajemen lainnya adalah sebagai berikut : 1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agrinisnis. Diantaranya para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang borongan,

pemroses,

pengepak,

pembuat

barang,

usaha

pergudangan,

pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran, dll. 2. Keanekaragaman ukuran agribisnis yang tidak menentu dari perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang dikelola oleh satu orang atau satu keluarga. 3. Banyaknya jumlah agribisnis. Secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda telah lazim menangani rute dari produsen sampai ke pemasar eceran. 4. Bisnis terkait dengan pengusaha tani. Pera pengusaha tani ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang. Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik secara langsung maupun tidak langsung . tidak ada industri lain yang lokasi operasinya pada umumnya dikelilingi oleh produsen bahan baku dasar. 5. Bersaing dipasar relative bebas. Fakta menunjukkan bahwa agribisnis kecil harus bersaing dipasar relative bebas dengan penjual banyak, tetapi pembeli lebih sedikit. Hal ini disebabkan jumlah dan ukuran agribisnis tidak memungkinkan

15

untuk menyerupai pasar monopoli. Keanekaragaman produk juga sulit untuk hamper semua agribisnis. 6. Falsafah hidup pekerja agribisnis, merupakan falsafah tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih ketinggalan dibanding jenis bisnis lainnya. 7. Cenderung berorientasi pada keluarga, artinya banyak agribisnis dijalankan oleh keluarga sehingga pada tahap pengopersian maupun tahap pengambilan keputusan bisnis berdasarkan mitra kerja penuh (full-partmership). 8. Cenderung berorientasi pada masyarakat, banyak diantaranya yang berlokasi di kota kecil dan daerah pedesaan dimana hubungan antar perorangan penting dan ikatan bersifat jangka panjang. 9. Bersifat musiman. Kenyataan bahwa agribsnis, bahkan yang menjadi industry raksasapun bersifat musiman karena hubungan yang sangat erat dan saling tergantung antara agribisnis dan para pengusaha tani dan karena sifat alami musim tanam dan panen. 10. Agribisnis bertalian dengan gejala alam. Kekeringan, banjir, hama dan penyaki merupakan ancaman yang tetap terhadap agribisnis. 11. Program atau kebijakan pemerintah berdampak langsung pada agribisnis. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan manajemen agribisnis adalah merupakan suatu proses pencapaian tujuan usaha agribisnis dengan mengkoordinir dan mengintegrasikan segala sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.

16

2.4 Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan bahwa Gapoktan sebagai pelaksana PUAP merupakan penggabungan dari beberapa kelompok tani dalam satu kawasan desa. Tujuan penggabungan kelompok menjadi Gapoktan dalam PERMENTAN Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 adalah untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar kelompok tani lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani di sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar (Anonimus, 2007a). Departemen Pertanian Republik Indonesia (1980 dalam Mardikanto, 1993) kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda-pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pimpinan seorang kontak tani. Menurut Mosher (1967 dalam Mardikanto, 1993) mengemukakan bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani. Munculnya berbagai peluang dan hambatan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat, membutuhkan adanya pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Penggabungan dalam Gapoktan terutama dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Wilayah kerja Gapoktan sedapai mungkin di wilayah administrasi desa/kecamatan (Anonimus, 2007b).

17

2.5 Fungsi Gapoktan Gapoktan melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang menyangkut kuantitas, kualitas, kontunuitas, dan harga. 2. Penyedia saprotan yang melipui: pupuk, benih bersertifikat, pestisida, dan lainnya, serta menyalurkan saprotan kepada petani melalui kelompok. 3. Penyedia modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada petani yang memerlukan. 4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota yang meliputi: penggilingan, grading, pengepakan, dan lainnya yang dapat meningkatkan nilai tambah produksi. 5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual prodouk petani kepada pedagang atau industri hilir.

2.6 Struktur Organisasi Gapoktan PUAP 2.6.1 Gapoktan Kriteria Gapoktan penerima bantuan modal usaha PUAP adalah antara lain: (1) Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis; (2) Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif; dan (3) Dimiliki dan dikelola oleh petani. Untuk kepentingan keberlanjutan program PUAP, maka Gapoktan berfungsi sebagai executing dalam penyaluran dana BLM-PUAP (Anonimus, 2007b). Dalam pelaksanaan PUAP maka rapat anggota (RA) merupakan forum tertinggi dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang diputuskan pada RA, diantaranya memilih dan memberhentikan pengurus, penambahan anggota, pengesahan program, penetapan unit usaha otonom, evaluasi pengembangan

18

pengelolaan unit usaha Gapoktan dan hal lain yang perlu mendapatkan kesepakatan anggota. Rapat Anggota merupakan forum pertemuan yang dihadiri oleh seluruh anggota dan setiap anggota memiliki hak suara yang sama. Untuk menjalankan pengelolaan PUAP maka Gapoktan PUAP dilengkapi pengurus yang terdiri dari: (1) Ketua, (2) Sekretaris dan (3) Bendahara yang ditetapkan melalui RA yang dimasukkan dalam dokumen AD/ART Gapoktan.

2.6.2 Rapat Anggota Gapoktan Sebagai forum tertinggi dalam pelaksanaan PUAP, Rapat Anggota dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Rapat Anggota dihadiri oleh seluruh pengurus Gapoktan, wakil dari kelompok tani, Penyuluh Pendamping dan Komite Pengarah. 2. Rapat anggota dilaksanakan secara periodik sesuai kesepakatan anggota. 3. Tujuan rapat anggota adalah untuk menetapkan 1. RUB (Rencana Usaha Bersama); 2. Mekanisme penyaluran dan pemanfaatan dana PUAP; 3. Pola pengembangan usaha agribinis anggota dan unit usaha otonom Gapoktan; 4. Tata tertib rapat anggota; 5. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus.

19

2.6.3 Pengurus Gapoktan Pengurus Gapoktan yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara adalah petani anggota yang dipilih dalam Rapat Anggota. Untuk menjalankan fungsi organisasi PUAP, masing-masing Pengurus Gapoktan PUAP mempunyai tugas sebagai berikut :

1. Ketua Mengkoordinasikan, mengorganisasikan serta bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan PUAP dengan rincian sebagai berikut : (1). Melaksanakan hasil keputusan rapat anggota; (2). Memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus poktan, komite pengarah dan penyuluh pendamping; (3). Menanda tangani surat menyurat dan dokumen pelaksanaan PUAP (RUB) dan dokumen yang terkait dengan pencairan dana PUAP; (4). Mewakili Gapoktan dalam pertemuan dengan pihak lain (5). Mengkoordinasikan pelaporan dan pertanggung jawaban dana; (6). Memimpin organisasi dan administrasi Gapoktan PUAP.

2. Sekretaris Bertugas melaksanakan administrasi kegiatan Gapoktan PUAP, dengan rincian sebagai berikut : (1). Membuat dan memelihara notulen rapat, berita acara, serta dokumen PUAP lainnya. (2). Menyelenggarakan surat-menyurat dan pengarsipannya.

20

(3). Menyelenggarakan administrasi dokumen RUB, RUK, RUA dan kegiatan organisasi lainnya. (4). Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan kegiatan Gapoktan.

3. Bendahara Bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan Gapoktan baik penyaluran maupun pengelolaan dana PUAP, dengan rincian tugas adalah sebagai berikut : (1). Melaksanakan penarikan/pencairan sesuai dengan jadwal pemanfaatan oleh anggota; (2). Menyalurkan dana BLM PUAP sesuai dengan RUB, RUK dan RUA dan atau jadwal pemanfaatan dana yang diusulkan anggota; (3). Membukukan setiap penyaluran dana PUAP kepada anggota; (4). Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan dana PUAP; (5). Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan keuangan Gapoktan PUAP;

2.6.4 Komite pengarah Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping. Komite Pengarah terdiri atas seorang ketua dan dua orang anggota dengan tugas sebagai berikut : 1. Memberikan masukan dan pertimbangan dalam penetapan RUB pada saat Rapat Anggota; 2. Mengawasi penggunaan dana BLM-PUAP sesuai keputusan Rapat Anggota;

21

3. Memberikan masukan dan pertimbangan dalam penumbuhan dan pengembangan unit usaha otonom Gapoktan.

2.6.5 Kelompok tani Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota kelompok tani terdiri atas 20 orang sd 25 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usahataninya.

2.7 Tujuan, Sasaran, dan Indikator Keberhasilan PUAP 2.7.1 Tujuan PUAP Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) bertujuan untuk: 1. Mengurangi

kemiskinan

dan

pengangguran

melalui

penumbuhan

dan

pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai potensi wilayah. 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, Penyuluh Pendamping, dan Penyelia Mitra Tani PMT). 3. Memberdayakan

kelembagaan

petani

dan

ekonomi

perdesaan

untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis. 4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan.

2.7.2 Sasaran PUAP Sasaran Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yaitu: 1. Berkembangnya usaha agribisnis di desa sesuai dengan potensi pertanian desa.

22

2. Berkembangnya Gapoktan dan Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani. 3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, dan buruh tani. 4. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman.

2.7.3 Indikator Keberhasilan PUAP Indikator Keberhasilan outcome PUAP antara lain: 1. Meningkatkan kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga tani. 2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha tani. 3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis di sektor hulu, sektor budidaya, dan sektor hilir di pedesaan. 4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani, dan rumah tangga tani, dalam berusaha tani sesuai dengan potensi wilayah. Sedangkan, indikator Keberhasilan benefit dan impact PUAP antara lain: 1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP. 2. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh Petani. 3. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.

23

2.8 Penelitian Terdahulu Penelitian lain yang berjudul “Pengaruh Lingkungan, Sifat Kewirausahaan, dan Motivasi Wirausaha Terhadap Pembelajaran Wirausaha serta Kinerja Usaha oleh Sukarta (2010). Penelitian ini dilakukan

pada usaha peternak ayam ras

pedaging di Kabupaten Tabanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat signifikansi pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen, dalam hal ini variabel pembelajaran wirausaha dan pertumbuhan usaha. Responden dari penelitian ini adalah pemilik atau pengelola langsung dari usaha dengan jumlah sampel sebanyak 130 unit usaha yang diambil dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Path analysis (Analisis Jalur). Sukatra (2010) mengemukakan bahwa lingkungan jauh tidak memberikan dukungan yang positif bagi pertumbuhan usaha, sedangkan lingkungan industri dan internal cukup baik. Lingkungan usaha tidak berpengaruh secara langsung terhadap pembelajaran wirausaha. Lingkungan usaha memiliki pengaruh

langsung yang

signifikan terhadap motivasi usaha, Lingkungan usaha tidak berpengaruh terhadap pembentukan sifat kewirausahaan, sifat kewirausahaan mempengaruhi pembelajaran wirausaha dan motivasi usaha secara langsung, namun terhadap pertumbuhan usaha pengaruhnya tidak secara langusng. Pembelajaran wirausaha dan pertumbuhan usaha dipengaruhi secara langsung dan signifikan oleh motivasi usaha, pembelajaran wirausaha memberikan pengaruh secara langsung kepada kinerja usaha. Penelitian lain yang berjudul “ Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Keberhasilan Usaha Agribisnis (Kasus pada Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Bali)” oleh Ratna Udayani (2010). Penelitian ini membahas mengenai bagaimana kadar jiwa kewirausaaan peternak ayam ras pedaging di Bali, bagaimana hubungan

24

antara jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis, dan karakteristik peternak, dengan keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging, serta bagaimana pengaruh jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis, karakteristik peternak, dengan keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging, serta menganalisis pangaruh jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis, dan karakteristik peternak, terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Kadar jiwa kewirausahaan peternak ayam ras pedaging di Bali ternyata tinggi, dengan capaian nilai sebesar 88,12% dari nilai maksimum ideal. Dari 80 responden, ternyata 97,5% memiliki nilai tinggi. Hai ini menunjukkan bahwa, peternak ayam ras pedaging memang sudah komersial, yang dilandasi oleh jiwa kewirausahaan tinggi; (2) Berdasarkan analisis statistik, diperoleh bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan kemampuan penerapan usaha agribisnis adalah sangat nyata, antara jiwa kewirausahaan dengan karakteristik peternak adalah sangat nyata, hubungan antara kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan karakteristik peternak, jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan usaha agribisnis, dan kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan keberhasilan usaha agribisnis adalah sangat nyata. Sedangkan hubungan antara karakerisik peternak dengan keberhasilan usaha agribisnis diperoleh hubungan nyata; (3) Secara simultan (pengaruh bersama) semua variabel bebas yaitu jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis dan karakteristik peternak memiliki pengaruh sangat besar nyata terhadap keberhasilan usaha agribisnis. Secara parsial, ditemukan bahwa jiwa kewirausahaan dan karakteristik peternak berpengaruh sangat nyata, sedangkan kemampuan penerapan usaha agribisnis berpengaruh nyata. Secara dominan, dengan menggunakan metode langkah bijak,

25

ditemukan bahwa jiwa kewirausahaan yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha agribisnis, diikuti oleh karakteristik peternak. Diantara variabel jiwa kewirausahaan, yang paling berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha agribisnis adalah sifat kepemimpinan, sifat kerja keras dan tekun, sifat belajar, dan sifat kreatif.

26

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1

Kerangka Konsep Penelitian Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses pada

sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi petani yang masih lemah. Untuk

mengatasi

permasalahan

tersebut

pemerintah

menetapkan

Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) yang mulai dilaksanakan mulai tahun 2008 dimana tujuan dari program ini adalah untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. PUAP merupakan bentuk fasilitas modal usaha untuk petani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga miskin di perdesaan yang terkoordinasikan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan). Para pelaku agribinsis skala kecil dan menengah seringkali banyak mengalami hambatan dalam mengembangkan agribisnisnya, termasuk Gapoktan. Berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah terletak pada kemampuan kewirausahaannya. Wirausahawan akan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan usaha baik dari sejak perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi terhadap usaha yang dilakukannya. Pengurus Gapoktan seyogyanya memiliki profil sebagai wirausaha dengan segala ciri-cirinya. Ketidakberhasilan atau belum optimalnya keberhasilan yang diperoleh para pelaku agribisnis umumnya disebabkan karena belum dikuasainya prinsip-prinsip kewirausahaan, dan kurang diterapkannya prinsip manajemen agribisnis secara baik. Agribisnis memiliki beberapa keunikan, sehingga diperlukan kesiapan mental pengelolanya dalam menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara khusus.

27

Seorang Pemimpin perusahaan agribisnis dalam hal ini pengurus Gapoktan tidak hanya penting memiliki kepemimpinan, tetapi yang lebih penting adalah sikap mental wirausaha. Seorang wirausahawan penting memiliki sikap mental (attitude), kepemimpinan (leadership), manajemen, dan keterampilan teknis (skill). Namun yang paling penting dikatakan adalah sikap mental, karena betapa pun seseorang memiliki keterampilan teknis secara baik tetapi jika sikap mentalnya tidak baik, maka belum tentu akan berhasil. Kewirausahaan

agribisnis

merupakan

penerapan

sifat

atau

jiwa

kewirausahaan dibidang usaha agribisnis. Kewirausahaan agribinsis adalah kemampuan melihat dan menilai kesempatan (peluang) bisnis, serta kemampuan mengoptimalisasikan sumber daya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya. Pada dasarnya jiwa kewirausahaan mendorong seseorang untuk mau dan mampu bekerja keras, tekun dan ulet, mau dan mampu menghadapi persoalan dengan kemampuannya sendiri, memiliki keberanian untuk melangkah maju dan mengambil resiko, kreatif dan inovatif, memiliki kemampuan kepemimpinan, serta senantiasa ingin lebih berhasil dan seterusnya. Kewirausahaan mencerminkan kualitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan. Jiwa atau sifat kewirausahaan itu sendiri bukan merupakan jaminan keberhasilan suatu kegiatan (bisnis), namun seringkali menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar menjadi pengusaha sukses. Karena itu dilakukan penelitian ini yang mencoba menganalisis sifat atau jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan pengelola Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis

28

Perdesaaan (BLM-PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Kerangka konsep dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan Pengelola BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung

PEMBANGUNAN PERTANIAN

PROGRAM PUAP

GAPOKTAN

Sifat/Jiwa Kewirausahaan (X1) 1. Sifat instrumental (X11) 2. Sifat prestatif (X12) 3. Sifat keluwesan bergaul

Manajemen Agribibisnis (X2) 1.Pengorganisasian usaha agribisnis (X21) 2.Pengembangan usaha agribisnis (X22) 3.Pengawasan usaha agribisnis (X23)

(X13) 4. Sifat pengambil resiko (X14) 5. Sifat swakendali (X15) 6. Sifat kerja keras (X16) 7. Sifat keyakinan diri (X17) 8. Sifat inovatif (X18) 9. Sifat kreatif (X19) 10. Sifat kepemimpinan (X110) Keberhasilan PUAP (Y)

(

29

3.2

Hipoesis Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, serta kajian teori dan

empiris, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif antara jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP dengan Keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. 2. Terdapat pengaruh nyata jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan penerima BLM-PUAP terhadap Keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

30

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1

Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Menurut Antara (2010) purposive yaitu suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung sebagai lokasi penelitian, antara lain: 1. Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung telah menerima dana PUAP sejak Tahun 2008. 2. Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung mempunyai tingkat kinerja bervariasi. 3. Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung memiliki jumlah Gapoktan penerima dana PUAP paling banyak bila dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Klungkung. 4. Belum pernah diadakan penelitian serupa di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Gapoktan yang mengelola Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) tahun 2008 dan tahun 2009 di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung yaitu sebanyak 11 Gapoktan.

31

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Arikunto, 1998). Riduwan (2010) mengemukakan apabila populasi kurang dari 30, sehingga semua populasi dijadikan sebagai sampel atau disebut sampel jenuh. Maka, dalam penelitian ini semua populasi dijadikan sebagai responden.

4.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung. Data kuantitatif meliputi data jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis, dan keberhasilan PUAP yang diangkakan melalui teknik scoring. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui keterangan-keterangan yang berkaitan dengan pengurus Gapoktan yang menerima dana Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Sumber data berupa data primer dan data skunder. Data primer bersumber dari pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) sebagai responden. Data primer diperolah dengan cara mendatangi dan mewawancara responden secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Data skunder didapatkan dari instansi terkait, publikasi penelitian dan berbagai literatur yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

32

4.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Wawancara langsung dengan menggunakan instrument, yaitu kuesioner terstruktur, yang telah disiapkan sebelumnya dengan mendatangi langsung responden. 2. Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian, dalam hal ini mengamati secara langsung kegiatan pengurus Gapoktan maupun

kegiatan Gapoktan. Hal ini

bertujuan selain untuk mengetahui kondisi dari objek penelitian, juga untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai kinerja pengurus Gapoktan. 3. Dokumentasi

yaitu

dengan

pengumpulan

data

dengan

cara

meneliti

dokumen/catatan/arsip. Dalam penelitian ini dapat berupa dokumen/catatan/arsip yang di Gapoktan, maupun dari instansi terkait.

4.5 Pengukuran Variabel Penelitian Sesuai dengan tujuan dan permasalahan dalam penelitian, maka variabel yang diukur adalah jiwa kewirausahaan pengurus gapoktan dan keberhasilan PUAP. Uraian variabel tersebut adalah : 1.

Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan Berdasarkan telaah pustaka pengukuran variabel jiwa kewirausahaan terdapat

dari 10 Indikator dan 21 Parameter. Untuk mengukur jiwa kewirausahaan dilakukan penilaian dengan menggunakan sistem skor. Hasil pengukuran variabel jiwa kewirausahaan dibagi menjadi lima katagori yaitu : skor 5 untuk selalu, skor 4 untuk hampir selalu, skor 3 untuk kadang-kadang, skor 2 untuk sangat jarang, skor 1 untuk tidak pernah.

33

Tabel 4.1 Indikator dan Parameter Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan Variabel

Indikator Sifat instrumental (X1.1) Sifat prestatif (X1.2) Sifat keluwesan bergaul (X1.3) Sifat pengambil resiko (X1.4)

Sifat swakendali (X1.5) Jiwa/sifat kewirausahaan (X1)

Sifat kerja keras (X1.6) Sifat keyakinan diri (X1.7) Sifat inovatif (X1.8)

Sifat kreatif (X1.9)

Sifat kepemimpinan (X1.10)

2.

Parameter 1.Memanfaatkan sumberdaya di sekitar lingkungan 2.Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber 1. Berusaha untuk berprestasi lebih baik dari sebelumnya 2. Berusaha untuk mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya 1.Berusaha untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan 2.Berusaha untuk menyesuaikan diri dalam pergaulan 1.Menperhitungan dan mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. 2.Menyukai resiko yang relistis untuk mencapai tujuan 3.Menghadapi setiap resiko bisnis dengan sikap optomis 1.Menyadari kekuatan dan kelemahan sendiri 2.Mengetahui kapan bekerja keras, kapan berhenti dan kapan mengubah strategi saat menghadapi hambatan 1.Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai 2.Mengisi waktu dengan hal-hal yang nyata untuk mencapai tujuan 1.Percaya dengan kemampuan diri sendiri 2.Tidak ragu-ragu dalam bertindak 1.Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat unuk mencapai tujuan 2.Mampu menggunakan atau melaksanakan ide baru tersebut untuk meningkatkan keuntungan 1.Mampu memikirkan sesuatu yang baru untuk memecahkan masalah yang timbul 2.Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan 1. Mampu mempengaruhi orang lain agar melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan 2.Mengelola sumberdaya usaha untuk kemajuan Gapoktan

Manajemen Agribisnis Berdasarkan telaah pustaka pengukuran variabel manajemen agribisnis

terdapat dari tiga indikator dan 17 parameter. Untuk mengukur jiwa penerapan manajemen agribisnis dilakukan penilaian dengan menggunakan sistem skor. Hasil pengukuran variabel manajemen agribisnis dibagi menjadi lima katagori yaitu : skor 5 untuk sangat baik, skor 4 untuk baik, skor 3 untuk cukup baik, skor 2 untuk tidak baik, skor 1 untuk sangat tidak baik.

34

Tabel 4.2 Indikator dan Parameter Manajemen Agribisnis Variabel

Manajemen Agribisnis (X2)

Indikator

Parameter

Pengorganisasian Usaha Agribsnis (X2.1)

1.Membuat standar hubungan kerja 2.Koordinasi hubungan kerja 3.Menjalin hubungan harmonis dengan mitra kerja 4.Menjalin hubungan harmonis dengan poktan/anggota poktan 5.Pembagian tugas yang jelas antara pengurus Gapoktan 1.Berkembangnya jenis usaha 2.Berkembangnya volume usaha 3.Meningkatnya Produktivitas 4.Meningkatnya Produksi 5.Meningkatnya asset 6.Meningkatnya jumlah SDM yang terlibat dlm Gapoktan 7.Meningkatnya Kualitas produk 1.Adanya standar aturan operasi usaha 2.Adanya Standar Produk 3.Adanya mekanisme kerja sesuai standar 4.Menarima masukan positif 5.Melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas

Pengembangan Usaha Agribisnis (X2.2)

Pengendalian Usaha Agribisnis (X2.3)

3.

Keberhasilan PUAP Berdasarkan telaah pustaka pengukuran variabel keberhasilan PUAP terdapat

dari tiga indikator dan 20 parameter. Untuk mengukur keberhasilan PUAP dilakukan penilaian dengan menggunakan sistem skor. Hasil pengukuran variabel keberhasilan PUAP dibagi menjadi lima katagori yaitu : skor 5 untuk sangat baik, skor 4 untuk baik, skor 3 untuk cukup baik, skor 2 untuk tidak baik, skor 1 untuk sangat tidak baik.

35

Tabel 4.3 Indikator dan Parameter Keberhasilan PUAP Variabel

Indikator Outcome (Y1)

Keberhasilan PUAP (Y)

Benefit (Y2)

Parameter 1.Meningkatnya jumlah petani yang mengembangkan modal kelompok 2.Meningkatnya jumlah buruh tani yang mengembangkan modal kelompok 3.Meningkatnya rumah tangga yang mengembangkan modal kelompok 4.Kemampuan membuka peluang usaha di bidang on farm dan off farm 5.Bertambahnya jumlah poktan yang menjalin kemitraan dengan perusahaan atau mitra usaha 6.Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan penggrap) , buruh tani, rumah tangga tani sesuai dengan potensi daerah 1.Berkembangnya jenis usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi PUAP 2.Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di pedesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani 3.Berfungsinya Gapoktan sebagai unit simpan pinjam (KOPERASI) 4.Kemampuan Gapoktan dalam mengembangkan modal usaha semakin besar 5.Jumlah tenaga kerja yang ikut terlibat dalam kegiatan pengolahan dan pemasarn hasil 6.Besarnya tenaga kerja yang dapat diserap oleh unit simpan pinjam

4.6 Batasan Operasional Dalam penelitian ini digunakan batasan operasional sebagai berikut : 1.

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (PUAP) merupakan program yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) berupa bantauan modal usaha untuk petani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga miskin di perdesaan yang terkoordinasikan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan).

2.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.

36

3.

Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) adalah bantuan dana kepada patani/kelompok tani untuk pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha.

4.

Agribisnis adalah serangkaian kegiatan usaha pertanian dalam arti luas yang terdiri dari empat subsistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana prosuksi (input) pertanian, (b) subsistem pertanian prime yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi (input) yang dihasilkan subsistem hulu, (c) subsistem hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian , dan (d) subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lainlain.

5.

Manajemen Agribisnis adalah tata cara usaha agribisnis yang harus dilakukan oleh pelaku usaha agar dapat memperolah nilai tambah maksimal, seperti perencanaan usaha, efesiensi, kualitas hasil, dan kerjasama usaha.

6.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatauan Republik Indonesa.

7.

Perdesaan adalah kawasan yang secara komporatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan local (endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.

8.

Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usahatani, hilir, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang.

37

9.

Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha. 11. Penyuluh pendamping adalah aparat naik PNS maupun non PNS yang melakukan kegiatan pendampingan Gapoktan , melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. 12. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian dalam bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Deparemen Pertanian untuk melakukan supervise dan advokasi kepada Penyuluh pendamping dan Pengelola Gapoktan dalam pengembangan PUAP. 13. Rencana Usaha Anggota (RUA) adalah rencana usaha pengembangan agribisnis yang disusun oleh masing-masing anggota poktan berdasarkan kelayakan usaha dan potansi desa. 14. Rencana Usaha Kelompok (RUK) adalah rencana usaha pengembangan agribisnis yang disusun oleh Kelompok tani berdasarkan kelayakan usaha dan potansi desa. 15. Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha pengembangan agribisnis yang disusun oleh Gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan potansi desa.

38

16. Keberhasilan Outcome PUAP adalah meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam mengelola bantuan modal usaha, meningkatnya jumlah petani, buruh tani, rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal, meningkatnya jumlah pendapatan petani, buruh tani, rumah tangga tani dalam berusahatani sesuai potensi desa. 17. Keberhasilan Benefit PUAP adalah manfaat yang diharapkan dari program PUAP dalam jangka panjang antara lain berkembangnya usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi PUAP, berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan, berkurangnya petani miskin dan pengangguran di perdesaan. 18. Sifat instrumental adalah sifat yang dalam berbagai situasi selalu dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya (yang dipandang sebagai alat) untuk membantu mencapai tujuan pribadi atau usaha. 19. Sifat prestatif adalah sifat dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan sebelumnya, selalu ingin mencapai hasil lebih baik. Baginya yang penting adalah prestasi. 20. Sifat keluwesan bergaul adalah sifat selalu aktif bergaul dan cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan, berusaha untuk terlibat dengan temantemannya yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Selalu tampil dengan wajah ramah, akomodatif terhadap berbagai ajakan untuk berdialog, dan baik pengendalian emosinya. 21. Sifat pengambil resiko adalah sifat selalu memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Segala tindakan diperhitungkan dengan cermat, dan selalu mencoba

39

mengantisipasi

kemungkinan

adanya

hambatan-hambatan

yang

dapat

menggagalkan usahanya. 22. Sifat swakendali adalah sifat selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi serta batas-batas kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan usaha. Dia tahu perisi kapan saatnya harus bekerja keras, saat berhenti bekerja, dan harus mengubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan. 23. Sifat kerja keras adalah sifat selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, lebih suka mengisi waktu dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan. 24. Sifat keyakinan diri adalah sifat selalu percaya dengan kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, serta cenderung melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi. 25. Sifat inovatif adalah sifat selalu mendekati masalah dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat, dan sangat terbuka dengan hasil pemenuan baru. 26. Sifat kreatif adalah sifat selalu mempunyai gagasan baru dan melakukan langkah tindakan tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. 27. Sifat kepemimpinan adalah sifat selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar secara sadar mau melakukan tugas untuk mencapai tujuan, melakukan pembenahan pada organisasi perusahaannya.

40

4.7

Analisis Data

4.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen atau kuesioner penelitian harus

berkualitas yang sudah

distandarkan sesuai dengan kreteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas. Dalam uji instrument ini digunakan sampel sebanyak 10 orang. 1.

Uji Validitas Berkaitan dengan pengujian validitas instrument Arikonto, 1995 (dalam

Riduwan, 2010) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkoreksikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment adalah :

Dimana

r hitung ∑Xi ∑Yi n

Tingkat

= koefesien korelasi = jumlah skor item = jumlah skor item total (seluruh item) = jumlah responden

validitas

instrumen

dalam

penelitian

ini

diukur

dengan

membandingkan nilai rhitung dengan rtabel, untuk degree of freedom (df) = n – k, dimana n adalah jumlah responden yaitu sebanyak 33 orang dan k adalah konstruk yaitu dua, sehingga besarnya df 31 dengan alpha 0,05 didapatkan rtabel sebesar 0,344. Jika rhitung (corrected item-total correlation) lebih besar dari rtabel, maka pertanyaan tersebut dikatakan valid.

41

2.

Uji Reliabilitas Ghozali (2000) berpendapat bahwa instrumen dikatakan reliabel apabila

instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama dan mampu menghasilkan data yang relatif sama. Uji reliabilias dilakukan dengan uji varians alpha-cronbanch, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana

r1

k

= nilai reliabilitas = jumlah varians item = varians total item = jumlah item

Distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-1). Kaidah keputusan : Jika r1 > rtabel berarti valid sebaliknya Jika r1 < rtabel berarti tidak valid

4.7.2 Metode deskriptif kualitatif Metode deskriptif kualitatif merupakan metode penyajian, analisis, penafsiran data yang ada dengan tujuan mendeskripsikan suatu fenomena sosial yang disertai intrepretasi terhadap faktor-faktor yang ada di lapangan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Tujuan metode ini adalah mencari jawaban masalah dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian, menentukan fkekuensi dari berbagai gejala atau data, kemudian menjelaskan hubungan antara berbagai data dan gejala satu sama lain.

42

Variabel jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis dan keberhasilan PUAP ditabulasi dan dicari distribusi frekuensinya. Untuk mengukur semua indikaor dari variabel jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis dan keberhasilan PUAP digunakan skala jenjang lima ( 1, 2, 3, 4, dan 5 ). Untuk pernyataan positif, respon selalu atau sangat baik diberi skor 5, sedangkan respon tidak pernah dan buruk diberi skor 1. Proses selanjutnya adalah menganalisis data dengan metode deskriptif berupa pembobotan yang bertujuan memaknai (mengartikan) tingkat kepentingan (degree of imfortant) dari masing-masing pertanyaan. Selanjutnya, dibuat scoring dengan menggunakan skala tingkat (rating scale) menurut Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2010). Data yang diperoleh kemudian didistribusikan dalam katagori berbeda-beda. Penentuan katagori dilakukan berdasarkan kelas-kelas interval tertentu dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Keterangan : i Jarak Jumlah Kelas

: interval kelas : nilai skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah : adalah jumlah kelas atau katagori yang ditentukan

Hasil dari pencapaian skor diinterpretasikan pada jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis dan keberhasilan PUAP seperti pada tabel dibawah. Katagori skor dari Jiwa Kewirausahaan dapat dilihat pada tabel 4.4

43

Tabel 4.4 Katagori Pencapaian Skor Variabel Jiwa Kewirausahaan No 1 2 3 4 5

Pencapaian 4,3 – 5 3,5 – 4,2 2,7 – 3,4 1,9 – 2,6 1 – 1,8

Katagori Sangat Baik Baik Sedang Tidak Baik Sangat tidak baik

Katagori skor dari keberhasilan PUAP dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Katagori Pencapaian Skor Variabel Penerapan Manajemen Agribisnis No 1 2 3 4 5

Pencapaian 4,3 – 5 3,5 – 4,2 2,7 – 3,4 1,9 – 2,6 1 – 1,8

Katagori Sangat Baik Baik Sedang Tidak Baik Sangat tidak baik

Katagori skor dari keberhasilan PUAP dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Katagori Pencapaian Skor Variabel Keberhasilan PUAP No 1 2 3 4 5

Pencapaian 4,3 – 5 3,5 – 4,2 2,7 – 3,4 1,9 – 2,6 1 – 1,8

Katagori Sangat Berhasil Berhasil Cukup berhasil Kurang Berhasil Sangat Tidak Berhasil

Perolehan total skor (nilai) variabel didasarkan atas jumlah pertanyaan dalam kuesioner (tidak dalam bentuk %), sedangkan proporsi atau rata-rata perolehan skor variabel berikut :

adalah perolehan total skor dibagi dengan jumlah pertanyaan sebagai

44

4.7.3 Analisis hubungan antara jiwa kewirausahaan pengurus Gapoktan dan penerapan manajemen agribisnis dengan Keberhasilan PUAP

Untuk mengetahui hubungan antara jiwa kewirausahaan pengurus Gapoktan dan penerapan manajemen agribisnis dengan Keberhasilan PUAP yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung digunakan metode Korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman bias juga disebut korelasi berjenjang (rs) kegunaannya adalah untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel atau variabel bebas dengan variabel terikat yang berskala ordinal (Riduwan, 2010). Rumus Korelasi Spearman Rank yang digunakan yaitu :

Dimana n

= Nilai Korelasi Spearman Rank = Selisih setiap pasang rank = Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5 < n < 30)

4.7.4 Analisis pengaruh jiwa kewirausahaan pengurus Gapoktan penerapan manajemen agribisnis dengan Keberhasilan PUAP

dan

Untuk mengetahui pengaruh jiwa kewirausahaan pengurus Gapoktan dan penerapan manajemen agribisnis terhadap Keberhasilan PUAP yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung digunakan metode Regresi Linier Berganda. Analisis Regresi Linier Berganda adalah suatu alai analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal dua variabel atau lebih dengan satu variabel terikat.

45

Dimana dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah jwa kewirausahaan (X1) dan penerapan manajemen agribisnis (X2) dan variabel terikatnya yaitu keberhasilan PUAP (Y). sehingga nantinya akan dirumuskan persamaan regresi linier berganda seperti di bawah ini : Y = a + b1X1 + b2X2

46

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umun Lokasi Penelitian 5.1.1 Daerah penelitian Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung Kecamatan Banjarangkan merupakan salah satu dari empat Kecamatan yang ada di Kabupeten Klungkung, yang terletak di ujung barat Kabupaten Klungkung. Secara geografi Kecamatan Banjarangkan berada pada posisi 115021’28” sd 115037’43” bujur timur dan 80027’37” sd 80049’00” lintang selatan (Amonimus, 2010a). Batas wilayah Kecamatan Banjarangkan yaitu : Sebelah Utara

: Kabupaten Bangli

Sebelah timur

: Kecamatan Klungkung

Sebelah barat

: Kabupaten Gianyar

Sebelah selatan

: Selat Badung

Kecamatan Banjarangkan memiliki luas wilayah 45,73 km2 atau 14,25 % dari luas Kabupaten Klungkung. Menurut penggunaannya luas wilayah Kecamatan Banjarangkan terdiri dari 2.007 Ha (43,90%) lahan sawah, 1.290 Ha (28,21%) lahan tegalan, 638 Ha ( 13,95%) lahan perkebunan, 403 Ha (8,81%) lahan pekarangan, 13,92 (0,30%) kuburan dan lainnya 220,44 Ha (4,82%) (Anonimus, 2010b). Berdasarkan kondisi topografi, Kecamatan Banjarangkan menunjukan penampakan kemiringan dari utara kearah selatan, dibagian utara merupakan daerah dataran tinggi, sedangkan bagian selatan merupakan daerah dataran rendah. Kecamatan Banjarangkan mempunyai ketinggian dari permukaan laut berkisar 0 sd 500 mdpl. Dengan tingkat kemiringan lahan sebagian besar melandai, dan sebagian lagi agak berbukit (Anonimus, 2010b).

47

Secara administrasi Kecamatan Banjarangkan terdiri dari 13 desa, 55 dusun dan 29 desa adat. Dalam usaha untuk memajukan perekonomian di wilayah Kecamatan Banjarangkan telah didukung dengan beberapa sarana seperti : 10 buah pasar umum, empat koperasi yang sudah berbadan hokum, 3 buah KUD, dan 6 buah Bank serta dilengkapi 25 buah LPD, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian desa (Anonimus, 2010b). Adanya program pembangunan desa diharapkan dapat meningkatkan desa tersebut menjadi lebih maju dan sejahtera, termasuk program PUAP yang dilaksanakan

secara

terintegrasi

dengan

Program

Nasional

Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM-M).

5.1.2 Pelaksanaan program Kabupaten Klungkung

BLM-PUAP

di

Kecamatan

Banjarangkan,

Program BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dilaksanakan di 11 Desa dari 13 Desa yang ada di Kecamatan Banjarangkan, yaitu Desa Nyanglan, Desa Timuhun, Desa Aan, Desa Tihingan, Desa Takmung, Desa Negari, Desa Banjarangkan, Desa Tusan, Desa Bakas, Desa Nyalian, dan Desa Bungbungan. Sasaran program BLM-PUAP, yakni petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani, dan rumahtangga petani miskin di pedesaan melalui koordinasi Gapoktan sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani. Salah satu tujuan program PUAP adalah mengatasi persoalan petani terhadap ketersediaan permodalan, akses pasar, dan teknologi. Pelaksanaan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan mengacu pada pola dasar yang ditetepkan dalam Permentan Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 yaitu pendidikan dan latihan untuk pengembangan usaha, pendampingan, dan pemberian

48

fasilitas bantuan modal usaha tani yang dikoordinasikan oleh Gapoktan. Untuk membangun kemandirian Gapoktan dalam pelaksanaan program PUAP, maka Gapoktan didampingi oleh Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT), sehingga Gapoktan dapat mengoptimalkan pemanfaatan dana sesuai dengan tujuan program PUAP. Melalui penerapan sistem demokrasi pada tingkat Gapoktan, yaitu keputusan rapat anggota merupakan forum teringgi Gapoktan diharapkan bantuan modal usaha untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan dapat dikekola secara optimal. Program BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu : tahap seleksi desa lokasi PUAP, tahap penetapan Gapoktan PUAP, tahap sosialisasi program PUAP, tahap penyusunan data dasar, tahap pelatihan dan pembekalan, tahap pemberdayaan Gapoktan, dan tahap penyusunan rencana usaha (RUA, RUK, dan RUB). Tahapan-tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Tahap selaksi desa lokasi program PUAP a. Lokasi desa PUAP mempergunakan kriteria, yaitu data lokasi PNPMMandiri, potensi desa miskin dari BPS dan lanjutan dari Program Peningkatan Petani Nelayan Kecil (P4K). b. Bupati Klungkung malalui surat Nomor 521.02/1172.PD/Distanbun, tanggal 26 November 2007 mengusulkan 11 Desa di Kabupaten Klungkung sebagai desa lokasi PUAP, 3 diantaranya ada di Kecamatan Banjarangkan yaitu Desa Bakas, Desa Nyalian, dan Desa Timuhun. c. Bersadarkan usulan Bupati Klungkung tersebut, Menteri Pertanian melalui surat Menteri Pertanian Nomor 261/TU.210/M/11/2007, tanggal 7 Novembar 2007 menetapkan sebanyak 11 desa lokasi PUAP di Kabupaten Klungkung

49

tahun 2008, dan 3 diantaranya ada di Kecamatan Banjarangkan yaitu Desa Bakas, Desa Nyalian, dan Desa Timuhun. d. Melalui anggaran APBN Perubahan (APBN-P) tahun 2008, memalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1345/Kpts/OT.340/9/2008, tanggal 26 September ditetapkan di Kabupaten Klungkung mendapat 12 tambahan desa lokasi PUAP, satu diantaranya di Kecamatan Banjarangkan yaitu Desa Aan. e. Tahun 2009 ditetapkan sebanyak 27 desa di Kabupaten Klungkung sebagai desa lokasi PUAP tahun 2009 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1192/Kpts/OT.160/3/2009, tanggal 20 Maret 2009, 7 desa dintaranya ada di Kecamatan Banjarangkan yaitu Desa Takmung, Desa Tihingan, Desa Nyanglan, Desa Bungbungan, Desa Tusan, Desa Banjarangkan, dan Desa Negari. f. Melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3221/Kpts/OT.140/9/2009, tanggal 4 September 2009, ditetapkan sebanyak 27 Gapoktan penerima BLMPUAP

tahun 2009 di Kabupaten Klungkung, 7 desa dintaranya ada di

Kecamatan Banjarangkan yaitu Desa Takmung, Desa Tihingan, Desa Nyanglan, Desa Bungbungan, Desa Tusan, Desa Banjarangkan, dan Desa Negari.

2. Tahap penetapan Gapoktan dan Penyuluh Pendamping 1. Gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008 di Kabupaten Klungkung dari APBN dikukuhkan atau ditetapkan melalui Keputusan Bupati Klungkung Nomor 205 tahun 2008, tanggal 12 Juli 2008, yang terdiri dari 11 Gapoktan dan 11 Penyuluh Pendamping, dan 3 Gapoktan diantaranya ada di Kecamatan Banjarangkan, yaitu Gapoktan Brasika Sari, Karya Lestari dan Tri Tunggal.

50

2. Gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008 di Kabupaten Klungkung dari APBN Perubahan dikukuhkan atau ditetapkan melalui Keputusan Bupati Klungkung Nomor 272 tahun 2008, tanggal 24 Oktober 2008, yaitu sebanyak dari 10 Gapoktan dan 10 Penyuluh Pendamping, dan 1 Gapoktan diantaranya ada di Kecamatan Banjarangkan, yaitu Catur werdi. 3. Gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2009 di Kabupaten Klungkung dari ditetapkan melalui Keputusan Bupati Klungkung Nomor 181 tahun 2009, tanggal 18 Juni 2009, yaitu 27 Gapoktan dan 27 Penyuluh Pendamping, 7 desa dintaranya ada di Kecamatan Banjarangkan yaitu Gapoktan Takmung sari, Gapoktan Jaya Werdi, Gapoktan Catur Buana Sari, Gapoktan Sri Werdi, Gapoktan Santi Kumara, Gapoktan Subur Tani, dan Gapoktan Darma Kerti Sedana.

3. Tahap sosialisasi program PUAP Sosialisasi program PUAP dilakukan pada awal kegiatan sebelum BLM-PUAP tersebut ditransfer ke rekening kelompok. Sosialisasi program PUAP yang diikuti dan dilakukan olah petugas dan kelompok tani di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung adalah : (1) sosialisasi ditingkat propinsi kepada petugas kabupaten yang diberikan oleh petugas Badan Sumber Daya Manusia Departemen Pertanian; (2) sosialisasi tingkat kabupaten kepada petugas kecamatan diberikan oleh petugas Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Propinsi Bali; dan (3) sosialisasi tingkat kecamatan dan desa kepada anggota Gapoktan dan aparat desa lokasi PUAP yang diberikan oleh Tim Teknis PUAP Kabupaten Klungkung.

51

4. Tahap penyusunan data dasar Tahap penyusunan data dasar yang dilakukan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung meliputi ; data dasar Gapoktan PUAP, data dasar Penyuluh Pendamping PUAP, dan data dasar Penyelia Mitra Tani (PMT).

5. Tahap pelatihan atau pembekalan Tahap pelatihan atau pembekalan bagi Penyelia Mitra Tani (PMT), Penyuluh Pendamping, dan pengurus Gapoktan pelaksana program PUAP dilaksanakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Jawa Timur.

6. Tahap pemberdayaan Gapoktan Pemberdayaan Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dilaksanakan di masing-masing desa lokasi PUAP oleh Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) dan petugas Training of Trainers (TOT).

7. Tahap penyusunan rencana usaha Untuk mendapatkan dana BLM-PUAP, maka Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung wajib menyusun Rencana Usaha Bersama (RUB), sebagai dasar penyelenggaraan kegiatan usaha. Penyusunan RUB bersumber dari Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana Usaha Anggota (RUA).

52

5.1.3 Pola pengelolaan dan jenis usaha program BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung Pengelolaan

BLM-PUAP

di

Kecamatan

Banjarangkan,

Kabupaten

Klungkung dikoordinasikan oleh Gapoktan, selanjutnya BLM-PUAP tersebut dialokasikan ke masing-masing kelompok tani sesuai dengan rencana Usaha Kelompok. Anggota kelompok tani akan menerima BLM-PUAP sesuai dengan Rencana Usaha Anggota yang telah disusun berdasarkan potensi di daerahnya. Pola pengelolaan dana BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung adalah dengan pola simpan pinjam dengan tingkat bunga dan waktu pengembalian sesuai dengan kesepakatan kelompok. Jenis usaha program PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu : (1) usaha budidaya pertanian, yang meliputi budidaya sub sektor tanaman pangan,

sub sektor

hortikultura, sub sektor peternakan, dan sub sektor perkebunan: dan (2) usaha non budidaya, yang meliputi usaha industri rumah tangga pertanian/industri pengolahan hasil pertanian, pemasaran skala kecil/bakulan dan usaha lain berbasis pertanian.

Tabel 5.1 Jenis usaha yang dibiayai dari BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung No 1

Jenis Usaha Industri rumah tangga

2 3

Pemasaran Peternakan

4

Budiya pertanian

5

Usaha lain

Spesifikasi Usaha Industri pengolahan kacang-kacangan Industri pembuatan minyak kelapa Industri Jajanan Industri sesajen Pemasaran hasil pertanian Sapi Babi Itik Tanaman pangan Hortikultura Usaha lain dibidang pertanian

53

5.1.4 Monitoring pelaksanaan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung Monitoring pelaksanaan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung bertujuan untuk melihat sejauh mana meningkatnya kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, Penyuluh Pendamping, dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Monitoring dilakukan secara berjenjang oleh Tim Taknis Kabupaten, Tim Teknis Kabupaten, Tim Pembina Propinsi, dan Tim PUAP Pusat, yang meyangkut aspek, yaitu : 1. Aktivitas Gapoktan dan Penyuluh Pendamping Aktivitas Gapoktan dan Penyuluh Pendamping merupakan salah satu indikator yang menentukan dinamika pelaksanaan kegiatan PUAP. 2. Peningkatan fungsi kelembagaan ekonomi Gapoktan Salah satu indikator keberhasilan Gapoktan dalam menjalankan fungsi kelembagaan ekonomi dapat dilihat dari besarnya relisasi penyaluran BLMPUAP dan jumlah anggota yang memperoleh bantuan. Semakin tinggi dana BLM-PUAP yang tersalurkan kepada anggota kelompok, maka fungsi kelembagaan ekonomi Gapoktan dikatagorikan semakin meningkat. Demikian pula dengan semakin banyaknya anggota kelompok yang menerima bantuan dana BLM-PUAP maka fungsi kelembagaan ekonomi Gapoktan dikatagorikan semakin baik. 3. Peningkatan kemampuan agribisnis Gapoktan Salah satu indikator untuk melihat pendapatan anggota, terutama anggota yang memperoleh bantuan dana BLM-PUAP dapat dilihat dari perkembangan BLMPUAP, semakin besar persentase perkembangan BLM-PUAP maka diasumsikan semakin berhasil dalam meningkatkan kemampuan ekonomi anggotanya.

54

Proses pelaksanaan monitoring di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dilakukan dengan cara : (1) peninjauan langsung ke lokasi Gapoktan sekaligus melakukan pembinaan kepeda kelompok secara periodik oleh Tim Teknis Kabupaten Klungkung, Penyuluh Pendamping, dan Penyelia Mitra Tani (PMT) dan (2) membebankan kewajiaban kepada Gapoktan untuk menyusun laporan secara berkala yaitu laporan bulanan, laporan triwulan dan laporan tahunan.

5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 33 orang reaponden,

maka dapat diketahui beberapa karakteristik responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung, diantaranya umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan dengan uaraian sebagai berikut :

5.2.1 Umur responden Kemampuan fisik dan pemikiran seseorang salah satunya dapat dilihat dari usia kerja atau usia produktif. Seseorang yang berada dalam usia kerja atau usia produktif

akan

dapat

melaksanakan

aktivitasnya

dengan

baik,

sehingga

produktivitasnya akan lebih meningkat. Pengelompokan umur dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun dikatakan umur tidak produktif, sedangkan umur antara 15 tahun sampai dengan umur 64 tahun dikatakan umur pfoduktif (Anonimus, 2008b). Untuk lebuh jelasnya sebaran rasponden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.2 berukut ini.

55

Tabel 5,2 Sebaran responden berdasarkan umur Nomor 1 2 3 4 5 6 7

Kisaran Umur 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 - 64 Jumlah

Jumlah

(%)

1 6 5 12 6 3 0 33

3,03 18,18 15,15 36,36 18,18 9,09 0 100,00

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata umur responden adalah 45,7 tahun. Jika dilihat dari tabel 5.2, dapat diketahui bahwa umur petani responden sebagian besar berkisar antara 45 – 49 tahun yaitu sebanyak 12 orang (36,36 %), kisaran umur 35 – 39 tahun dan kisaran umur 50 – 54 tahun yaitu masing-masing sebanyak 6 orang (18,18%), kisaran umur 55 – 59 tahun sebanyak 3 orang (9,09%), dan kisaran umur 30 – 34 tahun sebanyak 1 orang (3,03%). Mardikanto (1993) menyatakan bahwa umur berkaitan erat dengan kegiatan berusahatani terutama dalam mengadopsi suatu teknologi baru. Semakin tua umur seseorang biasanya semakin lamban dalam mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan yang sudah biasa diterapkan. Berdasarkan hasil penelitian, data menunjukkan bahwa para pengurus Gapoktan semuanya tergolong pada usia produktif (100%) yaitu umur antara 34 – 58 tahun.

5.2.2 Jenis kelamin responden Tujuan pembangunan pertanian antara lain untuk meningkatkan kualitas SDM pertanian yang mempunyai kemampuan fisik dan daya nalar yang prima. Hal ini merupakan persyaratan utama untuk keberhasilan pembangunan pertanian, persyaratan tersebut sangat tergantung pada kebijakan pengembangan SDM

56

pertanian yang sekaligus merupakan potensi pasar dalam negeri. Pemanfaatan potensi besar ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan kita untuk meningkatkan kesempatan kerja dan produktifitas tenaga kerja laki-laki dan perempuan serta peningkatan pendapatan keluarga tani (Anonimus, 2010c). Dari 33 orang responden dalam penelitian ini, diketahui sebanyak enam orang (18,18%) berjenis kelamin perempuan, dan sebanyak 27 orang (81,82%) berjenis kelamin laki-lak. Tabel 5.3 Jenis kelamin responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gapoktan Brasika Sari Karya Lestari Tri Tunggal Catur Werdi Takmung Sari Jaya Werdi Catur Buana Sari Sri Werdi Santi Kumara Subur Tani Darma Kerti Sedana Jumlah

Jenis kelamin Laki Perempuan 3 3 3 2 1 3 3 2 1 3 3 2 1 3 27 6

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat dilihat bahwa adanya kesempatan bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan pertanian, termasuk untuk mensukseskan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung.

5.2.3 Tingkat pendidikan responden Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya meningkatkan kualitas SDM. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kualitas mereka akan semakin meningkat, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, wawasan, pengembanganan daya nalar, dan analisis (Anonimus, 2008c). Dalam kaitannya

57

dengan usaha agribisnis tingkat pendidikan sangat menentukan kemampuan dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka memiliki kemampuan menciptakan sesuatu Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keinovatifan, kecapatan proses adopsi inovasi, dan perilaku seseorang (Suparta, 2005). Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan formal para pengurus Gapoktan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.4 Tingkat pendidikan responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung Tingkat pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gapoktan Brasika Sari Karya Lestari Tri Tunggal Catur Werdi Takmung Sari Jaya Werdi Catur Buana Sari Sri Werdi Santi Kumara Subur Tani Darma Kerti Sedana Jumlah Persentase

SLTA

Diploma

1 2 2 2 1 2 3 3 1 2 19 57,58

1 1 1 1 1 1 6 18,18

Perguruan Tinggi 2 1 1 2 1 1 8 24,24

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan para pengurus Gapoktan sudah cukup tinggi dimana responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 19 orang (57,58%), tingkat pendidikan S1 sebanyak delapan orang (24,24%) dan tingkat pendidikan Diploma sebanyak enam orang (18,18%). Berarti, pengurus Gapoktan berpotensi lebih besar untuk dapat menangkap berbagai inovasi system agribisnis dibandingkan petani lainnya.

58

5.2.4 Tanggungan keluarga responden Jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi dalam kegiatan usaha agribisnis, karena berkaitan jumlah dana yang akan dialokasikan dalam menjalankan usaha agribisnis. Ilyas (dalam Yamin, 2010) mengemukakan bahwa jumah tanggungan keluarga berkisar antara 3 orang sd 4 orang tergolong sedang, dan lebih dari 5 orang besar. Sesuai dengan pendapat tersebut maka, berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung yaitu yang temasuk dalam bahwa jumlah tanggungan keluarga besar yaitu sebanyak 22 orang atau 66,67 %, sedangkan bahwa jumlah tanggungan keluarga sedang sebanyak 11 orang atau 33,33 %.

Tabel 5.5 Tanggungan keluarga responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung No 1 2 3

Tanggungan keluarga (orang) ≤2 3–4 5-6 Jumlah

Jumlah (0rang) 11 22 33

Persentase (%) 33,33 66,67 100

5.2.5 Pekerjaan responden Dalam Statistik Sosial Ekonomi Kabupaten Klungkung tahun 2008, menyebutkan bahwa pekerjaan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan prioritas penggunaan waktu, yaitu : pekerjaan utama/pekerjaan pokok dan pekerjaan sambilan/pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu lebih banyak, sedangkan pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dilakukan pada waktu senggang (Anonimus, 2008b). Berdasarkan hasil

59

penelitian, pekerjaan utama responden yang terbanyak adalah sebagai petani yaitu 54,55 %, pekerjaan utama sebagai pedagang sebenyak 24,24 %, pekerjaan utama sebagai tenaga administrasi (seperti tenaga kontrak, kaur, pegawai koperasi, dan pegawai LPD) sebanyak 18,18 %, dan pekerjaan utama sebagai pengusaha sebanyak 3,03 %. Sedangkan pekerjaan sampingan responden terbanyak adalah sebagai petani dan peternak yaitu masing-masing sebanyak 45,45 %. Pekerjaan sampingan sebagai pedagang responden sebanyak 9,09 %.

Tabel 5.6 Pekerjaan responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung No

Pekerjaan menurut Penggunaan Waktu

Petani

Peternak

Jenis Pekerjaan (%) Pengusaha Pedagang

1

Pekerjaan Utama

54,55

-

3,03

24,24

Tenaga Administrasi 18,18

2

Pekerjaan Sampingan

45,45

45,45

-

9,09

-

5.2.6 Penghasilan responden Penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penghasilan yang diperoleh responden dari kegiatan pekerjaan utamanya seperti sebagai petani, pedagang, pengusaha dan tenaga administrasi. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan utama para pengurus Gapoktan kurang atau sama dengan Rp 1.000.000 berjumlah sembilan orang atau 27,27 %, tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan utama para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 1.000.000 dan kurang atau sama dengan Rp 1.500.000 berjumlah tujuh orang atau 21,21 %. Tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan utama para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 1.500.000 dan kurang atau sama dengan Rp 2.000.000 berjumlah 15

60

orang atau 45,45 %. Dan tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan utama para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 2.500.000 berjumlah dua orang atau 6,06 %. Sedangkan, pendapatan sampingan adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha sampingan seperti bertani, beternak, dan berdagang. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan sampingan para pengurus Gapoktan kurang atau sama dengan Rp 1.000.000 berjumlah 31 orang atau 93,94 %, tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan sampingan para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 1.000.000 dan kurang atau sama dengan Rp 1.500.000 berjumlah satu orang atau 3,03 %. Dan tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan sampingan para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 1.500.000 dan kurang atau sama dengan Rp. 2.000.000 berjumlah satu orang atau 3,03 %.

Tabel 5.7 Tingkat penghasilan per bulan responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung No 1 2 3 4 5

Penghasilan ≤ 1.000.000 >1.000.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.000.000 >2.000.000 – 2.500.000 >2.500.000 Jumlah

Kegiaan Pokok (%) 27,27 21,21 45,45 6,06 100

Sampingan (%) 93,94 3,03 3,03 100

5.2.7 Pengeluaran responden Pengeluaran dalam penelitian ini adalah besarnya pengeluaran baik natura maupun tunai diukur dalam bentuk biaya yang dikeluarkan oleh keluarga pengurus Gapoktan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian pengeluaran para pengurus Gapoktan kurang atau sama dengan Rp 1.000.000 berjumlah satu orang atau 3,03 %, tingkat pengeluaran pengurus Gapoktan

61

lebih besar dari Rp 1.000.000 dan kurang atau sama dengan Rp 1.500.000 berjumlah delapan orang atau 24,24 %. Tingkat pengeluaran para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 1.500.000 dan kurang atau sama dengan Rp 2.000.000 berjumlah 15 orang atau 45,45 %. Tingkat pengeluaran para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 2.000.000 dan kurang atau sama dengan Rp 2.500.000 berjumlah empat orang atau 12,12 %. Dan tingkat pengeluaran para pengurus Gapoktan lebih besar dari Rp 2.500.000 berjumlah lima orang atau 15,15 %. Tingkat pengeluaran pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 5.8 berikut.

Tabel 5.8 Tingkat pengeluaran per bulan responden pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan Kabupetan Klungkung No 1 2 3 4 5

Pengeluaran ≤ 1.000.000 >1.000.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.000.000 >2.000.000 – 2.500.000 >2.500.000 Jumlah

Pengurus Orang 1 8 15 4 5 33

(%) 3,03 24,24 45,45 12,12 15,15 100

5.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen penelitian harus berkualias yang sudah distandarkan sesuai dengan kreteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas. Adapun pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : 1.

Uji Validitas Bila koefesien korelasi (rhitung) > 0,344 (rtabel) maka instrumen tersebut dapat

dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Ternyata hasil uji validasi dari pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan nilai koefesien

62

korelasi item-total yang lebih dari besar rtabel, ini berarti semua pertanyaan dalam instrument valid (lampiran 2). 2.

Uji Reliabilitas Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan one shot atau

pengukuran sekali saja, hasilnya dapat diliha pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Reliabilitas instrumen Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

Jiwa Kewirausahaan (X1)

.808

.787

21

Manajemen Agribisnis (X2)

.924

.919

17

Keberhasilan PUAP (Y)

.933

.937

12

Berdasarkan Tabel 5.9 nilai Cronbach’s Alpha untuk Jiwa Kewirausahaan (X1) adalah 0,808, Manajemen Agribisnis (X2) adalah 0,924, dan Keberhasilan PUAP (Y) adalah 0,933. Kemudian dikonsultasikan dengan nilai Tabel r Product Moment dengan dk = N – 1 = 10 – 1 = 9, signifikansi 5% maka diperoleh rtabel = 0,666. Karena nilai nilai Cronbach’s Alpha untuk Jiwa Kewirausahaan (X1), Manajemen Agribisnis (X2), dan Keberhasilan PUAP (Y) lebih besar dari rtabel = 0,666, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini setalah dianalisis dengan metode varians alpha-cronbanch adalah reliabel.

63

5.4 Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan Penerima BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung

Jiwa/sifat kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, meliputi sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat pengambil resiko, sifat swakendali, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat inovatif, sifat kreatif dan sifat kepemimpinan. Untuk mengetahui kadar jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dapat dilihat pada Tabel 5.10. Data yang telah diperoleh kemudian didistribusikan dalam ketagori sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik. Tabel 5.10 menunjukkan bahwa kadar jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, termasuk dalam katagori baik, dengan pencapaian skor komulatif sebesar 3,41.

64

Tabel 5.10 Jiwa Kewirausahaan yang Dimiliki Pengurus Gapoktan Penerima BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung No 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Kadar jiwa kewirausahaan Sifat Instrumental 1. Senantiasa memanfaatkan sumberdaya di sekitar lingkungan 2. Senantiasa memanfaatkan masukan dari berbagai sumber Sifat Prestatif 1.Senantiasa berusaha untuk berprestasi lebih baik dari sebelumnya 2.Senantiasa berusaha untuk mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya Sifat Keluwesan bergaul 1. Senantiasa mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan 2. Senantiasan berusaha untuk menyesuaikan diri dalam pergaulan Sifat Pengambil Resiko 1. Senantiasa memperhitungan dan mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. 2. Senantiasa menyukai resiko yang relistis untuk mencapai tujuan 3. Senantiasa menghadapi setiap resiko bisnis dengan sikap optimis Sifat Swakendali 1. Senantiasa menyadari kekuatan dan kelemahan sendiri 2. Senantiasa mengetahui kapan bekerja keras, kapan berhenti dan kapan mengubah strategi saat menghadapi hambatan Sifat Kerja Keras 1. Senantiasa tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai 2. Senantiasa mengisi waktu dengan hal-hal yang nyata untuk mencapai tujuan Sifat Keyakinan Diri 1. Senantiasa percaya dengan kemampuan diri sendiri 2. Senantiasa tidak ragu-ragu dalam bertindak Sifat Inovatif 1. Senantiasa mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat unuk mencapai tujuan 2. Menggunakan atau melaksanakan ide baru tersebut untuk meningkatkan keuntungan Sifat Kretif 1. Senantiasa mampu memikirkan sesuatu yang baru untuk memecahkan masalah yang timbul 2. Senantiasa mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan Sifat Kepemimpinan 1. Senantiasa mampu mempengaruhi orang lain agar melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan 2. Senantiasa mengelola sumberdaya usaha untuk kemajuan Gapoktan Komulatif

Skor 3,44 3,33 3,55 3,45 3,55 3,36

Katagori Baik Sedang Baik Baik Baik Sedang

3,33 3,39

Sedang Sedang

3,27 3,45 3,42

Sedang Baik Baik

3,55 3,39 3,44 3,58 3,30

Baik Sedang Baik Baik Sedang

3,44 3,33 3,55

Baik Sedang Baik

3,42 3,45 3,39 3,38 3,58

Baik Baik Sedang Sedang Baik

3,18

Sedang

3,38 3,33

Sedang Sedang

3,42

Baik

3,36 3,36

Sedang Sedang

3,36 3,41

Sedang Baik

Pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa sifat instrumental yang dimiliki pengurus Gapoktan memiliki pencapaian skor yaitu 3,44 dengan katagori baik. Sifat Prestatif meniliki pencapaian skor 3,45 dengan katagori baik. Sifat keluwesan bergaul memiliki pencapaian skor 3,33 dengan katagori sedang. Sifat pengambil resiko memiliki pencapaian skor 3,45 dengan katagori baik. Sifat swakendali

65

memiliki pencapaian skor 3,44 dengan katagori baik. Sifat kerja keras memiliki pencapaian skor 3,44 dengan katagori baik. Sifat keyakinan diri memiliki pencapaiana skor 3,42 dengan katagori baik. Sifat inovatif memiliki pencapaian skor 3,38 dengan katagori sedang. Sifat kreatif memiliki pencapaian skor 3,38 dengan katagori sedang, dan sifat kepemimpinan pencapaian skor tertinggi yaitu 3,36 dengan katagori sedang.

5.5 Penerapan Manajemen Agribisnis oleh Pengurus Gapoktan Penerima BLM-PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung

Penerapan manajemen agribisnis yang diterapkan pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, meliputi pengorganisasian usaha agribisnis, pengembangan usaha agribisnis, dan pengendalian usaha agribisnis. Untuk mengetahui penerapan manajemen agribisnis oleh pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11 menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis oleh pengurus Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Agrinisnis Perdesaaan (BLM-PUAP) yang ada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, termasuk dalam katagori baik, dengan pencapaian skor komulatif sebesar 3,40.

66

Tabel 5.11 Penerapan Manajemen Agribisnis oleh Pengurus Gapoktan Penerima BLMPUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung 1

2

3

Pengorganisasian Usaha Agribisnis 1.Standar hubungan kerja di Gapoktan 2.Koordinasi hubungan kerja di Gapoktan 3.Hubungan pengurus Gapoktan dengan pihak luar (mitra kerja) 4.Hubungan pengurus Gapoktan dengan poktan/ anggota poktan 5.Pembagian tugas antar pengurus Gapoktan Pengembangan Usaha Agribisnis 1. Perkembangan jenis usaha di Gapoktan 2. Perkembangan volume usaha di Gapoktan 3. Peningkatan produktivitas usaha yang ada di Gapoktan 4. Peningkatan produksi usaha yang ada di Gapoktan 5. Peningkatan asset usaha yang ada di Gapoktan 6. Peningkatan penyerapan SDM yang terlibat di dalam Gapoktan 7. Peningkatan kualitas produk dari i Gapoktan Pengendalian Usaha Agribisnis 1.Standar aturan operasi usaha di Gapoktan 2.Standar produk yang dihasilkan oleh Gapoktan 3.Mekanisme kerja di Gapoktan 4.Penerimaan terhadap masukan positif dari pihak luar 5.Usaha pengurus dalam melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas Komulatif

3,48 3,30 3,70 3,64 3,33 3,42 3,40 3,33 3,58 3,45 3,52 3,33 3,30 3,27 3,34 3,36 3,36 3,42 3,24 3,30

Baik Sedang Baik Baik Sedang Baik Baik Sedang Baik Baik Baik Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Baik Sedang Sedang

3,40

Baik

Pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa pengorganisasian usaha agribisnis yang meliputi standar hubungan kerja, koordinasi, pembagian tugas antar pengurus, hubungan Gapoktan dengan Poktan dan dengan mitra kerja berada pada katagori baik, dengan pencapaian skor 3,48. Penerapan manajemen agribisnis dalam hal pengembangan usaha agribisnis yang meliputi pengembangan jenis usaha, volume usaha, produktifitas usaha, produksi usaha, asset usaha, penyerapan SDM, dan peningkatan kualitas produk berada pada katagori baik, dengan pencapaian skor 3,40. Penerapan manajemen agribisnis dalam hal pengendalian usaha agribisnis yang meliputi kegiatan standar aturan operasi usaha, standar produk yang dihasilkan, mekanisme kerja, berada pada katagori sedang dengan pencapaian skor 3,34.

67

5.6 Keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung Untuk keberhasilan PUAP dapat dilihat dari dua indikator yaitu indikator Outcome dan indikator Benefit. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan outcome dalam program PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung termasuk dalam katagori cukup berhasil, dengan pencapaian skor sebesar 3,27. Sedangkan untuk keberhasilan indiktor benefit, berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa keberhasilan indikator benefit untuk program PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung cukup berhasil, dengan pencapaian skor 3,24. Untuk mengetahui keberhasilan outcome dan benefit dalam program PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dapat dilihat pada Tabel 5.12. Tabel 5.12 Keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung 1

2

Keberhasilan Outcome 1.Peningkatan jumlah petani yang mengembangkan modal PUAP 2.Peningkatan jumlah buruh tani yang mengembangkan modal PUAP 3.Peningkatan rumah tangga yang mengembangkan modal kelompok 4.Peningkatan kemampuan membuka peluang usaha di bidang on farm dan off farm 5.Tambahan jumlah poktan yang menjalin kemitraan dengan perusahaan atau mitra usaha 6.Peningkatan pendapatan petani (pemilik dan penggrap), buruh tani, rumah tangga tani sesuai dengan potensi daerah Keberhasilan Benefit 1.Perkembangan jenis usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi PUAP 2.Fungsi Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di pedesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani 3.Fungsi Gapoktan sebagai unit simpan pinjam (KOPERASI) 4.Kemampuan Gapoktan dalam mengembangkan modal usaha 5.Perkembangan jumlah tenaga kerja yang ikut terlibat dalam kegiatan pengolahan dan pemasarn hasil 6.Perkembangan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh unit simpan pinjam Komulatif

3,27 3,00 3,45 3,42 3,39

Cukup berhasil Cukup berhasil Berhasil Berhasil Cukup berhasil

3,24

Cukup berhasil

3,09

Cukup berhasil

3,24 3,27

Cukup berhasil Cukup berhasil

3,27

Cukup berhasil

3,24 3,21 3,24

Cukup berhasil Cukup berhasil Cukup berhasil

3,21

Cukup berhasil

3,26

Cukup berhasil

Berdasarkan Tabel 5.12, dapat disimpulkan, secara komulatif tingkat keberhasilan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan tergolong dalam katagori cukup berhasil.

68

5.7

Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dan Penerapan Manajemen Agribisnis dengan Keberhasilan PUAP

Untuk mengetahui hubungan antara jiwa kewirausahaan pengurus Gapoktan dan penerapan manajemen agribisnis dengan keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung dilakukan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (rs). Hasil pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS 13.0 for windows dan Microsoft Office Excel 2007 dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Matiks Koefisien Korelasi antar Variabel Jiwa Kewirausahaan dan Penerapan Manajemen Agribisnis dengan Keberhasilan PUAP Spearman rank correlation X1 X2 Y

X1

X2

Y

1

0,275 1

0,307* 0,965** 1

* Koefesian korelasi adalah nyata pada level