ibu rumah tangga berisiko tinggi hiv positif. Desain penelitian adalah cross
sectional study dengan jumlah sampel 140 ibu rumah tangga berisiko tinggi
positif ...
DETERMINAN PENGGUNAAN PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING and TESTING (VCT) OLEH IBU RUMAH TANGGA BERISIKO TINGGI HIV POSITIF DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PAPUA
DETERMINANTS UTILIZATION SERVICES VOLUNTARY COUNSELING and TESTING (VCT)BY MOTHER HOUSEWIFE HIGH RISK HIV POSITIVE In BIAK PAPUA
Sophian Aswar,ˡ Arifin Seweng,² Ridwan M. Thaha³
ˡProdi Diploma III , Keperawatan Poltekes Kemenkes Jayapura, Biak Numfor Papua ² Bagian Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin ³ Bagian Promosi Kesehatan , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespodensi : Sophian Aswar Prodi Diploma III Keperawatan Poltekes Kemenkes Jayapura Biak Numfor Papua, 98111 HP: 081342760809 Email:
[email protected]
Abstrak Pengetahuan vct, sikap, stigma, dan diskriminasi merupakan determinan yang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan vct. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan determinan penggunaan pelayanan vct oleh ibu rumah tangga berisiko tinggi hiv positif. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan jumlah sampel 140 ibu rumah tangga berisiko tinggi positif hiv yang dipilih secara propotional stratified random sampling. Data diperoleh dengan melalukan wawancara meliputi tingkat pengetahuan vct, sikap, stigma, dan diskriminasi. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan determinan terhadap penggunaan pelayanan vct dan analisis multivariat untuk mengetahui kekuatan hubungan antar beberapa variabel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan vct berhubungan signifikan terhadap penggunaan pelayanan vct (p=0,000), sikap berhubungan signifikan terhadap penggunaan pelayanan vct (p=0,000), stigma berhubungan signifikan terhadap penggunaan pelayanan vct (p=0,000), dan diskriminasi berhubungan signifikan terhadap penggunaan pelayanan vct (p=0,000). Analisis multivariat menunjukkan stigma (p=0,000) berhubungan signifikan dengan penggunaan pelayanan vct (p=0,001). Disimpulkan bahwa penggunaan pelayanan vct berhubungan dengan tingkat pengetahuan vct, sikap, stigma dan diskriminasi. Perlu adanya regulasi atau peraturan daerah (Perda) yang jelas oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan HIV-AIDS, sehingga memudahkan dalam penjaringan penderita HIV-AIDS melalui pelayanan VCT dan PMTCT. Kata kunci : Tingkat pengetahuan, sikap, stigma, diskriminasi, penggunaan layanan vct
Abstract VCT knowledge, attitudes, stigma, and discrimination is a determinant that can affect the use of VCT services. This study aims to determine the relationship determinant use VCT services by high-risk housewife hiv positive. The study design was a cross sectional study with a sample of 140 high-risk housewife positive hiv chosen proportional stratified random sampling. Data was obtained when the interview include VCT knowledge, attitudes, stigma, and discrimination. Bivariate analysis was conducted to determine the relationship of the determinants of VCT services and the use of multivariate analysis to determine the strength of relationships between several variables. The results showed that a significant level of knowledge related to the use of VCT VCT (p = 0.000), significantly related attitudes toward the use of VCT services (p = 0.000), a significant stigma related to the use of VCT services (p = 0.000), and significantly related discrimination against use of VCT services (p = 0.000). Multivariate analysis showed stigma (p = 0.000) correlated significantly with the use of VCT services (p = 0.001). Concluded that the use of VCT services associated with VCT knowledge, attitudes, stigma and discrimination. Need for regulations or local regulations (laws) are clear by local governments in the response to HIV-AIDS, to facilitate the networking of people with HIV-AIDS through VCT and PMTCT services. Keywords: The level of knowledge, attitudes, stigma, discrimination, use of VCT serv
PENDAHULUAN Perkembangan permasalahan HIV-AIDS semakin lama semakin mengkhawatirkan baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. Menurut estimasi laporan situasi perkembangan HIV-AIDS di Indosesia dalam 5 (lima) tahun terakhir menujukan fluktuatif yang dimana secara kumulatif kasus HIV dari tahun 2008 sampai dengan bulan maret 2012 sebanyak 68.768 dan kasus dengan AIDS sebanyak 19.289 (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2012). Saat ini Indonesia sudah tidak lagi tergolong sebagai negara dengan prevalensi rendah, tapi sudah masuk ke epidemi terkonsentrasi dengan prevalensi lebih dari 5% populasi tertentu di beberapa kota dan wilayah di Indonesia yang mengidap HIV positif. Bahkan di beberapa kota dan wilayah tertentu epidemik ini diperkirakan sudah masuk pada populasi umum. Data kasus AIDS yang dilaporkan setiap tiga bulan oleh Kemkes dalam 10 tahun terakhir, menunjukkan bahwa jumlah terbesar kasus AIDS pada perempuan adalah ibu rumah tangga. Peningkatan penularan pada ibu rumah tangga, dibandingkan dengan WPS, tampak menjadi pesat sejak tahun 2003 dimana kecenderungan peningkatan ini masih terus terjadi sampai sekarang. Melihat hal ini kecenderungan penderita AIDS maka besar kecenderungan penularan HIV pada ibu rumah tangga telah terjadi sebelum tahun 2003 tersebut. Dengan meningkatnya penularan HIV pada ibu rumah tangga, maka semakin besar kecenderungan penularan HIV pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang HIV positif. Berdasarkan laporan Ditjen PP dan PL Kemenkes RI jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga pada periode 5 tahun terakhir dari tahun 2008 – maret 2012 sebagai berikut: tahun 2008 sebanyak 396 kasus, 2009 sebanyak 264 kasus, 2010 sebanyak 674 kasus, 2011 sebanyak 622 kasus dan tahun 2012 dari januari – maret sebanyak 94 kasus (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI 2012). Penyebaran HIV-AIDS di Papua sudah mencapai tahap generalized epidemic atau terkategori sangat rawan karena tidak lagi hanya menyebar di kalangan risiko tinggi, tapi sudah menyebar juga di kelompok-kelompok lainnya. Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Biak Numfor mengalami fluktuasi dari 3 tahun terakhir. Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Biak Numfor jumlah kumulatif kasus HIV positif dari tahun 2009 - 2011 sebanyak 83 kasus, sedangkan jumlah kumulatif Kasus AIDS tahun 2009 -2011 sebanyak 838 kasus.(Dinkes Biak Numfor, 2012). Layanan VCT adalah program pencegahan sekaligus jembatan untuk mengakses layanan manajemen kasus serta perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA (CST-
Care, Support and Treatment). Program layanan VCT dimaksudkan membantu masyarakat terutama populasi berisiko dan anggota keluarganya untuk mengetahui status kesehatan yang berkaitan dengan HIV dimana hasilnya dapat digunakan sebagai bahan motivasi upaya pencegahan penularan dan mempercepat mendapatkan pertolongan kesehatan sesuai kebutuhan. Penggunaan pelayanan VCT menurut Lawrence,G (1991) dipengaruhi oleh faktor prediposisi (umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi), faktor penguat (sikap dan perilaku kesehatan pribadi, dukungan keluarga, stigma dan diskriminasi ODHA), dan faktor pemungkin (ketersediaan sumberdaya, aksesibilitas, peraturan dan hukum yang berlaku dan mutu pelayanan). Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan VCT menurut Lawrence, G (1991) maka dalam penelitian ini adalah faktor pemungkin (pengetahuan dan sikap), faktor penguat (stigma dan diskriminasi. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui determinan penggunaan pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) oleh ibu rumah tangga berisiko tinggi HIV positif di Kabupaten Biak Numfor Papua. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini akan dilakukan di lokasi wilayah kerja Puskesmas Biak Kota Kabupaten Biak Numfor Papua. Jenis penelitian yang digunakan adalah point time approach dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga berisiko tinggi HIV positif yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Biak Kota Kabupaten Biak Numfor. Sampel sebanyak 140 ibu rumah tangga yang dipilih secara Propotional Stratified Random Sampling. Strata sampel terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok yang pernah menggunakan layanan VCT di Puskesmas Biak Kota dan yang belum pernah menggunakan layanan VCT di Puskesmas Biak Kota. Langkah pertama dalam penentuan besar sampel dengan melakukan skrining ibu rumah tangga risiko tinggi HIV positif. Langkah kedua dilakukan sratafikasi ibu rumah tangga berisiko tinggi HIV positif dengan 2 kategori yaitu yang menggunakan layanan klinik VCT dan yang belum menggunakan layanan klinik VCT.
Metode pengumpulan data Pengumpulan data diperoleh dengan melalukan wawancara menggunakan kuesioner yang meliputi tingkat pengetahuan VCT, sikap, stigma dan diskriminasi serta penggunaan layanan vct kepada responden. Analisa data Pengolahan data dan analisis data penelitian menggunakan program Statistical Programme for Social Science (SPSS) versi 18.0. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian. Analisis menggunakan uji statistik chi square dengan selang kepercayaan 95 %. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar beberapa variabel penelitian. Analisis dengan menggunakan statistik regresi linear berganda.
HASIL Analisis bivariat Tabel.1 memperlihatkan bahwa dari 33 orang yang tingkat pengetahuan VCT rendah tidak menggunakan layanan VCT sebanyak 32 orang (97,0%). Sedangkan dari 107 orang yang tingkat pengetahuan tinggi terdapat 52 orang (48,6%) yang tidak menggunakan layanan VCT. Hal ini menunjukkan bahwa presentase yang tidak menggunakan layanan VCT lebih tinggi pada kelompok yang tingkat pengetahuan VCT rendah dibandingkan dengan yang tingkat pengetahuan VCT tinggi. Perbedaan ini secara statistik sangat-sangat signifikan (p