Sekolah adalah salah satu sarana bagi manusia untuk belajar. Tidak ada .....
hanya untuk orang kaya, orang miskin dilarang sekolah. Atau cocok juga kalau ...
&eRmiN
cerita dan mimpi kita
Hak Pendidikan Untuk Apa Kata Pekka Tentang Pendidikan ? Komentar Seputar Pelaksanaan Dana BOS
MEI
kontak MeNu ReDaKsI Kontak ...................................................... Catatan Pembuka .................................... Editorial..................................................... Memaknai Arti Pendidikan ...................... Topik Kita Apa Kata Pekka Tentang Pendidikan...... KIsah Kita ................................................. Obrolan Kita............................................... Jalan-Jalan................................................. Tips............................................................ Kumpulan Foto , Ayo Sekolah .................
2 3 4 5-6 7-10 11-17 18-21 22 23 24
Sampul Buletin: Foto Dok.Pekka
CERMIN di terbitkan oleh Pekka Divisi Pubdok bekerjasama dengan Japan Social Development Fund , The World Bank. Buletin CERMIN terbit dua bulanan
Cermin Mendatang Juli : Organisasi dan Kepemimpinan. Tema Pekka Yang Memimpin Sept : Usaha Kecil Mikro Tema Pekka Pengusaha? Bisa Juga Nop : Lembaga Keuangan Mikro Bicara Bank Bagi Pekka Jan 2007 : Refleksi Kegiatan Tema Jadi Kemanan Pekka Melangkah
tuisan yang akan dimuat untuk artikel dan foto kegiatan yang berkaitan dengan tema bulan Juli diterima redaksi paling lambat pertengahan bulan Juni
Pemimpin Umum/Penanggung jawab: Hj. Nani Zulminarni,Ms Pemimpin Redaksi: Oemi Faezathi,S.Sos; Editor: Diah Pitaloka S.Sos,Rudianto Desain Artistik: Suhendri,Oemi Faezathi, S.Sos; Kontributor Artikel Aceh: Ratna Fitri,ST; Kontributor Artikel Jawa Barat: Diah Pitaloka;S.Sos; Kontributor Artikel Jawa Tengah: Desi Viena Yanti; Kontributor Artikel Kalimantan-Barat: Kholilah; Kontributor Artikel Sul awesi Tenggara: Baralia; Kontributor Artikel NTT: Bernadete Deram; Kontributor Artikel NTB: Nurhaida Mandalika; Kontributor Maluku: Maryam Sapsuha; Alamat Redaksi: Jl. Lapangan I no.2A, Rawa Domba, Duren Sawit Jakarta Timur 13440. Website; www.pekka.or.id , e-mail:
[email protected]
2
Pembaca setia buletin Cermin tercinta,
Pada terbitan perdana versi baru ini, Cermin bicara tentang Pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan yang menjadi perhatian dan keprihatinan kita selama ini. Hal ini juga sejalan dengan peringatan hari pendidikan yang jatuh pada bulan Mei dimana Cermin diterbitkan kembali, dan akan dilaksanakannya program pendidikan untuk pemberdayaan di Pekka pada periode ini. Berbagai refleksi dan pengalaman dari anggota Pekka terkait dengan pendidikan, tersaji di Cermin kali ini. Tentu saja fokusnya tidak hanya soal kualitas atau pencapaian pendidikan dasar namun juga Pekka bicara soal kualitas pendidikan. Masih dengan pendekatan terdahulu, Cermin harus diisi dengan tulisantulisan karya Pekka dari lapangan. Cermin tidak akan terbit jika para pembaca tidak berkontribusi pada isinya. Kekayaan keragaman cerita dari seluruh wilayah Pekka akan membuat Cermin kita menjadi unik dan bermanfaat. Cermin dapat pula diisi dengan berita dari lapang, fotofoto, resep, temuan, dan informasi lain yang berguna bagi pembaca. Oleh karena itu, rajin-rajin lah menulis untuk Cermin, untuk kita semua. Semoga terbitnya Cermin kali ini akan lebih memotivasi pembaca untuk menuliskan pengalaman, kisah, dan pengetahuan untuk dibagikan pada sesama. Layangkan tulisan pembaca pada redaksi Cermin. Tentunya terbitan kali ini belum sempurna. Kritik dan saran membangun akan membantu redaksi meningkatkan kualitas Cermin kita. Selamat membaca, semoga bermanfaat. Salam dan doa Nani Zulminarni Kornas Pekka
CATATAN PEMBUKA
Kesibukan tim redaksi dan langkanya tulisan yang masuk dari lapangan telah menyebabkan lebih dari satu tahun Cermin tidak terbit. Namun, alhamdulillah, saat ini Cermin kembali di tangan anda untuk di baca, dicerna, dan di ambil pelajarannya. Mulai episode ini, Cermin akan terbit dengan ujud yang berbeda, tidak lagi di fotokopi, tapi dalam bentuk cetakan. Hal ini dilakukan dengan harapan Cermin dapat lebih awet sebagai bahan bacaan. Selain itu, setiap terbitan Cermin akan mengusung tema tertentu sesuai dengan kiprah gerakan kita dalam masyarakat.
3
EDITORIAL EDITORIAL EDITORIAL
S
etelah di hitung-hitung ternyata besar juga ya biayanya, itu juga belum termasuk ongkos ke sekolah kata Bu Ulfa yang terkejut sendiri melihat hasil perhitungan biaya pendidikan anaknya yang bersekolah di SMKK. Iya, biaya pendidikan memang mahal. Itu tidak hanya kita dengar atau bicarakan lagi, namun juga harus dibayar oleh ibu-ibu pekka yang anak-anaknya masih bersekolah. Setiap manusia mengalami proses pendidikan seumur hidupnya. Memahami kehidupan dari pengalaman adalah cara belajar manusia yang paling berharga dan berlangsung terus menerus. Melihat perbedaan, persamaan, baik dan buruk menjadikan seseorang memahami diri dan lingkungannya. Kemudian mampu menjalani dan mempertahankan hidupnya. Sekolah adalah salah satu sarana bagi manusia untuk belajar. Tidak ada pembedaan diantara manusia akan haknya untuk belajar. Setiap manusia berhak untuk memperoleh kesempatan belajar, termasuk bersekolah. Apakah yang diperoleh seseorang dari sekolah? Apakah apa yang diajarkan di sekolah kelak berguna bagi kehidupannya? Sekolah bukan hanya sebuah bangunan. Sekolah adalah sebuah tempat dimana manusia dapat menempatkan dirinya untuk belajar. Untuk itu siapa yang belajar di sekolah adalah salah satu yang penting untuk menentukan apa yang akan dipelajari . Kebutuhan akan pengetahuan sangat bergantung dengan siapa yang membutuhkan pengetahuan itu. Kebutuhan anak-anak kita yang sejak pagi sudah ribut mempersiapkan buku-buku, memakai rapih seragam dan sepatunya sebelum kemudian minta uang saku yang sebagian akan ditabungnya. Itu pula yang sangat jarang kita pikirkan. Apa yang dibutuhkan dari anak-anak yang bersekolah untuk hidupnya? Karena apa yang ia pelajari adalah kelak untuk dirinya. Untuknya menjalani hidupnya. Namun sebelum melangkah ke situ, bila kita lihat kembali dari apa yang terjadi di sekitar kita? Banyak sekali anak-anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar yang sama dengan yang lainnya. Tidak semua orang tua sanggup membayar biaya sekolah yang jauh dari kemampuan ekonomi mereka. Lantas bagaimana masalah ini kita selesaikan? Masalah pendidikan bukan masalah sebagian orang. Masalah pendidikan adalah masalah antar manusia. Karena kita hidup berdampingan, maka kita saling peduli dan membantu. Saling belajar dan mengajar. Masalah pendidikan adalah masalah kita semua, baik yang mampu membayarnya dan yang tidak lagi sanggup memenuhinya. Karena pendidikan adalah sebuah proses untuk kehidupan bersama manusia. Untuk itu membicarakan pendidikan adalah kewajiban kita bersama. Dalam cermin kita kali ini, kesempatan yang ada kita isi dengan belajar melihat kembali kehidupan yang sedang berjalan di dalam kelas. Kehidupan kita kini dan kelak. REDAKSI
Memaknai Arti Pendidikan Nani Zulminarni, KORNAS Pekka
Tiga anakku semua sekolah di negeri, sekolah kampung, dekat rumah. Aku sengaja memilih sekolah kampung dimana sebagian anaknya ke sekolah tanpa alas kaki, tanpa mandi dan menunggak uang sekolah, bahkan tak mampu bayar sekolah. Dimana kelas kadang bocor atau tampias ketika hujan... Dimana halaman berdebu dan panas pada musim kering... Dimana orang tua murid yang asli betawi sebagian buta huruf tak mampu membaca... Setiap rapat orang tua murid, acara ambil rapot, atau sekedar nongkrongin anakku di hari sabtu, aku berinteraksi dengan ibu-ibu yang menunggui anaknya, mengambil rapot, ataupun dipanggil sekolah. Selalu terjadi huru hara karena mereka juga tidak makan sekolahan. Kesulitan memahami sistem pendidikan kita dan kesombongan sekolah membuat mereka menjadi semakin terbodohkan. Aku mencoba menjadi bagian dari mereka, walaupun aku bukan mereka. Aku sengaja memasukan anakku pada sekolah ini dengan segala kesadaran bahwa standar akademis mungkin lebih rendah daripada sekolah unggulan dan kata orang mereka akan sulit bersaing secara akademis kelak . Namun, aku tau dan yakin pasti... Anakku akan belajar hal yang lain. Belajar tentang kehidupan Belajar tentang sensistivitas Belajar menghargai orang lain Belajar tentang kesetaraan dalam rentang kelas sosial yang dalam Belajar tentang realitas sosial bangsa ini Belajar tentang kemiskinan Belajar tentang toleransi Belajar menghargai dan menghormati orang lain Belajar bersyukur terhadap apa yang dia miliki ketika melihat apa yang tidak dimilki orang lain. Belajar.... dan belajar...,apa saja... Belajar tentang hidup, arti hidup dan memaknai hidup yang tidak selalu dapat dan diberi nilai A atau B atau C namun juga sangat penting untuk mewarnai dunia ini dengan hal lain selain materi, kelimpahan dan kejayaan.....
5
karena aku berharap selain cerdas pemikiran dan intelektual... Aku ingin anakku cerdas emosi dan cerdas sosial, cerdas jiwa dan cerdas spiritual. Karena buat ku, pendidikan adalah proses mencerdaskan kita dari intelektualitas emosional dan sosial, jiwa dan spiritual. aku juga memaknai arti seorang guru... mereka tidak mesti selalu berada di “ gedung ” sekolah. Aku mendefinisikan guru, tanpa batas dinding-dinding batu yang dingin membisu itu. Buatku guru semua yang bisa di GUGU dan di TIRU, tidak semua sosok yang berdiri didepan kelas bisa disebut guru karena banyak juga yang tidak pantas untuk di gugu dan di tiru. Buatku,... ibu-ibu Pekka adalah guruku, para pendamping lapang (PL) pekka adalah guruku, kawan-kawan di seknas adalah guru ku karena aku belajar sesuatu dari sang guru. Pelajaran yang membantu ku memaknai hidup ini. Gelar pahlawan tanpa tanda jasa dalam Hymne guru juga untuk mereka, untuk semua yang aku jadikan guru.... baik yang berdiri di depan kelas, maupun yang mengorek sampah dijalanan, yang dari bibirnya keluar butir-butir kearifan untuk menjalani kehidupan, yang darinya lahir pemikiran dan tindakan untuk berbuat sesuatu berkontribusi pada kehidupan yang lebih baik, yang membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin, lebih gembira dari kemarin..... Sejalan dengan itu, aku juga memperluas makna sekolah, dengan membuang dindingdinding batu dan pagar kawat berduri yang berdiri angkuh, yang menjadikan sekolah bak menara gading di tengah kegalauan manusia di sekitarnya. sekolah buatku adalah jagad raya, tak bertepi, tak berbatas, juga tak bergelar dan tak berstatus. Aku juga mendefiniskan orang terdidik dan berilmu sejalan dengan itu... Bukan dari deretan panjang gelar yang dimiliki, tapi dari kemampuan menaklukan diri dan menaklukan dunia. Bukan sebaliknya, takluk dan diperbudak oleh dunia, sehingga lupa arti dan hakekat hidup dan kehidupannya. “Sekolah unggulan, Sekolah internasional, sekolah negeri yang” bertaburan di muka bumi pertiwi menurut abang ku Roem Topatimasang, adalah “candu” yang akan membuat orang menjadi kecanduan dan mabuk sekolahan, bukan kecanduan untuk berilmu, tetapi membuat mereka terlena karena merasa telah berilmu. Sehingga orang mengabaikan ilmu-ilmu lain yang harus di refleksi, diserap dan diamalkan dari jagad raya, dari lingkungan sosial, dari sekitarnya, dari dirinya, sejak dari buaian hingga liang lahat, sepanjang hayat, yang tidak mampu diajarkan oleh sekolah-sekolah itu.
6
Apa Kata Pekka Tentang Pendidikan ?
topik kita
Bicara soal pendidikan bukanlah hal yang baru, oleh karena pendidikan sangat penting dalam kehidupan setiap manusia. Pendidikan itu sudah ada sejak nenek moyang kita, cuma pada zaman dahulu masih banyak orang belum mengerti dan menyadari apa arti dan makna pendidikan, sehingga banyak orang yang mengabaikan bahkan tidak mau menyekolahkan anaknya.
Prioritas utama menikmati pendidikan adalah laki-laki (pria )sedangkan perempuan dipandang rendah, dan saat itu banyak orang yang buta huruf (tidak tahu membaca, lebih banyak pada kaum perempuan. Maka lahirlah pelopor (pejuang)bahwa perempuan/laki-laki mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan atau bisa juga menjadi seorang pemimpin itulah yang kita rayakan setiap tanggal 21 April yang dikenal sebagai hari Kartini yang dimana telah mati-matian membela hak perempuan bahkan sudah ada kaum perempuan yang menjadi pemimpin negara kita. Dan pemerintah sekarang juga berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik melalui pendidikan, bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan baik orang yang sudah tua maupun anak-anak.
Suatu negara jika taraf pendidikannya rendah maka tingkat perekonomian mereka juga sangat minim. Walaupun sumberdaya alam berlimpah tetapi mereka tidak mampu untuk mengelola karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Ada 2 cara seorang untuk memperoleh pendidikan yaitu: 1. Pendidikan formal 2. Pendidikan non formal Pendidikan formal adalah pendidikan yang diberikan dalam suatu ikatan tertentu yaitu pendidikan yang diberikan pada anak-anak yaitu dimulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA bahkan sampai pada perguruan tinggi. Pendidikan itu sangat terikat pada suatu peraturan, yang dibuat oleh sekolah dimana anak itu belajar dan juga peraturannya yang diatur oleh pemerintah secara menyeluruh bagi seluruh siswa yang ada di negara kita.
7
Pendidikan penting bagi anak-anak. Apalagi pada era globalisasi. Perubahan semakin maju dengan adanya teknologi canggih, persaingan kian hebat oleh sebab itu dibutuhkan tenaga-tenaga pendidik berkualitas. Setiap orang mendambakan kemajuan agar tidak ketinggalan. Namun perlu disadari bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi perlu biaya. Kadang dalam membiayai anak-anak kami tidak mampu sebab biaya pendidikan semakin hari semakin meningkat sehingga banyak anak-anak harus putus sekolah, baik SD, SMP dan hanya lulus SMA saja. Oleh sebab itu pemerintah harus mengambil langkah dan memperhatikan hal ini agar pendidikan di negara kita merata . Negara kita maju jika mutu pendidikan maju. sebab pendidikan menentukan masa depan bangsa. Seperti negaranegara tetangga kita maju sebab sumberdaya manusianya berkualitas, karena pendidikan punya peran penting.
8
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diselenggarak an oleh pemerintah/instansi lain tetapi tidak terikat pada suatu peraturan tertentu. Misalnya tidak dibatasi pada umur dan masa lamanya menempuh pendidikan te t a p i m e re k a h a ny a memberikan pendidikan supaya masyarakat lebih maju dan mengubah cara hidup atau tingkat berpikir mereka berkembang dan lebih maju, apalagi kita sekarang ini berada pada era globalisasi . Alat-alat semak in canggih dan modern. Jadi perlu ada pendidik an/pelatihan yang diberikan kepada masyarakat terlebih khusus pada daerah-daerah terpencil. Sampai saat ini masih ada masyarak at yang buta huruf. Jadi perlu ada perhatian khusus dari pemerintah untuk menangani hal ini . Contoh pendidikan non formal misalnya: pendidikan/ pelatihan yang diberikan pada ibu-ibu pekka.
Dibentuk nya Pek k a (pemberdayaan perempuan kepala keluarga) untuk memberi kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik. Ibu-ibu ini bukan hanya ibu rumah tangga tetapi juga sebagai kepala keluarga harus mencari nafkah untuk menghidupi anak-anak dan membiayai sekolah. Melalui pendidikan/ pelatihan memproduksi suatu sumber daya alam menjadi bahan-bahan yang siap pakai, atau siap untuk dijual dalam rangka menambah penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kami dididik untuk mandiri dan bisa berhadapan dengan pemerintah. Kami Bisa menyampaikan pendapat dan keinginan kami agar apa yang kami butuhkan diperhatikan.
Untuk mengubah nasib kami sebagai ibu pekka yang tidak punya apa-apa perlu uluran dan bantuan pemerintah baik dana maupun sumbangan pikiran, jangan hanya melihat dengan menjeling (sebelah Mata) tetapi dengan perhatian serius agar kami maju seperti orang lain. Sebab Maksud hati memeluk gunung namun apa daya tangan tak sampai” T i n g k a t perekonomian yang semakin tinggi, hargaharga barang semakin melonjak naik membuat kami tidak berdaya.
Ibu Haema Hijam (Malut ): Semua orang wajib belajar terutama anak berhak menikmati pendidikan 9 t a h u n . B e gi t u j u g a anak-anak penyandang cacat fisik / mental juga diberi kebebasan yang sama. untuk memperoleh pendidikan biasa dan luar biasa.
Jadi orang tua wajib memerikan pendidikan pada anak .Sedangk an pemerintah wajib menyelenggarakan
Pendidikan penting bagi semua & siapa saja anak-anak maupun dewasa pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi dan mendorong masyarakat untuk berperan aktif. Masyarakat berperan aktif dalam melindungi hak pendidikan bagi siapa saja. Karena pendidikan penting bagi semua dan siapa saja anak maupun orang dewasa juga ibuibu pekka karena dengan pengalaman berarti kita mudah meningk atk an kemampuan untuk memfasilitasi keterampilan untuk dikembangkan .
topik kita Herty Leledana, (Malut ): Pendidikan penting bagi anak-anak kita ke depan. oleh sebab itu perlu ada perhatian khsusus tentang hal ini baik dari pihak pemerintah, LSM, maupun masyarakat, apalagi kita sekarang ini sedang menyongsong era globalisasi dengan bermacam-macam hal yang baru di sekitar kita. Adanya teknologi yang canggih, adanya persaingan yang semakin hebat, di sini dibutuhkan anak-anak yang berkualitas. Sebagai orang tua mendambakan kelak anak-anak menjadi anak-anak yang berhasil dan berguna untuk bangsa dan negara. Harapan sirna ketika terjadi peristiwa horizontal melanda daerah kami dan menewaskan ratusan jiwa.
9
Peristiwa itu menyebabkan banyak yang kehilangan orang tuanya (ayah) sehingga anakanak ini harus menyandang status yatim piatu yang kehidupan dan pendidikannya diatur oleh seorang ibu janda(Pekka) sedangkan anak-anak dari pekka tersebut mempunyai keinginan bisa melanjutkan studi tetapi seperti pepatah mengatakan: maksud hati memeluk gunung apalah daya tangan tak sampai, karena tidak ada biayanya maka mereka selesai ujian SD, SMP atau SMA mereka tidak lagi melanjutkan studi sebab membiayai anak-anak itu adalah seorang ibu pekka yang mata pencahariannya tidak tetap dan ada juga pekka yang lansia. Contoh yang paling konkrit : Di desa Duma ada seorang ibu Pekka yang namanya Bineke Edo mempunyai 6 orang anak, salah satu anaknya setelah konflik itu berakhir anak tersebut duduk di bangku SD kelas 6. Ketika ujian EBTANAS tinggal seminggu anak tersebut tidak masuk sekolah lagi karena uang ujiannya tidak ada, akhirnya anak tersebut tidak mengikuti ujian lagi dan putus sekolah sampai dengan saat ini maka harapan, citacita serta masa depan anak itu gagal. Foto : Diah P Lokasi: Subang
10
Ibu Sri Endah, Subang Sedikit menggores tentang pendidikan. Saya anggota pekka di kecamatan Tanjung Siang. Menurut saya pendidikan sangatlah penting dari usia dini sampai akhir hayat pun diwajibkan kita menuntut ilmu yaitu melalui pendidikan alias belajar. Penididkan tidak sebatas di sekolah, tetapi , bisa di rumah, di mesjid, bahkan di majelis talim. Dimana kita memperoleh ilmu, di situlah proses pendidikan terjadi. Di daerah saya pendidikan itu ada kemajuan dari TK sampai SLTA, sudah ada. Tidak perlu keluar kota.Kalaupun sudah ada sekolahnya tetap saja masih banyak anak putus sekolah yang alasannya karena biaya. Karena sekolah sekarang sangatlah mahal, apalagi SLTA, uang bangunannya sampai jutaan rupiah. Di tingkat SD dibantu oleh bos, jadi bisa meringankan beban orang tua. Untuk SLTP, kalaupun ada BOS, orang tua masih dipungut biaya, contohnya komputer. Mengingat pendidikan itu sangat penting bagi anakanak kita, tolonglah kepada pemerintah agar membantu orang miskin. Bagaimana jadinya kalau anak-anaknya tanpa pendidikan? Jadi pendidikan harus diperhatikan agar anak bangsa bagi nusa, bangsa dan agamanya.
Andai Anakku Tetap Bersekolah... Oleh : DairahMaryati, Larangan Brebes
kisah KITA
S
abtu 2 februari 2002, Awal aku mengalami krisis ekonomi dalam keluarga. Mengapa?Ya, karena suamiku mendadak masuk rumah sakit terkena stroke. Padahal bapak mengalami sakit keras di rumah. Aku bingung, siapa yang merawat bapak sementara suamiku juga butuh perawatan. Antara sedih dan bingung aku putuskan untuk menunggu suamiku di rumah sakit. Sementara bapak di rumah bersama emak dan anak-anak. Sungguh aku tidak menyangka, akhirnya Bapak meninggal dunia, sedangkan suamiku baru dua hari di rumah sakit. Sedih sekali, aku tak dapat lagi membendung air mataku.
Foto : Oemi F Lokasi: Cianjur Foto : Oemi F Selatan Lokasi: Cianjur Selatan
Aku menangis, dadaku terasa sesak, akhirnya aku pulang ke rumah. Namun aku tak sempat melihat jenasah Bapak, karena aku pingsan. Lengkap sudah deritaku. Ibarat jatuh tertimpa tangga pula. Aku harus kehilangan Bapak sekaligus kehilangan tulang punggung keluargaku. Sembilan hari suamiku dirawat di rumah sakit, namun akhirnya kubawa pulang ke rumah. Selama satu bulan aku merawatnya sambil dipijit syaraf. Akhirnya suamiku sembuh, tetapi tidak sempurna seperti orang normal lainnya. Suamiku mengalami cacat , tangan dan kakinya yang sebelah kiri tidak berfungsi . Sumiku tidak lagi mencari nafkah . Akulah pencari nafkah utama menanggung kedua anakku dan emak .
11
kisah kita Seperti apa sih seorang perempuan harus mencari nafkah? Sedangkan aku tidak punya pengalaman apa-apa apalagi berdagang. Akhirnya aku bekerja sebagai buruh apa saja untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Juga untuk kebutuhan anak-anaku. Alhamdullilah kini anaku yang SMP sudah lulus, meskipun tak lagi dapat melanjutkan sekolah. Kini tinggal si kecil yang sudah kelas empat SD. Hatiku sudah mulai lega meskipun aku sedih dan menangis, bahkan mulai sedikit terhibur setelah kawanku mengajak aku menjadi anggota Pekka. kutulis pengalamanku ini, mudah-mudahan dapat mengobati kesedihan dan luka hatiku yang paling dalam.
Puisi : Oleh Maryati (kelompok Rukun Sejahtera, Ds. Larangan – Brebes)
Suara Hati
Foto : Dok.Seknas Lokasi : Sukabumi
12
Nun jauh di sana Di bawah himbauan angin suara pekka Yang senantiasa asa menggelora Gelora hati yang selama ini terpendam Bagaikan batu karang Di lubuk hati yang sangat dalam Kini kami mulai terbuka melalui jendela-jendela pekka Belenggu yang telah lama Kini mulai sirna Kini saatnya aku bicara Memohon pada sang pencipta Untuk meraih cita-cita Demi masa depan pekka
kisah kita Jeritan
Hatiku
Oleh : Idawati, Pontianak
S
ering ku termenung dengan nasibku sejak kecil hingga berumah tangga berhayal dan bermimpi namun tidak pernah menjadi kenyataan. Andai aku dan adik-adikku dulu tidak putus sekolah, mungkin kami tidak begini. Padahal aku punya cita-cita ingin jadi orang agar menggangkat derajat orang tua namun apa daya cita-cia hanya tinggal cerita hampa. Kini hal serupa dialami oleh anak-anakku dengan keterbatasan kami sebagai orang tua. Mereka hidup seadanya. Haruskah mereka mengalami hal yang sama seperti aku ? rasa stress, risau, geram, mengahantui perasaanku. Kasihan mereka. Kalau membayangkan s rasa hati ini ingin menjerit dan menangis. Rasa ngin berontak dengan keadaan ini. Namun siapa yang mesti disalahkan ? Oh...tuhan tolonglah aku, dengarkanlah do’aku. Aku berpikir lagi ini baru satu contoh dari sekian juta penduduk di Indonesia, lalu bagaimana nasib yang lainnya? mungkin lebih buruk lagi. Wajar saja dimana-mana lahirlah kejahatan, perampokan, judi, pengangguran meraja lela. Lalu bagaimana nasib tunas-tunas bangsa untuk melangkah kedepan yang diharapkan sebagai calon pemimpin bangsa? Sungguh sangat memprihatinkan bukan? Pola pendidikan yang diterapkan pemerintah sekarang terhadap anak yang kurang mampu, ternyata masih perlu ditinjau ulang kembali. Banyak sekolah-sekolah sekarang bersaing. Begitu juga antara orang kaya dengan orang miskin. Yang kaya semakin pintar, yang miskin semakin bodoh karena tidak mampu.bersekolah . Dalam hal pekerjaan juga demikian, kenapa begitu ? benar kata orang hidup itu penuh dengan lika-liku dan kerikil-kerikil tajam, namun tekatku harus kuperangi semua itu.
13
kisah KITA Ungkapan Hati Oleh : Teguh
N
ama saya Teguh Hidayat. Umur saya 14 tahun, saya hidup di keluarga kurang mampu. Sejak umur 3 tahun saya sudah ditinggal mati bapak dan ibu pergi meninggalkan saya sejak umur 2 tahun. Saya bersama kakak dan adik ditinggal pergi sama kedua orang tua. Waktu itu kakak saya berumur 4 tahun dan adik saya masih berumur 9 bulan. Kami kebingungan harus bagaimana, ayah meninggal dunia dan ibu pergi entah kemana.
Saya dan saudara hidup ikut budek dari kecil hingga sekarang saya besar dan bisa bersekolah. Budek yang menyekolahkan kami. Walaupun hanya dengan pakaian dan sepatu bekas juga alat tulis pemberian orang tapi kami bersyukur karena masih bisa sekolah. Saya sekarang duduk di kelas I SLTP dan adik saya kelas V SD. Kakak saya putus sekolah karena kakak harus bekerja untuk membantu budek saya agar dapat menyekolahkan saya dan adik saya. Bersyukur sekali karena saya bisa sekolah. Kadang saya merasa apakah anak-anak yang bernasib sama seperti saya dapat merasakan bangku sekolah .
14
Dari kecil saya disuruh mengaji dan sekolah sama budek saya, kata budek sematamata untuk masa depan saya. Sebenarnya saya ingin sekolah terus tapi bagaimana caranya ya, sementara saya sendiri tidak mempunyai bapak dan ibu. Saya harap siapapun yang membaca tulisan saya ini dapat dimengerti oleh setiap orang yang membaca. Maka bersyukurlah anda kepada Allah yang memberikan kelebihan kenikmatan hidup.
Kisah Sejati Enti Rostanti, Sukabumi
Aku seorang pekka dari suatu kelompok di Sukabumi yang bernama kelompok Warga Jaya. Aku suka sedih kalau memikirkan pendidikanku yang cuma tamat SD walaupun dipercaya oleh masyarakat segai kader desa, posyandu, pos KB dan organisasi lainnya tetapi jika ku ingat pendidikanku, aku suka minder karena di sekelilingku selama ini pelatihan keorganisasian untuk mewakili desa di mana aku tinggal walaupun aku bisa mengimbangi pendidikan teman-temanku yang lebih tinggi pendidikannya. Meski orang-orang tidak percaya kalau aku hanya lulusan SD, tetap aja aku sedih karena aku berfikir mengapa ditakdirkan menjadi orang miskin sehingga orang tuaku dulu tidak bisa menyekolahkanku tinggi. Terlebih ijazah SD ku terlahap api saat kebakaran melanda rumahku yang melenyapkan semua dokumen penting dan barangbarang keluarga. Saat kebakaran melanda, aku sedang mengikuti pelatihan pembukuan LKM di Cianjur. Kutinggalkan rumahku tanpa penghuni sehingga tidak bisa menyelamatkan semuanya. Padahal cita-citaku ingin menjadi guru atau setidak-tidaknya bisa bekerja atau punya ijazah. Di usiaku hampir berkepala 4, tetapi cita-citaku untuk melanjutkan sekolah masih ada dalam diriku, misalnya jika ada sekolah kejar paket B dan C, saya akan berusaha meluangkan waktu untuk bisa belajar dan lulus sampai mendapatkan ijazahnya. Aku berfikir bahwa belajar adalah hak semua orang, baik miskin ataupun kaya dan tidak ada kata terlambat untuk belajar karena belajar diwajibkan bagi semua orang sejak dini hingga kan masuk liang lahat. Selain itu, aku berharap juga anakanakku dapat bersekolah menjadi manusia berguna untuk dirinya, keluarga dan masyarakat banyak.
15
Sebuah
Angan Yang
T
kisah kita
ahun 1964 aku tamat sekolah rakyat. Pada waktu itu aku ingin sekali melanjutkan sekolah, padahal SMP di Kecamatan Talaga Sari, baru pertama dibuka. Aku menganggur satu tahun tidak sekolah karena aku tidak diijinkan untuk sekolah, orang tua bilang masih banyak adik-adikmu yang masih di SD. Memang waktu itu aku masih duduk di SD, susah sekali mencari uang, sekolah juga jarang jajan. Tahun 1965 dibuka lagi sekolah baru yaitu Sekolah Pendidikan Guru (SPG )di Kecamatan Talaga Sari.
Mamah, Karawang
Aku merasa gembira mendengar ada SPG di Talagasari, ku ajak temanku untuk daftar di sekolah itu. Tanpa memberitahu orang tuaku karena takut tidak diijinkan untuk sekolah lagi. Alhamdullilah aku diterima di SPG, gembira sekali. Aku ingin menjadi guru, ya mudahmudahan tercapai cita-citaku. Sesudah resmi dibukanya SPG itu muridnya berjumlah 48 orang, perempuannya cuma ada 6 orang. Aku dan temanku kalau pergi ke sekolah berjalan kaki tanpa bosan setiap hari. Sama sekali tanpa uang jajan. Satu tahun kemudian aku naik ke kelas dua, setelah menginjak/duduk di kelas dua kalau pulang sekolah aku dijemput di rawa sikut. .Padahal orang itu seorang guru di SD kalibuaya 3, bekas sekolahku waktu di SD. Katanya sih kasihan kepadaku melihat aku kalau pulang sekolah berjalan kaki tiap hari. Padahal orang itu ada maunya. Dahulu melihat anaknya diantar seorang lelaki langsung dijodohkan , demikian dengan diriku.
16
Apalagi yang mengantarnya seorang guru. Aku masih ingin sekolah. Saat menginjak kelas dua baru pertengahan tahun. Entah mengapa sampai waktu panen aku disuruh berhenti sekolah? empat hari aku tidak bersekolah, teman-temanku datang ke rumahku menanyakan kepadaku, kenapa berhenti sekolah? aku ikut lagi ke sekolah dengan teman-temanku karena aku tidak mau berhenti sekolah. Orang tuaku melarang bersekolah. Akhirnya mau tidak mau aku berhenti juga. Di situlah aku putus sekolah, jadi tidak tercapai cita-citaku ingin menjadi guru. Sakit hatiku pada orang tuaku yang menyuruh berhenti sekolah. Padahal tamatan SPG langsung diangkat jadi guru. Tanpa uang, tidak seperti jaman sekarang, ingin jadi guru harus sedia uang 30 juta rupiah.
Disitulah aku dinikahkan, ya kalau sudah kawin kemana larinya? Punya anak,dua tahun kemudian aku dikaruniai anak pertama, laki-laki. Cita-citaku, walaupun aku punya anak lebih dari dua akan aku sekolahkan sampai ke perguruan tinggi. Alhamdullilah aku berumah tangga sampai 34 tahun, aku punya anak 8 orang. Alhamdullilah yang kedelapan orang itu sudah lulus semua Cuma tinggal satu lagi yang masih di SMP kelas 2. Aku merasa sedih, yang paling bungsu tidak kebagian kasih sayang ayah. Takut nantinya tidak seperti kakak-kakaknya, bisa meneruskan ke perguruan tinggi. Walaupun ia tidak punya ayah mudah mudahan aku sebagai ibu pekka, bisa membiayai dan meneruskan sampai ke perguruan tinggi nanti, memang dulu waktu masih ada ayahnya, aku sama sekali tidak memikirkan biaya sekolah walaupun yang sekolahnya banyak. Tetapi sekarang walaupun tinggal satu lagi aku merasa berat sekali untuk membiayainya, karena aku harus mencari uang sendiri, segala-galanya ditanggung oleh sendiri.hanya sekian dulu cerita tentang pendidikanku dan anak-anakku.
Tia Dartiah, Karawang : Saya Tiah Dartiah. waktu saya kecil sampai saat ini jadi Pekkabanyak penderitaan karena ditinggal Bapak semenjak kecil sekali. Bahkan saya tidak tahu rupa bapak saya. Ibu saya kawin lagi. Saya punya Bapak tiri bahkan saudara tiri namanya Ibu Narmi yang sekarang almarhum. Saya tidak bisa sekolah karena tidak disekolahkan. Lama kelamaan saya dipungut Uwa di Kampung Bojong. Saya disekolahkan di sekolah SR (Sekolah Rakyat) bukan SD (Sekolah Dasar). Saya sekolah cuma sampai kelas 2 karena saya pindah ke udik kampung Cikeris. Saya menikah umur 12 tahun. Satu tahun kemudian saya bercerai. Setelah itu saya balik lagi ke ibu saya.
Saya menjanda selama 6 bulan lalu kawin sama duda beranak. Walau orang ini tidak punya apa-apa, saya nurut saja sama orang tua saya. Umur perkawinan 5 tahun saya hamil dianugrahi 2 anak lakilaki . Saya tidak bisa menyekolahkannya ke perguruan tinggi cuma sampai SD saja. Anak pertama menikah tapi rumah tangganya nggak langgeng. Berakhir pererceraian. Cucu saya urus sama saya sampai saya cerai. Karena suami saya kawin lagi. Sampai sekarang saya menanggung biaya kebutuhannya. Cucu saya yang laki-laki sekolah baru semester satu SMA, berhenti mogok. Yang kedua SMP kelas 2 . Begitulah cerita saya, sampai sekarang saya masih pekka.
17
obrolan Pelaksanaan BOS Disekolah (Ibu IYus, Karawang ) Dulu sebelum adanya BOS, anak-anak diwajibkan menabung di sekolah untuk cadangan iuran sekolah, itupun hanya yang punya yang menabung, yang miskin tetap saja tidak bisa. Jadi kalau membayar SPP harus menunggu panen tiba, itupun bagi yang punya uang. Sedang, yang tidak punya uang jadi beban guru, gajinya yang dipotong setiap bulan untuk menutupi bayaran siswanya. Sekarang setelah adanya BOS, alhamdullilah tidak ada gaji guru yang dipotong, tidak diwajibkan pula menabung. Pokoknya, Guru bebas tidak memikirkan SPP anak muridnya. Di sekolah kami, di desa Kalijaya, Karawang, sekolah tidak menjual buku pada siswa karena takut memungut biaya lebih. Karena kalau jual buku harus ada ijin dari dinas pendidikan kecamatan. Bagi masyarakat kami yang ada di desa menjadi lebih sulit, minat baca anak menjadi berkurang. Anak-anak lebih memilih sering menonton TV. Kami yang ada di desa sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah.
18
Misalnya diadakan: 1. Tayang sinetron di Tv jangan waktu sore hari, karena mengganggu anak untuk pergi mengaji dan belajar. Sebab di desa TV adalah hiburan bagi orang desa (yang utama). 2. Untuk menarik minat anak supaya gemar membaca, kami minta di desa diadakan perpustakaan minimal satu desa satu perpustakaan. Karena di desa kami koran pun tidak ada. Jangankan anak, orang tuanya pun tidak minat untuk membaca. Jadi kami kesulitan untuk membangun anak supaya minat membaca. Sekali lagi kami mohon permintaan kami dikabulkan. Terima kasih. Di desa kami masih banyak orang tua yang buta huruf tapi sama sekali tidak ada minat untuk belajar. Walau ada kejar paket A dan B tetap tidak berminat.
Dana BOS,
Ooh...
dana BOS
T
erdengar ucapan salam dari luar, rupanya anak bungsuku sudah pulang dari sekolah. Walaikumsalam, jawabku. Sepatunya lepas dulu dong, kataku pula. Tiba-tiba anakku menbuka tasnya kemudian diberikannya secarik kertas kepadaku. Setelah aku buka ternyata isinya sebuah undangan dari sekolah. Bahwa akan ada rapat wali murid besok pagi jam 9.30 WIB. Paginya kira-kira jam 10.00 WIB, aku bersama ibu-ibu yang lainnya berangkat ke sekolah memenuhi undangan dari kepala sekolah. Ternyata sekolah telah mendapatkan dana untuk rehabilitasi dan keperluan lainnya sebanyak 180 juta rupiah. Namun katanya uang itu bisa cair kalau ada bukti swadaya dari luar dulu. Akhirnya komite sekolah memutuskan untuk mengadakan dana dari wali murid dulu dan sebagian meminta sumbangan dari luar. Karena kebetulan sekolah anakku adalah sekolah swasta, jadi yang mengurus semua itu adalah para pengurusnya. Dari setiap wali murid dibebani uang 50 ribu rupiah. Ada satu dua ibu yang kurang setuju karena merasa berat. Tetapi sebagian besar menyetujuinya. Akhirnya aku dan ibu-ibu yang lainnya mengalah. Berat memang uang 50 ribu bagi yang
tidak mampu apalagi aku layaknya janda. Suamiku tidak bisa usaha lagi akibat cacat fisik. Aku hanyalah buruh yang penghasilannya tidak seberapa. Jangankan untuk biaya sekolah yang mahal, untuk makan sehari saja pas pasan, bahkan masih kurang. Padahal sudah ada BOS (Biaya Operasional Sekolah)katanya. Tapi nyatanya masih ada saja biaya yang lainnya, yang harus dikeluarkan.misalkan; pembelian buku, aku tak mampu membelikan buku buat anaku. Andaikan saja ayahnya masih sehat seperti dulu, mungkin dia tidak semenderita ini. Dia yang masih kecil harus turut prihatin dengan keadaan orang tuanya. Aku sering menangis jika memandang anakanaku yang sedang tidur. Anakku yang sulung hanya tamat SMP kemarin. Dia tak dapat melanjutkan sekolah lagi karena tidak ada biaya. Biaya sekolah sekarang mahal, sedangkan aku hanya seorang buruh kecil yang harus menghidupi keluargaku. Seandainya ada beasiswa untuk keperluan anak-anak sekolah yang kurang mampu, aku akan mendukung sekali. Dengan adanya beasiswa itu akan dapat meringankan orang tua. Bahkan bisa memberantas anak putus sekolah. Tapi sayangnya program itu belum ada, yang ada barulah BOS istilahnya yang nyatanya belum mampu mengatasai semuanya. Akhirnya aku pasrah saja sambil berusaha barangkali ada rizki yang bisa untuk membeli keperluan sekolah anakku agar anakku tidak terancam putus sekolah.
obrolan Sekolah Mahal, Mutu Pendidikan ? Kholilah, Pl Pontianak
“ Biaya sekolah sekarang mahal mba, itulah rencanenye saye mau kawinkan anak saye jak, tak mampu agik dah saye nih, apelah mba saye tak ade kerje, rumah jak numpang, mane sanggup saye menyekolahkannye. “ ujar seorang anggota pekka diakhir pertemuan kelompok. “ Emang anaknye mau dikawinkan buk, die nda’ mau sekolah agik....” tanyaku cepat. “ Mau diapekan agik lah. Die sih tak mau kawin mba, die masih mau sekolah, saye tak mampu agik dah, biar beban saye berkurang ”. Itulah salah satu reaksi anggota pekka menanggapi biaya pendidikan yang semakin mencekik leher. Hampir semua anggota pekka mengeluhkan hal yang sama. Pada dasarnya semua orang tua ingin anaknya sekolah hanya saat dibenturkan dengan biaya pendidikan yang tinggi mereka harus berfikir ulang untuk menyekolahkan anaknya. Ada yang memilih kerja mati-matian yang penting anaknya sekolah, ada yang memilih anaknya berhenti saja dan membantunya mencari nafkah dari pada sekolah hanya putus ditengah jalan, dan ada juga Sejak kenaikan memilih mengawinkan saja anak perempuannya BBM harga basupaya bebannya menjadi berkurang. rang melejit naik, Sejak kenaikan BBM yang membuat harga barang biaya pendidikan melejit naik, biaya pendidikan juga tak mau kalah juga tak mau kameningkat. Seolah-seolah dinegeri ini hanya ada lah anak-anak orang kaya yang m a m p u m e m b ay a r sekolah berapapun besarnya dan melupakan ribuan anak yang kurang beruntung berada dalam keluarga yang pas-pasan yang tak mampu membeli sekolah. Cocoklah kalau dikatakan sekolah hanya untuk orang kaya, orang miskin dilarang sekolah. Atau cocok juga kalau dikatakan sekolah hanya dijadikan ajang jual beli ilmu, yang mampu membeli dapat belajar yang tidak mampu maaf saja harus terdepak keluar.
20
Menanggapi hal ini pemerintah juga tidak tinggal diam. Pemerintah segera meluncurk an program kompensasi pengurangan subsidi bahan bak ar minyak(PKPS-BBM)bidang pendidikan yang disebut dengan bantuan operasional sekolah (BOS) yang saat ini telah berubah nama menjadi beasiswa operasional sekolah. Tetapi dengan adanya BOS ini masalah pendidikan tidaklah s elesai.
Lebih bagus bayar SPP dari pada sekarang, tidak bayar SPP tapi banyak pengeluaran lain.. ujar salah seorang pengurus kelompok yang langsung dibenarkan oleh anggota kelompok yang lain. Kita menyambut baik adanya dana BOS ini tetapi bagaimana dana ini bisa dirasakan mamfaatnya dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa birokrasi yang berbelit-belit.
Dana ini malah melahirkan banyak keluhan. Salah satunya, kelompok Pekka di desa Limbung Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak mengeluhkan bahwa untuk mendapatkan dana BOS ini anaknya harus membawa surat keterangan miskin ke sekolah, padahal yang ia tau dana ini diberikan kepada seluruh siswa secara merata. Masalah lain yang dirasakan seluruh pekka adalah setelah dana BOS ini turun malah biaya pendidikan menjadi meningkat karena banyak iuran sekolah, beli buku ini dan itu, foto copy ini dan itu yang dulu tidak dirasakan sebelum dana BOS ini turun.
Anak-anak bisa sekolah dengan gratis yang tentunya dengan mutu pendidikan yang berkualitas. Anak-anak juga bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Kita berharap dengan adanya dana subsidi pendidikan ini bisa meningkatkan kualitas anak bangsa bukan hanya menghabiskan uang negara yang mungkin dana itu diperoleh dari hutang keluar negeri. Karena berbicara pendidikan bukan hanya berbicara masalah biaya tetapi pendidikan juga mencakup peningkatan kualitas manusia demi masa depan bangsa ini.
21
jalan - jalan Forum Wilayah Jateng Oleh Kartini (Kel. “Anggrek”, Wlahar Kec. Larangan, Brebes)
Forum wilayah Jawa Tengah yang diselenggarakan di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes bulan Desember 2005 masih menjadi kenangan, catatan kelompok pekka Bunga Anggrek dimana semua perwakilan kelompok Pekka dari Batang, Petarukan berkumpul bersama-sama kelompok Pekka Larangan bertemu di malam seni budaya disaksikan dan dibuka oleh bapak camat Larangan. Ibu-ibu Pekka menampilkan kepandaiannya membaca Al-Qur’an, menjadi MC, bernyanyi, berjoged dengan lucunya. Pagi harinya ada bazaar, pameran foto Pekka, produk daerah masing-masing kelompok Pekka. Ada bawang merah, telur asin, kembang temu, rempeyek, kerupuk emping, baju batik dan masih banyak lagi. Menariknya, yang paling laku dijual adalah baju bekas yang karena harganya sangat murah.
Mereka juga berjanji untuk memberikan penyuluhan, tapi nyatanya sampai sekarang belum pernah terjadi. Pada malam harinya ada pengajian, pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh anggota Pekka Batang, qasidah oleh anggota Pekka Bunga Anggrek Wlahar. Pada saat ceramah agama, ibu-ibu merasa sangat terlindungi oleh isi ceramah yang disampaikan oleh Bapak Kiyai.
Siangnya pertemuan dan dialog dengan pemerintah, hadir Dra. Andriani sebagai narasumber dari pemberdayaan perempuan Semarang, Dra. Sumiarsih dan Bapak Talab sebagai narasumber dari pemberdayaan perempuan Brebes. Semua perwakilan kelompok Pekka ditanya soal kegiatan dan usaha selama menjadi kelompok Pekka oleh pemerintah
Setelah dua hari semua anggota Pekka mengisi acara, saatnya kami berpisah. Diadakan kuis berhadiah dan bertukar kenang-kenangan antar kelompok Pekka. Kami semua bisa tersenyum, tertawa bahagia, merasa sangat dihargai, dibimbing, menjadi orang yang berguna. Terimakasih kepada seknas dan PL-PL yang selama ini telah membimbing kami dengan penuh kesabaran.Kami semua kelompok menjadi bisa karena adanya Pekka,
22
tips KHASIAT DAUN SINGKONG UNTUK ATASI REMATIK
Bahan : § ½ kg bengkuang § 1 buah kentang
Bahan : § 5 helai daun singkong muda § Sedikit kapur sirih Cara Pembuatan dan Proses Penggunaan: § Daun singkong diremas-remas sampai hancur. § Campurkan dengan sedikit kapur sirih. § Aduk-aduk adonan sampai tercampur rata. § Lumuri anggota badan yang terasa sakit dengan ramuan ini, baik di lengan kaki maupun pinggang. § Gunakan ramuan ini tiga kali sehari pada waktu pagi, siang, dan malam.
AIR BENGKUANG MENYEMBUHKAN AMBEIEN(WASIR)
Cara Pembuatan dan Proses Penggunaan: § Parutlah bengkuang dan ambil airnya. Minum sari bengkuang ini setiap pagi dan malam menjelang tidur. § Kupas kulit kentang dan parut. Taruhlah parutan kentang diatas kapas, dan tempelkan pada daerah wasir. Lakukan cara ini selama tiga bulan. § Pantangan à jangan makan nanas, cabai, ikan dan ayam.
23
Ayooo Sekolah...
Foto : Diah P
Foto : Dok Seknas
Foto : Dok Seknas
3 Mei lalu Pekka turut berpartisipasi dalam acara sepekan aksi pendidikan dengan topik dunia “Every Child Needs A Teacher “. Acara ini diselenggarakan oleh e-net jaringan internasional pendidikan untuk keadilan. Salah satu bentuk kegiatannya adalah membuat Dozzier kumpulan gambar anak-anak yang bertemakan tentang pendidikan untuk advokasi. Rafi salah satu anak ibu pekka asal kelompok Sukatani,Pacet, Cianjur turut serta mengirimkan gambarnya dengan tema ajak kawanku bersekolah Abdi hoyong sakola teras supados tiasa ngabantos emak , ujar rafi sambil mencoretkan krayon . Rafi duduk di kelas 1 SD , Minidlomusibian Sukatani.Saat ini Rafi tinggal bersama ketiga kakaknya. Ibunya pergi bekerja ke Jakarta dan sesekali pulang. Walau ibunya tidak selalu bersama Namun tidak mematahkan semangat belajar .
Foto : Oemi F