View/Open - IPB Repository Home

32 downloads 3167 Views 743KB Size Report
Pemirsa Riau Televisi di RW 13, Kelurahan Simpang Baru,. Kecamatan ... SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. SAYA. DEMIKIAN ...... pada program acara berita, ada pula contoh pada program talk show.
MOTIVASI, POLA, DAN KEPUASAN MENONTON TELEVISI LOKAL SERTA FAKTOR FAKTOR-FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Kasus Pemirsa Riau Televisi di RW 13, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau)

METRI NOVARINDA ASMAR

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

MOTIVASI, POLA, DAN KEPUASAN MENONTON TELEVISI LOKAL SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Kasus Pemirsa Riau Televisi di RW 13, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau)

Oleh: Metri Novarinda Asmar I34050030

SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

SKRIPSI

Judul

:

Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Nama Mahasiswa

:

Metri Novarinda Asmar

NRP

:

I34050030

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 19600315298503 1 002

Diketahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827198303 1 001

Tanggal Lulus: __________________

LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “MOTIVASI, POLA, DAN KEPUASAN MENONTON TELEVISI LOKAL SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA” BENARBENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI. TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK MANAPUN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH SAYA. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2009

Metri Novarinda Asmar I34050030

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangean, Taluk Kuantan, pada tanggal 3 November 1987. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Asmar dan Ibu Nur Asma. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SDN 20 Dumai. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 02 Dumai dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMUN 02 Dumai. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2005 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekologi Manusia, penulis pernah menjadi asisten dosen pada matakuliah Pengantar Ilmu Kependudukan pada tahun 2008.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi, pola, dan kepuasan masyarakat menonton televisi lokal. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses belajar peneliti dalam memahami dan memperluas pengetahuan mengenai televisi lokal. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Bogor, Agustus 2009

Metri Novarinda Asmar

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, karunia dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Pada kesempatan ini pula, penulis hendak menyampaikan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ir. Hadiyanto, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada ujian skripsi penulis. 3. Martua Sihaloho, SP, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil departemen. 4. Kedua orang tua dan kakakku yang selalu setia menemani dengan do’a, kasih sayang, perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. 5. Jajaran pemerintahan Kelurahan Simpangbaru, atas kerjasama dan kesediannya berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka penyelesaian penelitian skripsi ini. 6. Mitra Adi Mukti, yang selalu menemani dengan do’a, kasih sayang, waktu, perhatian, dan motivasi pribadi yang begitu besar kepada penulis sehingga skripsi ini diselesaikan. 7. Sahabat-sahabatku: Anggi, Icha, Aa’, Agil, Ewen, Ayan, Oel, Omndut, Cahyo, Mimi, yang selalu memberi do’a dan dukungan yang begitu besar hingga skripsi ini diselesaikan. 8. Teman-teman AH 18: Wery, Wani, Luci, Anis, Uthi, Siti, Irni, Cici, Ella, Henny, Tsani, Desy, Ojelita, Dilla, Mpeeb, Eka, Yuni, dan Pipit. Terima kasih atas do’a, dorongan, semangat, dan kebersamaannya. 9. Hanum dan Mulya, teman satu bimbingan.

10. Keluarga besar KPM 42 dan FEMA IPB yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaanya selama tiga tahun terakhir. 11. Teman-teman seperjuangan KPM 42 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kerjasamanya selama ini. 12. Seluruh staf pengajar Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah memberikan ilmu dan berbagi pengalaman. 13. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, do’a, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini.

DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................... i Daftar Tabel............................................................................................................ iv Daftar Gambar .....................................................................................................viii Daftar Lampiran .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................... 3

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ..................................................................... 5 2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................... 5 2.1.1 Media Televisi Lokal dan Perkembangannya .................................... 5 2.1.2 Program Siaran Televisi ..................................................................... 6 2.1.3 Siaran Televisi Lokal .......................................................................... 8 2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Program Acara Televisi ......... 10 2.1.5 Motivasi Khalayak ............................................................................ 11 2.1.6 Pendekatan: The Uses and Gratification .......................................... 13 2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 14

2.3 Hipotesis .................................................................................................... 16 2.4 Definisi Operasional .................................................................................. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 21 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 21 3.2 Metode dan Langkah Penelitian ................................................................ 21 3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 23 3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 23

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ........................................................... 25 4.1 Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Simpang Baru ................................. 25 4.2 Karakteristik Penduduk Kelurahan Simpang Baru .................................... 25 4.3 Gambaran Umum RW 13 Kelurahan Simpang Baru ................................ 25 4.4 Profil Responden ....................................................................................... 27 4.5 Profil Riau Televisi .................................................................................... 28 4.5.1 Latar Belakang Lahirnya Riau Televisi ............................................ 28 4.5.2 Visi dan Misi .................................................................................... 29 4.5.3 Program Acara Riau Televisi ........................................................... 31

BAB V MOTIVASI MENONTON TELEVISI LOKAL DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ......................................... 33

5.1 Motivasi Menonton Televisi Lokal dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.................................................................................... 33 5.1.1

Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal ............................................................................................ 34

5.1.1.1 Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal ....................... 34 5.1.1.2 Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal ............ 39 5.1.1.3 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal ...................................................................................... 45 5.1.1.4 Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal ......................... 51 5.1.2

Pengaruh Faktor Ekstrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal.............................................................................. 57

5.1.2.1 Pengaruh Faktor Informasi Acara .......................................... 57 5.1.2.2 Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan................................. 61 5.2 Resume ..................................................................................................... 65 BAB VI POLA MENONTON TELEVISI LOKAL........................................... 63 6.1 Pengaruh Motivasi Menonton Televisi Lokal Terhadap Pilihan Acara Respoden .................................................................................................. 63 6.2 Pengaruh Motivasi Menonton Televisi Lokal Terhadap Durasi Menonton Responden .............................................................................. 64 6.3 Resume ...................................................................................................... 67

BAB VII KEPUASAN MENONTON TELEVISI LOKAL .............................. 71 7.1 Kepuasan Informasi Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal......................................................... 71 7.2 Kepuasan Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal............................... 72 7.3 Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal ........................................................................................................ 73 7.4 Kepuasan Hiburan Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal ........................................................... 74 7.5 Resume ..................................................................................................... 75

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 76 8.1 Kesimpulan ................................................................................................ 76 8.2 Saran .......................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 15

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Kegiatan ................................................................................ 81 Lampiran 2. Angket .............................................................................................. 82 Lampiran 3. Lembar Isian Harian ......................................................................... 86 Lampiran 4. Panduan Pertanyaan .......................................................................... 87 Lampiran 5. Profil Riau Televisi ........................................................................... 88 Lampiran 6. Profil Kelurahan ............................................................................... 90 Lampiran 7. Program Riau Televisi ...................................................................... 92 Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi ............................................................................. 95 Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Responden............................................. 104

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seiring dengan globalisasi yang menuntut kecepatan informasi, dibutuhkan kehadiran berbagai media informasi di tengah-tengah masyarakat. Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspose oleh media nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Televisi lokal bisa menjadi mimbar perdebatan masyarakat lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang dihadapi (Rosyadi, 2002). Dari perspektif otonomi daerah, kehadiran televisi lokal dapat mengurangi sentralisme informasi dan bisnis. Melalui televisi lokal, pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya hidup ala Jakarta dan ala Barat. Pemirsa akan lebih banyak menyaksikan berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang merevisi Undang-Undang Penyiaran terdahulu Undang-Undang No. 24 tahun 1997 (Oktaviarini, 2006). Beragam program acara yang disajikan televisi lokal mulai dari berita, musik dan hiburan, program kesenian dan kebudayaan, hingga potensi ekonomi lokal memungkinkan masyarakat untuk dapat memilih program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Program acara bernuansa lokal menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat masyarakat menonton televisi lokal (Rachmiati, 2007).

Beberapa stasiun televisi lokal seperti JTV (Surabaya)

mengemas siaran berita dengan berbahasa Jawa dan Madura. Hal ini ditujukan untuk merebut pemirsa melalui daya tarik bahasa yang dikuasai mayoritas penontonnya. Bali TV, Yogya TV maupun Borobudur TV sangat jelas mengarahkan siarannya tertuju pada segmen penonton yang terikat oleh kultur lokal. Berbagai macam program acara yang ditayangkan oleh televisi lokal berfungsi sebagai pemberi informasi, pendidikan, dan hiburan. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi (Priyowidodo, 2008)

Program acara yang disajikan televisi lokal ini harus bersaing dengan program-program acara lainnya di televisi swasta. Hasil riset AGB Nielsen Media Research di 10 kota besar pada tahun 2007 menunjukkan perolehan pemirsa televisi lokal menurun selama semester pertama tahun 2007 dibandingkan periode yang sama tahun 2006 dari 2,7 persen menurun menjadi 2,4 persen di bandingkan dengan televisi nasional. Berbeda dengan televisi nasional yang pola kepemirsaannya cenderung stabil mulai dari pagi hingga memuncak di jam prime time, televisi lokal masih merupakan televisi alternatif. Pemirsa televisi lokal juga melonjak pada jam-jam ditayangkannya program berita lokal atau hiburan musik lokal khususnya di Bandung, Semarang, dan Denpasar. Meski performa kepemirsaannya sangat fluktuatif, waktu yang dihabiskan penonton menyaksikan televisi lokal ternyata naik hampir di semua kota. Kenaikan terbesar terjadi di Denpasar, yang jumlah jam menonton pemirsanya naik dari rata-rata hanya 19 jam/pemirsa pada periode yang sama tahun lalu menjadi rata-rata 33 jam per pemirsa pada semester pertama tahun 2007. Jam menonton pemirsa Bandung juga meningkat banyak dari rata-rata empat jam menjadi hampir 19 jam per pemirsa. Sementara di Jakarta dan Yogyakarta rata-rata jam menonton pemirsa meningkat hampir dua kali lipat, dari sebelumnya lima jam per pemirsa di masing-masing kota. Hanya Semarang yang jumlah jam menonton pemirsanya mengalami sedikit kenaikan yaitu dari empat jam menjadi lima jam per pemirsa. Sebaliknya, di Surabaya, jam menonton terhadap televisi lokal menurun dari rata-rata 11 jam menjadi hanya delapan jam per pemirsa. Berdasarkan hasil riset tersebut, dapat dilihat masih rendahnya minat masyarakat untuk menonton acara siaran televisi lokal. Hal ini berkaitan erat dengan pola perilaku penggunaan televisi di masyarakat. Salah satu alat ukur untuk melihat pola perilaku penggunaan televisi adalah dari pilihan acara yang ditonton oleh pemirsa. Beragam pilihan acara-acara yang ditawarkan stasiun televisi lokal memungkinkan khalayak untuk berkesempatan memilih program acara yang dapat memenuhi kebutuhannya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa khalayak akan menonton suatu program acara karena didorong oleh suatu motivasi tertentu.

2

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan program acara televisi, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan (Untoro, 1994). Melalui faktor-faktor tersebut dapat dilihat kecenderungan dalam pilihan program acara berdasarkan motivasi khalayak menonton program acara televisi lokal dan kepuasan khalayak sebagai efek dari penggunaan media massa.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana motivasi masyarakat untuk menonton televisi lokal dan faktorfaktor yang mempengaruhinya? 2. Bagaimana pola menonton televisi lokal pada masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya? 3. Bagaimana kepuasan masyarakat terhadap siaran televisi lokal dan faktorfaktor yang mempengaruhinya?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi motivasi masyarakat untuk menonton televisi lokal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Mengidentifikasi pola menonton televisi lokal pada masyarakat dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. 3. Mengidentifikasi kepuasan masyarakat terhadap siaran televisi lokal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi wahana memperluas pengetahuan dan pengalaman mengenai penggunaan media televisi lokal. 2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media televisi lokal.

3

3. Bagi pihak media televisi lokal, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk membuat program-program yang sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat setempat.

4

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Media Televisi Lokal dan Perkembangannya Perkembangan media massa khususnya televisi memiliki arti penting bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan karena dapat menambah pengetahuan yang meliputi bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional (Zakbah,1997). Kebutuhan masyarakat akan informasi yang diperoleh dari televisi didukung dengan bertambahnya jumlah stasiun televisi. Awal tahun 1990, stasiun televisi di Indonesia hanya berjumlah enam stasiun televisi yaitu TVRI, RCTI, SCTV, TPI, Anteve, dan Indosiar. Namun, tahun 2006, jumlah stasiun televisi bertambah menjadi 11 stasiun televisi yaitu MetroTV, TV7, Lativi, Global TV, dan Trans TV (Isnanta, 2008). Pada era otonomi daerah, peran media massa semakin penting. UndangUndang No. 22 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal. Salah satu upaya yang harus dilakukan demi suksesnya otonomi daerah adalah mengoptimalkan peran institusi lokal nonpemerintah, seperti media massa. Bersamaan dengan munculnya gagasan tentang desentralisasi, dan kemudian muncul Undang-Undang tentang otomoni daerah, bergulir pula tentang industri televisi di tingkat lokal, sebagaimana dimunculkan dalam pasal-pasal Undang-Undang No 32 tahun 2002 tentang penyiaran (Isnanta, 2008). Media massa lokal adalah media massa yang isi kandungan beritanya mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Keberadaan media massa lokal ini sangat penting dalam kehidupan masyarakat setempat karena dapat mempengaruhi irama kehidupan sosial dan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat terutama sebagai sumber pesan yang bermanfaat untuk menghadapi lingkungan luas (adaptive function) (Zakbah, 1997). Menurut

5

Depdikbud RI seperti yang dikutip oleh Zakbah (1997), media massa lokal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Media massa itu dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat setempat. 2. Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat. 3. Isi media massa sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai peristiwa, kejadian, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku masyarakat setempat. 4. Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang sewilayah dengan tempat kedudukan media massa itu. 5. Masyarakat lokal umumnya kurang bervariasi dalam struktur ataupun diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan masyarakat media massa nasional. Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) tahun 2008, televisi lokal yang sudah menjadi anggota ATVLI sebanyak 29 stasiun televisi lokal komersial, yang berada dari ujung barat hingga timur Indonesia. Stasiunstasiun televisi swasta lokal tersebut adalah: Riau TV, Batam TV, Sri JunjunganTV-Bengkalis,

JAKTV-Jakarta,

Jogja

TV,

TV

Borobudur-

Semarang, JTV-Surabaya, Bali TV, Lombok TV, Publik Khatulistiwa TVBontang, Gorontalo TV, Makassar TV, Terang Abadi TV-Surakarta, Bandung TV, O’ Channel-Jakarta, Space Toon TV Anak-Jakarta, Cahaya TV-Banten, Megaswara TV-Bogor, Cakra TV-Semarang, Cakra Buana Channel-Depok, Pal TV-Palembang, Kendari TV, Tarakan TV, Manajemen Qolbu TVBandung, Ratih TV-Kebumen, Ambon TV, Sriwijaya TV-Palembang, Aceh TV dan Padjadjaran TV-Bandung. Meningkatnya jumlah media televisi lokal disebabkan oleh tingginya minat pengelola televisi lokal untuk memanfaatkan peluang mengembangkan industri penyiaran di daerah.

2.1.2 Program Siaran Televisi Program televisi adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis

6

memenuhi persyaratan laik siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu (Sutisna, 1991): 1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program. 2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program. 3. Sasaran program. 4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program. 5. Karakter institusi dan manajemen sumber progam untuk mencapai usaha yang optimum. Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Dalam satu hari, stasiun televisi rata-rata beroperasi antara 18-20 jam. Setiap stasiun televisi menayangkan kurang lebih 20 program acara setiap hari (Morrisan, 2005) yang dikutip oleh (Oktaviarini, 2006). Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukan. Menurut Vane-Gross (1994) yang dikutip oleh Sutisna (1991) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiensnya. Menurut VaneGross programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audiens. Selain pembagian jenis program berdasarkan skema di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi:

7

program berita, dokumenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi. Pendapat lain menyebutkan, televisi sebagai salah satu media massa menyajikan acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian (TPI, 1993 dikutip oleh Semy Anggrek, 1996): 1. Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia yang

ditandai

dengan

bertambahnya

pengetahuan,

keterampilan,

kemampuan dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu berada. 2. Informasi, yaitu pendapat, kritik dan saran yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara kondisi dan situasi tersebut. 3. Hiburan, yaitu program acara berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada khalayak.

2.1.3 Siaran Televisi Lokal Menurut De Fleur (1983), ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, 2) pilihan acara yang ditonton dalam sehari, dan 3) frekuensi menonton acara tertentu. 1. Durasi siaran Selain menayangkan program acara bermuatan lokal, televisi lokal juga meluangkan waktu untuk menyiarkan program acara bersifat nasional. Pembagian durasi antara siaran nasional dan lokal ini menjadi perhatian penting bagi televisi lokal. Banyak cara yang ditempuh oleh media televisi lokal untuk membagi durasi pemberitaan nasional dan lokal. Pada program acara berita misalnya, televisi lokal membagi perbandingan durasi penayangan berita nasional dengan berita lokal adalah 2:1. Misalnya pada acara berita di Bandung Televisi, dari 30 menit program acara beritanya, 20 menit digunakan untuk menyiarkan berita nasional, dan 10 menit digunakan untuk penayangan berita berbahasa Sunda. Selain

8

pada program acara berita, ada pula contoh pada program talk show tentang informasi faktual di Sriwijaya TV, secara khusus Sriwijaya TV menayangkan program dialog berdurasi satu jam untuk membahas berbagai isu faktual yang menjadi topik dalam bahasan tersebut. Durasi siaran tentang daerah ini berpengaruh terhadap keterdedahan masyarakat terhadap informasi yang diperoleh tentang perkembangan wilayah setempat. 2. Program acara siaran Televisi lokal memiliki tanggung jawab untuk membuat program acara siaran bermuatan lokal. Beragam bentuk program acara ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Bentuk program acara yang umumnya disiarkan di televisi lokal antara lain: hiburan, berita, pendidikan, kebudayaan, agama, olahraga, pelayanan masyarakat, dan informasi. Dari hasil penelitian Hardjana (1999), masyarakat daerah umumnya menyukai program acara hiburan (45%), diikuti oleh program acara berita (17%), dan program acara kebudayaan (10%). 3. Frekuensi siaran Frekuensi siaran berhubungan erat dengan ketertarikan masyarakat terhadap program acara yang disiarkan. Pengelola televisi cenderung memperbanyak frekuensi tayangan pada program-program acara yang diminati oleh masyarakat. Dari hasil penelitian Hardjana (1999), beberapa jenis acara yang disiarkan ternyata acara yang paling sering dilihat adalah siaran berita daerah dengan frekuensi sebanyak 36,33 persen dari seluruh program acara yang disiarkan, sedangkan siaran budaya menempati urutan ketiga setelah siaran berita dan hiburan. Frekuensi program budaya ditayangkan oleh televisi lokal berkisar diantara satu sampai dua kali dalam seminggu (Hardjana, 1999). 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Program Acara Televisi Beberapa ahli komunikasi massa berpendapat bahwa umur dan jenis kelamin sangat mempengaruhi perbedaan pengetahuan dan perilaku penggunaan media massa. Sejalan dengan pernyataan tersebut dari hasil penelitian Untoro (1994) mengemukakan bahwa karakteristik individu yang 9

meliputi umur, dan jenis kelamin berpengaruh dalam menimbulkan keinginan untuk menambah pengetahuan dari media massa, baik itu dalam hal frekuensi, lama, waktu menggunakan media massa dan jenis acara atau program yang mereka nikmati. Penelitian yang dilakukan Untoro (1994),

tentang pilihan acara

berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan responden, menyimpulkan bahwa laki-laki lebih banyak menonton acara informasi dan acara hiburan ”action”, sedangkan wanita lebih banyak menonton acara hiburan drama, komedi, dan kuis. Kesimpulan lain adalah semakin tinggi usia responden semakin banyak jumlah acara informasi yang ditonton dan semakin sedikit acara hiburan yang ditonton. Semakin rendah usia responden semakin banyak jumlah acara hiburan yang ditonton dan semakin sedikit acara informasi yang ditonton. Penelitian yang dilakukan Untoro (1994), menunjukkan hubungan antara pilihan acara televisi dengan beberapa karakteristik individu, antara lain tingkat pendapatan. Responden dengan golongan ekonomi atas lebih banyak menonton acara drama. Responden golongan ekonomi menengah lebih banyak menonton acara hiburan ‘action’ dan responden golongan ekonomi bawah lebih banyak menonton acara hiburan “action”. Secara keseluruhan acara hiburan “action” lebih banyak ditonton oleh responden. Kesimpulan lain adalah semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak jumlah acara informasi yang ditonton dan semakin sedikit jumlah acara hiburan drama dan komedi yang ditonton. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin banyak jumlah acara hiburan yang ditonton dan semakin sedikit acara informasi yang ditonton. Responden yang telah bekerja lebih banyak menonton acara informasi, dan yang masih menempuh pendidikan lebih banyak menonton acara hiburan.

2.1.5 Motivasi Khalayak Dominick yang dikutip oleh Ekawati (1995) berpendapat bahwa komunikasi massa berguna karena dapat memenuhi kebutuhan tertentu masyarakat, sehingga ada motif-motif tetentu yang mengarahkan masyarakat

10

dalam mengkonsumsi media massa. Dari berbagai jenis media massa, masyarakat akan memilih media massa mana yang akan dikonsumsi sesuai kepentingannya berdasarkan kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan kepentingan (requirements) mereka. Motivasi berasal dari dua kata yaitu motif dan aksi (action). Motif berarti dorongan dan aksi berarti usaha. Sehingga motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan (Padmowiharjo, 1994) yang dikutip oleh (Komala, 1996). Secara lebih rinci Ahmadi yang dikutip oleh Komala (1996) mendefinisikan motif sebagai sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau yang membangkitkan sehingga individu tersebut dapat melakukan sesuatu. Selanjutnya motif akan berubah menjadi motivasi bagi individu yang bersangkutan melalui proses. Motivasi sebagai proses psikologis yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Faktor luar dapat ditimbulkan oleh beberapa sumber, yaitu: lingkungan, kegiatan

penyuluhan

atau

faktor-faktor

yang

sangat

kompleks

(Padmowihardjo, 1994) yang dikutip oleh (Komala, 1996). Selain

itu

bedasarkan

hasil

penelitian

Juariyah

(1994),

yang

mempengaruhi motivasi individu untuk menonton yang disebabkan oleh adanya faktor dari dalam diri individu tersebut antara lain adalah usia, lama tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran rumah tangga perkapita, tingat keterlibatan dalam organisasi kemasyarakatan secara tingkat pengetahuan, dan pengalaman terhadap acara televisi. Menurut Untoro (1994) rangsangan dari luar diri individu misalnya tersedianya informasi acara dapat mempengaruhi motivasi seseorang menonton acara televisi. Rakhmat (2001) menambahkan bahwa faktor yang turut menentukan pilihan acara televisi yang ditonton adalah peranan pengambilan keputusan.

11

McQuail (1987) merumuskan motif serta motivasi dalam menggunakan media massa, yaitu: 1. Informasi Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia. b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. d. Belajar, pendidikan diri sendiri e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas pribadi Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b. Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). c. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 3. Integrasi dan interaksi sosial Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial. b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. d. Memperoleh teman selain dari manusia. e. Membantu menjalankan peran sosial. f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat. 4. Hiburan Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b. Bersantai. c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d. Mengisi waktu.

12

e. Penyaluran emosi. f. Membangkitkan gairah seks.

2.1.6 Pendekatan : The Uses and Gratification Pendekatan Uses and Gratification mulai berkembang pada awal dasawarsa 1940 (Gonzalez, 1987). Antara dasawarsa 1950-1960 studi tentang pendekatan ini ditujukan oleh keragamannya. McQuail (1987) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam hal ini adalah: 1) alokasi waktu pada media yang berbeda, 2) hubungan penggunaan media dan penggunaan waktu untuk kegiatan lain, 3) hubungan penggunaan media dan penyesuaian diri dan hubungan sosial, 4) fungsi media yang berbeda atau tipe isi, 5) berbagai alasan penggunaan media massa. Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) yang dikutip oleh Rakhmat (1991) mengatakan bahwa penelitian mengenai pendekatan penggunaan dan gratifikasi mencakup asal usul sosial dan psikologis, kebutuhan yang menimbulkan, harapan-harapan dari media massa ataupun sumber-sumber lain yang menyebabkan perbedaan pola keterdedahan pada media massa yang berbeda (keterlibatan dalam aktifitas lain) dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki. Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa pendekatan yang menganggap khalayak dianggap aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya dikenal dengan pendekatan Uses and Gratification (penggunaan dan pemuasan). Menurut pendekatan Uses and Gratification, seseorang menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Jeffres yang dikutip oleh Budyatna (1994) mengemukakan bahwa pendekatan ini ingin menelaah fungsi media dari sudut pandang khalayak yaitu penggunaan media yang berkaitan dengan perilaku media khalayak serta gratifikasi atau kepuasan yang diperoleh dari penggunaan media tersebut. Tradisi Uses and Gratification menempatkan khalayak sebagai titik fokus atau pusat penelitian. McQuail dan Windahl (1993) menjelaskan bahwa yang paling penting dari teori gratifikasi penggunaan media adalah ide bahwa media menawarkan

13

“imbalan” yang bisa diharapkan (dapat diprediksi) oleh anggota khalayak, dengan dasar pengalaman di masa lalu dengan media. Mereka juga melihat bahwa ide ini menyediakan cara untuk menjelaskan perilaku penggunaan media massa. Lommeti seperti yang dikutip oleh Jalal (1995) mendefinisikan gratification sought sebagai kepuasan yang dibayangkan akan diterima seseorang bila ia menggunakan media massa tertentu. Blumler seperti yang dikutip oleh Jalal (1995) juga menambahkan bahwa dalam membayangkan kepuasan yang diperoleh, seseorang berpegang pada prinsip utility (manfaat), interpersonality (penggunaa diarahkan pada motif), selectivity (cerminan kepentingan), dan imperviousness to influence (‘kebal’ pengaruh lain). Hal ini berbeda degan definisi gratification obtained menurut Lommeti, yaitu adalah kepuasan nyata yang diperoleh seteleh seseorang

menggunakan

media.

Konsep gratification sought dan gratification obtained ini berguna untuk mengetahui apa saja yang didapat dari penggunaan media massa dibandingkan dengan apa yang diharapkan.

2.2 Kerangka Pemikiran Motivasi menonton program televisi lokal diduga dipengaruhi oleh karakteristik individu dimana individu berasal (intrinsik) dan faktor yang datang dari luar dari individu (ekstrinsik). Variabel faktor intrinsik yang diduga berpengaruh terdiri atas beberapa variabel, yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan asal etnis. Sedangkan faktor ekstrinsik yang diduga berpengaruh yaitu adanya informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Pola pengambilan keputusan dalam memilih acara televisi yang akan ditonton menurut Rogers seperti yang dikutip oleh Camelia (2003) terbagi menjadi: a) pola pengambilan otoritas, b) pola pengambilan individual, yang dibagi menjadi pola pengambilan keputusan opsional dan pola pengambilan koletif, dan c) pola pengambilan kontingensi. Setiap individu memiliki perilaku tertentu dalam menggunakan media massa. Perilaku menonton televisi adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi. Dorongan ini

14

dapat dikatakan sebagai motif. Menurut De Fleur (1983), ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, 2) pilihan acara yang ditonton dalam sehari, dan 3) frekuensi menonton. Tetapi pada penelitian kali ini hanya dilihat dua alat ukur saja yaitu pilihan acara dan durasi menonton. Sedangkan untuk faktor frekuensi menonton tidak dapat dilakukan, karena terbatasnya waktu penelitian yang hanya melihat pola mononton selama satu minggu, sehingga tidak dapat diukur frekuensi menonton responden terhadap satu acara (banyak program acara yang bersifat mingguan). Berbagai pola penggunaan televisi tersebut dapat menghasilkan pemuasan kebutuhan atau konsekuensi lain yang tidak diinginkan sebagai dampak dari perbandingan antara harapan khalayak sebelum menonton televisi dengan yang sesungguhnya diperoleh khalayak setelah menonton televisi. Faktor Intrinsik 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Jenis Pekerjaan 4. Tingkat Pendapatan 5. Tingkat Pendidikan 6. Asal etnis

Faktor Ekstrinsik 1. Informasi acara 2. Pola pengambilan keputusan

Keterangan :

Motivasi Menonton Televisi 1. Informasi 2. Identitas pribadi 3. Integrasi dan interaksi sosial 4. Hiburan

Pola Menonton Televisi 1. Pilihan acara 2. Durasi Menonton

Kepuasan

Mempengaruhi Gambar 1. Kerangka Pemikiran

15

2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik responden dengan motivasi menonton televisi lokal. 2. Ada hubungan antara motivasi menonton televisi dengan pola menonton televisi lokal. 3. Ada hubungan antara pola menonton televisi dengan kepuasan yang dirasakan oleh responden terhadap televisi lokal.

2.4 Definisi Operasional 1. Usia adalah satuan umur responden dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan, terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Usia kurang dari 25 tahun 2. Usia 25 sampai 45 tahun 3. Usia lebih dari 45 tahun 2. Jenis kelamin responden adalah struktur biologis responden yang terbagi dua yaitu: 1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. Dibawah Rp. 1.000.000 2. Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.500.000 3. Lebih dari Rp. 2.500.000 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir dari responden. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. Sekolah Dasar 2. Sekolah Lanjutan (SLTP dan SLTA) 3. Perguruan Tinggi/Akademi

16

4. Jenis pekerjaan adalah jenis penggolongan pekerjaan yang langsung memperoleh penghasilan berupa uang. Dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Golongan bekerja 2. Golongan ibu rumah tangga, pensiunan, belum atau tidak bekerja 3. Pelajar/mahasiswa 5. Asal etnis adalah suku bangsa yang melekat pada diri individu. Dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1. Melayu 2. Jawa 3. Minang 4. Batak 6. Informasi acara adalah pedoman responden untuk mengetahui tinjauan acara televisi yang disiarkan televisi lokal. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. Iklan Televisi 2. Keluarga/teman 3. Majalah/surat kabar 7. Pola pengambilan keputusan adalah adanya pengambilan keputusan menonton yang dijalankan responden. Dibagi menjadi: a. Pola pengambilan keputusan otoritas Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara orang yang berkuasa. Responden tidak dapat berbuat apa-apa untuk memilih acara televisi lainnya. b. Pola pengambilan keputusan individual Responden yang bersangkutan mengambil peranan dalam memilih acara televisi yang akan ditonton. Pola ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: i. Pola pengambilan opsional Keputusan yang dibuat oleh responden untuk memilih acara yang akan ditonton terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh pihak lain.

17

ii. Pola pengambilan keputusan kolektif Yaitu acara televisi yang ditonton merupakan hasil keputusan bersama antara responden dengan keluarganya. c. Pola pengambilan keputusan kontingensi Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara berdasarkan keputusan lain yang ada sebelumnya. 8. Motivasi

menonton

adalah

keinginan

dalam

diri

responden

yang

merangsangnya untuk menonton acara televisi lokal. Motivasi-motivasi ini dihitung dengan menggunakan skala dari 1 sampai 4, yaitu: 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju Setelah diperoleh jawaban dari responden, kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. 1. Motivasi informasi merupakan dorongan atau usaha untuk mencari verita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, mencari bimbingan yang menyangkut masalah praktis dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan, serta memuaskan rasa ingin tahu dan belajar. Motivasi informasi rendah

: skor 4-9

Motivasi informasi tinggi

: skor 10-16

2. Motivasi identitas pribadi merupakan dorongan atau usaha untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model perilaku, mengidentifikasi

diri

dengan

nilai-nilai

lain,

dan

meningkatkan

pemahaman tentang diri sendiri. Motivasi identitas pribadi rendah

: skor 5-12

Motivasi identitas pribadi tinggi

: skor 13-20

3. Motivasi integrasi dan interaksi sosial merupakan dorongan atau usaha untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, memperoleh teman selain manusia,

18

membantu menjalankan peran sosial, dan memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak saudara, teman dan masyarakat. Motivasi integrasi dan interaksi sosial rendah

: skor 4-9

Motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi

: skor 10-16

4. Motivasi hiburan merupakan dorongan atau usaha melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, mengisi waktu, dan penyaluran emosi. Motivasi hiburan rendah

: skor 6-14

Motivasi hiburan tinggi

: skor 15-24

9. Pilihan program acara televisi lokal adalah acara televisi yang ditonton oleh responden. Penentuan kategori siaran dibantu oleh manager program RTV. Dibagi menjadi tiga kategori siaran, yaitu: a) Acara pendidikan adalah acara televisi yang ditujukan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Berupa acara sekolah maupun luar sekolah. b) Acara informasi adalah acara televisi yang bertujuan untuk menyampaikan berita dan informasi, berupa dialog, liputan dan wawancara. c) Acara hiburan adalah acara televisi yang ditujukan untuk memberikan hiburan kepada pemirsa. Berupa film, sinetron, acara anak-anak, kuis, musik, olahraga, dan komedi. 10. Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton televisi lokal perhari. Diukur berdasarkan rata-rata jumlah jam menonton perhari. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. Kurang dari 3 jam 2. Antara 3 sampai 5 jam 3. Lebih dari 5 jam 11. Kepuasan adalah perbandingan antara harapan responden sebelum menonton televisi lokal dengan yang sesungguhnya diperoleh responden setelah menonton televisi lokal. Kepuasan ini dihitung dengan menggunakan skala dari 1 sampai 4, yaitu: 1 = Sangat tidak puas 2 = Tidak puas 3 = Puas

19

4 = Sangat puas Setelah diperoleh jawaban dari responden, kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi terpuaskan dan tidak terpuaskan. Berikut kategori tepuaskan dan tidak terpuaskan untuk masing-masing kategori kepuasan: 1. Kepuasan informasi Tidak terpuaskan

: skor 4-9

Terpuaskan

: skor 10-16

2. Kepuasan identitas pribadi Tidak terpuaskan

: skor 5-12

Terpuaskan

: skor 13-20

3. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial Tidak terpuaskan

: skor 4-9

Terpuaskan

: skor 10-16

4. Kepuasan hiburan Tidak terpuaskan

: skor 6-14

Terpuaskan

: skor 15-24

20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RW 13, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut strategis dan dekat dengan pusat kota, sehingga mempunyai akses terhadap media massa dan informasi. Televisi lokal yang menjadi objek penelitian adalah Riau Televisi (RTV). Pemilihan objek penelitian ini dengan pertimbangan bahwa RTV adalah salah satu televisi lokal di Indonesia yang sudah cukup lama berdiri yakni dari tahun 2002, memiliki jam tayang yang cukup lama yaitu 13 jam perhari, dan memiliki beragam program acara mulai dari program pendidikan, informasi, dan hiburan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009.

3.2 Metode dan Langkah Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Metode penelitian survei merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakannya melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Fraenkel dan Wallen, 1990 yang dikutip oleh Wahyuni dan Mulyono, 2007). Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 5. Uji realibilitas dan validitas kuesioner. Uji ini berupa uji coba kuesioner kepada 10 orang calon responden yang dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kelayakan kuesioner untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Dari hasil uji realibilitas dan validitas yang dilakukan melalui Uji Korelasi Pearson dengan menggunakan SPSS 14.0 for windows diperoleh delapan item pernyataan yang tidak valid dari 28 pernyataan yang diberikan kepada responden. Sehingga ada 19 pernyataan yang dinyatakan reliabel (layak) digunakan sebagai alat ukur penelitian ini. 6. Full enumeration survey, yaitu seluruh populasi di RW tersebut diberikan angket sederhana yang berisi tentang kebiasaan menonton siaran televisi dan

21

kesediaan untuk menjadi responden penelitian. Hal ini dilakukan karena peneliti belum mengetahui profil populasi. Dari hasil full enumeration survey ada 179 kepala keluarga (KK) yang tersebar di RW 13, dari 179 KK ini ada 121 orang yang bersedia untuk dijadikan responden. 7. Setelah mengetahui profil populasi dan mendapatkan jumlah responden yang bersedia untuk menjadi responden, dilakukan simple random sampling untuk mendapatkan responden yang dijadikan subjek penelitian yaitu sebanyak 40 orang responden. Setiap responden diberikan dua macam kuesioner. Pertama, responden diberikan kuesioner yang berhubungan dengan motivasi dalam memilih dan menonton acara televisi, dan kepuasan yang dirasakan responden setelah menonton acara televisi. Kuesioner ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1) data responden, 2) informasi acara televisi, 3) pola pengambilan keputusan, 4) motivasi menonton televisi, dan 5) kepuasan menonton televisi. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Kedua, menggunakan lembar isian harian tentang jenis acara yang akan ditonton oleh responden selama seminggu. Lembar ini langsung diberikan kepada responden untuk satu minggu, kemudian pengambilan lembaran ini dilakukan dalam tiga tahap pengambilan, yaitu pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Pada lembar isian ini, responden diminta untuk mengisi nama acara yang ditonton, jumlah jam menonton acara tersebut, stasiun televisi yang menanyangkan program tersebut, berdasarkan keputusan siapakah responden menonton acara tersebut, dan darimana responden mencari informasi mengenai acara televisi sebelum menonton televisi. Lembar isian harian dapat dilihat pada Lampiran 3. 8. Wawancara kelompok, wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan kepuasan seseorang untuk menonton televisi lokal serta tingkat penerimaan terhadap siaran televisi lokal. Wawancara ini dilakukan secara sengaja berdasarkan penggolongan asal etnis, yaitu etnis lokal dan etnis pendatang. Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak stasiun televisi untuk mengkaji lebih

22

dalam tentang program siaran televisi lokal. Panduan pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.3 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari responden yang dilakukan melalui pengisian kuisioner dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data variabel karakteristik individu (intrinsik dan ekstrinsik), motivasi menonton televisi, pola menonton televisi, dan kepuasan menonton televisi. Data variabel faktor intrinsik individu diolah berdasarkan faktor-faktor yang diteliti, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan asal etnis. Faktor ekstrisik meliputi informasi acara dan pola pengambilan keputusan menonton. Data motivasi, pola menonton televisi, dan kepuasan menonton diperoleh dari analisa kuesioner tentang kegiatan menonton yang dilakukan oleh responden. Data sekunder yang akan diambil adalah data mengenai profil televisi lokal, tayangan program acara televisi lokal, data tentang jumlah penonton acara televisi lokal, potensi daerah, dan literatur yang menunjang penelitian.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hubungan antara variabel-variabel dilihat dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang, dan Uji Korelasi Spearman dan Uji Chi Square. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dengan motivasi menonton televisi lokal. Selain itu juga digunakan untuk melihat hubungan antara motivasi menonton dengan pola menonton televisi dan hubungan motivasi menonton dengan kepuasan menonton televisi lokal. Uji Chi Square digunakan untuk melihat hubungan antara faktor jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan asal etnis dengan motivasi menonton televisi lokal. Dimana dilakukan uji satu sisi dengan taraf nyata 0,10 (10%). Uji Korelasi Spearman dan Uji Chi Square tersebut dikerjakan dengan program SPSS 14.0 for Windows.

23

Motivasi dan kepuasan diukur dengan menggunakan skala dimana diberikan skor satu sampai empat untuk setiap motif dan pemenuhan. Setiap motivasi diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang dicari atau diharapkan dari acara-acara televisi. Setiap pernyataan motivasi tersebut diukur melalui skala mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing motivasi. Kemudian dari hasil skor yang diperoleh, dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. Kepuasan diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang benar-benar mereka peroleh dari acara-acara televisi tersebut. Setiap kepuasan tersebut diberi skala mulai dari sangat tidak puas (1), tidak puas (2), puas (3), dan sangat puas (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing kepuasan. Kemudian dari hasil skor kepuasan yang diperoleh, dikelompokkan menjadi terpuaskan dan tidak terpuaskan.

24

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Simpang Baru Kelurahan Simpang Baru termasuk dalam wilayah Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Propinsi Riau. Wilayah Kelurahan Simpang Baru berbatasan dengan kelurahan-kelurahan lain yang ada disekitarnya, yaitu: Sebelah Utara

: Kelurahan Simpang Tiga

Sebelah Selatan

: Kelurahan Tuah Karya

Sebelah Barat

: Kelurahan Sidomulyo

Sebelah Timur

: Kelurahan Delima

Luas wilayah Kelurahan Simpang Baru secara keseluruhan adalah 23.788 ha. Sebagian besar wilayah digunakan untuk pemukiman dan industri. Kondisi geografis Kelurahan Simpang Baru merupakan daerah dataran rendah dan keadaan suhu maksimum 32,6 sampai 36,5 derajat Celcius.

4.2 Karakteristik Penduduk Kelurahan Simpang Baru Berdasarkan data potensi Kelurahan Simpang Baru tahun 2009, jumlah penduduk seluruhnya adalah 18.165 jiwa dengan 4.265 kepala keluarga (KK). Berdasarkan pembagian jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki adalah sebesar 9.255 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 8.910 jiwa. Penduduk ini tersebar di 14 RW dan 59 RT. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Kelurahan Simpang Baru beragam, penduduk yang belum sekolah sebanyak 1.715 jiwa, tidak tamat SD 950 jiwa, tamat SD 6.238 jiwa, tamat SLTP 4.245 jiwa, tamat SLTA 2.382 jiwa, tamat Diploma I dan II 985 jiwa, sarjana sebanyak 825 jiwa untuk S1, 330 jiwa untuk S2, dan 45 jiwa untuk S3.

25

4.3 Gambaran Umum RW 13 Kelurahan Simpang Baru RW 13 merupakan salah satu dari 14 RW yang terdapat di Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. RW ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa wilayah ini strategis, terletak di sekitar jalan utama, dekat dengan sarana pembelanjaan, serta sarana sekolah, sehingga dinilai memiliki akses yang besar terhadap informasi dan media massa. Terdapat 179 kepala keluarga yang terdaftar sebagai penduduk di RW 13 ini. Penduduk mempunyai jenis pekerjaan yang beragam, mulai dari Pegawai Negeri Sipil, pegawai swasta, pedagang, dan lainnya. Sebagian besar penduduk merupakan masyarakat asli (melayu), sisanya merupakan masyarakat pendatang seperti dari Jawa , Minang, dan Batak. Melalui full enumeration survey yang dilakukan pada awal penelitian, dari 179 kepala keluarga yang dijadikan populasi penelitian, terdapat 121 orang yang bersedia dijadikan responden dalam penelitian ini. Dari 121 orang diambil 40 responden yang diambil secara acak, rata-rata dari 40 orang responden memiliki televisi lebih dari satu buah dan seluruhnya dapat menangkap siaran Riau Televisi (RTV). Selain itu mereka pada umumnya mempunyai radio dan berlangganan majalah atau surat kabar.

26

4.4 Profil Responden Profil responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Jumlah Responden Menurut Faktor Intrinsik di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Berdasarkan Faktor Intrinsik Tahun 2009 Faktor Intrinsik

Jumlah (n=40 dalam orang)

Usia (a) Kurang dari 25 tahun

12

(b) Antara 25 tahun sampai 45 tahun

20

(c) 45 tahun keatas

8

Jenis kelamin (a) Laki-laki

16

(b) Perempuan

24

Jenis pekerjaan (a) Bekerja

13

(b) Ibu rumah tangga, pensiunan, belum dan

15

tidak bekerja (c) Pelajar/mahasiswa

12

Tingkat pendapatan (a) Kurang dari 1 juta

19

(b) Antara 1 juta sampai 2,5 juta

13

(c) Lebih dari 2,5 juta

8

Tingkat pendidikan (a) Sekolah Dasar (SD)

8

(b) SLTP dan SLTA (SL)

14

(c) Perguruan Tinggi (PT)

18

Asal etnis (a) Melayu

20

(b) Minang

5

(c) Jawa

9

(d) Batak

6

27

4.5 Profil Riau Televisi 4.5.1 Latar Belakang Lahirnya Riau Televisi Kota Pekanbaru sebagai ibukota Propinsi Riau, merupakan wilayah dengan posisi strategis, berada di kawasan Pulau Sumatera. Kota Pekanbaru merupakan wilayah terbuka lintas timur dan barat Sumatera. Tidak heran jika perkembangan kota ini dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Ini dapat dilihat dari angka perkembangan penduduk, sosial ekonomi, dan budaya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Riau tahun 2002, jumlah penduduk di Kota Pekanbaru mencapai 585.440 jiwa. Namun demikian berdasarkan data BPS Riau yang diambil dari pendapatan penduduk Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun 2004, jumlah penduduk mencapai angka 700.000 jiwa. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi terjadi sangat pesat. Di Kota Pekanbaru tumbuh dan berkembang sejumlah perusahaan raksasa, misalnya perusahaan minyak bumi PT Caltex Pasific Indonesia (Pekanbaru, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir), perusahaan pulp dan kertas, seperti PT Indah Kiat Pulp & Paper (Perawang, Kabupaten siak) dan PT Riau Andalan Pulp & Paper (Kabupaten Pelalawan), perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara V (kantor pusat Pekanbaru, Perkebunan di Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokanhulu), serta pabrik mie instan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Pekanbaru), dan lain-lain. Perkembangan pesat inilah yang menjadi dasar Pemerintah Kota Pekanbaru menetapkan Visi Kota Pekanbaru 2020: Pekanbaru sebagai pusat pemerintahan Propinsi Riau, Pekanbaru sebagai pusat perdagangan dan jasa, serta Pekanbaru menjadi pusat pengembangan budaya Melayu. Industri televisi diyakini sebagai media yang mampu menampilkan informasi, berita, dan hiburan serta audio visual, industri televisi juga menjadi agent of change yang berperan penting di era informatika serta globalisasi saat ini. Guna mendukung program Pemerintah Kota Pekanbaru dengan masyarakatnya yang sangat heterogen dengan tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 4,2 persen setahun (melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional),

28

dipandang perlu dan penting adanya keberadaan media massa khususnya televisi swasta yang berbasis stasiun televisi lokal. Selain itu, tanpa adanya stasiun televisi dengan basis stasiun lokal yang mengusung semangat melestarikan budaya Melayu di Pekanbaru, maka tidak dapat dihindari cepat atau lambat, sebuah kepastian bahwa masyarakat Pekanbaru akan semakin mengalami keterasingan terhadap budaya mereka sendiri. Kehadiran televisi lokal dengan muatan lokal, akan menguatkan ketahanan budaya melayu masyarakat. Oleh karena itu, PT Riau Media Televisi (RIAU TV) hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Pekanbaru dan sekitarnya untuk menampilkan program-program yang mempunyai khas Melayu sesuai dengan budaya masyarakat Pekanbaru, dimana masyarakat Pekanbaru dapat menonton “dirinya” sendiri. Jangkauan siaran RIAU TV tidak hanya Kota Pekanbaru, tetapi manjangkau beberapa kabupaten dan kota lain, seperti Kota Dumai yang bependuduk 173.188 jiwa, Kabupaten Kampar yang berpenduduk 447.157 jiwa, Kabupaten Siak yang berpenduduk 238.786 jiwa, Kabupaten Rokanhulu yang berpenduduk 265.686 jiwa, Kabupaten Kuantan Singingi yang berpenduduk 216.730 jiwa, Kabupaten Pelalawan yang berpenduduk 152.949 jiwa.

4.5.2 Visi dan Misi PT Riau Media Televisi hadir dengan Visi menjadikan Propinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan pengembangan kebudayaan Melayu dalam masyarakat yang agamis di Asia Tenggara 2020. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Riau Media Televisi menyiapkan langkah-langkah strategis berupa Misi yaitu: 1. Membuat dan menayangkan program-program siaran sebagai barometer tercepat dan terakurat melalui program-program berita yang ditayangkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. 2. Membuat dan menayangkan program-program siaran yang mampu meningkatkan ketahanan budaya melayu dalam menghadapi era globalisasi.

29

3. Membuat dan menayangkan program-program siaran pemersatu budayabudaya daerah di Riau dalam rangka memperkuat budaya nasional dalam NKRI. 4. Menjadi sarana untuk mendokumentasikan budaya-budaya Melayu yang sudah langka. 5. Membuat dan menayangkan program-program siaran yang mampu memperkuat pelaksanaan otonomi daerah dan masyarakat madani di Riau. 6. Mengembangkan dan menayangkan beragam program siaran sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, dan mempunyai kontrol sosial di masyarakat. Latar belakang PT Riau Media Televisi telah menggambarkan mengenai alasan didirikannya lembaga penyiaran berbasiskan stasiun lokal di Pekanbaru dihubungkan dengan kondisi dan segmentasi masyarakat setempat yang berbudaya Melayu. Maka jelas terlihat bahwa PT Riau Media Televisi (RIAU TV) memiliki ciri khas masyarakat Pekanbaru yang mempunyai budaya Melayu yang kuat. Berdasarkan uraian latar belakang, PT Riau Media Televisi juga mempunyai visi ke depan yaitu pada tahun 2020 menjadi pusat kebudayaan Melayu. Visi Riau TV dapat mewujudkan fungsi lembaga penyiaran sebagai media informasi, media pendidikan, media hiburan, dan perekat sosial yang dapat dilihat dari adanya keberagaman program siaran yang disesuaikan dengan segmentasi masyarakat di daerah Riau, khususnya Kota Pekanbaru. Misi PT Riau Media Televisi pun telah menjawab bagaimana mewujudkan visinya sebagai lembaga penyiaran swasta berbasiskan stasiun televisi lokal dengan adanya langkah-langkah strategis tersebut di atas. Sejak tanggal 20 Mei 2001, PT Riau Media Televisi (RIAU TV) sudah melayani masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya dengan program-program acaranya yang memang berpihak pada budaya dan kerifan lokal masyarakat Pekanbaru yaitu budaya Melayu.

30

4.5.3 Program Acara Riau Televisi RTV berdiri pada tanggal 20 Mei 2001 dan sekarang sudah masuk 8 tahun (sewindu) RTV berdiri. RTV merupakan anak perusahaan dari Riau Pos grup. Dalam perkembangannya, dapat dilihat bahwa RTV dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan memperoleh dukungan penuh dari pemerintah Provinsi maupun pemerintah kota Pekanbaru. Penyelenggaraan RTV masih dibantu oleh dana APBD Kota Pekanbaru, tetapi perolehan dana terbesar diperoleh dari iklan. Sudah banyak program yang ditayangkan oleh RTV selama berdiri. Program tersebut dominan program informasi. Detak Riau, Mozaik Musik, dan Bursa Nada dan Niaga merupakan program unggulan RTV. Detak Riau menjadi program informasi unggulan karena program ini berisikan berita-berita tentang daerah di Riau. Ada beberapa program yang disiarkan RTV yang mencirikan budaya melayu seperti Salam Dendang Melayu, dan Kampong Melayu. Dahulu RTV juga menyiarkan program acara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pendatang, tetapi tidak bertahan beberapa lama karena mendapat protes dari pemerintah dan tokoh budaya. Selain memproduksi siaran sendiri, RTV juga bekerja sama dengan event organizer luar untuk menyediakan program acara. Selain acara on air, RTV juga meliput kegiatan off air. Proporsi siaran on air dan off air adalah sebanyak 60:40. Sedangkan komposisi acara adalah 70persen lokal dan 30persen umum. Jenis acara yang disiarkan berupa acara news (25 persen), religi (15 persen), talkshow (30 persen), sport (7 persen), hiburan (15 persen), dan anak (8 persen). Jangkauan siaran RTV sudah mencapai beberapa kabupaten/kota di Propinsi Riau yaitu Pekanbaru, Dumai, Pelalawan, Kuantan Singingi, Kampar, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir, meskipun kualitas siaran di daerah selain Pekanbaru masih terbatas. Menurut Manager program RTV program yang selama ini disiarkan melihat kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan mengenai informasi daerah Riau. Selain itu, sebuah program ditayangkan juga dari permintaan sponsor ataupun kerjasama dengan pemerintah daerah. Kekuatan RTV saat ini adalah konten lokal yang masih terus terjaga, dan yang menjadi kelemahannya adalah minimnya sumberdaya manusia dan dana.

31

Berdasarkan jenis program, pilihan acara di RTV dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: No 1

Jenis Program Pendidikan

2

Informasi

3

Hiburan

Nama Program 1. Dialog Iqra’ Annisa 2. Mutiara Islam 3. Sanggar Kreasi TK Annamiroh 4. Dialog Islam Bersama IKADI 1. Gerai 2. Venues 3. Rentak Kota 4. Buka Mata 5. Detak Riau 6. Berita Pilihan 7 7. Kampong Melayu 8. Jendela Metropolis 9. Profil Ustad Haryono 10. Dialog BKMT 11. Dokter Anda 12. Resep Dapur Kita 13. Berita Terkini 14. Berita MK (Relay JTV) 15. Dialog Alternatif ATFG 8 16. Dialog Ali Sadikin 17. Dialog Asnawi M. Alam 18. IBM Service 19. Talkshow Obrolan Politik 20. Jurnal MK 21. Debat Menuju Gedung Rakyat 22. Dunia Kita 23. Info Malam 24. Dialog MK 25. Kriminal Sepekan 26. Kedai UMKM 27. Griya Kita 1. Senam 2. Kartun Islami DIVA 3. Jelajah Wisata 4. Selingan Musik 5. Senam Persada Primarada 6. Bursa Nada Dan Niaga 7. VH 1 Pop Indonesia 8. Mozaik Musik 9. Musik Islami 10. Musik Pop Indonesia+Chat RTV 11. Indo Top 12 12. Salam Dendang Melayu 13. Karaoke Ocu 14. Dendang Oncu Kampar 15. Ladang Hati 16. NBA Games 17. NBA Hi Light

32

BAB V MOTIVASI MENONTON TELEVISI LOKAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

5.1

Motivasi Menonton Mempengaruhinya

Televisi

Lokal

dan

Faktor-Faktor

Yang

McQuail (1991) mengemukakan ada empat jenis motivasi dalam diri individu yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan

interaksi

sosial,

dan

motivasi

hiburan.

Masing-masing

motivasi

dikembangkan ke dalam beberapa bagian, sehingga diperoleh 21 submotivasi. Setiap motivasi diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang dicari atau diharapkan dari acara-acara televisi. Setiap pernyataan motivasi tersebut diukur melalui skala mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing motivasi. Kemudian dari hasil skor yang diperoleh, dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. Motivasi dengan skor tinggi menunjukkan bahwa motivasi tersebut lebih dominan dirasakan responden dalam menonton televisi lokal. Pada tabel berikut disajikan jumlah responden berdasarkan tinggi dan rendahnya motivasi responden. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi pada setiap motivasi. Dari keempat jenis motivasi tersebut, motivasi yang paling tinggi dirasakan responden adalah motivasi hiburan.

Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Jenis dan Kategori Motivasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Kategori Motivasi Jenis Motivasi

Total

Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

Motivasi Informasi

7

33

40

Motivasi Identitas Pribadi

8

32

40

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

9

31

40

Motivasi Hiburan

5

35

40

33

5.1.1 Pengaruh Faktor Intrinsik terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal Faktor intrinsik yang berhubungan dengan motivasi responden dalam menonton televisi lokal dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan asal etnis.

5.1.1.1 Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal 1. Pengaruh Faktor Usia terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor usia terhadap motivasi informasi responden dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun memiliki motivasi informasi paling tinggi, yakni 17 responden. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0.311 artinya antara usia dengan motivasi informasi responden memiliki hubungan yang positif (nyata), semakin tinggi umur seseorang, maka semakin tinggi motivasi informasi yang dimilikinya. Tetapi hubungannya lemah atau rendah.

Tabel 3. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Informasi Usia

Total Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

45 Tahun

0

8

8 (20,00)

7

33

40 (100,00)

Total

2. Pengaruh Faktor Jenis Menonton Televisi Lokal

Kelamin

Terhadap

(dalam persen)

Motivasi

Informasi

Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan lebih banyak menonton acara informasi dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan Uji Chi Square, 34

didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,026 < 2,705) artinya ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi informasi responden. Responden laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki motivasi informasi yang tinggi berupa mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang beraitan dengan lingkungan terdekat, mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

Tabel 4. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Informasi Jenis Kelamin

Rendah (skor 4-9)

Tinggi

Total

(skor 10-

(dalam persen)

16)

Laki-laki

2

14

16 (40,00)

Perempuan

5

19

24 (60,00)

7

33

40 (100,00)

Total

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi informasi responden dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang bekerja memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada kedua golongan lainnya. Responden yang bekerja lebih banyak membutuhkan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Berbeda dengan responden yang masih menempuh pendidikan lebih banyak menonton acara hiburan. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (3,343 < 4,605) artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi informasi responden. Setiap golongan pekerjaan mempunyai motivasi informasi yang tinggi, yang membedakannya adalah jumlah acara informasi yang ditonton. Responden

35

yang bekerja lebih banyak menonton acara informasi dibandingkan kedua golongan responden lainya.

Tabel 5. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Informasi Jenis Pekerjaan

Total Rendah (skor 4-9)

Tinggi

(dalam persen)

(skor 10-16)

Bekerja

2

14

16 (40,00)

IRT,pensiunan,belum/

1

11

12 (30,00)

Mahasiswa/pelajar

4

8

12 (30,00)

Total

7

33

40 (100,00)

tidak bekerja

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendapatan dengan motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ekonomi tinggi (lebih dari 2,5 juta) memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden golongan ekonomi menengah dan golongan ekonomi bawah. Semua responden pada golongan ekonomi tersebut memiliki motivasi informasi yang tinggi. Berbeda dengan responden pada golongan ekonomi menengah dan golongan ekonomi bawah. Pada umumnya responden pada golongan ekonomi rendah masih banyak menonton acara hiburan dibandingkan acara informasi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0,355 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi informasi responden hubungan yang positif (nyata), tetapi hubungannya lemah atau rendah, artinya semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula kebutuhan informasi.

36

Tabel 6. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Informasi Tingkat Pendapatan

Rendah (skor 4-9)

Tinggi

Total

(skor 10-

(dalam persen)

16)

< 1 juta

6

8

14 (35,00)

1-2,5 juta

1

12

13 (32,50)

> 2,5 juta

0

13

13 (32,50)

Total

7

33

40 (100,00)

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 7. Responden pada golongan tingkat pendidikan tinggi (perguruan tinggi) memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada tingkat pendidikan sekolah lanjutan dan tingkat pendidikan sekolah dasar. Kebutuhan informasi yang dirasakan pada setiap tingkat pendidikan berbedabeda, responden dengan golongan tingkat pendidikan sekolah dasar lebih banyak menonton acara hiburan dibandingkan dengan responden pada tingkat pendidikan perguruan tinggi yang lebih banyak menonton acara informasi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0,055 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi informasi responden memiliki hubungan yang positif (nyata) dan hubungannya kuat atau tinggi, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi motivasi informasi yang dirasakan.

37

Tabel 7. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Informasi Tingkat Pendidikan

Rendah (skor 4-9)

SD

Tinggi

Total

(skor 10-

(dalam persen)

16)

2

6

8 (20,00)

SL

2

12

14 (35,00)

PT

3

15

18 (45,00)

Total

7

33

40 (100,00)

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tabel dapat dilihat responden yang berasal dari masyarakat asli (Melayu) memiliki motivasi informasi yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat pendatang (Jawa, Minang, dan Batak). Masyarakat asli lebih banyak membutuhkan informasi mengenai daerah sendiri (informasi lokal), sehingga masyarakat asli lebih banyak menonton acara-acara informasi yang berisi tentang informasi-informasi tentang daerahnya, baik itu berupa informasi ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Berdasarkan Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,982 < 6,521), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi informasi responden. Setiap golongan etnis sama-sama memiliki motivasi informasi yang tinggi, tetapi dilihat dari banyaknya jumlah acara informasi yang ditonton, responden etnis asli (melayu) lebih banyak mononton acara informasi dibandingkan responden etnis pendatang (Jawa, Minang, dan Batak). Selain itu, hal ini berkaitan dengan isi program informasi yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi, sampai saat ini Riau Televisi hanya menayangkan informasi-informasi yang berkaitan dengan daerah Riau, belum ada acara informasi yang berkaitan

38

dengan informasi-informasi tentang daerah di sekitar Riau. Acara informasi tentang Riau yang paling banyak ditonton oleh responden etnis pendatang antara lain acara Detak Riau dan Kriminal Sepekan.

Tabel 8. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Informasi Total

Asal Etnis

Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

Melayu

2

18

20 (50,00)

Minang

1

4

5 (12,50)

Jawa

2

7

9 (22,50)

Batak

2

4

6 (15,00)

7

33

40 (100,00)

Total

(dalam persen)

5.1.1.2 Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal 1. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor usia terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 9. Pada tabel dapat dilihat responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kelompok usia tersebut

sudah

mengidentifikasi

dapat diri

menemukan dengan

penunjang

nilai-nilai

lain

nilai-nilai (dalam

pribadi,

media),

dan

meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dibandingkan dengan responden pada kelompok usia lainnya. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0,343 artinya antara usia dengan motivasi identitas pribadi responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi usia maka semakin rendah motivasi identitas pribadi yang dimilikinya. Setiap golongan usia sama-sama memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Tetapi perbedaannya dapat dilihat dari jumlah acara identitas pribadi yang ditonton

39

oleh responden tersebut. Responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun dan responden kelompok usia lebih dari 45 tahun rata-rata lebih banyak menonton acara yang dapat menambah motivasi identitas pribadi mereka dibandingkan dengan responden pada kelompok usia kurang dari 25 tahun.

Tabel 9. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Identitas Pribadi Usia

Total

Rendah

Tinggi

(dalam

(skor 5-12)

(skor 13-20)

persen)

45 tahun

3

12

15 (37,50)

Total

8

32

40 (100,00)

2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 10. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan memiliki motivasi identitas pribadi lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih besar dari x2 tabel (3,151 > 2,705), artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi identitas pribadi responden. Responden laki-laki dan perempuan memiliki motivasi identitas pribadi tinggi yang hampir sama. Tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara jumlah responden pada motivasi identitas pribadi yang tinggi. Tetapi responden perempuan pada umumnya lebih banyak memerlukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi

diri

dengan

nilai-nilai

lain

(dalam

media),

dan

meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dibanding responden lakilaki.

40

Tabel 10. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Identitas Pribadi Jenis Kelamin

Total

Rendah

Tinggi

(dalam

(skor 5-12)

(skor 13-20)

persen)

Laki-laki

1

15

16 (40,00)

Perempuan

7

17

24 (60,00)

Total

8

32

40 (100,00)

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 11. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang bekerja memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada golongan jenis pekerjaan lainnya. Hal ini disebabkan karena responden yang bekerja dinilai lebih banyak memerlukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi meningkatkan

diri

dengan

pemahaman

nilai-nilai

tentang

diri

lain

(dalam

sendiri

media),

untuk

dan

keperluan

sosialisasinya di lingkungan pekerjaan dibandingkan dengan responden pada golongan jenis pekerjaan lainnya. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih besar dari x2 tabel (4,744 > 4,605), artinya tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi identitas pribadi responden. Pada tabel dapat dilihat perbedaan jumlah responden yang memiliki motivasi identitas pribadi pada setiap golongan tidak terlalu tinggi. Perbedaan yang signifikan terlihat pada responden yang masih menempuh pendidikan, semua responden memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Hal ini disebabkan antara lain karena responden pada golongan tersebut memiliki motivasi untuk membandingkan gaya hidup, perilaku yang ada di televisi sebagai panduan mereka dalam bersosialisasi di lingkungan.

41

Tabel 11. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Identitas Pribadi Jenis Pekerjaan

Bekerja IRT, pensiunan,belum/ tidak bekerja Mahasiswa/pelajar Total

Total Rendah

Tinggi

(skor 5-12)

(skor 13-20)

3

12

15 (37,50)

5

10

15 (37,50)

0

10

10 (25,00)

8

32

40 (100,00)

(dalam persen)

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendapatan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 12. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ekonomi tinggi ( lebih dari 2,5 juta) memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada golongan tingkat pendapatan lainnya. Responden golongan tingkat ekonomi tinggi tersebut banyak menggunakan televisi untuk menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain, dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri lebih banyak menggunakan media televisi dibandingkan responden pada golongan ekonomi lainnya. Responden pada golongan ekonomi bawah dan menengah lebih banyak mendapatkan motivasi identitas pribadi dari keluarga dan lingkungan sekitar dibandingkan melalui televisi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.100 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi identitas pribadi responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi pendapatan maka semakin rendah motivasi identitas pribadi yang dimilikinya.

42

Tabel 12. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Identitas Pribadi Tingkat Pendapatan

Total Rendah

Tinggi

(skor 5-12)

(skor 13-20)

2,5 juta

2

16

18 (45,00)

8

32

40 (100,00)

Total

(dalam persen)

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 13. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki motivasi identitas pribadi lebih tinggi dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan. Hal ini berhubungan dengan jenis acara yang ditonton oleh responden. Acara-acara yang dapat meningkatkan motivasi identitas pribadi banyak terdapat pada program acara pendidikan yang banyak diminati oleh responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0.018 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi identitas pribadi responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi motivasi identitas pribadi yang dimilikinya. Setiap golongan tingkat pendidikan memiliki motivasi identitas pribadi yang sama-sama tinggi. Tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara perbedaan jumlah responden yang memiliki motivasi identitas pribadi tinggi.

43

Tabel 13. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Identitas Pribadi Tingkat Pendidikan

Total Rendah

Tinggi

(skor 5-12)

(skor 13-20)

SD

1

7

8 (20,00)

SL

4

10

14 (35,00)

PT

3

15

18 (45,00)

Total

8

32

40 (100,00)

(dalam persen)

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 14. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden etnis Melayu memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden etnis lainnya. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,736 < 6,251), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi identitas pribadi responden. Meskipun responden setiap etnis memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi, tetapi motivasi identitas pribadi yang paling tinggi dan sangat signifikan yaitu pada golongan etnis Melayu. Hal ini disebabkan karena Riau Televisi lebih banyak menyiarkan acara yang memiliki nilai-nilai budaya lokal (Melayu) sehingga hal ini menarik minat masyarakat lokal (etnis Melayu) untuk mengembangkan nilai-nilai budaya Melayu yang ada.

44

Tabel 14. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Identitas Pribadi Asal Etnis

Total Rendah

Tinggi

(skor 5-12)

(skor 13-20)

(dalam persen)

Melayu

4

16

20 (50,00)

Minang

2

3

5 (12,50)

Jawa

1

8

9 (22,50)

Batak

1

5

6 (15,00)

Total

8

32

40 (100,00)

5.1.1.3 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal 1. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor usia terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dapat dilihat pada Tabel 15. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua kelompok usia lainnya. Tetapi perbedaan jumlah responden itu tidak terlalu signifikan antara responden pada kelompok usia kurang dari 25 tahun dengan responden pada kelompok usia 25 sampai 45 tahun. Hal ini disebabkan karena kedua kelompok usia tersebut dinilai memiliki motivasi yang tinggi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial, menemukan bahan percakapan dalam kehidupan sehari-hari dan peran lainnya melalui televisi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.091 artinya antara usia dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi usia responden maka semakin rendah motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki.

45

Tabel 15. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Total

Usia

(dalam persen)

Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

< 25 tahun

1

11

12 (30,00)

25-45 tahun

7

13

20 (50,00)

>45 tahun

1

7

8 (20,00)

9

31

40 (100,00)

Total

2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menoton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 16. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Hal ini disebabkan karena responden perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, empati sosial, dan peran lainnya dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,215 < 2,705), artinya ada hubungan antara jenis kelamin dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Responden laki-laki dan perempuan memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang sama-sama tinggi.

46

Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Total

Jenis Kelamin Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

(dalam persen)

Laki-laki

3

13

16 (40,00)

Perempuan

6

18

24 (60,00)

Total

9

31

40 (100,00)

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 17. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang masih menempuh pendidikan memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi daripada kedua golongan responden dengan jenis pekerjaan lainnya. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,393 < 4,605), artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Setiap responden dari golongan jenis pekerjaan sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh jenis pekerjaan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial tidak terlalu besar. Setiap responden pada jenis pekerjaan tertentu sama-sama membutuhkan interaksi dengan lingkungan sosial, membutuhkan empati sosial, membutuhkan bahan percakapan dengan orang lain, dan peran sosial lainnya.

47

Tabel 17. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Total

Jenis Pekerjaan Rendah (skor 4-9) Bekerja IRT,pensiunan,belum/ tidak bekerja Pelajar/mahasiswa Total

Tinggi

(dalam persen)

(skor 1016)

3

10

13 (32,50)

5

10

15 (37,50)

1

11

12 (30,00)

9

31

40 (100,00)

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendapatan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 18. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden golongan ekonomi menengah memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua responden pada kedua golongan ekonomi lainnya. Hal ini disebabkan karena golongan ekonomi menengah lebih banyak berinteraksi dan bersosialisasi membentuk peran sosial mereka dibandingkan dengan responden pda golongan ekonomi tinggi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.335 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin rendah antara tingkat pendapatan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki. Setiap golongan pendapatan sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pendapatan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial tidak terlalu besar. Setiap responden

48

pada tingkat pendapatan tertentu sama-sama membutuhkan interaksi dengan lingkungan sosial, membutuhkan empati sosial, membutuhkan bahan percakapan dengan orang lain, dan peran sosial lainnya.

Tabel 18. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tingkat Pendapatan Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

Total (dalam persen)

< 1 juta

2

10

12 (30,00)

1 - 2,5 juta

3

17

20 (50,00)

>2,5 juta

4

4

8 (20,00)

9

31

40 (100,00)

Total

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 19. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua responden pada golongan tingkat pendidikan lainnya. Hal ini disebabkan karena responden pada tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan lebih banyak membutuhkan bahan percakapan dalam kehidupan sosial sehingga motivasi mereka untuk menonton program acara yang dapat menambah motivasi integrasi dan interaksi sosial seperti pada program informasi terlihat lebih tinggi. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.045 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata), semakin tinggi

49

tingkat pendidikan maka semakin rendah motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki. Setiap golongan responden sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Tidak terlihat perbedaan yang signifikan pada jumlah responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi, hal ini hanya dapat dilihat dari jumlah acara yang berkaitan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang mereka tonton. Responden pada golongan tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih banyak menonton acara yang berkaitan dengan pemenuhan motivasi integrasi dan interaksi sosial mereka dibandingkan dengan responden pada golongan tingkat pendidikan sekolah dasar dan sekolah lanjutan.

Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi Dan Interaksi Total

Sosial Tingkat Pendidikan

(dalam Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

SD

1

7

8 (20,00)

SL

4

10

14 (35,00)

PT

4

14

18 (45,00)

Total

9

31

40 (100,00)

persen)

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 20. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden golongan etnis Melayu memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada golongan etnis lainnya. Hal ini disebabkan karena program acara yang ditayangkan oleh Riau Televisi lebih banyak tentang

50

pengetahuan dan keadaan lokal, sehingga lebih menarik minat responden pada golongan etnis Melayu dibandingkan golongan etnis lainnya. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,450 < 6,251), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Setiap golongan etnis sama-sama memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Tetapi terlihat perbedaan yang signifikan antara jumlah responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial pada setiap golongan etnis. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya jumlah acara yang ditonton oleh responden yang berpengaruh terhadap pemenuhan motivasi integrasi dan interaksi sosial mereka.

Tabel 20. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi Dan Interaksi Sosial

Asal Etnis

Total (dalam

Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

Melayu

6

14

20 (50,00)

Minang

1

4

5 (12,50)

Jawa

1

8

9 (22,50)

Batak

1

5

6 (15,00)

9

31

40 (100,00)

Total

persen)

5.1.1.4 Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal 1. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor usia terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 21. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada kelompok umur kurang dari 25 tahun memiliki motivasi hiburan yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kedua kelompok umur lainnya. Responden pada kelompok umur kurang dari

51

25 tahun tersebut menonton acara hiburan paling banyak dibandingan dengan yang lainnya. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.571 artinya antara usia dengan motivasi hiburan responden hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi umur seseorang, semakin rendah motivasi hiburan yang dimilikinya dan semakin rendah umur seseorang semakin tinggi motivasi hiburan yang dimilikinya.

Tabel 21. Jumlah Responden Menurut Usia dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan Total Usia

Rendah (skor 6-14)

Tinggi (skor 15-

(dalam persen)

24)

< 25 tahun

0

20

20 (50,00)

25-45 tahun

0

12

12 (30,00)

>45 tahun

5

3

8 (20,00)

5

35

40 (100,00)

Total

2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap motivasi hiburan menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 22. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden perempuan memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden laki-laki. Hal ini disebabkan karena perbedaan kebutuhan, responden perempuan menonton acara hiburan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,952 < 2,705), artinya antara ada hubungan jenis kelamin dengan motivasi hiburan responden. Hal ini disebabkan karena responden laki-laki dan perempuan memiliki motivasi hiburan yang sama-

52

sama tinggi, hanya lima responden yang memiliki motivasi hiburan yang rendah.

Tabel 22. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan Total

Jenis Kelamin Rendah (skor 6-14)

Tinggi (skor 15-

(dalam persen)

24)

Laki-laki

1

15

16 (40,00)

Perempuan

4

20

24 (60,00)

5

35

40 (100,00)

Total

3. Pengaruh Faktor Jenis Pekerjaan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 23. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ibu rumah tangga, pensiunan, belum atau tidak bekerja, dan pelajar atau mahasiswa memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bekerja. Hal ini disebabkan karena responden pada kedua golongan tersebut memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan responden yang bekerja dan pilihan acara yang mereka tonton kebanyakan adalah acara hiburan yang dapat mengisi waktu luang tersebut, seperti acara musik dan olahraga. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (3,053 < 4,605), artinya ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan motivasi hiburan responden. Setiap golongan memiliki motivasi informasi yang tinggi, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada golongan pelajar atau mahasiswa, dibandingkan dengan kedua golongan lainnya, responden golongan ini semuanya memiliki motivasi hiburan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka masih memerlukan

53

hiburan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari dan pilihan media massa utama bagi mereka adalah televisi.

Tabel 23.

Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan

Jenis Pekerjaan

Rendah (skor 6-14)

Bekerja IRT,pensiunan,belum/ tidak bekerja Pelajar/mahasiswa Total

Tinggi (skor 15-

Total (dalam persen)

24)

3

10

13 (32,50)

2

13

15 (37,50)

0

12

12 (30,00)

5

35

40 (100,00)

4. Pengaruh Faktor Tingkat Pendapatan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendapatan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 24. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan ekonomi bawah (kurang dari 1 juta) memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kedua golongan ekonomi lainnya. Responden golongan ekonomi bawah menonton acara hiburan paling banyak dibandingkan kedua golongan responden lainnya. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai -0.446 artinya antara tingkat pendapatan dengan motivasi hiburan responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin rendah motivasi hiburan yang dimiliki. Tetapi perbedaan yang signifikan dapat dilihat pada responden golongan ekonomi bawah (kurang dari 1 juta) yang semuanya memiliki motivasi hiburan yang lebih tinggi.

54

Tabel 24. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan Tingkat Pendapatan

Rendah (skor 6-14)

Tinggi

Total

(skor 15-

(dalam persen)

24)

2,5 juta

3

5

8 (20,00)

Total

5

35

40 (100,00)

5. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 25. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada kedua golongan tingkat pendidikan lainnya. Perbedaan yang cukup signifikan dapat dilihat pada responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar, tidak satupun responden yang memiliki motivasi hiburan rendah. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0.064 artinya antara tingkat pendidikan dengan motivasi hiburan responden memiliki hubungan yang positif (nyata) dan hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti, artinya semakin rendah tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi motivasi hiburan yang dimilikinya, dan semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin rendah motivasi hiburan yang dimilikinya.

55

Tabel 25. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan Total Tingkat Pendidikan

Rendah (skor 6-14)

Tinggi (skor 15-

(dalam persen)

24)

SD

0

17

17 (42,50)

SL

4

10

14 (35,00)

PT

1

8

9 (22,50)

Total

5

35

40 (100,00)

6. Pengaruh Faktor Asal Etnis Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor asal etnis terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 26. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden pada golongan etnis Melayu (asli) memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada golongan etnis lainnya (Jawa, Minang, dan Batak). Hal ini beraitan erat dengan jenis program hiburan yang ditayangkan oleh Riau Televisi. Riau Televisi lebih banyak menayangkan program hiburan yang bersifat lokal (daerah Riau) yang lebih banyak diminati oleh responden golongan etnis melayu dibandingkan dengan golongan etnis lainnya. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,483 < 6,251), artinya ada hubungan antara asal etnis dengan motivasi hiburan responden memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata). Setiap golongan responden memiliki motivasi hiburan yang sama-sama tinggi. Perbedaannya dapat dilihat pada jumlah program hiburan yang ditonton oleh masing-masing etnis.

56

Tabel 26. Jumlah Responden Menurut Asal Etnis dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan Total Asal Etnis

Rendah (skor 6-14)

Tinggi (skor 15-

(dalam persen)

24)

Melayu

2

18

20 (50,00)

Minang

1

4

5 (12,50)

Jawa

1

8

9 (22,50)

Batak

1

5

6 (15,00)

5

35

40 (100,00)

Total

5.1.2 Pengaruh Faktor Ekstrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan motivasi responden dalam montonton televisi lokal dalam penelitian ini adalah informasi acara dan pola pengambilan keputusan.

5.1.2.1 Pengaruh Faktor Informasi Acara 1. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi informasi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 27. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi informasi tinggi lebih banyak memperoleh informasi dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat kabar hanya terbatas pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Tetapi pada tabel dapat dilihat pengaruh informasi acara dari majalah/surat

57

kabar dan keluarga/teman sangat mempengaruhi responden untuk menonton acara informasi. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,726 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi informasi responden dan hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti, artinya semakin banyak jumlah informasi acara yang diperoleh oleh responden, maka semakin tinggi pula motivasi informasi yang dimiliki responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 27. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Informasi Total

Informasi Acara Rendah (skor 4-9)

Tinggi (skor 10-

(dalam persen)

16)

Iklan TV

5

18

23 (57,50)

Majalah/surat kabar

1

9

10 (25,00)

Keluarga/teman

1

6

7 (17,50)

7

33

40 (100,00)

Total

2. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 28. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi lebih banyak memperoleh informasi acara dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat

58

kabar hanya terbatas pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Tetapi pada tabel dapat dilihat bahwa informasi acara dari majalah/surat kabar dan keluarga/teman sangat mempengaruhi responden untuk menonton acara yang dapat menambah motivasi identitas pribadi responden. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,283 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi identitas pribadi responden. Artinya, semakin banyak jumlah informasi acara yang diperoleh oleh responden, maka semakin tinggi pula motivasi identitas pribadi yang dimiliki responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 28. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Informasi Acara

Motivasi Identitas Pribadi

Total

Rendah

Tinggi

(dalam

(skor 5-12)

(skor 13-20)

persen)

Iklan TV

6

17

23 (57,50)

Majalah/surat kabar

2

8

10 (25,00)

Keluarga/teman

0

7

7 (17,50)

8

32

40 (100,00)

Total

3. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 29. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi lebih banyak memperoleh informasi acara dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak

59

yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat kabar hanya terbatas pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,567 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Hal ini disebabkan karena setiap golongan informasi acara, responden memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi.

Tabel 29. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi dan Total

Interaksi Sosial Informasi Acara

(dalam Rendah

Tinggi

(skor 4-9)

(skor 10-16)

Iklan TV

5

18

23 (57,50)

Majalah/surat kabar

1

9

10 (25,00)

Keluarga/teman

3

4

7 (17,50)

9

31

40 (100,00)

Total

persen)

4. Pengaruh Faktor Informasi Acara Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor informasi acara terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 30. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi hiburan yang tinggi lebih banyak memperoleh informasi acara dari iklan televisi. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat kabar hanya terbatas

60

pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Tetapi pada tabel dapat dilihat bahwa informasi acara dari majalah/surat kabar dan keluarga/teman sangat mempengaruhi responden untuk menonton acara yang dapat menambah motivasi hiburan responden. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (1,560 < 4,605), artinya ada hubungan antara informasi acara dengan motivasi hiburan responden. Artinya, semakin banyak jumlah informasi acara yang diperoleh oleh responden, maka semakin tinggi pula motivasi hiburan yang dimiliki responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 30. Jumlah Responden Menurut Informasi Acara dan Kategori Motivasi Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan Informasi Acara

Total Rendah

Tinggi

(skor 6-14)

(skor 15-24)

Iklan TV

4

19

23 (57,50)

Majalah/surat kabar

1

9

10 (25,00)

Keluarga/teman

0

7

7 (17,50)

5

35

40 (100,00)

Total

(dalam persen)

5.1.2.2 Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan 1. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi informasi responden dapat dilihat pada Tabel 31. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi informasi tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi informasi yang tinggi. Rata-rata responden tidak merasa

61

terpaksa untuk mengikuti keputusan tersebut. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (0,739 < 4,605), artinya ada hubungan antara pola pengambilan keputusan dengan motivasi informasi responden.

Tabel 31. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Informasi di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi informasi Pola pengambilan keputusan

Total Rendah

Tinggi

(dalam persen)

(skor 4-9) (skor 10-16) Keputusan orang lain

4

14

18 (45,00)

Keputusan sendiri

1

9

10 (25,00)

Keputusan bersama

1

4

5 (12,50)

1

6

7 (17,50)

7

33

40 (100,00)

Keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya Total

2. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 32. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi identitas pribadi tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,703 < 4,605), artinya ada hubungan antara pola pengambilan keputusan dengan motivasi identitas

62

pribadi responden. Responden pada setiap golongan pola pengambilan keputusan memiliki motivasi identitas pribadi yang tinggi.

Tabel 32. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Identitas Pribadi di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Identitas Pribadi Pola Pengambilan Keputusan

Total Rendah

Tinggi

(skor 5-

(skor 13-

12)

20)

(dalam persen)

Keputusan orang lain

4

14

18 (45,00)

Keputusan sendiri

3

7

10 (25,00)

Keputusan bersama

0

5

5 (12,50)

1

6

7 (17,50)

8

32

40 (100,00)

Keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya Total

3. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 33. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Hal ini disebabkan karena rata-rata responden tidak merasa terpaksa untuk mengikuti keputusan tersebut. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (2,578 < 4,605), artinya

63

ada hubungan antara pola pengambilan keputusan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden.

Tabel 33. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Integrasi Pola Pengambilan

dan Interaksi Sosial

Keputusan Rendah

Tinggi

Total (dalam persen)

(skor 4-9) (skor 10-16) Keputusan orang lain

4

14

18 (45,00)

Keputusan sendiri

1

9

10 (25,00)

Keputusan bersama

1

4

5 (12,50)

3

4

7 (17,50)

9

31

40 (100,00)

Keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya Total

4. Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan Terhadap Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor pola pengambilan keputusan terhadap motivasi hiburan responden dalam menonton televisi lokal dapat dilihat pada Tabel 34. Pada tabel tersebut dapat dilihat responden yang memiliki motivasi hiburan tinggi dipengaruhi oleh pola pengambilan keputusan orang lain untuk menonton televisi lokal, keputusan orang lain ini antara lain keputusan orang tua dan teman. Tetapi responden yang menonton televisi lokal yang mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi hiburan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena rata-rata responden tidak merasa terpaksa untuk mengikuti keputusan tersebut. Berdasarkan Uji Chi Square, didapatkan bahwa x2 hasil perhitungan lebih kecil dari x2 tabel (3,327 < 4,605), artinya ada hubungan antara pola

64

pengambilan keputusan dengan motivasi hiburan responden. Setiap golongan pola pengambilan keputusan, responden memiliki motivasi informasi yang tinggi. Tetapi dapat dilihat pada tabel, semua responden yang mengikuti pola menonton televisi lokal berdasarkan keputusan bersama atau keputusan sendiri/orang yang sudah ada sebelumnya memiliki motivasi hiburan yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh program acara yang ditonton. Biasanya program acara hiburan yang menayangkan event tertentu sangat menarik minat responden untuk menonton acara tersebut.

Tabel 34. Jumlah Responden Menurut Pola Pengambilan Keputusan dan Kategori Motivasi Hiburan di RW13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Motivasi Hiburan Pola Pengambilan Keputusan Rendah (skor 6-14)

Tinggi

Total

(skor 15-

(dalam persen)

24)

Keputusan orang lain

4

14

18 (45,00)

Keputusan sendiri

1

9

10 (25,00)

Keputusan bersama

0

5

5 (12,50)

0

7

7 (17,50)

5

35

40 (100,00)

Keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya Total

5.2

Resume Berdasarkan hasil pembahasan diatas diperoleh bahwa motivasi menonton televisi lokal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi-motivasi responden dalam menonton televisi lokal: 1. Motivasi informasi dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan yang memiliki hubungan positif (nyata) terhadap motivasi informasi. Faktor jenis kelamin, jenis

65

pekerjaan, dan asal etnis memiliki memiliki hubungan dengan motivasi informasi responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden. 2. Motivasi identitas pribadi dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain asal etnis yang memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden. Faktor jenis kelamin, jenis pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden. Faktor usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi identitas responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan motivasi identitas pribadi responden. 3. Motivasi integrasi dan interaksi sosial dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain jenis kelamin, jenis pekerjaan dan asal etnis yang memiliki hubungan dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Faktor usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. 4. Motivasi hiburan dipengaruhi oleh faktor intrinsik antara lain jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan asal etnis memiliki hubungan dengan motivasi hiburan responden. Faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan yang positif (nyata) dengan motivasi hiburan. Faktor usia, tingkat pendapatan, memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi hiburan responden. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa informasi acara dan pola pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan motivasi hiburan responden.

66

BAB VI POLA MENONTON TELEVISI LOKAL

Setiap individu memiliki perilaku tertentu dalam menggunakan media massa. Perilaku menonton televisi adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya dorongan pada seseorang untuk menonton televisi. Dorongan ini dapat dikatakan sebagai motivasi. Menurut De Fleur (1983), ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari (durasi menonton), 2) pilihan acara yang ditonton dalam sehari, dan 3) frekuensi menonton. Penelitian ini hanya menggunakan dua alat ukur saja yaitu pilihan acara dan durasi menonton.

6.1 Pengaruh Motivasi Menonton Televisi Lokal Terhadap Pilihan Acara Respoden Berikut ditampilkan tabel pengaruh motivasi menonton televisi lokal terhadap pilihan acara responden. Pada tabel dapat dilihat, responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi memilih acara yang sesuai dengan motivasi mereka. Sebanyak 23 responden dengan motivasi informasi tinggi memilih jenis pilihan acara informasi seperti program berita (Detak Riau), talkshow (Talkshow obrolan politik), dialog (Dokter Anda), dan informasi olahraga (Venues). Sebanyak 17 responden dengan motivasi identitas pribadi tinggi memilih jenis pilihan acara pendidikan karena melalui acara ini responden dapat memperoleh tambahan nilai-nilai tertentu di dalam kehidupan sehari-hari seperti acara talkshow agama (Dialog Iqra’ Annisa, Dialog Islam bersama IKADI) ), dan acara informasi lainnya. Sebanyak 22 responden dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi memilih jenis pilihan acara informasi karena melalui acara ini responden dapat memenuhi motivasi ingin berinteraksi dengan lingkungan sekitar seperti acara Berita Pilihan 7, Rentak Kota, Buka Mata, dan Kriminal Sepekan. Sebanyak 23 responden dengan motivasi hiburan tinggi memilih jenis acara hiburan seperti Bursa Nada dan Niaga, Mozaik Musik, Salam Dendang Melayu, dan wacara hiburan lainnya. Berdasarkan uji korelasi Spearman, diketahui bahwa ada hubungan yang positif (nyata) antara motivasi dan

67

pilihan acara. Semakin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin banyak pula jenis pilihan acara yang ditonton.

Tabel 35. Jumlah Responden Menurut Kategori Motivasi dan Jenis Pilihan Acara di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Jenis Pilihan Acara Kategori Motivasi

Total

Pendidikan

Informasi

Hiburan

Responden

Motivasi Informasi Rendah

0

2

5

7

Motivasi Informasi Tinggi

6

23

4

33

Motivasi Identitas Pribadi Rendah

3

4

1

8

Motivasi Identitas Pribadi Tinggi

17

10

5

32

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Rendah

1

3

5

9

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tinggi

3

22

6

31

Motivasi Hiburan Rendah

0

5

0

5

Motivasi Hiburan Tinggi

6

6

23

35

6.2 Pengaruh Motivasi Menonton Televisi Lokal Terhadap Durasi Menonton Responden Berikut ditampilkan tabel pengaruh motivasi menonton televisi lokal terhadap durasi menonton responden. Pada tabel dapat dilihat, responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi cenderung memiliki durasi menonton lebih lama. Rata-rata responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi menghabiskan waktu 3 sampai 5 jam perhari untuk menonton televisi lokal. Berdasarkan uji korelasi Spearman, diketahui bahwa ada hubungan yang positif (nyata) antara motivasi dan durasi menonton. Semakin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin lama waktu yang digunakan untuk menonton acara tersebut.

68

Tabel 36. Jumlah Responden Menurut Kategori Motivasi dan Durasi Menonton di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Kategori Motivasi

Durasi Menonton < 3 jam/ 3-5 jam/ >5jam/ Hari Hari Hari

Total Responden

Motivasi Informasi Rendah

1

2

4

7

Motivasi Informasi Tinggi

3

23

7

33

Motivasi Identitas Pribadi Rendah

4

1

3

8

Motivasi Identitas Pribadi Tinggi

6

18

8

32

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Rendah

2

4

3

9

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Tinggi

5

14

12

31

Motivasi Hiburan Rendah

1

2

2

5

Motivasi Hiburan Tinggi

2

20

13

35

6.3 Resume Pengaruh motivasi menonton terhadap pilihan acara, responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi memilih acara yang sesuai dengan motivasi mereka. Semakin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin banyak pula jenis pilihan acara yang ditonton. Responden dengan motivasi informasi tinggi memilih jenis pilihan acara informasi seperti program berita (Detak Riau), talkshow (Talkshow obrolan politik), dialog (Dokter Anda), dan informasi olahraga (Venues). Responden dengan motivasi identitas pribadi tinggi memilih jenis pilihan acara pendidikan karena melalui acara ini responden dapat memperoleh tambahan nilai-nilai tertentu di dalam kehidupan sehari-hari seperti acara talkshow agama (Dialog Iqra’ Annisa, Dialog Islam bersama IKADI), dan acara informasi lainnya. Responden dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi memilih jenis pilihan acara informasi karena melalui acara ini responden dapat memenuhi motivasi ingin berinteraksi dengan lingkungan sekitar seperti acara Berita Pilihan 7, Rentak Kota, Buka Mata, dan Kriminal Sepekan. Responden dengan motivasi hiburan tinggi memilih jenis acara hiburan seperti Bursa Nada dan Niaga, Mozaik Musik, Salam Dendang Melayu, dan acara hiburan lainnya.

69

Responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi cenderung memiliki durasi menonton lebih lama. Rata-rata responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi menghabiskan waktu tiga sampai lima jam perhari untuk menonton televisi lokal. Semakin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin lama waktu yang digunakan untuk menonton acara tersebut.

70

BAB VII KEPUASAN MENONTON TELEVISI LOKAL McQuail (1991) mengemukakan ada empat jenis motivasi dalam diri individu yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan

interaksi

sosial,

dan

motivasi

hiburan.

Masing-masing

motivasi

dikembangkan ke dalam beberapa bagian, sehingga diperoleh 21 submotivasi. Setiap motivasi diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang dicari atau diharapkan dari acara-acara televisi. Setiap pernyataan motivasi tersebut diukur melalui skala mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing motivasi, kemudian dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. Kepuasan diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang benar-benar mereka peroleh dari acara-acara televisi tersebut. Setiap kepuasan tersebut diberi skala mulai dari sangat tidak puas (1), tidak puas (2), puas (3), dan sangat puas (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing kepuasan. Pengukuran kepuasan menonton dilakukan dengan membandingkan skor motivasi dengan skor kepuasan yang diperoleh responden pada setiap motivasi. Dari hasil skor yang didapat, dikelompokkan menjadi tidak terpuaskan (rendah) dan terpuaskan (tinggi). Kepuasan dengan skor tinggi menunjukkan bahwa kepuasan tersebut lebih dominan dirasakan responden dalam menonton televisi lokal.

7.1 Kepuasan Informasi Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal Pada Tabel 37. disajikan tabel motivasi informasi menonton televisi dan kepuasan yang didapatkan. Dari hasil tersebut dapat dilihat, sebanyak 29 responden (72,5 persen) terpuaskan dengan acara informasi yang mereka tonton. Berdasarkan uji korelasi Spearman, diperoleh nilai +0.025 artinya antara motivasi informasi dan kepuasan informasi memiliki hubungan yang positif (nyata), dan hubungan tersebut kuat atau tinggi. Semakin tinggi 71

motivasi informasi responden semakin terpuaskan kebutuhan informasi responden dalam menonton televisi lokal.

Tabel 37. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kategori Motivasi Informasi dan Kategori Kepuasan Informasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Kepuasan Informasi (dalam persen) Motivasi Informasi

Rendah

Tidak Terpuaskan

Terpuaskan

(Skor 4-9)

(Skor 10-16)

1 (2,5)

6 (15)

4 (10)

29 (72,5)

(Skor 4-9) Tinggi (Skor 10-16)

7.2 Kepuasan Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Pada Tabel 38. disajikan tabel motivasi identitas pribadi menonton televisi dan kepuasan yang didapatkan. Dari tabel tersebut dapat dilihat sebanyak 25 responden (62,5 persen) terpuaskan motivasi identitas pribadinya. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0,144 artinya antara motivasi identitas pribadi dan kepuasan identitas pribadi memiliki hubungan yang positif (nyata), dan hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Artinya, semakin tinggi motivasi identitas pribadi responden semakin terpuaskan kebutuhan identitas pribadi responden dalam menonton televisi lokal.

72

Tabel 38. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kategori Motivasi Identitas Pribadi dan Kategori Kepuasan Identitas Pribadi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Kepuasan Identitas Pribadi (dalam persen) Motivasi Identitas Pribadi

Rendah

Tidak Terpuaskan

Terpuaskan

(Skor 5-12)

(Skor 13-20)

3 (7,5)

5(12,5)

7 (17,5)

25 (62,5)

(Skor 5-12) Tinggi (Skor 13-20)

7.3 Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Pada Tabel 39. Disajikan tabel motivasi integrasi dan interaksi sosial menonton televisi dan kepuasan yang didapatkan. Pada tabel dapat dilihat sebanyak 25 responden (62,5 persen) terpuaskan motivasi integrasi dan interaksi sosialnya. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0,140 artinya antara motivasi integrasi dan interaksi sosial dan kepuasan integrasi dan interaksi sosial memiliki hubungan yang positif (nyata), dan hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Artinya, semakin tinggi motivasi integrasi dan interaksi sosial responden maka semakin terpuaskan kebutuhan integrasi dan interaksi sosial responden dalam menonton televisi lokal.

73

Tabel 39.

Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kategori Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial dan Kategori Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial (dalam persen)

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Tidak Terpuaskan

Terpuaskan

(Skor 4-9)

(Skor 10-16)

3 (7,5)

6(15)

6 (15)

25 (62,5)

Rendah (Skor 4-9) Tinggi (Skor 10-16)

7.4 Kepuasan Hiburan Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal Pada Tabel 40. disajikan tabel motivasi hiburan menonton televisi dan kepuasan yang didapatkan. Pada tabel tersebut dapat dilihat sebanyak 28 responden (70 persen) yang memiliki motivasi hiburan tinggi terpuaskan dengan motivasi hiburannya. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman, diperoleh nilai +0,158 artinya antara motivasi hiburan dan kepuasan hiburan memiliki hubungan yang positif (nyata), dan hubungan tersebut menunjukkan hubungan yang kuat atau tinggi. Artinya, semakin tinggi motivasi hiburan responden, semakin terpuaskan kebutuhan hiburan responden dalam menonton televisi lokal.

74

Tabel 40. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kategori Motivasi Hiburan dan Kategori Kepuasan Hiburan di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009 Kepuasan Hiburan (dalam persen) Motivasi Hiburan

Rendah

Tidak Terpuaskan

Terpuaskan

(Skor 6-14)

(Skor 15-24)

2 (5)

3 (7,5)

7 (17,5)

28 (70)

(Skor 6-14) Tinggi (Skor 15-24)

7.5 Resume Responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap jenis motivasi merasa terpuaskan dengan acara yang mereka tonton di televisi lokal. Artinya semakin tinggi motivasi, semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh responden dalam menonton televisi lokal. Hal ini dipengaruhi dari program acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Program acara yang bertemakan budaya lokal, informasi daerah, nilai-nilai lokal banyak menarik minat responden untuk menonton televisi lokal ditengah beragamnya acara yang ditawarkan televisi nasional. Program acara yang bernuansa daerah menjadi daya tarik dan nilai tambah tersendiri bari responden.

75

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi baik itu pada motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Motivasi paling tinggi yang dimiliki oleh responden adalah motivasi hiburan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi-motivasi responden dalam menonton televisi lokal:

Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal Pengaruh faktor usia, semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi motivasi informasi yang dimiliki, semakin rendah usia maka semakin tinggi motivasi hiburan yang dimiliki. Semakin rendah usia maka semakin tinggi motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki, karena memiliki motivasi yang tinggi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial, menemukan bahan percakapan dalam kehidupan sehari-hari dan peran lainnya melalui televisi. Pengaruh faktor jenis kelamin, responden perempuan memiliki motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan yang lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Hal ini disebabkan karena responden perempuan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, empati sosial, dan peran sosial lainnya dibandingkan dengan responden laki-laki. Pengaruh faktor jenis pekerjaan, responden yang bekerja memiliki motivasi informasi dan motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada kedua golongan lainnya. Responden yang masih menempuh pendidikan memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi daripada kedua golongan responden dengan jenis pekerjaan lainnya. Responden pada golongan ibu rumah tangga, pensiunan, belum atau tidak bekerja, dan pelajar atau mahasiswa memiliki motivasi hiburan lebih tinggi dibandingkan dengan

76

responden yang bekerja. Hal ini disebabkan karena responden pada kedua golongan tersebut memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan responden yang bekerja dan pilihan acara yang mereka tonton kebanyakan adalah acara hiburan yang dapat mengisi waktu luang tersebut, seperti acara musik dan olahraga. Tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada golongan pelajar atau mahasiswa, dibandingkan dengan kedua golongan lainnya, responden golongan ini semuanya memiliki motivasi hiburan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka masih memerlukan hiburan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari dan pilihan media massa utama bagi mereka adalah televisi. Pengaruh faktor tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin tinggi motivasi yang dimiliki. Semakin rendah tingkat pendapatan, maka semakin tinggi motivasi hiburan yang dimiliki. Responden pada golongan ekonomi tinggi memiliki motivasi identitas pribadi yang lebih tinggi dibandingkan responden pada golongan tingkat pendapatan lainnya. Responden golongan ekonomi menengah memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua responden pada kedua golongan ekonomi lainnya. Pengaruh faktor tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi motivasi informasi yang dimiliki, semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin tinggi motivasi hiburan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi motivasi identitas pribadi dan motivasi integrasi dan interaksi sosial yang dimiliki. Hal ini berhubungan dengan jenis acara yang ditonton oleh responden. Acara-acara yang dapat meningkatkan motivasi identitas pribadi dan integrasi dan interaksi sosial yang banyak terdapat pada program acara pendidikan dan informasi banyak diminati oleh responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Pengaruh asal etnis, responden etnis Melayu memiliki motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan lebih tinggi daripada responden etnis lainnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat asli lebih banyak membutuhkan informasi mengenai daerah sendiri (informasi lokal). Sehingga masyarakat asli lebih banyak menonton acara-acara informasi yang berisi tentang informasi-informasi tentang daerahnya, baik itu

77

berupa informasi ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Selain itu, hal ini berkaitan dengan isi program informasi yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi, sampai saat ini Riau Televisi hanya menayangkan informasi-informasi yang berkaitan dengan daerah Riau, belum ada acara informasi yang berkaitan dengan informasi-informasi tentang daerah disekitar Riau. Selain itu, Riau Televisi lebih banyak menyiarkan acara yang memiliki nilai-nilai budaya lokal (Melayu) sehingga hal ini menarik minat masyarakat lokal (etnis Melayu) untuk mengembangkan nilai-nilai budaya Melayu yang ada dan berkaitan erat dengan jenis program hiburan yang ditayangkan oleh Riau Televisi. Riau Televisi lebih banyak menayangkan program hiburan yang bersifat lokal (daerah Riau) yang lebih banyak diminati oleh responden golongan etnis Melayu dibandingkan dengan golongan etnis lainnya.

Pengaruh Faktor Ekstrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan motivasi responden dalam montonton televisi lokal dalam penelitian ini adalah informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Faktor pola pengambilan keputusan yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu pola pengambilan berdasarkan keputusan orang lain, keputusan sendiri, keputusan bersama, dan keputusan sendiri atau orang yang sudah ada sebelumnya. Mayoritas responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap jenis motivasi tersebut menonton televisi lokal berdasarkan keputusan orang lain, baik itu orang tua, anak, maupun teman. Tetapi semua responden tidak merasa terpaksa menonton acara televisi lokal tersebut. Responden yang menonton televisi lokal dengan mengikuti pola menonton berdasarkan keputusan sendiri, bersama, atau orang yang sudah ada sebelumnya juga memiliki motivasi yang tinggi. Pengaruh pola pengambilan keputusan terhadap motivasi menonton televisi lokal ada dua, yaitu pertama berhubungan nyata (positif), ditemukan pada motivasi informasi, motivasi identitas pribadi dan motivasi hiburan. Kedua, berhubungan tidak nyata (negatif) pada motivasi integrasi dan interaksi sosial. Faktor informasi acara terhadap motivasi menonton televisi lokal yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu informasi acara yang berasal dari

78

iklan televisi, majalah/surat kabar, dan keluarga/teman. Responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap jenis motivasi lebih banyak memperoleh informasi acara dari iklan televisi. Artinya semakin banyak jumlah informasi acara yang diperoleh oleh responden, maka semakin tinggi pula motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, dan motivasi hiburan yang dimiliki responden untuk menonton acara tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah media yang digunakan oleh Riau Televisi untuk memberitahukan informasi acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Riau Televisi hanya menggunakan satu media cetak yaitu surat kabar Riau Pos untuk memberitahukan jadwal informasi acara, sehingga jumlah responden yang mengetahui informasi acara dari surat kabar hanya terbatas pada responden yang membaca atau berlangganan surat kabar tersebut. Tetapi pengaruh informasi acara dari majalah/surat kabar dan keluarga/teman sangat mempengaruhi responden untuk menonton acara informasi.

Pengaruh Motivasi Menonton Televisi Lokal Terhadap Pola Menonton Televisi Lokal Pengaruh motivasi menonton terhadap pilihan acara, responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi memilih acara yang sesuai dengan motivasi mereka. Semakin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin banyak pula jenis pilihan acara yang ditonton. Responden dengan motivasi informasi tinggi memilih jenis pilihan acara informasi seperti program berita (Detak Riau), talkshow (Talkshow obrolan politik), dialog (Dokter Anda), dan informasi olahraga (Venues). Responden dengan motivasi identitas pribadi tinggi memilih jenis pilihan acara pendidikan karena melalui acara ini responden dapat memperoleh tambahan nilai-nilai tertentu di dalam kehidupan sehari-hari seperti acara talkshow agama (Dialog Iqra’ Annisa, Dialog Islam bersama IKADI), dan acara informasi lainnya. Responden dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi memilih jenis pilihan acara informasi karena melalui acara ini responden dapat memenuhi motivasi ingin berinteraksi dengan lingkungan sekitar seperti acara Berita Pilihan 7, Rentak Kota, Buka Mata, dan Kriminal Sepekan. Responden dengan motivasi hiburan tinggi memilih jenis acara hiburan

79

seperti Bursa Nada dan Niaga, Mozaik Musik, Salam Dendang Melayu, dan acara hiburan lainnya. Pengaruh motivasi menonton televisi lokal terhadap durasi menonton responden, responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi cenderung memiliki durasi menonton lebih lama. Rata-rata responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap motivasi menghabiskan waktu 3 sampai 5 jam perhari untuk menonton televisi lokal. Semakin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin lama waktu yang digunakan untuk menonton acara tersebut.

Kepuasan Menonton Televisi Lokal Responden yang memiliki motivasi tinggi disetiap jenis motivasi merasa terpuaskan dengan acara yang mereka tonton di televisi lokal. Artinya semakin tinggi motivasi, semakin tinggi pula kepuasan yang dirasakan oleh responden dalam menonton televisi lokal. Hal ini dipengaruhi dari program acara yang ditayangkan oleh pihak Riau Televisi. Program acara yang bertemakan budaya lokal, informasi daerah, nilai-nilai lokal banyak menarik minat responden untuk menonton televisi lokal ditengah beragamnya acara yang ditawarkan televisi nasional. Program acara yang bernuansa daerah menjadi daya tarik dan nilai tambah tersendiri bari responden.

8.2 Saran Adapun saran yang berikan sebagai bahan pertimbangan antara lain, yaitu: bagi pihak televisi, agar menambah tayangan tentang informasi dan budaya wilayah sekitar Riau, karena program yang ada saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pendatang.

80

DAFTAR PUSTAKA

Anggrek, Semy. 1996. Pola Siswa SMP menonton Televisi dan Hubungannya dengan Kegiatan Sehari-hari Mereka: Perbandingan Antara SMP di Daerah Perkotaan dan Pedesaan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Budyatna, Muhammad. 1994. Perilaku Remaja Jakarta Menonton Tayangan Televisi. Prisma, No. 4. Jakarta: LP3ES. Camelia Sari, Lia. 2003. Motivasi, Kepuasan, dan Pola Wanita Menonton Televisi Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. De fleur, M. L. 1983. Theories of Mass Communication. New York : David McKay Company. Ekawati, Misty. 1995. Gratifikasi Orientasional pada Khalayak Pemirsa Siaran Televisi Global (Studi Uses and Gratification) Konsep Gratifikasi Berita Pada Khalayak Pemirsa Siaran Televisi Global CNN di Jakarta. Skripsi. Jurusan Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Jakarta: Universitas Indonesia. Gonzalez, Hernando. 1987. Prespektif Komunikasi dan Pembangunan Saat Ini dalam Jahi, Amri (eds). 1988. Media Siaran dalam Pembangunan Pedesaan di NegaraNegara Dunia Ketiga dalam Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Hardjana, A. 1998. Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan daerah Sumatera Barat. Proyek Pengkajian dan Pembinaan NilaiNilai Budaya Sumatera Barat. Jakarta: Depdikbud. Isnanta, Satriana. 2008. TV Lokal Pembentuk Identitas Kultural (Kasus Terang Abadi Televisi). Artikel. Diakses dari http://jtv.co.id tanggal 30 Oktober 2008. Jalal. 1995. Elit Desa dan Televisi: Studi Uses and Gratification tentang Perilaku dan Pemenuhannya di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi.

Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Juariyah, Siti. 1994. Studi Motivasi dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Menonton Siaran Televisi Siang Hari. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Komala, Sri. 1996. Perilaku Menonton Televisi Siang Hari dan Hubungannya Dengan Jenis Kegiatan yang Dilakukan Ibu Rumah Tangga Sambil Menonton (Kasus Pada Dua Kelurahan Di Kecamatan Rasa Nae, Kabupaten Bima). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mcquail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. McQuail, Dennis and Sven Windahl. 1993. Communication Models: For The Study of Mass Communication. 2 nd Edition. New York: Longman Inc. Oktaviarini, Monika. 2006. Tanggung Jawab Televisi Lokal dalam Pelestarian Budaya Lokal (Kasus Banyumas Televisi). Tesis Magister Sains. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Priyowidodo, Gatut. 2008. Menakar Kekuatan dan Keunggulan Industri Televisi Lokal di Era Otonomi. Jurnal Komunikasi. Surabaya: Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Kristen Petra. Racmat, Jalaluddin. 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rachmiati, Atie. 2007. Profil Isi dan Penyajian Siaran Televisi Lokal di Jawa Barat Jurnal Penelitian Komunikasi Vol.10 No. 2 Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Informasi. Bandung: Depkominfo. Sutisna. 1991. Dasar-Dasar Program Siaran Televisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rosyadi, Ahmad. 2002. Studi Respons Masyarakat terhadap TV Komunitas AMTV Di Desa Palampitan Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai

Utara. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi. Institut Teknologi Bandung. Untoro, Heru. 1994. Pilihan Acara Televisi oleh Pemirsa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Kasus Dua Kelurahan di Kotamadya Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Zakbah. 1997. Peranan Media Massa Lokal bagi Pembinaan dan Pengembangan Budaya Daerah Riau. Jakarta: Depdikbud. http://atvli.co.id/web/anggota/php=com.html diakses tanggal 23 Oktober 2008.

Lampiran 1. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN Kegiatan 1

Maret 2 3

4

3

April 3 3

4

1

Mei 2 3

4

1

2

Juni 3

Juli 4

1

2

3

4

1

Agustus 2 3

I. Proposal dan Kolokium Penyusunan draft dan revisi Konsultasi proposal Kolokium II. Penelitian Lapang Pengumpulan data Pengolahan dan analisis data III. Penulisan Laporan Penyusunan draft dan revisi Konsultasi laporan IV. Ujian Skripsi Ujian Perbaikan skripsi

81

Lampiran 2. ANGKET Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan yang diajukan dengan mengisi titik-titik atau dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih.

No Kuesioner : …………….. Tanggal : ……………..……….. (diisi oleh enumerator) A. Identitas Responden 1. Nama : ……………………………………………………… 2. Umur : ……… tahun 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Pekerjaan : ……………………………………………………… 5. Pendapatan : ………………………………/ bulan 6. Pendidikan : ……………………………………………………… 7. Etnis : ……………………………………………………… B. Kebiasaan Menonton Televisi 1. Apakah anda memiliki televisi? a. Ya b. Tidak 2. Jumlah pesawat televisi yang dimiliki: ……….. buah 3. Apakah Anda mengetahui Riau Televisi? a. Ya b. Tidak 4. Apakah dirumah Anda dapat menangkap siaran Riau Televisi? a. Ya b. Tidak (Jika Anda menjawab b, anda tidak perlu menjawab pertanyaan berikutnya) 5. Apakah Anda pernah menonton Riau Televisi? a. Ya b. Tidak 6. Berapa Frekuensi Anda Menonton Riau Televisi? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 7. Apakah Anda mengetahui program acara di Riau Televisi? a. Ya b. Tidak 8. Bagaimana perbandingan menonton Riau Televisi dengan televisi nasional? a. Lebih sering Riau Televisi b. Lebih sering televisi nasional c. Sama 9. Siapakah yang paling sering menentukan dan memutuskan acara televisi yang akan Anda tonton? a. Suami/Istri b. Anak c. Keputusan sendiri d. Keputusan bersama e. Keputusan orang yang menonton terlebih dahulu. 10. Apakah Anda bersedia untuk dijadikan responden dalam penelitian ini? a. Ya b. Tidak

^TERIMA KASIH^

82

KUESIONER Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan yang diajukan dengan mengisi titik-titik atau dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih. No Kuesioner : …………….. Tanggal : ……………. ……….. (diisi oleh enumerator) A. Identitas Responden 1. Nama : ……………………………………………………… 2. Umur : ……… tahun 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Pekerjaan : ……………………………………………………… 5. Pendapatan : ………………………………/ bulan 6. Pendidikan : ……………………………………………………… 7. Etnis : ……………………………………………………… B. Informasi Acara Televisi 1. Apakah Anda sering mencari tahu acara-acara televisi apa yang akan ditayangkan di televisi sebelum Anda memutuskan untuk menonton acara televisi? a. Ya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah (Apabila Anda menjawab c, maka Anda dapat melewati pertanyaan no.2) 2. Dari manakah biasanya Anda mencari tahu mengenai acara-acara televisi yang akan ditayangkan? a. Iklan atau informasi acara stasiun televisi tersebut b. Majalah, tabloid dan surat kabar c. Keluarga atau teman C. Pola Pengambilan Keputusan 1. Jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama:…………orang 2. Status Anda dalam keluarga: a. Istri b. Suami c. Anak ke … dari…. Bersaudara c. Saudara e. Lainnya, sebutkan…………………. 3. Jumlah pesawat televisi yang dimiliki: ……….. 4. Siapakah yang paling sering menentukan dan memutuskan acara televisi yang akan Anda tonton? a. Suami/Istri b. Anak c. Keputusan sendiri d. Keputusan bersama e. Keputusan orang yang menonton terlebih dahulu. (Apabila Anda menjawab c, maka Anda dapat langsung menjawab pertanyaan no.6. apabila Anda menjawab d, maka Anda dapat langsung menjawab pertanyaan no.7). 5. Apakah Anda mempunyai perasaan “terpaksa” untuk menonton acara televisi? a. Ya b. Tidak 6. Apakah keputusan menonton yang Anda buat sendiri merupakan keputusan Anda sendiri dan terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh pihak lain? a. Ya b. Tidak 7. Keputusan bersama utuk menonton suatu acara televisi biasanya: a. Merupakan kesepakatan bersama seluruh anggota keluarga b. Merupakan kesenangan seseorang (misalnya orang tua atau suami) dan kita telah mengetahuinya, sehingga acara televisi yang ditonton tidak berubah.

83

D. Harapan atau Motivasi Menonton Televisi Keterangan: beri tanda silang (x) pada salah satu kotak dari setiap baris. 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju No.

Harapan/Motivasi menonton 1

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7.

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

2

3

4

Stasiun televisi yang Anda pilih Nasional Lokal

Saya ingin mencari berita tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di tingkat propinsi. Saya ingin mencari berita tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di tingkat nasional. Saya ingin memperoleh informasi. Saya ingin memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. Saya ingin memperoleh tambahan nilai agama atau norma untuk dianut. Saya ingin membandingkan perilaku saya dengan nilai moral yang ditayangkan di televisi. Saya ingin membandingkan gaya hidup saya dengan nilai moral yang ditayangkan di televisi. Saya ingin mencontoh perilaku tokoh-tokoh yang ditayangkan di televisi. Saya ingin meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Saya ingin meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Saya ingin meningkatkan rasa memiliki terhadap lingkungan sekitar. Saya tidak ingin kehabisan bahan percakapan dalam pergaulan. Saya ingin mengetahui keadaan orang lain di tempat yang jauh. Saya ingin sejenak melepaskan diri dari permasalahan. Saya ingin bersantai. Saya ingin memperoleh ketenangan. Saya ingin mengisi waktu luang. Saya ingin melupakan beban rutin dalam kehidupan sehari-hari. Saya tidak ingin merasa kesepian.

84

E. Kepuasan Menonton Televisi Keterangan: beri tanda silang (x) pada salah satu kotak dari setiap baris. 1 = Sangat tidak puas 2 = Tidak puas 3 = Puas 4 = Sangat puas No.

Harapan/Motivasi menonton 1

1. 2. 3. 4. 5. 6.

7.

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

2

3

4

Stasiun televisi yang Anda pilih Nasional Lokal

Saya dapat mencari berita tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di tingkat propinsi. Saya dapat mencari berita tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di tingkat nasional. Saya memperoleh informasi. Saya dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. Saya memperoleh tambahan nilai agama atau norma untuk dianut. Saya dapat membandingkan perilaku saya dengan nilai moral yang ditayangkan di televisi. Saya dapat membandingkan gaya hidup saya dengan nilai moral yang ditayangkan di televisi. Saya dapat mencontoh perilaku tokoh-tokoh yang ditayangkan di televisi. Saya dapat meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Saya dapat meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Saya dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap lingkungan sekitar. Saya tidak kehabisan bahan percakapan dalam pergaulan. Saya dapat mengetahui keadaan orang lain di tempat yang jauh. Saya dapat sejenak melepaskan diri dari permasalahan. Saya dapat bersantai. Saya memperoleh ketenangan. Saya dapat mengisi waktu luang. Saya dapat melupakan beban rutin dalam kehidupan sehari-hari. Saya tidak merasa kesepian.

85

Lampiran 3. Lembar Isian Harian Pola Menonton Televisi Hari/ tanggal:............................................. No

Jam

Nama acara yang ditonton

Stasiun televisi

Jumlah orang yang menonton

Berdasarkan keputusan*)

Iklan di TV

Mencari Informasi Acara Ya Majalah/ Keluarga/t surat kabar eman

Tidak

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Keterangan: *) Anda cukup menuliskan a, b, c atau d sesuai dengan pilihan Anda a. Keputusan orang lain (sebutkan) b. Keputusan Anda c. Keputusan bersama d. Keputusan Anda atau orang lain yang sudah ada sebelumnya.

^TERIMA KASIH^

86

Lampiran 4. Panduan Pertanyaan (Responden) 1. 2. 3. 4. 5.

Apakah menurut anda keberadaan RTV penting? Apa fungsi RTV menurut Anda? Bagaimana kualitas siaran RTV? Bagaimana kualitas program RTV? Menurut anda apakah program RTV sudah memenuhi kebutuhan masyarakat setempat? 6. Menurut anda apakah program RTV sudah mencirikan budaya daerah (melayu)? 7. Apa motivasi anda menonton siaran RTV 8. Program apa yang biasanya anda tonton di RTV? 9. Darimana anda mengetahui informasi mengenai program tersebut? 10. Apakah anda memiliki alasan tertentu menonton program tersebut? 11. Apakah anda merasa puas dengan tayangan RTV? Panduan Pertanyaan (Pihak Riau TV) 1. 2. 3. 4. 5.

Sejak kapan RTV berdiri? Apa visi dan misi RTV? Bagaimana respon masyarakat terhadap RTV selama ini? Apa dasar pembuatan program acara di RTV? Apa saja jenis acara yang ditayangkan di RTV (informasi, pendidikan, dan hiburan)? 6. Bagaimana komposisi dari ketiga jenis siaran tersebut? 7. Apa program acara unggulan RTV? 8. Apakah program RTV sudah mencirikan budaya daerah (melayu)? 9. Apakah RTV membuat program untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pendatang? 10. Apakah program RTV sudah memenuhi kebutuhan masyarakat setempat? 11. Apakah program RTV sudah memenuhi kebutuhan masyarakat pendatang?

87

Lampiran 6. Profil Kelurahan DATA MONOGRAFI KELURAHAN MENURUT JUMLAH PENDUDUK BULAN KELURAHAN

: SIMPANGBARU

KECAMATAN

: TAMPAN

KOTA

: PEKANBARU

PROVINSI

: RIAU

TAHUN

: 2009

: APRIL 2009

KELURAHAN

LUAS WILAYAH

JUMLAH RW

JUMLAH RT

JUMLAH KK

SIMPANGBARU

23.788 Ha

14

59

4.265

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN LAKIPEREMPUAN LAKI

9.255

8.910

JUMLAH (JIWA)

KETERANGAN

18.165

JUMLAH PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN BULAN : APRIL 2009 KELURAHAN

: SIMPANGBARU

90

KECAMATAN

: TAMPAN

KOTA

: PEKANBARU

PROVINSI

: RIAU

TAHUN

: 2009 JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN

KELURAHAN

BELUM SEKOLAH

TDK TAMAT SD

TAMAT SD SEDERAJAT

TAMAT

TAMAT

SLTP

SLTA

SEDERAJAT SEDERAJAT

DIPLOMA AKADEMI STRATA- STRATAI & II

STRATA-1

2

3

JUMLAH PENDDUK

18.165

SIMPANGBARU

1.715

950

6.238

4.245

2.382

985

825

330

45

91

Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi 1. Hubungan Usia dengan Motivasi Informasi

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

.295 .250 .676

.119 .118 .201

2.115 2.115 2.115

.034 .034 .034

.311

.126

2.016

.051(c)

.310

.121

2.011

.051(c)

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Value Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Approx. Sig.

40

2. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Motivasi Informasi

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

.338

Approx. Sig. .075

.337 .288 .816

.101 .110 .180

2.611 2.611 2.611

.009 .009 .009

.355

.106

2.343

.024(c)

.346

.097

2.276

.029(c)

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

40

3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Informasi

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

.102

Approx. Sig. .810

.053 .045 .120

.158 .136 .355

.331 .331 .331

.741 .741 .741

.055

.167

.342

.734(c)

.064

.169

.398

.693(c)

40

4. Hubungan Usia dengan Motivasi Identitas Pribadi

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.329

.089

-.326 -.290 -.699

.108 .115 .166

-2.523 -2.523 -2.523

.012 .012 .012

-.343

.114

-2.247

.030(c)

-.339

.119

-2.223

.032(c)

40

5. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Motivasi Identitas Pribadi

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.101

.814

-.095 -.085 -.205

.150 .135 .311

-.628 -.628 -.628

.530 .530 .530

-.100

.158

-.618

.540(c)

-.097

.159

-.600

.552(c)

40

6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Identitas Pribadi

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.160

.592

.017 .015 .037

.139 .125 .304

.120 .120 .120

.905 .905 .905

.018

.146

.108

.915(c)

.000

.142

.000

1.000(c)

40

96

7. Hubungan Usia dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.289

.163

-.086 -.080 -.188

.124 .116 .266

-.692 -.692 -.692

.489 .489 .489

-.091

.130

-.560

.579(c)

-.077

.124

-.476

.637(c)

40

8. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.334

.081

-.318 -.598

.143 .218

-2.049 -2.049

.040 .040

-.335

.151

-2.188

.035(c)

-.346

.155

-2.274

.029(c)

40

9. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.136

.685

-.042 -.040 -.091

.140 .132 .301

-.303 -.303 -.303

.762 .762 .762

-.045

.147

-.276

.784(c)

-.059

.143

-.362

.720(c)

40

97

10. Hubungan Usia dengan Motivasi Hiburan

Asymp. Std. Error(a)

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.603

.000

-.543 -.400 -1.000

.096 .145 .000

-2.760 -2.760 -2.760

.006 .006 .006

-.571

.102

-4.292

.000(c)

-.594

.097

-4.551

.000(c)

40

11. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Motivasi Hiburan

Asymp. Std. Error(a)

Value Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Approx. T(b)

Approx. Sig.

-.424

.105

-2.523

.012

-.316 -.882

.125 .092

-2.523 -2.523

.012 .012

-.446

.111

-3.027

.004(c)

-.460

.127

-3.153

.003(c)

39

12. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Motivasi Hiburan

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig.

.340

.073

.060 .045 .153

.110 .083 .270

.543 .543 .543

.587 .587 .587

.064

.116

.393

.697(c)

.025

.098

.152

.880(c)

40

98

13. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Motivasi Informasi

Value .028(b) .000 .028

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

df 1 1 1

Asymp. Sig. (2sided) .867 1.000 .867

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

1.000 .027

1

.641

.869

26

14. Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Motivasi Informasi

Value 3.343(a) 3.311 1.279

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

df 2 2 1

Asymp. Sig. (2-sided) .188 .191 .258

3 3 1

Asymp. Sig. (2-sided) .576 .590 .172

40

15. Hubungan antara Asal Etnis dengan Motivasi Informasi

Value 1.982(a) 1.918 1.865

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

df

40

16. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Motivasi Identitas Pribadi

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value 3.151(b) 1.882 3.576

df 1 1 1

Asymp. Sig. (2sided) .076 .170 .059

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1sided)

.114 3.072

1

.082

.080

40

99

17. Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Motivasi Identitas Pribadi

Value 4.744(a) 6.891 1.913

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

2 2 1

Asymp. Sig. (2sided) .093 .032 .167

3 3 1

Asymp. Sig. (2sided) .629 .659 .684

df

40

18. Hubungan antara Asal Etnis dengan Motivasi Identitas Pribadi

Value 1.736(a) 1.600 .166

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

df

40

19. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value .215(b) .006 .219 .210

df 1 1 1

Asymp. Sig. (2Exact Sig. sided) (2-sided) .643 .938 .640 .717

1

Exact Sig. (1-sided)

.475

.647

40

20. Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value 2.393(a) 2.628 .705

df 2 2

Asymp. Sig. (2-sided) .302 .269

1

.401

40

100

21. Hubungan antara Asal Etnis dengan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Value 1.450(a) 1.529 1.098

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

3 3 1

Asymp. Sig. (2sided) .694 .676 .295

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

df

40

22. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Motivasi Hiburan

Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df .952(b) 1 .238 1 1.033 1

Asymp. Sig. (2sided) .329 .626 .309

.631 .929

1

.323

.335

40

23. Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Motivasi Hiburan

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value 3.053(a) 4.316

df

2.950

Asymp. Sig. (2sided) 2 .217 2 .116 1

.086

40

24. Hubungan antara Asal Etnis dengan Motivasi Hiburan

Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value .483(a) .449 .129

df

Asymp. Sig. (2sided) 3 .923 3 .930 1

.720

40

101

25. Hubungan Motivasi Informasi dengan Kepausan Informasi

Asymp. Std. Error(a)

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Approx. T(b)

.025

Approx. Sig. .875

.025

.165

.150

.881

.013 .094

.083 .597

.150 .150

.881 .881

.025

.165

.153

.879(c)

.025

.165

.153

.879(c)

40

26. Hubungan Motivasi Identitas Pribadi dengan Kepuasan Identitas Pribadi

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

.143

Approx. Sig. .361

.144

.171

.823

.410

.100 .364

.121 .367

.823 .823

.410 .410

.144

.171

.899

.374(c)

.144

.171

.899

.374(c)

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

40

27. Hubungan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

.138

Approx. Sig. .377

.140

.171

.799

.424

.098 .351

.122 .368

.799 .799

.424 .424

.140

.171

.870

.390(c)

.140

.171

.870

.390(c)

40

102

28. Hubungan Motivasi Hiburan dengan Kepuasan Hiburan

Value Nominal by Nominal Ordinal by Ordinal

Interval by Interval N of Valid Cases

Contingency Coefficient Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

.156

Approx. Sig. .316

.158

.182

.833

.405

.088 .455

.105 .399

.833 .833

.405 .405

.158

.182

.989

.329(c)

.158

.182

.989

.329(c)

40

103

Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Responden

Wawancara dengan Etnis Lokal (Melayu) Responden menilai keberadaan Riau Televisi (RTV) penting karena dapat menambah pilihan menonton, menambah informasi tentang daerah, dan memajukan potensi daerah. Selama RTV berdiri responden menilai terjadi peningkatan kualitas siaran, dari awal RTV berdiri hingga sekarang, meskipun siaran yang ada saat ini belum maksimal. Mereka menilai gambar siaran, reporter, audio, pembawa acara/berita masih belum memiliki kualitas yang baik. Responden menonton RTV untuk memperoleh informasi tentang daerah Riau seperti berita ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan dan lain-lain. Pada saat pemilihan umum (pemilu) legislatif pada bulan

April lalu, responden

mengakui minat menonton RTV lebih besar. Karena dari RTV responden dapat mengenal calon anggota legislatif daerah yang awalnya hanya dapat mereka lihat di selebaran-selebaran. Melalui RTV responden dapat mengetahui visi dan misi dan melakukan interaksi langsung (melalui telepon) dengan calon anggota legislatif tersebut. Selain saat pemilu legislatif, tingginya minat responden untuk menonton acara RTV yaitu pada saat diselenggarakannya event budaya di Riau, misalnya acara MTQ. Selain itu banyak responden yang tertarik menonton acara dialog-dialog keagamaan. Menurut responden, dialog keagamaan tersebut dapat memberikan pengetahuan agama, niali-nilai agama, dan nilai-nilai lain di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ketertarikan responden terhadap dialog agama adalah karena narasumber berasal dari tokoh atau ulama setempat yang sudah mereka kenal. Bagi responden remaja, acara musik seperti Mozaik music dan Bursa Nada dan Niaga menjadi salah satu pilihan hiburan bagi mereka, selain untuk hiburan, melalui acara tersebut responden dapat mendengarkan lagu-lagu kesukaan mereka, sekaligus dapat berinteraksi langsung melalui telepon dan mengirimkan Sort Messages Servis (SMS) untuk meminta lagu dan kirim-kirim salam untuk teman-teman mereka. Responden menilai acara ini dapat memperbanyak teman dan memperluas jaringan. Selain itu melalui acara bursa nada dan niaga responden

104

dapat melalukan transaksi jual beli barang, atau mencari barang tertentu dengan harga murah. Bagi ibu rumah tangga, acara informasi yang banyak mereka tonton adalah informasi harga kebutuhan pokok sehari hari. Melalui informasi tersebut responden dapat mengetahui perkembangan harga sembilan bahan pokok (sembako) di Riau khususnya Pekanbaru. Selain itu acara pendidikan seperti Iqra’ Annisa juga menbantu ibu-ibu dalam mendidik puta-putri mereka mengaji. Acara pendidikan melalui televisi dilinai responden menupakan cara baru mengajar anak-anak dirumah. Menurut responden RTV belum terlalu mencirikan budaya Melayu dalam penyiarannya. Aspek budaya melayu menurut mereka hanya terdapat pada audio dan visualisasi. Tetapi dari segi bahasa, masih sangat sedikit acara yang menggunakan bahasa melayu. Hanya pada acara hiburan seperti Salam Dendang Melayu responden dapat mendengarkan bahasa melayu. Hal ini disayangkan beberapa respenden, karena mereka menilai saat ini bahasa melayu hampir pudar, dibuktikan dengan sangat sedikit anak-anak kecil atau remaja yang mengerti dan bisa berbahasa melayu. Menurut responden RTV sudah bisa dikatakan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat hal ini dilihat dari acara informasi yang disuguhkan oleh RTV banyak menyajikan berita tentang daerah seputar Riau. Rata-rata responden sudah puas dengan keberadaan RTV saat ini, meskipun mereka menilai ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki seperti kualitas siaran, menambah jam tayang, memperbanyak acara informasi, membuat program yang berkualitas, membuat program acara yang berbahasa melayu khususnya pada program berita seperti Detak Riau, menambah acara hiburan tentang daerah-daerah Riau, membuat program yang lebih kreatif dan inovatif.

105

Wawancara dengan Etnis Pendatang (Minang, Jawa, dan Batak) Menurut etnis pendatang keberadaan Riau Televisi (RTV) itu penting sebagai pendukung pembangunan daerah. Meskipun mereka berasal dari etnis luar Riau tetapi mereka menyambut baik berdirinya RTV sebagai salah satu televisi lokal di Riau. Menurut penilaian mereka kualitas siaran RTV saat ini masih belum baik, seperti kualitas siaran, audio, maupun performa penyiar. Menurut mereka kehadiran RTV dapat menambah pengetahuan mengenai daerah Riau. Meskipun RTV saat ini hanya menyiarkan tayangan seputar Riau, tetapi mereka tertarik untuk menonton siaran RTV. Hal ini disebabkan karena mereka sudah lama tinggal di Riau, sehingga program-program acara yang disajikan oleh RTV juga dibutuhkan oleh mereka. Siaran yang paling banyak di tonton olah responden etnis pendatang antara lain Detak Riau, Bursa Nada dan Niaga, Kriminal Sepekan, dan Mozaik Musik. Acara Dialog Menuju Gedung Rakyat yaitu acara dialog seputar pemilu legislatif lalu juga banyak diminati, hal ini disebabkan karena responden etnis pendatang juga igin mengetahui dan mengenal lebih dekat calon anggota legislatif, karena responden etnis pendatang tercatat sebagai penduduk Riau dan memiliki kartu pemilih di Provinsi Riau. Responden menyayangkan dihentikannya program yang menyiarkan acara budaya di luar Riau seperti acara Minang dan Jawa. Menurut mereka acara budaya tersebut perlu untuk menambah hiburan sekaligus mengobati kerinduan mereka akan kampung halaman. Rata-rata dari responden memiliki motivasi ingin memperoleh informasi seputar Riau. Responden sudah cukup puas dengan tayangan RTV, meskipun mereka berpendapat ada hal-hal yang masih perLu diperbaiki seperti, kualitas tayangan, performa penyiar, dan audio. Responden juga menginginkan adanya berita atau informasi tentang wilayah di luar/disekitar Riau, karena mereka ingin juga mengetahui keadaan wialayah di luar Riau.

106