aktivitas antioksidan september - tisnadjaja

55 downloads 215 Views 605KB Size Report
Dalam penelitian ini telah dilakukan pengkajian aktivitas antioksidan ... kemampuan angkak sebagai antioksidan belum ..... Nusa Kimia, Jurnal Ilmu-Ilmu . Kimia ...
Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan “ Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

ISSN :0854-4778

PENGKAJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI BERAS MERAH HASIL FERMENTASI (ANGKAK) Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan dan Bustanussalam Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, Bogor

ABSTRAK Hasil fermentasi beras, dengan menggunakan kapang Monascus purpureus melalui metode fermentasi fasa padat, yaitu beras merah hasil fermentasi atau lebih dikenal sebagai angkak sudah banyak dilaporkan sebagai suatu produk yang memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kemampuan menurunkan kadar kolesterol atau efek hipokolesterolemik tersebut berkaitan dengan keberadaan senyawa monakolin K dan beberapa bentuk monakolin lainnya sebagai bagian dari kandungan angkak. Monakolin K yang sifatnya mirip dengan lovastatin bekerja sebagai agen hipokolesterolemik dengan mekanisme sama seperti senyawa-senyawa statin. Selain sebagai penurun kolesterol, belakangan beberapa peneliti melaporkan bahwa angkak memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengkajian aktivitas antioksidan dari hasil ekstraksi angkak. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh oleh ekstrak etanol, yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak etilasetat, diklorometan dan nheksan. Namun nilai IC50 dari ekstrak etanol (91 – 110 ppm) masih jauh lebih tinggi dibandingkan nilai IC50 dari vitamin C yang hanya 3 ppm. Kata-kata kunci : Monascus purpureus, antioksidan, beras, kolesterol, fermentasi. ABSTRACT Rice fermented product, through solid state fermentation by using Monascus purpureus mould, that is red fermented rice or better known as angkak have been reported as a product with blood cholesterol lowering activity. This cholesterol lowering capacity or hypocholesterolemic effect is related to the presence of monacolin K and several other forms of monacolin as parts of angkak contents. Monacolin K which is similar to lovastatin acted as hypocholesterolemic agent with the same mechanism as statin compounds. Beyond cholesterol lowering substance, recently several scientists reported that angkak has antioxidant activity. In this research work, antioxidant capacity of extracted angkak has been studied. The observation result showed that the highest antioxidant activity obtained by ethanol extract, which is higher compared to ethyl acetate, dichloromethane, and n-hexane extracts. However, IC50 value of ethanol extract (91 -110 ppm) obviously higher when compared to IC50 value of vitamin C which only 3 ppm. Keywords : Monascus purpureus, antioxidant, rice, cholesterol, fermentation.

penurun kolesterol. Seperti senyawa-senyawa statin, senyawa monakolin K dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah penderita hiperlipidemia melalui mekanisme inhibisi kompetitif terhadap enzim 3-hidroksi3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG CoA reduktase) (Abraham et al, 1996; Endo dan Hasumi, 1985). Enzim HMG CoA reduktase merupakan enzim yang didalam jalur anabolisme kolesterol bertanggung jawab terhadap proses perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat, dimana metabolisme ini sebagian besar terjadi di hati (Tisnadjaja, 2003). Angkak selain mengandung beberapa bentuk senyawa monakolin yang merupakan

PENDAHULUAN udah banyak hasil penelitian yang menunjukkan kemampuan dari beras merah hasil fermentasi atau yang lebih dikenal sebagai angkak dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Aktivitas hipokolesterolemik ini dimungkinkan dengan adanya kandungan beberapa bentuk senyawa monakolin, utamanya monakolin K (Endo & Hasumi, 1984; Endo et.al, 1986). Senyawa monakolin K ini identik dengan lovastatin yaitu suatu bentuk senyawa statin yang umum digunakan sebagai senyawa aktif dalam obat

S

Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam

403

Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

404 ISSN :0854-4778

Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

inhibitor enzim HMG CoA reduktase juga mengandung beberapa senyawa lain termasuk asam lemak jenuh dan tak jenuh seperti asam palmitat, asam linoleat, asam oleat, dan asam stearat yang memiliki kemungkinan untuk membantu mengontrol kadar kolesterol dalam darah (Zhang dkk 1998 dalam Wei dkk, 2003).

dipartisi tunggal dengan menggunakan 50 mL pelarut etilasetat, diklorometan dan n-heksan dengan 3 kali ulangan. Masing-masing fraksi (etilasetat, diklorometan dan n-heksan) kemudian dipekatkan dengan vakum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental lalu dikeringkan.

Hiperlipidemia yang menimbulkan ateroslerosis umumnya diikuti dengan peningkatan dalam peroksidasi lipid (LPO), sehingga LPO bisa digunakan sebagai marker dari terjadinya stress oksidatif seluler dan sebagai faktor dari terjadinya atherosclerosis dan kanker. Rajasekaran dan Kalaivani (2011) melaporkan bahwa level LPO pada tikus yang diberi pakan tinggi kolesterol mengalami peningkatan sebesar 21,52 % dibandingkan dengan tikus yang hanya diberi pakan normal. Berdasarkan hal ini maka keberadaan senyawa yang bersifat antioksidan dalam suatu bahan aktif penurun kolesterol akan menjadi sangat penting. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengkajian terhadap aktivitas antioksidan dari angkak untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan angkak sebagai bahan penurun kolesterol secara lebih baik. Terlebih dari itu, penelitian mengenai kemampuan angkak sebagai antioksidan belum banyak dilaporkan.

Kromatografi Lapis Tipis

METODOLOGI Produksi beras merah hasil fermentasi Produksi beras merah hasil fermentasi dilakukan melalui proses fermentasi fasa padat dengan menggunakan beras (varietas rojolele) sebagai media atau sumber karbon utama. Dalam proses fermentasi ini digunakan kapang Monascus purpureus yang merupakan koleksi Puslit Bioteknologi-LIPI. Ekstraksi Ekstraksi dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol 75% selama 3 jam, dimana perbandingan antara bahan yang diekstraksi dengan pelarut adalah 1 : 3. Ulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil ekstraksi dipekatkan dengan menggunakan vakum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, dan dilanjutkan dengan pengeringan didalam lemari pengering dengan suhu 50 oC. Partisi Ekstrak kering etanol kemudian ditimbang menjadi 3 bagian dengan berat masing-masing 15 gram dan dilarutkan dengan 150 mL aquadest. Setiap bagian tersebut Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

Analisis kualitatif kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan terhadap ekstrak etanol, etilasetat, diklorometan dan n-heksan dengan menggunakan fasa diam Silikagel 60 F254. Sementara fasa gerak yang digunakan adalah kloroform : metanol (10 : 1), kloroform : metanol (2 : 1), dan n-heksan : etil asetat (2 : 1). Evaluasi hasil KLT dilakukan dengan pengamatan lempeng dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm setiap bercak yang teramati diberi tanda dengan pinsil. Evaluasi juga dilakukan dengan menggunakan pengembang bercak serium sulfat, untuk mendeteksi senyawa kimia secara umum, dan DPPH (1,1-diphenyl-1picrylhidrazyl), untuk mendeteksi senyawa kimia yang memiliki aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas (Yen, 1995) Pengujian dilakukan dengan mereaksikan sampel yang akan diuji dengan pereaksi DPPH, kemudian diinkubasi dalam penangas air pada suhu 370C selama 30 menit. Perubahan warna yang terjadi diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 515 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Fermentasi Angkak Dalam penelitian ini dilakukan 4 batch fermentasi. Hal ini dimaksudkan agar selain tersedia bahan penelitian yang memadai juga untuk melihat konsistensi dari hasil fermentasi. Tabel 1, menunjukkan rendemen atau perolehan angkak dari 4 batch fermentasi yang sudah dilakukan. Kecilnya rendemen terjadi karena selain adanya penyusutan bobot yang sangat besar dari bobot beras semula dan bobot setelah difermentasi, juga adanya sejumlah botol yang mengalami kontaminasi. Kontaminasi memang merupakan resiko dari proses fermentasi dengan metode fasa padat yang cukup sulit dihindarkan. Oleh karena itu, fermentasi dilakukan dengan menggunakan botol-botol kecil dalam jumlah banyak agar resiko kontaminasi tersebut bisa diperkecil (Gambar 1).

Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam

Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

405 ISSN :0854-4778

Gambar 1. Fermentasi angkak Tabel 1. Bobot dan % rendemen masing-masing Batch hasil fermentasi angkak Batch I II III IV

Jumlah Beras (gram) 5.000 5.000 5.000 10.000

Bobot angkak kering (gram) 625.855 1033.501 1340.615 1680.803

Rendemen (%) 12.517 20.670 26.812 16.808

Ekstraksi dan Partisi

Gambar 2. Ekstraksi

Gambar 3. Partisi

Dari kegiatan ekstraksi dengan metode refluks (Gambar 2) diperoleh bobot dan % rendemen dari ekstrak etanol pekat dari masing-masing Batch berkisar antara 19 – 25%

(Tabel 2). Ini berarti hanya sekitar 25% dari hasil fermentasi yang terpisahkan melalui proses ekstraksi ini.

Tabel 2. Bobot rendemen ekstrak etanol masing-masing Batch. Batch

Bobot rendemen (gram)

% Rendemen

I

57.378

19.126

II

75.299

25.100

III

77.073

25.691

Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam

Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

406 ISSN :0854-4778

Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

Setelah diperoleh ekstrak etanol pekat, hasil ekstraksi dari batch I kemudian dipartisi (Gambar 3) dengan pelarut n-heksan dan etilasetat secara bertingkat. Tabel 3,

memperlihatkan bobot dan % rendemen yang diperoleh dari partisi terhadap ekstrak kental tersebut.

Tabel 3. Bobot ekstrak diklorometan, n-heksan dan etilasetat Bobot (gram)

% Rendemen thd 30 gr

% Rendeman thd 300 gr

Batch I

n-heksan

Etilasetat

n-heksan

Etilasetat

n-heksan

Etilasetat

0.036

5.284

0.120

17.613

0.012

1.761

Sedangkan Batch II dan III masing-masing 15 gram dipartisi dengan pelarut diklorometan, etilasetat dan n-heksan secara tunggal. Bobot ekstrak dan % rendemen masing-masing Batch dapat dilihat pada Tabel 4. Pemilihan pelarut yang digunakan dimaksudkan untuk

memisahkan senyawa kimia berdasarkan tingkat polaritas senyawa yang terlarut dalam masing-masing pelarut, dengan urutan tingkat polaritas dari semipolar ke nonpolar berturutturut dikorometan, etilasetat dan n-heksan.

Tabel 4. Bobot ekstrak diklorometan, n-heksan dan etilasetat Batch II dan III Bobot (gram)

% Rendemen thd 30 gr

% Rendemen thd 300 gr

Batch Dikloro metan

Etil asetat

nheksan

Dikloro metan

Etil asetat

nheksan

Dikloro metan

Etil asetat

nheksan

II

0.785

1.411

0.369

5.233

9.407

2.460

0.262

0.470

0.123

III

1.846

1.581

0.876

12.307

10.540

5.840

0.615

0.527

0.292

Analisis Kualitatif dari Ekstrak Analisis kualitatif dengan menggunakan KLT (kromatografi lapis tipis) dilakukan terhadap ekstrak etanol, diklorometan, etil asetat dan n-heksan. Untuk mengetahui pola pemisahan yang baik

Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

digunakan beberapa jenis/campuran pelarut sedangkan untuk pengembang bercak digunakan serium sulfat dan DPPH. Serium sulfat digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia secara umum, sedangkan DPPH digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia yang memiliki aktivitas antioksidan.

Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam

Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

(a)

(b)

(e)

407 ISSN :0854-4778

(c)

(d)

(f) Gambar 4. Kromatogram KLT

(a) Fasa gerak n-heksan : etil asetat (2:1) dengan penyemprot bercak serium sulfat ; (b) Fasa gerak nheksan : etil asetat (2:1) dengan penyemprot bercak DPPH; (c) Fasa gerak CHCl3 : Metanol (2:1) dengan penyemprot bercak serium sulfat; (d) Fasa gerak CHCl3 : Metanol (2:1) dengan penyemprot bercak DPPH; (e) Fasa gerak CHCl3 : Metanol (10:1) dengan penyemprot bercak serium sulfat; (f) Fasa gerak CHCl3 : Metanol (10:1) dengan penyemprot bercak DPPH; Fasa diam alumunium silika gel 60 F254 (a-f) Pada Gambar 4 (a) dan (e) setelah disemprot dengan serium sulfat terlihat bahwa untuk ekstrak etanol (ET), spot kelima dan keenam, spot tidak bergerak dan tidak terjadi pemisahan hal ini bisa terjadi karena fasa gerak yang digunakan tidak cocok dan/atau penotolan jumlah sampel yang terlalu banyak, sedangkan ekstrak diklorometan (D), dua spot paling kanan, etil asetat (EA) dan n-heksan (N), spot pertama sampai keempat, terjadi pemisahan senyawa. Adanya beberapa spot dengan RF yang berbeda menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung beberapa jenis senyawa yang berbeda. Adapun setelah disemprot dengan DPPH, Gambar 4 (b) dan (d) terlihat bahwa semua ekstrak menunjukan adanya spot yang berwarna kuning hal ini menandakan bahwa semua ekstrak memiliki aktivitas antioksidan, akan tetapi aktivitas ini masih bersifat kualitatif sehingga diperlukan analisis lebih lanjut dengan spektrofotometer untuk mengetahui aktivitas yang bersifat kuantitatif Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam

sehingga diperoleh perbandingan % inhibisi untuk masing-masing ekstrak. Uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas Gambar 5 menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100 ppm hanya ekstrak etanol (A) dan ekstrak etil asetat (B) yang mampu mencapai 50% daya hambat (inhibisi) antioksidan, sedangkan ekstrak diklorometan (C) dan ekstrak n-heksan (D) tidak mampu. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang bersifat antioksidan lebih bersifat polar sehingga hasil ekstraksi dengan pelarut yang bersifat polar lebih memiliki aktivitas sebagai antioksidan. akan tetapi jika dibandingkan dengan Vitamin C (E) terlihat bahwa pada konsentrasi 6 ppm memiliki daya hambat (inhibisi) diatas 80%. Aktivitas antioksidan dari ekstrak angkak ini kemungkinan berhubungan dengan keberadaan asam-asam lemak tidak jenuh seperti yang dilaporkan oleh Ismail et al (2010), dimana dilaporkan bahwa kandungan asam-asam lemak tidak jenuh dari Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

408 ISSN :0854-4778

Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

ekstrak biji dua kultivar cantaloupe (belewah dan semangka) seperti lenoleat mampu menghambat terjadinya oksidasi pada β – carotene pada pengujian dengan metode beta carotene bleaching (BCB). Namun demikian, jika dibandingkan dengan Vitamin C (E),

dimana pada konsentrasi 6 ppm memiliki daya hambat (inhibisi) diatas 80% (Gambar 6), ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak beras merah hasil fermentasi ini masih sangat rendah.

Inhibisi Eks trak Etilasetat

Inhibisi Ekstrak Etanol 60

60

50

50 40 % Inh ib isi

% In h ib is i

40 30 20 10

20 10

0 -10 0

30

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

0

-20

-10

0

10

20

30

40

Konsentasi (ppm) Batch II

50

60

Batch III

Batch IV

Batch II

Batch III

A

90

100

110

90

100

110

Batch IV

Inhibisi Ekstrak n-Heksan

50

20

40

10

20 10 0 10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

% In h ib isi

30 % In h ib is i

80

B

Inhibisi Ekstrak Diklorom etan

-10 0

70

Konse ntrasi (ppm )

-20

0 -10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

-20 -30

-30

-40

-40

Konsentrasi (ppm )

Konsentrasi (ppm) Batch II

Batch III

Batch II

Batch IV

Batch III

C

Batch IV

D

Gambar 5. (A) Ekstrak Etanol; (B) Ekstrak Etilasetat; (C) Ekstrak Diklorometan; (D) Ekstrak nHeksan. Inhibisi Vitam in C 120

Persentase (%)

100 80 60 40

y = 9.1256x + 17.414 R2 = 0.8756

20 0 0

2

4

6

8

10

12

Konenstr asi (ppm ) % Inhibisi

Linear (% Inhibisi)

Gambar 6. Aktivitas inhibisi vitamin C Dari 4 ekstrak yang diuji yaitu ekstrak etanol, etilasetat, diklorometan dan n-heksan. Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh urutan ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan dari yang tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut : ekstrak etanol, etilasetat, diklorometan dan n-heksan (Gambar 7). Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

Ekstrak etanol memiliki nilai IC50 dengan kisaran 90 – 110 ppm, nilai IC50 ekstrak etanol tersebut lebih rendah dibandingkan nilai IC50 ekstrak yang lain sehingga aktivitas antioksidan ekstrak etanol lebih aktif dibandingkan dengan ekstrak lain.

Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam

Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

409 ISSN :0854-4778

IC50 Batch II - III

800 700 600 500 IC50 (ppm) 400 300 200 100 0 Etanol

Etilasetat

Batch II

Diklorometan Ekstrak

Batch III

n-Heksan

Batch IV

Gambar 6. Perbandingan nilai IC50 dari berbagai ekstrak

Sebagai penjelasan yang paling mungkin untuk hal ini adalah dikarenakan ekstrak etanol banyak mengandung kelompok senyawasenyawa polar yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan seperti kelompok polifenol atau flavonoid dan asam-asam lemak. Seperti dilaporkan oleh Ismail et al (2010), bahwa aktivitas antioksidan sangat berhubungan dengan komposisi atau keberadaan asam-asam lemak. Akan tetapi nilai IC50 dari ekstrak etanol masih jauh lebih tinggi dibandingkan nilai IC50 dari vitamin C yang hanya 3 ppm.

Obat Herbal Terstandar Berbasis Beras Merah Hasil Fermentasi. Untuk itu, ucapan terimakasih kami sampaikan pada Korsub Molecular farming dan bahan baku obat, program Kompetitif LIPI yang telah memberikan kemungkinan pada kami memperoleh pendanaan untuk kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA 

Abraham, A. Kroon, Wim N.J.C. van Asten and Anton F.H. Stanlenhoef, 1996, Effect of apheresis of Low-Density Lipoprotein on Peripheral Vascular disease in Hypercholesterolemic Patients with Coronary Artery Disease, Annals of Internal Medicine : 945-954.



Chairote, Em-on., G. Chairote and S. Lumyong, 2009, Red yeast rice prepared from Thai glutinous rice and the antioxidant activities, Chiang Mai Journal of Science vol. 36 (1) :42-49



Endo, Akira & K. Hasumi, 1984, Dihydromonacolin L and

KESIMPULAN Meskipun aktivitas anti oksidan yang dimilikinya terbilang rendah, yaitu dengan nilai IC50 berkisar 90 sampai 110 ppm dan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai IC50 dari vitamin C yang hanya 3 ppm, hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari angkak memiliki aktivitas antioksidan. Sehingga selain bisa menurunkan HDL dan meningkatkan HDL, angkak atau ekstraknya memiliki kemampuan untuk menghambat terjadinya oksidasi lipid. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan Penelitian dalam program kompetitif LIPI tahun 2012 yang berjudul Pengembangan Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam

Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

410 ISSN :0854-4778

Prosiding Seminar Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan” Hotel Phoenix Yogyakarta, 6 September 2012

monacolin X, new metabolites those inhibit cholesterol biosynthesis, The Journal of Antibiotics, Vol.38, No. 3. 

Endo,



Ismail, M., A. Mariod, G. Bagalkotkar and H.S. Ling, 2010, Fatty acid composition and antioxidant activity of oils from two cultivars of cantaloupe extracted by supercritical fluid extraction, Grasas Y Aceites 61 (1): 37-44.







Akira, D. Komagata & H. Shimada, 1986, Monacolin M, a new inhibitor of cholesterol biosynthesis, The Journal of Antibiotics, Vol. 39 No. 12.

Rajasekaran, A. and M. Kalaivani, 2011, Hypolipidemic and antioxidant activity of aqueous extract of Monascus purpureus fermented Indian rice in high cholesterol diets fed rats, Turk. J. Med. Sci.,41 (1) : 25-32. Tisnadjaja, D., 2003, Pengaruh Penambahan Glukosa dan Sodium asetat pada Proses Produksi Bahan Penurun Kolesterol Monascus Powder, Nusa Kimia, Jurnal Ilmu-Ilmu Kimia, Vol. 3, No. 1. ISSN 1412467-467X, 34-41. Yen Gow-Chin, Chen Hui-Yin. 1995. Antioxidant Activity of Various Tea Extract in Relation to Their Antimutagenecity. Journal Agricultural and Food Chemistry. Vol. 43. USA: American Chemical Society. p. 27-32.

Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia

TANYA JAWAB Siti Wardiyati  Angkak sebagai antioksidan buah-buahan mengandung vitamin C sebagai antioksidan, apakah angkak juga mengandung vitamin C ? Djadjat Tisnadjaja  Tidak, aktivitas antioksidan dari angkak bukan karena vitamin C, tapi lebih berkaitan dengan keberadaan asam buah jenuhnya. June Mellawati  Yang saya ketahui Angkak untuk DB, tetapi kolesterol dan antioksidan ampuh dengan angkak, bagaimana saudara menanggapi ?  Beras merah yang difermentasi yang masih ada kulit arinya atau bersih ? mengapa ?  Yeast apa yang dipakai fermentasi ?  Apa beda angkak yang ada di pasaran dengan angkak yang diproduksi bapak ? Djadjat Tisnadjaja  Sebenarnya angkak lebih difokuskan untuk kolesterol karena adanya kandungan monakolin yang mirip dengan statin dan mampu mengurangi sintesis kolesterol. Sementara untuk DBD itu lebih banyak bukti empiris tapi secara ilmiah masih belum dipahami.  Beras yang bersih karena yang ada kulit arinya bisa menghambat penetrasi kapang hidup nutrisi.  Yang digunakan bukan yeast tapi kapang yaitu monacus purpureus  Perbedaan utama adalah pada kandungan monakolin

Djadjat Tisnadjaja, Herman Irawan, dan Bustanussalam