GURU DAN KTI.pdf - LPMP Sulsel

24 downloads 1241 Views 260KB Size Report
ditulis dalam jurnal-jurnal ilmiah, penyajian makalah dalam seminar-seminar ... menggenaralisasikan bahwa kemampuan guru–guru kita dalam menulis karya ...
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=164:guru-dan-kti&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

GURU DAN KARYA TULIS ILMIAH Daswatia Astuty D Endang Asriyanti AS

Guru memiliki peran yang sangat strategis di sekolah. Disamping sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai peneliti sekaligus penyebar ilmu pengetahuan. Disamping itu guru juga adalah model perubahan yang membawa perubahan dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang tertinggal menjadi maju. Boyer (1987) dalam Jacob 2002a menulis bahwa mengajar adalah penting, tetapi penelitian dan publikasi ilmiah adalah lebih penting. Pernyataan Boyer ini jika kita telaah lebih mendalam merupakan tantangan bagi guru, bahwa tugas guru itu tidak hanya mengajar tetapi juga meneliti dan menulis. Dapat dikatakan bahwa kesuksesan guru tidak hanya dilihat dari bagaimana dia mengajar, tetapi juga dilihat dari artikel-artikelnya yang ditulis dalam jurnal-jurnal ilmiah, penyajian makalah dalam seminar-seminar pendidikan. Dengan kemampuan yang dimiliki tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh positif kepada

murid-muridnya.

Tetapi

kalau

kita

melihat

kenyataannya

tentu

kita

dapat

menggenaralisasikan bahwa kemampuan guru–guru kita dalam menulis karya tulis ilmiah masih rendah. Didalam Buku 1 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dinyatakan bahwa publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 kelompok kegiatan, yaitu: a. presentasi pada forum ilmiah; sebagai pemrasaran/nara sumber pada seminar, lokakarya ilmiah, koloqium atau diskusi ilmiah; b. publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal. Publikasi ilmiah ini mencakup pembuatan: 1) karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya yang: 1

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=164:guru-dan-kti&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

o

diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk buku yang ber-ISBN dan diedarkan secara nasional atau telah lulus dari penilaian ISBN,

o

diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat nasional yang terakreditasi, provinsi, dan tingkat kabupaten/kota,

o

diseminarkan di sekolah atau disimpan di perpustakaan.

2) tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikanyang dimuat di: o

jurnal tingkat nasional yang terakreditasi;

o

jurnal tingkat nasional yang tidak terakreditasi/tingkat provinsi;

o

jurnal tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/-madrasah, dsb.

c. publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru. Publikasi ini mencakup pembuatan: 1) buku pelajaran per tingkat atau buku pendidikan per judul yang: o

lolos penilaian BSNP

o

dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN

o

dicetak oleh penerbit dan belum ber-ISBN

2) modul/diklat pembelajaran per semester yang digunakan di tingkat: o

provinsi dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Provinsi;

o

kabupaten/kota dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;

o

sekolah/madrasah setempat.

3) buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit yang ber-ISBN dan/atau tidak ber-ISBN; 4) karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala sekolah/ madrasah tiap karya; 5) buku pedoman guru. Di bawah ini adalah beberapa fakta yang menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menulis karya tulis ilmiah masih rendah: 1) Kurangnya tulisan–tulisan guru yang dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah, 2) Banyak guru PNS yang akhirnya tidak dapat berpindah dari golongan IV/a ke golongan IV/b, harus stagnan pada golongan IV/a karena tidak dapat membuat suatu karya tulis ilmiah sebagai persyaratan dalam DUPAK. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah:

2

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=164:guru-dan-kti&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

Tabel 1 kondisi/gambaran guru yang mengikuti program DUPAK Tahun

Banyak guru yang memasukkan KTI DUPAK

Banyak guru yang lulus

Banyak guru yang tidak lulus

Des 2007

211

40 (18.96%)

171 (81.04%)

April 2007

210

40 (19.05%)

170 (80.95%)

Mei 2008

178

4123.03%)

137 (76.97%)

Okt 2009

174

32 (18.39%)

142 (81.61%)

Mar 2009

276

60 (21.74%)

216 (78.26%)

Mar 2010

234

109 (46.58%)

125 (53.42%)

Sumber data: LPMP Sulsel 2010 Dari data di atas dapat dilihat bahwa banyak guru yang tidak lulus dalam proses seleksi DUPAK yang diartikan bahwa karya tulis ilmiah yang disajikan tidak layak sehingga hanya sebagian kecil saja yang dapat lulus atau melewati proses seleksi ini. Hal ini mengakibatkan banyak guru yang mesti tetap berada pada golongan IV/a karena kemampuan yang lemah dalam menulis karya tulis ilmiah. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional Guru harus menggunakan angka kredit (Akib 2003). Pada aturan yang lama tersebut juga dinyatakan bahwa kenaikan pangkat/jabatan Guru Pembina /Golongan IV-a ke atas mewajibkan adanya angka kredit kegiatan Pengembangan Profesi. Salah satu macam kegiatan pengembangan profesi Guru adalah menyusun Karya Tulis Ilmiah. Berdasarkan Peraturan Bersama Mendiknas dan BKN tentang Juklak Jabfung Guru dan Angka Kredtnya tahun 2010 dinyatakan pada pasal 17 ayat 2 bahwa untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi dari Guru Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang meliputi sub unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif. 3

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=164:guru-dan-kti&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu baik bagi proses belajarmengajar

dan

profesionalisme

tenaga

kependidikan

lainnya

maupun

dalam

rangka

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan. Macam kegiatan guru yang termasuk kegiatan Pengembangan Profesi adalah: 

melaksanakan kegiatan karya tulis/karya tulis ilmiah di bidang pendidikan



menemukan teknologi tepatguna di bidang pendidikan



membuat alat pelajaran/peraga atau bimbingan



menciptakan karya seni



mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Karya tulis ilmiah di bidang pendidikan terdiri atas:  karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan  karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan  tulisan ilmiah popular di bidang pendidikan dan kebudayaan

yang

disebarluaskan melalui media massa  prasarana yang berupa tinjauan , gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah  buku pelajaran atau modul  diktat pelajaran  karya penerjemahan

buku pelajaran /karya ilmiah yang bermanfaat bagi

pendidikan Kemudian kita dapat melihat pada Tabel 2 di bawah ini yang akan menjadi gambaran berapa banyak guru yang berada pada golongan IV/a yang mesti diberikan bimbingan lebih lanjut sehingga memiliki kemampuan menulis karya tulis ilmiah. Tabel 2 Banyak guru golongan IV/a di Sulawesi Selatan Tahun

Banyak guru PNS

Banyak guru yang berada pada golongan IV/a

2010

76.507

30.391

Sumber data: LPMP Sulsel 2010 4

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=164:guru-dan-kti&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terdapat 30.391 guru yang sekarang berada pada golongan IV/a. Guru ini mesti mengembangkan kemampuan menulisnya sehingga dapat menulis karya tulis imiah. 3) Menurut Sartono Kabiro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional dalam Lokakarya Tradisi Ilmiah Guru di Jakarta bahwa dari 2,6 juta guru, hanya 0,87 persen guru golongan IV/b, 0,07 persen guru golongan IV/c dan 0,02 persen golongan IV/d (sumber Kompas 18 Juni 2010).

4) Penerbitan buku yang ditulis oleh guru masih kurang dibandingkan dengan jumlah guru yang ada sekitar 2,6 juta orang. 5) Hasil pemeriksaan sertifikasi pada komponen tujuh yaitu Karya Pengembangan Profesi menunjukkan bahwa publikasi buku dan artikel guru masih kurang, kalaupun ada biasanya mengisi pada level lokal. Tabel 3: Komponen Karya Pengembangan Profesi Skor Jenis Bukti Fisik/Karya

a. Buku*)

b. Artikel

Publikasi

relevan

Tidak relevan

Nasional

50

35

Provinsi

40

25

Kab./kota

30

15

Jurnal Terakreditasi

25

20

Jurnal Tdk Terakreditasi

10

8

Majalah/Koran Nasional

10

8

Majalah/Koran Lokal

5

3

c. Menjadi reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, 2 per kegiatan penulis soal EBTANAS/UN/UASDA d. Modul dicetak lokal Minimal mencakup materi 1 semester, skor maksimal (kab./kota) e. Diktat

20**) Minimal mencakup materi 1 semester, skor maksimal 15**)

f.

Media/Alat

Setiap membuat satu media/alat pembelajaran diberi

pembelajaran

skor 5***)

5

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=164:guru-dan-kti&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

g. Laporan penelitian di Setiap satu laporan diberi skor maksimal 15****) bidang pendidikan h. Karya

sebagai ketua 60% dan anggota 40%

teknologi Setiap karya diberi skor maksimal 15*****)

(TTG) dan karya seni (patung, kriya, sastra, music, tari, dll)

Catatan: *)

Buku publikasi nasional adalah buku yang dipakai secara nasional dan ber-ISBN dan ditetapkan oleh BSNP sebagai buku standar; publikasi provinsi adalah buku ber-ISBN; publikasi kab./kota adalah buku yang tidak ber-ISBN.

**)

Penskoran mempertimbangkan kualitas modul/diktat

***)

Penskoran mempertimbangkan kualitas media/alat pembelajaran

****) Penskoran mempertimbangkan kualitas laporan yang meliputi aspek masalah, telaah teoretik, metode, hasil, dan tata tulis ilmiah. Laporan penelitian mandiri/sebagai ketua yang dinilai maksimal 3 laporan per tahun *****) Penskoran mempertimbangkan kualitas, karya teknologi mempertimbangkan manfaat, dan karya seni mempertimbangkan estetika. Artikel/makalah/karya tulis ilmiah yang tidak dipublikasikan, baik pada jurnal, forum ilmiah, maupun media massa tidak diberi skor. 6) Kurangnya keikutsertaan dalam forum ilmiah Tabel 4: Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah Tingkat

Relevan

Tidak Relevan

Pemakalah

Peserta

Pemakalah

Peserta

Internasional

50

10

25

5

Nasional

40

8

20

4

Provinsi

30

6

15

3

Kab./Kota

20

4

10

2

Kecamatan

10

2

5

1

6

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=164:guru-dan-kti&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

Selain fakta di atas, disadari pula bahwa menulis karya tulis ilmiah itu juga adalah merupakan salah satu kompetensi profesional yang mesti dimiliki oleh guru. Standar pendidik dan tenaga kependidikan Permendiknas nomor 16 tahun 2007, pada bagian kompetensi profesional dinyatakan bahwa beberapa kompetensi yang mesti dimiliki dan dikembangkan oleh guru adalah: 1) melakukan refleksi akuntabilitas secara terus menerus, 2) menggunakan hasil refleksi untuk meningkatkan profesionalisme, dan 3) melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan profesionalisme. Pada poin terakhir, sangat jelas dinyatakan bahwa guru yang memiliki kompetensi professional harus dapat melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas yang diwujudkan dengan penulisan suatu karya tulis ilmiah. Dapatlah dikatakan bahwa kemampuan menulis guru mesti ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat memenuhi standar kompetensi profesional pendidik. Dengan dipenuhinya kemampuan melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas yang diwujudkan dengan kemampuan menghasilkan karya tulis ilmiah, maka seorang guru dapat pula melakukan refleksi pengajarannya secara terus menerus sehingga dapat terus meningkatkan kemampuan dirinya. REFERENSI Akib, Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Irama Widya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010. Buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional. Jacob, A. Meningkatkan Peran Serta Guru dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2010. Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. LPMP Sulawesi Selatan. 2009. Profil Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Makassar: LPMP Sulawesi Selatan. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sartono. 2010. Kemampuan Guru Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Kompas. 18 Juni 2010. Suriasumantri, Jujun.S. 1985. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan. Sembiring, Darwis. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis dan Kualitas Karya Tulis Ilmiah Guru. www.tedcbandung.com 7