hubungan antara konformitas dengan kreativitas remaja putri smk

29 downloads 2158 Views 47KB Size Report
konformitas dengan kreativitas pada remaja putri SMK Negeri I Depok. Hipotesisi ... Kreativitas merupakan salah satu potensi dan kualitas diri yang perlu.
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KREATIVITAS REMAJA PUTRI SMK NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagai SyaratSyarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Psikologi

Disusun oleh :

ANNY ANGGRAENI 01 320 030

1

2

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2006 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KREATIVITAS REMAJA PUTRI SMK NEGERI I DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Disetujui tanggal :

Dosen Pembimbing

(Dr. Sukarti)

3

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KREATIVITAS REMAJA PUTRI SMK NEGERI I DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA Anny Anggraeni Sukarti RR. Indah Ria INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara konformitas dengan kreativitas pada remaja putri SMK Negeri I Depok. Hipotesisi penelitian yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara konformitas dengan kreativitas pada remaja putri SMK Negeri I Depok Sleman Yogyakarta. Subjek penelitian adalah siswi kelas II Akuntasi yang berusia antara 15-18 tahun atau remaja tengah. Skala yang digunakan yaitu skala konformitas yang di modifikasi dari skala yang disusun oleh Siahaan (2001) yang mengacu pada teori Furhmann dan Cialdini yang berjumlah 33 aitem. Tes Kreativitas yang digunakan adalah tes kreativitas verbal dari Munandar. Tes tersebut terdiri atas enam subtes dengan masing-masing subtes terdiri dari 4 aitem. Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan kreativitas remaja putri. Korelasi Spearman’s rho menunjukkan korelasi sebesar r = -0,364 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara konformitas dengan kreativitas. Jadi hipotesis peneliti diterima. Kata Kunci: Konformitas, Kreativitas

4

Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan salah satu potensi dan kualitas diri yang perlu dikembangkan dan sangat dibutuhkan saat ini. Mengingat bahwa ada berbagai macam tantangan kehidupan dalam setiap bidang yang menuntut penyelesaian masalah dengan cara–cara baru atau dengan kata lain penyelesaian masalah secara kreatif. Ditambah lagi kondisi bangsa kita yang mengalami krisis seperti sekarang ini, sebagai generasi muda harus mampu menyumbangkan gagasan-gagasan yang bisa bermanfaat untuk banyak orang. Munandar (1999) menyebutkan bahwa kreativitas atau daya cipta memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya. Menurut Wycoff (2003), dunia sekitar berubah dengan sangat cepat. Begitu cepatnya sehingga manusia sering tidak sadar dan merasa seolah-olah berada di daerah baru.

Daerah baru ini membutuhkan pendekatan dan cara

penyelesaian yang baru dalam menghadapi tantangannya, yang kita namakan imajinasi dan kreativitas. Imajinasi dan kreativitas kita yang akan membuka pintu menuju kemajuan menuju produk baru dan pelayanan baru, menuju pasar dunia baru, menuju cara berkomunikasi yang baru, menghadirkan hal-hal yang lebih indah, lebih berirama, sekolah yang lebih baik, lapangan pekerjaan yang lebih banyak, dan akhir peperangan dan kelaparan.

5

Fakta menunjukkan masih banyak lulusan perguruan tinggi dinilai kurang dapat memenuhi tuntutan dunia kerja. Mereka hanya dapat menerapkan teknikteknik yang telah diajarkan, tetapi mereka tidak berdaya jika menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran-pemikiran atau pemecahan masalah secara kreatif. Selain itu juga masih banyak dari mereka yang tidak berhasil mencetuskan gagasan-gagasan kreatif atau karya-karya kreatifnya (Daruma 1997) .

Hal ini dimungkinkan karena pendidikan formal pada umumnya masih

lebih banyak melatih siswa-siswa dalam proses pemikiran yang rendah seperti kognisi dan ingatan, sedang proses pemikiran yang lebih tinggi seperti analisis, sintesis, evaluasi, kemampuan membuat prediksi, berfikir kreatif, serta sikapsikap yang memungkinkan siswa-siswa menghadapi masalah-masalah yang bukan rutin, justru kurang dikembangkan. Dalam hal ini peningkatan kreativitas anak di sekolah harus direalisasikan dengan melatih mereka dalam pengembangan proses berpikir kreatif yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswi SMK Negeri I Depok, mereka merasa bahwa selama ini sulit mengeluarkan kreativitasnya, salah satunya para siswa merasa takut jika mereka mengeluarkan ide-ide tidak diterima oleh teman-temannya, takut tidak dianggap bermutu dan dikatakan “sok pintar”. Oleh karena itu mereka lebih condong mengikuti perilaku yang sudah ada, aktivitas yang mereka lakukan menjadi cenderung mengikuti teman karena takut dikatakan kuno atau tidak kompak dengan teman dan takut tidak punya teman, sedangkan hasil wawancara peneliti dengan guru salah satu hal yang menghambat kreativitas siswa adalah mereka kurang diajarkan berpikir

6

yang logis alasannya sekolah ini adalah sekolah kejuruan oleh karena itu hal-hal yang di fokuskan lebih keketrampilannya. Selain itu keterangan yang diperoleh bahwa kreativitas siswi masih kurang dibidang ilmiah meskipun tidak dibawah standar normal, sehingga ketika dihadapkan pada sutau situasi dimana mereka harus menujukkan kemampuannya, mereka harus selalu didorong dan diberikan contoh terlebih dahulu. Menurut pendapat Gymnastiar (www.republika.com) mengatakan bahwa kemampuan kita untuk berkreasi, berinovasi dan menerobos hal-hal yang baru sebenarnya sangat luar biasa. Asalkan tidak terbelenggu oleh pendapat, sistem, dan lingkungan yang telah ada sebelumnya. Selain itu, kita harus selalu memulai sesuatu dengan perhitungan yang matang. Orang yang berpikir kreatif tidak selamanya dapat menjadi orang yang kreatif, kalau orang itu tidak mau menindak lanjuti ide, gagasan, konsep-konsep, pemikiran-pemikirannya, ke dalam tindakan yang nyata (Dariyo, 2004). Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemikir kreatif harus mau bersusah payah, bertindak dan melakukan aktivitas untuk mengaktualisasikan pemikirannya. Dalam upaya memupuk dan mengembangkan kreativitas diperlukan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas, baik yang bersumber dari diri individu maupun yang bersumber dari luar diri individu. Menurut Amabile (1983) mengemukakan faktor dari diri individu yang mempengaruhi kreativitas antara lain intelegensi, motivasi, kemandirian, kepercayaan diri dan disiplin diri, sedang faktor yang bersumber dari luar diri

7

anak adalah faktor lingkungan yang memberikan kondisi ada atau tidak adanya tekanan-tekanan sosial dilingkungannya. Gymnastiar (www.republika.com) juga berpendapat bahwa orang kreatif adalah orang yang tidak terbelenggu dengan pendapatnya sendiri. Tentu, terbuka dengan hal-hal baru tidak harus menjadikan kita mengikuti hal-hal baru tersebut. Kita bisa mengolahnya, menyaring hal-hal yang baik, dan menyesuaikan dengan nilai-nilai yang kita anut. Sementara kreativitas diteliti lebih tinggi tingkatannya pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, terutama setelah masa berlalunya masa kanak-kanak (Hurlock, 1990). Kemungkinan terjadinya karena adanya perbedaan perlakuan yaitu laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, mengambil resiko, dan inisiatif. Pendapat tersebut didukung oleh Haring dan Anderson (Daruma, 1997) mengemukakan bahwa dalam masyarakat, perempuan diberi kesempatan untuk lebih dependen, sehingga dalam proses perkembangannya selalu tergantung pada orang lain. Perlakuan sosial yang demikian mengakibatkan kreativitas anak perempuan kurang berkembang karena perlakuan-perlakuan terhadap mereka kurang mendukung kearah pemikiran yang kreatif, sehingga pada masa perkembangannya remaja putri hanya mengikuti pola-pola yang terdapat dilingkungannya. Menurut Amabile (Negara dkk, 2000) salah satu elemen kreativitas adalah gaya kepribadian yang terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut: sensitif terhadap masalah, fleksibel, keaslian, bertanggung jawab terhadap perasaan, terbuka,

8

menerima dan mengonsultasikan sesuatu yang tampak berlawanan, mandiri, percaya diri, independen, gigih, spontan, rendah hati, dinamis. Menurut pendapat Hilgard dan Atkinson (Gandadiputra, 1980) ciri atau karakteristik orang-orang kreatif adalah bebas dalam berpikir dan bertindak, sehingga orang yang kreatif tidak menyukai kegiatan-kegiatan kelompok yang menuntut konformitas dan tidak mudah dipengaruhi oleh desakan-desakan sosial bila mereka telah yakin bahwa pendapatnya sendiri benar, kencenderungan untuk kurang dogmatis dan lebih relativistik dalam pandangan-pandangan hidupnya dibandingkan dengan orang-orang yang dinilai tidak kreatif, berkemauan untuk mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasarkan akal, menyukai halhal yang rumit dan baru, menghargai humor dan mereka mempunyai a good sense of humor, menekankan pentingnya nilai-nilai teorits dan estetik. Sebagai remaja, waktu lebih banyak dihabiskan dengan teman sesama remaja daripada dengan orang tua atau anggota keluarga lain, karena para remaja bersama-sama di sekolah dari pagi sampai siang, belum lagi kalau ada ekstra kurikuler, les, bahkan nonton bioskop atau ke mal bersama. Acara liburan pun seringkali dilewatkan untuk berekreasi juga bersama teman, seperti misalnya pergi camping atau berdarmawisata ke kota lain. Kelompok sebaya, dalam hal ini teman sekolah, sangat besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi selama masa remaja. Kelompok teman sebaya tidak hanya berfungsi sebagai sumber pelindung perasaan, tetapi juga membuat acuan perilaku sosial yang dapat diterima dan mengharapkan agar anggota-anggota kelompoknya dapat menyesuaikan diri dengan acuan-acuan tersebut. Kelompok

9

meminta agar anggota-anggota setia pada kelompok dan terikat pada tujuan kelompok yang telah ditetapkan. Interaksi yang intensif ini juga disertai oleh fenomena yang disebut peer pressure atau tekanan teman sebaya, tentunya bisa dirasakan betapa besar pengaruh teman sebaya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari cara berbicara, berpakaian, sampai bertingkah laku, kita tidak hanya mengikuti apa yang diajarkan dan diarahkan oleh orang tua di rumah, tetapi juga memperhatikan dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-teman sebaya (www.kompas.com) Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan salah satu faktor yang menyebabkan remaja putri kurang atau tidak kreatif salah satunya karena faktor konformitas. Ubaydillah (www.e-psikologi.com) mengatakan, konformitas adalah musuh utama kreativitas, lanjutnya terimalah kenyataan bahwa persoalan tertentu sudah tercipta sudut pandang kolektif tertentu tetapi yang tidak boleh diabaikan adalah kesempatan memunculkan sudut pandang pribadi terhadap persoalan tertentu. Dari penelitian diketahui bahwa konformitas merupakan salah satu pengaruh sosial yang turut mempengaruhi kreativitas individu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa konformitas turut terbentuk salah satunya karena pengaruh dari aspek-aspek kepribadian individu, di antaranya adalah fungsi kognitif, fungsi emosi, dan motivasi, konsep diri, hubungan interpersonal, beserta sikap dan nilainilai individu (Krech dkk.1962).

10

Menururt Sears (1991) konformitas adalah bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang menampilkan perilaku tersebut. Konformitas adalah usaha manusia untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dengan mengubah persepsi, pandangan, sikap, atau perilaku pribadinya sesuai dengan tuntutan lingkungan, baik yang bersifat nyata maupun tidak nyata. Konformitas terjadi saat individu mengadopsi sikap atau perilaku orang lain disebabkan karena ada ataupun tidak adanya tekanan dari orang lain, maka individu cenderung menyamakan dirinya dengan orang lain sehingga menjadi sama dengan orang lain tersebut. Pada intinya konformitas dilakukan individu sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan kelompok ataupun anggotaanggota kelompok lainnya. Penjelasan diatas mendukung

penelitian yang

dilakukan oleh Asch (Michener & DeLamater, 1999) hasil penelitannya menunjukkan bahwa konformitas lebih mudah terjadi pada wanita karena sifatsifat wanita pada umumnya seperti penurut, pasif, tunduk pada otoritas, mengalah dan enggan memunculkan konflik dalam upaya menjaga keharmonisan pada orang lain atau kelompoknya. Seperti terlihat Di Indonesia ini remaja usia SMP atau SMU melakukan konformitas dalam berbagai hal misal cara berpakaian. pola perilaku, bahasa , kegiatan kelompok, gaya yang sama. Selain itu pada remaja putri konformitas lebih mudah terjadi dalam penampilan fisik dan kegiatan kelompok. Mereka cenderung melakukan konformitas untuk mengikuti tren remaja masa kini karena jika tidak mengikutinya, remaja akan merasa berbeda dengan teman remaja sebayanya dan takut dianggap kuno, sehingga kemungkinan

11

kreativitas yang ada pada diri remaja akan tertekan oleh tren remaja yang berkembang pada saat itu. Keadaan ini juga didorong semakin banyaknya majalah-majalah remaja dan tayangan-tayangan di media audio visual yang isinya mengulas tentang masalah tren yang sedang berkembang dan gaya hidup para bintang. Hal itu telah menjadi acuan atau pedoman yang menjerat para remaja, kondisi tersebut menunjukkan remaja telah mengintimitasi gaya hidup dari kelompok maupun lingkungan sehingga kemampuan yang seharusnya dapat muncul atas kreativitas sendiri menjadi terlupakan. Dalam penelitian ini ingin mengetahui apakah remaja putri telah sedemikian konformnya dengan sikap, nilai atau perilaku ataupun tindakannya, yang berakibat membelenggu kreativitas. Jika memang demikian dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yakni sejauh mana pengaruh konformitas terhadap kreativitas remaja putri.

HIPOTESIS Berdasarkan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah ada hubungan negatif antara konformitas dengan kreativitas pada remaja putri SMK Negeri I Depok Sleman Yogyakarta.

METODE PENELITIAN Variabel-variabel penelitian 1. Variabel Dependent

: Kreativitas

2. Variabel Independent

: Konformitas

12

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah remaja putri kelas dua SMK Negeri 1 Depok, Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini mempunyai karakteristik sebagai remaja awal dan remaja tengah berumur antara 15 – 18 tahun. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur tes kreativitas verbal dan skala konformitas. Tes yang digunakan adalah Tes Kreativitas Verbal dari Utami Munandar, Tes Kreativitas Verbal ini terdiri atas enam subtes yang masingmasing subtes terdiri dari 4 aitem., sedangkan alat ukur skala konformitas peneliti memodifikasi dari skala konformitas yang disusun oleh Siahaan (2001) yang mengacu pada teori Furhman dan Cialdini, terdiri dari dua aspek (a) penyesuaian perilaku dengan perilaku kelompok (perubahan perilaku). Individu menyesuaikan perilakunya agar sama dengan perilaku kelompok dengan berpegang pada standar kelompok (b) perilaku standar kelompok (tekanan kelompok), ada tuntutan yang dirasakan individu dalam kelompok ketika mengetahui informasi dan norma yang berasal dari kelompok. Tuntutan ini dapat menjadi tekanan yang bersifat imajiner atau nyata bagi individu.

METODE ANALISIS DATA Metode analisis data yang dugunakan untuk melihat hubungan antara konformitas dengan kreativitas adalah dengan menggunakan korelasi Spearman bila berdistribusi tidak normal dan linear. Apabila hasil statistik menunjukkan

13

distribusi normal dan linear maka digunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program komputer SPSS 11.00 for windows.

HASIL PENELITIAN Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas dan kreativitas (r=–0.364, p