Isi Tesis - Program Pasca Sarjana - Universitas Udayana

51 downloads 1594 Views 7MB Size Report
negeri, sebagai contoh adalah tragedi ledakan bom di Kuta tahun 2002 dan Hotel JW. Marriot dan .... mengadakan pergelaran, dan Fakultas Seni Rupa dan Desain akan mengadakan pameran. ... Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Sub. Bagian ...... Karawitan, Seni Pedalangan, Seni Rupa Murni, Desain Interior,.
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pulau Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata di Indonesia memiliki

keunikan yang khas bila dibandingkan dengan destinasi-destinasi lainnya. Kekhasan budaya dan religinya mampu memikat wisatawan untuk datang dan kembali lagi ke Bali. Kedatangan wisatawan ke Pulau Bali pertama kali tercatat pada masa pemerintahan kolonial Belanda yang dicatat oleh Tourist Bureau. Kunjungan wisatawan pada tahun 1924 ke Pulau Bali berjumlah 213 orang dan terus meningkat menjadi 1.428 orang pada tahun 1929. Namun, beberapa tahun berikutnya tidak terjadinya peningkatan akibat dari kemelut ekonomi yang terjadi di dunia. Pada tahun 1934 jumlah kedatangan wisatawan naik lagi hingga mencapai jumlah rata-rata 3.000 orang pengunjung per tahunnya pada akhir dasa warsanya (Picard, 1996: 25). Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali pada Pelita I yaitu antara tahun 1969 – 1973 sebanyak 11.278 orang dan mengalami peningkatan menjadi 53.803 orang pada tahun 1973. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali terus terjadi dari Pelita II sampai pada akhir Pelita V, yaitu menjadi 885.516 orang pada tahun 1993. Antara tahun 1994 - 2006 terjadi fluktuasi jumlah kunjungan wisatawan ke Bali yang disebabkan oleh berbagai macam gangguan di dunia, Asia Tenggara, maupun di dalam negeri sendiri. Adanya

2

ancaman keamanan oleh tindakan teroris yang dilakukan di dunia maupun di dalam negeri, sebagai contoh adalah tragedi ledakan bom di Kuta tahun 2002 dan Hotel JW Marriot dan The Ritz-Carlton di Jakarta tahun 2009; dan merebaknya virus-virus baru yang menyebar ke negara-negara di Asia Tenggara seperti virus H1N1 dan H1N5. Namun seiring dengan membaiknya kondisi keamanan dan penanganan masalah kesehatan, kunjungan wisatawan kembali naik pada tahun 2007 yaitu sebanyak 1.664.854 orang, pada tahun 2008 sebanyak 1.968.892 orang dan meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 2.229.945 orang (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010). Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa pariwisata adalah “berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah”, sedangkan pengertian wisata adalah, “...kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.” (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, pasal 1 ayat 1) Pariwisata yang dikembangkan Bali adalah pariwisata budaya. Hal ini ditetapkan oleh pemerintah Provinsi Bali karena kebudayaannya yang khas, unik, dan berbeda. Pemerintah Provinsi Bali menetapkan hal ini pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1974 dan kemudian diperbahurui lagi oleh Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali nomor 3 tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya (Lembaran

3

Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun 1991 Nomor 241 Seri C Nomor 239). Pariwisata budaya yang dimaksud adalah, “...jenis pariwisata yang dalam perkembangan dan pengembangannya menggunakan kebudayaan daerah Bali yang dijiwai agama Hindu yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional sebagai potensi dasar yang dominan, yang di dalamnya tersirat suatu cita-cita akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dengan kebudayaan sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras, dan seimbang”. (Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat 1 Bali nomor 3 tahun 1991, pasal 1 ayat j) Dari

penjelasan

tersebut,

Bali

mengandalkan

kebudayaan

di

dalam

mengembangkan pariwisatanya. Melihat kecenderungan yang terjadi mulai tahun 1990-an, tren pariwisata Bali bergeser dari mass tourism menjadi alternative tourism. Pariwisata masal melibatkan banyak orang dalam kegiatan wisatanya atau kegiatan yang dilakukan bersifat besar (Burkart dan Medlik, 1981: 44-45). Definisi yang diberikan oleh Chafe (2005) tentang mass tourism adalah, ”...large-scale tourism, typically associated with ‘sea, sand, sun’ resorts and characteristics such as transnational ownership, minimal direct economic benefit to destination communities, seasonality, and package tours”. Dari ukuran kegiatan, pariwisata alternatif jauh lebih kecil dari pariwisata masal. Ada keuntungan yang bisa diperoleh dari pelaksanaan wisata alternatif seperti yang ditulis oleh Wilkinson (dalam Pitana, 1999), “Smaller-scale, locally based development may not appear to provide the potential for massive growth in tourism revenues. But it may be much more stable economically in the long run and better able to redistribute more evently the economic benefits of tourism across the local population”.

4

Ada juga istilah wisata minat khusus yang lebih mempersempit pengertian dari wisata alternatif. Menurut Read dalam Hall & Weiler (1992), wisata minat khusus memiliki pengertian: “... is travel for people who are going somewhere because they have a particular interest that can be pursued in a particular region or at a particular destination”. Pengertian ini memberikan penjelasan bahwa wisata minat khusus didorong oleh keinginan dari wisatawan yang menginginkan sesuatu kegiatan atau tujuan yang spesifik. Salah satu bentuk dari wisata minat khusus adalah wisata pendidikan, yaitu suatu program yang menggabungkan unsur kegiatan wisata dengan muatan pendidikan di dalamnya. Salah satu tempat untuk melaksanakan wisata pendidikan adalah di universitas atau perguruan tinggi, sehingga wisata pendidikan menjadi lebih khusus dan berubah nama menjadi wisata kampus. Wisata kampus mempunyai pengertian yang kurang lebih sama dengan wisata pendidikan, namun sudah mengkhusus pada tempat pelaksanaan. Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar adalah salah satu perguruan tinggi negeri yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan

Nasional.

ISI

Denpasar

merupakan

institusi

pendidikan

yang

mengajarkan tentang seni kepada mahasiswa dan juga kepada orang asing yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia bernama Darmasiswa. Namun ada juga orang asing yang belajar di ISI Denpasar atas biaya sendiri. Sejak ISI Denpasar berdiri dengan nama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) tahun 1967 hingga

5

sekarang, lembaga ini telah menjalin komunikasi dan hubungan bilateral dengan universitas, pemerintah, kelompok musik, dan individu yang peduli dengan kesenian yang tersebar di seluruh dunia, seperti dengan California Institute of the Arts, sekaa gong Sekar Jaya di Amerika, Kanda University of International Studies di Jepang, dan Profesor Lewis Peterman. Bentuk-bentuk kerjasama yang dilakukan seperti undangan memberikan ceramah, seminar, workshop, menampilkan kesenian Bali kepada kalangan kampus maupun masyarakat umum, dan mengikuti festival dan pameran. Ke depan diharapkan sudah bisa melaksanakan program pertukaran dosen, mahasiswa, dan juga terselenggaranya sandwich program. ISI Denpasar berada di Kota Denpasar, ibukota Provinsi Bali. Dengan lokasi yang demikian, ISI Denpasar memiliki keuntungan dari segi aksesibilitas dan kedekatannya dengan pusat pemerintahan, pusat bisnis dan juga beberapa daya tarik wisata (DTW) lainnya. Daya tarik wisata yang dekat dengan ISI Denpasar adalah Art Center yang berada di sebelah selatan ISI Denpasar, Lapangan Puputan Badung dan Pura Jagatnatha, Pasar Badung, Puri Satria, dan juga Desa Batubulan. ISI Denpasar sebagai sebuah institusi seni, mempunyai landasan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melakukan kegiatannya yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat. Sesuai dengan aspek pendidikan, di ISI Denpasar siswa-siswanya belajar dan latihan ilmu seni yang sesuai dengan jurusan pilihannya. Di sinilah proses belajar, latihan, dan kemudian penampilan berlangsung. Bagi yang berada di bawah Fakultas Seni Pertunjukan akan

6

mengadakan pergelaran, dan Fakultas Seni Rupa dan Desain akan mengadakan pameran. Proses pendidikan yang demikian merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk disajikan kepada wisatawan. Sejauh ini ISI Denpasar sudah berulang kali menerima kunjungan wisatawan mancanegara. Kunjungan tersebut sudah dimulai sejak tahun 1980-an namun yang tercatat dimulai pada tahun 2005, dengan kedatangan wisatawan dari Jerman, Jakarta International School, dan University of Dormand. Tahun berikutnya menerima kunjungan wisatawan Jerman, IBSN Bali dengan IBSN Jerman, dan sejumlah mahasiswa Jepang. Tahun 2007, ISI Denpasar menerima kunjungan wisatawan Jerman dari Kapal Pesiar M.V. ASTOR. Selanjutnya selama tahun 2010 menerima kunjungan dari wisatawan kapal pesiar sebanyak tiga kali. Berita mengenai kunjungannya bisa dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Sub. Bagian Administrasi Kerjasama Dalam Negeri ISI Denpasar (2010), kebangsaan wisatawan yang berkunjung ke ISI Denpasar dari tahun 2005 sampai tahun 2010 sangat beragam; ada yg dari Jepang, Amerika, Australia, Jerman, Belanda, India, Thailand, Kanada, Filipina dan lainnya. Kedatangan wisatawan ke ISI Denpasar, ada yang sudah membuat janji sebelumnya namun ada juga yang datang secara tiba-tiba atau insidentil. Wisatawan yang sudah memiliki perjanjian biasanya akan menikmati taritarian, workshop, dan berkunjung ke ruang pameran dan museum. Namun bagi yang insidentil hanya akan menikmati kunjungan ke museum dan pameran saja. Imbalan

7

atau jumlah uang yang dibayarkan oleh wisatawan ke ISI Denpasar jumlahnya tidak mutlak, tidak ada patokan. Ada pihak yang melakukan kunjungan sebagai sebuah langkah awal kerjasama di masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya, data-data tersebut tertuang pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke ISI Denpasar 2005 – 2010 No 1

Hari/ Tanggal Jumat, 18 Februari 2005

2

Selasa, 29 April 2005

3 4 5 6 7 8 9

Senin, 2 Juni 2005 Senin, 20 Maret 2006 Kamis, 8 Juni 2006 Selasa, 10 Oktober 2006 Kamis, 16 November 2006 Rabu, 28 Februari 2007 Rabu, 17 Februari 2010

10

Senin, 10 Mei 2010

Asal Wisatawan Jerman Jakarta International School (Hongkong, Australia, Belanda, India, Filipina, Amerika, Jerman) University of Dormand (Jerman) The Prestigius Tours & Travel (Jerman) UNUD/ IBSN Bali dengan IBSN Jerman Mahasiswa Jepang UNUD/ IBSN Bali dengan IBSN Jerman Jerman (Wisatawan Kapal Pesiar M.V. ASTOR) Australia, Kanada, Amerika (Wisatawan Kapal Pesiar)

Australia, Amerika, Inggris (Wisatawan Kapal Pesiar Sun Princess Cruise) 11 Senin, 17 Juli 2010 Australia, Selandia Baru (Wisatawan Kapal Pesiar Sun Princess Cruise) Sumber: Sub. Bagian Administrasi Kerjasama Dalam Negeri ISI Denpasar (2010) Keuntungan yang bisa diperoleh dari kegiatan wisata kampus ini bermacammacam. Dari segi ekonomi, kedatangan wisatawan ke ISI Denpasar akan menambah pemasukan untuk institusi dan individu yang terlibat. Dari segi lingkungan, tidak akan terjadi pengerusakan lingkungan. Justru dengan adanya pemasukan dari kunjungan tersebut bisa dialokasikan untuk perawatan lingkungan. Dari segi promosi lembaga, nama ISI Denpasar akan semakin dikenal oleh masyarakat di luar Bali dan Indonesia. Dari segi kerjasama, dengan adanya promosi secara mulut ke mulut,

8

sangat besar kemungkinannya terjadinya kerjasama dengan pihak lain. Bisa saja wisatawan

yang

berkunjung

adalah

akademisi

dan

setelah

kunjungannya

berkeinginan untuk mengadakan kerjasama yang lebih dalam dan spesifik dengan ISI Denpasar. Melihat berbagai keuntungan yang bisa diperoleh ISI Denpasar dan sebagai salah satu pilihan wisata minat khusus di Bali, dirasakan perlu untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui potensi dan strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus di Bali.

1.2

Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut: a. Apa potensi yang dimiliki ISI Denpasar sehingga dapat dijadikan daya tarik wisata kampus? b. Bagaimana pengaruh faktor eksternal terhadap ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus? c. Bagaimana strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus?

1.3

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

9

Untuk mengkaji potensi dan strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus di Bali. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi ISI Denpasar yang dijadikan daya tarik wisata kampus di Bali. b. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus di Bali. c. Merumuskan dan menganalisis strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus di Bali.

1.4

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan kepariwisataan pada umumnya dan ISI Denpasar khususnya. 2

Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan

kebijakan oleh ISI Denpasar dalam pengembangan daya tarik wisata kampus di institusi tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

10

DAN MODEL PENELITIAN

2.1

Kajian Pustaka Penelitian tentang wisata alternatif banyak dilakukan oleh kalangan akademisi

belakangan ini. Objek dan daya tarik wisata yang diteliti misalnya wisata puri (Puspa, 2006), wisata heritage (Rahajoe, 2007), dan wisata kota (Susanty, 2009). Fokus penelitian mereka diarahkan pada potensi dan strategi pengembangan daya tarik wisata tersebut. Tesis yang ditulis oleh Ida Ayu Tary Puspa (2006) yang berjudul ”Potensi dan Strategi Pengembangan Puri Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata City Tour Di Kota Denpasar (Kasus Puri Satria)”, bertujuan untuk mengkaji potensi dan strategi pengembangan Puri sebagai objek dan daya tarik wisata city tour di Kota Denpasar. Ide pada penelitian tersebut dijadikan referensi di dalam penelitian yang akan dilakukan, dimana idenya adalah menjadikan tempat yang dulunya belum tergarap secara baik sebagai daya tarik wisata dan mengembangkannya sesuai dengan strategi yang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan oleh Rita Poedji Rahajoe pada tahun 2007 yang berjudul ”Strategi Pengembangan Wisata Heritage Sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Surabaya”, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana analisis lingkungan internal dan eksternal dapat digunakan dalam menyusun strategi yang tepat dalam mengembangkan wisata heritage di Kota Surabaya. Metode analisi data yang

11

digunakan adalah dengan perhitungan IFE dan EFE, dan juga analisis SWOT. Hasil analisis tersebut menyarankan bahwa Monumen Tugu Pahlawan dan Masjid Sunan Gunung Ampel sebagai icon dari wisata heritage di Kota Surabaya mengembangkan strategi pengembangan produk dan penetrasi pasar. Manfaat yang bisa diambil dari penelitian tersebut untuk penelitian ini adalah pada analisis datanya yaitu dengan menggunakan analisis SWOT. Penggunaan analisis SWOT pada penelitian yang dilakukan oleh Rita Poedji Rahajoe dipakai juga pada penelitian ini, mengingat kedua penelitian ini sama-sama meneliti tentang potensi dan strategi pengembangan. Sri Susanty pada tahun 2009 mengadakan penelitian yang berjudul ”Pengembangan Kota Bima Sebagai Daerah Tujuan Wisata”, dengan menggunakan metode analisis data matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT berhasil mengidentifikasi beberapa hal di antaranya; sarana dan prasarana pariwisata di Kota Bima, potensi daya tarik wisata, dan daya tarik wisata budaya. Strategi pengembangan Kota Bima sebagai daerah tujuan wisata yang berhasil ditemukan pada penelitian ini terdiri atas strategi umum, seperti strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk; dan strategi alternatif seperti pengembagan daya tarik wisata di Kota Bima, peningkatan keamanan, pengembangan sarana dan prasarana pariwisata, penetrasi pasar dan promosi daya tarik wisata, perencanaan dan pengembangan

pariwisata

berkelanjutan

dan

pengembangan kelembagaan dan SDM pariwisata.

berbasis

kerakyatan,

serta

12

Penelitian tersebut digunakan sebagai salah satu referensi metode analisis data dalam penelitian ini, yaitu analisis SWOT. Penggunaan analisis SWOT adalah untuk mengetahui strategi pengembangan yang tepat digunakan untuk mengembangkan kampus sebagai daya tarik wisata. Persamaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah samasama meneliti potensi dan strategi yang harus dikembangkan untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata tersebut, sedangkan yang menjadi perbedaannya adalah objek dan jenis wisata yang diteliti. Pada artikel yang ditulis oleh Brett Hough (1991) yang berjudul ”Education for the Performing Arts: Contesting and Mediating Identity in Contemporary Bali”, memaparkan mengenai Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, yang merupakan nama ISI Denpasar sebelum berubah status menjadi institusi yang lebih tinggi. Hough menulis bahwa peran utama STSI adalah membentuk manusia Indonesia, dalam konteks regional Bali dan pada jenjang pendidikan tinggi akan bisa dicapai melalui sikap profesional dalam berkesenian, modernisasi dari produksi artistik melalui penggunaan metode-metode ”modern” atau ”ilmiah”, dan melatih mahasiswa menjadi seorang yang ahli dalam bidang kesenian. Seperti perguruan tinggi lainnya di Indonesia, STSI juga berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Artikel ini dipakai pada kajian pustaka sebagai penghantar dalam mengerti peran dan kegiatan yang dilakukan oleh STSI Denpasar. Tulisan mengenai STSI/ ISI Denpasar sangat sedikit

13

yang dipublikasikan dan tulisan ini adalah satu-satunya yang sejauh ini ditemukan yang bisa menjelaskan peranan STSI Denpasar (sekarang ISI Denpasar) secara umum.

2.2

Konsep

2.2.1 Konsep Strategi Pengembangan Sebelum membuat strategi untuk mengembangkan sesuatu menjadi daya tarik, sebuah rencana akan dilakukan sebagai langkah awal dalam membangun. Perencanaan

ini

akan

dipakai

sebagai

pedoman

dalam

membangun

dan

mengembangkan daerah tersebut dalam mencapai tujuannya. Untuk itu, pemahaman tentang perencanaan akan dibahas terlebih dahulu sebelum melangkah ke konsepp strategi pengembangan. ”Planning is organizing the future to achieve certain objectives” (Inskeep, 1991: 25). Bila diterjemahkan kurang lebih pengertiannya adalah perencanaan merupakan pengorganisasian masa depan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian yang lain dikemukakan oleh Oka A. Yoeti (2008b: 49) dimana perencanaan merupakan predeterminasi dari tujuan-tujuan yang bersifat produktif secara sistematis dengan menggunnakan alat-alat, metode dan prosedur yang perlu untuk mencapai tujuan yang dianggap paling ekonomis. Menurut Yoeti (2008b: 48-49), ada beberapa aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata yaitu sebagai berikut.

14

a.

Wisatawan – terlebih dahulu harus diketahui karakteristik wisatawan

yang diharapkan datang. b.

Transportasi – ketahui bagaimana kondisi sarana dan prasarana

transportasi dari dan ke daerah tujuan wisata. c.

Atraksi/ Objek Wisata – apakah sudah memenuhi tiga syarat, yaitu

something to see, something to do, dan something to buy. d.

Fasilitas Pelayanan – apakah sudah fasilitas pelayanan menunjang

kegiatan kepariwisataan, seperti akomodasi, restoran, pelayanan umum, dan sebagainya. e.

Informasi dan Promosi – bagaimanakah penyebaran informasi dan

bentuk promosi yang bagaimana yang sesuai untuk mempromosikan daerah tujuan wisata tersebut. Setelah mengetahui aspek-aspek perencanaan, menurut Paturusi (2005: 10), harus juga diketahui syarat-syarat dari sebuah perencanaan yaitu sebagai berikut. a.

Logis, yaitu bisa dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang

berlaku. b.

Luwes, yaitu dapat mengikuti perkembangan.

c.

Objektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi

pertimbangan yang sistematis dan ilmiah. Dan orientasi perencanaan tersebut ada dua bentuk, yaitu sebagai berikut.

15

1.

Perencanaan berdasarkan kecenderungan yang ada (trend

oriented planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di masa yang akan datang dilandasai oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini. 2.

Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented

planning) yaitu suatu perencanaan di mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai di masa yang akan datang merupakan faktor penentu. Lebih lanjut lagi, perencanaan pariwisata menurut Paturusi (2005: 26) adalah, “… suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu destinasi atau atraksi wisata. Ini merupakan suatu proses dinamis dalam penentuan tujuan, yang secara bersistem mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan serta implementasinya terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan mempertimbangkan lingkungan (politik, fisik, sosial, dan ekonomi) sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan yang lainnya”. Setelah memahami ruang lingkup perencanaan pariwisata, selanjutnya akan dipaparkan mengenai strategi pengembangan. Terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian dari masing-masing kata, yaitu strategi dan pengembangan. Rangkuti (2008: 3-4) telah menghimpun beberapa pengertian strategi, di antaranya sebagai berikut. 1.

Chandler (1962) mengatakan bahwa strategi merupakan alat

untuk mencapai tujuan perusahaan salam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

16

2.

Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) mengatakan

bahwa strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada. 3.

Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977)

mengatakan bahwa strategi merupakan respon – secara terus menerus maupun adaptif – terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, strategi adalah alat yang dipakai untuk mencapai kesuksesan organisasi atau perusahaan agar tetap beroperasi. Semua pendapat tersebut juga menyatakan bahwa strategi itu sangat penting untuk diciptakan agar mampu bersaing dan memuaskan pelanggannya di masa mendatang. Menurut Yoeti (2008b: 77-79), ada beberapa alasan perlunya pariwisata dikembangkan, seperti berikut. 1.

Berkaitan dengan pembangunan perekonomian daerah atau

negara tersebut. Dengan kata lain, pengembangan kepariwisataan di suatu daerah tujuan wisata selalu akan memperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.

17

2.

Untuk memelihara dan merawat aset-aset yang dimiliki di daerah

tujuan wisata. 3.

Untuk meniadakan diskriminasi yang salah mengenai perbedaan

bangsa, negara, ras, agama, aliran dan kepercayaan, politik, salah pengertian, atau prasangka buruk sehingga dapat terciptanya sebuah kondisi yang saling mengerti dan saling menghormati. Berdasarkan

pemaparan

tersebut,

dapat

disimpulkan

bahwa

strategi

pengembangan dalam penelitian ini adalah sebuah tindakan yang direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal sehingga nantinya dapat memuaskan pelanggannya melalui peningkatan dan perbaikan produk dan jasa.

2.2.2 Konsep Wisata Kampus Untuk mengerti wisata kampus, diperlukan pemahaman mengenai beberapa hal, yaitu pengertian potensi, daya tarik wisata, dan konsep wisata kampus itu sendiri. Hal-hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989: 697), potensi adalah “daya; kekuatan; kemampuan; kesanggupan; kekuasaan; kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan; sesuatu yang dapat menjadi aktual”. Dengan kata lain, potensi adalah sesuatu yang dapat dikembangkan dan direalisasikan agar menjadi kenyataan.

18

Konsep potensi pada penelitian ini mengacu kepada semua sumber daya yang dimiliki oleh Institut Seni Indonesia Denpasar baik itu sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun sumber daya buatan yang bisa dijadikan sebagai kekuatan untuk menjadi sebuah daya tarik wisata. Potensi-potensi ini akan diidentifikasi untuk selanjutnya akan dijadikan dasar pengambilan kebijakan oleh institusi dalam membuat strategi pengembangan wisata kampus Institut Seni Indonesia Denpasar. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah ”segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”. Secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke suatu negara daerah tujuan wisata (Yoeti, 2008a: 167168). Keempat kelompok tersebut adalah sebagai berikut. 1.

Natural Attractions – yang termasuk kelompok ini adalah

pemandangan, pantai, danau, air terjun, kebun raya, agrowisata, gunung berapi, dan termasuk juga fauna dan flora. 2.

Built Attractions – yang termasuk kelompok ini adalah bangunan

dengan arsitek yang menarik seperti rumah adat, bangunan kuno, dan bangunan modern seperti Opera Building (Sydney), Forbidden City (China), Big Ben

19

(London), Jam Gadang (Bukittinggi), Museum, Disneylands, maupun Taman Mini Indonesia Indah. 3.

Cultural Attractions – dalam kelompok ini termasuk di

antaranya: kesenian tradisional, upacara keagamaan, festival kesenian dan semacamnya. 4.

Social Attractions – tata cara hidup suatu masyarakat, ragam

bahasa, upacara perkawinan, potong gigi, khitanan atau turun mandi, dan kegiatan sosial lainnya. Dari empat hal tersebut, ISI Denpasar memiliki dua yaitu built attractions dan cultural attractions. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut akan dibahas pada bab mengenai potensi ISI Denpasar. Di dalam website terranet.or.id, wisata kampus diartikan sebagai usaha untuk menarik pihak-pihak di luar civitas akademika untuk berkunjung ke kampus, untuk kemudian kepada pihak luar ini disosialisasikan pesan-pesan tertentu yang hendak disampaikan oleh pihak kampus. Hal menariknya adalah wisata sederhana jenis ini sama sekali tidak memerlukan biaya tinggi karena hampir semua komponen yang dibutuhkan telah tersedia di dalam kampus. Walaupun dengan biaya yang kecil namun bukan berarti bahwa manfaatnya dapat dipandang rendah. Di Indonesia sudah ada yang menyelenggarakan wisata kampus seperti Institut Teknologi

Bandung

(ITB),

Universitas

Indonesia

(UI),

dan

Universitas

Muhammadiyah Malang (UMM). Wisata Kampus yang diselenggarakan oleh ITB

20

adalah program yang menawarkan kegiatan mengunjungi kampus ITB dengan durasi 1-2 jam yang menawarkan tema-tema tertentu untuk setiap kegiatan wisata kampus, yaitu Architectural Tour, Biological Tour, dan Geological Tour dengan didampingi oleh para pemandu yang ahli pada bidangnya. Hal ini dapat meningkatkan wawasan peserta, baik mengenai kampus ITB maupun edukasi sesuai dengan tema yang dipilih. Untuk kegiatan wisata kampus ini, dikenakan biaya sebesar Rp. 200.000 untuk 1-4 orang, Rp. 350.000 untuk 5-10 orang, dan jika lebih dari 10 orang maka akan dipungut biaya sebesar Rp. 30.000/ orang (hasil komunikasi personal dengan Taufan Wiguna pada hari Selasa tanggal 23 Februari 2010 pukul 14.30) . Kegiatan wisata kampus di UMM berhasil ditemukan pada situs jejaring sosial Facebook. Berdasarkan komunikasi yang dilakukan dengan contact person Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes melalui surat elektronik, kegiatan wisata kampus di UMM berada di dalam kendali unit Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan UMM, lembaga kajian di bawah rektorat. Gagasan wisata kampus ini sudah muncul sejak tahun 2005, namun format yang standar baru diterapkan mulai pertengahan tahun 2008. Harga tiket yang dikenakan untuk menikmati wisata kampus di UMM sebesar Rp. 300.000/ kelompok yang terdiri dari 15 orang atau sebesar Rp. 25.000/ orang dengan makan siang atau Rp. 20.000/orang dengan snack jika melebihi 15 orang. Wisatawan bisa menikmati berbagai hal seperti keindahan dan kesejukan alam, keindahan arsitektur, berbagai macam permainan ringan, berkunjung ke arboretum tumbuhan langka, konservasi kijang, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan, Unit Biogas

21

dan Peternakan, dan ke Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yg mampu mensuplai separo kebutuhan listrik UMM (100 KWH). Ada juga kegiatan tambahan berupa kegiatan outbond, wisata perahu, atau rock climbing dengan membayar tambahan biaya sebesar Rp. 5.000. Sama seperti halnya Institut Teknologi Bandung (ITB), ISI Denpasar sudah menerima kunjungan wisatawan sejak tahun 1980-an namun belum memiliki sistem ticketing seperti ITB. Promosi yang dilakukan ISI Denpasar pun belum maksimal karena hanya lewat mulut ke mulut (word of mouth), bersifat insidentil, dan belum dikelola secara profesional dan institusional.

2.3

Landasan Teori Dalam menganalisis permasalahan ini, ada dua teori yang digunakan yaitu teori

perencanaan dan teori komodifikasi. 2.3.1 Teori Perencanaan Untuk mewujudkan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus, diperlukan sebuah perencanaan yang holistik agar tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan. Di dalam perencanaan tersebut terdapat beberapa unsur pendekatan menurut Inskeep (1991: 29) yaitu sebagai berikut. a.

Pendekatan

berkelanjutan

dan

fleksibel.

Walaupun

masih

berdasarkan pada suatu kebijakan dan rencana, perencanaan pariwisata dilihat sebagai proses berlanjut dengan penyesuaian yang dibuat pada monitoring dan

22

umpan balik, dalam kerangka memelihara sasaran hasil dan kebijakan dasar pengembangan pariwisata. b.

Pendekatan sistem. Pariwisata dipandang sebagai suatu sistem saling

berhubungan dan direncanakan sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknik analisis sistem. c.

Pendekatan menyeluruh. Semua aspek pembangunan pariwisata

mencakup unsur-unsur kelembagaan dan implikasi sosial ekonomi dan lingkungan yang dianalisis dan direncanakan dengan penuh pemahaman, itu adalah sebuah pendekatan holistik. d. dengan

Pendekatan yang terintegrasi. Suatu pendekatan yang dihubungkan sistem

dan

pendekatan

menyeluruh,

pariwisata

direncanakan

dikembangkan sebagai suatu sistem terintegrasi dalam dirinya dan juga terintegrasi dalam keseluruhan rencana dan total pola teladan pengembangan area. e.

Pendekatan

pengembangan

berkelanjutan

dan

lingkungan.

Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan diatur yang merupakan sumber daya budaya dan alami tidaklah dihabiskan atau diturunkan kualitasnya, tetapi merawat sumber daya secara permanen untuk penggunaan masa depan berkelanjutan. Analisis daya dukung adalah suatu teknik penting menggunakan pendekatan pengembangan berkelanjutan dan lingkungan. f.

Pendekatan masyarakat. Keterlibatan maksimum masyarakat lokal di

dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan pariwisata serta

23

keikutsertaan

masyarakat

maksimum

dalam

pengembangan

manajemen

pariwisata dan manfaat sosial ekonominya. g.

Pendekatan Pelaksanaan. Kebijakan pengembangan pariwisata,

rencana, dan rekomendasi dirumuskan untuk dapat dilaksanakan dan realistis, serta teknik implementasi dipertimbangkan sepanjang seluruh kebijakan dan perumusan rencana dengan teknik implementasi, mencakup suatu pengembangan dan program tindakan atau strategi, secara rinci diadopsi dan diketahui. h.

Aplikasi Proses Perencanaan Sistematis. Proses perencanaan yang

sistematis diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasar pada suatu urutan aktivitas logis. Di dalam membuat sesuatu, sebuah rencana dibuat terlebih dahulu untuk menentukan batasan-batasan yang akan dipakai untuk mencapai/ menghasilkan barang atau jasa yang ingin dibuat. Perencanaan adalah langkah awal dari sebuah kesuksesan. Untuk itu pembuatan rencana yang baik adalah langkah yang paling krusial di dalam menentukan keberhasilan sesuatu. Ini juga menyangkut tentang pengembangan ISI Denpasar sebagai sebuah wisata kampus, sebuah rencana yang baik akan menentukan baik buruknya perkembangan jenis wisata ini ke depan. Teori perencanaan ini akan dipakai untuk membedah rumusan masalah potensi yang dimiliki ISI Denpasar, pengaruh faktor eksternal terhadap ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus, dan strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus. Pada rumusan masalah pertama, teori ini digunakan sebagai

24

dasar pemikiran untuk menggali dan mengetahui potensi yang dimiliki oleh ISI Denpasar. Dengan diketahuinya potensi-potensi tersebut, maka perencanaan akan bisa terlaksana dengan baik. Pada rumusan masalah kedua, teori ini dijadikan sebagai landasan berpikir di mana segala macam aspek akan mempengaruhi perencanaan, termasuk juga pengaruh eksternal. Pada rumusan masalah ketiga, teori perencanaan akan digunakan untuk menganalisis perumusan strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata. 2.3.2 Teori Komodifikasi Pengertian komodifikasi adalah proses yang diasosiakan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas dan tanda dijadikan sebagai komoditas, di mana komoditas adalah sesuatu yang tujuan utamanya adalah untuk dijual ke pasar (Barker, 2004: 408). Realisasi surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk (yang mengandung ‘nilai guna’ maupun ‘nilai tukar’) sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di pasar dan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme, dimana objek, kualitas dan tanda berubah menjadi komoditas (Barker, 2004: 14). Kapitalisme adalah suatu dinamika dan sistem global produksi industri dan pertukaran yang didasarkan atas kepemilikan pribadi dan upaya mendapatkan laba (Barker, 2004: 407). Teori ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa sampai saat ini ISI Denpasar melakukan segala kegiatan di kampus, yaitu proses belajar mengajar, bukan

25

untuk tujuan komersil. Dengan adanya wisata kampus ini, apa yang dulu hanya sebagai proses belajar mengajar yang tidak dikomersilkan, bisa dirubah menjadi sebuah ‘barang dagangan’ atau komoditias pariwisata yang bisa menghasilkan keuntungan. Teori ini digunakan pada rumusan permasalahan ketiga, yaitu untuk mencari strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata. Teori ini menekankan bagaimana sesuatu bisa dijual dan menghasilkan keuntungan. Dengan pemikiran ini, ISI Denpasar haruslah merancang sebuah strategi pengembangan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, tidak merusak potensi yang ada, bagaimana mengemasnya, apa saja yang akan di-‘jual’, dan sebagainya.

2.4

Model Penelitian Di dalam menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

sebuah model penelitian diperlukan sebagai gambaran dari alur pikir yang dipakai di dalam menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini diawali dengan pemahaman bahwa saat ini Bali telah berkembang menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia dan bahkan terkemuka di dunia. Di saat pariwisata masal yang berkembang saat ini mengalami kejenuhan, muncul dan berkembang berbagai bentuk wisata minat khusus, dan salah satu yang memiliki prospek cerah adalah wisata pendidikan, dan wisata kampus adalah salah satu bentuk dari jenis wisata tersebut. ISI Denpasar yang merupakan

26

kampus seni di Bali bertugas yang mencetak tenaga seni, memiliki berbagai keunggulan untuk bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata kampus. Ada beberapa hal yang mesti diketahui dan dirancang untuk mewujudkan wisata kampus, di antaranya potensi apa saja yang dimiliki oleh ISI Denpasar; mendapatkan pengaruh dalam bentuk apa saja dari faktor eksternal; dan menyiapkan strategi yang sesuai untuk pengembangan ISI Denpasar sebagai wisata kampus. Konsep strategi pengembangan dan konsep wisata kampus digunakan sebagai pedoman untuk memahami permasalahan dan bagaimana mencari solusi untuk mengatasinya. Teori digunakan sebagai pisau analisis dan dalam penelitian ini menggunakan teori perencanaan dan teori komodifikasi untuk membedah rumusan masalah yang telah muncul. Teori perencanaan akan dipakai untuk membedah rumusan masalah mengenai potensi, pengaruh faktor eksternal, dan strategi pengembangan daya tarik wisata kampus, sedangkan teori komodifikasi digunakan untuk membedah masalah strategi pengembangan daya tarik wisata kampus. Analisis SWOT digunakan untuk merancang strategi pengembangan daya tarik wisata kampus berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki ISI Denpasar. Dari hasil analisis ini, muncullah rekomendasi yang disampaikan kepada pemangku kebijakan di ISI Denpasar untuk mewujudkan wisata kampus di institusi tersebut. Model penelitian ini bisa dilihat pada Gambar 2.1.

27

Kampus ISI Denpasar

Pariwisata Wisata Minat Khusus (Pendidikan)

ISI Denpasar sebagai Wisata Kampus

Potensi ISI Denpasar

Faktor Eksternal

Konsep Strategi Pengembangan Konsep Wisata Kampus

Strategi Pengembangan

SWOT Hasil

Teori Perencanaan Teori Komodifikasi

Rekomendasi Gambar 2.1: Model penelitian Keterangan: : Inti pemikiran/ ide pokok

: Metode analisis

: Pertimbangan konsep dan teori

: Alur rekomendasi

28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu sebuah metode

penelitian yang meneliti suatu obyek secara alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci dan analisis data bersifat kualitatif sehingga hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2007: 15). Alasan pemilihan metode ini karena data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data kualitatif yang selanjutnya akan diolah. Metode ini dipilih untuk mengetahui apa yang menjadi potensi yang dimiliki oleh ISI Denpasar serta apa saja kekuatan dan kelemahan yang dimiliki yang bisa dijadikan pertimbangan dalam perumusan strategi pengembangan yang sesuai berdasarkan karakteristik institusi tersebut.

3.2

Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang

beralamat di Jalan Nusa Indah 20, Denpasar, Bali. ISI Denpasar merupakan sebuah institut negeri milik pemerintah yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Indonesia.

29

Institut Seni Indonesia Denpasar dipilih karena merupakan satu-satunya institut seni yang berada di Bali dan milik pemerintah. Berdasarkan pengamatan awal, ada beberapa aspek yang bisa diekploitasi untuk menjadikan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata, khususnya wisata kampus. Yang bisa dikembangkan meliputi fisik seperti gedung dan hasil seni, dan nonfisik seperti proses belajar mengajar dan pementasan kesenian.

3.3

Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data Dalam penelitian ini, jenis data yang akan digunakan adalah sebagai berikut. 1.

Data Kualitatif, yaitu data yang berupa uraian dan informasi dan

tidak berupa angka. Data tersebut dapat dijelaskan dengan kata-kata sehingga memperjelas informasi yang didapat, seperti potensi wisata dan analisis strategi pengembangan wisata kampus di ISI Denpasar. 2.

Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka dan dapat

dihitung atau diolah dengan menggunakan teori matematik atau statistik untuk menarik suatu simpulan. 3.3.2 Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut.

30

1.

Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber

pertama atau secara langsung diperoleh pada tempat penelitian di daya tarik wisata kampus, baik lisan maupun secara tertulis dari informan. 2.

Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan dari

pihak pertama, melainkan dari pihak-pihak tertentu yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dimaksud seperti teori dan konsep yang relevan digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari buku cetakan.

3.4

Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data penelitian ini, adapun instrumen penelitian yang

akan digunakan di antaranya adalah kamera digital untuk merekam gambar dan suara dari objek penelitian dan juga informan. Instrumen lain yang akan dipergunakan adalah pedoman wawancara (interview guideline). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2007: 305). Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2007: 306).

31

3.5

Metode dan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan berbagai teknik, seperti

yang tertulis di bawah ini. 1.

Observasi – adalah pengamatan langsung ke lokasi penelitian

dan melakukan kegiatan pencatatan berbagai jenis data di ISI Denpasar. 2.

Wawancara – metode pengumpulan data dengan mengadakan

tanya jawab secara langsung dengan pihak terkait dalam pengembangan wisata kampus di ISI Denpasar. Dalam penelitian ini akan menggunakan wawacancara terstruktur, dengan menggunakan purposive sampling dimana akan dipilih secara sengaja pihak-pihak yang akan diwawancara. 3.

Kepustakaan – metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengadakan studi kepustakaan yang mengambil beberapa buku, arsip, dan dokumen-dokumen yang terkait dan relevan dengan penelitian.

3.6

Metode dan Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Menurut Antara (2006)

analisis deskriptif kualitatif adalah proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi

kode,

mengkategorikan,

mengartikan,

dan

menginterpretasikan/

menafsirkan data dan informasi kualitatif dan kuantitatif tanpa ada hitunghitungannya.

32

Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan berbagai rekomendasi yang sesuai bagi ISI Denpasar untuk mengembangkan dirinya sebagai wisata kampus di Bali.

3.7

Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dilakukan secara informal (dalam bentuk naratif)

dan formal (dalam bentuk tabel). Penyajian data dalam bentuk naratif untuk menjabarkan potensi yang dimiliki oleh ISI Denpasar. Adapun penyajian dalam bentuk formal untuk menyajikan strategi pengembangan wisata kampus di ISI Denpasar.

33

BAB IV GAMBARAN UMUM INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

4.1

Lokasi ISI Denpasar

ISI Denpasar berlokasi di jantung Kota Denpasar, di daerah Abian Kapas. Letak ISI Denpasar yang berada di tengah-tengah Kota Denpasar, merupakan sebuah keuntungan karena sangat dekat dengan daya tarik wisata di Kota Denpasar, seperti Taman Budaya, Museum Bali, dan Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Pada Gambar 4.1 memperlihatkan lokasi ISI Denpasar yang berdekatan dengan Taman Budaya Provinsi Bali.

Gambar 4.1: Lokasi ISI Denpasar

34

Dengan keuntungan lokasi seperti ini, ISI Denpasar ke depannya sangat mungkin menjadi salah satu tujuan wisata kota dan mendukung program Sightseeing Denpasar yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Denpasar pada awal tahun 2008.

4.2

Sejarah Singkat

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar merupakan perguruan tinggi negeri di Bali yang berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional. ISI Denpasar adalah satu-satunya perguruan tinggi negeri di Bali yang mengajarkan tentang seni, baik itu kesenian Bali, kesenian Indonesia, maupun kesenian dari luar Indonesia. ISI Denpasar yang berdiri pada tanggal 26 Mei 2003, merupakan integrasi dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar dan Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) Universitas Udayana, dimana persiapan mergernya telah dilaksanakan sejak tahun 1993 (Panduan Studi Institut Seni Indonesia Denpasar, 2006). Sebelum menjadi sebuah institut, ISI Denpasar saat didirikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali pada tanggal 28 Januari 1967 bernama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar. ASTI Denpasar kemudian mendapatkan status penegerian dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 7 Agustus 1969. Peran ASTI Denpasar dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali bisa dilihat dari peran sertanya dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB). Sejak PKB berdiri pada tahun 1978, ASTI Denpasar sudah berperan aktif di dalam setiap

35

penyelenggaraannya yang dilaksanakan satu tahun sekali. Pada saat itu, ASTI masih meminjam gedung milik Konservatori Karawitan (Kokar) Denpasar untuk kegiatan belajar mengajarnya sehingga hubungan yang dimiliki sangat erat. Karena hubungan yang erat tersebut, ASTI dan Kokar kemudian bekerjasama untuk menggarap sebuah sajian baru yang akan dipentaskan di PKB, yaitu Sendratari Kolosal. Sendratari adalah drama tari yang memiliki alur kisah yang diambil dari suatu referensi sastra. Disebut kolosal karena pada saat itu sendratari yang ada masih berskala kecil dengan penari yang sedikit dan panggung yang kecil. Dihadapkan dengan panggung Ardha Chandra di Taman Budaya yang demikian besarnya, mendorong ASTI dan Kokar untuk berani menampilkan sesuatu yang baru sehingga lahirlah Sendratari Kolosal. Mengingat garapan ini begitu besar ditambah lagi dengan jumlah personel dari ASTI yang sedikit, menjadi alasan lain mengapa kerjasama ini perlu dilakukan. Materi tarian yang diangkat adalah mengenai Ramayana dan Mahabarata. Pementasan sendratari ini berlangsung selama dua jam pada saat malam pembukaan PKB. Beberapa tahun kemudian, setelah adanya desakan dari masyarakat yang kurang puas dengan pementasan yang hanya satu kali saja dan ingin menyaksikannya lagi, maka Sendratari Kolosal tersebut kemudian dipentaskan dua kali pada malam pembukaan dan juga pada malam berikutnya. Hal yang mendorong ketidakpuasan penonton dengan sekali pementasan adalah pada waktu itu hiburan yang menampilkan jumlah orang yang begitu banyak tidak ada dan juga alur cerita yang dibawakan adalah dari Ramayana dan Mahabrata yang penuh dengan pelajaran untuk umat manusia.

36

Setelah berjalan selama sembilan belas tahun, ASTI Denpasar mendapatkan peningkatan status menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar pada tahun 1986. Walaupun berganti nama, peran STSI dalam melestarikan seni budaya Bali tidak surut. Dengan memiliki gedung dan lahan tersendiri, kerjasama dengan Kokar juga secara perlahan berhenti namun hubungannya sampai saat ini tetap baik. Alasan lain yang menyebabkan terputusnya kerjasama ini karena STSI makin lama makin diminati oleh masyarakat sehingga jumlah mahasiswanya dari tahun ke tahun terus meningkat. Kegiatan yang terus menerus dilakukan oleh STSI Denpasar adalah meneruskan program-program unggulan saat masih bernama ASTI Denpasar yaitu penelitian, rekonstruksi kesenian-kesenian yang hampir punah seperti Tari Telek dan Wayang Tantri, dan pengabdian masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan ASTI/ STSI/ ISI Denpasar yang dilakukan secara konsisten ini secara tidak langsung mendukung jenis pariwisata yang dianut oleh Bali, yaitu pariwisata budaya. Dengan mencetak tenaga-tenaga terampil di bidang seni dan budaya, harapan untuk melestarikan seni budaya Bali akan terus ada di masyarakat. Hasil didikannya inilah yang akan melestarikan seni budaya Bali di masyarakat. Kegiatan merekonstruksi kesenian-kesenian yang hampir punah adalah salah satu bentuk wujud nyata ASTI/ STSI/ ISI Denpasar dalam mendukung pariwisata di Bali. Pada Tabel 4.1, disajikan nama-nama orang yang pernah memimpin ASTI, STSI, dan ISI Denpasar.

37

Tabel 4.1 Nama Pemimpin ASTI, STSI, dan ISI Denpasar Beserta Periode Jabatannya Nama Institusi

No

Nama Pemimpin

Periode

1

Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar

I Wayan Mertha Sutedja, BA

1967 – 1978

2

Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar

Dr. I Made Bandem, MA

1978 – 1986

3

Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar

Prof. Dr. I Made Bandem, MA

1986 – 1997

4

Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar

Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., MA

1997 – 2002

5

Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar

Dr. I Wayan Rai S., MA.

2002 – 2003

6

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar

Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA

2004 – 2013

Sumber: Panduan Studi Institut Seni Indonesia Denpasar (2006)

4.3

Visi dan Misi

Sebagai sebuah institusi yang terus melakukan kegiatan yang berorientasi pada semangat untuk memajukan seni sebagai kekayaan dan aset bangsa Indonesia, ISI Denpasar telah menetapkan visi dan misi sebagai dasar di dalam bertindak dan melangkah. Visi merupakan sebuah pernyataan yang menggambarkan tentang apa yang ingin dicapai oleh lembaga/ perusahaan/ organisasi di masa yang akan datang. Untuk itu ISI Denpasar telah menetapkan sebuah visi yaitu “menjadi pusat penciptaan, pengkajian, penyaji dan pembinaan seni yang unggul berwawasan kebangsaan demi memperkaya nilai-nilai kemanusiaan sesuai perkembangan zaman” (Panduan Studi Institut Seni Indonesia Denpasar, 2006: 3).

38

Untuk mewujudkan visi, perlu adanya misi yaitu pernyataan mengenai apa saja yang mesti dikerjakan dalam mewujudkan visi tersebut. Misi ISI Denpasar sesuai dengan yang tertulis dalam Buku Panduan Institut Seni Indonesia Denpasar halaman 3 adalah sebagai berikut. 1.

Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas dalam

rangka memunculkan dan mengembangkan pluralitas dan multikulturalitas budaya lokal nusantara agar memiliki daya saing dalam percaturan global; 2.

Menghasilkan lulusan bermoral, kreatif, tangguh, unggul, dan

berjiwa kewirausahaan; 3.

Meningkatkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang

mendukung pendidikan dan kemajuan seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi; 4.

Memantapkan organisasi institut dalam mencapai kinerja yang

optimal untuk mengantisipasi perkembangan lingkungan. Seperti yang disebutkan dalam misi yang ke-4, ISI Denpasar perlu tanggap terhadap perkembangan lingkungan sekitarnya. Perkembangan lingkunga yang dimaksud di sini juga menyangkut pariwisata di mana Bali telah melaksanakan kegiatan pariwisata dan bahkan menjadi salah satu andalan pemasukan devisa bagi negara. Perlunya ISI Denpasar untuk tanggap dan merangkul kegiatan pariwisata adalah untuk membuka peluang kerja bagi lulusannya di bidang pariwisata, sesuai dengan unsur yang ke-2. Dengan latar belakang ISI Denpasar yang merupakan

39

lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, maka kegiatan pariwisata yang paling sesuai dilaksanakan di ISI Denpasar adalah kegiatan wisata kampus.

4.4

Tujuan Pendidikan

Di dalam buku panduan ISI Denpasar dijelaskan bahwa: ”program pendidikan Sarjana Seni bertujuan untuk menghasilkan tenaga akademis dan profesional dalam bidang Seni Tari, Seni Karawitan, Seni Pedalangan, Seni Rupa Murni, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Kriya Seni, dan Fotografi yang mampu menangani masalah-masalah seni yang sifatnya umum secara mandiri dan secara rinci sehingga lulusan program studi ini mampu: (1). menciptakan dan mempresentasikan beragam gagasan ke dalam berbagai bentuk karya seni dan mempertanggung jawabkan secara etik, moral, dan akademik; (2) mengkaji dan menganalisis beragam fenomena seni dan budaya; (3) menyajikan karya seni secara kreatif, inovatif, dan profesional; (4) mengembangkan kewirausahaan dalam mengelola kegiatan seni dan budaya”. (Buku Panduan Institut Seni Indonesia Denpasar, 2006: 4) Dari kutipan tersebut, mahasiswa yang belajar di ISI Denpasar kegiatan utamanya adalah belajar mengenai seni dan bagaimana caranya menuangkannya ke dalam berbagai bentuk karya seni. Pada unsur 3 secara terus terang mendorong mahasiswa untuk menciptakan karya seni yang khas dan bisa dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam konteks wisata kampus, proses penuangan gagasan, ide, dan inspirasi inilah yang menjadi daya tarik ISI Denpasar bagi wisatawan karena kegiatan ini tidak bisa ditemui di tempat lain. Proses pembentukan manusia yang terampil yang berlangsung dalam lingkungan akademis hanya bisa ditemui di lembaga pendidikan formal dan itulah yang ditawarkan oleh ISI Denpasar. Unsur 4

40

mendorong mahasiswa untuk mengembangkan jiwa kewirausahaannya sehingga nantinya lulusan ISI Denpasar tidak hanya terampil dalam menyajikan karya seni tapi juga mampu mengatur aspek-aspek lain di luar seni yang bisa mempengaruhi penyajian kesenian. Dengan adanya wisata kampus di ISI Denpasar, diharapkan ideide

kewirausahaan

mahasiswa

yang

kreatif

dapat

muncul

sehingga

bisa

memanfaatkan dan merangkai potensi-potensi yang ada menjadi sebuah sajian atau paket wisata yang menarik untuk wisatawan.

4.5

Fakultas, Jurusan, dan Program Studi

ISI Denpasar memiliki dua fakultas yaitu Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain. Fakultas seni pertunjukan mengajarkan dasar-dasar ilmiah, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang seni yang bisa dipertunjukkan kepada orang lain dengan cara dipentaskan di sebuah tempat pertunjukan (Buku Panduan Institut Seni Indonesia, 2006). Di dalam fakultas ini terdapat tiga jurusan yaitu jurusan seni tari, seni karawitan, dan seni pedalangan. Di dalam mendukung program wisata kampus, fakultas ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai daya tarik karena unik dan tidak bisa ditemui di tempat lain. Keunikan ini ditemui dari sisi proses belajar mengajarnya di mana mahasiswa dituntut untuk mempelajari kesenian Bali dan juga didorong untuk berkreasi untuk menciptakan karya seni sesuai dengan jiwa dan minatnya masingmasing. Proses pembentukan dari sumber daya manusia yang belum jadi menjadi

41

sumber daya manusia yang terampil dan handal khususnya dalam bidang seni pertunjukan adalah potensi bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang kritis dan ingin mengetahui proses terbentuknya seniman-seniman Bali. Fakultas lain yang dimiliki oleh ISI Denpasar adalah Fakultas Seni Rupa dan Desain. Fakultas ini menampung dua ilmu yaitu seni rupa dan desain sehingga saat ini memiliki tiga jurusan yaitu jurusan seni rupa murni, jurusan desain, dan jurusan seni kriya. Daya tarik yang dimiliki oleh fakultas ini adalah karya-karya seni hasil dari mahasiswa dan pengajarnya yang bisa dilihat di gedung pameran Kriya Hasta Mandala. Proses pembelajaran mahasiswa fakultas ini juga bisa menjadi daya tarik, seperti saat melukis, membuat patung, membuat keramik, dan membuat desain interior sebuah restoran. Di Fakultas Seni Rupa dan Desain terdapat program studi yang tengah dipersiapkan menjadi Fakultas Seni Media Rekam, yaitu Program Studi Fotografi. Program studi ini juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan karena menghasilkan karya-karya artistik dalam bidang fotografi. Karya-karya tersebut bisa dipamerkan di gedung pameran ataupun di dinding-dinding ruangan di beberapa titik di sekitar kampus sehingga wisatawan yang datang bisa menikmatinya. Pada setiap akhir semester genap, ISI Denpasar mengadakan ujian karya akhir bagi setiap mahasiswa yang telah memenuhi syarat dan sudah terdaftar sebagai peserta. Ujian ini merupakan ajang unjuk kreatifitas mahasiswa sebagai salah satu persyaratan kelulusan perkuliahan di ISI Denpasar. Pada fakultas seni pertunjukan,

42

mahasiswanya akan menampilkan garapan-garapan baru yang murni dibuat oleh mereka sendiri dan dipentaskan dihadapan para dosen penguji dan penonton yang hadir pada saat malam pementasan. Mereka yang membuat kreasi baru untuk tarian, seni karawitan, dan juga garapan dari jurusan pedalangan berusaha menampilkan sebuah sajian yang menarik dan terbaik sehingga mampu meraih nilai yang bagus. Mahasiswa dari fakultas seni rupa dan desain juga menampilkan karya-karya terbaiknya dalam ujian karya akhir ini. Lukisan, patung, keramik, beragam jenis desain seperti interior dan grafis, dan foto-foto ditampilkan di gedung pameran sehingga dosen penguji bisa menilai dan masyarakat umum bisa melihat kerja keras anak didik ISI Denpasar dalam usahanya menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan unggul. Kegiatan karya akhir ini menyimpan potensi yang bisa dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan sajian lain dari kesenian Bali. Sajian kesenian Bali yang ada saat ini pada dasarnya seragam dan hanya sebagai sebuah perkenalan kepada budaya Bali khususnya kesenian. Pada kegiatan karya akhir mahasiswa ini, wisatawan bisa menyaksikan bentuk dan garapan baru hasil olah kreasi dari mahasiswa-mahasiswa ISI Denpasar sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.

43

4.6

Fasilitas dan Sarana Pendidikan

Di dalam menunjang proses belajar mengajar, ISI Denpasar memiliki fasilitas dan sarana pendidikan di dalam areal kampus yang terletak berdekatan satu dengan yang lain. Penataan yang berdekatan tersebut dapat memberikan rasa nyaman kepada mahasiswa, dosen, maupun pegawai dalam mobilisasinya. Jumlah kelas yang ada sudah memadai dalam menunjang aktivitas perkuliahan. Selain itu, fasilitas lain seperti studio praktek, ruang pameran, dan tempat pertunjukan juga tersedia untuk digunakan oleh civitas akademika ISI Denpasar. Fasilitas yang ada di kawasan kampus ISI Denpasar adalah gedung rektorat Praja Niti Mandala, gedung dekanat fakultas seni pertunjukan dan fakultas seni rupa dan desain, gedung pameran Kriya Hasta Mandala, gedung pertunjukan Natya Mandala, panggung terbuka Nretya Mandala, gedung pertunjukan Candra Metu, wantilan Loka Wira Sabha, perpustakaan Loka Widya Sastra, pusat komunikasi IPM Sidemen, Museum Lata Mahosadhi, Green Room Lila Sanggraha, studio tari Ketut Reneng, dan fasilitas internet gratis bagi civitas akademika ISI Denpasar

4.7

Jumlah Tenaga Pengajar dan Pegawai

Sampai pada tahun 2010, ISI Denpasar telah memiliki tenaga pengajar dengan jumlah 223 orang dosen tetap yang terbagi dalam dua fakultas. Fakultas Seni Pertunjukan memiliki 109 orang dan Fakultas Seni Rupa dan Desain memiliki 114 orang tenaga pengajar/ dosen tetap. Untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuannya,

44

dosen pengajar di ISI Denpasar terus menerus meningkatkan kualitas dirinya dengan melaksanakan penelitian dan belajar mengisi wawasannya. Sebagai seorang dosen dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya agar mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan yang terkini. Salah satu implementasi dari tuntutan ini adalah dengan mengambil pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi. Dari Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan dosen yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang magister dan doktor. Tabel 4.2 Keadaan Kualifikasi Pendidikan Dosen ISI Denpasar sampai pada tahun 2009 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 1 Sedang Studi S2 52 40 36 33 39 2 Sedang Studi S3 5 8 10 10 14 Jumlah 57 48 46 43 53 4 S1 130 133 116 100 90 5 S2 58 68 93 107 114 6 S3 4 5 6 7 11 Jumlah 205 206 217 214 215 Sumber: Laporan Rektor ISI Denpasar tahun 2004-2009 (2009) No

Kualifikasi Dosen

2009 42 18 60 91 121 11 223

Disamping memiliki tenaga pengajar, ISI Denpasar juga memiliki tenaga yang mendukung pelaksanaan kegiatan sehari-hari institusi. Sampai pada tahun 2009, ISI Denpasar memiliki pegawai sebanyak 140 orang, yang meliputi pegawai administrasi, teknisi, laboran, dan pustakawan.

45

4.8

Jumlah Mahasiswa dan Mahasiswa Asing

Pada tahun akademik 2009/ 2010 semester 2, ISI Denpasar memiliki mahasiswa aktif sebanyak 719 orang yang sebagian besar adalah orang Bali. Sebagian kecil lainnnya berasal dari daerah-daerah lain di Indonesia seperti dari Papua dan Nusa Tenggara Timur. Calon mahasiswa yang ingin kuliah di ISI Denpasar harus mengikuti serangkaian tes sebagai tahap seleksi sehingga nantinya hanya yang lulus tes saja yang bisa menjadi mahasiswa. Rangkaian tes tersebut meliputi tes tulis untuk pengetahuan umum, tes wawancara, dan tes bakat. Perkuliahan di ISI Denpasar dibagi menjadi dua jenis yaitu kelas teori yang diberikan di dalam ruangan kelas dan kelas praktek yang dilaksanakan di studio atau lokasi lainnya yang representatif. Perkuliahan umumnya mulai pada pagi hari dan berakhir pada siang hari. ISI Denpasar juga menerima mahasiswa dari luar Indonesia yang ingin belajar di kampus ini. Mahasiswa tersebut ada yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Republik Indonesia yang bernama Darmasiswa, dan ada juga mahasiswa yang membayar dengan biaya sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sekretariat Mahasiswa Asing, pada Tabel 4.3 memperlihatkan jumlah mahasiswa asing yang belajar di STSI/ ISI Denpasar dari tahun akademik 1998/ 1999 sampai dengan tahun akademik 2009/ 2010. Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan penerimaan jumlah mahasiswa asing di ISI Denpasar yang tiap tahunnya bervariasi. Jumlah yang tidak stabil ini bukanlah disebabkan oleh faktor internal dari ISI Denpasar seperti kapasitas penampungan

46

mahasiswa, kurikulum, dan faktor lainnya. Penyebab utama tinggi rendahnya mahasiswa asing untuk belajar di ISI Denpasar pada jalur beasiswa adalah masalah anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Anggaran ini berimplikasi kepada jumlah beasiswa yang bisa diberikan kepada mahasiswa asing sehingga jika anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) kecil, sedikit orang asing yang diterima melalui jalur beasiswa. Begitu juga sebaliknya. Namun tidak demikian dengan mahasiswa yang belajar dengan memakai biaya sendiri. Jalur ini tidak tergantung pada APBN Indonesia. Mereka hanya tergantung dari keinginannya untuk belajar di ISI Denpasar dan kemampuannya untuk membayar biaya perkuliahan. Tabel 4.3 Jumlah Mahasiswa Asing yang Belajar di ISI Denpasar Tahun Akademik 1998/ 1999 – 2009/ 2010 Nomo Tahun Akademik Jumlah Mahasiswa Asing r 1 1998/ 1999* 15 2 1999/ 2000* 29 3 2000/ 2001* 31 4 2001/ 2002* 37 5 2002/ 2003* 31 6 2003/ 2004 26 7 2004/ 2005 20 8 2005/ 2006 25 9 2006/ 2007 28 10 2007/ 2008 62 11 2008/ 2009 23 12 2009/ 2010 14 Jumlah Total 341 Sumber: Sekretariat Mahasiswa Asing ISI Denpasar (2010) Catatan: (*) = masih bernama Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)

47

Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa asing belajar di ISI Denpasar, telah dilakukan wawancara dengan staf dari Sekretariat Mahasiswa Asing ISI Denpasar, I Ketut Agus Adi Kamajaya. Dari pemaparan Kamajaya, mahasiswa asing yang belajar di ISI Denpasar tidak mengikuti pola pengajaran yang umum diterima oleh mahasiswa biasa. Ada dua jenis beasiswa yang bisa diberikan kepada orang asing yaitu beasiswa untuk satu semester (short course) dan beasiswa untuk dua semester (regular course). Mahasiswa asing mendapatkan empat mata kuliah dalam satu minggu dengan durasi dua jam untuk tiap satu mata kuliah. Kelas untuk mahasiswa asing terpisah dengan mahasiswa umum namun antara penerima Darmasiswa dan yang membayar dengan biaya sendiri tidak dipisahkan. Karena penekanan pembelajaran dari mahasiswa asing adalah pengetahuan seni, maka mereka langsung diajarkan prakteknya yang sesekali diselingi dengan sedikit teori dan pengertian. Tenaga pengajarnya semua berasal dari ISI Denpasar. Mahasiswa asing yang belajar di ISI Denpasar tidak akan mendapatkan gelar karena ISI Denpasar belum mempunyai kurikulum khusus yang bisa memberikan gelar kepada mahasiswa asing. Hal lain yang menjadi kendala dalam pemberian gelar kepada mahasiswa asing di ISI Denpasar adalah belum adanya kesepakatan antara Indonesia dengan negara-negara lain mengenai pengakuan ijasah dan jumlah kredit yang memenuhi standar negara-negara tersebut. Mahasiswa asing yang belajar atas biaya sendiri pada prinsipnya sama dengan mahasiswa yang mendapatkan Darmasiswa. Perbedaannya adalah mereka bisa belajar

48

di ISI Denpasar selama mungkin asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pada akhir tahun akademik mereka harus menyerahkan laporan perkembangan pembelajarannya kepada rektor. Jika mahasiswa tersebut ingin memperpanjang masa belajarnya, ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar diberikan izin oleh rektor untuk melanjutkan studinya di ISI Denpasar. Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan rektor dalam memberikan izin adalah absensi selama mengikuti perkuliahan, kewajiban dalam membayar biaya perkuliahan dan administrasi, dan jenis visa yang dimiliki dan masa berlakunya. Jika sudah menyelesaikan masa belajarnya sesuai dengan beasiswa yang diterima, mahasiswa tersebut bisa memperpanjang beasiswanya maksimal sampai dua kali. Perpanjangan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pengelola program Darmasiswa yang berada di Biro Perencanaan Luar Negeri Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Biaya yang dikenakan kepada mahasiswa asing yang belajar atas biaya pribadi sebesar USD 300 untuk satu semester. Dari tahun akademik 1998/ 1999 sampai tahun 2009/ 2010, mahasiswa asing yang mendapatkan beasiswa Darmasiswa berjumlah 197 orang, dan yang membayar dengan uang sendiri sebanyak 144 orang. Warga negara Jepang menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah mahasiswa asing terbanyak yang belajar di ISI Denpasar. Disusul kemudian oleh Amerika Serikat, Meksiko, Hongaria, Republik Ceko, dan Polandia. Sampai saat ini sudah tercatat

49

sembilan belas negara asing yang warga negaranya pernah atau sedang belajar di ISI Denpasar.

4.9

Prestasi dan Pencapaian ISI Denpasar sejak berdiri

Sejak berdiri pada tahun 2003, ISI Denpasar telah meraih beberapa prestasi yang menuntunnya ke arah yang lebih maju dan lebih dikenal secara nasional maupun internasional. Pencapaian ISI Denpasar ini adalah hasil kerja keras semua pihak dalam mewujudkan visi ISI Denpasar untuk ”Go International”. 4.9.1 Kerjasama ISI Denpasar dengan Perguruan Tinggi, Perusahaan, dan Pihak yang Berkepentingan Dalam rangka mempromosikan ISI Denpasar agar lebih dikenal oleh pihak di luar kampus, telah ditandatangani kerjasama dengan pihak-pihak lain yang bersifat saling menguntungkan. Berikut adalah pihak-pihak yang sudah menjalin kerjasama dengan ISI Denpasar dan ditandai dengan menandatangani sebuah perjanjian. 1.

Menandatangani Nota Kesepakatan Bersama dengan KBRI Phnom

Penh, Kamboja pada tanggal 26 September, 2007 mengenai kerjasama dalam membina, mengembangkan, dan mempromosikan seni budaya nusantara. 2.

Menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan

Royal University of Fine Arts (RUFA), Kamboja pada tahun 2007. 3.

Menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan

Suratthani Rajabhat University, Thailand.

50

4.

Menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan

The University of British Columbia School of Music, Canada. 5.

Menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan

The School of Music – Conservatorium Monash University, Victoria, Australia mengenai kolaborasi akademis dan penelitian. 6.

Menandatangani Agreement and Cooperation Partnership dengan

Songkhla Rajabhat University, Thailand pada tanggal 16 Agustus 2006. 7.

Menandatangani Working Agreement dengan HIJIO Enterprise, Inc.,

Seoul, Korea Selatan mengenai The Cooperation for a Cross-Cultural Programme for Experiencing Balinese Hinduism Cultures and Traditions. Realisasi dari perjanjian ini sudah ada yang terlaksana. Seperti pada perjanjian antara ISI Denpasar dengan Royal University of Fine Arts (RUFA), Kamboja. Pada tahun 2008, RUFA datang ke ISI Denpasar untuk mengadakan kunjungan dan melihat secara langsung fasilitas dan sumber daya yang dimiliki oleh ISI Denpasar. Tujuan kedatangannya sebagai bentuk kunjungan balasan yang telah dilakukan ISI Denpasar ke Kamboja sebelumnya. Alasan lainnya adalah untuk mengadakan tatap muka dengan jajaran petinggi ISI Denpasar dan merancang sebuah program yang bisa dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Salah satu hasil dari program tersebut akhirnya bisa direalisasikan yaitu mengundang dosen dari ISI Denpasar untuk memberikan ceramah di RUFA pada tahun 2009. Materi yang disampaikan terkait dengan budaya Bali, khususnya seni. Kegiatan ini selain bermanfaat dari segi akademis, juga bisa

51

memberikan manfaat dalam mempromosikan wisata kampus. Kedatangan orang luar terutama orang asing adalah kesempatan yang tepat untuk mempromosikan kampus. Sembari melihat-lihat ISI Denpasar, juga bisa diberikan penjelasan-penjelasan terkait potensi-potensi yang dimiliki. Kerjasama dengan HIJIO Enterprise sedikit berbeda dengan perjanjian ISI Denpasar dengan RUFA. HIJIO Enterprise adalah sebuah perusahaan yang membawa orang dari Korea untuk belajar mengenai kesenian Bali di ISI Denpasar. Jadi kerjasama yang telah disepakati ISI Denpasar dengan HIJIO Enterprise lebih kepada aspek bisnis. Peluang untuk menggunakan perjanjian ini untuk wisata kampus sangat terbuka sekali karena memang tujuan kedatangannya adalah untuk berwisata dan mempelajari kesenian Bali. ISI Denpasar perlu membuat program-program yang menarik agar menggugah wisatawan untuk datang dan datang lagi. Adanya beberapa pilihan ini akan memberikan keleluasaan bagi wisatawan dalam memilih program yang paling disukainya. Untuk itu, ISI Denpasar perlu mengemas potensi-potensi yang dimilikinya ke dalam paket-paket wisata yang layak dijual ke wisatawan. 4.9.2 Hibah Kompetisi Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan Pembantu Rektor II, I Gede Arya Sugiartha, SSkar., M.Hum, berikut adalah hibah kompetisi yang berhasil dimenangkan oleh ISI Denpasar. Semua hibah kompetisi yang dimenangkan ini bersumber dari Dikti Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

52

1.

DUE-Like batch IV, dimenangkan saat masih bernama Sekolah

Tinggi Seni Indonesia (STSI) dan berakhir saat sudah berganti nama menjadi ISI Denpasar pada tahun 2002 sampai 2006 oleh Jurusan Tari, Jurusan Karawitan, dan Jurusan Seni Rupa Murni. Adapun nilai hibah yang dimenangkan adalah Rp. 1 Milyar/ jurusan/ tahun. 2.

SEMIQUE, dimenangkan pada tahun 2003 dan 2004 oleh Jurusan

Pedalangan. 3.

Internal Support System, yang dimenangkan pada tahun 2004 dan

2005 oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Komunikasi. Nominal hibah yang dimenangkan pada tahun 2004 adalah Rp. 175 juta dan pada tahun 2005 sebesar Rp. 75 juta. 4.

Program Cakupan Perguruan Tinggi (PCPT), yang dimenangkan

pada tahun 2003 dan 2004 oleh Jurusan Pedalangan. 5.

Program Hibah Kompetisi B-Arts, yang dimenangkan tahun 2007

sampai 2009 oleh Jurusan Tari, dan gabungan Jurusan Pedalangan dan Seni Rupa Murni. Nominal hibah yang dimenangkan adalah Rp. 1,5 Milyar/ jurusan/ tahun. 6.

Indonesia Managing Higher Education for Relevancy and

Eficiency (IM-HERE), yang dimenangkan oleh Jurusan Karawitan dan Jurusan Kriya Seni pada tahun 2008 sampai 2010. Adapun nilai nominal hibah yang dimenangkan adalah USD 1.286.777.

53

Berbagai hibah yang dimenangkan oleh ISI Denpasar ini membawa dampak yang sangat baik bagi perkembangan fisik maupun non-fisik kampus. Gedung perkuliahan makin bertambah banyak, fasilitas untuk menunjang perkuliahan bertambah dan juga diperbaiki, penataan taman dan area kampus menjadi lebih tertata rapi, dan makin banyaknya dosen yang membuat penelitian sehingga dari aspek akademisnya juga meningkat. Berbagai perubahan yang baik ini secara tidak langsung mendukung pelaksanaan wisata kampus karena hibah-hibah tersebut mempercantik penampilan kampus sehingga indah dipandang, fasilitas makin canggih sehingga bisa menunjang pelaksanaan pementasan dan presentasi, dan meningkatnya kualitas sumber daya manusianya sehingga keahlian dan keterampilan dosen-dosennya makin mendekati sempurna. 4.9.3

Promosi Kesenian ke Luar Negeri

Selain melakukan kegiatan sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, ISI Denpasar juga menerima undangan pementasan di luar negeri di ajang festival dan perayaan kemerdekaan Indonesia, seminar dan workshop sebagai bentuk partisipasi pada acara tersebut dan juga menjadi ajang untuk mempromosikan kebudayaan Bali dan Indonesia. Berikut adalah beberapa negara yang dikunjungi sejak ISI Denpasar berdiri. 1.

Melakukan kunjungan ke Denmark pada bulan Januari 2010

untuk mengikuti festival di Copenhagen University. Kegiatan yang dilakukan selama berada di Denmark adalah mengadakan sebuah pementasan kolaborasi

54

dengan kontingen lain yang berasal dari beberapa negara seperti China, India, Zimbabwe, Cook Island (Selandia Baru), Denmark, dan Mexico. Selain itu, ISI Denpasar juga melaksanakan workshop mengenai tari, musik, dan budaya Bali. Dari interaksi ini, telah terjalin komunikasi yang bagus dan ke depannya memungkinkan untuk mengadakan kerjasama yang sifatnya saling mengisi dan saling menguntungkan. 2.

Berkunjung ke Kanda University of International Studies dan

Tokyo pada bulan November 2009. Lawatan ISI Denpasar ke Jepang dalam rangka mewujudkan kerjasama yang telah lama terjalin antara ISI Denpasar dengan Kanda University of International Studies (KUIS). ISI Denpasar mengadakan pementasan, menjadi peserta dan narasumber dalam seminar internasional mengenai seni budaya Bali dan Topeng Noh, dan juga melaksanakan pelarasan gamelan yang dimiliki oleh KUIS. 3.

Melakukan misi kesenian ke Bangkok pada bulan Agustus

2009. Di Bangkok ada beberapa tempat yang dikunjungi yaitu Konsul Jendral Republik Indonesia di Songkhla, mengunjungi Songkhla Rajabhat University dan Suratthani Rajabhat University. Di universitas yang dikunjungi, ISI Denpasar melakukan pementasan tari dan musik Bali dan melaksanakan kegiatan workshop tentang seni pertunjukan Bali khususnya mengenai tari Bali dan seni rupa khususnya lukisan dengan gaya khas dari Kamasan.

55

4.

Mengadakan kunjungan ke Peru dan Chile dalam rangka

promosi budaya pada tahun 2005. Lawatan ke negara-negara yang berada di Amerika Selatan ini merupakan undangan dari Kedutaan Besar Indonesia di sana untuk memeriahkan perayaan hari ulang tahun kemerdekaan negara Republik Indonesia. Selama di Chile dan Peru, ISI Denpasar mengadakan pementasan di beberapa tempat. Materi pementasan selain kesenian dari Bali, juga menampilkan kesenian nusantara. Selain itu ISI Denpasar juga mengadakan workshop dan seminar. Kegiatan kunjungan ke luar negeri semacam ini adalah salah satu bentuk promosi yang perlu secara konsisten dilakukan. Pengenalan seni dan budaya Bali kepada orang asing harus terus dilakukan agar Bali makin dikenal oleh wisatawan. Dalam penyampaian informasi mengenai kampus kepada orang asing, perlu disisipkan informasi mengenai program wisata kampus di ISI Denpasar sehingga mereka paham dan mungkin tertarik untuk datang ke Bali dan menikmati wisata kampus. 4.9.4

Prestasi Lainnya

ISI Denpasar juga meraih prestasi yang membanggakan di tingkat nasional yaitu sebagai berikut. 1. Meraih tiga penghargaan pada Anugerah Media Humas (AMH) tingkat nasional pada tahun 2009. Kategori yang dimenangkan adalah Juara 2 Profil Lembaga

56

(audio visual), peringkat 5 untuk kategori website, dan peringkat 4 untuk kategori merchandise. 2.

ISI Denpasar merupakan salah satu dari 50 Promising Indonesian

Universities yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2007. Dampak yang ditimbulkan oleh penghargaan ini sangat baik karena dengan ini dapat menunjukkan kualitas pendidikan seni yang ada ISI Denpasar secara nasional maupun internasional. Dampak lainnya adalah ISI Denpasar mulai diperhitungkan oleh universitas dan industri, peluang sangat terbuka untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkepentingan,

meningkatkan

kepercayaan

stakeholders

(pemerintah,

perusahaan, organisasi), dan akan menaikkan citra dan daya saing ISI Denpasar. Dengan besarnya kemungkinan kerjasama dengan pihak lain yang dimiliki oleh ISI Denpasar, peluang untuk mengembangkan wisata kampus juga ada. Semakin banyak pihak yang yakin dengan kualitas ISI Denpasar, semakin besar peluang berhasilnya wisata kampus.

4.10 Tamu Mancanegara yang Pernah Berkunjung ke ISI Denpasar ISI Denpasar sebagai sebuah institusi yang memiliki visi Go International, telah menjalin komunikasi dengan pihak-pihak di luar negeri. Pada buku tamu yang terdapat di kantor Rektor, terdapat nama-nama penting dari berbagai belahan dunia yang berkunjung dengan tujuan untuk menjalin kerjasama yang bisa menguntungkan

57

kedua belah pihak. Tentu terdapat alasan-alasan mengapa pihak-pihak tersebut berkunjung ke ISI Denpasar dan bukan ke institusi lainnya. Pada Tabel 4.4 menunjukkan nama pihak-pihak yang berkunjung ke ISI Denpasar. Tamu- tamu tersebut berasal dari berbagai bidang seperti pemerintahan, seniman, universitas, maupun representasi dari negara tetangga.

Tabel 4.4 Tamu yang Berkunjung ke ISI Denpasar Februari 2009 – Juni 2010 No 1

Tanggal 13 Februari 2009

Nama Kansai Yamamoto

2

Tidak ada tanggal

Pejabat Universitas

3

Tidak ada tanggal

Pejabat Universitas

4

Tidak ada tanggal

Paul Trinidad

5

29 Juni 2009

Fuad Adriansyah

6

29 September 2009 Gut Moetmann

7

29 September 2009 Jiajia Qiao

8

Tidak ada tanggal

Minagawa Koichi Vinny Golik, David Rosenboom

9

10 Oktober 2009

10

Tidak ada tanggal

Kenneth Bringlen

11

13 November 2009

Phillipe Zeller

12

18 November 2009

Christophe Smith

Instansi Kansai Yamamoto Inc. Songkhla Rajabhat University, Thailand Suratthani Rajabhat University, Thailand University of Western Australia Faculty of Agriculture and Arts Konsul KJRI New York, AS Royal Academy of Music, Denmark Central Conservatory of Music, Beijing Kanda University California Institute of the Arts (CalArts), AS Lingkopings University, Swedia Duta Besar Perancis untuk Indonesia Konsulat World Bank

58

13

26 Januari 2010

M. Aji Siaja

14

2 Juni 2010

YAB Tan Sri Muhyiddin Haji Mohd Yassin

15

3 Juni 2010

Namji Steinemann

KBRI Moskow Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pelajaran Malaysia East West Center, Hawaii

Sumber: Buku tamu ruang Rektor ISI Denpasar (2010) Kedatangan tamu ke ISI Denpasar dilandasi oleh keinginan untuk menjalin sebuah kerjasama dan membina dan menjaga hubungan baik. Pada beberapa pihak seperti Kansai Yamamoto ingin melakukan kolaborasi antara seniman ISI Denpasar dengan seniman-seniman yang berada di dawah naungannya. Bentuk kolaborasinya adalah sebuah pementasan yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh dan ditonton oleh penonton yang hadir. Contoh lain adalah kunjungan dari Songkhla Rajabhat University. Kunjungannya ke ISI Denpasar adalah menjajagi kemungkinan kerjasama dalam bidang akademis. Dari sisi akademis, ISI Denpasar memiliki dosen-dosen pengajar yang mempunyai pengetahuan yang luas mengenai seni dan budaya Bali sehingga memungkinkan mengadakan sebuah pertukaran sumber daya manusia untuk memberikan gambaran bagaimana seni dan budaya di masing-masing daerahnya. Implikasinya

terhadap pelaksanaan

wisata kampus

adalah terbukanya

kesempatan untuk promosi dan menawarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh ISI Denpasar di dalam bentuk kegiatan wisata kampus. Dari hubungan ini juga terdapat kemungkinan pihak yang telah menjalin kerjasama akan membawa wisatawan untuk berkunjung dan belajar mengenai seni budaya Bali. Promosi yang dari mulut ke mulut lebih mudah untuk disebarluaskan dan umumnya masyarakat lebih

59

mempercayainya daripada iklan-iklan yang muncul di media cetak dan media elektronik.

BAB V POTENSI WISATA KAMPUS ISI DENPASAR

Berdasarkan observasi langsung ke obyek penelitian dan juga wawancara dengan I Wayan Wiruda, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga pada tanggal 31 Mei 2010, terdapat beberapa hal yang menjadi potensi bagi pengembangan ISI Denpasar sebagai wisata kampus. Potensi ini dibagi menjadi dua berdasarkan sifatnya yaitu potensi yang menguatkan dan potensi yang melemahkan atau lebih dikenal dengan nama strengths atau kekuatan dan weaknesses atau kelemahan. Agar mudah dimengerti, peneliti mengelompokkan potensi-potensi tersebut menjadi dua, yaitu potensi fisik dan potensi non-fisik.

60

5.1 Kekuatan/ strengths Kekuatan yang dimiliki ISI Denpasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kekuatan yang bersifat fisik dan non-fisik. 5.1.1 Fisik Potensi fisik yang dimaksud adalah semua potensi yang bisa disentuh dan dilihat dengan mata telanjang yang berada di dalam lingkungan ISI Denpasar dan menjadi kekuatan dalam pelaksanaan wisata kampus. Potensi fisik tersebut meliputi bangunan, peralatan, dan pola penataan kampus. Berikut adalah penjelasan mengenai potensi fisik yang dimiliki oleh ISI Denpasar.

Gambar 5.1: Denah ISI Denpasar Keterangan: 1: Gedung Natya Mandala 2: Tempat Pertunjukan Nretya Mandala

61

3: Museum Lata Mahosadhi 4: Gedung Candra Metu 5: Gedung Pameran Kriya Hasta Mandala 6: Wantilan Loka Wira Sabha 5.1.1.1 Tempat Pertunjukan 1. Natya Mandala Gedung Natya Mandala adalah tempat pertunjukan dalam ruangan yang mampu menampung penonton sampai 400 orang. Natya Mandala telah digunakan sebagai tempat untuk menggelar beragam kegiatan baik itu pertunjukan seni maupun kegiatan non seni. Tempat ini memiliki berbagai fasilitas untuk menyelenggarakan sebuah pementasan seni seperti perlengkapan tata cahaya; panggung yang dilengkapi dengan tirai penutup dan berbagai macam layar berukuran besar; akustika ruangan; sound system; dan backstage. Untuk kegiatan non seni, tempat ini digunakan dalam memberikan workshop, seminar, dan acara seremonial seperti wisuda. Gambar 5.2 di bawah ini memperlihatkan sisi utara gedung Natya Mandala.

62

Gambar 5.2: Gedung Natya Mandala Nama Natya Mandala berasal dari dua kata. Natya (Zoetmulder dan Robson, 2004: 694) berarti tarian, pertunjukan mimik dan mandala (Zoetmulder dan Robson, 2004: 642) berarti daerah atau wilayah. Jadi arti dari Natya Mandala adalah tempat mengolah kreativitas seni tari yang meliputi penciptaan, pementasan, dan apresiasi yang ditunjukkan dengan kehadiran masyarakat untuk menonton. Di sinilah tempat yang digunakan untuk menunjukan kemampuan dan kreatifitas mahasiswa ISI Denpasar.

2. Nretya Mandala Merupakan sebuah panggung yang berada di luar ruangan (open airred stage) yang luas, memiliki kapasitas untuk menampung penonton kurang lebih 1000 orang. Tata cahaya dan sound systemnya tidak ditempatkan secara permanen dan hanya dipasang jika ada pertunjukan.

63

Gambar 5.3: Tempat Pertunjukan Nretya Mandala

Pada Gambar 5.3, memperlihatkan Nretya Mandala jika dilihat dari timur atau dari atas. Di belakang Nretya Mandala ini adalah gedung Natya Mandala. Nretya Mandala yang merupakan gabungan kata dari Nretya yang berasal dari kata tretya yang berarti ketertiban atau ketentraman dan mandala (Zoetmulder dan Robson, 2004: 642) berarti daerah atau wilayah, sehingga nama ini memiliki arti sebagai tempat yang tertib atau tentram untuk menyajikan pertunjukan seni kepada penonton.

3.

Candra Metu Letak gedung Candra Metu berada persis di belakang gedung rektorat. Bangunan yang berarsitektur Bali ini merupakan tempat pertunjukan di dalam ruangan di mana ruangan tersebut cenderung berbentuk bulat. Bentuk ini dirancang

64

sedemikian rupa sehingga panggung berada tepat di tengah dan penonton berada di sekeliling panggung untuk menyaksikan pementasan. Kata Candra Metu disusun dari dua kata yaitu candra (Zoetmulder dan Robson, 2004: 158) yang berarti bulan dan metu yang berarti keluar sehingga pengertian dari Candra Metu itu adalah bulan yang baru keluar atau terbit.

Gambar 5.4: Gedung Candra Metu Untuk kegiatan kesenian, tempat ini memiliki perlengkapan dan peralatan untuk mengadakan pertunjukan seperti tata cahaya, sound system, ruang kedap suara (akustik), tata suara, dan tempat penduduk penonton untuk 600 orang. Pada Gambar 5.4, gedung Candra Metu dilihat dari sisi barat laut. 4.

Wantilan Loka Wira Sabha Lokasi wantilan ini berada dekat dengan perpustakaan Loka Widya Sastra dan Pura Padma Nareswara. Wantilan merupakan sebuah bangunan permanen yang terbuka pada tiga sisinya (open aired). Berdasarkan pengamatan penulis, kegiatan

65

yang dilakukan di sini adalah latihan tari dan musik. Terkadang digunakan sebagai tempat untuk melukis dan mengadakan seminar atau workshop. Gambar 5.5 memperlihatkan tampak utara dari wantilan.

Gambar 5.5: Wantilan Loka Wira Sabha Loka Wira Sabha berasal dari kata loka (Zoetmulder dan Robson, 2004: 606) yang berarti ruang luas atau dunia, sabha (Zoetmulder dan Robson, 2004: 969) artinya pertemuan atau rapat, dan wira (Zoetmulder dan Robson, 2004: 1444) berarti pahlawan atau pejuang (prajurit) yang gagah berani. Jadi nama Loka Wira Sabha memiliki arti sebagai tempat bertemunya para pahlawan atau maestro seni.

5.1.1.2 Museum Lata Mahosadhi Museum ini mempunyai koleksi berbagai macam alat musik Bali, bermacam jenis topeng, dan juga koleksi pakaian tari Bali. Keberadaan museum ini menunjang kegiatan belajar mengajar mahasiswa karena dapat secara langsung mengetahui jenis-

66

jenis gamelan, topeng, dan pakaian tari yang ada di Bali. Di dalam museum terdapat bengkel perawatan dan pemeliharaan alat-alat musik dan juga sebuah ruang sidang yang bisa menampung 100 orang. Tampak depan museum ini bisa dilihat pada Gambar 5.6 di bawah ini.

Gambar 5.6: Museum Lata Mahosadhi Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Rektor ISI Denpasar, nama museum ini diambil dari cerita Ramayana. Pada saat itu Laksmana berada pada kondisi yang kritis akibat pertempurannya dengan Rahwana. Untuk mengobatinya, hanya ada satu obat yang bisa menyembuhkannya, yaitu tanaman Lata Mahosadhi yang berada di Gungung Himalaya. Diutuslah Hanoman oleh Rama untuk mencari dan membawa pulang obat tersebut. Sesampainya Hanoman di Gunung Himalaya, dia bingung karena tidak tahu bagaimana rupa dari Lata Mahosadhi. Karena tidak ingin mengecewakan Rama dan agar Laksmana bisa sembuh, Hanoman kemudian mengangkat dan membawa gunung tersebut kehadapan Rama. Setelah ditemukan tanaman yang dibutuhkan yang bernama Lata Mahosadhi, Laksmana pun sembuh.

67

Lata Mahosadhi merupakan gabungan dari kata lata (Zoetmulder dan Robson, 2004: 576) yang berarti tumbuh-tumbuhan yang menjalar atau melilit dan kata mahosadhi, yang merupakan gabungan dari kata maha (Zoetmulder dan Robson, 2004: 627) yang berarti besar dan usadha (Zoetmulder dan Robson, 2004: 1350) yang berarti obat, sehingga mahosadhi berarti obat yang sangat ampuh. Jadi arti dari Lata Mahosadhi adalah tumbuhan hebat yang mempunyai kekuatan yang sangat ampuh dalam mengobati penyakit. Museum ini dinamakan demikian karena sesuai dengan fungsi dari museum itu, yaitu sebagai tempat yang merawat dan melestarikan sesuatu, yang dalam hal ini adalah benda-benda seni seperti gamelan, topeng, dan pakaian penari. Alasan lain mengapa dinamakan Lata Mahosadhi adalah adanya harapan jika orang yang pikirannya kusut, stres, dan terganggu setelah masuk ke museum dan mendengarkan gamelan dan melihat kekayaan seni yang ada di dalamnya, bisa menetralisir dan menyembuhkan kekusutan yang dideritanya. 5.1.1.3 Gedung Pameran Kriya Hasta Mandala Gedung pameran ISI Denpasar terletak persis di depan gedung rektorat. Dengan adanya program seni rupa di ISI Denpasar, gedung ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk memperlihatkan atau memamerkan karya-karya mahasiswa maupun dosen kepada khalayak umum. Perlengkapan dan peralatan pameran sudah tersedia seperti partisi dan tata lampu khusus pameran. Gedung Kriya Hasta Mandala ini memang khusus digunakan

68

untuk pameran karya seni rupa saja. Gedung Kriya Hasta Mandala bisa dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7: Gedung pameran Kriya Hasta Mandala Nama gedung pameran ini berakar dari tiga kata yaitu kriya (Zoetmulder dan Robson, 2004: 520) yang berarti tindakan atau pekerjaan, hasta (Zoetmulder dan Robson, 2004: 341) artinya tangan atau lengan, dan mandala (Zoetmulder dan Robson, 2004: 642) berarti daerah atau wilayah. Jadi arti nama Kriya Hasta Mandala adalah tempat yang difungsikan untuk memamerkan atau memajang hasil karya seni buatan tangan manusia.

5.1.1.4 Lingkungan yang Asri Keadaan alam di dalam areal kampus ISI Denpasar dihiasi oleh beragam pepohonan dan tanaman yang memberikan kesan sejuk dan asri. Jenis pepohonan dan

69

tanaman yang ada di ISI Denpasar bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu tanaman langka, tanaman perindang, dan tanaman nusantara.

Gambar 5.8: Keadaan lingkungan ISI Denpasar

Tanaman Langka Tanaman jenis ini merupakan tanaman-tanaman langka atau tanaman yang biasanya dimanfaatkan untuk upacara-upacara keagamaan, khususnya bagi pemeluk agama Hindu di Bali. Keberadaan tanaman langka ini disamping untuk memperindah penampilan kampus, juga sebagai usaha untuk konservasi berbagai macam tanaman langka yang saat ini mulai jarang ditemui di masyarakat. Tanaman jenis ini terletak di timur laut areal kampus. Alasan mengapa tanaman langka dipusatkan di sini karena mengikuti konsep tinggi-rendah, luan-teben, di mana hal-hal yang dianggap suci ditaruh di bagian utara atau timur laut. Jenis-

70

jenis tanaman yang berada di lokasi ini seperti don gegirang, don kayu sugih, tanaman nagasari, dan berbagai jenis kelapa semisal nyuh gading dan nyuh bulan. 2. Tanaman Perindang Jenis tanaman ini banyak terdapat di dalam areal kampus. Banyak tersebar di seluruh areal kampus namun paling banyak terpusat di bagian tengah areal kampus. Fungsi utama dari jenis tanaman ini adalah memperindah penampilan kampus dan memberikan keteduhan agar suasana kampus menjadi sejuk dan asri. Beberapa nama-nama tanaman yang menjadi perindang di kampus ini adalah pohon cempaka, pohon ketapang, pohon kamboja, pohon palem, pohon beringin, dan tanaman lidah mertua.

Gambar 5.9: Tanaman perindang

3. Tanaman Nusantara

71

Pada perhelatan Festival Kesenian Indonesia (FKI) ke 5 tahun 2007 di ISI Denpasar, terdapat sebuah acara penanaman pohon bersama yang diikuti oleh tujuh perguruan tinggi seni se-Indonesia. Tiap perguruan tinggi seni ini diwajibkan untuk membawa pohon khas daerahnya. Kemudian pohon-pohon ini ditanam di areal kampus sehingga ISI Denpasar sekarang mempunyai beberapa jenis pohon yang berbeda-beda yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Tanaman-tanaman ini memiliki makna sebagai simbol perekat bangsa Indonesia yang majemuk dan juga sebagai pertanda bahwa ISI Denpasarlah tuan rumah dari FKI V tahun 2007. Tanaman nusantara ini diletakkan di bagian selatan dan barat daya kampus. Jenis-jenis pohon yang ditanam adalah pohon majegau dari Bali, pohon andalas dari Sumatera Barat, dan pohon sawo kecik dari DKI Jakarta.

5.1.2 Non-Fisik ISI Denpasar memiliki beberapa kekuatan non-fisik yang bisa dieksploitasi dalam pengembangan wisata kampus. Berdasarkan atas pengamatan penulis di ISI Denpasar, potensi-potensi tersebut adalah sebagai berikut. 5.1.2.1 Aktivitas Perkuliahan ISI Denpasar sebagai institusi yang mengajarkan seni budaya Bali memiliki perbedaan dari perguruan tinggi lainnya. Perbedaannya terletak pada substansi ajarannya dan juga praktek seni yang terjadi. Proses belajar mengajarnya lebih santai

72

dan dinamis, sesuai dengan sifat seni yang merupakan hasil olah rasa manusia di dalam mengekspresikan dirinya.

Gambar 5.10: Aktivitas Perkuliahan Pada fakultas seni pertunjukan proses belajar mengajar yang terlihat paling beda dengan fakultas di perguruan tinggi non-seni adalah pada saat praktek, seperti yang terlihat pada Gambar 5.10. Praktek pada jam perkuliahan dilakukan di kampus namun kadang kala ada permintaan dari pihak luar untuk ISI Denpasar menampilkan kesenian Bali, sehingga mahasiswa dari Fakultas Seni Pertunjukan bisa langsung mempraktekan ilmu yang telah dipelajari. Begitu juga untuk mahasiswa di Fakultas Seni Rupa dan Desain, mereka belajar dalam berkesenian dan kemudian memajang hasil karya dalam bentuk pameran seni. Proses pembelajaran praktek inilah yang ditonjolkan dari wisata kampus.

73

5.1.2.2 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ajang Pagelaran ISI Denpasar memiliki sebuah unit pelaksana tugas (UPT) ajang gelar, yang mengatur dan mengorganisir berbagai permintaan untuk memberikan pertunjukan baik dipentaskan di dalam maupun di luar kampus. ISI Denpasar terkadang menerima permintaan khusus untuk menampilkan sebuah garapan baru misalnya pementasan Oratorium Siwa Tatwa pada saat jamuan makan malam Presiden Republik Indonesia dengan delegasi-delegasi penting dari negara-negara peserta United Nations Framework Convention on Climate Change pada tanggal 11 Desember 2007 di Garuda Wisnu Kencana dan sebuah kolaborasi yang cukup besar dengan Kansai Yamamoto, salah satu seniman besar di Jepang, yang dilaksanakan di Garuda Wisnu Kencana pada tanggal 23 Mei 2009 dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang.

Gambar 5.11: Poster Pementasan Kolaborasi ISI Denpasar dengan Kansai Yamamoto (www.gwk-culturalpark.com)

74

5.1.2.3 Sumber Daya Manusia di Bidang Seni dan Budaya Sebagai sebuah perguruan tinggi seni, ISI Denpasar memiliki tenaga pengajar yang ahli dan terampil di bidang tersebut. Mengajarkan seni ke orang Bali mungkin terdapat kemudahan karena seni sudah menjadi dari kehidupan orang Bali. Namun hal itu akan sangat berbeda jika orang yang diajarkan atau dijelaskan adalah kepada orang non-Bali. Akan ada kendala di dalam memberikan sebuah gambaran dan penjelasan mengenai seni dan budaya Bali kepada orang yang bukan orang Bali. Dengan memiliki sumber daya manusia yang bagus, ISI Denpasar mampu memberikan sebuah workshop kepada orang-orang awam atau wisatawan. Melalui workshop ini bisa ditanamkan gambaran besar (overview) mengenai apa itu seni dan budaya Bali dan bagaimana seni dan budaya itu bekerja. Tabel 5.1 Distribusi Dosen Menurut Fakultas dan Pendidikan Tahun 2009 Jenjang Pendidikan No. Fakultas S1 S2 S3 Jumlah 1 Seni Pertunjukan 33 66 10 109 2 Seni Rupa dan Desain 58 55 1 114 Jumlah 91 121 11 223 Sumber: Laporan Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun 2004-2009 Pada Tabel 5.1 menggambarkan keadaan dosen di ISI Denpasar menurut fakultas dan jenjang pendidikannya sampai pada tahun 2009. Di Fakultas Seni Pertunjukan ada empat Guru Besar, yang merupakan jabatan fungsional dan di Fakultas Seni Rupa dan Desain memiliki 1 Guru Besar.

75

5.2 Kelemahan/ weaknesses Selain memiliki potensi yang memperkuat ISI Denpasar dalam pelaksanaan wisata kampus, ada beberapa hal yang menjadi potensi untuk melemahkan kegiatan ini. Kelemahan-kelemahan tersebut teridentifikasi dari rangkuman hasil observasi peneliti ke lapangan, wawancara dengan pimpinan institusi, dan juga wawancara dengan pihak luar yang berhubungan langsung dengan ISI Denpasar. Berikut adalah beberapa kelemahan yang berhasil diidentifikasi dan dibagi dalam kategori fisik dan non-fisik 5.2.1 Fisik 1.

Fasilitas penunjang kegiatan wisata yang kurang dan belum standar.

ISI Denpasar didirikan sebagai sebuah institusi pendidikan yang mengajarkan seni budaya, khususnya budaya Bali. Fokus utamanya adalah mencetak tenagatenaga handal dalam bidang tersebut sebagai wujud pelestarian seni budaya Bali agar terpelihara dan berkembang di masyarakat. Program wisata kampus adalah salah satu cara untuk memperkenalkan seni budaya Bali kepada wisatawan dengan jalan pemberian informasi yang komprehensif melalui kegiatan wisata. Fasilitas yang ada di ISI Denpasar dibangun untuk keperluan proses belajar mengajar. Melihat peluang yang besar untuk dikembangkannya wisata kampus di ISI Denpasar, kekurangan fasilitas pariwisata bisa memperlemah kekuatan yang sudah dimiliki.

76

5.2.2

Non-fisik

1. Jumlah sumber daya manusia yang bisa berbahasa asing khususnya bahasa Inggris masih kurang, sesuai dengan laporan Rektor ISI Denpasar tahun 20042009 dan juga pengamatan penulis. Walaupun memiliki sumber daya manusia yang terampil dalam bidang seni budaya Bali, jumlah tenaga pengajar dan staf yang mampu berbahasa asing masih sangat sedikit. Hal ini akan menjadi penghambat komunikasi antara ISI Denpasar dengan wisatawan. 2.

Sumber daya manusia ISI Denpasar belum menguasai pengetahuan

tentang hospitality skill untuk wisatawan. Latar belakang pendidikan yang bukan di bidang pariwisata, berdasarkan laporan Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2004-2009, merupakan alasan mengapa sumber daya manusia ISI Denpasar tidak menguasai materi hospitality skill. Materi ini sangat diperlukan saat berhadapan dengan wisatawan untuk memberikan kenyamanan dan pelayanan yang prima pada saat kunjungannya. 3.

Setelah beberapa kali observasi saat ISI Denpasar menerima

kunjungan wisatawan, penulis menemukan bahwa produk wisata yang disajikan masih belum terkonsep dengan jelas. Beragamnya potensi yang dimiliki oleh ISI Denpasar juga membuat banyaknya pilihan yang mungkin bisa diberikan kepada wisatawan. Namun sejauh pengamatan peneliti, nampaknya produk yang ditawarkan masih sama setiap kali ISI Denpasar kedatangan wisatawan. Tidak

77

ada perubahan atau pilihan alternatif walaupun sudah ada saran dari biro perjalanan wisata yang membawa wisatawan tersebut. Sebenarnya masih banyak potensi yang bisa digarap untuk memberikan informasi dengan cara yang unik mengenai seni budaya Bali. 4.

Informasi mengenai wisata kampus di ISI Denpasar masih kurang

bahkan cenderung tidak ada untuk khalayak. Ini bisa dilihat di website ISI Denpasar dimana bersifat umum dan akademis dan tidak adanya informasi mengenai wisata kampus dan. Untuk itu website ISI Denpasar perlu ditambahkan segmen khusus wisata kampus untuk memberikan informasi mengenai wisata kampus. ISI Denpasar juga perlu membuat brosur yang berisi informasi pendidikan, di dalamnya perlu ditambahkan informasi mengenai wisata kampus. Pembuatan brosur untuk wisata kampus sebaiknya hanya memuat hal-hal yang relevan dan berguna. 5.

Belum memiliki standar harga jual paket wisata kepada biro

perjalanan wisata atau wisatawan perseorangan. Hal ini diketahui oleh penulis berdasarkan keterangan yang diperoleh dari PT Suartur yang menyatakan selama ini harga yang ditetapkan untuk wisatawan tidak pernah konsisten. Pihak ISI Denpasar belum memiliki anggaran atau acuan yang pasti sebagai dasar dalam penentuan harga tiket wisata kampus di ISI Denpasar. Hal ini menyebabkan terjadinya inkonsitensi harga yang diberikan kepada biro perjalanan wisata setiap kali membawa wisatawan ke ISI Denpasar.

78

6.

ISI Denpasar menghadapi sejumlah masalah internal dalam dua

tahun terakhir ini (2008-2010) antara lain masalah pemilihan rektor dan dugaan korupsi yang diikuti dengan demonstrasi dan dimuat di media masa. Hal ini tampaknya memberikan citra yang negatif mengenai institusi ini, tetapi saat peneliti observasi ke lokasi dan mengadakan wawancara dengan beberapa orang dari civitas akademika, tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara masalah internal dengan kegiatan belajar mengajar di ISI Denpasar. Masalah ini mungkin menimbulkan kecemasan di sebagian kalangan masyarakat mengenai kelancaran kehidupan akademik kampus karena masyarakat memandang ISI Denpasar sebagai salah satu pilar dalam pelestarian seni budaya Bali.

79

BAB VI PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP ISI DENPASAR SEBAGAI DAYA TARIK WISATA KAMPUS

Di dalam upaya merumuskan strategi pengembangan yang tepat bagi ISI Denpasar menjadi sebuah daya tarik wisata kampus, selain mengenali apa kekuatannya juga perlu diteliti bagaimanakah pengaruh faktor eksternal terhadap perumusan strategi dan kelangsungan wisata kampus ke depannya. Keberadaan ISI Denpasar yang berada di lingkungan sosial masyarakat sekitar kampus turut memberi pengaruh terhadap kelangsungan aktivitas civitas akademikanya. Perlu dipelihara sikap saling menghormati dan toleransi antara pihak kampus dengan masyarakat sekitar agar tercipta sebuah hubungan yang harmonis dan saling mendukung. Untuk menggali informasi yang dibutuhkan, telah dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang sudah ditentukan. Faktor eksternal yang memberi pengaruh terhadap pelaksanaan wisata kampus di ISI Denpasar telah diidentifikasi seperti berikut.

6.1 Biro Perjalanan Wisata Di dalam merumuskan strategi pengembangan daya tarik wisata, dipandang perlu untuk mengadakan wawancara kepada biro perjalanan wisata karena pihak tersebut berhubungan langsung dengan wisatawan dan memiliki posisi untuk

80

menawarkan beragam paket, daya tarik, dan penawaran lainnya. Akibat interaksi tersebut biro perjalanan wisata mengetahui apa yang diinginkan oleh wisatawan dan apa yang tidak disukainya. Biro perjalanan wisata juga menampung segala kritikan, masukan, maupun pujian terhadap pelayanan yang telah diberikan. Masukan semacam ini digunakan oleh biro perjalanan wisata untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan produknya. Berdasarkan informasi dari Pembantu Rektor IV yang membidangi kerjasama, I Wayan Suweca, SSKar., M.Mus, biro perjalanan wisata yang membawa wisatawan ke ISI Denpasar baru ada satu, yaitu PT Suartur (Suar Nusa Jaya Tours). PT Suartur memiliki hubungan yang baik dengan ISI Denpasar sehingga mendatangkan wisatawan secara berkala untuk berkunjung ke kampus seni tersebut. Biro perjalanan wisata ini telah membawa wisatawan ke ISI Denpasar sejak bulan Mei 2010. Sampai pada bulan Juli 2010, PT Suartur sudah membawa wisatawan sebanyak empat kali yang mana kunjungan terakhirnya terlaksana pada tanggal 12 Juli 2010. Wisatawan yang dibawa adalah wisatawan cruise yang sedang berlabuh di Benoa. Sumber wisatawan pada keempat kunjungan tersebut berasal dari cruise yang sama, yaitu Princess Cruises. Rute perjalanan cruise ini dimulai dari Brisbane kemudian singgah di beberapa kota di Australia seperti Perth dan Darwin. Perjalanan dilanjutkan dan menuju Bali untuk singgah selama satu hari, dan setelah itu balik lagi ke Brisbane. Sebagian besar wisatawan yang menggunakan cruise ini adalah wisatawan Australia dan sisanya berasal dari Selandia Baru. Pada tiap kunjungan ke

81

ISI Denpasar, jumlah wisatawan bervariasi antara 150 orang sampai dengan 300 orang. Jumlah ini tergantung dari banyaknya wisatawan yang memilih paket tur yang berisi kunjungan ke ISI Denpasar karena ada beberapa paket yang ditawarkan untuk dipilih. Pada paket tur ini menawarkan wisata di dalam kota (city tour) dengan tujuan beberapa daya tarik wisata di Kota Denpasar seperti Museum Bali dan Pasar Badung. Paket yang lain berisi kunjungan ke daya tarik wisata lainnya di Bali dan tidak singgah di ISI Denpasar. Untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam pengerjaan tesis ini, telah dilakukan wawancara pada tanggal 10 Juni 2010 kepada pihak PT Suartur yang diwakili oleh Ni Putu Evi Wijayanti, Sales & Marketing Manager dan I Kadek Darmayasa Karang, Director of Product & Research Development. Wawancara dilaksanakan di kantor biro perjalanan wisata tersebut yang beralamat di Jalan Bypass Ngurah Rai nomor 32, Denpasar 80237 Bali. Berdasarkan jawaban yang diberikan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, ISI Denpasar memiliki potensi-potensi yang bisa dikembangkan untuk dijadikan komoditi yang bisa dijual ke wisatawan. Berikut adalah petikan dari jawaban yang diberikan Wijayanti. ”ISI Denpasar memiliki potensi berupa (1) bangunan yang berarsitektur Bali; (2) ISI Denpasar adalah sebuah institusi pendidikan dan memiliki mahasiswa yang mempelajari tentang seni; (3) dosen pengajar yang ahli di bidang seni dan budaya sehingga bisa memberikan workshop kepada wisatawan mengenai seni dan budaya Bali; (4) ISI Denpasar merupakan tempat mencetak tenaga-tenaga ahli dalam bidang seni dan budaya”

82

Wijayanti lanjut menjelaskan bahwa ke depannya ISI Denpasar sangat mungkin untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata, khususnya wisata kampus asalkan melakukan beberapa perubahan untuk membuat wisatawan semakin merasa nyaman dan tertarik. Perubahan yang dimaksud lebih banyak menyangkut aspek fisiknya seperti dekorasi areal kunjungan wisatawan, menggunakan toilet yang sesuai dengan standar untuk wisatawan, penambahan pendingin udara pada beberapa tempat kunjungan wisatawan, dan membuat jalur untuk para penyandang cacat dan lanjut usia. ”Kualitas sumber daya manusianya juga perlu ditingkatkan terutama dari segi bahasa asing, komunikasi antar personel kegiatan, dan koordinasi antara pihak ISI Denpasar dengan PT Suartur selama kunjungan wisatawan di ISI Denpasar”, demikian yang ditambahkan oleh Wijayanti. Untuk menyukseskan program wisata kampus ISI Denpasar, Karang yang bertanggung jawab atas kualitas produk memberi beberapa masukan, di antaranya seperti di bawah ini. 1.

Workshop yang diberikan jangan terlalu lama dan tidak

monoton. 2.

Buatlah sebuah kemasan pertunjukan yang unik dan

singkat, seperti pementasan wayang kulit selama 15 menit. 3.

Mengadakan daily performance sehingga biro perjalanan

wisata bisa merencanakan sebuah program yang memasukkan ISI Denpasar dalam daftar kunjungan tetapnya.

83

4.

Menambah dekorasi di sekitar areal kampus yang dilalui

wisatawan sehingga kesan Bali sangat kental. Dekorasi yang dimaksud seperti penjor, pelengkungan, tabur bunga, dan dekorasi Bali lainnya. 5.

Perlunya sumber daya manusia ISI Denpasar diberi

pelatihan mengenai hospitality pariwisata sehingga mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada wisatawan. 6.

Pergunakanlah museum yang dimiliki ISI Denpasar dalam

sajiannya kepada wisatawan. Di dalam museum terdapat banyak alat-alat musik dimana alat-alat tersebut bisa dimaksimalkan untuk dipertunjukkan kepada wisatawan. 7.

Gantilah toilet yang ada sekarang dengan toilet duduk.

8.

Terkadang kunjungan wisatawan ke Bali sangat singkat.

Untuk itu, adakanlah sesi foto bersama antara wisatawan dengan penari sehingga mempunyai foto bersama dengan penari Bali. 9.

ISI Denpasar perlu membuat anggaran yang bisa dipakai

pedoman untuk negoisasi dengan biro perjalanan wisata. Dengan adanya standar minimum untuk biaya pementasan, maka ada kejelasan mengenai harga yang bisa disepakati yang menguntungkan kedua belah pihak. 10.

Kalau memungkinkan, adakanlah kerjasama dengan Taman

Budaya yang terletak bersebelahan dengan ISI Denpasar.

84

Berdasarkan pengamatan peneliti dan pengalaman PT Suartur membawa wisatawan ke ISI Denpasar sebanyak tiga kali dalam kurun waktu Mei-Juni 2010, Karang memberikan sebuah usulan paket wisata yang menarik. Urutan kegiatan wisatanya seperti berikut ini. 1.

Setelah wisatawan turun dari bus, langsung diajak ke

museum dan diperkenalkan kepada alat-alat musik koleksi museum Lata Mahosadhi. Diberikan penjelasan singkat mengenai beberapa alat/ kelompok alat musik yang ada dan kemudian dimainkan sehingga wisatawan mengetahui perbedaan yang dimiliki diantara alat/ kelompok alat musik tersebut. Setelah dimainkan, wisatawan juga diberi waktu untuk mencoba memainkannya. 2.

Kemudian beranjak ke gedung Natya Mandala untuk

mendengarkan rangkuman kegiatan di museum tadi dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai tarian Bali. Setelah penjelasan singkat tersebut, disuguhkan satu tarian untuk memberi gambaran apa dan bagaimana tari dan musik Bali ditampilkan. 3.

Setelah acara selesai, tamu diajak ke tempat yang telah

ditentukan untuk menikmati minuman dan makanan kecil (refreshments). Semua presentasi ini harus bisa ditampilkan dalam kurun waktu satu jam.

6.2

Hubungan dengan Daya Tarik Wisata di Sekitarnya

85

Lokasi ISI Denpasar berada dekat dengan sejumlah daya tarik wisata di Kota Denpasar. Daya tarik wisata yang paling dekat adalah UPT Taman Budaya Provinsi Bali. UPT Taman Budaya Provinsi Bali adalah unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang lokasinya bersebelahan dengan ISI Denpasar di bagian utaranya. Sebagai sebuah instansi pemerintah yang berdekatan dengan ISI Denpasar, UPT. Taman Budaya Provinsi Bali memberi pengaruh bagi civitas akademika ISI Denpasar karena perannya sebagai tempat pelaksanaan teknis dalam bidang kesenian. Tujuan didirikannya UPT Taman Budaya Provinsi Bali adalah sebagai tempat pelestarian, pengembangan, dan pementasan kegiatan seni. Berdasarkan

beberapa

pertimbangan

yang

telah

diuraikan,

dilakukan

wawancara dengan Kepala UPT Taman Budaya Provinsi Bali, yaitu Drs. I Dewa Made Nurjana Putra, M.Hum pada tanggal 23 Juni 2010. Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut. Nurjana Putra menyebutkan, ”selama ini hubungan antara UPT. Taman Budaya Provinsi Bali dengan ISI Denpasar sangat baik. Taman Budaya memberikan ruang seluas-luasnya bagi mahasiswa ISI Denpasar untuk berkreasi. Keberadaan keduanya ini saling menguntungkan mengingat ISI Denpasar adalah institusi yang mendidik mahasiswanya mengenai kesenian dan budaya Bali dan Taman Budaya merupakan tempat pelestarian, pengembangan, dan pementasan kesenian”. Berdasarkan keterangan di atas, kedua lembaga ini saling melengkapi dan saling membutuhkan. Bisa dikatakan juga bahwa ISI Denpasar mempunyai fungsi untuk

86

mendidik mahasiswanya untuk berkreasi dan Taman Budaya merupakan tempat mengekspresikan karyanya. Nurjana menilai potensi yang dimiliki ISI Denpasar sangat besar untuk menjadi sebuah daya tarik wisata khususnya wisata kampus, ”ISI Denpasar mempunyai koleksi alat musik gamelan yang lengkap dan tersimpan dalam sebuah museum. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kampus tersebut juga merupakan kegiatan berkesenian. Karena Bali menganut paham pariwisata budaya, maka potensi yang dimiliki ISI Denpasar untuk dikembangkan sangat besar”. Nurjana Putra kemudian lanjut memaparkan bahwa jika ISI Denpasar dikembangkan menjadi daya tarik wisata kampus, Taman Budaya juga ingin dilibatkan karena keduanya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dan mengisi. Saat ini Pemerintah Kota Denpasar menetapkan Taman Budaya sebagai salah satu daya tarik wisata kota (city tour) sehingga nantinya jika wisata kampus ini terlaksana ada kemungkinan kunjungan wisatawan setelah dari Taman Budaya langsung berkunjung ke ISI Denpasar. Dampak positif dari pelaksanaan wisata kampus menurut Nurjana Putra adalah adanya jaminan bahwa pelestarian budaya akan terus berjalan dan hubungan ISI Denpasar dengan Taman Budaya akan semakin baik. Dampak negatif bisa muncul jika lengah dan cuek dan untuk itulah harus disaring perilaku dan pengaruh buruk dari luar karena kedatangan wisatawan tentu membawa budayanya tersendiri. Untuk mengantisipasinya perlu diberikan batasan-batasan dan penjelasan bagaimana

87

bersikap yang sesuai dengan budaya Bali terutama pada lingkungan-lingkungan tertentu, misalnya di lingkungan suci atau di pura. Sebagai penutup Kepala Taman Budaya memberikan beberapa masukan yang bisa membantu ISI Denpasar dalam menjalankan program wisata kampus. ”Pihak kampus mesti memperhatikan beberapa hal seperti kebersihan areal kampus; memberikan pelayanan yang sesuai dengan budaya dan keramah tamahan orang Bali; memberikan informasi yang benar dan utuh kepada wisatawan melalui pencetakan brosur dan membuat website yang up-to-date sehingga wisatawan makin mengenal ISI Denpasar; bersikap profesional kepada wisatawan; dan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris”. 6.3

Respons dan Partisipasi Masyarakat Lokasi ISI Denpasar berada di tiga wilayah banjar yaitu Banjar Abian Kapas

Tengah, Banjar Abian Kapas Kelod, dan Banjar Lebah. Sebagai institusi yang berada di tengah-tengah masyarakat, ISI Denpasar telah memiliki hubungan yang baik dengan ketiga banjar tersebut. Hal ini tercermin dari keikutsertaan banjar-banjar tersebut pada kegiatan yang dilaksanakan di kampus seperti saat piodalan (upacara agama) di pura ISI Denpasar, warga Banjar Abian Kapas Tengah menyumbangkan tenaganya dalam bentuk menabuh gamelan. Contoh lain adalah ketika warga Banjar Lebah ikut bergotong royong membersihkan areal kampus dan Banjar Abian Kapas Kelod turut menjaga kebersihan di depan jalan masuk ke ISI Denpasar dengan memindahkan bak sampah milik banjar yang dulu berada persis di depan jalan masuk ke tempat yang lain. Kegiatan yang dilakukan di ISI Denpasar secara langsung

88

maupun tidak langsung akan dirasakan oleh warga yang berada di lingkungan banjar tersebut, oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan wawancara kepada ketiga pimpinan banjar tersebut untuk mengetahui pandangannya mengenai keberadaan ISI Denpasar di lingkungannya dan bagaimana hubungannya selama ini dan harapan ke depannya. Wawancara dilakukan kepada I Made Mudita, Wakil Kelihan Banjar Abian Kapas Tengah, I Wayan Gede Mustika, Kelihan adat Banjar Abian Kapas Kelod pada tanggal 10 Juni 2010, dan I Wayan Warjana, Kepala Dusun Banjar Lebah. Pada wawancara yang telah dilakukan, digunakan pedoman wawancara yang sudah disusun dan untuk ketiga narasumber ini pertanyaan-pertanyaannya adalah sama. Berikut adalah hasil wawancaranya. Ketiga pimpinan banjar tersebut sepakat dan mendukung program wisata kampus karena berpendapat kegiatan ini mampu memberikan informasi kepada wisatawan mengenai bagaimana proses belajarnya kesenian di Bali dan sebagai ajang promosi kesenian Bali kepada warga asing. Ditanya mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari kegiatan ini, para pimpinan tersebut sejauh ini belum menemukan pengaruh negatif yang ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di ISI Denpasar. Mereka lihat selama ini pengaruh baiklah yang terjadi, seperti meningkatnya kesadaran masyarakat di sekitar lingkungan ISI Denpasar untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian Bali. Harapan ke depannya dalam pelaksanaan wisata kampus adalah supaya warga masyarakatnya dilibatkan di

89

dalamnya dan pengelolaan wisata kampus ini dilakukan secara profesional sehingga menguntungkan semua pihak yang terkait.

6.4

Program dan Kebijakan Pemerintah ISI Denpasar yang berlokasi di Provinsi Bali dan di Kota Denpasar khususnya

ikut dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Segala kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah sepatutnya menjadi pertimbangan ISI Denpasar dalam melaksanakan kegiatan wisata kampus sehingga tidak menyimpang dari rambu-rambu yang sudah ditetapkan. Untuk itu, dilakukan wawancara kepada instansi pemerintah yang terkait dengan wisata kampus, yaitu Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Wawancara dilakukan kepada Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali yang diwakili oleh Drs. Nyoman Wardawan, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali pada tanggal 29 Juni 2010. Berikut adalah hasil wawancaranya. ”Saat ini memang belum ada kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan wisata alternatif khususnya wisata kampus, namun gagasan tentang wisata kampus ini tentu perlu dipikirkan ke depan sebagai salah satu wisata alternatif. Agar kampus layak dikunjungi sebagai sebuah daya tarik wisata, kampus-kampus yang ada di Bali perlu mulai berbenah diri dari sekarang dengan menyiapkan diri terkait dengan penyediaan fasilitas kampus yang memadai dan berstandar internasional, menjaga kebersihan lingkungan

90

kampus, memberikan rasa aman dan pelayanan yang hospitable serta merancang program-program yang menarik sehingga menggugah minat calon pengunjung untuk datang”. Wardawan menjelaskan bahwa alasan mengapa pemerintah saat ini belum ada rencana untuk mengembangkan wisata kampus di Bali karena masih melihat apakah wisata kampus ini diminati atau tidak oleh wisatawan yang berkunjung ke Bali. Untuk itu perlu diadakan seminar/ workshop dengan melibatkan para pakar di bidang ini, dan kegiatan penelitian/ survey kepada wisatawan tentang perlu tidaknya wisata kampus ini dikembangkan di Bali. Sejauh ini fasilitas yang dimiliki oleh kampus yang menunjang kegiatan wisata kampus adalah tempat parkir, taman, perpustakaan, ruang baca, dan hasil-hasil penelitian mahasiswa. Ke depannya perlu ditambah lagi fasilitas-fasilitas lain yang bisa menunjang kegiatan ini. Di dalam promosi Dinas Pariwisata Bali, Wardawan menjelaskan bahwa wisata kampus belum ikut dipromosikan karena belum menjadi sebuah trend pariwisata yang diminati wisatawan saat ini, hal ini dibuktikan dengan belum adanya permintaan dari wisatawan untuk berkunjung ke kampus. Namun ke depan perlu digagas sebagai salah satu pilihan wisata alternatif di Bali. Keunggulan yang dimiliki dari wisata kampus adalah wisatawan dapat memahami dan mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan Bali seperti kesenian, budaya, strategi pendidikan, dan kualitas SDM yang dihasilkan melalui proses pendidikan yang baik dan terprogram. Kendala yang dihadapi menurut pemaparan Wardawan dalam menyukseskan kegiatan wisata kampus saat ini adalah

91

penyiapan sarana/ prasarana dan program kampus yang layak dikunjungi wisatawan serta memelihara aspek kebersihan, kenyamanan dan manfaat yang dapat diperoleh dari kunjungan wisatawan tersebut. Sampai saat ini belum ada permintaan mengenai wisata kampus dari biro perjalanan wisata. Ini berarti perlu diadakan survei perlu tidaknya wisata ini di Bali dan mensosialisasikan tentang keberadaan kampus yang ada di Bali kepada wisatawan. ”ISI Denpasar cukup layak untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata kampus karena prasarana dan sarana yang dimiliki cukup memadai dan memiliki daya tarik khusus berupa kesenian Bali. ISI Denpasar perlu dipromosikan terus karena lembaga pendidikan ini mengajarkan tentang seni budaya Bali yang nota bene merupakan daya tarik utama pariwisata Bali. Sampai saat ini pemerintah belum ada upaya untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke ISI Denpasar tapi ke depannya Pemerintah Daerah Bali perlu merancang wisata kampus bila segala sesuatunya sudah siap dan layak untuk dipasarkan”. Dampak positif yang ditimbulkan kegiatan wisata kampus ini menurut Wardawan adalah merangsang wisatawan untuk mengenal kampus-kampus di Bali lebih dekat dan lebih banyak lagi; memotivasi wisatawan luar Bali untuk belajar tentang segala sesuatu yang ada di Bali; dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Disamping itu, terdapat juga hal negatif yang perlu diantisipasi yaitu mewaspadai terjadinya akulturasi budaya yang negatif yang bisa terjadi, bila tidak disertai dengan sekat-sekat aturan yang tegas dari pemerintahan daerah. Untuk mengetahui program dan kebijakan mengenai wisata kampus di Kota Denpasar, pada tanggal 22 Juni 2010 dilaksanakan wawancara kepada Kepala Dinas

92

Pariwisata Kota Denpasar yang diwakili oleh Ida Bagus Joni Ariwibawa, Kepala Bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata. Menurut Joni Ariwibawa secara khusus belum ada kebijakan pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Denpasar yang mendukung pengembangan wisata alternatif khususnya wisata kampus. Pemerintah juga belum ada rencana untuk mengembangkan wisata kampus karena pada saat ini masih berkonsentrasi pada pengembangan ekowisata dan wisata bahari. ”Sejak dua tahun lalu Dinas Pariwisata sudah mempunyai program yang mendukung program city tour Denpasar berupa shuttle bus gratis ke berbagai daya tarik wisata yang ada di Denpasar seperti Pantai Sanur dan Museum Bali”, demikian yang disampaikan Ariwibawa. Pada tahun 2010, program ini mulai dilaksanakan pada tanggal 19 Juni sampai 31 Desember dan dilaksanakan setiap hari sabtu. Program ini bisa juga singgah di ISI Denpasar mengingat salah satu daya tarik wisata yang disinggahi adalah di Taman Budaya yang berlokasi tepat di sebelahnya. Jika wisata kampus dilaksanakan, akan memberikan manfaat bagi Kota Denpasar yaitu meningkatnya kunjungan wisatawan dan tingkat hunian kamar juga meningkat.

Ariwibawa

mengungkapkan,

”kendala

yang

dihadapi

dalam

pengembangan wisata kampus di Denpasar adalah fasilitas kampus yang belum sesuai dengan standar yang diinginkan oleh wisatawan yang menyangkut kenyamanan dan kebersihan”. Pengembangan ISI Denpasar menjadi daya tarik wisata khususnya wisata kampus didukung oleh Dinas Pariwisata karena ISI Denpasar

93

merupakan tempat pelestarian dan pengembangan budaya Bali khususnya kesenian yang selama ini menunjang sektor pariwisata. Walaupun saat ini belum ada upayaupaya dari pemerintah untuk menarik wisatawan untuk berkunjung ke ISI Denpasar namun kedepannya berharap bisa dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata di kota Denpasar. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini ada yang positif dan negatif. Dampak positifnya adalah menambah gairah mahasiswa untuk mencipta seni baru dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Denpasar. Dampak negatifnya tidaklah terlalu kentara asal mampu berkoordinasi dan ISI Denpasar tidak dieksploitasi berlebihan untuk dijadikan sebuah daya tarik wisata. Ada usulan yang diberikan oleh Dinas Pariwisata untuk rencana pengembangan ISI Denpasar ke depan sebagai daya tarik wisata kampus. ”ISI Denpasar sebaiknya bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan berkoordinasi dengan biro perjalanan wisata. ISI Denpasar perlu membuat brosur kegiatan untuk Dinas Pariwisata agar ada bahan saat berpromosi ke luar daerah”. Demikian Ariwibawa menambahkan seraya menutup wawancara. Dari wawancara-wawancara yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan atas kesamaan pesan yang disampaikan oleh para narasumber. Adapun pesan atau masukan yang diberikan di antaranya membuat kemasan wisata yang menarik, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang hospitality dan bahasa asing, memperbaiki dan menambah fasilitas pariwisata, membuat anggaran

94

pendapatan dan belanja kegiatan, memberikan pelayanan yang profesional kepada wisatawan, membuat sarana promosi, dan bekerjasama dengan biro perjalanan wisata dan pemerintah. Jika masukan-masukan ini dibandingkan dengan kenyataan yang peneliti temui di lapangan, masukan-masukan tersebut sangat perlu dilaksanakan oleh ISI Denpasar. ISI Denpasar masih memiliki kekurangan dalam berbagai hal dan pihak eksternal telah berhasil mengidentifikasi kekurangan-kekurangan tersebut. Peneliti pun merasa apa yang telah diungkapkan narasumber sangat tepat untuk dilaksanakan ISI Denpasar.

95

BAB VII STRATEGI PENGEMBANGAN ISI DENPASAR SEBAGAI DAYA TARIK WISATA KAMPUS

Sebelum merumuskan strategi pengembangan yang sesuai dengan karakteristik ISI Denpasar, perlu dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya. Dengan mengetahui hal-hal tersebut maka perumusan strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus akan sesuai dengan karakteristik dan kemampuan institusi tersebut.

7.1

Analisis SWOT ISI Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata Kampus Untuk mendeskripsikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang

dimiliki oleh ISI Denpasar, peneliti menggunakan hasil wawancara dengan informan dan juga melalui pengamatan langsung ke obyek penelitian. Peneliti juga berpegangan pada konsep perencanaan yang diungkapkan oleh Yoeti (2008b: 48-49) yang menyebutkan beberapa aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan

96

pariwisata. Beberapa aspek seperti atraksi dan fasilitas dijadikan pedoman dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman ISI Denpasar. Penjabaran keempat aspek tersebut akan disajikan secara kualitatif.

7.1.1 Kekuatan/ Strengths Kekuatan ISI Denpasar diketahui dari pengamatan langsung seperti yang dibahas pada Bab V mengenai potensi. Adanya keunikan yang dimiliki ISI Denpasar menjadikannya berbeda dari daya tarik wisata yang ada di Bali. Berikut adalah kekuatan yang dimiliki oleh ISI Denpasar. 1.

Merupakan sebuah institusi pendidikan yang mengajarkan mengenai

seni dan budaya Indonesia pada umumnya dan seni dan budaya Bali khususnya. Di ISI Denpasar wisatawan bisa menyaksikan bagaimana proses mendidik mahasiswanya agar menjadi sumber daya manusia yang terampil. 2.

Memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam bidang seni dan

budaya Indonesia pada umumnya dan seni dan budaya Bali khususnya. 3.

Memiliki beberapa tempat pertunjukan yang representatif untuk

pementasan karya seni. 4.

Mempunyai koleksi lengkap alat musik gamelan, pakaian tari,

topeng, dan barong yang tersimpan di dalam Museum Lata Mahosadhi.

97

5.

Memiliki gedung khusus untuk pameran. Gedung ini hanya boleh

digunakan untuk pameran, tidak kegiatan lain. 6.

Halaman yang luas yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan

yang mengangkut wisatawan, terutama bus. Berdasarkan pengamatan dan perkiraan hitungan, halaman ini mampu menampung kurang lebih 15 bus. 7.

Lingkungan yang sejuk dan asri. Adanya pepohonan dan penataan

pertamanan di ISI Denpasar memberikan kesan yang asri dan sejuk. 8.

UPT Ajang Gelar yaitu unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas

untuk mengkoordinir pementasan oleh ISI Denpasar.

7.1.2 Kelemahan/ Weaknesses Kelemahan yang ada teridentifikasi diambil dari bab V yang sudah membahas potensi yang bisa melemahkan pelaksanaan wisata kampus ISI Denpasar. Berikut adalah beberapa kelemahan yang berhasil diidentifikasi. 1.

Fasilitas penunjang kegiatan wisata kurang dan belum standar.

Fasilitas yang tersedia saat ini dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar. ISI Denpasar perlu menambahkana beberapa fasilitas penunjang kegiatan wisata kampus seperti jalur khusus penyandang cacat dan toilet standar untuk kegiatan wisata. 2.

Jumlah sumber daya manusia yang bisa berbahasa asing khususnya

bahasa Inggris masih kurang. Mengingat wisatawan yang berkunjung selama ini

98

adalah wisatawan mancanegara, sumber daya manusia ISI Denpasarperlu menguasai bahasa asing untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada wisatawan sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima wisatawan dengan baik. 3.

Sumber daya manusia ISI Denpasar belum menguasai pengetahuan

tentang hospitality skill untuk wisatawan. Keahlian ini lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan yang memuaskan sehingga wisatawan akan menikmati kegiatan wisata kampus. 4.

Produk wisata masih belum terkonsep dengan jelas. Beragamnya

potensi yang dimiliki ISI Denpasar sebaiknya bisa dimanfaatkan secara optimal. Saat ini hanya beberapa yang dipergunakan sedangkan masih ada potensi yang bisa digarap untuk memberikan kegiatan wisata yang unik dan mendidik. 5.

Informasi mengenai wisata kampus di ISI Denpasar masih kurang.

Keberadaan wisata kampus ini belum diketahui oleh pihak-pihak di luar ISI Denpasar.

Kegiatan

sosialisasi

dan

promosi

sangat

diperlukan

untuk

menyampaikan kegiatan ini khususnya kepada biro perjalanan wisata dan wisatawan. 6.

Belum memiliki standar harga jual paket wisata kepada biro

perjalanan wisata atau wisatawan. Hal ini bisa berakibat susahnya negosiasi antara ISI Denpasar dengan biro perjalanan wisata khususnya dalam membuat kesepakatan. Wisatawan yang ingin berkunjung ke ISI Denpasar secara langsung

99

juga akan menemui kesulitan mengenai harga yang pantas mereka bayar untuk menikmati paket wisata kampus. 7.

Masalah internal di ISI Denpasar. Dua tahun ke belakang ISI

Denpasar diguncang oleh permasalahan internal yang melibatkan pimpinan lembaga dengan beberapa dosennya. Jika lembaga tidak mampu menangani permasalahan ini, ke depannya bisa menjadi hambatan pelaksanaan wisata kampus.

7.1.3 Peluang/ Opportunities 1.

Adanya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali.

Data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali yang termuat dalam Tabel 7.1, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali sejak tahun 2007 menunjukkan adanya kenaikan. Pada tahun 2009, wisatawan yang ke Bali mencapai 2.229.945 orang dan sampai pada bulan Juni 2010 sudah mencapai 1.146.017. Tabel 7.1 Perkembangan Kunjungan Langsung Wisatawan ke Bali Januari 2003 – Juni 2010 TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

JUMLAH WISATAWAN 993.029 1.458.309 1.386.449 1.260.317 1.664.854 1.968.892 2.229.945

100

2010* 1.146.017 Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2010) Catatan: (*) = Sampai bulan Juni 2010 Untuk memberikan variasi pilihan wisata, perlu dikembangkan wisata-wisata yang unik dan bisa memuaskan rasa penasaran wisatawan, salah satunya adalah wisata kampus. 2.

Meningkatnya minat wisatawan kepada jenis-jenis wisata khusus.

Beragamnya jenis wisata yang berkembang di Bali dan bertambahnya jumlah penyedia jasa wisata menunjukkan wisatawan yang datang ke Bali dari hari ke hari mempunyai keinginan-keinginan khusus yang ingin dipenuhinya. Jenis wisata khusus yang saat ini berkembang di Bali seperti wisata Bahari dan ekowisata. 3.

Seni dan budaya Bali semakin dikenal oleh warga dunia.

Kebudayaan Bali yang unik menarik minat wisatawan untuk datang. Tidak hanya itu, beberapa diantara mereka yang sudah kembali pulang ke negaranya memperkenalkan kesenian Bali kepada orang-orang terdekat dan ada juga yang sampai memanggil guru kesenian untuk mengajarkan masyarakat di sana untuk memainkan alat musik Bali dan menari tarian Bali. Semakin hari semakin banyak orang asing yang mengetahui tentang kesenian Bali dan hal ini ditunjukkan dengan munculnya kelompok-kelompok yang memainkan musik dan menarikan tari Bali di luar negeri. Ada juga sanggar yang dibentuk oleh kedutaan besar Republik Indonesa di negara-negara sahabat yang bertujuan untuk mengenalkan

101

kesenian Indonesia khususnya Bali kepada masyarakat di negara tersebut. Adapun kelompok atau sanggar yang sudah ada di luar negeri adalah Sekar Jaya di Amerika Serikat, Sekar Jepun di Jepang, dan Kembang Nusantara di KBRI Brussels. 4.

Keamanan daerah Bali yang semakin kondusif. Kejadian bom yang

menimpa Bali pada tahun 2002 dan 2005 telah membuat pihak-pihak yang terkait di Bali meningkatkan standar keamanannya untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada warga lokal maupun wisatawan yang datang. 5.

Dukungan dari masyarakat sekitarnya. Masyarakat yang berada di

sekitar ISI Denpasar mendukung segala kegiatan yang dilaksanakan oleh ISI Denpasar. Hal ini ditunjukkan dengan partisipasi warga tiga banjar tersebut yang turut membantu pelaksanaan upacara maupun kegiatan bersih-bersih kampus. 6.

Aksesibilitas yang mudah dijangkau. ISI Denpasar berlokasi yang

sangat strategis, yaitu di tengah-tengah pusat segala aktivitas di Pulau Bali. Jadi sangat mudah bagi wisatawan untuk menjangkaunya dan bagi biro perjalanan wisata memungkinkan memasukkan ISI Denpasar ke dalam agenda turnya.

7.1.4 1.

Ancaman/ Threats Pemerintah provinsi maupun pemerintah Kota Denpasar belum

memiliki kebijakan apapun mengenai wisata kampus. Belum adanya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan secara tidak langsung bisa menghambat

102

pengembangan program wisata kampus ini. Walaupun bukan menghambat secara langsung namun agar berkembang di masa depan, perlu campur tangan pemerintah untuk mengatur dan membina wisata kampus sebagai salah satu jenis wisata di Bali. 2.

Pemerintah tidak memasukkan wisata kampus pada agenda

promosinya. Promosi sebagai usaha untuk memperkenalkan produk dan jasa, berperan sangat besar dalam menyampaikan informasi. Begitu pun untuk wisata kampus, perlu dilakukan promosi kepada perseorangan, kelompok usaha, pemerintah, dan biro perjalanan wisata agar makin dikenal sehingga ke depannya wisatawan akan berkunjung ke kampus untuk berwisata. 3.

Masih mengandalkan biro perjalanan wisata sebagai pemasok

wisatawan. Selama ini wisatawan datang ke ISI Denpasar karena sudah diatur oleh biro perjalanan wisata. Ke depannya hubungan ini harus tetap dipelihara namun di sisi lain ISI Denpasar juga harus bisa mendatangkan wisatawan dari usahanya sendiri lewat promosi dan cara-cara yang lain. Untuk waktu dekat ini, ketergantungan terhadap pasokan wisatawan oleh BPW masih tinggi. 4.

Travel warning dari negara-negara sumber wisatawan. Travel

warning adalah suatu peringatan yang dikeluarkan oleh pemerintahan suatu negara yang memandang perlunya warga negaranya untuk memikirkan kembali dan bahkan menyarankan untuk tidak berkunjung ke negara-negara yang telah ditetapkan. Alasan penetapan ini sangat beragam, mulai dari keadaan

103

pemerintahan yang kurang stabil, perang saudara, sampai karena adanya serangan teroris yang berkelanjutan. Travel warning yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia menyarankan warga negaranya untuk tidak bepergian ke Indonesia, termasuk Bali. Pemberlakuan travel warning ini bisa berdampak pada stagnannya pertumbuhan kedatangan wisatawan dari Australia. 5.

Adanya wabah rabies di Bali. Predikat Bali dulu dinyatakan bebas

rabies yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian no. 1096/ 1999 kini hanyalah sebuah masa lalu yang indah. Pada akhir tahun 2008, kasus wabah rabies pertama ditemukan di Desa Ungasan, Kabupaten Badung yang ditandai dengan tewasnya empat orang setelah digigit oleh anjing. Setelah diselidiki, anjing yang menggigit korban memang benar terkena rabies. Oleh karena itu, Menteri Pertanian menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 1637/ 2008 yang menyatakan Pulau Bali berstatus wabah rabies. Sejak saat itu, pemerintah Provinsi Bali dibawah pimpinan Gubernur Bali telah melakukan segala upaya untuk menindaklanjuti peraturan menteri tersebut seperti pemusnahan anjing liar dan pemberian vaksin kepada anjing. Hal ini didukung dengan terbitnya Peraturan Gubernur Bali nomor 88/ 2008 tentang Penutupan Sementara Pemasukan atau Pengeluaran Anjing, Kucing, Kera, atau Hewan Sebangsanya dari dan ke Provinsi Bali per 1 Desember 2008. Dengan demikian Bali dinyatakan sebagai kawasan karantina. Adanya wabah rabies di Bali, dikhawatirkan akan mengancam industri pariwisata di Bali, mengingat wabah ini pertama kali menyebar di Kabupaten

104

Badung, kabupaten yang memiliki fasilitas pariwisata terbanyak di Bali. Hingga kini wabah telah menyebar ke kabupaten lain di Bali. Upaya untuk mencegah menjalarnya rabies ke daerah lain di Bali telah dilakukan namun sampai saat ini wabah ini masih mengintai penduduk Bali dan wisatawan yang berkunjung. 6.

Terorisme masih mengancam industri pariwisata. Beberapa kejadian

terorisme di Indonesia beberapa tahun ke belakang telah mengakibatkan negaranegara asing seperti Amerika Serikat dan Australia mengeluarkan travel warning kepada warga negaranya karena alasan keamanan. Keamanan yang merupakan salah satu unsur dari Sapta Pesona harus menjadi prioritas utama pemerintah untuk ditegakkan karena keamanan merupakan salah satu faktor penentu naik turunnya jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia dan Bali khususnya.

7.2

Strategi Pengembangan ISI Denpasar sebagai Daya Tarik Wisata Kampus Berdasarkan Analisis SWOT Untuk penyusunan strategi pengembangan wisata kampus, teori perencanaan

dipakai sebagai pedoman pembuatan strategi. Pendekatan perencanaan menurut Inskeep (1991: 29) yang digunakan adalah pendekatan pelaksanaan, seperti yang sudah dibahas pada landasan teori. Pendekatan ini digunakan karena lebih menekankan kebijakan, rencana, dan rekomendasi yang dapat dilaksanakan dan realistis. Dengan demikian, strategi yang berhasil dirumuskan bisa dengan segera diterapkan dan dimengerti oleh pelaksananya.

105

Teori komodifikasi juga dipakai dasar perumusan strategi sebagai landasan berpikir bahwa produk wisata kampus akan dijual kepada pihak lain. Pengertian komodifikasi menurut Barker (2004: 408) menegaskan bahwa objek, kualitas dan tanda dijadikan komoditas atau sesuatu yang dijual ke pasar. Dengan demikian strategi pengembangan wisata kampus yang dirancang harus mencari cara untuk menjual produk wisata kepada wisatawan. Namun komoditas yang dijual harus memelihara potensi, tidak mengeksploitasi potensi secara berlebihan, dan tidak bersikap mengagungkan pembeli. SWOT digunakan peneliti sebagai alat untuk menemukan strategi yang sesuai diterapkan di ISI Denpasar untuk menyukseskan program wisata kampus. SWOT telah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi ISI Denpasar seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Pada Tabel 7.2 kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman ditempatkan di dalam kuadran-kuadran sedemikian rupa sehingga menghasilkan empat kuadran, dimana terjadi persilangan antara strengths dengan opportunities, weaknesses dengan opportunities, strengths dengan threats, dan weaknesses dengan threats. Pada kolom strategi S-O (strengths – opportunities), strategi yang diciptakan adalah dcngan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Pada kolom strategi W-O (weaknesses – opportunities), strategi yang diciptakan adalah dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Pada kuadran strategi S-T (strengths – threats), strategi yang diciptakan adalah dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Pada kuadran

106

strategi W-T (weakness – threat), strategi yang diciptakan adalah untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Tabel 7.2 Analisis SWOT Strategi Pengembangan ISI Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata Kampus di Bali Faktor Internal

Strength/ Kekuatan 1.

Weakness/ Kelemahan

Institusi

1. Fasilitas penunjang kegiatan wisata kurang

pendidikan seni dan budaya 2.

dan belum standar

Sumber

daya 2. SDM kurang menguasai bahasa asing

manusia dalam bidang seni dan budaya 3.

Ada

beberapa

tempat pertunjukan

4. Faktor Eksternal

Museum

3. SDM belum menguasai hospitality skill 4. Kemasan wisatanya kurang jelas

5. Informasi wisata kampus kurang Lata 6. Harga tiket masuk belum jelas

Mahosadhi

7. Masalah internal

5.

Gedung pameran

6.

Tempat

parkir

yang luas 7.

Lingkungan yang sejuk dan asri

8. Opportunity/ Peluang 1. Jumlah wisatawan ke Bali meningkat

1.

2. Meningkatnya peminat wisata khusus 3. Seni budaya Bali semakin dikenal

6. Aksesibilitas yang mudah Threats/ Ancaman

Membuat pertunjukan rutin untuk wisatawan

2.

4. Keamanan di Bali semakin kondusif 5. Dukungan dari masyarakat sekitarnya

UPT Ajang Gelar Strategi (S-O)

Kemasan wisata kampus dibuat menarik

3.

Membuat/

Strategi (W-O) 1.Memperbaiki dan menambah fasilitas penunjang kegiatan wisata 2.Memberikan pelatihan hospitality, bahasa asing, public speaking kepada SDM 3.Membuat website, brosur, dan press release

menyelenggarakan festival di ISI Denpasar Strategi (S-T)

Strategi (W-T)

107

1.

Belum ada kebijakan wisata kampus

2.

1.MOU dengan universitas dan organisasi

Belum dipromosikan oleh pemerintah

3.

wisata kampus

Masih

sebagai wisata kampus

Mengadakan kerjasama dengan pihak terkait

2.

3.Pencitraan dan branding ISI Denpasar

mengandalkan BPW

4.

1.

2.Pembentukan unit khusus yang menangani

Mengundang Konsul negara-negara sahabat ke ISI Denpasar

3.

Memasukkan pengetahuan pariwisata dalam kurikulum

Travel warning

mahasiswa

dari negara asing 5.

Mewabahnya rabies di Bali

6.

Ancaman terorisme

Sumber: Hasil analisis (2010) Berdasarkan persilangan yang dilakukan pada table 7.2, ada beberapa strategi yang berhasil diidentifikasi untuk digunakan dalam rangka mengembangkan wisata kampus di ISI Denpasar. Hasil yang diperoleh dari empat kuadran tersebut akan diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut.

7.2.1

Strategi S-O

Dari Tabel 7.1 pada kuadran S-O terdapat tiga strategi yang telah diidentifikasi. Strategi ini didapatkan setelah mempertemukan kekuatan dengan peluang yang dimiliki ISI Denpasar. Hasilnya adalah sebagai berikut. 7.2.1.1 Membuat Pertunjukan Rutin Untuk Wisatawan Berdasarkan wawancara kepada biro perjalanan wisata PT Suartur yang termuat pada Bab VI, salah satu penyebab sedikitnya wisatawan yang berkunjung ke ISI Denpasar adalah tidak adanya jadwal yang tetap mengenai pertunjukan yang disajikan oleh ISI Denpasar. Biro perjalanan wisata menemui kesulitan untuk

108

merancang sebuah tur yang salah satu tujuannya adalah ISI Denpasar. Pengertian tetap di sini adalah adanya kepastian hari, tanggal, dan jam untuk penyelenggaraan sebuah pertunjukan. Jadwal yang tetap akan membuat membuat biro perjalanan wisata mempunyai pilihan untuk ditawarkan kepada wisatawan dan memudahkannya untuk mempromosikan wisata kampus. 7.2.1.2 Mengemas Wisata Kampus agar Menarik Berbagai potensi dan keunggulan yang dimiliki ISI Denpasar jika tidak dikemas dengan baik hanya akan membuat usaha pengembangan wisata kampus menjadi terhambat. Potensi dan keunggulan tersebut harus dikemas sedemikian rupa sehingga biro perjalanan wisata memiliki daya tawar kepada wisatawan untuk berkunjung ke ISI Denpasar. Potensi yang dimiliki ISI Denpasar bisa dibuatkan ke dalam beberapa paket pilihan. Paket dibuatkan berdasarkan lama kunjungan wisatawan di ISI Denpasar. Paket-paket ini dibuat sedemikian rupa bertujuan untuk memudahkan biro perjalanan wisata untuk berkordinasi dengan ISI Denpasar dan juga agar ISI Denpasar mudah berkoordinasi dengan lingkungan internalnya. 7.2.1.3 Membuat Festival yang Berlokasi di Areal Kampus Areal kampus ISI Denpasar cukup luas dan asri. Dengan memiliki lingkungan seperti ini, penyelenggaraan sebuah festival di areal kampus bisa dilakukan karena mampu menampung orang yang akan datang baik sebagai peserta maupun pengunjung.

109

Penyelenggaraan festival di ISI Denpasar pernah dilaksanakan pada tahun 2007 saat melaksanakan Festival Kesenian Indonesia (FKI) ke-5. Kegiatan yang dilaksanakan dalam festival ini berbentuk pergelaran seni pertunjukan, pameran, seminar,

dan workshop. Penyelenggaraan festival semacam ini sebaiknya

ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya di masa-masa yang akan datang, selain bertujuan

untuk

mempromosikan

kegiatan

akademik

kampus,

juga

untuk

mempromosikan program wisata kampus.

7.2.2

Strategi W-O

Setelah mempertemukan kelemahan dengan peluang, didapatlah tiga strategi yang bisa digunakan untuk mengembangkan wisata kampus. Strategi tersebut seperti berikut.

7.2.2.1 Memperbaiki dan menambah fasilitas penunjang kegiatan wisata Saat ini fasilitas yang dimiliki ISI Denpasar masih diperuntukkan untuk kegiatan belajar mengajar sehari-hari dan bukan untuk kebutuhan wisata. Untuk menyukseskan program wisata kampus, ISI Denpasar sebaiknya berbenah diri, tidak hanya dari segi sumber daya manusianya namun juga fasilitas penunjang yang akan dipakai oleh wisatawan. Menurut wawancara dengan informan-informan, fasilitas yang paling segera perlu diperbaiki adalah toilet. Keberadaan toilet mutlak diperlukan dalam sebuah daya tarik wisata. Beberapa hal mengenai toilet seperti keadaannya,

110

kebersihannya, dan peralatannya sebaiknya dijaga. Saat ini toilet di ISI Denpasar masih ada yang toilet ”Indonesia” dan beberapa toilet duduk namun keadaannya kurang representatif untuk wisatawan. Selain memperbaiki fasilitas yang sudah ada, ada fasilitas yang perlu ditambah yaitu fasilitas untuk penyandang cacat dan para lanjut usia. Fasilitas yang dimaksud adalah penambahan jalur khusus penyandang cacat dan lanjut usia. Dengan adanya jalur ini, mereka tidak akan menemui kesulitan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. 7.2.2.2 Memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia dalam bidang hospitality, bahasa asing, dan public speaking Berdasarkan lampiran 2 pada Laporan Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2004 – 2009 halaman 54, latar belakang pendidikan sumber daya manusia di ISI Denpasar tidak ada dari rumpun maupun bidang studi mengenai pariwisata. Oleh karena itu sangat wajar pengetahuan mengenai hospitality tidak dikuasainya. Pengetahuan ini sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan agar merasa puas dan nyaman. Jumlah orang yang mampu berbahasa asing di ISI Denpasar masih terbatas, baru lima orang. Karena wisatawan yang berkunjung selama ini kebanyakan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar maka sepatutnya bahasa ini dikuasai dengan baik terlebih dahulu kemudian bahasa yang lain juga dipelajari

111

sebagai langkah antisipasi jika menerima kunjungan dari negara-negara yang tidak bisa berbahasa Inggris. Pada sesi workshop, seseorang akan memimpin kegiatan ini di depan wisatawan dan memberikan penjelasan-penjelasan mengenai seni budaya Bali. Untuk menambah jumlah orang yang mampu menjadi pemimpin workshop, perlu diberikan sebuah pelatihan untuk beberapa orang lagi agar mampu berbicara di depan umum. Walau terlihat sederhana namun dalam pelaksanaannya berbicara di depan umum tidaklah mudah untuk dilakukan. Ada beberapa hal nonteknis yang harus dikuasai terlebih dahulu agar pesan yang ingin disampaikan bisa keluar dan diterima oleh wisatawan yang berkunjung. Berdasarkan pengamatan penulis selama beberapa kali diadakan workshop untuk wisatawan, saat ini hanya ada beberapa orang saja yang mampu membawakan workshop. Ke depannya diharapkan jumlahnya akan meningkat sehingga memiliki lebih banyak tenaga dalam memimpin workshop.

7.2.2.3

Membuat website, brosur, dan press release untuk digunakan

sebagai alat promosi Perkembangan dunia informasi saat ini sungguh sangat cepat. Dahulu hanya mengandalkan surat menyurat, sekarang sudah digantikan dengan dunia internet yang jauh lebih cepat, praktis, dan lebih murah. Kelebihan lain menggunakan internet adalah konsumen bisa mengaksesnya di mana saja dan kapan saja. Untuk itu ISI Denpasar sebaiknya menggunakan internet sebagai salah satu sarana promosi wisata

112

kampusnya. Salah satu bentuk penggunaan internet adalah dengan membuat sebuah website yang menerangkan program wisata kampus dan daya tarik yang ditawarkan. Cantumkan semua informasi yang ingin disampaikan lengkap dengan contact person dan email untuk digunakan oleh orang yang mengakses jika ada pertanyaan atau ada hal-hal yang kurang jelas. Salah satu media promosi yang juga perlu dibuat adalah brosur, sebuah lembaran berisi informasi yang padat dan jelas mengenai wisata kampus itu sendiri. Pembuatan brosur ini bertujuan sebagai sarana promosi berbentuk hasil cetakan yang akan disebarkan ke berbagai pihak seperti biro perjalanan wisata dan dinas pariwisata yang ada di Bali dan di luar Bali. Press release atau membuat berita di media juga perlu dilakukan sebagai salah satu cara untuk mempromosikan wisata kampus. Press release hanya akan memuat apa yang menjadi keunggulan dan daya tarik wisata kampus ISI Denpasar. Promosi jenis ini perlu dilakukan di media-media masa di mana target pasar berada. Cara ini dilakukan untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh internet dan brosur.

7.2.3

Strategi S-T

Strategi yang diidentifikasi untuk kuadran S-T adalah berdasarkan pada hasil pertemuan antara kekuatan dengan ancaman. Kekuatan digunakan untuk mengatasi ancaman dan hasilnya adalah tiga strategi berikut.

113

7.2.3.1

Membuat Perjanjian atau Memorandum of Understanding

dengan Universitas dan Organisasi Hubungan baik yang dimiliki oleh ISI Denpasar dengan universitas dan organisasi di luar negeri harus dimanfaatkan untuk pengembangan wisata kampus. Perlu dijajaki kemungkinan kerjasama bukan hanya di bidang akademis, namun juga untuk wisata kampus. 7.2.3.2 Membentuk Seksi Khusus yang Menangani Wisata Kampus Setiap ada kunjungan wisatawan ke ISI Denpasar, dibentuk sebuah panitia yang bersifat sementara untuk menangani kegiatan tersebut. Panitia ini berada di bawah arahan Pembantu Rektor IV. Panitia ini dibentuk sebelum kunjungan wisatawan dan dibubarkan setelah kunjungan selesai. Pembentukan panitia ini dilakukan secara spontan dengan melibatkan dosen dan pegawai fakultas dan jurusan yang terlibat di dalam kegiatan ini. Pembubarannya pun berlangsung secara langsung begitu kunjungan selesai. Untuk menyongsong pelaksanaan wisata kampus ke depannya, perlu dibentuk sebuah seksi khusus atau unit pelaksana teknis yang permanen agar ada unit yang secara penuh berkonsentrasi terhadap kegiatan ini. Unit ini akan mengatur mengenai segala keperluan untuk wisata kampus dari komunikasi, perjanjian, persiapan kedatangan wisatawan sampai kunjungan selesai. Diharapkan dengan adanya unit ini, perkembangan wisata kampus akan semakin baik dan terorganisir sehingga

114

memberikan kepuasan kepada biro perjalanan wisata dan juga wisatawan atas pelayanannya sehingga program ini memiliki kemungkinan untuk terus dilanjutkan. 7.2.3.3 Membuat Pencitraan dan Branding ISI Denpasar Sebagai Wisata Kampus Proses pencitraan ini memerlukan sebuah usaha yang konsisten dari ISI Denpasar untuk terus menggaungkan wisata kampus kemanapun pergi. Citra adalah gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). ISI Denpasar perlu membentuk sebuah citra sebagai institusi yang memiliki wisata kampus. Pencitraan ini dilakukan untuk membuat wisata kampus ISI Denpasar melekat pada benak masyarakat. Tujuan akhirnya adalah menanamkan sebuah doktrin jika terdapat kata wisata kampus, pikiran masyarakat langsung tertuju kepada ISI Denpasar. Untuk membentuk citra tersebut, ISI Denpasar harus memiliki merek. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Durianto dkk. 2004: 2). Merek adalah janji implisit yang akan dilaksanakan penyedia jasa untuk memenuhi harapan pelanggan (Beckwith dalam Lovelock dan Wright: 2005, 178). Merek ini perlu dibuat dan dipakai saat mempromosikan wisata kampus. Merek atau brand harus bisa menuntun pikiran masyarakat ke ISI Denpasar dan wisata kampus.

7.2.4

Strategi W-T

115

Untuk mencari strategi pada kuadran W-T, telah dipertemukan unsur-unsur yang menjadi kelemahan dan ancaman ISI Denpasar. Strategi yang diperoleh bertujuan untuk meminimalkan kelemahan sekaligus untuk menghindari ancaman. Berdasarkan hasil pertemuan unsur-unsur tersebut, telah diidentifikasi empat strategi yang sesuai untuk dilaksanakan oleh ISI Denpasar. 7.2.4.1 Kerjasama dengan Pihak Terkait Kerjasama dengan pihak-pihak terkait sangat diperlukan untuk meminimalisasi kelemahan yang dimiliki dan untuk menghindari ancaman terhadap ISI Denpasar. Bentuk kerjasama yang dimaksud melibatkan ISI Denpasar dengan tiga pihak lain dari luar. 7.2.4.1.1 Kerjasama dengan pemerintah Kota Denpasar untuk memasukkan ISI Denpasar dalam program city tour Kerjasama dengan pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Pariwisata untuk menetapkan ISI Denpasar sebagai salah satu daya tarik dalam program city tour yang sudah berjalan. Taman Budaya yang terletak bersebelahan dengan ISI Denpasar saat ini merupakan salah satu persinggahan dalam program city tour. Mengingat jarak Taman Budaya dengan ISI Denpasar sangat dekat, usulan ini diharapkan dapat diterima oleh Dinas Pariwisata. 7.2.4.1.2

Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata

Mengingat selama ini pemasok utama wisatawan ke ISI Denpasar adalah dari biro perjalanan wisata, hubungan yang selama ini terjalin harus dipelihara dengan

116

baik dan diperkuat. Perlu juga mengadakan kerjasama dengan biro perjalanan wisata yang belum menjadi mitra sehingga makin banyak pihak yang mempromosikan ISI Denpasar kepada wisatawan untuk mengenai wisata kampus yang ada di ISI Denpasar. 7.2.4.2 Mengundang Konsul negara sahabat untuk berkunjung Keberadaan konsulat negara-negara sahabat di Bali perlu dimanfaatkan sebagai sarana penyampaian informasi kepada warganya yang berada di Bali maupun di negara asalnya. Untuk mengenalkan ISI Denpasar lebih jauh, konsul-konsul dari negara-negara tersebut perlu diundang secara khusus untuk melihat secara langsung keberadaan kampus dan potensi yang dimiliki. Dengan jalan ini pemahaman dan informasi mengenai ISI Denpasar dapat sampai pada konsulat masing-masing negara sehingga diharapkan informasi tersebut dapat diteruskan ke negara asalanya. 7.2.4.3 Memasukkan pengetahuan pariwisata dalam kurikulum mahasiswa Untuk menyongsong kegiatan wisata kampus di ISI Denpasar, dirasakan perlu untuk memasukkan pengetahuan mengenai kepariwisataan ke dalam kurikulum mahasiswa. Tujuan dari langkah ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai pariwisata kepada mahasiswa sehingga mereka memahami apa pariwisata itu dan apa saja yang terkait dengannya. Dengan adanya kesadaran mahasiswa, yang juga terlibat dalam kegiatan wisata kampus, betapa pentingnya peran mereka dalam melayani wisatawan yang berkunjung, diharapkan pemberian layanan selama berada di ISI Denpasar akan maksimal dan profesional. Pemberian pengetahuan ini juga sebagai

117

langkah untuk mendorong mahasiswa berinteraksi dengan wisatawan agar suasana wisata kampus menjadi lebih hidup.

7.3

Posisi ISI Denpasar di dalam Tabel Analisis SWOT Setelah menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, berikut akan

diuraikan posisi ISI Denpasar untuk pengembangan wisata kampus dengan membandingkan faktor internal dengan faktor eksternal secara kritis.

7.3.1 Internal ISI Denpasar Untuk mengetahui mana yang lebih dominan antara kekuatan dengan kelemahan, telah dianalisis unsur-unsur yang terdapat pada kedua unsur tersebut. Pada kekuatan ada delapan unsur yang menjadi kekuatan ISI Denpasar. Diantara kedelapan hal tersebut, yang mempunyai kekuatan besar atau mempunyai nilai kekuatan yang tinggi adalah sumber daya manusia dalam bidang seni dan budaya dan museum. Menurut peneliti, kedua unsur ini mempunyai nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain karena kedua unsur ini adalah hal yang mutlak diperlukan dalam pelaksanaan wisata kampus. Sumber daya manusia sangat penting karena merupakan penggerak dari kegiatan-kegiatan yang ada di ISI Denpasar termasuk wisata kampus. Sumber daya manusia ISI Denpasar juga merupakan aset yang paling penting untuk dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Museum Lata Mahosadhi mempunyai keunggulan dibandingkan dengan gedung-

118

gedung yang lain seperti gedung pertunjukan Natya Mandala. Hal ini disebabkan karena museum ini mempunyai koleksi alat musik yang berjumlah puluhan dan menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan untuk berkunjung ke ISI Denpasar. Pada unsur kelemahan, tujuh unsur telah teridentifikasi. Di antara ketujuh unsur tersebut yang memiliki nilai kekuatan besar untuk melemahkan wisata kampus di ISI Denpasar adalah unsur kemasan wisata kampus yang kurang jelas dan unsur informasi wisata kampus masih kurang. Kemasan wisata kampus masih belum jelas karena pemanfaatan potensi yang kurang optimal. Kunjungan wisatawan yang sudah berlangsung selama ini masih saja menikmati paket wisata yang sama dengan sebelumnya walaupun sebenarnya masih banyak atraksi dan suguhan di ISI Denpasar yang bisa dieksploitasi dan disajikan kepada wisatawan. Selain itu, informasi mengenai wisata kampus di ISI Denpasar masih minim atau bahkan tidak ada sama sekali. Kegiatan promosi sangat perlu dilakukan sebagai pengenalan produk dan kegiatan terhadap pihak-pihak di luar ISI Denpasar. Promosi juga berfungsi sebagai penarik minat wisatawan untuk datang. Untuk mengetahui unsur internal manakah yang lebih dominan, perlu dibandingkan antara kekuatan dengan kelemahan. Pengaruh yang paling dominan di kekuatan adalah sumber daya manusia dalam bidang seni dan budaya dan museum dan di kelemahan adalah kemasan wisata kampus kurang jelas dan informasi wisata kampus yang masih kurang. Bila dibandingkan, ternyata unsur kelemahan memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan kekuatan. Hal ini disebabkan karena

119

kemasan wisata merupakan bahan pertimbangan bagi biro perjalanan wisata untuk memilih berkunjung ke ISI Denpasar dan bagi wisatawan merupakan salah satu alasan untuk datang. Wisatawan berpegang pada prinsip ”what to see, what to do, what to buy” sehingga kemasan wisata sangat menentukan pilihannya. Promosi merupakan sarana perkenalan sehingga jika promosi tidak berjalan maka wisatawan tidak akan mengenal dan akhirnya tidak ada wisatawan yang datang berkunjung.

7.3.2 Eksternal ISI Denpasar Unsur eksternal dibangun oleh dua unsur yaitu peluang dan ancaman. Untuk mengetahui mana yang paling dominan, perlu dilakukan perbandingan di antara kedua unsur tersebut. Pada unsur peluang, telah teridentifikasi enam unsur yang memberi peluang pelaksanaan wisata kampus. Di antara keenam unsur tersebut, yang memiliki pengaruh yang besar bila dibandingkan dengan yang lain adalah unsur meningkatnya peminat wisata khusus dan unsur aksesibilitas yang mudah. Wisatawan yang datang dengan motivasi tertentu jumlahnya meningkat tiap tahunnya sehingga peluang ini perlu diambil dan dimanfaatkan untuk diarahkan menikmati wisata kampus. Lokasi ISI Denpasar di tengah kota Denpasar merupakan sebuah peluang bagi ISI Denpasar untuk mengembangkan wisata kampus karena biro perjalanan wisata akan lebih mudah merencanakan tur untuk wisatawannya dengan kunjungan ke ISI Denpasar sebagai salah satu agendanya.

120

Unsur-unsur ancaman yang teridentifikasi ada enam. Unsur yang dominan di antara unsur-unsur yang lain adalah masih mengandalkan biro perjalanan wisata dalam memasok wisatawan ke ISI Denpasar. Selama ini biro perjalanan wisata, khususnya PT Suartur, yang mendatangkan wisatawan ke ISI Denpasar. Ketergantungan ini disebabkan oleh beberapa hal seperti penggarapan wisata kampus yang belum serius dan promosi yang masih minim. Bilamana ketergantungan ini tidak diatasi, kegiatan wisata kampus akan stagnan dan bahkan bisa dihentikan. Untuk mengetahui mana unsur eksternal yang mengungguli yang lain, dilakukan perbandingan antara peluang dengan ancaman. Pada unsur peluang, unsur meningkatnya peminat wisata khusus dan aksesibilitas yang mudah mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan yang lain. Pada unsur ancaman, ketergantungan ISI Denpasar terhadap biro perjalanan wisata mempunyai pengaruh lebih besar daripada yang lain. Bila membandingkan peluang dengan ancaman, peluang memiliki pengaruh yang lebih besar. Hal ini dikarenakan unsur jumlah peminat wisata khusus lebih signifikan daripada unsur ketergantungan terhadap biro perjalanan wisata di dalam mendatangkan wisatawan. Peningkatan peminat wisata khusus perlu disikapi secara tepat sasaran agar mampu meningkatkan kunjungan ke ISI Denpasar.

7.4

Posisi ISI Denpasar Saat Ini

121

Berdasarkan pada pemaparan pada internal dan eksternal ISI Denpasar, diketahui bahwa untuk internal kelemahan atau weaknesses (W) lebih dominan daripada kekuatan atau strengths dan untuk eksternal peluang atau opportunities (O) lebih dominan daripada ancaman atau threats sehingga posisi ISI Denpasar saat ini berada pada posisi W-O. Merujuk pada Tabel 7.2, kuadran W-O memiliki tiga strategi yaitu memperbaiki dan menambah fasilitas penunjang kegiatan wisata, memberikan pelatihan mengenai hospitality, bahasa asing, public speaking kepada sumber daya manusia, dan membuat website, brosur, dan press release. Ketiga strategi ini didahulukan untuk dilaksanakan karena sesuai dengan situasi dan kondisi ISI Denpasar saat ini. Strategistrategi pada kuadran S-O, S-T, dan W-T juga penting dan perlu dilaksanakan namun pelaksanaannya bisa ditunda dengan fokus saat ini pada strategi-strategi di kuadran W-O.

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

122

Dari penelitian mengenai strategi pengembangan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus di Bali, berikut adalah beberapa hal yang dapat dirangkum dalam sebuah simpulan. 1.

Potensi yang dimiliki ISI Denpasar berupa potensi fisik dan

potensi non-fisik. Potensi fisik yang dimilikinya meliputi arsitektur dan tempat pertunjukan yaitu gedung Natya Mandala, panggung terbuka Nretya Mandala, gedung Candra Metu, dan wantilan Loka Wira Sabha, Museum Lata Mahosadhi, halaman yang luas, gedung pameran Kriya Hasta Mandala, dan lingkungan yang asri. Potensi non-fisik yang dimilikinya berupa aktivitas belajar di kampus, unit pelaksana teknis (UPT) Ajang Gelar, dan sumber daya manusia di bidang seni dan budaya. 2.

Faktor eksternal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pelaksanaan wisata kampus ISI Denpasar. Faktor eksternal yang meliputi biro perjalanan wisata, obyek wisata di sekitar kampus, masyarakat sekitar, dan pemerintah mendukung pelaksanaan wisata kampus dengan memberikan masukan seperti penambahan fasilitas untuk kegiatan pariwisata, memberikan pelayanan yang hospitable, membuat sarana promosi, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. 3. Strategi pengembangan yang perlu dilaksanakan ISI Denpasar saat ini adalah strategi-strategi yang berada di kuadran W-O yaitu memperbaiki dan menambah fasilitas penunjang kegiatan wisata, memberikan pelatihan hospitality, bahasa

123

asing, public speaking kepada sumber daya manusia, dan membuat website, brosur, dan press release. Penelitian-penelitian yang dipakai sebagai kajian pustaka dalam bab II jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan, memiliki beberapa persamaan yaitu meneliti mengenai potensi dan mencari strategi pengembangan yang sesuai dengan karakteristik obyek penelitian, dan menggunakan metode analisis SWOT. Perbedaan antara ketiga penelitian yang dipakai sebagai kajian pustaka dengan penelitian ini adalah strategi yang di dapatkan setelah menggunakan metode analisis SWOT. Selama ini, ISI Denpasar sudah berulang kali dikunjungi oleh orang asing baik itu untuk keperluan akademis maupun untuk kegiatan wisata. Kegiatan wisata yang selama ini dilakukan masih sangat sederhana dan belum terorganisir dengan baik. Jika ISI Denpasar ingin menyukseskan program wisata kampus dan agar program ini terus berlanjut, maka strategi yang telah ditemukan harus dilaksanakan secara konsekuen dan institusional. Menurut peneliti, ISI Denpasar memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi wisata kampus. ISI Denpasar yang memiliki keunikan dan kekhasan jika terus diperbaiki akan mampu mengangkat nama institusi sekaligus menyukseskan program pariwisata budaya yang telah dicanangkan oleh pemerintah Provinsi Bali.

124

8.2

Saran Merujuk pada kelemahan dan ancaman yang dimiliki dalam pengembangan ISI

Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus, terdapat beberapa saran untuk ISI Denpasar seperti berikut. 1.

Menyediakan fasilitas yang memadai dan berstandar internasional

demi kenyamanan wisatawan dan kelancaran program. Selain fasilitas fisik, dipandang perlu untuk membuat kemasan wisata yang singkat, menarik, dan unik. Kemasan yang demikian akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Dekorasi di sekitar areal kampus juga perlu ditambah untuk memberikan kesan meriah dan terasa budaya Balinya. 2.

Mengadakan perbaikan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia dan pembuatan anggaran pendapatan dan belanja wisata kampus. Untuk memiliki sumber daya manusia yang profesional dan handal dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan, perlu diberikan pelatihan mengenai hospitality, bahasa Inggris, dan kemampuan public speaking kepada orang-orang yang terlibat di dalam pelaksanaan wisata kampus. Anggaran pendapatan dan belanja akan dipakai sebagai dasar negosiasi harga dengan biro perjalanan wisata. Pembentukan unit yang khusus menangani wisata kampus juga segera perlu dibentuk. Unit ini sebagai pihak yang bertanggungjawab atas pelaksanaan wisata kampus di ISI Denpasar.

125

3.

Perlunya mencetak brosur program wisata kampus dan membuat

website khusus wisata kampus. Brosur ini digunakan sebagai media promosi ke biro perjalanan wisata, dinas pariwisata, dan kepada wisatawan yang sedang berkunjung. Website digunakan dalam memberikan informasi kepada pengguna internet mengenai wisata kampus. Selain itu, untuk mempromosikan wisata kampus kepada wisatawan perlu menjalin kerjasama dengan Dinas Pariwisata Kota Denpasar agar ISI Denpasar dimasukkan dalam tujuan pemberhentian city tour dan bekerjasama dengan biro perjalanan wisata agar wisata kampus dipromosikan kepada wisatawan. Selain kedua pihak tersebut, kerjasama dengan Taman Budaya juga dipandang perlu agar nantinya ISI Denpasar mempunyai beragam pilihan program wisata kampus yang bisa ditawarkan kepada wisatawan. Selain saran untuk ISI Denpasar, ada saran yang ditujukan kepada peneliti lainnya yaitu jika meneliti mengenai wisata kampus agar berikutnya meneliti mengenai strategi pemasaran wisata kampus dan peluang pembukaan wisata kampus di lembaga perguruan tinggi lainnya di Bali.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Panduan Studi Institut Seni Indonesia Denpasar 2006. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar

126

Anonim. 2009. Laporan Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun 2004-2009. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar. Barker, C. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Burkart, A.J. dan Medlik, S. 1981. Tourism: Past, Present and Future. Norfolk: Fakenham Press Limited. Chafe, Z. 2005. Interest in Responsible Travel Grows. Washington: The Worldwatch Institute. Durianto, D, Sugiarto, Budiman, L. K. 2004. Brand Equity Ten, Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hall, C. M. dan Weiler, B. 1992. Special Interest Tourism. London: Bellhaven Press. Hough, Brett. 1999. "Education for the Performing Arts: Contesting and Mediating Balinese Identity" in Bali: Staying Local in the Global Village: Bali in the Twentieth Century, R. Rubinstein and L. H. Connor (Eds), pp. 231-263. University of Hawaii Press. Inskeep, E. 1991. Tourism Planning an Integrated and Sustainable Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold. Lovelock, C. H., Wright, L. K. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Indeks. Nasikun. 2007. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. Paturusi, S. A. 2005. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Picard, M. 1996. Bali Cultural Tourism and Touristic Culture. Singapore: Archipelago Press. Pitana, I G. 1999. Community Management dalam Pembangunan Pariwisata. Dalam Majalah Ilmiah Pariwisata. Analisis Pariwisata. Volume II nomor 2. Denpasar: Program Studi Pariwisata Universitas Udayana. Puspa, I. A. T. 2006. Potensi dan Strategi Pengembangan Puri sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata City Tour di Kota Denpasar (Kasus Puri Satria) (tesis). Universitas Udayana.

127

Rahajoe, R. P. 2007. Strategi Pengembangan Wisata Heritage Sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Surabaya (tesis). Universitas Udayana Denpasar. Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Susanty, S. 2009. Pengembangan Kota Bima Sebagai Daerah Tujuan Wisata (tesis). Universitas Udayana. Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yoeti, O. A. 2008a. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Yoeti, O. A. 2008b. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita. Yuni, I K. H. K. 2008. Strategi Pengembangan Kesenian Janger Kolok Sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata di Desa Bengkala Kabupaten Buleleng (tesis). Universitas Udayana Denpasar. Zoetmulder, P.J. dan Robson, S.O. 2004. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Sumber dari Internet Bali Bebas Rabies Tinggal Kenangan. http://www.majalahinfovet.com/2009/01/balibebas-rabies-tinggal-kenangan.html. Diakses tanggal 26 Juli 2010, jam 23.50 Bangkitkan Wisata Kota Dengan Denpasar Sightseeing. http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=i_opi&xid=80. Diakses tanggal 18 Mei 2010, jam 14.46. Fakta

Tentang Rabies di Bali. http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg20271.html. Diakses tanggal 26 Juli 2010, jam 23.45.

Wisata Kampus PSLK UMM. http://www.facebook.com/profile.php?id= 100000889654555&ref=search. Diakses tanggal 4 Agustus 2010, jam 13.30.

128

Wisata Kampus Sebagai Sarana Penyalur Informasi Kependidikan. http://www.terranet.or.id/tulisandetil.php?id=1252. Diakses tanggal 23 Februari 2010, jam 10.00.

DAFTAR NAMA INFORMAN 1. Jabatan

Nama

: Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA

: Rektor ISI Denpasar

129

Alamat

: Jalan Nusa Indah, Denpasar

Umur

: 55 Tahun

Pendidikan 2.

: S3 (Doktor) Nama

: I Wayan Suweca, Sskar., M.Mus

Jabatan

: Pembantu Rektor IV

Alamat

: Jalan Nusa Indah, Denpasar

Umur

: 52 Tahun

Pendidikan 3.

: S2 (Magister) Nama

: Putu Evi Wijayanti

Jabatan

: Sales & Marketing Manager PT Suartur (Suar Nusa Jaya Tours)

Alamat

: Jalan Bypass Ngurah Rai nomor 32, Denpasar 80237

Umur

: 33 Tahun

Pendidikan 4. Jabatan

: S1 (Sarjana) Nama

: I Kadek Darmayasa Karang

: Director of Product & Research Development PT Suartur (Suar Nusa Jaya Tours)

Alamat

: Jalan Bypass Ngurah Rai nomor 32, Denpasar 80237

Umur

: 42 Tahun

Pendidikan 5. Jabatan

: S1 (Sarjana) Nama

: Drs. I Dewa Made Nurjana Putra, M.Hum.

: Kepala UPT Taman Budaya Provinsi Bali

130

Alamat

: Jalan Nusa Indah, Denpasar

Umur

: 55 Tahun

Pendidikan 6.

: S2 (Magister) Nama

: I Made Mudita

Jabatan

: Wakil Kelihan Banjar Abian Kapas Tengah

Alamat

: Jalan Nusa Indah, Denpasar

Umur

: 49 Tahun

Pendidikan 7.

: S1 (Sarjana) Nama

: I Wayan Gede Mustika

Jabatan

: Kelihan adat Banjar Abian Kapas Kelod

Alamat

: Jalan Nusa Indah, Denpasar

Umur

: 46 Tahun

Pendidikan 8.

: SMA Nama

: I Wayan Warjana

Jabatan

: Kepala Dusun Banjar Lebah

Alamat

: Jalan Kecubung, Denpasar

Umur

: 48 Tahun

Pendidikan 9.

: SMA Nama

: Drs. Nyoman Wardawan

Jabatan

: Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali

Alamat

: Jalan S. Parman 1, Niti Mandala-Renon Denpasar 80235

131

Umur Pendidikan 10.

: 50 Tahun : S1 (Sarjana) Nama

: Ida Bagus Joni Ariwibawa

Jabatan

: Kepala Bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata.

Alamat

: Jalan Surapati 7 Denpasar

Umur

: 42 Tahun

Pendidikan

: S2 (Magister)

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK BIRO PERJALANAN WISATA

132

Pada penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan ISI Denpasar sebagai Daya Tarik Wisata Kampus”, diperlukan informasi dan data yang mampu mendukung penelitian tersebut. Berikut adalah pedoman yang kami pakai kepada Bapak/ Ibu/ Saudara untuk menggali informasi dan data yang diperlukan.

POTENSI 1. Bagaimana Anda melihat keadaan ISI Denpasar saat ini sebagai daya tarik wisata? 2. Potensi apa sajakah yang dimiliki oleh ISI Denpasar yang dapat dikembangkan? 3. Bagaimana menurut Anda potensi ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus? 4. Apa nilai jual ISI Denpasar? 5. Berapa kali Anda membawa wisatawan ke ISI Denpasar? Bagaimana pendapatnya? 6. Apa yang paling disukai oleh tamu saat berkunjung ke ISI Denpasar?

PENGEMBANGAN 1. Mungkinkah ISI Denpasar dikembangkan menjadi daya tarik wisata kampus? 2. Apa yang sebaiknya dibenahi di ISI Denpasar agar menunjang kegiatan wisata kampus?

133

3. Berapakah nilai tiket masuk yang sesuai dikenakan kepada tamu? 4. Fasilitas/ layanan apa yang perlu ditambah di ISI Denpasar untuk kegiatan wisata kampus? 5. Jika ISI Denpasar dikembangkan menjadi daya tarik wisata kampus, akankah wisatawan tertarik? 6. Perlukah sumber daya manusia ISI Denpasar dibenahi? Dari segi apanya saja?

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA TAMAN BUDAYA PROVINSI BALI

134

Pada penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan ISI Denpasar sebagai Daya Tarik Wisata Kampus”, diperlukan informasi dan data yang mampu mendukung penelitian tersebut. Berikut adalah pedoman yang kami pakai kepada Bapak/ Ibu/ Saudara untuk menggali informasi dan data yang diperlukan. 1.

Bagaimanakah hubungan Taman Budaya Denpasar dengan ISI

Denpasar? 2.

Bagaimanakah pengaruh keberadaan ISI Denpasar terhadap Taman

Budaya Denpasar? 3.

Potensi apa yang dimiliki ISI Denpasar yang bisa digunakan untuk

menunjang program wisata kampus? 4.

Menurut Anda, layakkah ISI Denpasar menjadi daya tarik wisata

kampus? 5.

Adakah dampak positif maupun negatif dari dilaksanakannya wisata

kampus di ISI Denpasar bagi Taman Budaya Denpasar? Bagaimana cara untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut? 6.

Mohon beri saran kepada ISI Denpasar agar daya tarik wisata kampus

bisa berhasil.

PEDOMAN WAWANCARA

135

UNTUK KEPALA LINGKUNGAN Pada penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan ISI Denpasar sebagai Daya Tarik Wisata Kampus”, diperlukan informasi dan data yang mampu mendukung penelitian tersebut. Berikut adalah pedoman yang kami pakai kepada Bapak/ Ibu/ Saudara untuk menggali informasi dan data yang diperlukan. 1. Bagaimana menurut Anda tentang gagasan menjadikan ISI Denpasar sebagai daya tarik wisata kampus? 2. Apakah Anda mendukung gagasan tersebut? 3. Menurut Anda, apakah ada pengaruh positif dan negatif jika gagasan tersebut direalisasikan? 4. Selama ini, apakah kegiatan kampus di ISI Denpasar mengganggu kegiatan masyarakat sekitarnya? 5. Apa yang Anda harapkan jika gagasan ini direalisasikan?

PEDOMAN WAWANCARA

136

UNTUK KEPALA DINAS PARIWISATA PROVINSI BALI Pada penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan ISI Denpasar sebagai Daya Tarik Wisata Kampus”, diperlukan informasi dan data yang mampu mendukung penelitian tersebut. Berikut adalah pedoman yang kami pakai kepada Bapak/ Ibu/ Saudara untuk menggali informasi dan data yang diperlukan. Mohon diberikan penjelasan. FAKTOR EKSTERNAL – KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH 1. Adakah kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan wisata alternatif khususnya wisata kampus? Mohon diberi penjelasan. 2. Adakah rencana dari pemerintah untuk mengembangkan wisata kampus di Bali? Kalau ada apa saja rencananya? Kalau tidak mengapa tidak ada rencana? 3. Fasilitas apa saja yang sudah dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Bali dalam menunjang wisata alternatif khususnya wisata kampus? 4. Di dalam promosi Dinas Pariwisata Bali, apakah wisata kampus/ perguruan tinggi di Denpasar juga ikut dipromosikan? 5. Menurutk Anda, apa keunggulan dari kegiatan wisata kampus? Apa saja itu? 6. Adakah kendala dalam pengembangan wisata kampus di Bali? 7. Sebelumnya sudahkah ada permintaan/ pertanyaan mengenai wisata kampus dari biro perjalanan wisata lokal maupun asing?

PENGEMBANGAN

137

1. Menurut Anda, layakkah Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menjadi daya tarik wisata kampus? 2. Adakah hal yang menarik di ISI Denpasar untuk dikembangkan/ dipromosikan? Apa saja itu? 3. Adakah upaya-upaya dari pemerintah untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke ISI Denpasar? 4. Adakah dampak positif maupun negatif dari dilaksanakannya wisata kampus di ISI Denpasar bagi Bali? 5. Mohon diberikan masukan untuk perguruan tinggi yang ingin melaksanakan wisata kampus.

PEDOMAN WAWANCARA

138

UNTUK KEPALA DINAS PARIWISATA KOTA DENPASAR Pada penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan ISI Denpasar sebagai Daya Tarik Wisata Kampus”, diperlukan informasi dan data yang mampu mendukung penelitian tersebut. Berikut adalah pedoman yang kami pakai kepada Bapak/ Ibu/ Saudara untuk menggali informasi dan data yang diperlukan. FAKTOR EKSTERNAL – KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH 1.

Adakah kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan wisata

alternatif khususnya wisata kampus? 2.

Adakah rencana dari pemerintah untuk mengembangkan wisata

kampus di Denpasar? 3.

Fasilitas apa saja yang sudah dimiliki oleh Pemerintah Kota Denpasar

dalam menunjang wisata alternatif khususnya wisata kampus? 4.

Di dalam promosi Dinas Pariwisata, apakah wisata kampus/ perguruan

tinggi di Denpasar juga ikut dipromosikan? 5.

Menurutk Anda, adakah manfaat dari kegiatan wisata kampus? Apa

saja itu? 6.

Adakah kendala dalam pengembangan wisata kampus di Denpasar?

7.

Sebelumnya sudahkah ada permintaan/ pertanyaan mengenai wisata

kampus dari biro perjalanan wisata lokal maupun asing?

139

PENGEMBANGAN 1.

Menurut Anda, layakkah ISI Denpasar menjadi daya tarik wisata

kampus? 2.

Apa yang menarik dari ISI Denpasar?

3.

Adakah upaya-upaya dari pemerintah untuk menarik minat wisatawan

untuk berkunjung ke ISI Denpasar? 4.

Adakah dampak positif maupun negatif dari dilaksanakannya wisata

kampus di ISI Denpasar? 5.

Bisakah wisata kampus mendukung kebijakan pemerintah, dalam hal

ini Denpasar sebagai Kota Budaya? 6.

Mohon diberikan masukan untuk perguruan tinggi yang ingin

melaksanakan wisata kampus.