rahmat, dan hidayah-Nya lah perancangan Tugas Akhir dengan judul ... tugas
akhir yang merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa S1 Teknik Arsitektur UII.
LAPORAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR
CITY WALK DI PUSAT KOTA YOGYAKARTA Revitalisasi Kawasan Heritage Ke Dalam Bangunan City Walk
CITY WALK IN THE CENTRAL OF YOGYAKARTA CITY Revitalization Of Heritage Area Into The City Walk Building
Disusun oleh : PRANANTYO HARWANTONO 03512190 Dosen pembimbing : IR. HANIF BUDIMAN, MT
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIRVESITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA 2009
KATA PENGANTAR
Assalamu ’ Alaikum Wr.Wb. Segala puji dan syukur hanyalah milik Alloh semata karena berkat taufiq, rahmat, dan hidayah-Nya lah perancangan Tugas Akhir dengan judul Mangkubumi City Walk di Pusat Kota Yogyakarta ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Tugas Akhir ini adalah bagian dari tahapan tugas akhir yang merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa S1 Teknik Arsitektur UII. Dengan mengangkat tema Revitalisasi Kawasan Heritage ke Dalam Bangunan City Walk, penulis berusaha merancang kawasan heritage yang terdapat di sebelah Stasiun Tugu Yogyakarta menjadi kawasan wisata yang dapat mengangkat perekonomian bagi masyarakat sekitar khususnya di daerah Malioboro. Penulis juga mengharapkan dengan adanya City Walk ini, dapat mengurangi kepadatan yang terjadi di Malioboro, yang selama ini kita kenal sebagai ikon pariwisata kota Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari barbagai pihak sehingga penulis merasa wajib untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. H.Hanif Budiman, MSA selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, saran, masukan selama ini yang sangat bermanfaat untuk saya selama proses tugas akhir ini. 2. Bapak Ir. Supriyanta, selaku dosen penguji, terima kasih segala masukan, kritik, serta bimbingan yang sudah diberikan.
` `
3. Ibu Ir.Hastuti Saptorini,MA selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia. 4. Ibuku,ibuku,ibuku......Bapaku,bapaku,bapaku..... Tidak ada kata-kata yang dapat diungkapkan anakmu ini, atas segala dukungan, perhatian, cinta , serta doa yang engkau berikan. Hanya doa yang bisa kupanjatkan, semoga Alloh selalu mencintai dan menyayangi kalian. Amin. Aku sayang kalian. 5. Kakakku mas Dita, terima kasih semangatnya. Mbakku mbak Dina, terma kasih sudah mau membantu adikmu ini untuk tahu banyak tentang Microsoft Word. Dan untuk my twin brother Dodot, terima kasih sudah mau menemani bikin maket malam-malam. Terima kasih semua, i love you all. 6. Anak-anak rumah fantasi dan imajinasi AK23, mas Agung ( lek tung,lek tung...)ayo segera nikah..., Agus WinArch ( Ayo Futsal...!!! bang Bon ), Bang Andy, Asikin ( Pak Guru...ajari muridnya yang baikbaik ya...), Opal ( Ayo nyusul koh...!!!) teman seperjuanganku Annas, Alhamdulillah akhirnya kita ST, Kus ( Ayo Mancing...tapi yang ada ikannya ya...), Koko ( terima kasih ya udah dipinjami buku laporan tugas akhirnya yang sangat bermanfaat untukku, tanpa buku ini, aku bagai cacing yang kepanasan disiang hari ). Dan akhirnya teman yang sangat berperan penting dalam pembuatan maketku, Toriq ( makasih ya Riq, sudah mau bantu aku. Semoga kamu juga segera menyusul jadi ST juga. Amin ).
` `
7. Teman-teman studio. Diki ( ayo kita nyanyikan jinggle speedy), Anton( yo...Touring Bali...), Ultramen ( selamat ya bu,atas anak ke 2 nya), Gory badut ( Huebat...1 hari buat revisi site plan..!!!! ), Adi, Fajar ( Alhamdulillah ST Coyyy....). 8. Mas Sarjiman dan mas Tutut. Terima kasih sudah sabar dalam membimbing serta memberi masukkan . 9. Dan Akhirnya semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih. Wassalamu ’ Alaikum Wr.Wb.
` `
ABSTRAKSI Di berbagai kota-kota besar, berbagai fasilitas modern yang menunjang kehidupan sosial masyarakat dibangun dengan segala kelengkapannya, misalnya gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Salah satu fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat kota adalah Pusat Perbelanjaan. Dalam perkembangannya, hampir semua pusat perbelanjaan menggunakan konsep
mall,
dengan
menyatukan
kegiatan
rekreasi
didalamnya
yang
diterjemahkan kedalam ruang dan bentuk. Dewasa ini, fasilitas komersial yang terfokus pada kawasan Malioboro/ kawasan pusat kota, jika dibiarkan akan mengakibatkan kawasan tersebut kehilangan kontrol yang akhirnya akan mengarah pada suatu perkembangan yang berdampak negatif pada lingkungan. Penyediaan pusat rekreasi dan perbelanjaan yang diakomodasikan pada daerah jalan P.Mangkubumi ( sebelah selatan PLN Mangkubumi ), kiranya mampu mengurangi keramaian di Malioboro sebagai pusat rekreasi kota Yogyakarta, serta mampu meningkatkan nilai dan kehidupan kawasan tersebut. City walk atau bisa dikatakan sebagai perbelanjaan yang bersifat secara radial, adalah suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota. Selain berfungsi sebagai tempat kegiatan berbelanja atau transaksi jual beli, juga sebagai tempat untuk berkumpul, berekreasi. Secara garis besar, city walk juga dapat dikategorikan sebagai Shopping Mall, dimana dapat difungsikan sebagai pusat perbelanjaan yang memiliki arah orientasi pada mall, tanpa menghilangkan unsur rekreatif dari mall itu sendiri
dengan bangunan yang tidak mengikat, dalam hal ini disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan yang ada dan mengutamakan kenyamanan pengunjung karena memiliki kriteria disain perilaku, dengan kontrol efektifitas pengelompokan penyewa.
DAFTAR ISI Lembar judul ...........................................................................................
i
Lembar pengesahan ...............................................................................
ii
Kata pengantar ........................................................................................
iii
Abstraksi ..................................................................................................
v
Daftar isi ...................................................................................................
vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar belakang masalah .............................................................
4
1.2.
Tinjauan dan batasan pengertian judul ....................................
10
Rumusan permasalahan.............................................................
11
1.2.1. Permasalahan umum .........................................................
11
1.2.2. Permasalahan khusus ........................................................
11
Tujuan dan sasaran ....................................................................
11
1.3.1. Tujuan ................................................................................
11
1.3.2. Sasaran ..............................................................................
12
Metodologi ...................................................................................
12
1.4.1. Data Faktual ............................ ..........................................
12
1.4.2. Pendataan ..........................................................................
13
1.5.
Metode pembahasan ...................................................................
13
1.6.
Tinjauan Lokasi.......... .................................................................. 13
1.7.
Kerangka pola pikir....................................................................... 16
1.3.
1.4.
BAB II DATA DAN TEORI 2.1.
Kondisi Umum Kota Yogyakarta .................................................. 17
2.2.
Tingkat Pertumbuhan Kunjungan Wisata Di Yogyakarta .......... 18
2.3.
Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta ................... 21
2.4.
Kondisi Umum Site ....................................................................... 24 2.4.1.Batasan Site.. ...................................................................... 29
2.5.
Pengertian City Walk .................................................................... 31
2.6.
Prinsip-prinsip Bangunan City Walk ........................................... 32 2.6.1. City Walk Sebagai Koridor Ruang Terbuka........................ 32 2.6.2. City Walk Sebagai Fungsi Komersial.................................. 37 2.6.3. City Walk Sebagai Pusat Perbelanjaan.............................. 40 2.6.4. City Walk Sebagai Fungsi Rekreasi.................................... 43 2.6.5. City Walk Sebagai Area Pedestrian.................................... 45
2.7.
Pengertian Ruang Terbuka ........................................................... 47
2.8.
Revitalisasi Bangunan Heritage ................................................... 57
2.9.
Studi Kasus Bangunan Heritage .................................................. 61
3.0.
Pengertian Ritel ............................................................................. 71
3.1.
Kesimpulan ................................................................................... 74
BAB III ANALISIS Fungsi Program Ruang ............................................................................ 76 Analisis Organisasi Kebutuhan Ruang,Aktivitas, dan Besaran Ruang ..................................................................... 76 Analisis Pelaku Dan Kegiatan di City Walk................................... 79 Analisis Alur Kegiatan ................................................................. 82 Analisis Hubungan Ruang ..........................................................
98
Analisis Site........................... .................................................................. 105 3.3.
Analisis Zooning...........................................................................
112
Analisis Tata Masa Bangunan ...............................................................
113
Analisis Penampilan Bangunan.............................................................
115
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1.
Zooning ......................................................................................... 112
Plotting ..................................................................................................... 123 Gubahan Massa........................................................................................ 124 4.4.
Konsep Penataan Akses dan Sirkulasi....................................... 125 Penataan Akses ..........................................................................
125
Penataan Sirkulasi ............ .........................................................
126
4.5.
Konsep Penataan Akses Sirkulasi...............................................
128
4.6.
Konsep Penampilan Bangunan....................................................
129
4.7.
Konsep Penataan Landscape....................................................... 112
BAB V LAPORAN PERANCANGAN Spesifikasi Proyek ................................................................................... 113 Situasi ....................................................................................................... 113 Site Plan .................................................................................................... 135 Sirkulasi..................................................................................................... 139 Denah ........................................................................................................
141
Tampak ..................................................................................................... 146 Tampak Kawasan ..................................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………....... 152 LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 153
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Masalah Wajah kota Yogyakarta telah berubah, kehidupan sehari-hari manusia semakin kompleks dan cenderung mengarah pada pola kehidupan konsumtif yang dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang. Di berbagai kota terutama kota-kota besar, berbagai fasilitas modern yang menunjang kehidupan sosial masyarakat pun dibangun dengan segala kelengkapannya. Misalnya gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lainlain. Salah satu fasilitas yang dibutuhkan masyarakat kota adalah pusat perbelanjaan modern yang kita sebut dengan City Walk. Pusat perbelanjaan pun sekarang ini telah mengalami perubahan. Pada perkembangannya pusat perbelanjaan hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola masih sangat terbatas jenis dan jumlahnya. Untuk memberikan kenyamanan serta memasukan unsur rekreasi dan edukasi dalam berbelanja menjadi salah satu faktor utama bagi pengunjung di suatu pusat perbelanjaan. Dalam
perkembangannya,
hampir
semua
pusat
perbelanjaan
menggunakan konsep mall, dengan tidak menyatukan kegiatan rekreasi didalamnya. Seringkali kegiatan belanja dan rekreasi dianggap dua kegiatan
` ` 1
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
yang berbeda, dimana berbelanja adalah pertukaran uang dan barang untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan
ketika
waktu
senggang
dengan
tujuan
untuk
memperoleh
kesenangan dan kepuasan.
1.1.2 Tinjauan Wilayah Jalan Mangkubumi dan Jalan Malioboro Saat ini. Jalan Malioboro dan Mangkubumi adalah salah satu bagian dari sumbu imajinatif, sebagai pedoman membangun kota Yogyakarta di awal pendiriannya pada tahun 1755. Sumbu imajinatif ini menghubungkan Kraton Yogyakarta Hadiningrat dengan Gunung Merapi di utara dan Laut Selatan. Jalan Malioboro dan Mangkubumi ini menjadi sumbu yang mengorientasikan Kraton ke arah utara (Gunung Merapi) walaupun tidak persis lurus dengan puncaknya. Tata ruang kota yang memakai sumbu sebagai pedoman pembangunannya telah dipakai juga untuk tata ruang kerajaan-kerajaan Jawa di masa lalu, seperti Mataram Hindu, Majapahit, Demak, dan akhirnya Solo dan Yogyakarta sebagai pewaris kerajaan Mataram Baru (Islam) sekaligus pusat kebudayaan Jawa.
` ` 2
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 1.1.2 : Salah Satu Sudut Jalan P.Mangkubumi Dari Arah Utara
Jalan Malioboro terletak di sebelah utara alun-alun utara Kraton, dimulai dari perempatan Kantor Pos Besar lurus ke arah utara sepanjang sekitar 1,3 km sampai rel kereta api. Kemudian disambung dengan Jalan Mangkubumi yang juga lurus ke utara sampai dengan Tugu Pal Putih sepanjang sekitar 800 meter. Kedua ruas jalan ini dibangun dengan menyediakan jalur cepat bagi kendaraan bermotor di tengah, jalur lambat bagi kendaraan tidak bermotor di sisi barat dan jalur pejalan kaki di sisi timur, dengan lebar keseluruhan sekitar 25 meter. Dengan komposisi ini menjadikan ruang jalan ini berkesan dan berskala monumental. Banyak fasilitas penting yang diwadahi di kedua jalan ini. Di Jalan Mangkubumi terutama diperuntukan bagi perkantoran, akomodasi (hotel dan penginapan),pertokoan, restoran dan usaha jasa, serta terdapat Stasiun KA Tugu, sebagai stasiun KA utama di Yogyakarta. Sedangkan Jalan Malioboro
` ` 3
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
diperuntukkan bagi perdagangan komersial, pasar tradisonal Beringharjo, fasilitas akomodasi, situs sejarah seperti Benteng Vredeburg dan Istana Negara Gedung Agung, serta kantor pemerintahan seperti Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan DPRD Provinsi.
Gambar 1.1.3 : Jalan Malioboro Pada Malam Hari Karena peruntukannya itulah, maka Jalan Malioboro menjadi lebih ramai daripada Jalan Mangkubumi. Juga terutama karena Malioboro menjadi salah satu tempat tujuan wisata utama di Yogyakarta. Yang menjadi menarik di kedua ras jalan itu adalah tersedianya jalur pejalan kaki yang dibuat dengan mengambil sebagian lahan lantai bawah pertokoan yang disebut arcade, sehingga jalur pejalan kaki (pedestrian) ini terlindungi dari terik matahari dan hujan. Terutama sekali terliat dan terasa di jalan Malioboro. Dengan fasilitas jalur pejalan kaki yang nyaman inilah, pedagang kaki lima yang menjual berbagai hasil kerajinan rakyat Yogya dan sekitarnya mendapatkan tempatnya.
` ` 4
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Dan Malioboro menjadi tempat tujuan wisata, terutama disebabkan oleh kehadiran deretan pedagang kaki lima sepanjang lebih dari satu kilometer yang menjual
barang
kerajinan
yang
murah
unik
1.1.3 Pentingnya City Walk Sebagai Alternatif Tempat
serta
khas.
Wisata Di
Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan daerah kunjungan wisata kedua setelah Bali, yang terkenal akan potensi kunjungan wisata dan budayanya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah wisata yang datang berkunjung ke kota ini. Sebagai dampak dari predikat daerah tujuan wisata tersebut, maka aspekaspek rekreatif akan selalu melekat disini. Selama ini kota Yogyakarta terkenal dengan kawasan Malioboro sebagai pusat perbelanjaan dan komersial yang selalu menjadi tujuan wisata utama bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Fasilitas komersial yang terfokus pada kawasan Malioboro ini jika dibiarkan akan mengakibatkan kawasan tersebut kehilangan kontrol dan kendali yang pada akhirnya akan mengarah pada suatu perkembangan yang memberikan dampak kejenuhan bagi pariwisata kota ini. Untuk itu perlu dibangun beberapa kutub magnet positif yang dapat mengatasi dampak negatif pada kawasan tersebut, sehingga mampu memecah konsentrasi tujuan wisata yang ada di pusat kota, untuk bisa meratakan pola tata ruang wisata kota Yogyakarta.
` ` 5
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Meninjau tersedianya pusat perbelanjaan yang ada saat ini, sangat kurang relevan dan tidak representatif, yang disebabkan karena masyarakat tingkat ekonomi menengah ke atas dan sebagian besar memilih untuk memenuhi kebutuhan mereka ke pusat pebelanjaan dengan jenis besar seperti mall, trade centre, hypermarket, dll. Sementara rata-rata pengunjung yang datang pun adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Sehingga perbedaan sosial pun muncul dengan sendirinya. Disamping itu juga muncul berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh mall, dan perbelanjaan sejenisnya diantaranya kemacetan, ruang terbuka yang sudah semakin tidak diperhatikan, masalah amdal, dll. Sehingga masyarakat sampai pada titik jenuh dengan makin banyaknya perbelanjaan yang sifatnya cenderung tertutup dan monoton. Disamping itu pusat perbelanjaan sebenarnya buka hanya tempat untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan primer saja, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Pertumbuhan Cafe, ruko, distro, butik, dan lain sebagainya merupakan bentuk ruang tertutup yang secara tidak langsung
saling berhubungan, sehingga menjadi satu bagian ruang terbuka
yang sifatnya publik walaupun dalam tata ruang yang tidak teratur.
` ` 6
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 1.1.3 : Keberadaan City Walk Di Pusat Kota Sedangkan City Walk sebenarnya tak lebih dari sebuah ruang terbuka yang dikhususkan sebagai sentral perdagangan dan perbelanjaan. Beberapa kota-kota besar di Indonesia sempat memiliki beberapa ruas jalan dengan suasana perbelanjaan yang khas seperti, Jakarta dengan Pasar Baru, Jalan Lintas Melawai, Bandung dengan Ciampelas Walk, dan Yogyakarta dengan Malioboronya. Bedanya, jalan-jalan itu milik publik, sedangkan City Walk berada di lahan properti milik pengembang privat yang diperuntukkan sebagai ruang publik. Dari latar belakang diatas, maka itu yang melatar belakangi mengapa perlunya City Walk di Jalan Mangkubumi yang diharapkan dapat memecah konsentrasi wisata yang ada di kota Yogyakarta khususnya di daerah Malioboro, juga sebagai alternatif belanja yang mampu mewadahi berbagai macam tuntutan aktivitas kehidupan masyarakat modern yang fleksibel, dimana pusat perbelanjaan bukan lagi sekedar berbelanja saja melainkan sebagai
` ` 7
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
tempat rekreatif dan melepas lelah usai menjalankan aktivitas bekerja, kuliah, dan lain sebagainya.
1.2 Batasan Pengertian Judul a. Revitalisasi Revitalisasi merupakan upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati yang dulu pernah hidup, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang
dimiliki atau pernah dimiliki sebelumnya yang
akhirnya berdampak positif pada kualitas fungsi bangunannya. b. City Walk City Walk merupakan bentuk bangunan yang fungsinya tidak jauh dari sebuah bangunan mall dengan didalamnya terdapat beberapa ritel atau toko-toko yang berfungsi sebagai tempat kegiatan berbelanja atau kegiatan lain. c. Heritage Merupakan bangunan yang dibangun pada masa dahulu dan pada saat ini telah menjadi bagian dari sebuah situs (bangunan yang dilindungi) yang berfungsi selain sebagai bangunan sejarah juga sebagai bangunan komersiil apabila dikelola sedemikian rupa.
` ` 8
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
1.2. Rumusan Permasalahan 1.2.1. Permasalahan Umum Bagaimana merancang city walk di pusat kota Yogyakarta yang didalam site terdapat bangunan heritage yang mampu mewadahi aktivitas manusia di bidang perniagaan, pendidikan, dan rekreasi bagi keluarga.
1.2.2. Permasalahan Khusus 1. Bagaimana merancang city walk dengan tata ruang terbuka publik sebagai area rekreasi bagi keluarga. 2. Bagaimana mengelola bangunan Heritage menjadi bangunan yang dapat menjadi pembelajaran (education) bagi orang yang mengunjunginya. 3. Bagaimana merancang bangunan city walk menjadi bangunan dengan ekspresi bangunan ritel.
1.3. Tujuan dan Sasaran 1.3.1. Tujuan Memperoleh sebuah rumusan konsep perencanaan tata ruang dalam dan tata ruang luar pada city walk sebagai pusat perbelanjaan yang didalamnya terdapat bangunan heritage yang ditransformasikan kedalam bangunan utama sehingga mampu menghadirkan suasana perdagangan yang nyaman,rekreatif dan pendidikan .
` ` 9
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
1.3.2. Sasaran - Menghasilkan konsep perancangan tata ruang luar dan tata ruang dalam pada city walk yang mampu mewadahi kegiatan dengan pola fleksibel, sehingga dapat menimbulkan kawasan baru pusat perbelanjaan yang dapat mewadahi kegiatan perdagangan maupun rekreatif di ruang tersebut. - Mendapatkan konsep penataan ruang dalam dan ruang luar untuk menciptakan suasana perbelanjaan retail yang fleksibel dan rekreatif.
1.4. Metodeologi 1.4.1. Data Faktual Untuk mempermudah cara memperoleh data dalam melakukan analisa yang akan menjadi landasan pada pembahasan permasalahan dengan langkah : 1. Wawancara, yaitu cara untuk memberikan keterangan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diangkat. 2. Study Literatur guna memperoleh keterangan yang dibutuhkan mengenai city walk, dengan mencari data dari refrensi atau literatur sebagai bahan pembanding pada city walk yang ada di Indonesia. 3. Study kasus yaitu dengan mengadakan study banding walk yang sudah ada di Indonesia.
` ` 10
terhadap city
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
1.4.2. Pendataan 1. Jenis Data Foto-foto, gambar, data dan literatur 2. Cara Memperoleh Data Survey lapangan, studi literatur, wawancara
1.5. Metode Pembahasan Dengan menggunakan metode analisis, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang ada baik data-data yang diperoleh dilapangan maupun datadata skunder yang kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan. Selain itu juga menggunakan metode Sintesis yaitu penyatuan literature dengan data lapangan yang telah dikaji pada tahap analisis kemudian diolah menjadi konsep perencanaan dan perancangan.
1.6. Tinjauan Lokasi 1.6.1. Lokasi Site Lokasi site terletak di jalan Mangkubumi yang bersebelahan dengan kantor PLN kota Yogyakarta, dimana lokasi ini berdekatan juga dengan daerah wisata Malioboro yang terkenal sebagai ikon pariwisata kota ini. Site ini juga berdekatan dengan stasiun kereta api Tugu Yogyakarta, yang setiap harinya
` ` 11
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
selalu padat dengan orang-orang yang datang ke kota ini, serta dilalui salah satu jalan utama menuju pusat kota Yogyakarta.
Gambar 1.6.1 : Gambar Site (sumber Googlemap)
1.6.2. Alasan Pemilihan Site •
Site berada di pusat kota sehingga mudah diakses.
•
Bersebelahan dengan stasiun kereta api Tugu, yang mudah diakses oleh orang luar kota Yogyakarta yang hendak menuju tempat ini dengan transportasi kereta api.
` ` 12
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
•
Site sendiri terletak dekat dengan bangunan heritage, yang mempunyai kelebihan dapat menjadi daya tarik wisata yang positf bagi pengunjung.
•
Telah tersedia jaringan infrastruktur yang dapat mendukung pembangunan.
` ` 13
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Kerangka Pola Pikir • • • •
LATAR BELAKANG : Latar Belakang Permasalahan City Walk di Jalan Mangkubumi diharapkan dapat memecah konsentrasi wisata yang ada di kota Yogyakarta khususnya di daerah Malioboro. Jalan Mangkubumi sebagai alah satu sumbu imajiner kota Yogyakarta City Walk sebagai tren perbelanjaan yang didalamnya terdapat unsur rekreatif. BATASAN PENGERTIAN JUDUL
PERMASALAHAN
UMUM :
KHUSUS : 1. Bagaimana merancang ruang terbuka kota sebagai area rekreasi bagi keluarga. 2. Bagaimana mengelola bangunan Heritage menjadi bangunan yang dapat menjadi pembelajaran (education) bagi orang yang mengunjunginya. 3. Bagaimana merancang bangunan City Walk menjadi bangunan dengan ekspresi bangunan ritel
Bagaimana merancang City Walk di kawasan pusat kota Yogyakarta yang didalamnya terdapat bangunan heritage yang mampu mewadahi kegiatan masyarakat di bidang perniagaan, pendidikan, dan tempat rekreasi untuk keluarga.
1. 2. 3.
1. 2. 3.
TUJUAN Merancang tempat wisata city walk yang mampu memunculkan tempat wisata baru dimana diharapkan dapat memecah konsentrasi wisata kota Yogyakarta selama ini, yang mengarah ke Malioboro. Merancang sebuah ttempat perbelanjaan dengan tren baru,dimana pengunjung dapat dimanjakan dengan berbagai macam fasilitas pendukung. Merancang sebuah kawasan konservasi sebagai sebuah ruang terbuka perkotaan yang selama ini dinilai kurang tbahkan sangat jarang ada di kota ini.
SASARAN Menciptakan suasana city walk yang nyaman dan dapat menjadi tempat bersosialisasi serta berinteraksi juga tempat yang mampu menghidupkan kawasan tersebut menjadi kawasan perekonomian kota Yogyakarta. Merancang pola sirkulasi yang aman dan efisien terhadap kondisi site dan lalu lintas. Revitalisasi bangunan heritage menjadi bangunan yang mampu mewadahi fungsi ritel dan pendidikan (edukasi)
DATA DAN TEORI City Walk : Pengertian Klasifikasi City Walk Prinsip-prinsip bangunan city walk Pengertian Ruang Terbuka Publik Revitalisasi Bangunan Heritage Study kasus bangunan heritage
• • • • • •
• • • • • •
ANALISIS : Analisis Site Analisis Potensi Site Analisis Kebutuhan Ruang Analisis Program Kegiatan Analisis Program Ruang Analisis Penampilan Bangunan
• • • •
City Walk : Aktifitas City Walk Persyaratan Bangunan Tinjauan bangunan yang akan dibangun terhadap heritage bangunan lama yang telah ada. Kenyamanan pengunjung terhadap
KONSEP DISAIN : Merancang sebuah kawasan City Walk yang diharapkan mampu menjadi ruang terbuka perkotaan serta kawasan perekonomian yang baru,dengan tidak menghilangkan bangunan heritage kota, yang diharapkan mampu menjadi icon pariwisata baru.
PENGEMBANGAN DESAIN
` ` 14
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
BAB II DATA DAN TEORI
2.1.Kondisi Umum Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta merupakan salah satu tujuan wisata kedua setelah Bali. Kota Yogyakarta mempunyai banyak daerah tujuan wisata, dimana tidak sedikit turis domestik maupun mancanegara yang datang ke kota ini. Di kota ini juga, predikat tentang kota budaya dan pendidikan, disandang oleh kota ini. Untuk mempertahankan predikat tersebut, maka aspek-aspek
komersiil, dan
pendidikan akan selalu melekat pada permasalahan yang terjadi. Fasilitas komersiil yang selama ini terfokus di kawasan Malioboro jika dibiarkan akan mengakibatkan kawasan tersebut kehilangan kontrol yang pada akhirnya akan mengarah
pada
suatu
perkembangan
yang
berdampak
negatif
pada
lingkungannya. Untuk itu perlu dibangun beberapa kutub yang menyebar di beberapa tempat sebagai upaya untuk memecah konsentrasi yang terjadi di puat kota selama ini. Hal tersebut selain akan mengurangi tingkat kemacetan suatu ikon tempat wisata, juga sebagai usaha untuk menambah pendapatan asli daerah dan menciptakan suatu tren belanja baru yang masih belum banyak ada di kota Yogyakarta. Selain itu, selama ini kota Yogyakarta belum mempunyai pusat perbelanjaan yang mampu mewadahi kegiatan belanja yang dapat menampung kegiatan rekreasi, pembelajaran (edukasi), hiburan, dan sosial.
` ` 15
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Pada perkembangannya, suatu pusat perbelanjaan (Shopping Mall) yang ada di kota Yogyakarta hanya mengakomodasi kegiatan retail sektor modern dan
belum
dapat
menampung
kegiatan
yang
mengandung
unsur
rekreasi,edukasi, hiburan, dan sosial sehingga terjadinya suasana belanja yang monoton dan belum dapat terciptanya suasana yang bervariasi antara suasana belanja di dalam dan di luar bangunan. Oleh sebab itu, saat ini, kota Yogyakarta sudah membutuhkan kawasan perbelanjaan
dengan
mengedepankan
konsep
berbelanja
yang
dapat
menampung unsur-unsur rekreatif, pendidikan, serta hiburan yang selama ini jarang terdapat di pusat-pusat perbelanjaan pada umumnya di kota ini.
2.2.Tingkat Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Di Yogyakarta Dengan terus meningkatnya data jumlah penduduk dan jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta, maka dengan sendirinya peluang orang untuk mencari kerja semakin bertambah dan kebutuhan akan fasilitas yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari semakin meningkat. Dengan demikian maka kebutuhan akan fasilitas komersial yang berkaitan dengan kebutuhan akan barang dan jasa akan meningkat dengan adanya kenaikan pertumbuhan penduduk tersebut, maka kehadiran city walk diharapkan dapat menjadi wadah untuk dapat mencukupi kebutuhan tersebut, serta diharapkan dapat menjadi tren baru berbelanja di Yogyakarta. Disamping meningkatnya jumlah penduduk, magnet ikon kota wisata yang disandang kota Yogyakarta,
` ` 16
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
menjadikan kota ini menjadi salah satu kota di Indonesia yang mempunyai jumlah wisatawan cukup banyak dibanding kota-kota lain. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga saat ini masih diminati wisatawan mancanegara (wisman), sehingga mereka makin banyak yang berkunjung ke daerah ini meskipun saat ini terjadi krisis finansial global. Pelaku wisata di daerah ini tetap optimis kunjungan wisman makin meningkat jumlahnya dimasa mendatang apalagi DIY dikenal wilayahnya aman dan nyaman. Kunjungan wisman ke Yogyakarta tidak akan terpengaruh baik secara langsung maupun
langsung
dengan
kondisi
krisis
finansial
global.
Wisman masih memiliki ketertarikan dengan obyek wisata yang unik maupun obyek yang mempunyai nilai tradisional dan budaya yang masih bertahan di DIY. Selain itu, obyek wisata minat khusus juga sangat diminati wisman seperti desa wisata, keindahan pantai selatan kabupaten Gunungkidul maupun keindahan perbukitan Menoreh di kabupaten Kulonprogo. Untuk itu, perlu upaya mengoptimalisasi obyek wisata tesebut agar menjadi daya tarik bagi wisman, perlu peningkatan kegiatan promosi baik di waktu sepi maupun ramai kunjungan wisatawan di daerah ini agar obyek wisata bisa lebih dikenal luas. Data sementara di Baparda DIY menunjukkan pada periode Januari - Juni 2008 tercatat jumlah wisatawan baik mancanegara (wisman) maupun
` ` 17
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
wisatawan nusantara (wisnu) yang datang ke daerah ini mencapai 294.700 orang, atau naik sekitar 3,02 persen dibandingkan periode sama tahun 2007 yang hanya 286.052 orang. Sedangkan khusus wisnu yang berkunjung ke daerah ini periode Januari-Juni 2008 mencapai 247.225 orang atau hanya meningkat sekitar 1,47 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2007 yang hanya 243.640 orang. Sementara itu, jumlah wisman yang menginap di hotel Melati periode Januari - Juni 2008 tercatat 8.753 orang, atau naik 11,53 persen dibandingkan bulan yang sama dengan tahun 2007 yang hanya teratat 7.848 orang. Sejumlah wisman yang beriwsata di Yogyakarta tersebut terbanyak berasal dari Belanda,
Prancis,
Amerika
Serikat,
Spanyol
dan
Swiss,
promosi sektor pariwisata harus digencarkan kembali, sehingga diharapkan semakin banyak wisman yang datang ke daerah ini. (sumber : Antara News,dari Google.com). Akibatnya keinginan orang akan mendapatkan suasana baru dalam wisata, yang tetap dapat melakukan kegiatan yang lain seperti berbelanja, mencari tempat untuk bersosialisasi diruang terbuka, mendapatkan hiburan, serat tempat mencari jajanan atau kuliner menjadi sangat tinggi. Ini disebabkan masih minimnya kawasan yang menawarkan tren baru ini di kota Yogyakarta. Pariwisata harus menjadi lokomotif perekonomian di DIY, sehingga dukungan untuk menumbuhkan pasar pariwisata di daerah ini harus didukung siapa saja termasuk masyarakat dan pelaku jasa pariwisata daerah ini.
` ` 18
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar : Peta Kota Yogyakarta yang telah mengalami perkembangan yang cukup pesat
2.3.Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik, pertumbuhan jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah 3.185,8 km2 sekarang kira-kira 3.120.500 jiwa dan penduduk Kotamadya Yogya 396.700 jiwa. Dimana dari tahun 1920-2007 menunjukan peningkatan sebesar + 3.120 juta jiwa per tahun. Apabila dilihat dari pertumbuhan rata-rata 3,34% per tahun,
` ` 19
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
maka kota Yogyakarta dapat dikategorikan sebagai kota yang memliki pertumbuhan yang cukup besar (Sumber : Yogyakarta dalam angka). Kepadatan penduduk di Yogya, selain bisa dilihat dari jumlah penduduk yang tertulis dalam buku “Yogya dalam angka” yang dibuat oleh BPS (Biro Pusat Statistik), juga bisa dilihat pada realitas faktual di kampung-kampung. Artinya, kampung-kampung di Yogya sudah sulit sekali menemukan halaman. Masing-masing rumah, dalam luas yang sempit, saling berdempetan dan hanya tersedia jalan kecil atau gang untuk lalu lintas antar penghuni. Pemandangan seperti ini bisa dilihat, terutama di tengah kota dan di jalur arus pinggiran kota.
Gambar 2.3. :Suasana Kota Yogyakarta pada zaman dahulu yang masih tampak lenggang (sumber : Google.com)
` ` 20
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.4. :Malioboro sekarang yang sangat padat(sumber : Google.com)
Perkembangan penduduk Yogya memang selalu bertambah, kalau hanya melihat pertambahan setiap tahun tidak terasa tingkat penambahannya, tetapi kalau penambahan itu dilihat 75 tahun yang lalu, akan terasa betapa padatnya kotaYogyakarta. Apalagi, pada 75 tahun yang lalu, DIY masih berbentuk Kerajaan Kasultanan, artinya DIY belum ada. Pada tahun 1930 Kota Yogyakarta berpenduduk 136.649 jiwa, diantaranya 121.979 pribumi dan 5.593 Eropa.
Jumlah penduduk Yogya pada 75 tahun yang lalu bisa didekatkan dengan jumlah penduduk sekarang, baik di tingkat DIY maupun Kotamadya. Pada keduanya, peningkatan jumlah penduduk selama 75 tahun mengalami pertambahan yang cukup banyak, dan karena itu betapa terasa padatnya. Seperti halnya pada tahun 1930 di Yogya terdapat penduduk dari bangsa Eropa. Sekarang di Yogya, juga terdapat penduduk yang tidak hanya dari Yogya sendiri, ada juga dari bangsa Eropa dan dari warga lain yang bukan
` ` 21
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Jawa. Ini artinya bisa dimengerti, bahwa Yogya sudah dalam kurun waktu lama terbuka terhadap kehadiran orang lain. Penduduk Yogya 75 tahun yang lalu yang tidak mencapai dua ratus ribu. Pada 75 tahun kemudian sudah melewati angka jutaan. Artinya, belum genap satu abad, penambahan penduduk sudah terbilang besar. Barangkali orang membayangkan, pada 75 tahun yang lalu, betapa lengang Yogyakarta. Bagi orang yang mengalami pada masa itu, setidaknya yang sekarang berusia 70-an tahun, akan terasa betapa sudah padatnya Yogyakarta.Memang, Yogyakarta sedang tumbuh untuk menjadi kota, seperti halnya kota-kota lain di Indonesia khususnya dan kota-kota di dunia umumnya. (sumber : Google.com).
2.4.Kondisi Umum Site Site yang akan dibuat city walk
merupakan lahan yang didalamnya
terdapat ruang yang masih kosong dan ada juga yang telah berdiri bangunan. Dengan luas + 9000 m², cukup mampu mewadahi fungsi ruang dan bangunan didalamnya. Site tersebut dilewati jalan utama menuju pusat perbelanjaan dan wisata kota Yogyakarta, yaitu Malioboro dan tempat-tempat wisata lainnya yang terdapat di kota Yogyakarta. Site ini merupakan tanah milik keluarga kerabat Keraton Yogyakarta yakni Probosutejo, dimana terdapat dua sisi yang didalamnya terdapat site yang sudah lama menjadi lahan kosong dan sekarang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan gerobak dagangan pedagang kaki lima khususnya yang menjajakan makanan di kawasan Mangkubumi, dan lahan yang telah berdiri bangunan lama (heritage).
` ` 22
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.4 : Lokasi Site (sumber : Google Map) Terdapat tiga bangunan yang ada di dalam site yang merupakan bangunan heritage pada zaman kolonial belanda, yang pada zaman dahulu berfungsi sebagai Hotel Toegoe didirikan pada awal abad ke-20 di Jl Toegoe 2 (kini Jl Pangerang Mangkubumi) didepan Stasiun Tugu. Pada tahun 1926 gedung direnovasi dan dijadikan hotel paling keren di Yogyakarta. Restoran dan Hotel Toegoe diresmikan oleh sultan HB VIII. Lalu sampai jaman pendudukan Jepang restoran
tersebut
mengurus
makanan
setiap
hari
untuk
Sri
Sultan.
Pada tahun 1945 gedung menjadi kantor pusat Angkatan Udara RI. Pada tahun
` ` 23
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
1948-1949, semasa Agresi Belanda II, Hotel Toegoe menjadi markas besar tentara Belanda. Setelah penyerahan pedaulatan dari Belanda kepada Indonesia, gedung Toegoe digunakan sebagai markas Komando Militer Kota (KMK). Tahun 1960 menjadi markas GODIM. Pada tahun 1982 menjadi cabang Jakarta Bank. Tahun 2005 gedung Toegoe menjadi bagian dari PT. Kedaung (perusahaan alat-alat masak dan pecah belah) dan dijadikan show room mereka. Gedungnya diberi nama Kedaung Table Top Plaza.
Gambar 2.5 : Blok Plan Site Jalan Mangkubumi merupakan akses jalan sangat yang penting dalam bidang pariwisata maupun bisnis, karena jalan ini merupakan jalan yang cukup
` ` 24
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
sering dilalui oleh para pengendara kendaraan bermotor maupun bagi pejalan kaki. Di jalan ini juga, biasanya bus atau kendaraan wisata asing maupun domestik sering melintas untuk menuju ke berbagai tempat wisata yang ada di kota ini. Diantaranya Malioboro, Kraton, Pasar Beringharjo, Beteng Vredeburg, Alun-alun kota, dan tempat-tempat wisata lainnya. Oleh sebab itu, site ini cukup strategis dilihat dari letaknya yang terletak disebelah jalan utama kota.
Gambar 2.6 : Site dari arah selatan
Gambar 2.7 : Site dari arah barat
` ` 25
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.8 : Bangunan Heritage yang terdapat di dalam site yang berubah fungsi menjadi Universitas Mercubuwana
Gambar 2.9 : Bangunan Heritage yang terdapat di dalam site yang berubah fungsi menjadi toko Kedaung
Gambar 2.6 : Bangunan Heritage yang terdapat di dalam site yang berubah fungsi restoran.
` ` 26
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2.4.1 Batasan Site
Gambar 2.4.1 : Batasan Site Di sekitar site terdapat ruko-ruko yang cukup padat, serta terdapat bangunan pemerintah. Pada sisi lain site, berdiri sebuah bangunan rumah susun sewa (Rusunawa) yang baru berdiri beberapa bulan yang lalu, sehingga diharapkan dapat menarik atau memberikan tempat rekreasi yang baru bagi penghuni Rusunawa tersebut.
` ` 27
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.5.1 : Rumah susun sewa yang terdapat di disebelah timur site
Gambar 2.5.2 : Rumah Toko (Ruko)
Gambar 2.5.3 : Rumah kantor PLN
yang terletak di sebelah barat site
yang terletak di sebelah utara
site
` ` 28
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.5.4 : Rel Kereta Api yang terletak di sebelah selatan site
2.5.Pengertian City Walk City Walk merupakan suatu kawasan dengan konsep berbelanja yang memadukan antara belanja dan rekreasi serta kegiatan pendukung lainnya yang didalamnya terdapat beberapa ritel atau toko-toko yang berfungsi sebagai tempat kegiatan berbelanja atau kegiatan lain. 1.Program kegiatan : •
Belanja : Union Square, Fashion Retail, Supermarket.
•
Kuliner / Tempat Makan : Resto,Cafe,Food Court.
•
Hiburan : Bioskop,Game Centre, Studio Musik,Gymnasium,Even di Union Square,dll.
2. Konsep Retail : Lifestyle Centre dimana luas ritel hampir sama dengan luas food court. 3. Parkir : Area parkir terpisah dengan jalur pedestrian.
` ` 29
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4. Arsitektur : Tradisional Modern, yaitu bangunan yang bangunan maupun tata landsekapnya ( material street furniture) permainan warna yang cerah, tetapi dengan tidak meninggalkan bentuk tradisional khas kota Yogyakarta. 5. Open Space : •
Koridor
pedestrian
diantara
ritel-ritel
dengan
street
furniture
(telepon,bangku,jalur pedestrian, dan tempat sampah) •
Food Court di depan Restoran, dengan meja dan kursi yang ditata sedemikian rupa, dengan taman-taman yang aa disekitarnya.
•
Area parkir dan sirkulasi kendaraan bermotor dengan pohon pelindung atau tanaman merambat (pergola)
6. Area Pedestrian : Berupa koridor terbuka ,dan jalur pedestrian beratap di tepi deretan ritel. 7. Segmen Pengunjung : City Walk dibagi menjadi dua area berdasarkan segmen pangunjungnya. Area Young street untuk anak-anak muda, sedangkan are Broadway untuk orang dewasa.
2.6. Prinsip-Prinsip Bangunan City Walk : 2.6.1.City Walk Sebagai Koridor Ruang Terbuka Kota Ruang terbuka adalah suatu tempat yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakat suatu kota, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap manusia disekitarnya.
` ` 30
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas sosial bersama di ruang terbuka. Dengan adanya pertemuan dan aktivitas bersama antar manusia, kemungkinan akan timbul bermacam-macam aktifitas yang terjadi di ruang tersebut. Pada dasarnya ruang terbuka merupakan ruang kota yang dapat dicapai oleh semua orang dengan mudah dan ruang ini sangat terbuka sehingga masih mendapat pengaruh dari alam misalnya : angin, matahari, suara, dan air hujan. City Walk sebenarnya tak lebih dari sebuah ruang terbuka yang dikhususkan sebagai sentral perdagangan dan perbelanjaan. Beberapa kotakota besar di Indonesia sepat memiliki beberapa ruas jalan dengan suasana perbelanjaan yang khas seperti, Jakarta dengan Pasar Baru, Jalan Lintas Melawai, Bandung dengan Ciampelas Walk, dan Yogyakarta dengan Malioboronya. Bedanya, jalan-jalan itu milik publik, sedangkan city walk berada di lahan properti milik pengembang privat yang diperuntukkan sebagai ruang publik.
` ` 31
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.6.1. : city walk sebagai tempat berkumpul
Gambar 2.6.2. : city walk sebagai tempat interaksi antar manusia Jadi, tidak perlu heran ketika jalan-jalan tersebut akhirnya turun pamornya karena memang tidak mendapat perhatian, baik dalam faktor keamanan
` ` 32
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
maupun pengelolaan dari pemerintah kota setempat. Dengan memanfaatkan landsekap yang ada sehingga pada sudut tertentu terasa seperti benar-benar jalan di sebuah taman kota . Aktivitas di city walk biasanya lebih ke arah gaya hidup yang sedang berkembang saat itu. Dari tempat nongkrong di kafe dan restoran sampai toko yang menjual pernak-pernik yang berkaitan dengan gaya hidup, seperti barang teknologi, tempat bermain anak, olahraga, bioskop, hingga barang kerajinan.
Gambar 2.6.3. : City Walk sebagai koridor ruang terbuka
Kecenderungan konsep city walk sebenarnya bukanlah barang baru. Beberapa tempat di mancanegara sudah sering menghadirkan konsep city walk pada sudut ruang kotanya. Lahan kota yang kurang hidup dapat disulap menjadi kawasan ritel dengan suasana khas.
` ` 33
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Dengan menghadirkan konsep city walk didaerah Jalan Mangkubumi ini, pemerintah setempat dapat mengubah kawasan yang sifatnya tidak aktif dan belum tersentuh ini menjadi daya tarik baru dalam mengembangkan sentra perdagangan dan pariwisata dengan tertata rapi dan kondunsif. Menariknya lagi, letak konsep city walk
ini dekat dengan kawasan
Malioboro yang sudah terkenal juga dengan konsep city walk nya. Akan tetapi, dengan adanya city walk di jalan Mangkubumi yang berada sebelum kawasan Malioboro ini dapat menjadikan kawasan tersebut menjadi lebih hidup. Perkembangan kota yang bergulir cepat memang terkadang melupakan kebutuhan warga akan ruang terbuka yang aman dan nyaman sehingga alternatif ruang komersial menjadi ruang terbuka publik pun tak dapat dihindari. Dengan menghadirkan konsep city walk di daerah jalan Magkubumi ini secara tidak langsung membantu menghadirkan ruang terbuka dan fungsi baru yang beradaptasi dengan baik serta tetap memerhatikan situasi di seputarnya. Dan konsep city walk juga diharapkan dapat menjadi pilihan alternatif baru dalam upaya menghidupkan serta menata kawasan kota supaya tertata dengan rapi dimana padestrian menjadi salah satu aspek yang dititik beratkan untuk menikmati keterikatan antar ruang, dengan menyuguhkan view dari masingmasing citra bangunan dan vegetasi yang sifatnya natural buatan.
` ` 34
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2.6.2.City Walk Sebagai Fungsi Komersial Fasilitas Komersial adalah segala yang memudahkan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan perniagaan atau perdagangan baik itu barang ataupun jasa (Poerwadarminta 1970) Kegiatan komersial merupakan wadah kegiatan perniagaan, pembelian atau penjualan barang dan jasa khususnya secara besar-besaran baik nasional maupun internasional (Winardi, kamus ekonomi 1976) Orientasi fasilitas komersial adalah keuntungan finansial yang dihasilkan oleh perdagangan barang dan jasa dengan prinsip ekonomi ”dengan pengeluaran
sekecil-kecilnya
untuk
memperoleh
keuntungan
sebesar-
besarnya” Sesuai pengertian diatas fasilitas komersial mempunyai sifat : 1. marketable, yaitu dapat dipasarkan. 2. profitable, yaitu mendapatkan keuntungan. 3. manageable, yaitu mudah dikelola. 4. adjustable, yaitu mudah disesuaikan dengan kebutuhan. 5. sustainable, yaitu mempunyai keberlangsungan. Klasifikasi fasilitas komersial: 1. Fasilitas komersial untuk menjual barang, yaitu fasilitas komersial yang menjual barang produk-produk berupa barang. 2. Fasilitas komersial yang memberikan pelayanan jasa.
` ` 35
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.6.2 : City Walk sebagai fungsi komersial
Gambar 2.6.3 : City Walk sebagai fungsi komersial Sasaran dari fasilitas komersial dapat dicapai salah satunya dengan memperhatikan citra bangunan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: -
Clarity (kejelasan), bertujuan memberikan kejelasan kepada seseorang untuk
mengenal
suatu
fasilitas
dengan
cepat.
Kejelasan
ini
ditransformasikan dengan bentuk, ukuran, dan tekstur yang dominan
` ` 36
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
diantara lingkungannya. Bentuk yang komunikatif, arah bangunan yang jelas, bukaan yang dapat diketahui semua orang, serta view -
Boldness (kemencolokan), yaitu bentuk yang berbeda dengan bangunan disekitarnya, kemencolokan bangunan ini juga bisa ditunjukan dengan iklan komersial yang besar sehingga mudah diingat bagi orang yang melihatnya. Boldness dapat ditransformasikan melalui bentuk, bahan, letak, tekstur, dan warna.
-
Intimacy (keakraban), yaitu menciptakan suasana yang membuat orang merasa betah, yaitu dengan membuat skala manusia pada beberapa bagian bangunan, menciptakan kesan alami, vegetasi yang cukup pada lansekap, dan tangkapan visual dari pusat perbelanjaan.
-
Flexibility (fleksibilitas), ditransformasikan dalam bentuk peruangan yang universal, suasana yang dapat berubah, dan dibentuk dengan karakter yang kuat.
-
Eficiency (efisien), ditransformasikan dengan penggunaan ruang yang optimal dan profitable dalam setiap luasan yang ada.
-
Inventiveness (kebaruan), ditransformasikan dalam bentuk tatanan fisik yang inovatif, ekspresif, dan spesifik untuk mencegah kebosanan dan memberi atmosfir yang khas dalam bangunan komersial tersebut.
` ` 37
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2.6.3.City Walk Sebagai Pusat Perbelanjaan Pengertian Pusat Perbelanjaan. Pusat perbelanjaan adalah tempat berlangsungnya kegiatan perbelanjaan dalam suatu kota, dimana didalamnya terjadi pertukaran uang dan barang serta kegiatan lainnya yang dapat mendukung untuk melaksanakan transaksi perdagangan tersebut. Dapat diartikan juga sebagai sebuah kompleks toko-toko ritel dan fasilitas yang berhubungan dengan itu yang direncanakan sebagai sebuah kelompok yang menyatu untuk memberikan kenyamanan maksimum dalam berbelanja untuk para pelanggan dan keterbukaan maksimum juga untuk barang dan jasa. Secara umum pusat perbelanjaan mempunyai pengertian sebagai suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat, selain berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul, berekreasi, atau rileks. Dapat disimpulkan bahwa pusat perbelanjaan adalah suatu kompleks bangunan komersiil yang dirancang dan direncanakan beserta fasilitas pendukungnya untuk memberikan kenyamanan dalam aktifitas perdagangan yang diwadahinya. 1. Pusat perdagangan lokal Total area yang digunakan 2.787 – 9.290 m2 dengan tingkat layanan 5000 – 40.000 orang. (sumber : Buku Nadine Benington 1982) Jenis fasilitas :
` ` 38
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
a. Supermarket Yaitu toko yang menjual kebutuhan sehari - hari dengan sistem pelayanan sendiri dan penjualan bahan makanan tidak melebihi 15 % dari sebuah area penjualan. b. Minimarket Yaitu pertokoan yang menjual beberapa kebutuhan pokok, penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam satu bangunan tertutup dan dilayani oleh pramuniaga. Contoh : Superindo,Indomaret,dan Circle K
2. Pusat Perdagangan Distrik Total Area yang digunakan 9.290 – 27.870 m2 dengan tingkat layanan 40.000 – 150.000 orang. (sumber : Buku Nadine Benington 1982) Jenis fasilitas : a. Shopping Street Yaitu sederetan toko- toko disepanjang sisi jalan Contoh : Malioboro, jalan Solo b. Shopping Percint Adalah komplek pertokoan dengan stand toko menghadap ke ruang terbuka yang bebas dari kendaraan.
` ` 39
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
c. Departement Store Yaitu suatu toko yang sangat besar terdiri dari beberapa lantai dan menjual bermacam – macam barang termasuk pakaian sampai peralatan rumah tangga.
3. Pusat Perbelanjaan Regional Total area yang digunakan 27.870 – 92.990 m2 dengan tingkat layanan 5.000 – 40.000 orang. (sumber : Buku Nadine Benington 1982) Jenis fasilitas : a. Shopping Mall Adalah sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu area pusat bisnis kota (central city business area) yang lebih diorientasikan bagi pejala kaki, berbentuk pedestrian dengan kombiasi plaza dan ruang – ruang interaksional. Contoh : Maliooro Mall, galeria Mall, Ambarukmo Plaza, dan Saphir Square Jadi berdasarkan jangkauan pelayanan city walk yang nantinya akan saya rancang di Jalan Mangkubumi, sebenarnya adalah pusat perbelanjaan yang berada pada pusat perdagangan distrik dengan jenis Shopping street yang berupa koridor ruang terbuka yang menghubungkan beberapa fungsi komersial dan ritel – ritel yang ada.
` ` 40
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.6.3 : City Walk sebagai pusat perbelanjaan.
2.6.4.City Walk Sebagai Fungsi Rekreasi. Pengertian Fungsi Rekreasi. Rekreasi adalah kegiatan yang bersifat fisik, mental, maupun emosional. Rekreasi menghendaki aktivitas dan tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia, dapat dijadikan rekreasi, asalkan dilakukan pada saat waktu yang senggang (ieisure time), dan memenuhi tujuan dan maksud-maksud positif dari rekreasi.
` ` 41
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.6.4 : Beberapa tempat rekreasi keluarga (Sumber : Google.com) Untuk menjadi suatu obyek rekreasi, suatu tempat harus memiliki : - Something to see : adanya obyek yang menarik sehingga dapat dinikmati dan diamati sebagai daya tarik untuk berkunjung ke tempat tersebut. - Something to do : adanya suatu kegiatan rekreasi yang menarik dan tidak membosankan baik secara aktif maupun pasif. - Something to buy
: adanya suatu barang dan jasa seperti biro atau travel
dan pedagang souvenir yang disediakan pada lokasi atau kawasan rekreasi untuk kebutuhan pengunjung.
` ` 42
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2.6.5. City Walk Sebagai Area pedestrian. Pedestrian adalah area berjalan bagi pejalan kaki maupun bagi para penyandang cacat (difabel) untuk berpergian atau akan menuju ke suatu tempat. Dalam survey terbaru oleh Wisconsin Departement of Transportation, para responden menunjukan bahwa hamper 12% perjalanan mereka dilakukan dengan sepeda dan berjalan kaki. Berjalan kaki sangat penting untuk kesehatan dan kebugaran dan merupakan bentuk transportasi yang sangat mudah dan murah. Menurut Wisconsin pada tempat-tempat dengan keindahan alam, berjalan kaki merupakan cara yang unik dan rekreatif untuk menikmati alam yang mungkin tidak didapatkan ketika mengendarai kendaraan bermotor.
Gambar 2.6.5 : Area pedestrian yang diberi rambu-rambu peringatan khusus digunakan hanya bagi pejalan kaki maupun pengendara sepeda
` ` 43
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Berjalan kaki adalah bagian penting gaya hidup sehat dan bermanfaat. Seseorang akan lebih sehat jika teratur dalam olah raga, dimana salah satunya terdapat dalam kegiatan berjalan kaki. Prinsip 5C sebagai dasar pendekatan desain lingkungan pedestrian : 1. Connections : Apakah jalur-jalur pedestrian menghubungkan ke daerahdaerah yang akan dituju ? 2. Convenience : Apakah jalur pedstrian langsung menuju ke tempat yang dituju ? 3. Convivia : Apakah jalannya atraktif dengan pencahayaan yang baik dan aman ? 4. Comfortable : Bagaimana kualitas dan lebar jalur pedestrian ? dan apa pemabatsnya ? 5. Conspicousress : Seberapa mudah menemukan dan mengikuti jalurnya? Apakah ada rambu-rambu yang digunakan untuk memandu pedestrian ?
` ` 44
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 2.6.6 : Area pedestrian sebagai penghubung antar ruang (sumber : Google.com)
2.7. Pengertian Ruang Terbuka Publik. Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan,
trotoar,
ruang
terbuka
hijau
seperti
taman
kota,
hutan
dan
sebagainya. Dilihat dari sifatnya ruang terbuka bisa dibedakan menjadi ruang terbuka privat (memiliki batas waktu
tertentu untuk mengaksesnya dan
kepemilikannya bersifat pribadi, contoh halaman rumah tinggal), ruang terbuka semi privat (ruang publik yang kepemilikannya pribadi namun bisa diakses langsung oleh masyarakat), dan ruang terbuka umum (kepemilikannya oleh
` ` 45
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
pemerintah dan bisa diakses langsung oleh masyarakat tanpa batas waktu tertentu, contoh alun-alun, trotoar). Selain itu ruang terbuka pun bisa diartikan sebagai ruang interaksi (Kebun Binatang, Taman rekreasi, dll) (sumber : Google.com). Ruang terbuka menciptakan karakter masyarakat kota. Tanpa ruang-ruang publik masyarakat yang
terbentuk adalah masyarakat maverick yang
nonkonformis-individualis-asosial, yang anggota-anggotanya tidak mampu berinteraksi apalagi bekerja sama satu sama lain. Agar efektif sebagai mimbar, ruang publik haruslah netral. Artinya, bisa dicapai (hampir) setiap penghuni kota. Tidak ada satu pun pihak yang berhak mengklaim diri sebagai pemilik dan membatasi akses ke ruang publik sebagai sebuah mimbar politik.
Gambar 2.7 : Ruang Terbuka Di Tengah Bangunan Kota Yang Padat (sumber :Google.com)
` ` 46
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni
terwujudnya
ruang
yang
nyaman,
produktif
dan
berkelanjutan.
Menurunnya kualitas permukiman bisa dilihat berkembangnya kawasan yang rentan dengan bencana banjir/longsor serta semakin hilangnya ruang terbuka (Openspace) untuk artikulasi dan kesehatan masyarakat. Sejumlah areal di perkotaan, dalam beberapa dasawarsa terakhir
ini,
ruang publik,
telah
tersingkir akibat pembangunan gedung-gedung yang cenderung berpola “kontainer” (container development) yakni bangunan yang secara sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti Mall, Perkantoran, Hotel, dlsbnya, yang berpeluang menciptakan kesenjangan antar lapisan masyarakat. Hanya orang-orang kelas menengah ke atas saja yang“percaya diri” untuk datang ke tempat-tempat semacam itu. Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada. (sumber : Google.com). Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat.
` ` 47
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Ditinjau dari pengertian di atas, ruang terbuka tidak selalu harus memiliki bentuk fisik (baca: lahan dan lokasi) definitif. Dalam bahasa arsitektur, ruang terbuka yang telah berwujud fisik ini sering juga disebut sebagai ruang publik, sebutan yang sekali lagi menekankan aspek aksesibilitasnya.
Gambar 2.8 : Ruang Publik Kota Sebagai Ruang terbuka Hijau Stephen Carr dalam bukunya Public Space, ruang publik harus bersifat responsif, demokratis, dan bermakna. Ruang publik yang responsif artinya harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Secara demokratis yang dimaksud adalah ruang publik itu seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat umum tanpa harus terkotak-kotakkan akibat perbedaan sosial, ekonomi, dan budaya. Bahkan, unsur demokratis dilekatkan sebagai salah satu watak ruang publik karena ia harus dapat dijangkau (aksesibel) bagi warga dengan berbagai kondisi fisiknya, termasuk para penderita cacat tubuh maupun lansia. Ruang-ruang terbuka atau ruang-ruang
` ` 48
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
publik ditinjau dari bentuk fisiknya dapat rupa Ruang Terbuka Hijau dan/atau Ruang Terbuka Binaan (Publik atau Privat). (sumber : Google.com).
Fungsi-fungsi ruang terbuka diantaranya : 1. Fungsi umum : •
Tempat bermain dan berolahraga
•
Tempat bersantai
•
Tempat komunikasi sosial
•
Tempat peralihan , tempat menunggu
•
Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar lingkungan yang bersih
•
Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain
•
Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan
2. Fungsi Ekologis : sebagai penyegaran udara kota, sebagai penyerap air hujan, sebagai ruang untuk memelihara ekosistem tertentu. •
Terbentuk oleh alam, misalnya padang rumput.
•
Dihasilkan dari proses perencanaan (milik publik) misalnya : Alun-alun, dan jalan publik.
•
Dihasilkan dari proses perancangan lansekap (lingkungan milik pribadi) misalnya : kebun milik pribadi.
` ` 49
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Proses pembentukan ruang terbuka perkotaan : (Kota Berkelanjutan 1999) •
Terbentuk oleh alam, misallnya padang rumput (medows)
•
Dihasilkan dari proses perencanaan kota (milik publik), misalnya alunalun dan jalan publik
•
Dihasilkan dari proses perancangan lansekap (lingkungan milik pribadi) misalnya kebun privat
Pada city walk, ruang terbuka dihasilkan dari proses perancangan lansekap milik pengembang privat, dan dijadikan ruang publik kota. Tiga prinsip ruang terbuka : Prinsip 1 : Ruang terbuka adalah ruang terbuka yang lebih berarti daripada sesuatu yang kosong saja. Prinsip 2 : Ruang terbuka dibentuk secara organis atau teknis oleh bendabenda yang membatasinya. Prinsip 3 : Ruang terbuka dibagi dalam tiga aspek fungsional, yaitu : •
Ruang publik (fokus kota)
•
Ruang semi publik (fokus kota)
•
Ruang semi privat (fokus rumah)
•
Ruang privat (fokus rumah)
` ` 50
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Klasifikasi Ruang Terbuka 1. Macam-macam ruang terbuka berdasarkan bentuknya : -
Square : berkonotasi pada ruangan yang bersifat statis, yaitu ruang yang terpumpun pada suatu aktivitas tertentu. Yang termasuk dalam tipologi ruang statis ini antara lain, alun-alun, square, plata, lapangan, halaman, dsb. Karakter tempat ersebut hanya digolongkan pada geometrinya saja tanpa memperhatikan fungsinya di dalam kota.
-
Street : berkonotasi pada ruang yang bersifat dinamis, merupakan ruang-ruang sirkulasi. Biasanya bersifat linier dan berorientasi pada kedua ujungnya. Meliputi jejalur yang dapat berupa jalan, pedestrian, mall, railway, dsb.
Ruang-ruang terbuka pada city walk termasuk dalam kategori steet yang berfungsi sebagai ruang sirkulasi untuk pedestrian.
2. Macam-macam ruang terbuka berdasarkan kegiatannya. -
Ruang
terbuka aktif : yaitu ruang terbuka yang mengandung unsur-
unsur kegiatan didalamnya, antara lain ermain, olah rag, upacara, dan berjalan-jalan. Ruang ini berupa plaza, lapangan olah raga, tempat rekreasi. -
Ruang terbuka pasif ; yaitu ruang terbuka yang didalamnya tidak mengandung kegiatan manusia. Misalnya ruang sebagai jarak terhadap rel kereta api.
` ` 51
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3. Macam-macam ruangan berdasarkan sifatnya. -
Ruang terbuka lingkungan, yaitu ruang terbuka yang terdapat pada suatu lingkungan dan sifatnya umum. Tata letak penyusunan ruang-ruang terbuka dan ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian lingkungan.
-
Ruang terbuka bangunan : yaitu ruang terbuka yang dibatasi oleh dinding bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau pribadi sesuai fungsi bangunannya.
Tipe square berdasarkan karakter dan fungsi (diolah dari Urban Design Compendium 2000) -
meadow (padang rumput) : ruang publik untuk rekreasi informal, berlokasi di batas lingkungannya, biasanya dataran dengan rumput dan tanaman liar.
-
Woodland/natural reserve : berupa hutan atau belukar alami atau suaka alam buatan yang diberi jalan setapak untuk akses ke hutan alami.
-
Playing field (lapangan bermain) : ruang terbuka yang fungsinya untuk rekreasi aktif, misalnya sepak bola atau golf.
-
Cemetery (makam)
-
Allotments : keolmpok ruang ruang semi publik yang disewakan
-
Park (taman)
-
Green (ruang hijau)
` ` 52
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
-
Square
-
Plaza
-
Communal garden
-
Private garden
-
Playground
-
Courtyard
-
Atrium
Gambar 2.8 : Tipe street,(sumber Urban Design Compendium 2000)
` ` 53
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Elemen ruang terbuka : 1. Elemen keras (hard material), misalnya paving, bangunan, street furniture, pembatas yang menggunakan material padat. Elemen ini memberi kesan kaku, dan kuat pada ruang kota. 2. Elemen lembut (soft material), tanaman. Elemen ini memberi kesan lembut, elastis, dan fleksibel pada ruang kota. Berdasarkan jangkauan pelayanannya city walk yang nantinya akan di bangun di Mangkubumi sebenarnya adalah pusat perbelanjaan yang berada pada pusat perdagangan distrik dengan jenis shooping street yang berupa koridor ruang terbuka untuk pejalan kaki yang menghubungkan beberapa fungsi komersial dan ritel yang ada. Koridor ini biasanya terbuka dan relatif cukup lebar, berkisar 6 hingga 12 meter, tergantung konsep jenis kegiatan yang akan diciptakan. Ritel-ritel menghadap keruang terbuka yang bebas dari kendaraan dan aktivitas di city walk biasanya lebih ke arah gaya hidup yang sedang berkembang saat itu. Ruang terbuka dengan tatanan landscape menjadi daya tarik tersendiri. Dari tempat nongkrong di cafe dan restoran sampai toko yang menjual pernak-pernik yang berkaitan dengan gaya hidup, seperti barang teknologi, tempat bermain anak, tempat pendidikan, olahraga, bioskop, serta barang kerajinan sampai pada sarana rekreatif.
` ` 54
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2.8. Revitalisasi Bangunan Heritage a. Pengertian Revitalisasi Revitalisasi merupakan upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati yang dulu pernah hidup, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki sebelumnya yang akhirnya berdampak pada kualitas fungsi bangunannya. Ada beberapa pengertian yang bisa dipakai dalam mendefinisikan revitalisasi. Menurut Dr. Ir. Laretna. M.Arch, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian yang dulunya pernah hidup, tetapi mengalami kemunduran/degradasi (Adhisakti Larena T,2003). Revitalisasi pada intinya adalah menghidupkan kembali suatu tempat yang memiliki aset potensial. Ditambahkan oleh Dr. Sumaryoto Hadipuro bahwa revitalisasi
adalah manghidupkan ruh budaya
pada bangunan lama dengan pembangunan fisik (Hadipuro, Sumaryoto 2003). Definisi tersebut diperkuat oleh Ir. Andi Siswanto bahwa revitalisasi tidak lain adalah menghidupkan kembali kematian kawasan dan melindungi bangunanbangunan kuno pada kawasan tersebut dalam setting arsitekturalnya (Siswanto, Adi 2003).
b. Tujuan Revitalisasi Revitalisasi bertujuan untuk memberdayakan kembali kawasan atau bangunan yang pada zaman dahulu telah ada dan pada saat ini fungsi serta kegunaanya sangat jauh dari fungsi utama kawasan atau bangunan tersebut,
` ` 55
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
dengan memberdayakan situasi dan aset potensial, melindungi bangunan dan merubahnya menurut fungsi yang lebih sesuai yang tidak memerlukan perubahan dramatis.
c. Tinjauan City Walk Yang Mewadahi Bangunan Untuk Di Revitalisasi Kecenderungan city walk sebenarnya bukanlah barang baru. Beberapa tempat di mancanegara sudah sering menghadirkan konsep city walk pada sudut ruang kotanya. Lahan kota yang kurang hidup dapat disulap menjadi kawasan ritel dengan suasana khas. Di Singapura misalnya, banyak tempat yang seperti ini, seperti Clark Quay, Far East Square , dan Bugis Junction. Konsep city walk di Singapura sering digunakan untuk menghidupkan kawasan kota tua. Beberapa blok bangunan tua diperbaiki dan dimanfaatkan sebagai area ritel yang disatukan dengan kawasan pedestrian bebas kendaraan yang terpadu. Ruang terbuka ini menjadi tempat alternatif yang nyaman untuk sekadar duduk-duduk, makan, atau bersantai. Tempat- tempat ini selalu ramai pada sore hari sesudah jam kerja. Pada hari libur bahkan sudah ramai sejak siang hari. Dengan konsep city walk, pemerintah setempat dapat mengubah kota tua yang mati menjadi kawasan yang aktif dan muda kembali. Revitalisasi bagian kawasan kota tua adalah salah satu strategi pengembangan kota yang memiliki perjalanan historis tersendiri. Konsep city
` ` 56
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
walk membantu menghadirkan ruang terbuka dan fungsi baru yang beradaptasi dengan baik serta tetap memerhatikan situasi di seputarnya. Perkembangan kota yang bergulir cepat memang terkadang melupakan kebutuhan warga akan ruang terbuka yang aman dan nyaman sehingga alternatif ruang komersial menjadi ruang terbuka publik pun tak dapat dihindari. Dan konsep city walk juga diharapkan dapat menjadi alternatif dalam upaya menghidupkan serta mengangkat kawasan kota yang sudah pudar atau konservasi bangunan di kota-kota Indonesia yang lain. Aditya W Fitrianto | Arsitek, pemerhati pusaka kota dan arsitektur di Jakarta (sumber : Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur UGM 2002)
d. Kondisi Bangunan Heritage Di Indonesia Banyak bangunan tua di sekitar kita. Bangunan lama dengan gedung tuanya yang banyak menyimpan sejarah bangsa pantas dilestarikan dan dirawat agar bukti sejarah ini dapat dinikmati dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Wajar bila bangsa kita memiliki banyak bangunan tua karena negara kita bekas jajahan Belanda. Sayang, bangunan tua di berbagai kota identik dengan tak terawat, kondisi memprihatinkan (tembok mengelupas, berlubang, lapuknya kayu, genteng bocor, berlaba-laba), dan telantar. Bahkan telah banyak yang dibongkar untuk didirikan bangunan baru, seperti halnya di Kota Yogyakarta.
` ` 57
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Di kota Yogyakarta sendiri, bangunan heritage mengalami pergeseran fungsi dari yang seharusnya menjadi bangunan yang dapat memberikan pengetahuan (edukasi) bagi sebagian besar masyarakat, tapi pada saat ini telah beralih fungsi menjadi bangunan yang diharapkan mampu menghasilkan pendapatan saja. Oleh sebab itu, beberapa bangunan yang terdapat di dalam site saya, akan saya rancang untuk selain mendatangkan pendapatan, tetapi juga bisa menjadikan pengetahuan yang berkaitan dengan sejarah, khusunya kota Yogyakarta. Gedung tua yang berusia lebih dari setengah abad merupakan salah satu benda cagar budaya sesuai Pasal 1 Ayat 1 UU No 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya jo UU No 28/2002 .(sumber : Buku Perpu tentang Cagar Budaya). Dari revitalisasi yang diteruskan dengan restorasi serta konservasi bangunan tua ini dapat kita "jual" dan manfaatkan sebagai bentuk wisata budaya. Maka, upaya restorasi bangunan tua di Kota Yogyakarta perlu dilindungi dengan sebuah peraturan daerah karena Kota Yogyakarta telah banyak kehilangan
bangunan
tua.
Meski
banyak
bangunan
modern,
"kekumuhan", kesemrawutan, dan tak tertatanya kota sangat kasatmata.
` ` 58
kesan
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2.9 Studi Kasus Bangunan Heritage a. Bandung Sejarah dan Konsep Urban Design Tourism Urban Heritage Tourism merupakan sebuah konsep pariwisata yang akhirakhir ini banyak dikembangkan di kota-kota besar di seluruh penjuru dunia. Sebuah konsep pariwisata yang sebenarnya sederhana dengan memanfaatkan lingkungan binaan maupun alam yang dimiliki oleh sebuah kota, yang memiliki nilai historis tersendiri. Para penikmat dan pemerhatinya diajak untuk mengapresiasi serta menginterpretasi objek-objek yang diamati. Dengan demikian, selain berfungsi sebagai sarana pendidikan dan rekreasi masyarakat, aktivitas ini sekaligus pula sebagai sarana pelestari dari kekayaan kota itu sendiri.
Gambar 2.9 : Bangunan Di Kota Bandung Sebagai Urban Tourism (sumber : Google.com)
` ` 59
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 3.0 : Bangunan Di Kota Bandung Sebagai Urban Tourism Objek yang diamati pada urban heritage tourism bisa bermacam-macam, baik benda (mati atau hidup) maupun juga aktivitas. Umumnya benda-benda seperti situs, monumen, serta bangunan-bangunan bersejarah memiliki posisi yang penting dalam wisata jenis ini. Kota-kota yang berusia tua melebihi ratusan tahun memiliki banyak bangunan yang merupakan saksi bisu dari perkembangan lingkungannya, potret dari kejadian-kejadian masa lampau yang pernah terjadi di sekelilingnya. Bangunan-bangunan tersebut kemudian menjadi bukti sejarah yang konkret, yang mendukung buku-buku sejarah yang ditulis bertahun-tahun
kemudian.
Setiap manusia memiliki kerinduan untuk menikmati dan mempelajari asal usul serta apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Selain itu, tanggung jawab
semua
pihak
untuk
ikut
menjaga
objektivitas
sejarah
dengan
meneruskannya kepada generasi-generasi selanjutnya. Hal itulah yang kemudian dikerjakan oleh para pengelola urban heritage tourism, yang bukan
` ` 60
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
hanya berjuang mempertahankan eksistensi sebuah perjalanan budaya, namun juga menghasilkan profit dari proses tersebut. Selama ini, disadari ataupun tidak, Bandung memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan urban heritage tourism. Sebagai kota dengan sejarah yang cukup panjang, Bandung memiliki koleksi bangunan-bangunan kolonial dalam jumlah yang relatif besar. Bahkan, kekayaan arsitektur art deco Bandung sempat dibanding-bandingkan dengan yang dimiliki oleh Miami di negeri Paman Sam. Aspek Sejarah Bangunan-bangunan di Bandung tersebut mewakili sebuah sejarah yang juga tidak kalah uniknya. Pada awal abad 20, tepatnya pada tahun 1913, seorang ahli kesehatan masyarakat kelahiran Groningen yang bermukim di Semarang, H.F. Tillema memaparkan makalahnya di Kongres Perumahan Internasional bertempat di Scheveningen. Ia bertutur tentang buruknya penataan sanitasi di kota-kota pantai di Indonesia. Kota-kota tersebut; Batavia, Semarang, dan Surabaya juga dianggap memiliki iklim yang tidak cocok bagi penduduk yang berasal dari Eropa. Kelembabannya yang tinggi serta suhunya yang panas, tidak menggugah semangat kerja dan malahan dianggap
membahayakan
kesehatan.
Sejak saat itu, bergulirlah wacana untuk memindahkan ibu kota dari Batavia ke Bandung, kota kecil di pegunungan Priangan yang iklimnya dianggap lebih cocok bagi orang Eropa.
` ` 61
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Selain itu, pemerintah juga berkaca dari pengalaman sebelumnya ketika beberapa kota pantai di Jawa dan Sumatra sempat direbut balatentara Inggris yang dipimpin Lord Minto di tahun 1911. Kota pantai bagi sebuah ibu kota dianggap lebih rawan terhadap serangan musuh. Wacana pemindahan ibu kota ini kemudian coba diwujudkan oleh Gubernur Jenderal J.P. de Graaf van Limburg Stirum yang diangkat pada tahun 1916
menggantikan
A.W.F.
Idenburg,
pejabat
sebelumnya.
Dimulailah pembangunan sarana-sarana fisik, berupa bangunan-bangunan modern
untuk
mewadahi
aktivitas
di
calon
ibu
kota
baru
tersebut.
Pembangunan yang dipimpin Ir. F.J.L. Ghijsels dari Gemeente-werken tersebut berhasil mendirikan 750 bangunan modern fungsional bergaya kolonial di tatar Bandung yang masih sunyi kala itu. Pemerintah Hindia Belanda membuka peluang pada arsitek-arsitek negerinya untuk berkiprah seluas-luasnya di Bandung. Saat itu, di Bandung terdapat lebih dari 70 arsitek bulai yang sebagian mengecap pendidikan teknik bergengsi di Technische Hoogeschool Delft. Promosi tentang Bandung pun giat dilakukan. Sebagai akibatnya, penduduk Bandung meningkat drastis tiga kali lipat,pada periode antara tahun1905-1927. Kebanyakan yang dilakukan oleh para arsitek ini adalah menjiplak langgam yang sedang menjadi tren di Eropa, seperti Art Nouveau (dibawa oleh arsitek P.A.J. Moojen sekira tahun 1905) dan Art Deco yang lebih fungsional (dibawa oleh arsitek generasi berikutnya setelah tahun 1920-an).
` ` 62
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Akibatnya, wajah kota Bandung kala itu benar-benar merupakan jiplakan wajah Eropa, seperti yang masih dapat kita saksikan sisa-sisanya di pertokoan Jalan Braga dan sekitarnya.Tahun 1923, arsitek senior kenamaan Belanda, Hendrik Petrus Berlage berkunjung ke Bandung dan beberapa kota di Indonesia. Dalam kesempatan-kesempatan diskusinya dengan para arsitek yang lebih muda, ia mengkritik keras kebiasaan membangun bangunan dengan langgam Eropa asli tanpa adaptasi dengan budaya dan iklim lokal seperti banyak diperagakan di Indonesia. Ia mengemukakan pentingnya pencarian sebuah arsitektur asli yang merupakan sintesa dari kebudayaan Indonesia dan teknologi konstruksi barat, sembari memberikan apresiasi pada bangunan Gedung Sate karya J. Gerber dan Aula ITB karya Maclaine Pont. Terlecut oleh kritikan Berlage, diskusidiskusi mengenai arsitektur baru tersebut mencuat dengan dipelopori oleh Prof. Ir. Wolff Schoemaker dari T.H. Bandoeng (sekarang ITB) dan koleganya, Maclaine Pont. Beberapa bangunan yang dibangun setelah adanya dorongan dari Berlage tersebut turut mengadaptasi budaya lokal ke dalamnya, kemudian dikenal dengan arsitektur Indo-Eropa. Contoh bangunan dengan langgam baru yang turut memperkaya khasanah arsitektur Indonesia tersebut dapat disaksikan pada Gedung Bioskop Majestic (sekarang Sekretariat Asia Africa Cultural Centre) karya Schoemaker dan Hotel Preanger karya Schoemaker dan Ir.Soekarno. Selain sejarah perkembangan arsitektur, bangunan-bangunan kolonial di Bandung juga kaya
` ` 63
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
akan
sejarah
perjuangan
bangsa
khususnya
dari
jaman
pergerakan
kemerdekaan. Gedung Landraad di jalan Perintis Kemerdekaan misalnya, menjadi saksi Indonesia Menggugat, pidato pembelaan Sukarno yang legendaris dan menggemparkan di depan pengadilan kolonial itu. Pidato yang ditulisnya di atas kloset di selnya yang sempit di penjara Banceuy, yang sayangnya hanya tersisa sepenggal saat ini, ditelan oleh pembangunan pusat perbelanjaan. Bangunan-bangunan dengan nilai historis yang kental tersebut merupakan modal yang sangat besar bagi konsep urban heritage tourism di kota Bandung. Sayang sekali bahwa penanganannya hingga saat ini belum digarap secara serius dan optimal. Padahal, pangsa pasar wisatawan yang menggemari segmen ini, terutama wisatawan mancanegara cukup tinggi. Yang terjadi adalah sebaliknya, bangunan-bangunan bersejarah di Bandung lenyap satu demi satu. Jika pada tahun 1970-an terdapat sekira 2.500 bangunan berarsitektur kolonial berusia di atas 50 tahun menghiasi kota Bandung, tahun 1990-an jumlah itu sudah menyusut menjadi hanya 495 bangunan lama, dengan menyisakan 206 di antaranya berarsitektur kolonial.
b. Singapura Pelopor Urban Heritage Tourism Jauh sebelum wacana urban heritage tourism bergulir, Singapura merupakan salah satu pelopornya di kawasan Asia Tenggara. Seperti halnya yang pernah dialami Bandung, Singapura pun mengalami economic boom pada 1970-an. Bangunan-bangunan kolonial yang banyak menghiasi kota digantikan
` ` 64
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
dengan bangunan bergaya internasional yang ”dingin” dan tercerabut dari akar budaya. Ketika krisis ekonomi melanda pada akhir dekade tersebut, ditandai dengan anjloknya harga minyak bumi, bergulirlah wacana pengembangan kepariwisataan
yang
berpijak
pada
heritage
sebagai
dasarnya.
Singapore Heritage Society mengadakan studi mengenai pengembangan pariwisata Singapura dengan menggandeng institusi terkenal seperti Harvard University dan Massachussetts Institute of Technology. Akhirnya, pada tahun 1984, disepakatilah pengembangan konsep heritage tourism berupa renovasi, restorasi, dan rekonstruksi dari kawasan-kawasan bersejarah negeri pulau tersebut. Kawasan yang ditetapkan ke dalam projek berupa Singapore River, Chinatown, Kampung Glam, dan Little Kiam. Untuk meningkatkan apresiasi terhadap kebudayaan asli daerah, Singapura pun membangun beberapa theme park dengan konsep yang mirip seperti TMII milik kita.
` ` 65
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 3.1 : Kampung Glam,yang menjadi bangunan heritage di Singapura Hasilnya,
ternyata
cukup
mencengangkan.
Selain
mendapatkan
keuntungan dari segi pelestarian budaya dan sejarah, Singapura mendapatkan lonjakan wisatawan yang cukup tajam di tengah muramnya pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara masa itu. Bahkan, untuk menikmati malam tahun baru di hotel ”Raffles” misalnya, kamar harus ditempah (booking) satu bulan sebelumnya. Kembali lagi ke Bandung, sebenarnya berkaca dari pengalaman Singapura tersebut banyak yang dapat dilakukan. Bangunan-bangunan kuno bercorak indah yang banyak dibiarkan merana di Bandung dapat diberi sentuhan dan fungsi baru yang lebih komersial. Dengan demikian, biaya pemeliharaan yang tinggi dapat tertutup. Hal itu sudah dilakukan pada beberapa bangunan kuno yang kemudian difungsikan secara lebih up to date sebagai factory outlet, kafe, atau persewaan kendaraan. Bangunan kuno
` ` 66
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
memiliki citra tersendiri, yang cukup memberi keuntungan brand image pemilik usaha bersangkutan. Disadari atau tidak, hanya dengan fungsi baru yang mendatangkan profit sajalah bangunan-bangunan seperti itu akan dapat bertahan.Jika pun terpaksa, dalam kasus-kasus ketika dimensi bangunan bersejarah tersebut tidak dapat lagi menampung fungsi baru yang menuntut luasan yang jauh lebih besar, penghancuran seharusnya merupakan pilihan yang dihindari. Arsitek besar Paul Rudolph yang merancang Wisma Dharmala di Jakarta menawarkan teorinya tentang Bangunan Latar Depan dan Bangunan Latar Belakang. Bangunan-bangunan bergaya internasional yang multiselular dan universal dengan ciri perwajahan yang cenderung sama seperti pusat-pusat perbelanjaan bernuansa superblok yang tumbuh bagaikan jamur di musim hujan, diletakkan di latar belakang. Sementara itu, bangunan-bangunan yang bernuansa khusus, seperti — dalam kasus ini — bangunan-bangunan historis, diletakkan di latar depan. Dengan demikian, minimal fasade bangunan tidak hilang sehingga dapat tetap berfungsi sebagai saksi sejarah dengan semangat zamannya masingmasing. Dengan konsep ini, kekayaan budaya kota dapat tetap lestari sementara keuntungan finansial dapat tetap diperoleh. Program Bandung City Tour yang sudah hilang gemanya, dapat dihidupkan lagi dan dikembangkan dengan lebih terorganisasi, bekerja sama dengan berbagai pihak seperti investor .
` ` 67
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
c. Wacana Heritage Sebagai Wisata Pendidikan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Trust, sebuah lembaga pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah di Amerika Serikat, terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan dan motivasi pelaku wisata pusaka (2001). Mayoritas pelaku wisata pusaka di negeri itu adalah para baby boomer (generasi yang lahir akhir 1940-an hingga 1950-an), yang tumbuh pada saat ekonomi AS membaik. Akibatnya, banyak dari generasi ini yang mengenyam pendidikan lebih baik dan lebih tinggi, dan sukses secara karier ketika memasuki usia produktif. Hasilnya pada saat generasi ini memasuki usia mapan (tahun 1990-an), mereka menginginkan suatu pengalaman wisata yang tidak lagi bersifat rekreatif semata, namun juga bermuatan pendidikan dan budaya, seperti pariwisata pusaka. Jadi pada dekade 1990-an lah pariwisata pusaka mulai menjadi tren di negeri Paman Sam tersebut, walaupun isu pelestarian sudah muncul beberapa dekade sebelumnya. Yang menarik, kondisi serupa juga terjadi di Bandung. Berdasarkan data Bandung Trails, organisasi nirlaba yang menyelenggarakan wisata pusaka untuk publik secara berkala, 87% pesertanya berusia 19 - 30 tahun dan hampir 90% bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan (2004-2005). Dengan berkunjung dan mendengar cerita tentang bangunan-bangunan lama serta orang-orang di balik sejarah, museum, dan pusat-pusat kebudayaan, rasa ingin tahu mereka dapat terpenuhi. Memang belum semua orang di Indonesia
` ` 68
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
umumnya memilih kegiatan wisata pusaka saat ini, terlebih hal ini menyangkut minat dan preferensi individual. Namun, dengan semakin baiknya mutu dan tingkat
pendidikan
seseorang
umumnya
akan
lebih
merangsang
keingintahuannya.
3.0 Pengertian Ritel Ritel adalah ruang atau bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai tempat transaksi jual beli yang bertujuan mendatangkan keuntungan. Ritel dibagi menjadi 2 jenis kepemilikannya :
a. Sewa Yaitu kepemilikan ritel dengan
sistem menyewa ruangan dalam tempo
waktu yang telah disepakati antar kedua belah pihak.
b. Kepemilikan Sendiri Yaitu kepemilikan yang sudah pasti menjadi hak milik sendiri dan dikelola dengan tempo yang lama.
Ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari, secara garis besar terbagi dua, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Pengertian ritel tradisional adalah ritel yang sederhana, tempatnya tidak begitu luas, barang yang dijual tidak begitu banyak jenisnya, sistem manajemen masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar menawar
` ` 69
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
harga dengan pedagang. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik menawarkan kenyamanan berbelanja, harga sudah tetap (fixed) dan adanya sistem swalayan.
Bangunan ritel harus bisa menarik perhatian pembeli agar dapat memberikan magnet positif bagi pemiliknya dalam mendatangkan keuntungan. Oleh sebab itu bangunan ritel haruslah memiliki penampilan dalam peruangan yang dapat menghadirkan suasana nyaman dalam berbelanja atau transaksi jual beli.
Berikut ini adalah pembagian industri ritel berdasarkan pengelompokan pada ciri-ciri tertentu disertai pengertian atau definsi :
1. Discount Stores / Toko Diskon Discount store adalah toko pengecer yang menjual berbagai barang dengan harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum. Contohnya adalah Makro dan Alfa
2. Specialty Stores / Toko Produk Spesifik Specialty store adalah merupakan toko eceran yang menjual barang-barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesifik. Contoh specialty stores yaitu toko buku gramedia, toko musik disctarra, toko obat guardian, dan banyak lagi contoh lainnya.
` ` 70
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3. Department Stores Department store adalah suatu toko eceran yang berskala besar yang pengeloaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departemen yang menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti Ramayana, Robinson, Rimo, dan sebagainya.
4. Convenience Stores Convenience store adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket Alfa dan Indomaret.
5. Catalog Stores Catalog store adalah suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para konsumen potensial. Toko katalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak.
6. Chain Stores Chain store adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama.
7. Supermarket Supermarket adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk makanan dan juga sejumlah kecil produk non makanan dengan sistem konsumen melayani dirinya sendiri / Swalayan. Contoh yaitu Hero.
` ` 71
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
8. Hypermarkets / Hipermarket Hipermarket adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hypermarket. Contohnya antara lain Hipermarket giant, hipermarket hypermart dan hipermarket Carrefour.
3.1. Kesimpulan •
Berdasarkan Study Kasus, city walk merupakan area pedestrian berbentuk Street ( area terbuka Linier) yang menghubungkan ritel-ritel dan fasilitas komersial lainnya.
•
City Walk selalu menyediakan ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai ruang publik untuk area pedestrian, ruang pertunjukan, taman, dan parkir.
•
City Walk mengambil konsep belanja lifestyle centre, yang merupaka tren baru dalam berbelanja setelah tren shopping tahun 1980-an dan tren mall pada tahun 1990-an.
•
City Walk biasanya ditempatkan di pusat kota atau lokasi yang strategis dengan potensi pengunjung yang besar. Atau di lokasi yang pernah menjadi pusat kota yang ramai kemudian di revitalisasi menjadi city walk.
` ` 72
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Fasilitas-fasilitas yang diwadahi oleh City Walk : •
Fasilitas Belanja
•
Fasilitas Rekreasi
•
Fasilitas Hiburan
•
Fasilitas Edukasi
•
Fasilitas Kuliner/Makan
` ` 73
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
BAB III ANALISIS 3.1 Analisis Program Ruang Analisis pra rancangan penggunaan bangunan yang berdasar atas kebutuhan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan di city walk sehingga menghasilkan sebuah konsep rancangan desain yang tepat bagi pengguna bangunan city walk diantaranya: 3.1.1 Analisa Organisasi Kebutuhan Ruang, Aktivitas dan Besaran Ruang Analisa organisasi kebutuhan ruang pada city walk dimaksudkan untuk mengetahui pola perletakan/tata ruang yang optimal dan efisien serta mengetahui jenis kebutuhan ruang sehingga keterkaitan ruang dapat nyaman bagi para pejalan kaki, juga membuat sirkulasi ruang dapat tertata dengan baik yang menghasilkan kenyamanan bagi para pelakunya. Secara garis besar ruang di city walk di bagi menjadi beberapa zona ruang yaitu : A. Ruang Publik - Open Space atau ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi. Pelakunya pengunjung city walk. - Public Toilet, aktivitasnya buang air besar dan kecil. Pelakunya pengunjung dan pengelola - Mushola, aktivitasnya berupa melakukan ibadah Sholat, mengambil wudhu, keiatan ceramah/pengajian.
` ` 74
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
B. Ruang Privat - Restaurant, aktivitasnya adalah proses jual beli makanan dari pengelola sebagai pelaku penjual makanan dan pengunjung sebagai konsumen atau bahkan pengelola itu sendiri sebagai konsumen. C. Ruang Service - Mini Market, stores, dan retail, aktivitasnya membeli dan menjual di city walk. Pelakunya pengunjung dan pengelola. - ATM, aktivitasnya mengambil uang dan melakukan transaksi bank lainnya, hal ini diperlukan apabila pengunjung ataupun masyarakat sekitar merasa kawatir membawa uang ataupun yang harus melakukan transaksi bank walaupun dalam perjalanan. - Wartel, aktivitasnya adalah kegiatan komunikasi dan pelakunya pengunjung, pengelola dan masyarakat sekitar. - Ruang Jenset D. Ruang Out door - Parking, aktivitasnya memarkir kendaraan yang masuk kawasan city walk. Berikut analisa area parkir : -
Parkir Motor : 1 motor diasumsikan ada 2 penumpang, besaran luasan 2 m²/ 1 motor sumber : data arsitek jilid 2.
` ` 75
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
-
Parkir Mobil : 1 mobil ada 5 penumpang termasuk supir jenis mobil kendaraan pribadi (sedan, kijang dll). Sumber : data arsitek jilid 2.
Jumlah pengunjung city walk dari penggunaan parkir dapat diasumsikan dengan pengelompokan sebagai berikut : •
Asumsi lama pengunjung city walk dalam sehari adalah 4 jam
•
Jam operasional city walk adalah 12 jam,dari jam 10.0022.00.
1. Asumsi pengunjung dengan menggunakan sepeda motor adalah : (asumsi jumlah motor dalam sehari yang datang ke city walk = 50 motor) 12:4 x 60 = 180 motor. 2. Asumsi pengunjung dengan menggunakan mobil adalah : (asumsi jumlah mobil dalam sehari yang datang ke city walk = 40 mobil) 12:4 x 40 = 120 mobil.
` ` 76
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3.1.2 Analisa Pelaku Dan Kegiatan di City Walk Tabel 1.1 Analisis dan Kebutuhan Fasilitas Pengunjung Jenis Aktivitas
Pelaku
Kebutuhan Fasilitas
Transportasi
-Datang
-Parkir roda dua
-Parkir
-Parkir roda empat
-Pulang
-Pedestrian
-Makan
-Café
-Minum
-Resto
-Nongkrong
-Bakery
-Bermain
Coffeshop
-Melihat Musik
-Food Court
-Membaca
-Kids Playground
Rekreasi
-Kiddies Fun -Open Stage -Open Space
Shopping
-Tratment
-Salon and Beauty
-Belanja
-Supermarket
-Window Shopping
-Departement Store -Fashion Butik -Men’s Wear -Shoes
` ` 77
Zoning
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
-Distro -Kosmetik -Electronic Shop -Book Stasionary -Optik -Jewelery Olah Raga
Servis
-Billiard
-House Hold
-Fitness
-Billiard Pool
-Ibadah
-Fitness Centre
-KM/WC
-Masjid/mushola
-Ambil Uang
-Lavatory -ATM Centre
` ` 78
Store
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Tabel 1.2 Analisis dan Kebutuhan Fasilitas Pedagang Retail Jenis Kegiatan
Aktivitas
Kebutuhan Fasilitas
Tarnsportasi
-Datang
-Parkir roda dua
Publik
-Parkir
-Parkir roda empat
Publik
-Pulang
-Pedestrian
Publik
-Berjualan
-Supermarket
Publik
-Melayani
-Departement Store
Publik
Pengunjung
-Fashion Butik
Publik
-Mejaga Retail
-Men’s Wear
Privat
Bekerja
Zoning
-Shoes -Distro -Kosmetik -Electronic Shop -Book
Store
Stasionary -Optik -Jewelery -House Hold -Billiard Pool Istirahat
-Makan
-Fitness Centre
Publik
-Minum
-Café
Publik
` ` 79
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Servis
-Istirahat
-Resto
Publik
-Ibadah
-Coffeshop
Publik
-KM/WC
-Mushola
Publik
-Lavatory
3.1.3 Analisis Alur Kegiatan a. Konsumen/pengunjung/pembeli. Yaitu masyarakat atau obyek pelaku yang membutuhkan pelayanan barang, jasa dan rekreasi. Kondisi sosial konsumen sangat mempengaruhi jumlah dan jenis kebutuhannya. Pengunjung sebagai calon konsumen menginginkan banyak pilihan barang, pelayanan dalam transaksi maupun parkir, serta menikmati ruang yang rekreatif. Aktifitas pengunjung dimulai dari jam 10.00 – 21.00. Pengunjungnya adalah dari semua kalangan umur dengan sasaran pada anak-anak muda/mahasiswa.
` ` 80
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Berdasarkan tujuan kedatangannya dibedakan menjadi tiga tipe : •
Pengunjung yang datang khusus berbelanja Alur kegiatan :
Kebutuhan ruang : -
Area drop off
- Toko / ritel-ritel
-
Parkir
- Dep.store/minimarket
-
Entrance
- Lavatory
-
Open space/hall
- Musholla
-
Sirkulasi
Organisasi ruang :
` ` 81
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
•
Pengunjung yang tujuannya berbelanja sambil berekreasi Alur kegiatan :
Kebutuhan ruang : -
Area drop off
- Foodcourt
-
Parkir
- Lounge
` ` 82
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
-
Entrance
- Coffee shop
-
Open space
-
Toko / ritel-ritel
-
Dep.store/minimarket
-
Lavatory
- Musholla - Area bermain - Movie box - Sirkulasi
Organisasi ruang :
` ` 83
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
•
Pengunjung yang datang khusus berekreasi/melihat-lihat
Kebutuhan ruang : -
Area drop off - Foodcourt
- sirkulasi
-
Parkir
- Lounge
- lavatory
-
Entrance
- Coffee shop
-
Open space
- Musholla
Organisasi ruang :
` ` 84
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
b. Pengelola Yaitu sekelompok orang yang bertugas menyelengarakan/mendukung berjalanya seluruh kegiatan di dalam pusat perbelanjaan, antara lain : staf, karyawan, cleaning servis. Bagan struktur organisasinya :
Dari struktur tersebut diatas pengelola dari city walk sendiri terdiri dari : •
Building Manager
Adalah orang bertanggung jawab kepada owner dan memimpin pengelolaan bangunan secara menyeluruh. Jam kerja building manager dari jam 08.00 – 16.00. Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kebijakan dan pengarahan kepada setiap unit kegiatan pengelola city walk. Biasanya dibantu satu orang sekretaris.
` ` 85
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Alur kegiatannya :
Kebutuhan ruangnya : -
Parkir
- Ruang rapat
-
R. managerial - R. sekretaris
-
R. tamu
- Lavatory
-
Kantin
- Musholla
-
Sirkulasi
- Pantry
Organisasi ruangnya :
` ` 86
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
•
Devisi accounting
Adalah
bagian
pengelolaan
yang
mengatur
system
keuangan
perusahaan termasuk bertanggung jawab terhadap pengembalian modal perusahaan. Devisi ini membawahi para staff keuangan. Jam aktivitas pekerjaan yang dilakukan antara pukul 08.00-16.00.
Kebutuhan ruangnya : -
Parkir
- Musholla
-
Ruang kerja accounting
-
Pantry
-
Lavatory
- Staf accounting
- Kantin - Sirkulasi
` ` 87
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Organisasi ruangnya :
Devisi operasional Adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan perawatan bangunan serta masalah perparkiran dan keamanan bangunan. Devisi ini mempunyai jam kerja yang dibagi dalam 2 shift yaitu jam 09-00 – 16.00 dan 16.00 – 21.00, untuk keamanan bangunan dibagi menjadi tiga shift yaitu 08.00 – 16.00, 16.00-24.00, dan 24.00 – 08.00. Alur kegiatan : Bagian Cleaning Servis :
` ` 88
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Bagian keamanan :
Kebutuhan ruang Bagian Cleaning service dan rumah tangga. -
House keeping
- Lavatory
-
Parkir
- Musholla
-
Gudang
- Kantin
-
Ruang ganti
- Sirkulasi
-
Ruang MEE
Bagian keamanan : -
Parkir
- Kantin
-
Kantor keamanan
- Musholla
-
Pos jaga
- Sirkulasi
-
Lavatory
Organisasi ruangnya : Bagian Cleaning service dan rumah tangga
` ` 89
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Bagian keamanan :
Devisi Marketing dan Promosi Adalah bagian pengelolaan yang bertanggung jawab terhadap lakunya retail-retail yang disediakan dengan melakukan pendekatan terhadap calon penyewa secara langsung. Bagian ini bertanggung jawab memasarkan mall tersebut sehingga masyarakat memiliki kecenderungan menjadikanya sebagai orientasi kunjungan.
` ` 90
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Divisi marketing bekerja didalam maupun diluar city walk yang dalam urusannya sering melakukan kunjungan keinstansi –instansi maupun perusahaan-perusahaan dalam kaitanya menawarkan space. Jam kerja devisi ini lebih fleksible. Alur kegiatan :
Kebutuhan ruang : -
Ruang parkir
- R. Rapat
- Pantry
-
Ruang kerja
- Lavatory
- Kantin
-
Ruang tamu
- Mushola
- Sirkulasi
Organisasi ruang :
` ` 91
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
c. Penyewa/pedagang Yaitu
pemakai
ruang
yang
menyewa/membeli
dari
tempat
perbelanjaan pada city walk untuk digunakan sebagai tempat barangbarang dagangannya dalam usahanya menawarkan/menjual kepada konsumen.
Karena
itu
sangatlah
logis
kalau
sebagai
pihak
penyewa/pedagang menuntut suatu rancangan yang menjamin setiap ruang yang disewakan memiliki nilai jual yang sama. Kegiatan utama adalah mempersiapkan dan menjaga barang yang dijual, jam kerja dari kegiatan dibagi menjadi 2 shift 09.00 – 16.00 dan jam 16.00 – 21.00 Alur kegiatannya : Penyewa/pedagang yang sifatnya menjual barang
` ` 92
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Penjaga retail yang menjual barang
Kebutuhan ruang : -
Parkir
- Lavatory
-
Toko/retail
- Musholla
-
Lavatory
- Kantin
-
Gudang kecil - Sirkulasi
Organisasi ruang : Penyewa retail
` ` 93
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Penjaga karyawan
d. Pemasok Yaitu pengisi atau pengantar persediaan barang yang diperlukan dalam city walk. Alur kegiatan :
Kebutuhan ruang : -
Parkir
- Kantin
-
Drop off area
- Musholla
-
Gudang
- Sirkulasi
-
Lavatory
Organisasi ruangnya :
` ` 94
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2. Bentuk kegiatan 1. Mengamati area Pola kegiatan ini pengunjung memiirkan jarak yang akan ditempuh untuk mencapai unit penjualan yang dituju, untuk itu diperlukan orientasi yang jelas. 2. Memilih barang Langsung menuju tempat yang dituju apabila keperluan barang yang akan dibeli sudah diketahui tempatnya maka diberikan jarak capai yang efektif Berkeliling apabila pengunjung ingin memilih barang atau sekedar melihat-lihat atau rekreasi. 3. Transaksi Yaitu pengunjung langsung membayar harga yang dibeli pada kasir
` ` 95
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4. Rekreasi Yaitu pengunjung dalam melaksanakan kegiatan berbelanja berlama-lama akan merasa lelah dan membutuhkan suasana yang lebih rekreatif oleh karena itu perlu diberikan keleluasaan gerak maupun suasana yang berbeda, yaitu sebagai misalnya adanya kursi untuk istirahat, sirkulasi yang nyaman, suasana alami.
3.1.4 Analisa Hubungan Ruang Analisis hubungan ruang pada bangunan city walk, dapat dimunculkan dari hubungan antar ruang tertutup dan terbuka pada kawasan tersebut, dengan pertimbangan tepat guna dan fungsional dari setiap ruang, serta penataan fasilitas yang efisien. Pola tersebut dapat diketahui dari pola sirkulasi yang baik, sehingga pengguna ,pengelola, maupun kegiatan servis yang ada dalam kawasan tersebut akan merasa nyaman
terhubung ke berbagai tempat. Dengan
menggunakan analisa sirkulasi dan peruangan berdasarkan pola kegiatan yang saling berhubungan maka dapat mendukung kegiatan di city walk. Adapun pola hubungan
ruang
tersebut
adalah
` ` 96
sebagai
berikut
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
.
` ` 97
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3.1.5 Kebutuhan Ruang : Tabel Besaran Ruang Kelompok Pengelola
Ruang
Sifat
Kapasitas Unit
Standar
Perhitungan
Luas
Luas
Total (m²)
Kantor
Privat
40 org
1
2m²/org
20x20
400
R.Rapat
Publik
30 org
1
2m²/org
8x8
64
Publik
10 org
1
2m²/org
6x6
36
R.Tamu
Privat
10 org
1
2m²/org
6x6
36
Lavatory
Semi
4 org
1
1.5m²/org
4x4
16
Semi
4 org
1
1.5m²/org
4x4
16
besar R.Rapat kecil
Pria Lavatory Wanita Jumlah Total
632
Sirkulasi
189,6
Total Luas Area Pengelola
757,6
` ` 98
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Tabel Besaran Ruang Lantai 1 Ruang
Sifat
Kapasitas
Unit
Standar
Perhitungan
Luas
Luas
Total (m²)
Hall
Publik
Supermarket Departement
350 orang
1
0.6 m²/org
20x20
400
Publik
1
1500 m²
40x40
1600
Publik
1
1500 m²
40x40
1600
Store Café
Publik
30 orang
1
2 m²/org
10x10
100
Resto
Publik
45 orang
1
2 m²/org
15x15
225
Bakery
Publik
25 orang
1
1 m²/org
10x10
100
Coffe Shop
Publik
25 orang
2
2 m²/org
8x8
128
Salon
Publik
15 orang
1
2,5 m²/org
8x8
64
Mens Wear
Publik
15 orang
1
1.5 m²/org
10x10
100
Kids Wear
Publik
24 orang
1
1.5 m²/org
10x10
100
Distro
Publik
30 orang
2
1.5 m²/org
7x7
98
Electronic
Publik
30 orang
1
2 m²/org
20x20
400
Store Publik
40 orang
1
2 m²/org
15x15
225
Shop Book and Stasionary
` ` 99
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gift Shop
Publik
20 orang
1
1 m²/org
10x10
100
Optik
Publik
15 orang
1
1 m²/org
8x8
64
Salon
Publik
15 orang
1
2,5 m²/org
8x8
64
Butik
Publik
10 orang
2
1.5 m²/org
10x10
200
Lavatory Pria
Semi
4 orang
1
1.5 m²/org
4x6
24
Lavatory
Semi
4 orang
1
1.5 m²/org
4x6
24
ATM Centre
Publik
4 orang
1
1.5 m²/org
1.5x2
3
Gudang
Privat
4 orang
1
1.5 m²/org
6x8
48
R.security
Privat
2 orang
1
1.5 m²/org
3x3
9
Wanita
Jumlah Total
5676
Sirkulasi 30%
1702.8
Total Luas Area Lt1
7378.8
Tabel Besaran Ruang Lantai 2 Ruang
Sifat
Kapasitas Unit
Standar
Perhitungan
Luas
Luas
Total (m²)
Café
Publik
30 orang
1
2 m²/org
10x10
100
Resto
Publik
45 orang
1
2 m²/org
15x15
225
` ` 100
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Coffe Shop
Publik
25 orang
2
2 m²/org
8x8
128
Mens Wear
Publik
15 orang
1
1.5
10x10
100
10x10
100
7x7
98
m²/org Kids Wear
Publik
24 orang
1
1.5 m²/org
Distro
Publik
30 orang
2
1.5 m²/org
Book
Store
Publik
40 orang
1
2 m²/org
15x15
225
Gift Shop
Publik
20 orang
1
1 m²/org
10x10
100
Supermarket
Publik
1
1500 m²
40x40
1600
Lavatory
Semi
1
1.5
4x6
24
4x6
24
and Stasionary
4 orang
Pria Lavatory
m²/org Semi
4 orang
1
1.5
Wanita
m²/org
Jumlah Total
2724
Sirkulasi 30 %
817.2
Total Luas Area Retail
3541.2
` ` 101
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Tabel Besaran Ruang Retail Ruang
Sifat
Kapasitas
Unit
Standar
Perhitun
Luas
gan
Total
Luas
(m²)
Food Court
Publik
350 orang
1
0.8m²/org
30x30
900
Café
Publik
30 orang
1
2 m²/org
10x10
100
Resto
Publik
45 orang
1
2 m²/org
15x15
225
Bakery
Publik
25 orang
1
1 m²/org
10x10
100
Coffe Shop
Publik
25 orang
3
2 m²/org
8x8
64
Household
Publik
25 orang
1
2 m²/org
20x20
400
Mens Wear
Publik
15 orang
3
1.5 m²/org
10x10
100
Kids Wear
Publik
24 orang
1
1.5 m²/org
10x10
100
Distro
Publik
30 orang
4
1.5 m²/org
7x7
49
Electronic
Publik
30 orang
3
2 m²/org
20x20
400
Store Publik
40 orang
3
2 m²/org
15x15
225
Shop Book and Stasionary Gift Shop
Publik
20 orang
1
1 m²/org
10x10
100
Optik
Publik
15 orang
1
1 m²/org
8x8
64
` ` 102
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Salon
Publik
15 orang
1
2,5 m²/org
8x8
64
Butik
Publik
10 orang
4
1.5 m²/org
10x10
100
Lavatory Pria
Semi
4 orang
6
1.5 m²/org
4x6
24
Lavatory
Semi
4 orang
6
1.5 m²/org
4x6
24
Publik
4 orang
10
1.5 m²/org
1.5x2
3
Wanita ATM Centre Jumlah Total
3042
Sirkulasi 30 %
912.6
Total Luas Area Retail
3954.6
Keterangan : Data standart ruang diambil dari : Emst Neufert, Architecture Data Nadine Bedington, Design for Shooping Centre Joseph De Chiara and Callender, Time saver Standarts for Building Types Dwi Tangoro, Utilitas Bangunan 3.2. Analisis Site Site berada pada kondisi tanah yang datar, namun dengan kondisi kontur yang dominan. Site ini memiliki luas + 9000 m², dan terletak di Jalan P Mangkubumi Yogyakarta. Dengan batas-batas wilayah sebelah utara daerah pertokoan dan kantor pemerintahan (PLN). Sebelah timur terdapat perumahan penduduk
dan
Rusunami(rumah
Susun
` ` 103
Milik),
sedang
sebelah
barat
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
berbatasan dengan kompleks pertokoan, ruko, dan retail. Sebelah selatan berbatasan dengan rel kereta api dan jalan yang merupakan akses untuk menuju ke tempat wisata Malioboro. Kondisi site berada di pusat kota Yogyakarta, dan dilintasi jalan utama menuju pusat wisata kota ini. Beberapa tempat wisata tersebut diantaranya Malioboro, kraton,beteng Vredeburg, pemandian raja-raja pada zaman dulu, serta tempat wisata lainnya.
` ` 104
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Potensi site : a. Terletak di jalan utama kota Yogyakarta. b. Akses langsung ke kota Yogyakarta c. Merupakan kawasan perdagangan, perkantoran, dan perhotelan yang tergolong ramai. Sehingga sudah memiliki pangsa pasar tersendiri tanpa harus mencari. d. Terdapat bangunan heritage yang merupakan potensi dalam site. e. Infrastruktur dan utilitas memadahi tanah cukup datar. f. Tingkat keramaian dan kemacetan yang tinggi diwaktu-waktu tertentu. g. Berdekatan dengan tempat –tempat wisata utama kota Yogyakarta. h. Berdekatan dengan stasiun Tugu. Kendala site : a. Terletak dipusat kota besar, sehingga keramaian tidak bisa dihindari. b. Berbatasan dengan pemukiman warga. 3.3. Analisa Site 1. Pencapaian bangunan Site ini memliki dua akses jalan, yang utama dari jalan P. Mangkubumi, yang satunya jalan dari arah sebelah barat site. Jalan p Mngkubumi terletak di pusat kota, yang merupakan satu diantara jalan yang menuju tempattempat wisat di kota Yogyakarta.
` ` 105
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2. Lingkungan Site terletak di daerah Mangkubumi, Site sebelah barat berbatasan dengan ruko-ruko dan pertokoan, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman
penduduk,
sebelah
selatan
berbatasan
dengan
jalan
magkubumi dan rel kereta api, sedangkan sebelah utaranya berbatasan dengan ruko-ruko dan pertokoan serta bangunan pemerintahan (PLN) .
` ` 106
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3. View dan Kontur Site ini sangat kurang akan view, dikarenakan terletak dipusat kota yang sudah penuh akan bangunan dan baliho-baliho. Sedangkan kontur bangunan sangat datar, sehingga tidak terlalu mempersulit dalam mendesain bangunan pedestrian ataupun bangunan lainnya.
` ` 107
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4. Kebisingan dan infrastruktur Kemacetan dan kebisingan menjadi problema yang pelik di daerah Magkubumi. Sebagai pendukung utilitas bangunan city walk, site terletak di tepi jalan kota yang memiliki akses dan pencapaian yang mudah ke sarana infrastruktur.
` ` 108
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
5. Vegetasi Site merupakan area yang sangat kurang akan vegetasi, hanya ada beberapa pohon perindang .
` ` 109
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3.4. Analisis Zooning
` ` 110
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3.5. Analisis Tata Masa Bangunan Dalam merancang bangunan lama (heritage), ada beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode infill design, yang dapat diartikan mengisi pada sesuatu yang telah ada (exist). Beberapa pengertian tentang infill design diantaranya sebagai berikut : 1.
Sebuah sarana untuk meningkatkan nilai bangunan dengan cara mengisi sebuah bangunan baru ke dalam sebuah kawasan yang telah mapan dan biasanya merupakan kawasan pelestarian yang memiliki
karakter
tersendiri,
dengan
tujuan
meningkatkan
karakter/image kawasan tersebut dan juga sebagai media konservasi bangunan, 2.
Pembangunan bangunan-bangunan baru multifungsi yang sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan kepadatan yang tinggi pada lahan atau bangunan di kawasan kota yang padat dan diharapkan dapat menghidupkan kawasan tersebut.
3.
Salah satu metode yang bisa digunakan sebagai jembatan untuk meningkatkan nilai bangunan sekaligus sebagai media konservasi bangunan yang bersangkutan.
Infill design bisa diterapkan untuk design bangunan maupun suatu kawasan. Dalam konteks kawasan, infill design berarti menggunakan lahan kosong atau belum berkembang untuk infill building ( bangunan baru yang
` ` 111
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
sifatnya mengisi), meskipun dalam perkembangannya,infill design tidak terbatas pada infill building saja.
Orientasi bangunan yang ada di sekitar site, cenderung menghadap ke arah
barat
dan
timur,
ini
dikarenakan
bangunan-bangunan
tersebut
menghadapkan fasadnya kearah Jalan Mangkubumi agar dapat dilihat oleh orang yang melintasnya. Oleh sebab itu, nantinya bangunan-bangunan yang ada di kawasan city walk yang akan saya rancang akan cenderung menghadap kedua arah tersebut. Pengolahan tata masa city walk akan mengikuti pola bangunan di sekitarnya yang berorientasi pada jalan P Mangkubumi. Tatanan masa bangunan akan mengikuti pola sirkulasi sesuai fungsi bangunan didalamnya, yaitu pedestrian.
` ` 112
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Berdasarkan fungsi bangunannya, tata masa bangunan dibagi menjadi 3 area utama yaitu : 1. Open Space • Open space diletakan dibagian barat atau bagian paling depan dari site. Selain dapat dijadikan area terbuka publik,
juga untuk
menyaring suara dan polusi udara kota. Area open space ini, meliputi area open stage, pedestrian, kidsplayground, taman, dan kolam. Open space ini dikhususkan bagi para pejalan kaki atau masyarakat yana ingin berjalan-jalan , dan bebas dari kendaraan. 2. Fasilitas utama dan retail • Bangunan utama diposisikan di bagian belakang site, yang juga terdapat jalur pedestrian sebagai area berbelanja bagi para pengunjung. 3. Parkir •
Parkir kendaraan dibagi menjadi 2, yaitu di basement dan luar bangunan. Parkir basement dapat menampung kendaraan yang cukup banyak.
3.6 Analisis Penampilan Bangunan Penampilan bangunan yang akan saya rancang pada kawasan city walk nantinya, harus rekreatif, dan mempunyai nilai jual yang tinggi (komersiil), sehingga dapat menarik pengunjung untuk datang ke city walk.
` ` 113
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
a. rekreatif Yang dimaksud rekreatif adalah menarik dan tidak membosankan. •
Gubahan massa asimetris, namun tetap unity dan berirama (rhytme).
•
Penataan ruang dan sirkulasi yang tidak monoton.
b. Santai Dan karena didalam kawasan city walk yang akan saya rancang terdapat bangunan heritage, maka ada beberapa metode yang dapat diambil, diantaranya:
c. Tidak berkonsentrasi pada suatu kegiatan
` ` 114
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
•
Pola retail didesaign menyebar, (cluster) , agar tidak menimbulkan kebosanan, dan dapat memunculkan hubungan sirkulasi yang tidak monoton.
•
Komersiil
1. Mudah dikenali Pemilihan
elemen
pembentuk
fascade
yang
menonjol,
karena
diharapkan bangunan ini bisa menjadi landmark kota. 2. Modern Bentuk dan penampilan bangunan komersiil biasanya sesuai dengan trend yang ada saat itu. Sehingga tampakan yang ada juga harus mengikuti trend atau model bangunan yang ada saat ini. Dan ini juga merupakan strategi perancangan bangunan lama dan baru.
Gambar : bangunan cihampelas walk di Bandung yang mengikuti trend bangunan modern
` ` 115
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Disamping itu ada beberapa unsur penting dalam mengolah bangunan diantaranya: 1. Harmoni Kata harmoni bukanlah sama dengan kesamaan. Harmoni lebih memiliki makna menciptakan hubungan yang serasi antara bangunan yang lama dengan bangunan yang baru. Harmoni relatif mudah dicapai dengan cara membuat tinggi bangunan yang sama, bahan yang sama dan warna yang sama serta bentuk massa yang sama dan seterusnya. Namun ironisnya semakin sama dengan bangunan lama, maka kreatifitas tidak akan tercapai (imitasi). 2. Kontras Kata kontras adalah lawan kata dari harmoni. Bagi para arsitek profesional, kontras adalah pilihan yang populer karena dengan teknik kontras boleh dikatakan mereka telah menciptakan sesuatu yang kreatif, paling tidak berbeda dengan bangunan lain yang ada disekitarnya. Tetapi sebaliknya, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa pilihan kontras diambil karena relatif menghubungkan arsitek baru dengan arsitek lama. Menurut Brolin ( 1980:45) bangunan lama dan baru dapat dihunbungkan secara kontras dengan berhasil yaitu dengan menggunakan suatu penghubung ( link) . Terdapat dua cara penghubung yaitu memundurkan bangunan baru atau mengolah fasade bangunan baru dengan tampilan lama, baik menggunakan bahan bangunan lama atau baru.
` ` 116
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
3. Sama Sifat ini merupakan sebuah pladiasi atau pengkopian bangunan yang sudah ada di dalam kawasan tertentu.
Pada kasus city walk yang akan saya rancang nanti, ada beberapa hal khusus mengenai
bangunan
khususnya
bangunan
sebelumnya, diantaranya:
` ` 117
heritage
yang
telah
ada
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
1. Fasad Bangunan
Bentuk fasad bangunan lama nantinya akan tetap dipertahankan karena telah menjadi ciri khas bangunan-bangunan heritage tersebut. Oleh sebab itu, tidak ada perubahan yang banyak, hanya akan saya tambahkan beberapa dinding partisi, sebagai space iklan yang dapat sebagai ruang space komersiil.
` ` 118
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
2. Bentuk bangunan tambahan Bangunan heritage yang ada pada kawasan site saya nantinya, akan saya kembangkan kembali menjadi bangunan dengan tambahan bangunan baru lagi yang saya olah menjadi bangunan yang mengikuti irama bangunan lama, sesuai dengan salah satu unsur dalam mengolah bangunan yaitu harmoni.
` ` 119
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
BAB IV KONSEP DESIGN
4.1. Zooning Pada pembagian zooning disesuaikan
berdasarkan hubungan ruang dan
tingkat sifat ruang serta beberapa pertimbangan dalam site yang telah teranalisis, diantaranya orientasi bangunan baru terhadap bangunan lama, bukaan bangunan baru dan lama terhadap lingkungan sekitarnya, tingkat kebisingan, polusi, serta perencanaan tapak kawasan.
Gambar 4.1 : Zooning Kawasan
Zona site dibagi menjadi 3 area kawasan : •
Area Publik , yang terdiri dari open space, retail-retail, tempat parkir, dan failitas utama.
•
Area Semi Publik, yang terdiri dari ruang pengelola.
•
Area Privat, yang terdiri dari ruang servis.
` ` 120
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4.2. Plotting
Gambar 4.2 : Plotting (sumber : pemikiran)
Berdasarkan karakter aktivitas-aktivitas komersiil yang terdapat dalam city walk, dibagi menjadi enam kelompok, diantaranya : •
Area Open Space, yang terdiri dari kids playground, taman bermain, dan kolam anak.
•
Area Fasilitas Utama, yang didalamnya terdapat main entrance, hall, supermarket, book store, dan departemen, yang terdapat pada bangunan utama.
•
Area retail, yang didalamnya terdapat beberapa took-toko kecil dan besar di lantai 1 maupun 2.
` ` 121
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
•
Area amusement, yang didalamnya terdapat Billiard pool, game centre, internet café, serta karaoke, yang terdapat di lantai 2.
•
Area servis yang terdiri dari lavatory, dan mushola.
•
Area pengelola, yang terdiri dari kantor pengelola, dan staff.
4.3. Gubahan Massa
Gambar 4.2 : Gubahan Massa (sumber : pemikiran)
` ` 122
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4.4 Konsep Penataan Akses dan Sirkulasi 4.4.1 Penataan Akses Akes untuk kendaraan dan pejalan kaki dipisahkan letaknya, agar dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki di area city walk , dan juga dapat membedakan akses masuk bagi kendaraan agar tidak terjadi crossing. •
Akses bagi pejalan kaki (pedestrian) Berada di depan site, dan langsung terhubung dengan area open space. Akses masuk dan akses keluar bagi para pejalan kaki. Jalur ini dibuat dengan lebar 2.5 meter, agar dapat menampung pejalan kaki yang melintas. Area drop off untuk menurunkan penumpang terletak di dua tempat, ada yang terdapat di depan, ada juga yang terdapat di belakang site. Ini dimaksudkan untuk mempermudah pengunjung dalam mencapai tempat-tempat yang akan dituju.
•
Akses kendaraan (Vehicular) - Akses masuk kendaraan Akses masuk untuk kendaraan terletak pada bagian barat laut site. Terbagi menjadi dua jalur, ada yang menuju ke tempat parkiran, ada juga yang langsung keluar dengan melewati drop off area. Area sirkulasi yang menuju ke parkiran, juga akan menuju ke drop off area yang terletak dibelakang site. - Akses keluar kendaraan Akses keluar untuk kendaraan diarahkan ke jalan kleringan, yang mengarah ke jalan satu arah. Terdapat dua arah akses keluar dari site, yaitu dari area masuk yang melalui drop off area, serta dari tempat parkir kendaraan roda empat.
` ` 123
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4.4.2 Penataan Sirkulasi Sirkulasi pada site, terbagi menjadi 2 macam, diantaranya : •
Sirkulasi Pedestrian
Area pedestrian menjadi sangat penting didalam city walk ini, dikarenakan pengunjung yang datang ke city walk, akan dimanjakan oleh sistem belanja dengan cara berjalan. Pada area open space, sirkulasi pedestrian ditata oleh landscape yang dilengkapi dengan beragam vegetasi dan street furniture. Untuk pencapaian ke setiap fungsi bangunan juga diberikan connector corridor sebagai penghubung. City walk memang dirancang untuk area yang rekreatif, pola sirkulasi dibuat tidak monoton (tidak lurus) agar tidak membosankan. Ditambah aksen lengkung (gelombang) untuk memberi kesan yang santai. •
Sirkulasi Vehicular
Sirkulasi diarahkan masuk dari arah jalan P Mangkubumi kearah selatan dan timur dan akan bertemu pada satu titik, kemudian keluar menuju arah jalan Kleringan. Drop off area terdapat disebelah barat site, dan sebelah barat laut site. Terdapat dua drop off area, agar mempermudah akses kedalam site, serta menuju ke retail-retail.
` ` 124
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 4.4.2 : Konsep Penataan Akses Pedestrian dan Kendaraan (sumber : pemikiran)
` ` 125
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4.5 Konsep Penataan Akses Sirkulasi
Gambar 4.5 : Konsep Area Sirkulasi Kendaraan (sumber : pemikiran)
` ` 126
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4.6. Konsep Penampilan Bangunan Konsep penampilan bangunan city walk ini adalah rekreatif komersiil, dengan tetap mengedepankan tampak bangunan lama (heritage) sebagai bangunan utama, sehingga orang akan mengingat bentukan bangunan lama yang
ditampilkan
kembali
kedalam
bangunan
yang
baru,
sehingga
menampilkan kesan harmoni dan selaras. Gubahan massa yang asimetris, namun tetap unity dan berirama (rhytme) (berbeda tapi semirip dan sebangun) menjadi bagian yang menarik untuk membuat bangunan tidak terkesan monoton. Bangunan dalam city walk yang baru, diupayakan dapat memiliki hubungan keakraban (intimacy) dengan bangunan lama (heritage), dalam bentuk maupun rupa/wajah bangunan, agar terdapat keserasian dan keselarasan dalam site.
Gambar 4.6 : Konsep Penampilan Bangunan (sumber : pemikiran)
` ` 127
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Pada tampak bangunan heritage,terdapat ciri khas yang sama antara bangunan satu dengan lainnya, yaitu terdapat fasad bangunan yang lebih menyerupai mahkota raja. Dalam hal ini, fasad tersebut dapat dijadikan pedoman untuk menampilkan fasad bangunan baru yang tidak jauh berbeda dengan bangunan lama.
Gambar 4.7 : Konsep Penampilan Bangunan (sumber : pemikiran)
Penambahan fasad bangunan yang menyerupai bangunan lama tersebut, diharapkan mampu menampilkan kembali fasad bangunan lama, agar terdapat harmoni dalam bangunan. Bentuk repetisi tersebut, merupakan ciri khas bangunan kolonal Belanda, dimana selain berfungsi sebagai ekspresi bentuk tampilan bangunan, juga berfungsi sebagai pembentuk harmoni bangunan.
` ` 128
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Penataan retail dengan pola menyebar (cluster) yang saling dihubungkan oleh jalur pedestrian. Penampilan bangunan masing masing retail berbedabeda sasuai dengan fungsi dan kebutuhan retail tersebut, namun tetap memenuhi konsep devirty, yaitu berbeda-beda tapi semirip dan sebangun sehingga menghasilkan massa yang tetap unity dan berirama.
Gambar 4.8 : Konsep Penampilan Bangunan Salah Satu Blok Retail (sumber : pemikiran)
` ` 129
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
4.7. Konsep Penataan Landscape
` ` 130
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
BAB V LAPORAN PERANCANGAN 5.1. Spesifikasi Proyek Mangkubumi City Walk terletak di jalan Mangkubumi, atau tepatnya disebelah utara tempat wisata Malioboro Yogyakarta. Mampunyai luas + 1.23 hektar yang terdapat di pusat kota, sehingga membutuhkan area yang berfungsi sebagai peresapan air hujan. Oleh sebab itu, dibutuhkan + 2 % lahan hijau yang dapat menjadi penyerapan air. City walk ini terletak di pusat kota Yogyakarta, dan dirancang dengan pertimbangan agar menghidupkan kembali kawasan disekitar site yang sudah mati sehingga dapat bermanfaat menjadi kawasan belanja serta kawasan open space yang berfungsi sebagai kawasan sosial atau tempat berkumpul bagi orang-orang disekitar kawasan ini. 5.2. Situasi Site berada di jalan Mangkubumi Yogyakarta, dimana jalan ini merupakan salah satu jalan utama menuju tempat merupakan
lahan
yang
sangat
tujuan wisata Malioboro. Site ini
profitable
atau
lahan
yang
dapat
menguntungkan. Oleh sebab itu, dalam setiap jengkal lahan yang akan dibanguna
maupun
digunakan,
harus
sebisa
mungkin
menghasilkan
keuntungan yang besar, disamping tidak melupakan fungsi lain dari city walk yaitu sebagai tempat berinteraksi bagi orang-orang yang datang kedalam kawasan city walk tersebut. Situasi pada city walk ini menunjukkan pola radial dimana bangunan berada terpencar dikarenakan didalam site sudah terdapat
` ` 131
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
bangunan yang telah terbangun, sehingga bangunan baru yang akan dibangun harus bisa menyesuaikan dengan bangunan yang sudah ada. Pintu masuk berada di sebelah utara site, yang terpencar menjadi dua, yaitu area parkir dan dropp off area. Area parkir terdapat dua jenis kendaraan yaitu mobil dengan kapasitas 47 mobil, dan motor dengan kapasitas 80 motor. Area dropp off terletak di sebelah timur site, dan terdapat di sebelah barat barat site. Massa dalam site ini memang bersifat memisah, agar dapat memanjakan pengunjung dalam berbelanja yaitu suasana pedestrian yang ada di kawasan tersebut. Keterkaitan antar bangunan juga memberi suasana baru dalam city walk ini. City walk sendiri sebenarnya merupakan ruang koridor terbuka jalan yang dikhususkan untuk deretan toko, dimana jalan ini bukan milik publik melainkan berada di lahan properti milik pengembang privat yang diperuntukan sebagai ruang publik. Secara umum city walk adalah sebuah ruang terbuka yang dikhususkan sebagai pusat perbelanjaan pada satu koridor jalan kota yang ramai dan dikenal publik dengan penataan ruang yang mengelompokkan kegiatan yang memiliki sifat yang berbeda-beda, seperti kegiatan berbelanja, rekreasi, pergerakan orang, promosi, layanan jasa hingga kegiatan penunjang lainnya seperti parkir, taman dalam satu kawasan yang sifatnya teratur.
` ` 132
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 5.2 : Situasi
5.3. Site Plan Pengolahan massa pada site harus seimbang antara ruangan dengan ruang
terbuka publik yang ada yang berfungsi sebagai pedestrian maupun
sebagai ruang terbuka. Pada pola perancangan landscape menjadi sangat penting dikarenakan landscape sangat berpengaruh terhadap upaya penyatuan karakter bangunan dengan ruang luar.
` ` 133
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 5.3 : Site Plan Disini pengunjung dapat masuk melalui berbagai akses pintu masuk, diantaranya dari parkiran mobil dan motor, maupun dari drop off area. Pengunjung yang masuk dari pintu masuk kendaraan maupun drop off area, akan langsung menuju plaza yang akan diarahkan ke berbagai tempat yang dituju, diantaranya bangunan utama yang didalamnya terdapat supermarket, departement store, toko elektronik. Disitu juga plaza menghubungkan ke food court, maupun ke bangunan ritel. Jadi fungsi dari plaza sendiri sangat penting dalam bangunan city walk ini.
` ` 134
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 5.3.1 : Plaza Di area plaza ini nantinya juga akan sering diadakan event yang mendukung agar city walk ini dapat dikenal masyarakat. Diantaranya musik, parade kesenian daerah, bazar,dll. Plaza ini juga secara lansung dapat dilihat oleh orang-orang yang melintas di jalan Mangkubumi, oleh sebab itu sangat strategis dalam memasarkan city walk tersebut. Perkerasan pada plaza zangat beragam dimaksudkan agar pengunjung dapat mangetahui jalur-jalur yang akan dilalui untuk menuju ke tempat yang akan dituju. Oleh sebab itu pada plaza terdapat perkerasan dengan pola yang berbeda. Pada pintu masuk sebelah timur, pengunjung diarahkan menuju plaza dengan pola perkerasan mirip seperti perkerasan yang ada di kawasan kota
` ` 135
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
lama, baik di Semarang maupun kota-kota lain. Ini dimaksudkan agar, pengunjung juga dapat merasakan suasana zaman kolonial Belanda pada zaman dahulu.
Pada bagian depan food court, terdapat rumput-rumput sebagai penyejuk pandangan juga sebagai penyerap air hujan. Vegetasi yang berupa rumputrumputan juga terdapat di depan bangunan utama dengan tumbuh-tumbuhan perindang juga tumbuh-tumbuhan sebagai pengarah jalan.
` ` 136
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
5.4. Sirkulasi Pola sirkulasi menggunakan pola yang terpusat, dalam artian pengunjung akan terpusat pada plaza utama yang kemudian akan menyebar ke bangunanbangunan melalui pendestrian antar bangunan yang mengelilingi bangunan plaza itu sendiri. Dimulai dari parkiran mobil dan motor, pengunjung akan langsung bertemu dengan plaza yang menghubungkan ke berbagai tempat yang dituju. Juga pada bagian drop off area, hanya saja di bagian ini, pengunjung bisa langsung mengakses ke area food court. Pada bagian drop off area sebelah selatan, pengunjung langsung dapat menuju ke bagian ritel bangunan, sehingga tidak perlu menuju ke plaza. Sirkulasi kendaraan juga dibagi menjadi dua, alur drop off area, dan alur parkiran. Dari parkiran pengunjung juga bisa langsung menuju drop off area yang berada di belakang site. Pengunjung akan langsung menuju bangunan
` ` 137
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
ritel yang menjual berbagai macam kebutuhan sekunder seperti pakaian, perhiasan, pernak-pernik hp, dsb.
Gambar 5.4.1: Pola sirkulasi
` ` 138
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
5.5. Denah Denah pada bangunan ada yang berlantai satu, dan ada yang berlantai dua. Akan tetapi pada bangunan lama yang saya desain ulang, terdapat bangunan yang ditambah menjadi dua lantai, dikarenakan agar fumgsi bangunan tersebut menjadi fungsional dikarenakan fungsi dari bangunan tersebut sekarang sangat kurang menjual.
Gambar 5.5: Denah lt 1bangunan Utama
` ` 139
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 5.5.1: Denah lt 2 bangunan Utama
Gambar 5.5.2: potongan bangunan utama
` ` 140
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 5.5.3: Denah lt 1 food court
Gambar 5.5.4: Denah lt 2 food court
` ` 141
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Denah bangunan ini merupakan hasil redesain dari bangunan heritage yang sangat kurang komersiil dikarenakan bangunan ini dulunya hanya dipakai sebagai gudang penyimpanan barang-barang logistik. Oleh sebab itu, bangunan ini yang sebelumnya satu lantai menjadi dua lantai dan berfungsi sebagai food court yang berfungsi untuk menjual berbagai makanan kecil maupun besar.
Gambar 5.5.5: Denah Retail lt 1
` ` 142
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 5.5.6: Denah Retail lt 2
Gambar 5.5.7: Potongan Retail
` ` 143
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Denah retail ini terdiri dari dua lantai dengan terdapat satu tangga menuju ke lantai dua dari tiap ruangan bangunannya. Bangunan ini berfungsi sebagai seperti ruko yang menjual berbagai macam kebutuhan barang sekunder maupun tersier. Oleh sebab itu, ukuran bangunan sangat menyesuaikan dengan fungsi dari bangunan itu sendiri. 5.6. Tampak Tampak pada bangunan, kami transformasikan dari bentuk bangunan heritage yang sudah ada. Repetisi pada fasad bangunan ditransformasikan ke dalam bangunan yang baru, sehingga masih tetap mempertahankan karakter tampak bangunan lama tersebut. Terlihat pada fasad bangunan tersebut, pola-pola repetisi sangat kental adanya, dengan ornamen-ornamen penunjang sehingga kesan fasad bangunan lama, tidak hilang.
Gambar 5.6: Tampak Barat
` ` 144
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Gambar 5.6.1: Detai Repetisi
Gambar 5.6.2: Gambar 3d Repetisi
` ` 145
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
` ` 146
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
5.7. Tampak Kawasan
Pada tampak kawasan tersebut terlihat bahwa hubungan antara bangunan lama dan bangunan baru terlihat cukup dinamis dari fasad bangunan yang ada. Bentuk repetisi yang sangat menonjol dan bentuk minaret yang menjulang yang ditampilkan pada bangunan retail sangat sinkron dengan bangunan lama tersebut. 4.1. Kendala Di Studio Kendala-kendala dalam proses pengerjaan di studio : Pada awal studio, hasil akhir pasca skematk desain mengalami beberapa revisi dari beberapa tahap proses sebelumnya,. Ini dikarenakan dalam proses perancangan, kami mendesain dan merevitalisasi kawasan yang telah ada, sehingga data-data yang ada harus sesuai dengan data-data yang ada di lapangan.
` ` 147
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
Letak lahan yang berada di pusat kota, juga membuat kami harus lebih memperhatikan batasan-batasan dan aturan kawasan yang akan didesain ulang tersebut. Sistem penggambaran dipermudah dengan sistem blok pada gambar, (walau tidak tertulis). Karena site plan merupakan acuan untuk menentukan sistem blok, maka site plan harus diseleseikan terlebih dahulu. Masa pengerjaanya pun molor cukup lama, karena kurang puas terhadap hasil yang dibuat sehingga harus diulangulang berkali-kali. Pengerjaanya sendiri memakan waktu hingga 3 minggu. Kemudian pengerjaan denah bangunan yang baru maupun denah bangunan yang diredesain, juga mengalami kendala yaitu molor, dikarenakan harus bisa sesuai dengan fungsi bangunan komersial yang yang profitable, atau setiap jengkal bangunan menghasilkan uang. Tampak bangunan juga cukup lama, karena
membutuhkan
beberapa
metode
pada
tampak,
yang
dapat
menyesuaikan dengan tampak pada bangunan lama (repetisi). Potongan pada bangunan juga cukup memakan waktu yang cukup lama, karena harus paling tidak tahu struktur bangunan lama ( heritage) yang sudah ada di dalam site tersebut.
` ` 148
PRANANTYO HARWANTONO _03512190
` ` 149
DAFTAR PUSTAKA Ernest Neufert, Architect’s Data. City Walk- Artikel IAI ; Aditya W.Fitrianto Syaifulloh A. Superblok Apartemen Pusat Belanja, Dan Perkantoran Gunardi, Merancang Ruang Luar, PT Dian Surya , Surabaya Architectural record.2007 Panero,Julius ; Martin, Zelnik. Dimensi Manusia dan Ruang Interior Ashihara, Yoshinabu, 1983. Extrior Design In Architecture, terjemahan Sugeng