ABSTRAK. Buku skripsi yang berjudul “Griya Muslimah di Yogyakarta” dengan ...
Persoalan desain yang muncul dalam merancang griya muslimah ini adalah :.
GRIYA MUSLIMAH DI YOGYAKARTA Dengan Penekanan pada Batasan Antara Muhrim dan Bukan Muhrim Serta Pemenuhan Persyaratan Pancahayaan dan Penghawaan Alami Oleh : NUR INDAH ISMINTARI (04512084)
ABSTRAK Buku skripsi yang berjudul “Griya Muslimah di Yogyakarta” dengan mengutamakan batasan antara muhrim dan bukan muhrim serta tetap memenuhi persyaratan pencahayaan dan penghawaan alami ini, mengangkat permasalahan tentang merancang griya muslimah yang menerapkan batasan antara muhrim dan bukan muhrim, namun tetap memenuhi persyaratan pencahayaan dan penghawaan alami. Persoalan desain yang muncul dalam merancang griya muslimah ini adalah : (1)Persoalan bentuk massa bangunan, untuk mewadahi sirkulasi antara muhrim dan bukan muhrim, maka dituntut bentuk massa bangunan yang lebar, sedangkan untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami, digunakan bentuk massa bangunan yang tipis; (2)Persoalan tata ruang, tata ruang yang dapat menjaga batasan antara muhrim dan bukan muhrim adalah dengan menempatkan ruangan private dan service di bagian belakang site, sedangkan tata ruang untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami, ruangan private ditempatkan pada bagian site yang menghadap luar; (3)Persoalan orientasi bukaan, untuk dapat menjaga batasan antara muhrim dan bukan muhrim, maka orientasi bukaan menghadap inner court, sedangkan untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami, orientasi bukaan bangunan tidak hanya menghadap ke inner court, namun juga menghadap ke luar bangunan pada arah azimuth 177o dan 357o; (4)Persoalan selubung bangunan, untuk menjaga batasan antara muhrim dan bukan muhrim digunakan fasad bangunan yang masif, sedangkan untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami, bangunan menggunakan fasad transparan. Pemecahan persoalan desain itu adalah dengan mendesain bentuk massa bangunan griya muslimah yang tipis untuk memasukkan pencahayaan dan penghawaan alami secara optimal dengan tetap mengutamakan batasan antara muhrim dan bukan muhrim melalui penataan layout sirkulasi dan furniture di dalam bangunan. Tata ruang bangunan ini menempatkan kelompok ruang-ruang private dan semi private di lantai dua, serta kelompok ruang-ruang publik dan service di lantai satu. Orientasi bukaan bangunan griya muslimah ini menghadap inner court dan luar bangunan pada arah azimuth 177o dan 357o dengan menggunakan material kaca yang dapat mendistorsikan bayangan. Selubung bangunan menggunakan fasad masif dengan penambahan kisi-kisi angin di beberapa bagian fasad yang menghadap arah datang angin. Kata Kunci
: Griya Muslimah di Yogyakarta, batasan antara muhrim dan bukan muhrim, pencahayaan dan penghawaan alami, bentuk tipis, tata ruang, orientasi, kaca yang mendistorsikan bayangan, kisi-kisi angin.
vi
THE HOUSE of MUSLIMAH in YOGYAKARTA Focusing on The Border Between Mahrom and Non Mahrom in Addition to Meeting The Requirements for Lighting and Natural Ventilation Written by : NUR INDAH ISMINTARI (04512084)
ABSTRACT This paper entitled “The House Of Muslimah in Yogyakarta” focusing on the border between Mahrom and Non Mahrom while still meeting the requirements for lighting and natural ventilation, discusses the problem related to the design of Griya Muslimah which applies the concept of border between Mahrom and Non Mahrom while still meeting the basic requirements for lighting and natural ventilation. The design problems of Griya Muslimah are : (1) The problem of building mass form built to occupy the circulation between Mahrom and Non Mahrom. To answer this, the wider building mass form is needed. Meanwhile, to maximize the lighting and natural ventilation, the thinner building mass form is utilized; (2) The problem on the layout that can keep the border between Mahrom and Non Mahrom is solved by placing the private and service room at the back part of the site. On the other hand, to maximize the lighting and natural ventilation, the private room is placed on the outward of the site; (3) The opening orientation problem. To keep the border between Mahrom and Non Mahrom, the opening orientation should be on inner-court outlook. In addition to that, to maximize the lighting and natural ventilation, the opening orientation is not only on inner-court outlook but also facing outward in the direction off 177o and 357o of azimuth; (4) The problem of building envelope. To keep the border, tha massive façade of the building is utilized and the transparent one is used to maximize the lighting and natural ventilation. The problem solution for all these design problems is designing the thin building mass to allow the optimum lighting and natural ventilation by still promoting the border between Mahrom and Non Mahrom through circulation and furniture layout. This building is placing both the private and semi private rooms on the second floor, while the public and service rooms are on the first floor. The opening orientation of the Griya Muslimah is inner-court outlook and it is head for 177o and 357o of azimuth by using glasses distorting shadows. The building envelope is utilizing the massive façade added by ventilator grilles in some parts of the façade facing the wind source. Key words : House Of Muslimah in Yogyakarta, border between Mahrom and Non Mahrom, lighting and natural ventilation, thin form, layout, orientation, glass distorting shadows, ventilator grilles.
vii