Merdekakan Guru Indonesia! Alasan Kurikulum ... - WordPress.com

12 downloads 958 Views 749KB Size Report
MEDIA PEMBELAJARAN TEKA-TEKI SILANG. KEPALA SEKOLAH ... Setiap karya tulis yang termuat di Buletin Guru Indonesia memiliki ISSN 2338-2155 dengan barcode ... SD Negeri Wonorejo,Polokarto, Sukoharjo ...... pelajaran. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran sastra, materi pembelajaran.
Merdekakan Guru Indonesia! KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN PERAN SERTA SASTRA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER

MEDIA PEMBELAJARAN TEKA-TEKI SILANG METODE PEMBERIAN TUGAS TERPADU

Alasan Kurikulum Baru ( 2013 ) Menyikapinya Kurikulum 2013 Profesi Guru Jadi Incaran UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT SMPN 2 MUNJUL

Diterbitkan oleh : JKKG

PENGANTAR REDAKSI

(Jaring Komunikasi Komunitas Guru)

http://www.buletinguruindonesia.com

“ Buletin Guru Indonesia adalah Media publikasi online nasional untuk mengembangkan dan menyebar luaskan kompetensi guru, kreatifitas, karya tulis ilmiah dan inovatif guna membangun kepribadian bangsa dan meningkatkan komunikasi insan guru “ Pengelolah /Penanggung Jawab: Bambang Sutedjo,SPd,Msi Dewan Redaksi : -Pristy Aroma Mawarda, S.Si -T. Yuliantoro , SPd

Merdeka...!! pekik itu berkumandang membahana selama 68 tahun. Tahun 2013 ini selain kemerdekaan yang dirasakan hasilnya juga ditandai diluncurkan Kurikulum 2013 yang merupakan peng embangan kurikulum 2006 (KTSP). Dengan ada Kur ikulum 2013 perubahan yang mendasar adalah menu ntut siswa tidak semata- mata ditekan mempunyai kemampuan menghafal melainkan kemampuan mem ahami suatu proses dengan demikian menghasilkan perubahan sikap dan perilaku. Guru sebagai lokomo tip Kurikulum 2013 harus mempu membawa gerbo ng tersebut sampai pada stasiun tujuan. Untuk itu ma ka guru dituntut keberanian mengubah pola menga – jar dan penilaian dari tertutup menjadi terbuka.

Merdeka Guru Indonesia....................... .............................2

Layout/Desing : -T.T. Susanto, S.Ikom - A.S. Adhim, S.Kom e-mail: [email protected] 0817 0388 6953

Meningkatkan hasil belajara fisika.......................... 5 Peran Sastra Sebagai Media Pendidikan Karakter .........22 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS...................30 KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN.......39

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA....49

Bidik Lensa.............................................................56 Alasan Kurikulum 2013 diterapkan...............................57 Menyikapinya Kurikulum 2013…….............................58 Profesi guru jadi incaran.................................................60

Keterangan Cover depan Presiden RI menyematkan tanda kehormatan paskibrata 2013 di Istana Negara. Keterangan Sampul Belakang HUT RI ke 68 diperingati di berbagai penjuru Dunia tidak hanya didalam negeri.

Setiap karya tulis yang termuat di Buletin Guru Indonesia memiliki ISSN 2338-2155 dengan barcode berbeda-beda tergantung volume, nomor, dan tahun penerbitan. Secara otomatis karya tulis tersimpan dan terkoneksi di PDII LIPI dan TGJ LIPI Jakarta. Untuk bukti publikasi penulis, mengunduh atau download : halaman depan (cover depan), hal 1 (daftar isi), karya tulisan anda lengkap, dan halaman belakang (cover belakang) yang ada barcode. Jika kesulitan hubungi redaksi [email protected]

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013 Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155 ISSN 2338-2155

1

Merdekakan Guru Indonesia! Oleh: Agus Riyanto SD Negeri Wonorejo,Polokarto, Sukoharjo [email protected]

Guru merupakan elemen penting dalam pendidikan. Bukan hanya dalam pembelajaran di sekolah, guru juga memegang peranan penting di masyarakat. Seorang guru dipandang sebagai orang yang memiliki kelebihan dan kewibawaan yang mampu mempengaruhi paradigma seseorang. Keberhasilan

pembelajaran

akan

kehidupan berbangsa dan bernegara yang

menentukan keberhasilan pendidikan, dan

semakin kompleks ini;

keberhasilan pendidikan akan menentukan

1. Bebas dari belenggu politik.

masa depan cerah bangsa Indonesia untuk

Membebaskan guru dari politik bukan

bersaing dalam persaingan global. Hal yang

berarti guru harus buta tentang politik. Jumlah

perlu diingat, bahwa “Peran guru dalam

guru (PNS dan Non-PNS) di Indonesia yang

pembelajaran belum dapat digantikan oleh

begitu

mesin, radio, tape recorder, ataupun komputer

kepentingan-kepentingan

yang

paling

modern

sekalipun”

besar,

sangat

rawan

ditumpangi

(Nana

Sudjana dalam TIM, 2004:112). Begitu besarnya peranan seorang guru, mulai pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid

penghasilan

seorang

guru

bisa

dikatakan cukup (guru PNS) dan mulai pemerintahan

Presiden

Susilo

bambang penguasa dalam sistem perpolitikan di

Yudhoyono (2007) penghasilan seorang guru PNS

Indonesia. Dunia politik melirik profesi guru

bersertifikasi), inilah salah satu mimpi guru

yang merupakan fenomena pada saat ini

yang sudah terwujud. Sehingga, tidak ada lagi

sebagai alat yang pas untuk mewujudkan

cerita seperti Umar Bakri untuk guru-guru

ambisi

PNS di Indonesia. Akan tetapi bagaimana

Otonomi

yang guru bukan PNS?. Berikut ini akan

bupati/walikota memanfaatkan guru sebagai

diuraikan

alat politik yang didasarkan pada loyalitas.

bisa

dikatakan

beberapa

lebih

impian

(Guru

guru

dalam

politiknya. daerah

Adanya

UU

tentang

memungkinkan seorang

Hal ini sangat mungkin terjadi di mana saja, 2

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi

peserta

didik

pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Akan tetapi, Guru yang mengajar pada satu lembaga saat ini masih terbelah dan bukan rahasia umum lagi. Dunia

dalam

tiga

macam

manghasilkan pendidikan yang jauh dari

sertifikasi), dan guru Non PNS. Adakah

tujuan pendidikan nasional. Hal yang masih

jaminan

hangat saat ini adalah adanya penekanan

pembelajaran lebih baik dibandingkan guru

angka kelulusan Ujian nasional yang harus

PNS atau Non PNS? Bukankah tanggung

tinggi

jawab mereka akhirnya juga sama?!

pemerintah

sekolah-sekolah. nasional

masih

Angka

daerah

kepada

kelulusan

dijadikan

tolak

sertifikasi

belum

memberikan

Kelompok-kelompok

ujian ukur

(yang

Guru

sertifikasi,

guru

PNS

yaitu;

pendidikan yang dibelenggu oleh politik akan

oleh

Guru

guru,

guru

seyogyanya dihapuskan saja.

ini

Pemerintah

keberhasilan dan prestasi kerja dalam dunia

harus mengakui guru sebagai guru dengan

pendidikan oleh pemerintah daerah.

kedudukan dan kesejahteraan yang sama.

Guru harus dibebaskan dari yang

Dana yang digunakan untuk membayar

demikian, agar guru dapat berkonsentrasi

sertifikasi

bisa

penuh pada tugas pokok dan fungsinya yang

mensejahterakan guru non PNS. Apakah tidak

diatur dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang

kasihan jika melihat guru sertifikasi bisa

Guru dan Dosen. Jika guru yang merupakan

berpenghasilan diatas 5 juta per bulan,

elemen pokok dalam sistem pendidikan dapat

sedangkan

berperan sesuai tupoksinya, maka tujuan

berpenghasilan

pendidikan nasional akan terwujud dan akan

perbulannya?

guru

dialokasikan

non

250.000

untuk

PNS

hanya

sampai

500.000

berimbas langsung dalam mengatasi pada

Pemerintah harus punya sikap tegas

berbagai permasalahan fundamental negara

untuk membatasi jumlah guru baru setiap

seperti

tahunnya, kalau perlu dirikanlah akademi

kemiskinan

Sehingga,

dan

harapannya

pengangguran. tujuan

nasional

guru seperti akademi polisi dan akademi

Indonesia dapat segera tercapai.

militer. Misalnya, mendirikan akademi guru

2. Guru adalah guru.

per kabupaten/kota, alumni akademi guru ini

Menurut Undang-undang No. 14 tahun

harus

mau

menjadi

guru

diwilayah

2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

3

kabupaten/kota tersebut ersebut. Sehingga

dibelakang atau tidak menjadi apa-apa, guru

tidak ada lagi klas-klas guru di Indonesia.

harus mau dan mampu memberikan dorongan

3. Guru

yang kuat agar generasi yang sedanglan

harus

digugu

lan

ditiru

ditiru.

(dipercaya dan diteladani). Fenomena guru ini sangat hebat,

4. Guru adalah profesi. Guru

banyak anak muda yang tertarik untuk

merupakan melalui

jabatan

pendidikan

yang

menjadi guru. Akan tetapi, banyak sekali guru

diperoleh

muda yang tidak memahami hakikat seorang

keguruan, guru ditekuni dan dilaksanakan

guru. Perilaku dan gaya hidupnya sangat jauh

bukan untuk mencari jabatan lain, guru juga

dari figur seorang guru yang harus digugu lan

memiliki kode etik, dan guru memiliki

ditiru. Hal ini juga diungkapkan oleh Vena

organisasi profesional yadengan Persatuan

Melinda (Republika, 16 April 2013) yang

Guru Republik Indonesia. Hal-hal tersebut

mengatakan bahwa "Orang menjadi guru

seharusnya menjadikan jabatan guru diakui

karena materi bukan karena idealisme”.

sebagai jabatan profesi.

Perilaku dan figur seorang guru dapat

Dengan

diakuinya

khusus

guru

sebagai

diwujudkan dari konsep pendidikan yang

jabatan profesi, seharusnya PGRI selaku

diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Seorang

organisasi

guru harus ing ngarsa sung tuladha (di depan

kewenangan untuk membentuk dewan guru

atau menjadi pemimpin, seorang guru harus

dan peradilan guru (seperti pada militer),

bisa memberikan contoh atau teladan bagi

sehingga

siapa saja terutama anak didiknya.

masyarakat atau kedinasan, peradilan ini yang

terbesar

ketika

guru,

terkana

diberikan

kasus

dalam

berwenang untuk mengadili, bukan diadili diperadilan umum. Demikian uraian tentang beberapa impian guru, semoga keberadaan guru akan semakin baik dan semakin baik dari tahun ke tahun dan bisa menjadikan generasi muda Ingatlah bahwa satu keteladanan lebih

Indonesia

menjadi

generasi

unggulan,

berarti daripada seribu nasihat), ing madya

generasi yang menjadi tuan di rumahnya dan

mangunkarsa (ditengah atau menjadi bagian

menjadi tuan di tanah tumpah darahnya

dari suatu kelompok, seorang guru harus bisa

sendiri.

memberikan dukungan untuk semua orang untuk berbuat baik, berperilaku terpuji dan berkata

jujur

dalam

mencapai

tujuan

bersama), lan tut wuri handayani (jika 4

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS TERPADU DIKELAS 9E, 9F dan 9G MTS NEGERI TANJUNGANOM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh : Dra. Wiwik Wahyuntari

Karena mengalami kesulitan,

1.PENDAHULUAN

ia merasa enggan untuk belajar dan tidak

A. Deskripsi Masalah Fisika

termotivasi untuk belajar.Berbagai upaya

banyak para guru yang mengeluh tentang

telah dilakukan oleh Guru untuk memperbaiki

rendahnya

hasil belajar siswa, misalnya penggunaan alat

Dalam

pengajaran

kemampuan

siswa

dalam

memahami dan menerapkan konsep Fisika.

bantu demonstrasi dan

Hal ini terlihat masih banyaknya siswa

dan lain-lain. Sekalipun demikian hasilnya

kesulitan

masih

mengerjakan

soal-soal

dan

rendahnya hasil belajar ( nilai ) baik dalam

tetap

belum

meningkat

secara

signifikan.

ulangan harian, ulangan semester maupun

Melihat kondisi kelas pada saat

ujian madrasah. Dari data leger madrasah

Proses belajar mengajar, yang secara umum

nilai rata-rata fisika pada semester ganjil

kurang

tahun pelajaran 2011/2012 untuk kelas IX

mengerjakan tugas latihan soal, baik tugas

adalah 6,25, hal ini belum menunjukan

untuk pemahaman konsep, tugas pemantapan,

ketuntasan belajar individu. Dan berdasarkan

ataupun tugas yang berupa penerapan konsep,

hasil observasi awal yang dilakukan peneliti

hal

selama

menggunakan

kegiatan

membiasakan diri untuk

ini

dimungkinkan

belajar

anak

kemampuannya

tidak secara

belajar

mengajar

bahwa

kemampuan

maksimal. Keadaan ini yang menyebabkan

terhadap

anak kurang siap dalam menerima maupun

keberhasilan belajarnya. Ini terlihat dari anak

melanjutkan pelajaran, yang pada akhirnya

yang mempunyai kemampuan rendah, kurang

menyebabkan hasil belajar khususnya Fisika

aktif

menjadi tidak tuntas.

berlangsung, siswa

terlihat

sangat

dalam

berpengaruh

mengikuti

kegiatan

belajar

mengajar. Hal ini ditandai siswa tersebut tidak

Dari kondisi siswa yang demikian ini,

membawa buku paket, tidak mengerjakan PR,

maka peneliti berkeyakinan untuk dapat

tidak menjawab pertanyaan tes awal dengan

meningkatkan hasil dalam mata pelajaran

benar dan tidak menjawab tugas (soal-soal

Fisika,

latihan) dengan benar. Menurut siswa tersebut

pembelajaran yang tepat, sehinnga siswa

tugas (soal-soal) latihan terlalu sulit.

menjadi siap dalam setiap menerima pelajaran.

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

perlu

diupayakan

srategis

ISSN 2338-2155

5

Salah satu strategi tersebut adalah dengan

D. Tujuan Penelitian

mendapatkan

Berdasarkan rumusan masalah di

pemahaman kembali pelajaran yang telah

atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini

diterima guna benar-benar membawa pada

adalah sebagai berikut :

metode

ini

siswa

akan

kesiapan siswa, yang pada akhirnya akan

1. Meningkatkan hasil belajar siswa

meningkatkan hasil belajar Fisika dengan

untuk

menggunakan

melalui metode pemberian tugas

kemampuannya

secara

mata

pelajaran

Fisika

terpadu.

maksimal.

2. Membantu kesulitan siswa dalam menyelesaikan tugas terpadu.

B. Masalah yang Sesungguhnya Adapun masalah sesungguhnya dalam

3. Meningkatkan kinerja Guru dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah :

melaksanakan proses pembelajaran.

1. Siswa kesulitan mengerjakan tugas

E. Manfaat Penelitian Hasil penilitian ini diharapkan

( soal – soal latihan ) 2. Siswa kurang termotivasi untuk

bermanfaat bagi siswa, guru dan madrasah adapun manfaat penelitian ini adalah

belajar

Bagi Siswa :

3. Hasil belajar siswa rendah

1. Siswa lebih siap memahami konsep Fisika dalam proses belajar

C.Rumusan Masalah Berangkat dari kenyataan di atas, perlu

dilakukan

upaya-upaya

untuk

mengatasinya, agar pendidikan Fisika betulbetul dapat memainkan perannya sebagai pembentuk direalisasikan

intelektual. dalam

Upaya bentuk

tersebut Classroom

Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Permasalahan mendasar dalam penelitian

2.Siswa lebih mantap dalam pemahaman konsep-konsep Fisika. 3.Siswa dapat mengembangkan konsep Fisika. 4.Melatih siswa berfikir kritis, kreatif dan inovatif Bagi guru : 1.Guru

dapat

melaksanakan

kegiatan

tindakan ini adalah : “Apakah dengan metode

pembelajaran Fisika dengan baik dan

pemberian tugas terpadu dapat meningkatkan

mempermudah

hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran

konsep Fisika pada siswa.

Fisika ?” Indikator keberhasilan penelitian ini adalah termotivasinya siswa mengerjakan soal dalam kelompok dan memiliki daya serap > 65 % dengan ketuntasan > 75 %.

dalam

menanamkan

2.Guru dapat meningkatkan kinerja dan profesionalismenya Bagi Madrasah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan terbaik bagi madrasah itu

6

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

sendiri untuk meningkatkan kinerja guru

untuk

siswa dan

juga

maupun memperbaiki mutu madrasah.

pembelajaran bagi guru.

sebagai

metode

Pada dasarnya tujuan pemberian 1. KAJIAN

TEORITIK

DAN

tugas dalam proses pembelajaran adalah

HIPOTESIS TINDAKAN

memberikan kesempatan pada siswa untuk

A. Kajian Teoritik

melatih hal-hal yang dipelajari atau diselidiki.

Metode pemberian tugas mandiri

Disamping itu tugas juga merupakan latihan

diberikan kepada siswa secara kelompok

guna menemukan cara-cara belajar yang baik

diskusi

secara

(Nasution : 1982 : 153). Dampaknya bagi

berkelanjutan. Artinya, siswa diberi tugas

siswa adalah agar siswa dapat menghayati

secara

materi

dan

secara

kelompok

individu,

dalam

bentuk

diskusi

yang

dipelajari

dan

kelompok dan kemudian dilanjutkan dengan

melaksanakaan

pemberian tugas secara individu.

bertanggungjawab. Secara spesifik untuk

Metode pemberian tugas terpadu ini menjadi tersebut

metode

utama,

memberikan

karena dukungan

tugas

melatih secara

materi yang melibatkan tugas berfungsi untuk

metode

latihan guna memahami konsep atau teori

bagi

secara lebih mendalam dan lebih baik.

pemahaman konsep, memantapan konsep dan

(Hudoyo : 1988 : 172).

penerapan konsep Fisika. Pemberian tugas

Pemberian tugas terpadu yang baik,

kelompok dalam bentuk diskusi kelompok

isi maupun pengorganisasiannya diharapkan

merupakan proses bertukar pikiran tentang

mampu meningkatkan hasil belajar bagi siswa.

suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu

Pemberian tugas terpadu memberikan harapan

(Wiyanto, 2000;1). Dalam diskusi kelompok

kepada siswa untuk bergairah mempelajari

ini siswa terlibat interaksi verbal mengenai

materi yang akan dipelajari dikelas, sehingga

suatu masalah atau topik dengan cara saling

siswa mendapatkan pengalaman baru dalam

membagi

mereka

intelektualnya. Pada saat kegiatan belajar

mendapatkan pengertian yang lebih lengkap

mengajar dikelas. Siswa dapat mengoreksi

dan jelas. Dengan pemberian tugas secara

kasalahan konsep yang telah dipelajarinya dan

individu, maka siswa diharapkan akan mampu

akhirnya akan memadukan dengan konsep

menemukan informasi secara mandiri.

yang diberikan oleh guru. Dengan demikian

informasi

sehingga

Metode pemberian tugas adalah cara

metode ini akan membuat penguasaan materi

pembelajaran yang dilakukan guru dengan

siswa

jalan memberikan tugas kepada siswa untuk

diharapkan lebih tertarik pada pelajaran Fisika

mengerjakan

dan akhirnya hasil belajar semakin tinggi.

sesuatu

selama

proses

pembelajaran. Dari uraian ini tugas terpadu

lebih

matang

sehingga

siswa

B. Hipotesis Tindakan

mempunyai peran ganda, yaitu sebagai tugas Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

7

Berdasarkan tindakan metode

teori

penelitian

di atas, ini

pemberian

hipotesis

adalah “ Melalui

tugas

terpadu

dapat

belum dapat dipecahkan pada siklus pertama dijadikan peneliti

bahan

perbaikan,

merencanakan

selanjutnya

berbagai

langkah

perbaikan untuk ditetapkan pada siklus kedua.

meningkatkan hasil belajar Fisika “.

Hal itu dilakukan dari satu siklus ke siklus berikutnya, sampai masalah yang dihadapi

3. METODOLOGI PENELITIAN

dapat dipecahkan secara tuntas.

A. Setting Penelitian Penelitian

Tindakan

Kelas

ini

dilaksanakan di MTs Negeri Tanjunganom

D. Instrumen

pada kelas IX semester II Tahun Pelajaran

1. Lembar

Observasi

untuk

2011/2012 dalam mata palajaran Fisika.

mengetahui keaktifan siswa pada

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22

proses belajar.

Januari sampai dengan 28 Maret 2012.

2. Angket untuk siswa.

Adapun subyek penelitian adalah siswa dari

3. Lembar tugas / soal-soal untuk mengetahui hasil belajar siswa.

kelas 9E, 9F. dan 9G.

4. Ulangan harian siswa. 4. HASIL PENELITIAN DAN

B. Persiapan Penelitian Adapun

persiapan

dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : 1. Guru

membuat

perangkat

2. Guru membuat instrumen yang

Observasi,

misalnya Catatan

blanko lapangan.

Lembar Kerja Siswa (LKS). 3. Guru membuat lembar tugas / soal-soal

A. Siklus Pertama Pada siklus pertama peneliti melakukan 3 kali pertemuan / tatap muka di

pembelajaran.

diperlukan,

PEMBAHASAN

untuk

pemahaman,

tiga kelas dengan materi Rangkaian Listrik Perencanaan Tindakan ( Planning ) 1. Guru

melaksanakan

pengembangan

tugas untuk penerapan konsep.

berdekatan

pelaksanaan

penelitian secara rinci. C. Siklus Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang ditetapkan berdasarkan materi pelajaran

dalam

2. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan

jadwal

materi

bentuk klasikal

pemantapan konsep dan lembar

4. Menyusun

kegiatan

tempat

duduk

yang

satu

baris

dalam

bangku dengan anggota 4 – 5 orang 3. Guru membagikan LKS untuk didiskusikan

dalam

kelompok,

tentang Materi Rangkaian Listrik

dan waktu pelaksanaan. Permasalahan yang 8

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

4. Siswa

menyimpulkan

mempresentasikan menyampaikan

hasil

dan

berhitung

/

terlambat

diskusi

yang

rendah

sehingga

dalam

berdiskusi

dan

menyelesaikan soal. Hal ini menyebabkan kerja kelompok ini kurang bersemangat.

kelompok. 5. Guru membagikan lembar tugas

c. Ada

kelompok

(soal-soal latihan) yang memuat

anggotanya

soal-soal pemahaman, pemantapan,

semua,

dan penerapan konsep tentang

mendahului

Rangkaian Listrik.

dalam

6. Siswa mengerjakan tugas (soalsoal latihan secara individual.)

1. Pada pelaksanaan pertemuan 1 penyampaian materi pelajaran oleh sesuai

dengan

rencana

pembelajaran yang dibuat. Tetapi penanaman

konsep

siswa

pandai

sehingga

selalu

kelompok

lain

berdiskusi

dan

menyelesaikan soal. Hal ini menimbulkan

materi

kemampuan

antar

Pengamatan Tindakan (Observing) 1. Peneliti mengamati kegiatan siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan

siswa

pengamatan siswa.

dapat

dilakukan

dengan baik. Selain itu tugas-tugas

anggota

kelompok.

pelajaran yang diajarkan kepada belum

yang

ketidakseimbangan

Pelaksanaan Tindakan (Acting)

guru

selalu

instrumen

2. Bimbingan terhadap siswa dalam

/ soal-soal latihan telah sesuai

pembeljaran

dengan

terlihat mempengaruhi motivasi

konsep

materi

yang

2. Kegiatan siswa (kelompok) dalam

tentang

untuk arus

membahas

listrik

belum

terlaksana seperti yang diharapkan.

kelompok

optimal 3. Penerapan tugas

metode

terpadu

pemberian

mempengaruhi

keaktifan siswa. 4. Data tentang aktifitas guru dan

Hal ini dapat diamati dari : a. Ada

kelompok

dan keaktifan siswa tetapi belum

diajarkan.

berdiskusi

diskusi

yang

anggotanya kurang kompak

aktifitas

siswa

dalam

siklus

pertama disajikan dalam tabel 2.

dan serasi sehingga kegiatan

5. Data tentang hasil belajar siswa

kelompok itu didominasi oleh

dalam siklus pertama disajikan

siswa yang pandai.

dalam tabel 1.

b. Ada kelompok yang semua

Refleksi Tindakan (Reflecting)

anggota kelompoknya memiliki kemampuan Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

9

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hasil belajar siswa, serta data kuesioner yang diberikan siswa diperoleh hal-

rata-rata

masing-masing

kelas

65,6 ; 64,9 dan 65,1. 7. Ketuntasan

belajar

tiap

kelas

belum melampui 75%, pada siklus

hal sebagai berikut : Keberhasilan Guru

pertama masing- masing = 50%

1. Adanya kesadaran guru peneliti

dari 40 siswa, = 57% dari 40 siswa

tentang yang

kekurangan-kekurangan dirasakan

pada

saat

pembelajaran berlangsung. 2. Adanya untuk

inisiatif

guru

berusaha

Rencana Perbaikan 1. Menukar

peneliti

memperbaiki

kekurangan-kekurangan

dan 54% dari 40 siswa.

tersebut

pada pertemuan berikutnya.

keanggotaan

kelompok

yang

semua

menimbulkan

ketidakserasian

dengan

keanggotaan kelompok yang lain sehingga diperoleh 8 kelompok

3. Metode yang digunakan tepat,

yang

seimbang

kemampuan

meskipun pelaksanaannya belum

fisikanya. Dengan demikian dalam

efektif.

satu kelompok ada anggota yang

Kendala yang dihadapi guru dan siswa

kemampuan

1. Siswa belum gerak cepat pada

sedang dan rendah.

posisi

berkelompok

saat

akan

fisikanya

tinggi,

2. Menetapkan letak posisi yang tetap tiap kelompok.

berkelompok. 2. Penggunaan waktu belum sesuai

3. Guru memotivasi siswa selalu

sebagaimana yang direncanakan

aktif dalam berdiskusi kelompok

dalam rencana pengajaran.

mengerjakan LKS.

3. Banyak siswa yang terlihat kurang

4. Guru

mencoba

menerapkan

mau bekerja sama pada saat

kembali

mengerjakan

pertemuan pertama, tetapi dengan

tugas

LKS

dan

perencanaan

pada

cara yang lebih baik. Alasannya

diskusi kelompok. 4. Aktifitas siswa masih didominasi

karena guru belum sepenuhnya dapat

oleh siswa pandai. 5. Langkah-langkah tindakan tidak

melaksanakan

rencana

tindakan tersebut dengan tepat.

sepenuhnya dapat dilakukan oleh guru karena belum biasa. 6. Nilai hasil belajar

siswa hanya

berkisar tidak lebih dari daya serap 65% yaitu 10

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

Tabel 1.

Hasil belajar siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas tercantum pada data berikut : Kelas 9E

Kelas 9F

Kelas 9G

No

Kegiatan

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

1.

Siswa yang ikut tes

40

100%

40

100%

40

100%

2.

Nilai terendah

58

56

56

3.

Nilai tertinggi

76

75

75

4.

Nilai rata-rata

67

65.5

65,5

5.

Siswa

yang 20

mencapai

nilai

50 %

18

45 %

19

48 %

di

atas 6.5

Tabel 2. No

Aktifitas siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama

Aspek yang dinilai

Kelas 9E Jumlah

1.

Kelas 9F

Kelas 9G

Persen

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

82.5%

28

70%

29

72.5%

27

67.5%

25

62.5%

27

67.5%

Menjawab pertanyaan 25

62.5%

21

52.5%

31

77.5%

31

77.5%

13

32.5%

23

57.5%

27

67.5%

17

42.5%

11

27.5%

dan 23

57.5%

23

57.5%

27

67.5%

62.5%

13

32.5%

11

27.5%

Perhatian

terhadap 33

pelajaran Fisika 2.

Keterlibatan

siswa

secara penuh 3.

(soal-soal)

yang

diberikan oleh guru

4.

Mengemukakan pendapat

5.

Memecahkan masalah atau soal-soal Fisika

6.

Memperjelas

meminta pendapat jika ada

pendapat

yang

kurang jelas 7.

Menganalisis

hal-hal 25

yang disepakati / tidak bila

ada

perbedaan

pendapat

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

11

8.

Membuat rangkuman hasil

pembahasan

27

67.5%

31

77.5%

17

42.5%

27,25

68.13%

21,38

53.44%

22

55%

/

penyelesaian soal-soal Rata-rata

Tabel 3. No 1.

Hasil angket siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas sebagai berikut : Kelas 9E

Pertanyaan Tentang

Kelas 9F

Kelas 9G

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

95%

5%

93%

7%%

95%

5%

mendapat 95%

5%

90%

10%

90%

10%

90%

10%

90%

10%

90%

10%

95%

5%

90%

10%

90%

10%

83%

17%

66%

34%

81%

19%

mengerjakan 56%

44%

76%

24%

56%

44%

mengerjakan 44%

56%

94%

6%

44%

56%

72%

28%

6%

94%

56%

44%

0%

100%

0%

100%

0%

Apakah anda berpartisi pasi aktif dalam kelompok?

2.

Apakah

anda

pembagian

tugas

dalam

kelompok ? 3.

Apakah

anda

kerjasama

dalam kelompok pembahasan soal ? 4.

Apakah

anda

mengerjakan

tugas

ikut dalam

kelompok ? 5.

Apakah

anda

mengajukan

pertanyaan jika ada kesulitan dalam kerja kelompok ? 6.

Apakah anda

semua soal yang diberikan oleh guru ? 7.

Apakah anda semua tugas ?

8.

Apakah anda merasa senang dengan metode diskusi dan pemberian tugas?

9.

Apakah tugas yang diberikan 100% sesuai dengan materi yang diajarkan?

12

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

10.

Apakah metode pemberian 93%

7%

86%

14%

88%

12%

tugas terpadu yang diberikan kepada

anda

memudahkan

dapat memahami

konsep Fisika ?

No

Pertanyaan Tentang

11.

Kendala / kesulitan yang anda Waktu kurang dan Waktu kurang dan Waktu jumpai

waktu

Kelas 9E

mengerjakan kelompok

tugas. 12

kompak

Tuliskan

kesan-kesan

anda

Kelas 9F tidak soal

ada

bisa

Perencanaan yang diterapkan

tidak

mudah Senang

kerja mengerti.

dapat

bekerjasama

dalam

kelompok.

yang

Perencanaan Tindakan (Planning)

dan

kompak.

kelompok.

B. Siklus Kedua

sempit

yang kelompok

sulit.

Lebih mudah dan Lebih

setelah mengerjakan tugas.

Kelas 9G

sudah

ditentukan

pada

pertemuan sebelumnya. 3. Guru

menjelaskan

dan

pada siklus 2 ini sama seperti siklus 1

mempertegas cara siswa bekerja

hanya

dalam kelompok kemudian guru

pada pertemuan kedua membahas

lebih meningkatkan bimbingannya

materi Beda Potensial.

pada

siswa

ketika

sedang

menjawab pertanyaan LKS. Guru Pelaksanaan Tindakan (Acting)

pengamat

1. Penyampaian

bimbingan

materi

pelajaran

lebih jelas dan sistematis karena guru

telah

menguasai

materi

turut

membantu

pada

beberapa

kelompok siswa. 4. Sebagian

besar

siswa

dalam

pelajaran. Selain itu penanaman

kelompoknya sudah mulai aktif

konsep pelajaran yang diajarkan

menjawab pertanyaan LKS. Tidak

semakin tegas dan tugas telah

tampak lagi anggota kelompok

sesuai

yang tidak mengerjakan LKS dan

dengan

materi

yang

diajarkan. 2. Guru kembali menyuruh siswa duduk sesuai dengan kelompok

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

perhatian mereka lebih terpusat pada

kegiatan

yang

sedang

dilakukan.

ISSN 2338-2155

13

Pengamatan Tindakan (Observing)

menjadi

1. Bimbingan terhadap siswa dalam

menjadi

dan

70,5.

dari

65,5

Data

ini

pembelajaran diskusi kelompok

menunjukkan adanya kemajuan

terlihat mempengaruhi motivasi

belajar siswa yang cukup baik.

dan keaktifan siswa sudah mulai

Kendala yang dihadapi guru dan siswa

aktif.

Meskipun

2. Penerapan tugas

metode

terpadu

mempengaruhi

sudah mengalami sedikit peningkatan, hal ini tidak terlepas dari guru maupun

aktifitas siswa dalam siklus kedua disajikan dalam tabel 3.

siswa, kendala itu antara lain : 1. Terkesan guru peneliti tergesagesa saat mengajarkan pelajaran

4. Data tentang hasil belajar siswa siklus

guru

memotivasi dan mengaktifkan siswa

3. Data tentang aktifitas guru dan

dalam

upaya

pemberian

keaktifan belajar siswa.

kedua

disajikan

dalam tabel 4.

karena terikat oleh waktu. 2. Jumlah soal / tugas yang diberikan kepada siswa belum seimbang dengan

waktu

sehingga tidak

Refleksi Tindakan (Reflecting)

yang

tersedia,

semua

soal /

Berdasarkan hasil catatan guru

tugas bisa diselesaikan oleh siswa.

peneliti dan data pada tabel 5, hasil

3. Siswa merasa enggan mengerjakan

belajar siswa serta data kuesioner yang

soal yang berupa soal cerita atau

diberikan

yang sifatnya pengembangan.

siswa

diperoleh

hal-hal

sebagai berikut :

Rencana Perbaikan

Keberhasilan Guru

1. Guru

1. Semua direncanakan

tindakan dapat

yang terlaksana

meskipun belum efektif.

peneliti

mengoptimalkan

berusaha waktu

yang

sesuai dengan perencanaan dalam rencana Pembelajaran.

2. Aktifitas siswa mengerjakan LKS

2. Guru memotivasi siswa untuk

dan menjawab pertanyaan guru

selalu aktif dalam mengerjakan

sudah mulai terlihat walaupun

tugas

baru 8 – 10 orang.

diperhatikan

3. Hasil belajar siswa mengalami

14

68,9

soal

cerita juga

dan

untuk waktu

mengerjakan.

peningkatan dari rata-rata masing-

3. Rencana tindakan siklus 2 masih

masing 67 menjadi 69,6 ; dari 65.5

terus dilaksanakan pada siklus 3.

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

Tabel 4.

Hasil belajar pada siklus kedua dari masing-masing kelas tercantum pada data berikut : Kelas 9E Jumlah

Kelas 9F

Kelas 9G

No

Kegiatan

1.

Siswa yang ikut tes 40

2.

Nilai terendah

61

60

62

3.

Nilai tertinggi

89

76

82

4.

Nilai rata-rata

69,61

68,89

70,47

5.

Siswa

yang 28

Persen

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

100%

40

100%

40

100%

70 %

32

80 %

36

90 %

mencapai nilai di atas 6.5

Tabel 5. No

Aktifitas siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua.

Aspek yang dinilai

Kelas 9E Jumlah

1.

Perhatian

Kelas 9F

Kelas 9G

Persen

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

72.5%

27

67.5%

29

72.5%

siswa 27

67.5%

25

62.5%

31

77.5%

23

57.5%

21

52.5%

21

52.5%

31

77.5%

23

57.5%

29

72.5%

33

82.5%

27

67.5%

21

52.5%

dan 33

82.5%

29

72.5%

29

72.5%

67.5%

23

57.5%

15

37.5%

terhadap 29

pelajaran Fisika 2.

Keterlibatan secara penuh

3.

Menjawab pertanyaan

(soal-

soal) yang diberikan oleh guru 4.

Mengemukakan pendapat

5.

Memecahkan masalah atau soalsoal Fisika

6.

Memperjelas meminta

pendapat

jika

pendapat

ada

yang kurang jelas 7.

Menganalisis hal-hal 27 yang tidak

disepakati bila

/ ada

perbedaan pendapat

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

15

8.

Membuat rangkuman 31

77.5%

31

77.5%

25

62.5%

82%

25,8

71%

25

69%

hasil pembahasan / penyelesaian

soal-

soal Rata-rata

Tabel 6. No 1.

29,3

Hasil angket siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas sebagai berikut : Kelas 9E

Kelas 9F

Kelas 9G

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

100%

0%

93%

7%

95%

5%

mendapat 100%

0%

100%

0%

100%

0%

0%

100%

0%

100%

0%

5%

90%

10%

100%

0%

17%

66%

34%

81%

19%

44%

76%

24%

56%

44%

40%

84%

16%

74%

26%

28%

80%

20%

85%

15%

0%

100%

0%

100%

0%

7%

86%

14%

88%

12%

Pertanyaan Tentang Apakah anda berpartisi pasi aktif dalam kelompok?

2.

Apakah

anda

pembagian

tugas

dalam

kelompok ? 3.

Apakah

kerjasama 100%

anda

dalam

kelompok

pembahasan soal ? 4.

Apakah

anda

ikut

95%

mengerjakan tugas dalam kelompok ? 5.

Apakah anda mengajukan 83% pertanyaan kesulitan

jika

ada

dalam

kerja

kelompok ? 6.

Apakah anda mengerjakan 56% semua soal yang diberikan oleh guru ?

7.

Apakah anda mengerjakan 60% semua tugas ?

8.

Apakah

anda

senang

dengan

diskusi

dan

merasa 72% metode pemberian

tugas? 9.

Apakah

tugas

diberikan

sesuai

yang 100% dengan

materi yang diajarkan? 10.

16

Apakah metode pemberian 93%

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

tugas

terpadu

diberikan

yang

kepada

dapat

anda

memudahkan

memahami konsep Fisika ?

Kelas 9E

Kelas 9F

Kelas 9G

No

Pertanyaan Tentang

11.

Kendala / kesulitan yang Waktu kurang

Waktu

kurang Waktu terbatas

anda

sedikit.

sehingga tidak

jumpai

waktu

mengerjakan tugas. 12

Tuliskan

tepat waktu.

kesan-kesan Lebih mudah dan Lebih

anda setelah mengerjakan bisa tugas.

mudah Senang

kerja mengerti.

dapat

bekerjasama

kelompok.

dalam kelompok.

C. Siklus Ketiga Perencanaan Tindakan (Planning) Rencana tindakan yang diterapkan pada siklus ke 2 membahas materi Dilatasi. Adapun perencanaan pada siklus 3, yaitu : 1. Letak

posisi

seperti

pada

kelompok

sama

mengerjakan LKS dan berdiskusi

siklus

untuk

untuk membahas materi dilatasi.

2

2. Rencana

memperlancar gerakan.

tindakan

dapat

2. Penerapan diskusi kelompok yang

dilaksanakan secara keseluruhan

divariasikan dengan tanya jawab

hanya saja pemberian angket siswa

dan pemberian tugas.

waktunya sangat terbatas hanya

3. Penggunaan waktu yang efisien

kurang lebih 5 menit.

sesuai dengan RPP. 4. Penugasan

siswa

untuk

mempresentasikan hasil diskusi

Pengamatan Tindakan (Observing) 1. Penerapan kelompok

kelompok. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

dengan

1. Pada siklus ke 3 guru peneliti

pemberian

metode yang tanya

diskusi divariasikan

jawab tugas

dan dalam

hanya mengulang tindakan siklus

penyampaian materi dilatasi oleh

ke

guru

2.

Guru

meningkatkan

peneliti

cukup

membuat

gairah

pelayanan dan bimbingannya pada

antusias

kelompok-kelompok

belajar siswa, pertanyaan LKS

siswa

saat

dan

terlihat

dapat diselesaikan siswa. Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

17

2. Motivasi

dan

tampak

keaktifan

lebih

4. Nilai hasil belajar siswa cukup

siwa

meningkat.

meningkat

Ini

dengan

rata-rata

terlihat dari semua tugas yang

masing-masing kelas dari 69,61

diberikan

menjadi 79,10

oleh

guru

dapat

, dari 68,89

diselesaikan oleh siswa, walaupun

menjadi 78,30 dan dari 70.47

waktu

menjadi 78,00.

kegiatan

ini

sedikit

bertambah dari yang direncanakan. 3. Ketuntasan individual

belajar pada

secara

masing-masing

kelas 85%, 95% dan 92.5%.

Untuk lebih jelas hasil belajar siswa selama siklus ketiga dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7.

Hasil belajar siswa pada siklus ketiga dari masing-masing kelas. Kelas 9E Jumlah

Kelas 9F

Kelas 9G

No

Kegiatan

1.

Siswa yang ikut tes 40

2.

Nilai terendah

61

64

65

3.

Nilai tertinggi

88

88

92

4.

Nilai rata-rata

74,50

76

78.5

5.

Siswa

yang 34

Persen

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

100%

40

100%

40

100%

85 %

38

95 %

37

92.5%

mencapai nilai di atas 6.5

Tabel 8. No

Aktifitas siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus ketiga.

Aspek yang dinilai

Kelas 9E Jumlah

1.

Perhatian

Kelas 9F

Kelas 9G

Persen

Jumlah

Persen

Jumlah

Persen

81%

31

86%

31

86%

siswa 35

97%

33

91%

31

86%

31

86%

29

83%

27

75%

27

75%

25

71%

21

58%

terhadap 29

pelajaran Fisika 2.

Keterlibatan secara penuh

3.

Menjawab pertanyaan

(soal-

soal) yang diberikan oleh guru 4.

18

Mengemukakan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

pendapat 5.

Memecahkan

31

86%

27

75%

29

81%

dan 35

97%

33

91%

29

81%

69%

21

60%

17

47%

97%

29

83%

31

86%

86%

28,5

79%

27

75%

masalah atau soalsoal Fisika 6.

Memperjelas meminta

pendapat

jika

pendapat

ada

yang kurang jelas 7.

Menganalisis hal-hal 25 yang

disepakati

tidak

bila

/ ada

perbedaan pendapat 8.

Membuat rangkuman 35 hasil pembahasan / penyelesaian

soal-

soal Rata-rata

Tabel 9. No 1.

31

Hasil angket siswa pada siklus pertama dari masing-masing kelas sebagai berikut : Kelas 9E

Kelas 9F

Kelas 9G

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

100%

0%

93%

7%

100%

0%

mendapat 100%

0%

100%

0%

100%

0%

0%

100%

0%

100%

0%

5%

90%

10%

100%

0%

17%

66%

34%

81%

19%

Pertanyaan Tentang Apakah anda berpartisi pasi aktif dalam kelompok?

2.

Apakah

anda

pembagian

tugas

dalam

kelompok ? 3.

Apakah

anda

dalam

kerjasama 100% kelompok

pembahasan soal ? 4.

Apakah

anda

ikut

95%

mengerjakan tugas dalam kelompok ? 5.

Apakah anda mengajukan 83% pertanyaan kesulitan

jika

ada

dalam

kerja

kelompok ?

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

19

6.

Apakah anda mengerjakan 95%

5%

95%

5%

95%

5%

5%

94%

6%

95%

5%

18%

96%

4%

86%

14%

0%

100%

0%

100%

0%

7%

86%

14%

88%

12%

semua soal yang diberikan oleh guru ? 7.

Apakah anda mengerjakan 95% semua tugas ?

8.

Apakah

anda

senang

dengan

diskusi

dan

merasa 82% metode pemberian

tugas? 9.

Apakah

tugas

diberikan

sesuai

yang 100% dengan

materi yang diajarkan? 10.

Apakah metode pemberian 93% tugas

terpadu

diberikan dapat

yang

kepada

anda

memudahkan

memahami konsep Fisika ?

No

Pertanyaan Tentang

11.

Kendala / kesulitan yang Waktu anda

jumpai

Kelas 9E

Tuliskan

kerja.

kesan-kesan Lebih mudah dan Lebih

anda setelah mengerjakan bisa tugas.

penuh

tugas dengan tugas.

dengan

mengerjakan.

Kelas 9G tepat Waktu

cukup Waktu

waktu untuk

mengerjakan tugas. 12

Kelas 9F

mudah Senang

kerja mengerti.

kelompok.

dapat

bekerjasama dalam kelompok.

mengalami perubahan peningkatan

Refleksi Tindakan (Reflecting) Berdasarkan

hasil

temuan

lapangan, observasi siswa dan nilai

20

hasil belajar. 2. Metode pemberian tugas terpadu

hasil belajar siswa dapat diketahui

yang

keberhasilan guru dan siswa antara

menarik minat dan aktifitas siswa

lain :

pada

1. Keberhasilan siswa selama siklus

yang ada hubungannya dengan

selama

siklus

konsep

Arus

ketiga Listrik

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

dengan

diterapkan

soal-soal

guru

cukup

penegembangan

kehidupan sehari-hari.

dapat

ISSN 2338-2155

Di akhir tulisan ini peneliti

3. Daya serap dan ketuntasan belajar dapat terpenuhi karena motivasi

menyarankan :

dan strategi yang memadai.

1. Perlu perhatian tambahan kepada siswa

5. KESIMPULAN DAN SARAN

baik

siswa

yang

aktif

maupun siswa yang kurang aktif.

A. Kesimpulan

Bagi

Berdasarkan data yang didapat

siswa

yang

aktif

baik kuantitatif maupun kualitatif,

tambahan

peneliti menarik kesimpulan berikut :

pujian saat siswa mengerjakan

1. Pemberian

tugas dengan benar, untuk siswa

tugas

soal

terpadu

penghargaan

perlu

dengan tingkat kesukaran soal,

yang

penerapan

pendekatan dan diberi motivasi

konsep,

pemantapan

kurang

berupa

dan pengembangan soal ternyata

tentang

dapat meningkatkan hasil belajar

pelajaran ini.

aktif

pentingnya

perlu

materi

2. Untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. 2. Dengan

memberikan

siswa,

perhatian

perlu

kiranya

siswa

dan

dibiasakan untuk terus belajar,

pujian terhadap siswa ternyata

terus berlatih mengerjakan tugas /

dapat meningkatkan motivasi dan

soal-soal latihan yang terprogram

aktifitas siswa dalam mengikuti

sesuai kemampuan dan waktu

pelajaran.

yang

berupa

motivasi,

teguran

ada

secara

berkesinambungan.

B. Saran DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud 1994 Kurikulum Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) : Garis-garis

besar

Program Pengajaran (GBPP) Fisika. Jakarta : Proyek Peningkatkan SLTP. Depdikbud, 1994 Kurikulum Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) : Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Proyek peningkatan SLTP. Depdikbud, 1999 Suplemen GBPP Fisika. Jakarta. Hudoyo Herman,

1979,

Pengembangan

Kurikulum dan

Pelaksanaan

di

Depen Kelas :

Surabaya : Usaha. Nasution, 1982, Berbagai Pendekatan

Dalam

Proses Belajar

Mengajar : Jakarta : Bina

Aksara. Tim Pelatih Proyek PGSM : 1999 : Penelitian Tingkat

Kelas : Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi proyek Pengembangan Guru Madrasah Menengah. Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

21

Peran Sastra Sebagai Media Pendidikan Karakter Oleh : Ali Muchson Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 23 Surabaya Abstrak. Maraknya berbagai bentuk tindak arogansi, brutal, penyelewengan, korupsi, dan tindak kesewenang-wenangan yang dapat kita saksikan dari berbagai media pada setiap hari, menandai adanya krisis terhadap nilai-nilai luhur bangsa. Pendidikan karakter di negeri ini serasa telah hilang. Sektor Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn misalnya, yang seharusnya dapat menjadi media, sekaligus sebagai katalisator atau penyaring untuk membendung arus merebak budaya kekerasan, disinyalir oleh sebagian kalangan pengamat pendidikan telah berubah menjadi mata pelajaran berbasis indoktrinasi yang semata-mata mengajarkan dan mencekoki nilai baik dan buruk saja, kurang diimbangi dengan pola pembiasaan secara intensif yang dapat memicu peserta didik untuk bertindak dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai luhur. Pendidikan karakter seharusnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran sastra, materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai kehidupan perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sastra, dipastikan dapat menjadi media strategis untuk mewujudkan tujuan mulia itu. Melalui karya sastra, sejak dini peserta didik diajak melakukan pembiasaan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens sehingga secara tidak langsung mereka memiliki Tindak dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui karya sastra. Sastra dapat digunakan sebagai media penyampaian pendidikan karakter kepada peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif saja, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik seharihari di rumah, sekolah dan masyarakat. Tentu saja, langkah visioner semacam ini tidak akan banyak maknanya jika tidak diimbangi dan dukungan penuh dari berbagai kalangan secara intensif menginternalisasi pendidikan berbasis karakter dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Kata kunci: Pembelajaran Sastra, Pendidikan Karakter, Pendidik, Peserta didik Bukan rahasia lagi, merebaknya sikap

didiksekarang gampang sekali melontarkan

hidup yang buruk, melembaganya budaya

bahasa oral dan bahasa tubuh yang cenderung

kekerasan, atau merakyatnya bahasa ekonomi

tereduksi oleh gaya ungkap yang kasar, brutal

dan politik, disadari atau tidak, telah ikut

dan vulgar. Nilai-nilai etika dan estetika telah

melemahkan karakter peserta didikbangsa,

terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan

sehingga menjadikan nilai-nilai luhur dan

konstan. Pendidikan berbasis karakter di

kearifan sikap hidup seakan mati suri. Peserta

negeri ini memang terasa telah lama hilang.

22

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

Pendidikan Agama dan Pendidikan

para elite kita yang seharusnya menjadi idola

Kewarganegaraan atau PKn misalnya, yang

dan sosok anutan sosial. Tindak korupsi,

seharusnya dapat menjadi media, sekaligus

sikap serakah, dan mau menang sendiri, justru

sebagai katalisator atau penyaring untuk

menjadi tontonan masif di tengah massa yang

membendung

demikian gampang disaksikan melalui layar

arus

merebaknya

budaya

kekerasan, dinilai telah berubah menjadi mata

kaca maupun media cetak.

pelajaran berbasis indoktrinasi yang semata-

Predikat sebagai bangsa yang beradab

mata mengajarkan dan mencekoki nilai baik

dan berbudaya, situasi semacam itu jelas

dan buruk saja, kurang diimbangi dengan pola

sangat tidak menguntungkan bagi masa depan

pembiasaan

bangsa, khususnya dalam melahirkan generasi

secara

intensif

yang

dapat

memicu peserta didik untuk berTindak dan

masa

bersikap sesuai dengan nilai-nilai kehidupan

intelektual,

yang positif. Akibat pola indoktrinasi yang

sosial. Dengan demikian, perlu ada upaya

demikian lama dalam ranah pendidikan,

serius dari segenap komponen bangsa untuk

disadari atau tidak, telah mengubah cara

membangun

pandangpeserta

menjadi

mengembalikan karakter bangsa yang hilang.

egois, baik terhadap diri sendiri maupun

Dalam konteks di atas, menjadi menarik

sesamanya. Pada akhirnya, mereka kurang

ketika sebagai seorang pendidik Bahasa dan

memiliki

Sastra

didikcenderung

kepekaan

terhadap

sesamanya,

depanyang

cerdas,

emosional,

baik

spiritual,

kesadaran

Indonesia,

secara maupun

kolektif

demi

memberikan

nilai-nilai

atau

kehilangan nilai kasih sayang, dan sibuk

menginjeksikan

dengan dunianya sendiri yang cenderung

pendidikan karakter ke dalam pembelajaran

agresif dengan tingkat degradasi moral yang

serta

sudah berada pada titik ambang batas yang

menginternalisasikan

tidak dapat dimaklumi.

melalui sastra sebagai media.

diupayakan

dapat

berwawasan

mengajak

pendidikan

dan

karakter

Melalui berbagai media dapat kita saksikan, sudah berkali-kali panggung sosial

Ada apa dengan sastra?

negeri ini diwarnai pentas tragis tentang tawuran

antarpelajar,

kebut-kebutan,

Sejumlah pandangan bahkan kritik dari

premanisme, pemerkosaan, minuman keras,

beberapa

pengamat

atau seks pra-nikah yang dilakukan oleh para

pendidikan dinilai hanya

remaja.

mementingkan

porsi

pendidikan,

dunia

memburu

akademik

dan

semata,

Di lain pihak, mereka terjebak menjadi

sehingga mengabaikan persoalan-persoalan

pengguna dan pengedar pil-pil setan dan zat-

moral dan keluhuran budi, kalau pun ada

zat adiktif lainnya. Kondisi demikian, masih

penyampaiannya

diperparah dengan miskinnya keteladanan

Maka dipandang perlu ada terobosan visioner

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

cenderung

indoktrinatif.

ISSN 2338-2155

23

yang

dapat

menginternalisasikan sesuai

dengan

mengajak

dan

lingkungan dan kebangsaan yang terwujud

pendidikan

karakter

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

dinamika

perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

tuntutan

dan

hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

perkembangan psikososial peserta didik. Pembelajaran diharapkandapat

karya

menjadi

Saat ini bagi Indonesia, pendidikan

sastra,

medium

yang

karakter

juga

berarti

melakukan

strategis untuk mewujudkan tujuan mulia itu.

sungguh-sungguh,

Melalui karya sastra, sejak dini peserta didik

berkelanjutan untuk

dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan

menguatkan

olah budi secara intens sehingga secara tidak

semuaorang Indonesia bahwa tidak akan ada

langsung

masa

mereka

memiliki

tindak

dan

sitematik

usaha

membangkitkan dan

kesadaran

depan

yang

dan

serta

lebih

keyakinan

baik

tanpa

kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan

membangun dan menguatkan karakter bangsa

berkreasi

dengan

tersebut.

Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa

Melalui

makalah

ingin

depan yang lebih baik yang dapat diwujudkan

menunjukan bahwa sastra dapat digunakan

tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin

sebagai

diri, tanpa kegigihan, tanpasemangat belajar

media

karya

sastra

ini

penulis

penyampaian

pendidikan

yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa

karakter kepada peserta didik. Titik fokus permasalahan dalam tulisan

tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di

ini adalah upaya-upaya apa saja dalam

tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat

pembelajaran sastra yang dapat dijadikan

berkontribusi bagikemajuan bersama, serta

media

tanpa rasa percaya diri.

penyampaian

pendidikan

karakter

Akhirnya, karakter didefinisikan secara

terhadap peserta didik? Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk

berbeda-beda oleh berbagai pihak. Karakter

memberikan masukan bagi pendidik, sekolah,

menurut Depdikbud adalah bawaan, hati,

institusi-institusi

sumbangsih

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

terhadap khalayak umum khususnya dunia

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.

pendidikan bahwasanya sastra dapat dijadikan

Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

media

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.

untuk

lain

dan

menyampaikan

pendidikan

karakter kepada peserta didik.

Di samping itu, ada juga yang menyebutkan bahwa karakter sebagai penilaian subjektif

Pendidikan Karakter Bangsa

terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku

penilaian subjektif terhadap kualitas mental

manusia yang berhubungan dengan Tuhan

saja,

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

membentuk karakter hanya berkaitan dengan

24

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

sehingga

upaya

mengubah

ISSN 2338-2155

atau

stimulasi

terhadap

intelektual

seseorang.

lebih luas sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Sejalan pula dengan

(thefreedictionary.com, 2004). Sedangkan menurut Megawangi (2003),

pandangan Piaget dalam Pateda (1988) dalam

kualitas karakter meliputi sembilan pilar,

usaha mencari hubungan antara bahasa dan

yaitu (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-

pikiran anak, mengemukakan pendapat bahwa

Nya; (2) Tanggung jawab, Disiplin dan

perkembangan bahasa dan penggunaannya

Mandiri; (3) Jujur/amanah dan Arif; (4)

oleh anak tercermin dalam perkembangan

Hormat dan Santun; (5) Dermawan, Suka

mentalnya. Persepsi anak dan lingkungan

menolong, dan Gotong-royong; (6) Percaya

sosialnya memegang peranan penting dalam

diri, Kreatif dan Pekerja keras; (7)

kehidupan

Kepemimpinan dan adil; (8) Baik dan

anak

tersebut.

Lingkungan

sekitarlah yang memrogram bagaiman kelak sang anak akan tumbuh dan berkembang.

rendah hati; (9) Toleran, cinta damai dan kesatuan.

Pendidikan Karakter dan Pembelajaran

Orang yang memiliki karakter baik

Sastra

adalah orang yang memiliki kesembilan pilar juga

Produk aktivitas sastra sebagai potret

kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang

atau cerminan keadaan sosial budaya bangsa

dengan sendirinya. Perkembangan karakter

haruslah diwariskan kepada generasi muda.

pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor

Selaras

bawaan

(2008:131), sastra memiliki potensi yang

karakter

tersebut.Karakter,

(nature)

dan

seperti

faktor

lingkungan

dengan

pendapat

Herfanda

besar untuk membawa masyarakat ke arah

(nurture). Pandangan Confusius, seorang filsuf

perubahan, termasuk perubahan karakter.

terkenal Cina, dalam Megawangi (2003)

Di samping mengandung keindahan,

menyatakan bahwa manusia pada dasarnya

sastra juga memiliki nilai manfaat bagi

memiliki potensi mencintai kebajikan, namun

pembaca. Segi kemanfaatan muncul karena

bila

dengan

penciptaan sastra berangkat dari kenyataan

pendidikan dan sosialisasi setelah manusia

sehingga lahirlah suatu paradigma bahwa

dilahirkan, maka manusia dapat berubah

sastra yang baik menciptidakan kembali rasa

menjadi binatang, bahkan lebih hina lagi dari

kehidupan. Penciptaannya yang dilakukan

binatang tersebut

bersama-sama dan saling berjalinan seperti

potensi

ini

tidak

diikuti

Maka seyogyanya, berbagai sosialisasi

terjadi dalam kehidupan kita sendiri. Namun,

dan pendidikan anak yang berkaitan dengan

kenyataan tersebut di dalam sastra dihadirkan

nilai-nilai kebajikan, baik di lingkungan

melalui berbagai tahap proses . Artinya

keluarga, sekolah, maupun lingkungan yang

bahan-bahan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

tentang

kenyataan

tersebut

ISSN 2338-2155

25

dipahami melalui proses penafsiran baru oleh

mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

pengarang. Adapun manfaat sastra bagi

yaitu dengan pengintegrasian langsung nilai-

pembaca, adalah berkenaan dengan nilai-nilai

nilai karakter yang menjadi bagian terpadu

yang terkandung di dalamnya agar pembaca

dari mata pelajaran. Pendidikan karakter dapat

lebih

dicapai melalui beberapa karya sastra, di

mampu

menerjemahkanpersoalan-

persoalan dalam hidup melalui kebaikan

antaranya sebagai berikut:

jasmani dan kebaikan rohani. Bahkan pandangan lebih jauh dari itu, sastra

dalam

kaitan

dengan

pendidikan

a.

Puisi dan Lagu

Sebagaimana yang kita saksikan, puisi,

media

musik atau lagu dengan lirik yang puitis dapat

pembentuk watak dan moral peserta didik.

memberikan efek yang sangat dalam bagi

Dengan

pendidikdapat

pendengarnya. Konon telah banyak dilakukan

mempengaruhi peserta didiknya. Karya sastra

para calon ibu, bayi dalam kandungan pun

dapat menyampaikan pesan-pesan moral baik

dapat dipengaruhi dengan lagu yang diputar

secara implisit maupun eksplisit. Dengan

dekat dengan perut sang calon ibu tersebut.

mengapresiasi cerpen, novel, cerita rakyat,

Sebagai ilustrasi, silakan cermati contoh puisi

dan puisi, kita dapat membentuk karakter

berikut ini:

karakter,

yaitu

sastra

sastra

sebagai

seorang

peserta didik, sastra mampu memainkan perannya. Nilai-nilai kejujuran, kebaikan,

Kisah Seekor Ulat Kecil

persahabatan,

Seekor ulat kecil hidup dalam tumbuhan

persaudaraan,

kekeluargaan,

keikhlasan, ketulusan, kebersaman, tuntutan

yang lebat

untuk

Tanpa teman tanpa kerabat

meghormati

orangtua,

perlunya

mencintai lingkungan, dan lain sebagainya

Walaupun ia dapat hidup tanpa kerja

yang

berat

berhubungan

dengan

pendidikan

karakter, dapat kita terapkan kepada peserta

Namun ia tidak dapat makan dengan

didik melalui pembelajaran sastra.

nikmat Ulat kecil, ulat yang malang

Melalui

upaya

apa

sastra

dapat

mencekam

membentuk karakter? Peran sastra menyampaikan

sebagai media atau

pendidikankarakter

dalam

Tenggelam dalam kesunyian yang

untuk

menginjeksikan pembelajaran

Walaupun bahan pangan dan kekayaan Tak pernah kekurangan Namun ia tetap kesepian

kepada peserta didik, ada beberapa upaya

Ulat kecil bergelimang kegelisahan

yang

Menanti bintang yang akan membawa

dapat

dilakukan

oleh

pendidik.

Pengungkapkan nilai-nilai karakter dalam 26

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

kebahagiaan ISSN 2338-2155

Gairah makan si ulat hilangdalam

berbagai nilai-nilai karakter dalam lingkungan

penantian panjang

kehidupan peserta didik. Nasehat-nasehat

Ulat kecil yang malang

yang dibuat akan menggores diingatan,

Mati dalam kesunyian

kemudian

Kinanti Sevi R., Kelas II SLTPN 20

dalam kehidupan sehari-hari karena nasehat

Tangerang

Kompas Minggu, 13 Februari

mereka

akan

mengaplikasikan

itu berasal dari dirinya sendiri untuk temantemannya, atau sebaliknya.

2005 Berdasarkan puisi di atas, kita dapat

c.

Cerita Lisan

merefleksikan diri bahwa dalam kehidupan

Pemanfaatan contoh sastra lisan, dalam

sebaiknya tidak seperti ulat kecil yang hidup

hal ini cerita rakyat, merupakan sarana yang

tanpa teman dan kerabat.

ia

baik untuk memberikan contoh dan sikap

tidakdapat makan dengan nikmat. Dalam

keteladanan kepada peserta didik. Lebih-lebih

kehidupan kita harus bersosialisasi dengan

cerita yang disampaikan adalah cerita rakyat

teman sehingga kita dapat berbagi bersama.

dari daerah peserta didik sendiri, tentu akan

Dipertegas pula bahwa walaupun ulat kecil

lebih menginspirasi mereka.

Sehingga

tidak pernah kekurangan bahan pangan dan

d.

kekayaan namun ia tetap kesepian. Sehingga

Rangkaian isi cerita cerita pendek

ia bergelimang kegelisahan. Jika hal ini kita

dapatdigunakan sebagai bahan perbandingan

ajak para siswa untuk merefleksi ke dalam

dengan kehidupan atau kejadian-kejadian

kehidupan, berarti meskipun bergelimang

dalam hidup nyata para peserta didik,

kekayaan dan kemewahan tanpa adanya

kemudian

teman atau sahabat maka hidup kita akan

mempengaruhi dan mengubah hal-hal yang

berasa sepi dan tanpa kebahagiaan.

bersifat negatif dalam cerita pendek tersebut

Dari gambaran puisi di atas, para

menjadi

pendidik dapat menggunakan dan sekaligus

mereka.

Cerita Pendek atau Cerpen

dapat

nilai

digunakan

positif

dalam

untuk

kehidupan

Maka berkat ini, peserta didik mampu

memanfaatkan puisi, atau pun lirik lagu-lagu dalam rangkaian sebuah musik atau dikenal

mengambil

dengan

pendidikan karakter yang tersirat dan tersurat

musikalisasi

puisi,

untuk

secara

langsung

nilai-nilai

ke

dalam cerita pendektersebut karena rangkaian

dalam jiwa peserta didik. Dengan begitu,

isi dalam cerita pendek merupakan bagain

diharapkan akan terbentuk kehalusan budi

dari kehidupan peserta didik itu sendiri. Hal

pekerti mereka.

itu,

mengintegrasikan

b.

nilai-nilai

karakter

Pantun

dapat

juga

ditempuh

dengan

menggunakan cerita untuk memunculkan

Para peserta didik diajak membuat

nilai-nilai karakter dengan menceritakan kisah

berbagai pantun nasehat untuk memunculkan

hidup orang-orang besar yang berpengaruh

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

27

terhadap

perubahan

positif

di

berbagai

mereka lihat pada tayangan televisi. Setelah

belahan dunia.. Melalui kisah nyata yang

melalui

dialami orang-orang besar dan terkenal dapat

kemudian

menjadikan peserta didik akan terpikat dan

sekaligus meluruskan nilai-nilai apa saja yang

mengidolakan serta menumbuhkan keinginan

ada dalam film di televisi tersebut. Kiranya

menjadi seperti tokoh yang idolakan.

hal ini akan lebih menggoreskan kesan yang

e.

diskusi

dan

pendidik

mendalam tentang

Novel

apresiasi akan

bersama,

menjelaskan

nilai-nilai pendidikan

Penggunaan karya novel sebagai media

karakter yang mereka dapat dari menyaksikan

untuk mengungkapkan nilai-nilai atau norma-

tayangan, mendiskusikan yang apresiatif, dan

norma kehidupan dalam masyarakat melalui

penjelasan pendidiknya.

diskusi

dan

brainstorming

dapat

Walhasil, selain pemanfaatan media

digunakan oleh pendidik. Cerita dalam novel

sastra di atas, masih banyak cara lain yang

banyak memberikan kisah-kisah yang mampu

dapat digunakan oleh pendidik, atau bahkan

menjadikan pembacanya berimajinasi dan

dikombinasikan, untuk menyampaikan nilai-

masuk dalam cerita novel tersebut. Banyak

nilai

penikmat novel yang terpengaruh dengan isi

dicermati dan

yang ada dalam novel, baik itu gaya

faktor penyeleksian atau pemilihan bahan ajar

berbicara, busana bahkan berbagai perilaku

yang tepat adalah tahapan yang sangat

setelah membaca dan memahamirangkaian

penting. Kiranya dapat dipastikan, dengan

cerita. Dengan media novel, akan sangat baik

memilih bahan ajar yang tepat, peserta didik

apabila

akan merasakan kedalaman materi yang

pendidik

pendidikan

mampu

karakter

pun

memasukkan untuk

dapat

dalam

pendidikan

karakter.

Perlu

jangan sampai terlupakan,

membuat

mereka

menyadari

mempengaruhi peserta didiknya ke arah

kehidupan.

Tumbuh

kembangnya

sikap-sikap yang lebih positif.

kesadaran

itulah

yang

makna sikap

akan

membuat

hanya

sekadar

f. Drama

pembelajaran

Sebagai produk karya sastra pula,

mengajarkan materi kepada peserta didik,

dramadapat juga digunakan sebagai media

namun sejatinya ada proses mendidik kepada

untuk melukiskan kejadian-kejadian yang

mereka untuk bersikap lebih arif dan bijak.

berisikan nilai-nilai karakter. Maka,

secara

Sebuah

bukan

contoh,

membaca

Laskar

audio visual serta aplikasi langsung dengan

Pelangi

pementasan drama, menjadikan peserta didik

membacaBelenggu karya Iwan Simatupang

lebih mudah untuk memahami dan menyerap

bagi peserta didik pasti memiliki dampak

nilai-nilai karakter tersebut. Di samping itu,

berbeda. Barangkali proses pemahaman novel

tugas-tugas yang dapat dikerjakan di rumah

Belenggu terasa lebih sulit jika dibandingkan

dapat mengambil contoh tentang apa yang

dengan membaca dan memahami novel

28

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

karya

Andrea

Hirata

ISSN 2338-2155

dan

Laskar Pelangi. Kita tahu, rangkaian isi novel

disertakan pula pendidikan karakter di dalam

Laskar Pelangi lebih cocok digunakan dalam

penyampaiannya, baik melalui puisi, lagu,

pembelajaran,

pantun, cerita lisan, cerpen, novel, dan drama,

karena

isi

novel tersebut

berbicara masalah pendidikan, pentingnya

tampaknya

belajar, dan menghargai seorang pendidik.

pendidikan karakter untuk masuk ke dalam

Sedangkan Belenggu berisi cerita yang terlalu

jiwa peserta didik, maka secara umum

dewasa, sehingga belum sesuai dengan usia

harapannya akan mampu mengubah karakter

peserta didik. Yang pasti, bukan berarti satu

bangsa kita menuju karakter lebih baik demi

di antara novel itu buruk, yang membedakan

kemajuan bangsa dalam situasi persaingan

hanya persoalan bagaimana pemanfaatannya

global.

harus disesuaikan dengan usia mereka. Berkat

akan

mampu

membawa

DAFTAR PUSTAKA

memahami prinsip tersebut, pembelajaran

Depdikbud, 1995. Kamus Besar Bahasa

sastra diharapkan dapat dijadikan sebagai

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

instrumen pendidikan yang sebenarnya, yaitu

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan

mengubah karakter peserta didik menjadi

Karakter di Sekolah Menengah Pertama.

lebih baik, bermoral, dan bermartabat. Upaya-

Jakarta.

upaya demikian itu, semua demi generasi

Megawangi,

penerus yang lebih baik dari aspek kualitas

Karakter

sekaliguskuantitas mereka.

Madani.

Fungsi karya sastra sebagai media untuk pengintegrasian,

untuk IPPK

2003.

Pendidikan

Membangun

Masyarakat

Indonesia

Heritage

Foundation.

pendidikan

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori

karakter, penanaman nilai-nilai yang baik

Kesusastraan (Terjemahan Melani Budianta)

kepada peserta didik kiranya mampu menjadi

Jakarta: Gramedia.

satu

Restuti, Kosasih E. 2008. Mandiri, Bahasa

di

penyampaian

Ratna.

antara

metode

untuk

menuju

pendidikan yang lebih baik di tengah-tengah

Indonesia

kebangkrutan

Jakarta: Penerbit Erlangga

moral,

maraknya

tindak

untuk

SMP/MTs

Kelas

VII.

kekerasan, inkoherensi politisi atas retorika politik, yang tengah menjalar dan menjangkiti

Restuti, Kosasih E. 2008. Mandiri, Bahasa

bangsa

Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:

ini.

Maka,

pengajaran

sastra

dipastikan mampu dijadikan sebagai pintu

Penerbit Erlangga

masuk dalam penanaman nilai-nilai moral seperti kejujuran, pengorbanan, demokrasi,

http://www.pbindoppsunisma.com/wp-

santun dan berbagai sikap posiitf lainnya..

content/uploads/2013/03/ANIK-SRI-

Dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan

GUNARTI-

pendidik melalui pembelajaran sastra yang Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

54-591.pdf

diunduh 20 Mei 2013 ISSN 2338-2155

29

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA KELAS VIIIC SMP NEGERI 15 PEKALONGAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN TEKA-TEKI SILANG (TTS)

Dra. Mufidah SMP Negeri 15 Pekalongan Email : [email protected]

ABSTRAK Hasil belajar siswa Kelas VIII SMP Negeri 15 Pekalongan terhadap mata pelajaran IPS selama ini masih kurang dari 60% siswa yang dapat mencapai KKM. Berdasarkan keadaan tersebut, guru melakukan upaya agar hasil belajar siswa dapat meningkat, yaitu dengan melakukan tindakan berupa penggunaan media Teka-teki Silang ( TTS ) dalam kegiatan pembelajaran, sebagai media siswa dalam mengerjakan latihan soal-soal. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS yang dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan test dan non test, dengan alat pengumpul data berupa lembar tugas, lembar post test, dan lembar pengamatan baik oleh guru terhadap siswa maupun terhadap guru oleh kolaborator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa Kelas VIII C setelah diadakan tindakan, bila dibandingan dengan hasil belajarnya sebelum diadaakan tindakan. Penggunaan Media Pembelajaran berupa TTS dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 15 Pekalongan. Karena melalui media TTS sebagai sarana dalam mengerjakan latihan soal-soal, siswa akan berusaha untuk menemukan jawaban soal-soal dalam mengisi TTS, sehungga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi pelajaran. mereka tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran dan akan lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari. Kata kunci : hasil belajar, IPS, media pembelajaran, Teka-teki Silang ( TTS )

masyarakat, bangsa dan negara ( Undang-

PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan

Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, butir

terencana untuk mewujudkan suasana belajar

1

dan proses pembelajaran agar peserta didik

disempurnakan juga diharapkan bahwa proses

secara aktif mengembangkan potensi dirinya

pembelajaran harus

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

suasana yang aktif, kreatif dan menyenangkan

pengembangan

sehingga siswa mampu mengembangkan diri

diri,

kepribadian,

akhlak

mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, 30

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

).Dalam

sesuai

dengan

Kurikilum

2004

mampu

yang

menciptakan

lingkungannya.

Namun

ISSN 2338-2155

demikian sampai saat ini dunia pendidikan

pembelajaran masih menekankan pada aspek

kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan saja, belum menyentuh pada

pengetahuan merupakan seperangkat fakta

sikap dan kreatifitas siswa, karena guru

yang harus dihafal. Guru adalah ujung tombak

kurang melibatkan siswa agar aktif dalam

dalam

proses pembelajaran.

pembelajaran

untuk

dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran. Kelas

Rendahnya hasil belajar IPS pada

sebagian besar masih berfokus pada guru

siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Pekalongan

sebagai sumber pengetahuan yang utama, dan

dapat dilihat dari rendahnya nilai ulangan

ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi

siswa untuk mata pelajaran IPS. Hasil ulangan

pembelajaran..

harian siswa sebelum diadakan tindakan

Itulah kenyataan yang dihadapi oleh

hanya 46% siswa yang dapat mencapai KKM,

sebagian besar guru IPS. Materi pelajarannya

atau

yang kompleks, sering dianggap sebagai

60 masih jauh dari 85%, sehingga dapat

pelajaran yang mudah tapi susah, bersifat

dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran tidak

hafalan

tuntas.

dan

menyebabkan

membosankan, rendahnya

sehingga

perhatian

dan

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Rendahnya

perhatian

siswa

pada

siswa

yang

memiliki

nilai diatas

Kegiatan

ulangan

remidialpun

tidak

dapat

membantu

seringkali

memperbaiki dan menaikkan nilai mereka. Selama

mata

ini

pembelajaran

pembelajaran

menarik

metode ceramah yang diterapkan secara

prestasi

murni, sehingga siswa merasa tidak pernah

menyebabkan

kurang

rendahnya

dilibatkan

siswa.

dalam

masih

kegiatan

pelajaran IPS, ditambah dengan strategi yang

guru

dalam

kegiatan

menggunakan

pembelajaran.

Kondisi yang demikian terjadi pula

Siswa seolah-olah hanya diharuskan untuk

di SMP Negeri 15 Pekalongan. Hasil belajar

menghafal fakta-fakta, sehingga siswa merasa

siswa kelas VIII terhadap mata pelajaran IPS

bosan dan kurang berminat terhadap kegiatan

selama ini masih rendah karena nilai ulangan

pembelajaran.

mereka

bisa

ternyata menjadi salah satu fakta yang

mencapai nilai KKM. Sementara kegiatan

berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar

pengajaran dikatakan berhasil apabila 85%

siswa.

tidak

sampai

60%

yang

siswa dikelas itu dapat mencapai KKM. Hal

Pada

Keadaan

yang

ulangan

demikian

harian

itu menandakan bahwa pembelajaran IPS

pertama (semester 2 ) sebelum diadakan

kurang

masih

siklus, siswa yang tuntas ( mencapai KKM )

model

atau memiliki nilai 60 keatas sebanyak 20

pembelajaran yang kurang merangsang siswa

orang atau sebesar 55,6 %. Siswa yang tidak

untuk

tuntas atau dengan nilai kurang dari 60

menarik,

menggunakan

belajar

karena

guru

menggunakan

lebih

giat,

dan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

proses

ISSN 2338-2155

31

sebanyak 16 orang atau sebesar 44,4 %,

1988 ), dalam proses pembelajaran siswa akan

dengan nilai rata-rata kelas 55,8.

lebih mudah mencerna isi materi pelajaran

Dari gambaran keadaan diatas dapat

bila digunakan alat bantu atau media, baik

disimpulkan bahwa ketuntasan belajar kelas

berupa media cetak ( buku, modul, brosur,

VIII C secara klasikal belum tuntas, karena

atau sejenisnya ) atau media non cetak yang

baru mencapai 55,6% atau kurang dari 85 %

berupa media elektronik ( audio, videi, film,

siswa yang tuntas atau mendapatkan nilai

dsb. ). Teka-Teki Silang (Wikipedia Bahasa

minimal 60, nilai yang diperoleh siswapun

Indonesia, ensiklopedia bebas ) adalah suatu

masih berada pada nilai dengan tingkat

permainan dimana kita harus mengisi ruang-

sedang. Kondisi yang demikian mendorong

ruang kosong berbentuk kotak putih dengan

peneliti untuk mengadakan inovasi dalam

huruf-huruf yang membentuk sebuah kata

kegiatan

berdasarkan

pembelajaran

dengan

mencoba

petunjuk

yang

diberikan.

melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui

Petunjuknya bisa dibagi kedalam kategori

penggunaan media yang diharapkan dapat

pertanyaan

menjadi strategi untuk menarik minat siswa

tergantung pada arah kata-kata yang harus

dalam belajar.

diisi.

mendatar

Pemilihan

atau

menurun,

media

Teka-Teki

Penyebab mengapa prestasi belajar

Silang cocok untuk diterapkan pada materi

siswa rendah pada setiap ulangan harian dapat

IPS kelas VIII semester 2, karena materi-

diduga antara lain karena siswa kurang

materi tersebut lingkupnya luas dan bersifat

memahami konsep pengajaran IPS. Siswa

hafalan sehingga tidak efektif bila dilakukan

kurang

pembelajaran

termotivasi

menyelesaikan

tugas

rumah ( PR ), minat baca siswa rendah, dan tidak

mau

bertanya

pada

saat

dengan

metode

ceramah

ataupun diskusi Dengan

proses

menggunakan dapat

ini

pembelajaran. Guru masih menggunakan

diharapkan

metode ceramah sehingga kurang melibatkan

perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS,

siswa untuk aktif dalam pelajaran, Akibatnya

karena siswa akan aktif mencari jawaban atas

materi pelajaran menjadi kurang menarik.

pertanyaan-pertanyaan

Dari berbagai permasalahan di atas ,

akan

media

menumbuhkan

yang

harus

diselesaikan. Partisipasi aktif siswa dalam

ada satu masalah utama yang perlu mendapat

proses

perhatian, yaitu meningkatkan hasil belajar

meningkatkan hasil belajarnya. Tujuan yang

siswa pada pelajaran IPS. Upaya yang

ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas

diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar

ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS

siswa pada pelajaran IPS ialah dengan

melalui penggunaan Media Pembelajaran

menggunakan media pembelajaran berupa

Teka-Teki Silang pada siswa kelas VIII SMP

Teka-Teki Silang ( TTS ). Menurut Soeparno,

Negeri 15 Pekalongan.

32

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

pembelajaran

akan

ISSN 2338-2155

dapat

( post test ) untuk mengukur peningkatan

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelas

prestasi

belajar

siswa

dalam

VIIIC yang siswanya berjumlah 36 orang,

pembelajaran

terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa

Dilaksanakan setiap akhir siklus. Test ( Post

perempuan. Kelas VIII C merupakan kelas

Test ), digunakan untuk mengetahui hasil

yang

belajar siswa, dilakukan evaluasi dalam

mengalami

kesulitan

dalam

melalui

menerima

bentuk

karena hasil ulangan harian IPS mereka ketika

pembelajaran.Hasil post test siswa adalah

semester 1 rata-rata dibawah KKM ( kurang

nilai

dari 60 ). Kondisi siswa sebagian besar adalah

kemampuan individu pada mata pelajaran IPS

pasif dalam kegiatan pembelajaran, dan

setelah memperoleh pembelajaran dengan

mereka cenderung bersifat masa bodoh.

media TTS. (2). Observasi ( pengamatan ),

Sarana

dilaksanakan dengan melakukan observasi

yang

selama

ini

test

prestasi

pada

TTS.

memahami konsep-konsep pembelajara IPS,

pembelajaran

post

media

belajar

akhir

kegiatan

sebagai

indikator

digunakan pada mata pelajaran IPS adalah

( pengamatan ) terhadap aktifitas

buku paket, LKS, Peta, Atlas dan Globe.

pada saat pembelajaran dan mengamati

Metode yang digunakan dalam penelitian

siswa

kinerja guru dalam menerapkan media TTS

ini adalah metode deskriptif komparatif, yaitu

pada kegiatan pembelajaran.

dengan membandingkan nilai antar siklus.

( pengamatan ), digunakan oleh kolaborator

Untuk

untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam

alisis

data

dilakukan

secara

kuantitatif dan kualitatif. Analisa kuantitatif

pembelajaran,

digunakan untuk menganalisa hasil test,

menerapkan

sedangkan analisa kualitatif digunakan untuk

media TTS. (3).Dokumentasi, berupa daftar

menganalisa hasil observasi. Sumber data

nilai

dalam kegiatan penelitian ini adalah :

pembelajaran menggunakan media TTS.

(1).

Instrumen/alat

Siswa

,

berupa

hasil

proses

dan

Observasi

kinerja

pembelajaran

ulangan

harian

guru

menggunakan

sebelum

pengumpulan

datanya

meliputi

Guru

1 : berupa lembar pengamatan kegiatan guru, (2) Instrumen 2

proses pembelajaran Tehnik

yang

mengumpulkan data

(1)

kegiatan

pembelajaran dan evaluasi ( Post test ), (2). : berupa hasil pengamatan selama

:

dalam

digunakan

adalah

untuk

dengan :

Instrumen

:

berupa lembar

pengamatan kegiatan siswa, (3) Instrumen 3 : berupa lembar penilaian. Prosedur

(1). Test, menurut Suharsimi Arikunto ( 2006 :

pelaksanaan

penelitian

223 ) digunakan untuk mengukur ketrampilan,

tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau

meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,

bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

observasi, dan refleksi dalam setiap siklus,

Tes dilakukan dalam bentuk ulangan harian

maka

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

prosedur

penelitian

ini dilakukan ISSN 2338-2155

33

melalui proses berupa : rencana, tindakan,

individual.

observasi dan refleksi serta revisi hingga

berdasarkan jumlah jawaban yang diisi

mencapai tujuan yang diharapkan.

dengan benar.

Rencana lakukan

adalah

Menyiapkan

tindakan

yang

sebagai

berikut

Rencana

peneliti

6.

Untuk

Nilai

menguji

siswa

dihitung

kemampuan

siswa

(1).

( evaluasi ) guru melakukan ulangan

Pelaksanaan

dalam bentuk post test yang dilakukan

:

Pembelajaran ( RPP ), (2). Menyiapkan media

pada akhir kegiatan pembelajaran

pembelajaran berupa TTS untuk latihan soal-

Kegiatan tindakan pada Siklus I dan II ini

soal, (3). Menyiapkan Lembar Pengamatan

dilaksanakan dengan bantuan kolaborator.

Kegiatan Siswa, (4). Menyiapkan Lembar

HASIL

Pengamatan Kegiatan Guru, (5). Menyiapkan

PEMBAHASAN

siswa

jawaban TTS dan Post Test. langkah-langkah

kegiatan

oleh

peneliti

selama

kegiatan

pembelajaran menggunakan media TTS pada

pembelajaran dengan menggunakan TTS

Siklus

sebagai media pembelajaran adalah :

Penyimpangan

1.

tentang

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

DAN

Hasil pengamatan terhadap kegiatan

soal-soal post test, (6). Menyiapkan kunci

Adapun

PENELITIAN

I

dengan

materi

Sosial”

besarnya

“Pengendalian

didapatkan

data

motivasi siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, keaktifan

yang ingin dicapai. 2. Guru menugaskan siswa untuk membaca

dalam mencari jawaban soal-soal melalui

buku-buku sumber ( buku-buku paket atau

materi yang telah dipelajari dan kemandirian

LKS ) dengan menunjukkan materi yang

siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Pada aspek Motivasi , 80% siswa telah

harus dikuasai dan memberikan batasan

memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran.

waktu ( 20 menit ). 3.

Untuk mengetahui tingkat pemahaman

Aspek Keaktifan 77,9 % ,ini terlihat dari

siswa dalam pendalaman materi tersebut,

kesungguhan dari sebagian besar siswa dalam

siswa

berusaha

ditugaskan

untuk

mengerjakan

mencari

jawaban

atas

latihan soal-soal dalam bentuk TTS.

pertanyaan-pertanyaan dalam TTS dengan

Waktu mengerjakan TTS di batasi, ( 20

aktif

menit ).

Kemandirian 75,7 % , yang tampak pada cara

4. Guru mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berusaha

agar menyelesaikan

siswa tugasnya

sendiri-sendiri. 5. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa untuk dievaluasi sebagai nilai tugas 34

untuk

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

membaca

mereka

berusaha

pertanyaan

dalam

buku

sumber.

menjawab TTS

yang

Aspek

pertanyaandilakukan

dengan bersaing secara sehat, karena adanya motivasi dari guru dengan memberi pujian bagi yang selesai lebih cepat dari teman lainnya. ISSN 2338-2155

Berdasarkan

hasil

kegiatan

direncanakan peneliti pada siklus I dapat

pengamatan kegiatan siswa oleh peneliti pada

tercapai sebesar 78,9 %.

ketiga aspek, dapat disimpulkan bahwa rata-

Kegiatan

pembelajaran

rata motivasi,keaktifan dan kemandirian siswa

menggunakan

dalam

dengan

dengan mengadakan penilaian terhadap tugas

menggunakan media TTS adalah 77.9% .

individu dengan menilai hasil pekerjaan siswa

Dalam penelitian tindakan kelas ini

dalam latihan soal-soal melalui media TTS.

mengikuti

peneliti

pembelajaran

mengadakan

kerjasama

dengan

Hasil

media

dengan

siswa

TTS ditindaklanjuti

dalam

latihan

soal-

seorang kolaborator yang kebetulan juga

soal menggunakan media TTS

sebagai Kepala Sekolah disekolah kami, yaitu

bahwa 28 siswa memiliki nilai antara 60 – 90

Bapak Slamet Suroso, S. Pd. Kolaborator

yang ini berarti 80% siswa telah tuntas.

melakukan pengamatan terhadap kegiatan

Sedangkan

guru selama kegiatan pembelajaran didalam

mendapatkan nilai kurang dari 60, artinya

kelas.

dari

20% siswa belum tuntas, sedangkan nilai rata-

pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator

rata kelasnya adalah 65,9. Maka dapat

terhadap kegiatan yang dilakukan peneliti

dikatakan bahwa pada siklus I kegiatan

ialah:

pembelajaran secara klasikal di Kelas VIII C

Adapun

hasil

penilaian

7

siswa

diketahui

lainnya

masih

Ketika siklus I, pada aspek Kegiatan

belum tuntas, karena siswa yang dapat

Pendahuluan peneliti mendapatkan skor 32

menyelesaikan tugas dengan nilai mencapai

dari skor maksimal yang seharusnya 40.

KKM baru 80 %. Namun demikian nilai yang

Artinya, pada aspek kegiatan pendahuluan

mereka dapatkan dalam nilai tugas setelah

peneliti baru melakukan 80 % dari kegiatan

diadakan tindakan kelas sudah bagus.

yang telah direncanakan dalam RPP. Pada

Penilaian

juga

dilakukan

dengan

aspek kegiatan inti, peneliti mendapat skor 23

mengadakan evaluasi berupa post test pada

dari skor maksimal yang seharusnya 30.

akhir kegiatan untuk mengetahui tingkat

Berarti peneliti baru melaksanakan 76,7 %

penguasaan siswa terhadap materi yang telah

dari semua kegaiatan yang telah direncanakan.

mereka pelajari. Hasil evaluasi melalui post

Dan pada aspek kegiatan penutup, skor yang

test pada siklus I, menunjukkan bahwa siswa

diberikan oleh kolaborator adalah 20 dari skor

yang tuntas ( mencapai nilai KKM ) atau

maksimal

Ini

memiliki nilai 60 keatas adalah sebanyak 27

mengandung maksud bahwa peneliti baru

siswa atau sebesar 77,1 %, sedangkan siswa

melaksanakan 80 % dari kegiatan yang

yang tidak tuntas atau memiliki nilai kurang

direncanakan. Dan secara keseluruhan, rata-

dari 60 adalah sebanyak 8 siswa atau sebesar

rata

22,9 %, dan nilai rata-rata kelasnya 67,4. Hal

yang

kegiatan

seharusnya

pembelajaran

25.

yang

telah

ini dapat diartikan bahwa hasil ulangan siswa Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

35

Kelas VIII C secara klasikal belum tuntas,

TTS, dengan aktif mencari jawabannya dari

karena kurang dari 85 % siswa yang tuntas

buku sumber. Kemandirian

atau mendapatkan nilai 60 keatas. Namun

kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah

demikian, dengan penggunaan TTS sebagai

89. Namun demikian kemandirian siswa

media pembelajaran hasil belajar siswa lebih

belum sepenuhnya terjadi karena masih ada

meningkat bila dibandingkan dengan hasil

siswa yang bertanya-tanya tentang jawaban

belajar mereka pada pra siklus, dan nilai yang

pada teman sebelahnya.

mereka dapatkanpun sudah berada pada

Berdasarkan

tingkat cukup tinggi, karena sudah ada yang

kegiatan siswa terhadap ketiga aspek oleh

mendapatkan nilai 100.

peneliti , dapat disimpulkan bahwa rata-rata

Berdasarkan

hasil

pengamatan

hasil

siswa dalam

kegiatan

pengamatan

motivasi, keaktifan dan kemandirian siswa

terhadap kegiatan siswa oleh peneliti pada

dalam

siklus II dengan materi “ Pelaku-pelaku

menggunakan media TTS pada siklus II

Ekonomi

adalah 91,4% .

dalam

Sistem

Perekonomian

mengikuti

pembelajaran

dengan

Hasil pengamatan yang dilakukan

Indonesia, selama kegiatan pembelajaran menggunakan media TTS didapatkan data

kolaborator

tentang

ialah , pada aspek kegiatan pendahuluan

motivasi siswa yang lebih besar

pada

peneliti

di

siklus

II

pembelajaran,

peneliti mendapatkan skor 36 dari skor

keaktifan siswa yang lebih serius dalam

maksimal yang seharusnya 40. Artinya, pada

mencari jawaban soal-soal, dan kemandirian

aspek kegiatan pendahuluan peneliti sudah

siswa dalam menyelesaikan tugasnya juga

melakukan 92,5 % dari rencana kegiatan yang

lebih baik.

disiapkan. Pada aspek kegiatan inti, peneliti

dalam

mengikuti

kegiatan

Besarnya motivasi siswa pada siklus II, dalam

mengikuti

kegiatan

pembelajaran

mendapat skor 27 dari skor maksimal yang seharusnya

30.

Berarti

peneliti

telah

dengan menggunakan media TTS adalah

melaksanakan 90% dari semua kegaitan yang

sebesar 92,9 % . Hal ini dapat diartikan

telah direncanakan. Dan pada aspek kegiatan

bahwa lebih dari 92 % siswa memiliki

penutup, skor yang diberikan oleh kolaborator

motivasi untuk mengikuti pelajaran. Terbukti

adalah

ketika mengerjakan

tugas,

siswa terlihat

seharusnya

bersungguh-sungguh

dan

memanfaatkan

melaksanakan 92 % dari kegiatan yang

waktu

dengan

sebaik-baiknya.

Keaktifan

22

dari 25.

skor Artinya

maksimal

yang

peneliti

telah

direncanakan. Secara keseluruhan, rata-rata

siswa dalam mengerjakan tugas pada siklus II,

kegiatan

adalah sebesar 92,1 % . Hal ini dapat dilihat

direncanakan peneliti dapat tercapai sebesar

dari kesungguhan

91,5 %.

siswa dalam mencari

pembelajaran

yang

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam 36

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

telah

individu

31 siswa atau sebesar 88,6 %, sedangkan

dengan menilai hasil pekerjaan siswa dalam

siswa yang tidak tuntas atau memiliki nilai

latihan soal-soal melalui media TTS pada

kurang dari 60 adalah sebanyak 4 siswa atau

siklus II adalah, 33 siswa memiliki nilai

sebesar 11,4 %. Nilai rata-rata kelas 72,8. Hal

antara 60 sampai 90, yang ini berarti 94,3 %

ini dapat diartikan bahwa hasil ulangan siswa

siswa telah tuntas. Sedangkan 2 siswa lainnya

Kelas VIII C pada siklus II secara klasial

masih mendapatkan nilai kurang dari 60,

tuntas karena sudah mencapai 88,6 % siswa

artinya 5,7 % siswa belum tuntas, dan nilai

yang telah tuntas atau mendapatkan nilai 60

rata-rata kelasnya ialah 81. Jadi pada siklus II

keatas. Dengan demikian dapat disimpulkan

ketuntasan belajar kelas VIII C secara

bahwa dengan menggunakan media TTS

klasikan telah tuntas, karena sudah lebih dari

dalam kegiatan pembelajaran, prsetasi belajar

85 % siswa mendapatkan nilai 60 keatas.

siswa lebih meningkat.

Penilaian

terhadap

tugas

Hasil post test pada siklus II adalah , siswa yang tuntas ( mencapai nilai KKM ) atau memiliki nilai 60 keatas adalah sebanyak

Perbandingan hasil ulangan siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Jumlah Responden No

Nilai

Pra Siklus

Siklus I

Ketuntasan Siklus

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

II

TT

T

TT

T

TT

T

16

20

8

27

4

31

44,4%

55,6

22,9

77,1

11,4%

88,6

%

%

%

1

≤ 59

16

8

4

2

60 -69

11

6

5

3

70 – 79

8

10

10

4

80 – 89

1

9

12

5

90 -100

-

2

4

Jumlah

36

35

35

Rata-rata

55,8

67,4

72,8

36

35

%

35

Dari tabel di atas didapatkan informasi bahwa

siswa menjadi lebih baik. Hal ini dapat

setelah diadakan tindakan kelas dengan

dibuktikan

menggunakan media TTS sebagai media

ulangan siswa pada siklus I ke siklus II bila

pembelajaran pada pelajaran IPS, hasil belajar

dibandingkan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

dengan

dengan

meningkatnya

pada

pra

hasil

siklus.

ISSN 2338-2155

37

Perbandingan hasil ulangan siswa pada pra

karena siswa aktif mencari jawaban dalam

siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada

buku materinya untuk dapat menyelesaikan

grafik dibawah ini.

TTS nya. Dengan mencari jawaban atas pertanyaan dalam TTS berarti siswa telah berusaha untuk belajar dengan baik. Siswa

SIMPULAN penelitian

merasa dilibatkan secara langsung dalam

penulis

kegiatan pembelajaran, sehingga tidak merasa

lakukan, penulis dapat membuat kesimpulan

jenuh atau bosan dengan pelajaran IPS,

sebagai berikut :

bahkan mereka terlihat tertarik dan asyik

Penggunaan model pembelajaran TTS dalam

dengan

belajarnya.

kegiatan

dengan

media

Berdasarkan penelitian

tindakan

hasil

kelas

pembelajaran

yang

IPS

dapat

Model

TTS

telah

pembelajaran nyata

dapat

siswa,

meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus I

keaktifan siswa dalam kegiatan belajar serta

dengan ketuntasan 77,1 % menjadi 88,6 %

kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas.

pada siklus II.

meningkatkan

motivasi

belajar

Hal ini disebabkan karena dengan media

Maka secara umun dapat dikatakan bahwa

pembelajaran berupa TTS siswa lebih tertarik

penggunaan model pembelajaran teka-teki

untuk belajar dan aktif dalam pembelajaran.

silang dapat meningkatkan hasil belajar IPS

Sikap negatif siswa seperti suka berbicara

siswa

atau bermain-main sendiri dengan temannya

Pekalongan pada semester II Tahun Pelajaran

pada jam pelajaran IPS menjadi berkurang,

2010 / 2011.

kelas

VIII

C

SMP

Negeri

15

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Pembinaan SMP, 2006, Pengembangan Media Pembelajaran, Dirjen Manajemen Dikdasmen, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Soeparno, 1988, Media Pengajaran, Intan Pariwara, Surakarta. Suharsimi Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Wikipedia, 2010, Teka-teki Silang, http : // id.wikipedia.Org / Wiki / TTS Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional http://mgmpipssmpkotapekalongan.blogspot.com/2013/01/penelitian-tindakan-kelas-2.html

38

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN O l e h : Heru Asri Poerno Matan Pengawas Pendidikan Kota Surabaya

melaksanakan

A. PENDAHULUAN

Kepala sekolah merupakan pemimpin di sekolah yang dipimpinnya. Semua sumber daya, baik sumber daya manusia yang meliputi guru, pegawai, dan peserta didik serta sumber daya yang lain berada di bawah Dengan kepemimpinan

kepala sekolah inilah semua orang yang dipimpinnya diharapkan dapat melaksanakan tugas

mereka dengan sebaik- baiknya.

Kemajuan atau kemunduran suatu sekolah sangat ditentukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah yang mendapat kewenangan untuk mengelola sekolah dengan melibatkan semua pihak dengan tujuan untuk mengembangkan sekolah kearah keberhasilan. Dalam hal ini kepala sekolah haruslah benar- benar dapat mewujudkan

kepemimpinanyna,

sehingga

orang- orang yang dipimpin dapat bekerja dengan penuh semangat dan motifasi yang tinggi. Seorang kepala sekolah yang bijaksana akan selalu berusaha agar orang- orang yang dipimpin dapat melaksanakan kewajibannya dengan semangat yang tinggi dan penuh kesadaran dalam keadaan apapun. Sebagai seorang pemimpin, maka sudah sewajarnya seorang kepala sekolah dapat memberikan dorongan

kepada

anak

dengan

penuh

kesungguhan, dengan melakukan kebijakan-

1. Latar belakang

kepemimpinannya.

tugas

buahnya

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

agar

kebjakan yang demokratis dan terpuji. Karena sebagai manusia

awam staf juga ingin

memperoleh penghargaan dan bimbingan dari pimpinannya.

Dengan

demikian

jabatan

kepala sekolah menuntut profesionalisme yang tinggi agar sekolah yang dipimpinnya benar- benar dapat berhasil sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut. Selain itu seorang kepala sekolah harus memahami tipe- tipe kepemimpinan kependidikan.

khususnya

dibidang

Pemahaman

tipe

kepemimpinan ini diperlukan karena anak buah yang dipimpinnya cukup beragam dan dengan berbagai karakter yang beragam pula. Sehingga dapat menerapkan berbagai tipe kepemimpinan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Perkembangan dalam era globalisasi dan tuntutan perkembangan masyarakat, juga menuntut seorang kepala sekolah senantiasa tanggap dan mempunyai kemauan untuk maju dan

berkembang

serta

memiliki

jiwa

kewirausahaan dalam menyiapkan anak didik memasuki masa depannya. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi dalam sekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat berpengaruh, bahkan

sangat

menentukan

terhadap

ISSN 2338-2155

39

kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam

Dalam sebuah lembaga pendidikan agar dapat

pendidikan modern, kepemimpinan kepala

bekerja sesuai dengan fungsinya, maka para

sekolah perlu mendapat perhatian secara

pengelolanya harus memiliki kepemimpinan.

sungguh- sungguh.

Dalam dunia pendidikan diperlukan adanya kepemimpinan

2. Tujuan Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah “ kepemimpinan pendidikan “ juga dimaksudkan sebagai pelengkap

referensi

untuk

meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia, khususnya Kepala Sekolah, dan siapapun yang peduli terhadap pendidikan.

pendidikan

dari

kepala sekolah. Secara sederhana dapat dikatakan yang

dimaksud

pendidikan

dengan

adalah

kepemimpinan

kepemimpinan

penggerak-penggerak

pendidikan

Education Leadership

yang

ditulis

ini ada beberapa hal yang perlu diketahui dan

mengemukakan

dipahami

kepemimpinan sebagai berikut :

sekolah

sebagai

pimpinan pendidikan, yaitu : yang

dengan

kepemimpinan kepala sekolah ? manakah yang

kepala

mendukung

kepemimpinannya ? 4. Peran

apakah

yang

harus sekolah

dalam memimpin sekolah ?

diperlukan

sistem untuk

tentang

some goal or purpose.” Jadi

kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam

sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan itu merupakan tujuan bersama. Kepemimpinan kepala sekolah adalah cara

dilaksanakan oleh kepala

5. Bagaimana

pendapatnya

membimbing suatu kelompok sedemikan rupa

3. Apakah yang harus dimiliki untuk

Tahalele

people are induced to move forward to ward

paling efektif di sekolah ?

sekolah

oleh

“ Leadership is the process by which

dimaksud

2. Tipe kepemimpinan

yang

memiliki jiwa kepemimpinan pendidikan.

Suharto.I ( 1993 ) dan J.F.

1. Apa

yang

berlangsung dalam bidang pendidikan yaitu

Dari latar belakang dan tujuan dalam makalah

kepala

bahwa

C.A Weber dalam bukunya Fundamentals of

B. PERMASALAHAN

oleh

seorang

seleksi jabatan

sekolah ?

atau

usaha

mempengaruhi,

kepala

mendorong,

dalam

membimbing,

mengarahkan dan menggerakkan staf, guru, yang

siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang

kepala

terkait untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Tipe-tipe

C. PEMBAHASAN

sekolah

Kepemimpinan

Pendidikan

1. Kepemimpinan Pendidikan

40

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

Pada dasarnya menurut pelaksanaan, ada tiga

dan menghargai pendapat guru, memberi

tipe dasar kepemimpinan, yaitu (a) otoriter, (b)

kesempatan

demokratis dan (c) laissez-faire.

mengembangkan inisiatif dan daya kreatifnya.

Dalam prakteknya ternyata tipe- tipe tersebut

Dibawah

cukup bervariasi tergantung pada situasi

bekerja dengan senang dan ikhlas untuk

kematangan bawahan yang akan dibinanya.

memajukan pendidikan disekolah. Semua

Bahkan dari tiga tipe dasar kepmimpinan itu

pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana

timbul tipe kepemimpinan lain, misalnya tipe

yang telah dipikirkan dan disepakati bersama.

instruktif,

Pemimpin sekolah dianggap sebagai seorang

konsultatif,

partisipatif

dan

kepada

guru-guru

kepemimpinannya

untuk

guru-guru

bapak, saudara atau kakak yang dapat

delegatif.

menempatkan diri sesuai dengan kondisi dan

a. Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter ini, seorang pemimpin memperlihatkan kekuasaanya. Ia berpendapat

keadaan lingkungannya. c. Kepemimpinan “ Laissez – faire ”

bahwa tanggung jawabnya sebagai pemimpin

Tipe kepemimpinan “ Laissez – faire “ ini

besar sekali, dialah yang bertanggung jawab

memberikan banyak kebebasan kepada anak

dalam kepemimpinannya. Ia takut dan merasa

buah. Guru-guru dan staf dibiarkan bekerja

cemas

sesuka hatinya, berinisiatif dan menurut

jika

pekerjaan

yang

dilakukan yang

kebijakan sendiri. Mereka tidak usah diawasi

diharapkan. Oleh sebab itu, pengawasannya

dalam melaksanakan tugas. Pemimpin tipe ini

sangat ketat. Suasana di sekolah selalu tegang.

bekerja tanpa rencana dan menganggap suatu

Guru- guru tidak diberi kesempatan untuk

rencana akan mengekang kebebasan guru,

berinisiatif

bahkan bimbinganpun tidak diberikan kepada

bawahannya

tidak

dan

sesuai

dengan

mengembangkan

daya

kreatifnya. Pada umumnya situasi sekolah

mereka.

tidak akan menggembirakan guru- guru dan

Pemimpin

sebagai akibatnya mereka bersifat acuh tak

“ sebenarnya bukan pemimpin,

acuh atau memberontak, kecuali guru yang

akibatnya anak

menjadi sahabat atau teman dekatnya.

kegemaran masing-masing. Semua bekerja

b. Kepemimpinan demokratis

tanpa tujuan bersama. Mungkin pemimpin

Kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan keadaan

sekarang

adalah

kepemimpinan

demokratis. Semua guru disekolah bekerja untuk mencapai tujuan

bersama dan hasil

putusan diambil melalui musyawarah dan mufakat serta ditaati. Pemimpin menghormati Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

yang

bersifat



laissez-faire sebagai

buah selalu sibuk dengan

tipe ini merasa bahwa ia tidak sanggup menjalankan tugas, atau mungkin tidak mengetahui cara-cara memimpin yang baik. Dari berbagai tipe kepemimpinan tersebut dalam prakteknya sangat situasional , artinya suatu tipe kepemimpinan dapat efektif untuk situasi tertentu dan kurang efektif untuk ISSN 2338-2155

41

situasi yang lain. Dengan demikian Kepala

b). Ketrampilan

hubungan

sekolah harus dapat memahami situasi yang

kemanusiaan,

misalnya

terjadi disekolah,sehingga dapat nenerapkan

memotivasi

tipe kepemimpinan yang efektif.

mendorong guru dan staf,

Untuk mendukung kepemimpinannya Kepala

bekerja sama dengan orang

sekolah harus memiliki beberapa hal yang

lain. c). Ketrampilan

sangat mempengaruhi keberhasilan dalam

mengembangkan

pribadi

pengembangan

harus

sekolah,

memperkirakan

yang

masalah yang akan muncul

percaya diri, berani, bersemangat,

dan

murah hati dan memiliki kepekaan

pemecahannya.

Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Hal ini merupakan bekal utama Kepala Sekolah agar dapat menjelaskan kepada semua pihak baik guru, staf dan pihak lain, serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapai.

3). Pengetahuan yang luas. Dalam hal ini seorang Kepala Sekolah harus emiliki pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang lain yang terkait.

tugasnya

sebagai

Kepala

Sekolah, yaitu : a).

Ketrampilan

teknis,

misalnya menyusun jadwal pelajaran,

melakukan

supervisi

pengajaran,

memimpin rapat, dan lainlain. 42

a.

Keputusan

Menteri

Pendidikan

Nasional RI nomor 162/U/2003 tentang pedoman

penugasan

guru

sebagai

Kepala Sekolah, antara lain dinyatakan bahwa

guru

tambahan untuk

dapat

sebagai

diberi

Kepala

memimpin

dan

tugas Sekolah

mengelola

pendidikan disekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam Bab III pasal 4, syarat-syarat guru yang diberi tugas sebagai Kepala Sekolah meliputi persyaratan umum

4). Ketrampilan professional yang terkait dengan

mencari

3. Landasan Hukum

sosial (Depdikbud, 1998). 2).

konseptual,

konsep

1). Kepribadian yang kuat, dalam hal ini Sekolah

dan

misalnya mengembangkan

pelaksanaan memimpin sekolah, yaitu :

Kepala

dan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

dan persyaratan khusus. Persyaratan umum yang dimaksud antara lain meliputi keimanan kepada

Tuhan

dan ketaqwaan

YME,

usia,

sehat

jasmani dan rohani, pengalaman aktif mengajar serta DP3 dalam 2 tahun terakhir serendah-rendahnya bernilai baik,

kecuali

memperoleh

unsur nilai

kesetiaan

amat ISSN 2338-2155

baik.

Sedangkan persyaratan khusus selain

Selain sebagai pemimpin,

Kepala

pendidikan terendah juga kepangkatan

Sekolah juga harus berfungsi sebagai

minimal yang harus dipenuhi. Selain

manajer di sekolah. Oleh karena itu antara

itu khusus untuk calon Kepala Sekolah

kepemimpinan dan manajerial tidak dapat

SMA, SMK dan SLB diutamakan yang

dipisahkan.

dapat komunikasi dalam bahasa Inggris

menjiwai manajer dalam melaksanakan

dan atau bahasa asing lainnya.

tugasnya.

Kepemimpinan

akan

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Adapun tugas Kepala Sekolah sering

RI nomor 13 tahun 2007 tentang

dirumuskan sebagai EMASLEC, yaitu

standar kompetensi Kepala Sekolah /

Educator

Madrasah, pada pasal 1 (1) disebutkan

Administrator,

bahwa untuk diangkat sebagai Kepala

Leader (pemimpin), Enterpreunership

Sekolah/Madrasah,

(wira usahawan) dan Climator (pencipta

seseorang

wajib

(pendidik),

Manajer,

Supervisor

(penyelia),

memenuhi standar kompetensi Kepala

iklim kerja).

Sekolah / Madrasah yang berlaku

Dalam melaksanakan ketujuh tugas itulah

nasional.

kepemimpinan

Adapun standar yang dimaksudkan

Kepala

meliputi standar kualifikasi umum,yaiu

pendidikan

kualifikasi

akademis,

melaksanakan ketujuh tugas tersebut.

mengajar,

usia

pengalaman

serta

jenjang

akan

Sekolah

Penilaian

diterapkan.

sebagai

harus

kinerja

pemimpin

terpadu

Kepala

Jadi

dalam

Sekolah

Sedangkan

dilakukan secara berkala oleh pejabat

kualifikasi khusus yang harus dipenuhi

yang berwenang yang ditunjuk meliputi

meliputi status sebagai guru, memiih

aspek berdasarkan tugas dan tanggung

sertifikat pendidik sebagai guru dan

jawab Kepala Sekolah ,yaitu Emaslec.

memiliki sertifikat pendidik sebagai

Selain itu dalam penilaian kinerja agar

guru dan memiliki sertifikat Kepala

mendapatkan gambaran secara utuh juga

Sekolah yang diterbitkan oleh lembaga

dilakukan penilaian input dan output baik

yang ditetapkan pemerintah.

akademis maupun non akademis selama

kepangkatan

minimal.

Selain standar kualifikasi,

seorang

kepemimpinan

Kepala

Sekolah

yang

calon Kepala Sekolah harus memenuhi

bersangkutan.

standar

meliputi

digunakan sebagai bahan menentukan

kepribadian,

promosi ataupun mutasi Kepala Sekolah

demensi

kompetensi kompetensi

yang

Hasil penilaian kinerja

manajerial, kewirausahaan, supervisi

sebagaimana

tertuang

dan kompetensi sosial.

Kepmendiknas nomor 162/U/2003.

dalam

4. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

43

Masing-masing komponen tugas Kepala

4) Kemampuan membimbing siswa,

Sekolah tersebut dapat diuraikan dalam

dengan

indikator

beberapa aspek sebagai berikut :

ekstrakurikuler

dan

a. Komponen Kepala Sekolah sebagai

lomba

sekolah

diluar

kegiatan mengikuti seperti

kesenian, olah raga dan lain-lain.

Pendidik (Educator) Aspek yang ada dalam komponen

5) Kemampuan

mengembangkan

pendidik meliputi :

staf melalui berbagai kegiatan,

1) Prestasi sebagai guru, dengan

misalnya

indikator

program

tenaga administrasi secara teratur,

melaksanakan

melalui pertemuan guru di MGMP,

menyusun

pembelajaran,

pendidikan/pelatihan

KBM,melaksanakan

melalui seminar/diskusi/lokakarya,

evaluasi,melakukan analisis hasil

melalui penyediaan bahan bacaan,

belajar

memperhatikan kenaikan pangkat

serta

melaksanakan

program perbaikan dan pengayaan. 2) Kemampuan membimbing guru, dengan

indikator

program

menyusun

pengajaran

bimbingan

dan

konseling,

melaksanakan program pengajaran dan

bimbingan

konseling,

mengevaluasi hasil belajar dan layanan

bimbinan

konseling,

menganalisis hasil evaluasi belajar dan layanan bimbingan konseling serta

melaksanakan

pengayaan

program

dan

perbaikan

dan memperhatikan jenjang karir. 6) Kemampuan

mengikuti

perkembangan melalui

IPTEK

dengan

pendidikan/pelaihan,

pertemuan

profesi,

media

elektronik dan lain-lain. 7) Kemampuan mengajar jadwal

memberi

yang

baik

pelajaran

contoh melalui

perminggu

dengan perangkatya, memberikan alternatif

strategi

pembelajaran

yang efektif seperti pemanfaatan media pembelajaran yang ada.

/remedial. b. Komponen Kepala Sekolah sebagai 3) Kemampuan karyawan,

membimbing dengan

menyusun

program

melaksanakan serta

44

tugas

Manajer

indikator kerja, sehari-hari

mengevaluasi

dan

Dalam

hal

ini

aspek

yang

ada

meliputi : 1) Kemampuan menyusun program

mengendalikan kinerja karyawan

sekolah,

secara periodik.

memiliki program baik jangka

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

dengan

indikator

ISSN 2338-2155

panjang, menengah dan program

1) Aspek

kemampuan

mengelola

jangka pendek baik akademik

administrasi

maupun

non akademik serta

bimbingan, administrasi kesiswaan,

mempunyai mekanisme monitor

ketenagaan, keuangan dan aspek

dan evaluasi pelaksanaan program

mengelola administrasi sarana /

secara sistematika dan periodik.

prasarana sekolah.

2) Kemampuan

menyusun

pembelajaran

2) Memiliki data secara lengkap serta tertata secara sistematis dan

organisasi/kepegawaian disekolah,dengan

indikator

nampak ada arah peningkatan /

organisasi

pengembangan

dengan struktur yang jelas disertai

pengaturannya.

memiliki

struktur

dan

uraian tugas serta penunjukkan personalia yang sesuai dengan kemampuan yang bersangkutan.

dalam

d. Komponen Kepala Sekolah sebagai Supervisor (penyelia) Sebagai supervisor (penyelia), aspek

3) Kemampuan menggerakkan staf, dengan

indikator

menggerakkan

ada

upaya

staf

secara

terprogram, memiliki bukti catatan hasil serta melakukan evaluasi untuk peningkatan kinerja staf. 4) Kemampuan

yang yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah adalah : 1) Kemampuan menyusun program supervisi

pendidikan,

indikator

memilki

dengan program

supervisi yang terjadwal secara

mengoptimalkan

rinci, memiliki instrumen supervisi

sumber daya sekolah, dengan

dan

indikator

minimal 1 kali pertahun atau setiap

ada

program

pemanfaatan sumber daya dan pelaksanaannya

optimal,

ada

evaluasi, ada analisis dan ada program

tindak

lanjut

pemanfaatan sumber daya. c. Komponen Kepala Sekolah sebagai administrator Aspek yang diperlukan dalam hal Kepala Sekolah sebagai administrator adalah : Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

frekuensi

supervisi

kelas

kegiatan. 2) Kemampuan supervisi

melaksanakan

pendidikan,

dengan

indikator ada pelaksanan supervisi terjadwal,

dilaksanakan

dengan

instrumen, dan setiap guru dapat disupervisi minimal 1 kali dalam 1 tahun atau setiap kegiatan. 3) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi,

dengan

indikator

ISSN 2338-2155

45

melaksanakan hasil supervisi yang terjadwal

dengan

dilaksanakan

untuk setiap guru / karyawan.

Leadership (pemimpin) yang

indikator mampu berkomunikasi, memahami

e. Komponen Kepala Sekolah sebagai

Aspek

5) Kemampuan komunikasi, dengan

pembaca

lawan

bicara

atau

tulisannya

dan

dapat

memanfaatkan media yang ada dan efisien dalam menggunakan waktu

diperlukan

dalam

dan tulisan.

komponen ini adalah : 1) Memiliki kepribadian yang kuat, yaitu

menunjukkan

jujur,percaya

sikap

diri,bertanggung

Enterpreunership (wira usahawan) 1) Kemampuan

mencari

/

jawab, berani mengambil resiko,

menemukan gagasan baru, sesuai

berjiwa besar secara konsisten, dan

dengan kebutuhan sekolah dan

tidak diragukan oleh guru, staf

disosialisasikan

administrasi

sekolah

dan

siswa,

mempercayai bahkan menjadikan teladan.

dengan

indikator

mengenal

kepada

2) Kemampuan

dibidang

warga

melakukan

pembaharuan

2) Kemampuan mengenal anak buah,

disekolah

baik

pembelajaran,kegiatan

ekstrakurikuler,

penggalian

kekurangan

sumber daya dengan sasaran yang

seluruh anak buahnya dan memiliki

jelas dan telah dijabarkan dalam

catatan perkembangannya.

program kerja dan disosialisasikan

kemampuan

dan

3) Pemahaman terhadap visi dan

kepada warga sekolah.

misi sekolah, dengan indikator

3) Memiliki jiwa wira usaha, dengan

memiliki visi dan misi sekolah,

bekerja sama dunia usaha dan

mensosialisasikan, terprogram dan

dunia industri untuk mewujudkan

dievaluasi.

visi dan misi sekolah, percaya diri,

4) Kemampuan

mengambil

keputusan,

yaitu

mampu

mengambil

keputusaan

dalam

waktu dan isi yang tepat dan sebelumnya

dimusyawarahkan

dengan guru atau karyawan atau pihak terkait. 46

f. Komponen Kepala Sekolah sebagai

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

berpikiran

positif,

berorientasi

pada hasil, berani ambil resiko, memiliki

jiwa

kepemimpinan,

berpikiran orisinal dan berorientasi kemasa depan. g. Komponen Kepala Sekolah sebagai Climator (pencipta iklim kerja) ISSN 2338-2155

1) Kemampuan

menggali

potensi

sekolah baik kekuatan maupun

2) Kemampuan menciptakan suasana yang

sehat

menyenangkan,

dan misalnya

Dalam seleksi tahap kedua ini meliputi tes tertulis yang berkaitan dengan potensi

akademik,

kepemimpinan

yang

layak,

yang meliputi integritas, kepribadian,

baik

jasmani

perilaku dan hubungan sosial serta

maupun rohani, perasaan bersatu,

kecerdasan emosi dan pemaparan

penghargaan yang wajar.

makalah.

perlakuan kesejahteraan

3) Kemampuan mengelola konflik, dengan

indikator

kemampuan

antara

Kepala

lain

Sekolah

mengatasi perselisihan, frekuensi terjadinya perselisihan.

dengan

Pendidikan

Keputusan

Nasional

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari latar belakang dan pembahasan tersebut,dapat

disimpulkan

sebagai

berikut :

5. Seleksi calon Kepala Sekolah Sesuai

pernah dicapai. b. Seleksi tahap kedua

kelemahannya.

kerja

dilengkapi bukti-bukti prestasi yang

menteri

RI

nomor

162/U/2003 tanggal 24 Oktober 2003, bahwa seleksi calon Kepala Sekolah terdiri dari dua tahapan yang merupakan satu kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan dan harus diikuti oleh semua

a. Sesuai dengan tugasnya,seorang Kepala Sekolah harus benar-benar dapat berperan

sebagai

educator, manajer, administrator, supervisor,

leader,

enterpreunership dan climator. b. Kepala Sekolah harus memahami

calon Kepala Sekolah.

tentang tipe-tipe kepemimpinan

a. Seleksi tahap pertama

pendidikan dan landasan hukum

Dilakukan untuk meneliti kelengkapan administrasi

berupa

keterangan

sehat,daftar

riwayat

hidup,surat

keterangan aktif mengajar dan atau membimbing,

DP3,

ijasah

serta

makalah atau karya tulis dibidang pendidikan.Selain

itu

dapat

pula

yang berkaitan dengan jabatan Kepala Sekolah serta memiliki kepribadian yang kuat, memahami tujuan

pendidikan,pengetahuan

luas dan ketrampilan professional. c. Seleksi calon

Kepala Sekolah

dapat dilakukan secara bertahap yaitu seleksi tahap pertama dan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

47

tahap kedua yang merupakan satu

perkembangan

kesatuan.

dapat dilakukan kegiatan rutin berupa

2. Saran

di

masyarakat,

workshop,rapat

diklat dan uji kompetensi secara

Agar kemampuan Kepala Sekolah

rutin

senantiasa dapat mengikuti dan

kemampuan Kepala Sekolah.

menyesuaikan

kerja,

untuk

meningkatkan

dengan

DAFTAR PUSTAKA Ametembun NA, 1981. Kepemimpinan dalam perubahan Pendidikan (suatu pendekatan system), Bandung. Casson Herbert.N,1986. Bagaimana seharusnya jadi pemimpin, Bandung : PT Al-Maarif. Depdikbud, 1998. Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta : Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan menengah Umum. Depdiknas, 2004. Himpunan Peraturan Perundang – undangan bidang Pendidikan, Jakarta : Biro hukum dan organisasi Sekretariat Jenderal Depdiknas. -------, 2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Indrafachrudi Soekarto,Tahalele.JF, 1993. Mengantar bagaimana memimpin sekolah yang baik, Jakarta, Ghalia Indonesia. Mantja.W, 2007. Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran, Malang : Elang Mas. Nasution Thamrin, 1984. Kepemimpinan Pendidikan bagi Kepala Sekolah, Jakarta : Penerbit Madju Medan. Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar komptensi Kepala Sekolah / Madrasah, 2007, Jakarta. Riberu.J, 1982. Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta : Tema Baru Wahjosumidjo, 1994. Kiat Kepemimpinan dalam teori dan praktek, Jakarta : PT.Harapan Masa PGRI 48

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA HUBUNGAN SEKOLAH

DENGAN

MASYARAKAT

DI

SMPN

2

MUNJUL

KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: Nurul Amaliyah http://forumgurunusantara.blogspot.com

BAB I PENDAHULUAN

4. Penghubung

A.

masyarakat dan pemerintah.

Latar Belakang Masalah

antara

sekolah

dengan

layanan

Agar sekolah dapat melaksanakan tugasnya

pendidikan yang diinginkan masyarakat dan

dengan mutu yang baik, pran serta Komite

kebutuhan sekolah bagi pendidikan generasi

Sekolah untuk terlibat secara aktif dalam

mudanya.

penyelenggaraan

Sekolah

sebagai

penyedia

Sekolah

terpisahkan

dari

jasa

adalah

bagian

;masyarakat

tak

sehingga

sekolah membutuhkan peran serta masyarakat

pendidikan,

sangat

menentukan. Untuk mengetahui sejauh mana peran

dalm meningkatkan jasa layanan pendidikan.

serta masyarakat berpartisipasi aktif dalam

Selama ini peran serta masyarakat dalam

pengambilan berbagai kebijakan sekolah akan

membantu peningkatan mutu pembelajaran di

mendorong kualitas pengelolaan pendidikan

sekolah masih sangat kurang. Banyak faktor

di sekolah,gar sekolah dapat melaksanakan

selain

belakang

tugasnya dengan mutu yang baik, pran serta

pendapatan

Komite Sekolah untuk terlibat secara aktif

masyarakat yang kebanyakan petani masih

dalam penyelenggaraan pendidikan, sangat

kurang.

menentukan.

letak

pendidikan

Menurut

geografis, juta

latar

tingkat

keputusan

Mendiknas

No.

Untuk mengetahui sejauh mana peran serta

044/U/2002, tugas dan peran Komite Sekolah

masyarakat

ada empat macam, yaitu :

pengambilan berbagai kebijakan sekolah akan

1. Memberikan

pertimbangan

penentuan

pelaksanaan

dan

berpartisipasi

aktif

dalam

dalam

mendorong kualitas pengelolaan pendidikan

kebijakan

di sekolah,gar sekolah dapat melaksanakan

pendidikan.

tugasnya dengan mutu yang baik, peran serta

2. Memberikan sumbangan pemikira, dana

Komite Sekolah untuk terlibat secara aktif

dan tenaga dalam menyelenggarakan

dalam penyelenggaraan pendidikan, sangat

pendidikan. 3. Melakukan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan

menentukan. Untuk mengetahui sejauh mana peran serta masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengambilan berbagai kebijakan sekolah akan mendorong kualitas pengelolaan pendidikan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

49

di sekolah, penulis mencoba mengadakan

2. Sejauh mana peran aktif orang tua/ wali

penelitian

yang

murid terhadap penyelenggaraan

dilaksanakan di SMPN 2Munjul kabupaten

pendidikan jangka menengah.

tindakan

sekolah

Pandeglang B.

E. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian untuk

Identifikasi Masalah

Situasi menunjukkan bahwa peran orang tua/

memperoleh data tentang peran aktif orang tua/ wali murid terhadap penyelenggaraan

wali murid hanya sebatas sebagai penyandang dana,

sehingga

berpartisipasi

terkesan secara

mereka

tidak

aktif

untuk

pendidikan di SMPN 2Munjul kabupaten Pandeglang.

meningkatkan mutu pembelajaran disekolah.

F.

Kehadiran orang tua/ wali murid disekolah

Pada

jarang sekali. Pertemuan warga sekolah

mendapat manfaat antara lain :

dengan orang tua/ wali murid di sekolah

1. Untuk Penulis

demikian

pertemuan

untuk

untuk

meningkatkan

mutu

penulis

berharap

tentang peran aktif masyarakat dan warga sekolah. 2. Untuk Guru

pembelajaran tidak terjadi. C.

penelitian,

wawasan dan pengetahuan khususnya

membahas upaya bersama warga sekolah dan masyarakat

akhir

Penelitian ini diharapkan bermanfaat guna

bertepatan dengan pembagian buku raport. Dengan

Manfaat Penelitian

Menambah

Pembatasan Masalah

Masalah dalam kegiatan penelitian merupakan

pentingnya

suatu hal yang harus dicari pemecahannya.

dalam

mengikutsertakan

tentang masyarakat

pendidikan.

Masalah yang penulis kemukakan sangat kompleks, oleh sebab itu penulis membatasi

pengetahuan

3. Untuk Murid Murid

ruang lingkup masalah pada hal peran aktif

sadar

bahwa

mereka

dalam

orang tua murid terhadap penyelenggaraan

menuntut ilmu didukung oleh semua pihak.

pendidikan di SMPN 2Munjul kabupaten

4. Untuk Sekolah Dapat

Pandeglang. D.

yang

dihadapi

gambaran

tentang

keberhasilan pengelolaan sekolah yang

Perumusan Masalah

Masalah

dijadikan

dalam

melibatkan

rangka

melaksanakan penelitian akan lebih jelas

unsur

peran

aktif

orang

tua/wali murid.

apabila dirumuskan. Masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.Faktor apa saja yang menjadi latar belakang

A.

belum berperan-aktifnya orang tua/ wali murid? 50

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

Landasan Teori Menurut surat keputusan Mendiknas No.

044/U/2002, tugas atau peran Komite ISSN 2338-2155

A.

Sekolah ada empat macam, yaitu : 1. Memberikan

pertimbangan

Lokasi Penelitian SMPN

dalam

2

Munjul

kabupaten

Pandeglang berdiri sejak tahun 1987 terleltak

penentuan dan pelaksanaan kebijakan

di atas tanah ± 9.619 m2 yang terletak di jalan

pendidikan. 2. Memberikan sumbangan pemikira, dana

raya Munjul Cikeusik kecamatan Munjul.

dan tenaga dalam menyelenggarakan

Pada saat ini SMPN 2 Munjul membina sebanyak

pendidikan.

murid yang terdiri dari 6

3. Melakukan kontrol terhadap transparansi

rombongan belajar (rombel), terdiri dari : 2

dan akuntabilitas penyelenggaraan dan

rombel kelas VII, 2 rombel kelas VIII dan 2 rombel kelas IX.

keluaran pendidikan 4. Penghubung

antara

sekolah

Tenaga pengajar sebanyak 25 orang,

dengan

masyarakat dan pemerintah.

dan tenaga Tata Usaha sebanyak 5 orang,

Pengelolaan pendidikan yang baik di sekolah

dengan ruang kelas sebanyak 15 ruang; 1

akan mendorong terjadinya peningkatan mutu

ruang guru, 1 ruang TU, 1 ruang Kepala

proses pendidikan, apabila mutu proses

Sekolah, 1 ruang Laboratorium, 1 ruang

pembelajaran

Perpustakaan dan 3 kamar kecil.

meningkat,

maka

peluang

peningkatan mutu hasil belajar murid semakin

Dari 15 ruang kelas yang dalam kondisi

besar.

cukup baik hanya 7 ruang, sedangkan sisanya

B.

rusak berat. Bangunan utama yang dibangun

Deskripsi Kondisi Sekolah

Pengelolaan pendidikan di sekolah, banyak

dari awal, hingga kinipun belum mengalami

sekolah

program

rehab. Dalam keadaan bangunan yang cukup

Majajemen Berbasis Sekolah (MBS). Salah

memprihatinkan, ternyata murid-siswi SMPN

satunya adalah Komite Sekolah belum dapat

2 Munjul mampu berprestasi di beberapa

berperan secara optimal. Halini terjadi karena

bidang.

belum

menerapkan

Komite

Dalam bidang olah raga prestasi juara

Sekolah masih jarang dilakukan. Sehingga

umum pilah Bupati Pandeglang pernah diraih

banyak keputusan dan kebijakan di sekolah

pada tahun2006/2007 bahkan bidang volly

diambil secara sepihak oleh sekolah.

ball mampu mewakili provinsi Banten untuk

Dalam situasi semacam ini, peran masyaraka/

tingkat Nasional yaitu pada tahun 2006/2007

wali

penerima

di Jogjakarta, tahun 2007/2008 di Makasar

kepuatusan. Selain itu sebagian masyarakat/

dan mengirimkan dutanya menjuarai tingkat

wali murid menyerahkan sepenuhnya masalah

kabupaten pada tahun 2009/2010 ini.

komunikasi

murid

antara

sekolah dan

tampak

sebagai

Pada tingkat kecamatan pun prestasi

pendidikan kepada sekolah, sehingga terkesan orang tua kurang peduli terhadap sekolah.

bidang

BAB III METODE PENELITIAN

SMPN 2 Munjul mendapat penghargaan dan

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

kesenian

seringkali

murid-murid

ISSN 2338-2155

51

kadang-kadang diminta oleh warga untuk

percakapan, dialog dan tukar pikiran yang

mengisi acara-acara yang diselenggarakan

tujuannya adalah untuk memperolah data

oleh masyarakat.

obyekf aspek-aspek situasi pembelajaran,

B.

keksulitan-kesulitan sekolah dalam usaha

Waktu dan Lama Waktu Penelitian Pengamatan dilakukan oleh peneliti

meningkatkan mutu layanan pendidikan di

sejak peneliti betugas di SMPN 2 Munjul,

SMPN 2 Munjul.

setelah melakukan identifikasi selama tugas,

F.

maka peneliti melakukan penelitian sejak

Adapun data yang diperoleh selanjutnya

bulan Oktober 2010.

menggunkan teknik analisis dan penulis ingin

Sedikit data otentik yang diperoleh oleh

memperoleh gambaran sejauh mana tingkat

peneliti

peran aktif masyarakat serta faktor yang

menjadi

bahan

acuan

untuk

Teknik Pembahasan

melakukan perubahan yang nyata, walaupun

mempengaruhinya.

data diperolah hanya dalam waktu satu bulan.

G.

Tentunya masih kurang data pendukung.

Penelitian tindakan sekolah dilaksanakan

Namun peneliti berusaha menampilkan data

untuk meningkatkan mutu sekolah melalui

yang seakurat mungkin dan sesuai dengan

peran serta Komite Sekolah dengan kerja

realita yang ada.

sama dengan pendekaan yang partisipatif.

C.

Pendekatan partsiatif menekankan adanya

Subjek Penelitian

Rancangan Tindakaan

Sesuai yang telah peneliti ungkapkan diawal

keerlibatan

subejk

stakeholders dalam pengembagan program

penelitiannya

adalah

seluruh

seluruh

warga

sekolah

dan

komponen orang tua murid, warga belajar

pendidikan di sekolah.

serta warga sekolah guru serta murid-siswi

Sosialisasi

SMPN 2 Munjul.

melalui rapat guru dan Komite Sekolah harus

D.

dilakukan, serta kesempatan dan kewenangan

Variabel Penelitian

program

secara

berkelanjutan

Peneliti lebih menitikberatkan pada hubungan

diberikan kepada stakeholders atau warga

sekolah dengan masyarakat dalam rangka

sekolah

memberikan layanan standar mutu pendidikan

masing-masing.

sesuai

dengan

tanggung

jawab

pada SMPN 2 Munjul kabupaten Pandeglang. E.

Teknik Pengumpulan Data

Peneliti

mengidentifikasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN dukungan

PEMBAHASAN

masyarakat (dana, daya, pemikiran, moral)

A.

dengan melakukan observasi untuk memantau

Bangunan sejak tahun 1997 belum mendapat

jumlah populasi serta sampel penelitian.

renovasi

Peneliti juga melakukan teknik pertemuan

memprihatinkan, kusen-kusen telah lapuk di

individual, yaitu mengadakan pertemuan,

makan

52

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

Kondisi Sekolah

dengan

usia.

Dalam

keadan

kondisi

yang

demikian

ISSN 2338-2155

membuat warga sekolah mesti ekstra hati-hati

a.

Menciptakan

terutama bila cuaca hujan.

partisipatif

kepemimpinan

demokratis

dan

yang

fleksibel

di

sekolah B.

Kegiataan Siklus 1

b.

Meningkatkan keterlibatan masyarakat

1.

Perencanaan

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah :

monitoring

a.

pendidikan di sekolah

Mengadakan diskusi, dialog, tukar pikiran

serta

ecvaluasi

dalam pertemuan individual dengan guru,

c.

murid-siswi serta Komite Sekolah.

akuntabilitas di lingkungan sekolah.

b.

d.

Mempersiapakan lembar observasi untuk

Menumbuhkan

sekolah.

c.

4.

Mempersiapakan daftar pertanyaan yang

transparansi

Meningkatkan

melihat bagaimana kondisi sekolah saat ini.

program

mutu

dan

pendidikan di

Refleksi

akan digunakan dalam diskusi, dialog antara

Hasil yang diperoleh dikumpulkan

Kepala Sekolah sebagai peneliti dan warga

serta dianalisis. Hasil analisis digunakan

sekolah serta Komita Sekolah sebagai mitra

sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan

peneliti.

pada siklus berikutnya.

2.

C. Kegiatan Siklus 2

Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada penelitian

1.

Perencanaan

siklus 1 adalah melakukan indentifikasi

Peneliti

keadaan sekolah serta menyusun program

lembar observasi yang akan dilakukan warga

rencana perbaikan secara menyeluruh setelah

sekolah dan Komite Sekolah baik secara

memperoleh data dari hasil lembar observasi

kelompok maupun individu.

yang telah disiapkan melalui tahapan :

2.

a. Persiapan

Instrumen lembar observasi disebar dengan

b.

cara

Pelaksanaan

mempersiapkan

instrumen

pada

Pelaksanaan

mengadakan

visit

individu

guna

c. Penutupan

melaksanakan kegiatan dialog.

d.

Penilaian hasil observasi

3.

e.

Tindak lanjut.

Visit individu dibadi dalam beberapa wilayah,

-

Siap dengan instrumen observasi Observasi tidak mengganggu proses

Observasi

yaitu wilayah Barat, wilayah Timur, wilayah Selatan dan wilayah Utara. Sasarannya tertuju

belajar mengajar.

pada masyarakat yang mempunyai putra/ putri

3.

yang bersekolah di SMPN 2 Munjul.

Observasi Peneliti

berkeliling

lingkungan

4.

Refleksi

sekolah melakukan dialog dan diskusi dengan

Data yang diperoleh dari hasil observasi

warga sekolah yang bertujuan untuk :

diinventarisir dan disusun untuk kemudian

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

53

dibuat perencanaan ssesuai dengan kebutuhan.

a.

Hasil perencanaan disebar kembali kepada

arah program sekolah

Komita Sekolah.

b.

D. Kegiatan Siklus 3

permasalahan yang dihadapi sekolah untuk

1. Perencanaan

mencapai

Melaksanakan

beberapa

langkah

secara

Komite Sekolah mengetahui secara pasti

Komite

Sekolah

tujuan

yang

c.

a.

harus dilakukan untuk

Sekolah,

Komite

Sekolah

dan

tokoh

telah

ditetapkan

bersama.

bertahap, antara lain : Rapat perencanaan antara guru, Kepala

mengetahui

Komite Sekolah mengetahui apa yang

d.

sekolah untuk

meningkatkan

mutu

masyarakat dalam rangka pembuatan RKS

pendidikan di sekolah.

dan RAPBS. Komite Sekolah dilibatkan

4.

secara aktif dalam kegiatan ini.

Pada akhirnya warga sekolah merasa tidak

b.

sendiri dalam mengembangkan sekolah baik

Pertemuan dengan wali murid untuk

Refleksi

sosialisasi RKS dan RAPBS serta penguatan

dari

kerja sama antara wali murid dan warga

pembelajarannya. Dengan demikian, upaya

sekolah

untuk meningkatkan mutu sekolah menjadi

agar

upaya

peningkatan

mutu

sisi

manajemen

maupun

proses

pendidikan di sekolah mendapat dukungan

lebih mudak dilaksanakan.

dari wali wali murid.

E. Pembahasan tiap siklus, antar siklus dan

c.

perbandingan dengan kondisi awal

Studi banding/ kunjungan warga sekolah

dan Komite Sekolah ke sekolah yang baik di

Sekolah. Komunikasi dan kerjasama antara

luar daerah.

warga sekolah dan Komite Sekolah

d.

Pameran karya siswa serta prestasi apa

menjadi sangat baik. Hal ini terlihat dari

saja yang berhasil pada tingkat kecamatan,

inisiatif komite untuk memberikan ide dan

kabupaten, provinsi bahkan tingkat nasional.

gagasannya kepada Kepala Sekolah demi

2.

kemajuan sekolah. Di pihak lain, Kepala

Pelaksanaan

Pada perencanaan poin a, b, dan d telah

Sekolah

terlaksanan yang dihadiri 70% orang tua/ wali

permasalahan

murid. Sedangkan poin c menunggu waktu

kepada

yang tepat.

penyelesaiannya secara bersama.

3.

Gagasan

Observasi

mengkomunikasikan yang

komite

untuk

dihadapi untuk

sekolah dicarikan

meningkatkan

mutu

Sejauh mana pelibatan Komite Sekolah secara

pendidikan di sekolah baik dari Komite

aktif dalam pembuatan RPS dan RAPBS

Sekolah,

memiliki dampak yang sangat luas, di

ditindaklanjuti

antaranya :

penggalangan dana dan implementasinya

Kepala

Sekolah

sampai

dan

pada

guru tahap

(pengadaan mushala dan pavingisasi). 54

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

masalah yang serius untuk dicarikan solusi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

alternatif pemecahan permasalahan. A.

B.

Kesimpulan

Saran

Upaya yang dilakukan oleh Kepala Sekolah

Kualitas proses pembelajaran di sekolah

dalam mengelola hubungan sekolah dengan

meningkat dengan meningkatnya kepedulian

masyarakat

mutu

Komite Sekolah. Untuk penyusunan program

sekolah melalui peningkatan peran Komite

jangka panjang perlu diperluas lagi peran

Sekolah mempunyai dampak yang sangat baik.

Komite Sekolah pada hal-hal yang sifanya

Sepanjang

mendorong

utamanya

kerjasama

peningkatan

yang

partisipatif,

masyarakat

untuk

membantu

komunikatif dan terabuka tetap dijalin antara

secara langsung dengan bahan dan tenaga.

Komite Sekolah dan warga sekolah, peran

Sebagai contoh pembuatan pagar sekolah

Komite Sekolah mempunyai andil besar

bahan baku dari masyarakat dan dikerjakan

dalam meningkatkan mutu pendidikan di

langsung oleh masyarakat.

sekolah,

maka

dapat

terus

dijaga DAFTAR PUSTAKA

kelestariannya. Pelibatan

Komite

Sekolah

mulai

dari

-

Departemen Pendidikan Nasional (2006).

perencanaan program dan anggaran sampai

Pemberdayaan Komite Sekolah.

dengan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

-

program dapat menjmbuhkan kepercayaan

Manajemen Berbasis Sekolah.

dan kerja sama yang baik antara warga seklah

-

dan stakeholders.

Standar Kompetensi Kepala Sekolah. BP.

Faktor latar belakang pendidikan orang tua

Cipta Jaya, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional (2007).

Direktur Tenaga Kependidikan (2006).

murid dan latar belakang pekerjaan menjadi

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

55

BIDIK LENSA

56

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

Alasan Kurikulum Baru ( 2013 ) diterapkan

Bangkalan (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan kurikulum 2013 sangat diminati para pengelola pendidikan. Alasan dibuat kurikulum baru untuk SD, SMP, SMA, dan SMK adalah karena kurikulum yang berlaku terlalu padat dan tidak efisien. Banyak materi yang hanya membebani siswa dan tak banyak digunakan dalam kehidupan nyata siswa. Berikut adalah Perubahan Kurikulum Pendidikan Terbaru yang Berlaku Tahun 2013 untuk SD, SMP, SMA, SMK Kurikulum Pendidikan ini akan digunakan di dunia pendidikan di tahun ajaran 2013-2014. "Buktinya ada beberapa sekolah di Indonesia yang bersedia membiayai sendiri untuk penerapan kurikulum baru ini, dan mereka hanya meminta pendampingan dan panduan kepada Kemendikbud," kata Mohammad Nuh di Bangkalan. Ia menjelaskan, jumlah lembaga pendidikan di Indonesia yang ditunjuk Kemendikbud menerapkan kurikulum baru pada tahun pelajaran 2013-2014 ini sebanyak 6.500 lembaga pendidikan mulai dari tingkat SD hingga SMA. Akan tetapi, jumlah lembaga pendidikan yang sebenarnya menerapkan kurikulum itu, justru jauh lebih banyak dari yang ditetapkan Kemendikbud itu. "Karena pada praktiknya, kurikulum baru yang kita terapkan ini memang lebih menarik dibanding kurikulum yang lama. Pada kurikulum baru ini berbasis karakter, bukan kompetensi," kata Mohammad Nur. Para kurikulum pendidikan sebelumnya, siswa bersifat pasif dan guru paling aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Namun, pada kurikulum yang baru itu, anak didik yang justru dituntut lebih aktif. Misalnya, setiap anak diminta untuk berdiri di depan teman-teman untuk saling berkenalan, sementara guru lebih menempatkan diri sebagai pengarah dan pembimbing kegiatan siswa. Karena tekanannya pada upaya pembentukan karakter, maka sistem penyajian mata peajaran pada kurikulum baru tersebut secara terintegratif, sehingga semua jenis pelajaran diintegrasikas dengan nilai-nilai moral agama. Oleh karena itu, jam pelajaran agama pada kurikulum baru tersebut juga ditambah. Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

57

Menyikapinya Kurikulum 2013 Oleh : Wiyono, S.Pd Guru Bahasa Indonesia SMP Al Izzah Internasional Islamic

Boarding

Sechool Batu Jawa Timur DARI tahun ke tahun, semakin bertambah dewasanya umur negara ini. Berbagai hal dilakukan, berbenah untuk mengarah ke suasana atau kondisi yang lebih baik. Tidak terkecuali di bidang pendidikan. Di bidang ini semenjak Indonesia berdiri sudah kali sembilan perubahan kurikulum. Hal itu dilakukan bertujuan untuk memperbaiki pendidikan di negeri ini yang konon diopinikan semakin lama semakin rendah dibanding dengan negara tetangga lain. Itu didasarkan dari hasil

dampak positif dan negatifnya. Jika itu tidak

ujian

dan

ada, atau berjalan sendiri-sendiri maka, suatu

mutu pendidikan, baik dari segi pendidiknya

proses tidak mungkin berjalan. Sebagai

maupun dari segi peserta didik itu sendiri.

contoh, menyalanya lampu listrik, setrika,

Ada asumsi setiap pergantian pemerintahan

kulkas,

atau pejabat eksekutif, bersama itu juga ada

sebagainya karena saling berjalan bersamanya

pergantian sistem pendidikan yang baru.

antara

Berbagai tanggapan yang dilontarkan oleh

Tak terkecuali kurikulum 2013 ini. Banyak

masyarakat tentang perubahan atau perubahan

tanggapan

tersebut. Baik tanggapan positif ataupun

menghiasinya.

negatif mungkin sering kita dengar. Hal itu

dikomandoni

diawali

Kurikulum

Nasional tetap bersih kukuh menjalankan

Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum

kurikulum ini. Tidak tanggung-tanggung,

Tingkat

dan

dana yang dibutuhkan dalam kurikulum ini

patut

sekira Rp600 miliar, Rp1,4 triliun, atau

nasional,

dengan

Satuan

Kurikulum2013. berbangga

dan

persaingan

global,

munculnya

Pelajaran

(KTSP),

Sebenarnya perfikir

kita

positif/optimistis,

komputer,

arus

mungkin

televisi,

positif

dan

positif

dan

Pihak oleh

sampai

dan

arus

lain

negatif.

negatif

yang

pemerintah

yang

Menteri

Rp2,4

Pendidikan

triliun,

untuk

bukan malah berpersepsi negatif, karena hal

menyukseskan kurikulum 2013. Tidak cukup

itu ada perubahan yang lebih baik. Namun

di situ, bahkan sosialisasi dan pelatihan pun

bagi mereka yang berfikir negatif atau pesimis,

dilakukan untuk memperlancar hal tersebut.

kurikulum KBK malah diartikan dengan

Tahap awal sosialisasi dan pelatihan

Kemeng.

tentang kurikulum 2013 ini dimulai dari

dimaknai

pelatihan guru inti yang langsung dipandu

dengan Kurikulum Tidak Siap Pakai.Itu lah

oleh Bapak Mendiknas Muhammad Nuh dan

kenyataannya, semua perubahan pasti ada

Wakil

Kurikulum Bikin Sedangkan

58

Kumet

kurikulum

atau

KTSP

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

Presiden

Indonesia

Budiono.

ISSN 2338-2155

Kemudian

dilanjutkan

dengan

pelatihan

tersebut.Kelebihan

lain

kurikulum

2013

kepada guru sekolah dasar dan menengah

berikutnya yaitu: Standart Kompetensi (SK),

yang

ditunjuk.

Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada

dilakukan

kebutuhan siswa, bukan pada mata pelajaran.

serentak di Indonesia khususnya di Jawa

Keunikan lain kurikulum ini menitik beratkan

Timur mulai 9 -13 Juli 2013. Sosialisasi awal

kepada sikap, pengetahuan, keterampilan,

ini diikuti oleh Kepala sekolah, dan guru mata

karakter yang berdasarkan pada pendekatan

pelajaran yang terdiri dari sekolah yang

ilmiah atau sientific approach. Di samping itu,

ditunjuk atau diamanahi untuk menjalankan

kurikulum 2013 ini menitikberatkan kepada

kurikulum 2013 ini. Sekolah yang ditunjuk

korelasi antara pembelajaran dengan apa yang

untuk melaksanakan kurikulum ini pertama

diberikan Allah Tuhan Yang Maha Esa

sebagian sekolah negeri dan sekolah yang

kepada manusia selaku pengelola alam sekitar.

memiliki nilai akreditasi "A", baik di tingkat

Khususnya mengacu pada pembelajaran yang

kota

diawali dengan mengamati, menanya, menalar,

Pelatihan

dan

ataupun

sosialisasi

di

ini

tingkat

kabupaten.

Mengapa kurikulum 2013 ini harus tetap

dan

mencoba

atau

mencipta.

dilaksanakan, meskipun banyak rintangan

Berdasarkan uraian di atas, memang

ataupun hambatan? Karena kurikulum ini

benar-benar kompleks kurikulum 2013 ini,

memang unik, beda, dan penuh dengan

karena disusun berdasarkan kebutuhan siswa.

penanaman sikap, pengetahuan, nilai, dan

Perlu diketahui dan digaris bawahi bahwa

karakter peserta didik dibandingkan dengan

kebutuhan siswa atau anak didik tidak hanya

kurikulum

yaitu:

sekarang, besuk, satu minggu, satu bulan, satu

Semua silabus, rencana pembelajaran (RPP),

tahun lagi. Melainkan lima tahun, sepuluh

buku pegangan guru, dan buku pegangan

tahun, dua puluh tahun, tiga puluh, bahkan

siswa disediakan oleh pemerintah dengan

lima

harga

Yang jelas kurikulum ini disusun untuk

sebelumnya.

Bedanya

yang

terjangkau.

puluh

tahun

ke

depan.

untuk

kebutuhan pendidikan siswa jangka panjang.

mengajar,

Memang pandidikan tidak bisa dirasakan

mendidik, dan mengembangkan pendidikan.

secara langsung seperti makan makanan atau

Jika

membuat

membalik telapak tangan yang mudah dan

silabus,

langsung dirasakan, tetapi dirasakan di masa

rencana pengajaran, sekarang kita tinggal

depan. Hal ini mengacu kepada ajaran Islam

mengajar dan mengembangkan pendidikan

sahabat Ali bin Abi Tholib menyampaikan

untuk mencapai tujuan bersama yang akan

bahwa, " Ajari dan didiklahlah anakmu

kita capai berdasarkan garis besar yang sudah

dimasa akan datang". Karena kita tidak tahu

dituangkan

masa akan datang seperti apa, maka kita

Hal

itu

dilakukan

mempermudah

dulu

perangkat

kita

guru

sibuk

pembelajaran,

di

dalam

bertujuan dalam

dengan seperti

kurikulum

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

2013

ISSN 2338-2155

59

sebagai pendidik harus mempersiapkan anak

berbuat apa-apa secara optimal, maka kita

didik secara optimal, mulai perencanaan,

tidak akan dapat apa yang luar biasa tersebut,

pelaksanaan, evaluasi, untuk menghadapi

yaitu hasil dari kurikulum 2013 ini. Sekarang

masa akan datang yang beda dengan apa yang

pertanyaannya, bagaimana kita sebagai guru

kita alami sekarang. Bekal yang tepat dan

atau pendidik mensikapi kurikulum 2013

sesuai dengan masa yang akan datang adalah

tersebut? Jangan justru bersikap pesimistis

teguhnya iman kepada Allah SWT, sikap,

atau negatif, tetapi sebaiknya kita harus

pengetahuan, kemampuan, dan karakter yang

"sami’na waato’na" alias mendengar dan

baik.Beberapa

sudah

menurut atau menjalankanya dengan baik dan

dituangkan dalam kurikulum 2013 ini. Maka

maksimal. Dengan sikap tersebut maka kita

tidak salah dan tidak boleh ragu, alias harus

semua nanti akan dapat yang terbaik yang

terus

untuk

menjadi impian semua masyarakat Indonesia.

2013 ini. Kita

Selain itu sikap, pengetahuan, keterampilan,

semua sebagai pendidik harus yakin setiap

dan karakter bangsa kita juga akan jauh lebih

perubahan pasti ada nilai positifnya. Contoh

baik dibandingkan sebelumnya. Kurikulum

nilai positif itu: Kita oleh Allah SWT sudah

2013 semoga beradab, berkarakter, dan bisa

diberikan hal yang luar biasa, jika tidak

menjadi

maju,

hal

itulah

pantang

melaksanakan kurikulum

yang

mundur

yang

terbaik.

Profesi guru jadi incaran Oleh : Izmi Rajiani

Di tahun 80″an Iwan Fals boleh saja memposisikan guru dengan lagu Oemar Bakrinya. Tapi itu dulu, sekarang lain bro. Tidak ada lagi guru yang hidupnya pas pasan sejak adanya program pemerintah yang yang berfihak kepada kaum guru. Gaya hidup para guru yang sudah lulus sertifikasi pun berubah total. Kini tampilan mereka sudah berubah total dengan model rambut terbaru, menenteng Blackberry dan ber- Avanza atau Ber- Xenia Xenia merefleksikan kehidupan kelas menengah Indonesia pada umumnya. Kini para orang tua pun tidak sembunyi sembunyi mengatakan bahwa anak atau menantunya seorang guru .Bila ada berita yang sangat menarik di negara tercinta ini selain kasus korupsi di hampir semua lini, maka berita tentang guru dan calon guru lah yang layak mendapatkan rating, mulai dari banyaknya calon mahasiswa yang memilih untuk mendaftar di universitas universitas yang menghasilkan tenaga guru, tercapainya target sertifikasi guru, resahnya guru guru yang sudah tersertifikasi karena mau di uji lagi, dan ini yang paling gress dan di tunggu tunggu : BIAYA PENDIDIKAN CALON GURU DITANGGUNG HINGGA LULUS Tapi jangan gembira dulu dengan biaya yang ditanggung tersebut karena mulai tahun 2013, pemerintah bakal membatasi jumlah penerimaan mahasiswa baru di lembaga pendidik dan tenaga kependidikan di PTN dan PTS 60

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338-2155

. Ada apa lagi nih…….di negara ini, BBM bersubsidi sudah dibatasi, sekarang orang mau jadi guru aja di batasi, bukankah tahun tahun sebelumnya kran di buka selebar lebarnya. Menteri Pendidikan Nasional kita sekarang, Mohammad Nuh, yang merupakan pejabat karir dimana beliau meniti karir dari dunia pendidikan sampai menjadi orang nomor satu tentunya sangat faham akan kondisi dunia pendidikan di Indonesia dengan segala permasalahannya yang kompleks. Di era beliaulah insan insan pendidik bisa merasakan martabatnya terangkat dengan adanya dana pengembangan yang begitu besar sehingga sangatlah mudah untuk pergi ke luar negeri dengan kemasan program sandwich, program academic recharging, mempresentasikan paper,dll. Sekalipun hasilnya hanya kadang kadang status update di Facebook…..on the waykeHawaii…..mempresentasikanpaper ten tang tiwul dan gaplek di university of…. tapi setidaktidaknyakepergianyangbersangkutan k e negara lain bisa meningkatkan percaya diri danbisadi jadikan bahan bercerita selama satu bulan pada saatnya mengajar dalam kelas. Dilevel perguruantinggi kebijakan beliau un tuk para dosen sudah terlihat gregetnya berupa makin kurangnya yang bergelar profesor. Kalo dulu…pangkat berjalan saja seperti air Bengawan Solo yang mengalir sampai jauh hingga mentok ke level profesor..sekarang tunggu dulu. Profesor harus memiliki gelar Doktor…doktor beneran lho bukan Doktor Humoris Causa…kalo tidak punya gelar doktor jangan harap dapat gelar Profesor. Akibatnya setelah itu ramai ramai dosen yang sekolah biar dapat gelar doktor.Sudahdapat doktor terbayanglah gelar profesor karena biasanya dengan penyesuaian sedikit sudah jadi + tunjungan profesor yang cukup untuk hidup teramat layak. Tapi itu dulu, dengan kebijakan pak Menteri yang baru kalo mau jadi profesor harus punya publikasi internasional maka terkuburlah harapan banyak kawan kawan yang hampir profesor.Mendiknas mengatakan, selalu ada pertanyaan mendasar setelah guru ditetapkan menjadi profesi dan tersertifikasi. Pertanyaan itu terkait sifat dari sertifikasi, yakni apakah mengikat sepanjang hayat atau Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ada periodesasi untuk mengevaluasi tentang kompetensi profesionalitasnya. Karena sertifikasi itu bertujuan memastikan profesionalitas, sedangkan sifat dari profesionalitas itu sangat fluktuatif, maka kualitas guru bisa naik dan menurun kapan saja.Kualitas guru setelah tersertifikasi masih saja diperdebatkan.

Mempertanyakan kualitas guru yang tersertifikasi Para guru yang sudah dinyatakan lulus sertifikasi tidak menunjukkan kualifikasi mengajar yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang belum lulus. Bahkan dalam kadar tertentu para guru yang belum lulus menunjukkan kinerja yang baik karena mempunyai harapan agar lulus sertifikasi. Mereka yang sudah lulus justru merasa sudah aman karena semua cita-citanya sudah kesampaian. Sebagai guru yang merupakan manusia terpilih ada dua keutamaan yg paling tidak harus dimiliki oleh para guru yaitu keutamaan intelektual dan keutamaan prilaku. Sekalipun sudah menda pat sertifikasi yang dianggap sebagai tujuan akhir guru guru juga menderita penyakit penyakit sebagai berikut: 1. TIPES = Tidak punya salera Rata rata tidak punya selera. Sama seperti makan kalau seleranya makan soto yah dimanapun berada harus makan soto. Begitu juga kalo mengajar, senangnya mengajar topik yang dia tau , dari dulu sampai sekarang ya itulah. Jadi prinsip yg dipakai adalah ajarkan apa yg mau diajarkan bukan apa yg mau siswa ketahui. Jadi jangan heran kalau ada guru selama 10 tahun yg diajarkan itu itu saja artinya yang bersangkutan bukan berpengalaman 10 tahun, tetapi melakukan hal yang sama 10 tahun. Jadi mau sertifikasi atau tidak ya sami mawon. (2) MUAL = Mutu pendidikan amat lemah Kebijakan harus melanjutkan studi membuat guru guru Indonesia sudah banyak yang petentang petenteng dengan gelar masternya baik yang MSi ( sering di ISSN 2338-2155

61

plesetkan Magister Sembarang Iso) dan MM ( sering di plesetkan Mesti Marine karena ikut prilaku 4D : datang, duduk, diam, dapat title). Di luar negeri pembuktian profesioanlisme adalah dengan berapa banyak hasil penelitian dan conference internasional yg diikuti. Sedangkan di Indonesia yg dibanggakan adalah banyaknya jam mengajar di mana mana dan sudah tersertifikasi apa belum?. Tetapi ketika ditanya pernah ikut konferensi internasional di mana atau berapa banyak penelitian yg dipublikasikan jawabnya adalah belum sempat. Ini menunjukkan kualitas pendidikan yg amat lemah, karena meneliti hanya sekali waktu menulis untuk portofolio sertifikasi. (3) KUDIS = kurang disiplin, Masih dalam mengembangkan kompetensi akademik penyakit kurang disiplin terlihat dari malasnya para guru membaca hasil hasil penelitian di jurnal terbaru bagimana trend mengajar sekarang . Alasannya itu kan ditulis dalam bahasa Inggris. Bagaimana bisa faham kalo tidak disiplin? Disamping penyakit INTELEKTUAL diatas dalam hal PRILAKU , masih terlihat penyakit penyakit akut seperti ; (4) ASMA = Asal masuk kelas Kalau di DPR ada istilah 3D ; datang, duduk, duit, ada juga guru guru kita yg berprilaku asal ngajar. Yg penting ngoceh , nyeritain pengalaman susahnya dapat sertifikasi sampai 2 jam , kemudian selesai , nyari kelas tempat bercerita lagi . Makanya begitu pelajaran selesai komentar siswanya adalah Gurune Ngedabrus… Gurune Asmuni —Asal Muni ….dlll Wajar saja mereka berkomentar begitu karena hanya peserta didiklah satu-satunya kelompok orang yang merasakan bagaimana para guru mengajar. (5) KUSTA = Kurang strategi, Strategi bisa dianalogikan dgn cara memasak dan yg diajarkan ibarat menu . kalo yg diketahui cuman satu menu sejak 10 atau 20 tahun lalu, strategi macam apa yg mau diharapkan? Andalannya adalah bedah

62

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

buku….membaca buku teks dr awal sampai akhir pelajaran . Tunjangan sertifikasi mestinya dipergunakan untuk mengupgrade diri supaya pengetahuannya tetap relevan dan menjadi referensi dengan membeli buku, kursus, mengakses internet agar kian kompeten tidak dilakukan. Yang terjadi justru memoles penampilan dengan mengikuti trend terbaru atau membeli mobil supaya tambah prestise dengan jabatan sebagai guru. (6). BISUL = Biasa sulap (nilai ujian) ; Nah inilah sisi humanis yg menunjukkan guru juga manusia. Guru banyak yg tidak tahan diratapi dan disambati siswa dan orang tua siswa masalah kehidupan sehingga lebih banyak pertimbangan kemanusiaan yg dilakukan, dan juga untuk bermain favorit biar disenangi siswa dan orang tua ditambah lagi kita orang timur yang sudah terbiasa mempraktekkan nilai nilai hablum minan naas. Bila sertifikasi hanya diterjemahkan sebagai cara meningkatkan kualitas kehidupan guru dan supaya bisa tampil keren apakah salah apabila pemerintah ingin menguji kembali guru guru yang tersertifikasi dikaji kembali? Tujuan program sertifikasi adalah untuk memperbaiki kinerja guru supaya terjadi perbaikan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Jika hanya guru yang mendapat manfaat sementara peserta didik tidak mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan jangan meratap kalau kuota untuk menjadi guru dibatasi dan akan diadakan pengujian ulang terhadap mereka yang sudah tersertifikasi mulai bulan Juli ini. Selamat kepada generasi generasi baru yang layak menjadi guru dan layak mendapat biaya merealisasikan impiannya menjadi seorang guru profesional. Kepada rekan rekan guru yang sudah tersertifikasi tepiskan semua keraguan , tunjukan bahwa anda layak dengan menjauhi penyakit penyakit tersebut diatas. Selamat membangun Indonesia supaya menjadi lebih baik. http://edukasi kompas.com

ISSN 2338-2155

Vol III No 3 Thn 2013

Buletin Guru Indonesia Vol III No 3 Thn 2013

ISSN 2338- 2155

ISSN 2338-2155

63