memilih berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua, mendapatkan penjelasan
tentang ... orang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi.
MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH DENGAN JURUSAN PILIHAN ORANG TUA
R. Damar Adi Hartaji, S.Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan penjelasan tentang penyebab mahasiswa memilih berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua, mendapatkan penjelasan tentang gambaran motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan mendapatkan penjelasan tentang apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan subjek mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan telah menjalani kuliah kurang lebih selama empat atau lima semester. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak satu orang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dapat disimpulkan bahwa, faktor yang menyebabkan subjek memilih jurusan pilihan orang tua yaitu faktor pertama adalah adanya adjustment sehingga subjek menyesuaikan dengan keinginan dari luar untuk membahagiakan orang tuanya. Faktor kedua yaitu karena merupakan pilihan orang tua. Faktor ketiga yaitu adanya pengetahuan dari lingkungan sekitar mengenai sisi positif perkuliahan subjek seperti kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan dan masa depan yang terjamin. Terdapat beberapa gambaran yang menggambarkan motivasi berprestasi subjek, yaitu kurang tanggung jawab terhadap kuliah, tidak ada pertimbangan resiko, penyelesaian tugas yang tidak efektif, kreatif dan inovatif, dan tidak memanfaatkan waktu untuk belajar. Terakhir yaitu terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi subjek, diantaranya faktor internal dan eksternal
Kata kunci : motivasi berprestasi, mahasiswa, kuliah, jurusan pilihan orang tua
membuat seseorang tidak termotivasi. Sesuatu
PENDAHULUAN
yang menarik minat orang tua belum tentu Dalam pemilihan jurusan, ada beberapa
menarik minat anak selama sesuatu itu tidak
orang tua yang memilihkan dan memaksakan
berkenaan dengan kebutuhannya. Winkel (1991)
kehendaknya pada anak untuk berkuliah sesuai
menegaskan
dengan
yang
merupakan daya penggerak dalam diri siswa
memilihkan jurusan tanpa mempedulikan minat
untuk mencapai taraf prestasi akademik yang
anaknya, akan membuat anak merasa terbebani
setinggi mungkin demi penghargaan kepada diri
dalam menjalani kuliah mereka dan tidak
sendiri. Dalam mencapai prestasi yang setinggi
memiliki motivasi. Ada beberapa hal yang perlu
mungkin,
diperhatikan dalam memilih jurusan kuliah,
keinginan yang kuat demi mencapai tujuannya.
salah satunya adalah minat. Sayangnya faktor
Dimana hal itu sangat tergantung pada usaha,
minat kadang kala terlupakan oleh siswa dan
kemampuan dan kemauan dari individu itu
para orang tua. Padahal pemilihan jurusan yang
sendiri. Lutan (1988) mengungkapkan bahwa
sesuai dengan minat berpartisipasi pula dalam
seseorang
menentukan motivasi belajar serta prestasi saat
berprestasi
menimba ilmu di perguruan tinggi (Harian
kecenderungan pendekatan yang positif dalam
Media Indonesia, 2009). Motivasi berprestasi
menjalankan tugasnya dan selalu berorientasi
sangat
pada prestasi.
pilihan
mereka.
dibutuhkan
Motivasi
berperan
pencapaian
tujuan
Orang
dalam
tua
proses
penting seseorang.
belajar.
dalam
bahwa
setiap
yang yang
motivasi
individu
memiliki
berprestasi
harus
memiliki
kadar
tinggi
motivasi
memperlihatkan
setiap
Berdasarkan
TINJAUAN PUSTAKA
beberapa penjelasan yang ada, anak yang berkuliah
tidak
sesuai
dengan
minatnya
MOTIVASI BERPRESTASI
menyebabkan rendahnya motivasi berprestasi sehingga berakibat buruk terhadap prestasi
Menurut
akademiknya.
motivasi berprestasi sebagai suatu keinginan
Oleh
karena
itu
motivasi
berprestasi sangat dibutuhkan dalam proses belajar, karena jika segala sesuatunya itu dipaksakan maka akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Hal ini merupakan pertanda bahwa jika sesuatu yang dikerjakan itu tidak
sesuai
dengan
kebutuhannya
akan
untuk
Woolfolk
berhasil,
(1993)
berusaha
pengertian
keras
dan
mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Dwivedi dan Herbert (dalam Asnawi, 2002) juga mengungkapkan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk sukses
dalam
situasi
kompetisi
yang
didasarkan
pada
ukuran
keunggulan individu berusaha keras dengan sebaik-
dibanding standarnya sendiri maupun orang baiknya dalam pencapaian prestasi di bidang lain. Sedangkan menurut Royanto (2002) akademik. motivasi
berprestasi
adalah
keinginan
mencapai prestasi sebaik-baiknya, biasanya Faktor-faktor
yang
Menyebabkan
yang menjadi ukurannya adalah diri sendiri Motivasi Berprestasi (internal) ataupun
orang lain (eksternal).
Terdapat kemiripan diantara penjelasan Menurut Morgan (1990), terdapat beberapa mereka dimana motivasi berprestasi pada faktor
yang
mempengaruhi
motivasi
tiap individu memiliki suatu standar atau berprestasi. Faktor-faktor tersebut antara ukuran
tertentu.
Slavin
(1994)
juga lain :
mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai a. Tingkah laku dan karakteristik model keinginan untuk mencapai sukses dan
yang
berpartisipasi
observational learning
dalam
kegiatan,
dimana
ditiru
oleh
anak
melalui
sukses itu tergantung pada upaya dan
Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh
kemampuan individu. Sama halnya dengan
tingkah laku dan karakteristik model
Santrock (2008) yang merumuskan bahwa
yang ditiru anak melalui observational
motivasi berprestasi adalah suatu dorongan
learning. Melalui observational learning
untuk
untuk
anak mengambil beberapa karakteristik
mencapai sebuah standar keunggulan dan
dari model, termasuk kebutuhan untuk
untuk mencurahkan segala upaya untuk
berprestasi.
menyempurnakan
mengungguli. Jadi
sesuatu,
motivasi berprestasi b. Harapan orang tua
sangat tergantung pada usaha dan upaya
Harapan orang tua terhadap anaknya
seseorang.
berpengaruh
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik
motivasi berprestasi. Orang tua yang
pengertian
berprestasi
mengharapkan anaknya bekerja keras
merupakan suatu dorongan atau keinginan
akan mendorong anak tersebut untuk
dalam diri untuk mencapai kesuksesan yang
bertingkah laku yang mengarah pada
setinggi
pencapaian
bahwa
mungkin
motivasi
sehingga
tercapai
kecakapan pribadi yang tinggi, sehingga
terhadap
prestasi
Prabowo, 1998).
perkembangan
(Eccles
dalam
Terdapat c. Lingkungan
empat
aspek
utama
yang
membedakan tingkat motivasi berprestasi
Faktor yang menguasai dan mengontrol individu (Asnawi, 2002) lingkungan fisik dan sosial sangat erat hubungannya
dengan
motivasi
berprestasi,
bila
menurun
akan
merupakan
faktor
pendorong
dalam
menuju kondisi depresi.
sejak
kehidupan.
Tanggung
Anak
atas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi
merasa
dirinya
terhadap
dikerjakannya.
tahun-tahun
jawab
Perbuatan-perbuatannya
jawab
d. Penekanan kemandirian Terjadi
a. Mengambil
bertanggung
tugas
yang
Seseorang
akan
awal
berusaha untuk menyelesaikan setiap
didorong
tugas yang dilakukan dan tidak akan
mengandalkan dirinya sendiri, berusaha
meninggalkannya
keras tanpa pertolongan orang lain, serta
menyelesaikan tugasnya.
diberikan kebebasan untuk mengambil
sebelum
b. Memperhatikan Umpan Balik Tentang
keputusan penting bagi dirinya akan
Perbuatannya
meningkatkan motivasi berprestasi yang
Pada
tinggi.
berprestasi tinggi, pemberian umpan
e. Praktik pengasuhan anak
individu
dengan
motivasi
balik atas hasil usaha atau kerjanya
Pengasuhan anak yang demokratis, sikap
yang telah dilakukan sangat disukai dan
orang tua yang hangat dan sportif,
berusaha untuk melakukan perbaikan
cenderung menghasilkan anak dengan
hasil kerja yang akan datang.
motivasi berprestasi yang tinggi atau
c. Mempertimbangkan Resiko
sebaliknya, pola asuh yang cenderung
Individu dengan motivasi berprestasi
otoriter
tinggi cenderung mempertimbangkan
menghasilkan
anak
motivasi berprestasi yang rendah.
dengan
resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai pekerjaan. Ia akan memilih
Aspek-aspek Motivasi Berprestasi
tugas dengan derajat kesukaran sedang, yang
menantang
kemampuannya,
namun masih memungkinkan untuk berhasil menyelesaikan dengan baik.
d. Kreatif-Inovatif
Berdasarkan definisi-definisi tersebut
Individu dengan motivasi berprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tinggi
cenderung
dengan
mencari
menyelesaikan
bertindak cara
tugas
kreatif, adalah seseorang yang sedang dalam proses
baru
untuk menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar
seefektif
dan sedang menjalani pendidikan pada salah
seefisien mungkin.
satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
MAHASISWA
Dalam
kamus
bahasa
indonesia, ORANG TUA
mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarmita, Orang tua adalah orang terdekat yang paling 1999). Sedangkan menurut Somadikarta besar peranannya pada perkembangan anak. (1996) mahasiswa merupakan peserta didik Orang tua sangat berperan dalam merawat dari salah satu bentuk perguruan tinggi yang dan
membesarkan
terdiri dari akademik, politeknik, sekolah kebutuhan tinggi, institut dan universitas. Daryanto membimbing
fisiologis dan
anak,
memenuhi
dan
psikis,
mengarahkan,
(1998) mendefinisikan mahasiswa adalah memberikan contoh dan teladan yang baik, seseorang yang belajar di perguruan tinggi. memberikan afeksi atau kasih sayang yang Lalu diperjelas oleh Salim dan Salim (2002) menimbulkan kehangatan, rasa aman dan yang orang
menyebutkan yang
mahasiswa
terdaftar
dan
sebagai terlindungi yang diperlukan oleh anak menjalani (Gunarsa, 2001). Menurut Sunarto (dalam
pendidikan dalam perguruan tinggi. Badudu Safaria, 2005) orang tua yang terdiri dari dan
Zaih
(2001)
juga
mendefinisikan ayah dan ibu sangat berperan penting dalam
mahasiswa sebagai siswa perguruan tinggi. pengasuhan yang dipadukan dengan rasa Adapun secara harfiah lebih lanjut dikatakan kasih sayang yang tulus dan pada umumnya mahasiswa adalah sebagai siswa yang anak adalah tumpuan kasih sayang dan tertinggi atau paling akhir dalam status harapan dari kedua orang tua. Begitu juga mencari ilmu.
diungkapkan oleh Spock (1982) Orang tua sangat berperan dalam merawat anak,
mendidik dan memelihara serta bertanggung memperoleh jawab untuk semua kebutuhan anak. Berdasarkan
uraian
makna
dari
lingkungan
sekeliling dan bagaimana makna tersebut
diatas
dapat mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian
disimpulkan bahwa orang tua yang terdiri dilakukan dalam setting yang alamiah bukan dari ayah dan ibu yang menggambarkan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi tentang
tugas
dalam
pengasuhan, variabel yang dilibatkan
memberikan kasih sayang, memenuhi segala kebutuhan
anak,
membimbing
dan Teknik Pengumpulan Data
mengarahkan serta melatih anak agar hidup mandiri dan memberikan sesuatu yang
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
terbaik untuk anak agar kelak anak dapat menggunakan metode kualitatif dengan tumbuh
menjadi
dewasa
dan
mampu teknik wawancara dan observasi. Pada
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
penelitian ini digunakan metode wawancara dengan pedoman umum, dimana peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat
METODE PENELITIAN
umum, yang mencantumkan isu–isu yang Dalam penelitian ini akan digunakan metode harus diliput tanpa menentukan urutan kualitatif dimana pendekatan ini dilakukan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk untuk mengembangkan pemahaman dalam pertanyaan mengintepretasi
apa
yang
ada
dibalik menggunakan
eksplisit.
Peneliti
juga
teknik
observasi
non-
peristiwa, latar belakang pemikiran manusia partisipan, dimana peneliti tidak ikut serta yang terlibat di dalamnya serta bagaimana dalam kegiatan yang dilakukan subjek. manusia meletakkan makna pada peristiwa Peneliti berfungsi sebagai penonton dan yang terjadi tersebut (Sarantakos dalam pencatat langsung dimana pencatat hasil Poerwandari, 1998). Menurut Heru Basuki observasi
segera
setelah
pengamatan
(2006) penelitian kualitatif adalah penelitian dilakukan atau ketika pengamatan sedang yang
bertujuan
pemahaman masalah
yang
manusia
menginterpretasikan
untuk
mendapatkan berlangsung.
mendalam dan
sosial,
bagaimana
tentang peneliti Teknik Analisis Data subjek
Adapun proses analisis data yang dilakukan
kembali membaca transkrip wawancara
dalam penelitian ini akan dianalisa dengan
dan melakukkan koding, melakukan
teknik data kualitatif yang diajukan oleh
pemilihan data relevan dengan pokok
Marshall dan Rossman. Menurut Marshall
pembicaraan. Data yang relevan diberi
dan Rossman (1995) dalam menganalisa
tema, kemudian dikategorikan.
penelitian
kualitatif
terdapat
beberapa 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang
tahapan yang perlu dilakukan, yaitu :
Ada Terhadap Data
1. Mengorganisasikan Data
Setelah kategori dan pola data tergambar
Peneliti mendapatkan data langsung dari
dengan jelas, peneliti menguji data
subjek melalui wawancara, yang mana
tersebut
data direkam dengan tape recorder
dikembangkan dalam penelitian ini. Pada
dibantu alat tulis lainnya. Kemudian
tahap ini kategori yang telah didapat
dibuatkan
melalui
transkripnya
dengan
terhadap
analisis
asumsi
ditinjau
yang
kembali
mengubah hasil wawancara dari bentuk
berdasarkan landasan teori yang telah
rekaman menjadi bentuk tertulis secara
dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat
verbatim setelah selesai menemui subjek.
dicocokan apakah ada kesamaan antara
Data yang telah didapat dibaca berulang-
landasan teoritis dengan hasil yang
ulang, agar penulis mengerti benar data
dicapai. Walaupun penelitian ini tidak
atau hasil yang telah didapat.
memiliki hipotesis tertentu, namun dari
2. Pengelompokan Berdasarkan Kategori,
landasan teori dapat dibuat asumsi-
Tema dan Pola Jawaban
asumsi
Dalam tahapan ini dibutuhkan pengertian
konsep-konsep dan faktor-faktor yang
yang mendalam terhadap data, perhatian
ada.
mengenai
hubungan
antara
yang penuh dan keterbukaan terhadap 4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data hal-hal yang muncul diluar apa yang
Setelah kaitan antara kategori dan pola
ingin digali. Berdasarkan kerangka teori
data asumsi terwujud, penulis masuk ke
dan
peneliti
dalam tahap penjelasan. Berdasarkan
menyusun sebuah kerangka awal analisis
pada kesimpulan yang telah didapat dari
sebagai acuan dan pedoman dalam
kaitan tersebut, penulis perlu mencari
melakukan koding. Peneliti kemudian
suatu alternatif penjelasan lain tentang
pedoman
wawancara
kesimpulan yang telah didapat. Sebab
Selanjutnya dilakukan interpretasi secara
dalam
keseluruhan
penelitian
kualitatif
memang
dimana
didalamnya
selalu ada alternatif penjelasan yang lain.
mencakup keseluruhan kesimpulan dari
Dari hasil analisis, ada kemungkinan
hasil penelitian ini.
terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi
atau
tidak
terpikirkan HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelumnya. Dalam tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui Faktor Penyebab Mahasiswa Memilih referensi atau teori-teori lain. Alternatif
Jurusan Pilihan Orang Tua
ini akan sangat berguna pada bagian Berdasarkan
kesimpulan, diskusi dan saran.
penelitian
yang
dilakukan
penulis menyimpulkan tentang penyebab subjek memilih berkuliah dengan jurusan
5. Menulis Hasil Penelitian Penulisan
analisis
data
subjek
dan
significant other yang telah berhasil dikumpulkan, merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa
pilihan orang tua, terdapat di antaranya adanya adjustment dalam diri subjek, karena pilihan orang tua dan informasi dari lingkungan. Faktor
kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang didapat yaitu, penulisan datadata
hasil
penelitian
berdasarkan
wawancara mendalam dan observasi dengan subjek. Prosesnya dimulai dari data-data yang telah diperoleh dari tiap subjek dibaca berulang kali sampai penulis mengerti benar permasalahannya lalu
dianalisis,
gambaran pengalaman
sehingga
mengenai
didapatkan penghayatan
masing-masing
subjek.
pertama
yaitu
adanya
adjustment dalam diri subjek. Subjek dalam menjalani kuliah pilihan orang tuanya, subjek menyesuaikan diri pada tuntutan orang tuanya meskipun jurusan kuliah subjek tidak sesuai minat subjek karena subjek
berkeinginan
untuk
menjadikan
dirinya lebih berguna untuk keluarga dan keinginan untuk membuat kedua orang tua subjek bangga terhadap subjek juga sebagai pembuktian diri subjek bahwa subjek mampu menyelesaikan kuliah pilihan orang tuanya karena subjek ingin membahagiakan
orang tua dan ingin bisa menyelesaikan melakukan hal-hal khusus yang berkaitan kuliah pilihan orang tuanya juga agar lebih dengan hasil di sekolah secara tidak mudah mendapatkan pekerjaan. Hal ini pun langsung menunjukan harapan orang tua didukung oleh teori yang diungkapkan kepada anaknya. Hal ini mengarahkan anak Chaplin (dalam Gunarsa, 2000) motivasi termotivasi
untuk
mencapai
suatu
berprestasi adalah kecenderungan untuk keberhasilan atau prestasi di sekolah. mencapai sukses atau memperoleh apa yang
Faktor ketiga yang membuat subjek
menjadi tujuan akhir yang dikehendaki. memilih berkuliah dengan pilihan orang Sedangkan menurut Davis (dalam Asnawi, tuanya
yaitu
adanya
informasi
dari
2002) motivasi berprestasi adalah dorongan lingkungan sekitar mengenai sisi positif untuk mengatasi rintangan dan mencapai perkuliahan keberhasilan,sehingga
subjek
seperti
kemudahan
menyebabkan dalam mendapatkan pekerjaan dan masa
individu bekerja lebih baik lagi.
depan
yang
terjamin
sehingga
subjek
Faktor kedua adalah karena pilihan memilih untuk berkuliah meskipun dengan orang tua, orang tua subjek meminta subjek pilihan orang tua. Punya banyak teman dan untuk berkuliah dengan jurusan pilihan luasnya jaringan sosial bisa memberikan orang tua subjek yaitu teknik mesin. Karena keuntungan positif. Baik orang tua maupun orang tua subjek memiliki obsesi yang tidak anak bisa saling bertukar informasi dengan tercapai sehingga subjek menjadi objek yang lain mengenai segala sesuatu yang pelampiasan orang tua subjek, dan menurut berkaitan dengan pilihan studi. Kalau orang
tua
subjek
jurusan
pilihannya mencari sendiri butuh waktu yang lama,
memiliki masa depan yang baik. Hal ini maka kalau saling bertukar informasi, tentu sesuai dengan teori harapan orang tua akan lebih efektif dan efisien (Susilowati, terhadap anaknya berpengaruh terhadap 2008). perkembangan motivasi berprestasi. Orang tua yang mengharapkan anaknya bekerja Gambaran keras akan mendorong anak tersebut untuk Mahasiswa bertingkah
laku
yang
mengarah
Motivasi Yang
Berprestasi
Berkuliah
dengan
pada Jurusan Pilihan Orang Tua
pencapaian prestasi (Morgan dkk, 1990). Pada pertanyaan penelitian kedua mengenai Keterlibatan
orang
tua
dengan
cara gambaran motivasi berprestasi, dilihat dari
hasil
wawancara
motivasi
dan
berprestasi
hasil
observasi dan tidak akan meninggalkannya sebelum
terdapat
beberapa menyelesaikan tugasnya. Ganda (1987)
gambaran yang menggambarkan motivasi menjelaskan
salah
satu
sikap
ideal
berprestasi subjek yang cenderung rendah. mahasiswa yaitu tidak mangkir (bolos) Gambaran-gambaran ini memperlihatkan dalam bahwa
sikap
menunjukan
dan
perilaku
motivasi
keadaan
apapun
selama
masih
subjek memungkinkan untuk hadir di kampus,
berprestasi
yang kecuali ada hal-hal yang sangat kritis. Ia
rendah seperti kurangnya tanggung jawab harus memiliki rasa penasaran untuk bisa subjek
terhadap
kuliah,
pertimbangan resiko,
tidak
adanya hadir dalam perkuliahan. Dengan demikian
penyelesaian tugas kontinuitas penimbaan ilmu tidak tersendat-
yang tidak efektif, kreatif dan inovatif juga sendat atau terhambat. Namun subjek tidak memanfaatkan waktu untuk belajar.
terkadang hanya hadir dalam perkuliahan
Pertama yaitu kurang bertanggung jawab pada saat-saat tertentu saja seperti ujian dan terhadap kuliah. Subjek tidak menunjukkan pengumpulan tugas-tugas. Hal ini jelas tanggung
jawabnya
pada
kuliahnya, berhubungan dengan
motivasi berprestasi
terkadang membolos pada saat jam kuliah subjek yang cenderung rendah sehingga meskipun
subjek
selalu
berusaha membuat subjek sering membolos. Menurut
mengerjakan tugas-tugas kuliahnya namun Susilowati (2008) salah memilih jurusan tidak didukung oleh tingkat kehadiran bisa mempengaruhi motivasi berprestasi dan subjek di kelas demi kelancaran proses tingkat kehadiran. Kalau makin sering tidak belajarnya. Kehadiran subjek di kampus masuk kuliah, makin sulit memahami masih kurang karena subjek masih kerap materi,
makin
membolos di setiap kesempatan dan hanya perkuliahannya masuk kuliah apabila ada kegiatan praktek bolos.
tidak akhirnya
Padahal,
suka
dengan
makin
tingkat
sering
kehadiran
dan ujian-ujian saja. Menurut Asnawi mempengaruhi nilai. (2002) individu dengan motivasi berprestasi
Kedua
yaitu
subjek
tidak
tinggi merasa dirinya bertanggung jawab maksimal dalam mengerjakan tugas. Pada terhadap Seseorang
tugas akan
yang
dikerjakannya. saat
berusaha
subjek
untuk kuliahnya
mengerjakan
subjek
tidak
tugas-tugas
mempedulikan
menyelesaikan setiap tugas yang dilakukan resiko-resiko yang akan dihadapinya dan
cenderung
hanya
mementingkan
untuk seefisien mungkin. Namun berbeda dengan
Subjek
dalam subjek, subjek terlihat tidak efektif dan
menyelesaikannya.
menyelesaikan tugas yang terpenting adalah efisien dalam menyelesaikan tugas-tugasnya subjek bisa menyelesaikan semua tugas- dan ini merupakan salah satu gambaran tugas kuliahnya bagaimanapun caranya, rendahnya motivasi berprestasi subjek. meskipun tugas itu sulit maupun mudah Keempat yaitu tidak memanfaatkan waktu bagi subjek. Sesuai dengan teori yang untuk belajar. Menurut Ganda (1987) yang diungkapkan Asnawi (2002) yaitu individu terpenting bagi seorang mahasiswa adalah dengan motivasi berprestasi rendah akan belajar. Belajar adalah syarat mutlak untuk cenderung menyukai tugas yang sangat mencapai tujuan ilmiah. Apapun alasannya mudah maupun sangat sukar. Hal ini untuk tidak belajar, pada hakikatnya adalah dilakukan dengan alasan tugas yang sangat alasan yang terlalu dicari-cari. Di saat waktu mudah
pasti
akan
mendatangkan luang
subjek,
subjek
tidak
begitu
keberhasilan, sedangkan tugas yang sangat memperlihatkan
bahwa
subjek
cukup
sukar akan menyebabkan kegagalan dimana memanfaatkan waktu untuk belajar di dirinya tidak dapat disalahkan karena rumah, subjek menentukan untuk belajar kegagalan tersebut.
atas kemauannya sendiri dan subjek mengisi
Ketiga yaitu penyelesaian tugas yang tidak waktu luangnya dengan membaca buku efektif, kreatif maupun inovatif. Cara subjek selain buku kuliah. Menurut Ganda (1987) untuk menyelesaikan tugas menunjukkan sikap dan upaya ideal yang harus dilakukan bahwa
subjek
kurang
menyelesaikannya,
efektif
apabila
dalam seorang mahasiswa yaitu tekun dan ulet
menemui belajar dalam memecahkan setiap problem
kesulitan subjek cenderung mengandalkan ilmiah, belajar dan menghafal secara rutin, teman-temannya untuk menyelesaikan tugas terarah dan terencana. Mahasiswa harus dan juga menunda-nunda hingga saat-saat menempa diri untuk rajin dan berdisiplin terakhir dalam menyelesaikan tugas subjek. belajar dan menghafal dalam kurun waktu Menurut Asnawi (2002) individu dengan yang direncanakan secara sistematis. Namun motivasi
berprestasi
tinggi
cenderung semua itu tidak terlihat pada subjek.
bertindak kreatif, dengan mencari cara baru Bagaimanapun belajar adalah penting dan untuk menyelesaikan tugas seefektif dan berkaitan dengan motivasi berprestasi yang
dimiliki subjek. Dengan demikian tinggi faktor dari dalam diri subjek (internal) yang rendahnya motivasi berprestasi dapat dilihat cenderung lebih mempengaruhi motivasi dari
bagaimana
subjek
memanfaatkan berprestasi
waktunya untuk belajar.
subjek
sehingga
membuat
motivasi berprestasi subjek rendah. Faktorfaktor tersebut menunjukan adanya rasa
Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi takut akan kegagalan yang lebih dominan
Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa daripada harapannya akan sukses. Menurut Yang Berkuliah dengan Jurusan Pilihan Atkinson (dalam Jaali, 2008) bahwa dalam diri
Orang Tua
setiap
individu
selalu
terdapat
Pada pertanyaan penelitian ketiga mengenai pertentangan antara harapan akan sukses faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan rasa takut akan mengalami kegagalan, berprestasi subjek, Menurut Gage dan jika kedua keadaan ini terjadi pada diri Berliner
(1991)
faktor-faktor
yang individu pada waktu bersamaan maka
mempengaruhi motivasi berprestasi dibagi motivasi yang muncul dalam diri individu menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor tersebut
merupakan
hasil
dari
kedua
eksternal. Dari hasil penelitian terdapat dua keadaan tersebut, di mana keadaan yang faktor
yang
berprestasi
mempengaruhi
subjek
motivasi dominan akan mendominasi. Menurutnya
diantaranya
faktor jika rasa takut akan kegagalan lebih
internal dan faktor eksternal. Pada faktor dominan dibandingkan dengan harapan akan internal terdapat adanya perasaan belum sukses, maka individu akan cenderung berhasil dalam diri, kurang percaya diri menjauhi pencapaian tujuan tersebut. terhadap
kemampuan
akademik
dan Dari faktor internal, subfaktor yang pertama
perasaan beban terhadap tangung jawab. adalah merasa banyak kekurangan dalam Pada faktor eksternal terdapat terdapat diri. Subjek merasa belum berhasil dan adanya dorongan orang tua, adanya reward subjek masih merasa banyak kekurangan dan dukungan lingkungan kuliah. Jika dalam
diri
dilihat kedua faktor antara faktor internal membuat dan
eksternal,
dari
faktor
dan
subjek
kuliahnya,
sehingga
malas-malasan
dalam
eksternal kuliah. Subjek berusaha untuk meraih
sebenarnya cukup dapat mendukung subjek semua keinginannya namun subjek merasa untuk dapat memotivasi dirinya, namun belum berubah dan belum membuktikan
apapun. Menurut teori dari Susilowati kemampuan akademik subjek dikarenakan (2008) memilih jurusan tidak sesuai dengan jurusan kuliah subjek merupakan pilihan minat diri juga punya dampak psikologis, orang tua subjek. Menurut Susilowati yakni menurunnya daya tahan terhadap (2008) problem akademis yang bisa terjadi tekanan, konsentrasi dan menurunnya daya jika
salah
juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, kesulitan masalah
semakin
bertambah,
mengambil memahami
pilihan, materi,
seperti kesulitan
bisa memecahkan persoalan, ketidakmampuan
menyebabkan kuliah terancam terhenti di untuk mandiri dalam belajar, dan buntutnya tengah jalan. Perasaan yang dialami subjek adalah rendahnya nilai indeks prestasi. dapat berdampak buruk bagi subjek karena Selain itu, salah memilih jurusan bisa subjek akan merasa kurang percaya diri di mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat lingkungannya
sehingga
motivasi kehadiran. Kurang percaya dirinya subjek
berprestasi subjek menjadi rendah. Lebih terhadap kemampuan akademiknya juga lanjut Susilowati (2008) mengatakan bahwa dapat berpengaruh menurunnya motivasi ketidaksesuaian minat membuat anak tidak berprestasi subjek. nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa Subfaktor yang ketiga, adanya perasaan tidak mampu menguasai materi perkuliahan beban terhadap tanggung jawab. Subjek sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan, merasa terbebani oleh tanggung jawab yang ia pun merasa minder karena merasa dirinya dijalaninya untuk menyelesaikan kuliahnya bodoh sehingga dia menjaga jarak dengan dan tuntutan orang tua subjek karena subjek teman lain, makin pendiam, menarik diri merasa diandalkan oleh orang tua subjek dari pergaulan, lebih senang mengurung diri dan subjek takut mengecewakan orang di kamar, takut bergaul karena takut tuanya. kekurangannya diketahui.
Menurut
Susilowati
(2008)
mempelajari sesuatu yang tidak sesuai
Subfaktor yang kedua dari faktor internal minat, bakat dan kemampuan, merupakan adalah adanya kurang percaya diri terhadap pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, kemampuan
akademik.
Subjek
merasa apalagi kalau itu bukan kemauan atau
kurang percaya diri terhadap kemampuan pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar akademik subjek, dan munculnya perasaan karena terpaksa itu akan sulit dicerna otak kurang
percaya
diri
subjek
terhadap karena sudah ada blocking emosi. Kesal,
marah, sebal, sedih, itu semua sudah berusaha keras dalam mencapai kesuksesan memblokir
efektivitas
kerja
otak
dan maka orang tua akan mendorong anaknya
menghambat motivasi. Anak kemungkinan untuk akan
berusaha
setengah
mati
melakukan
hal
tersebut
untuk
supaya bertingkah laku yang berorientasi prestasi
hasilnya baik, but at the cost of his/her tersebut. being.
Dia
hidupnya,
mengabaikan
perasaannya,
demi
panggilan Subfaktor yang kedua yaitu adanya reward. orangtua. Subjek mendapatkan reward positif dari
Kepahitan dan kegetiran, marah, penyesalan orang tua subjek apabila subjek menunjukan dan penasaran bisa jadi membayangi setiap prestasinya namun tidak secara berlebihan. langkah
hidup
anak.
Beberapa
siswa Sehingga dapat membuat subjek sedikit
mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi ingin berusaha untuk meraih prestasi yang dan konstan sehingga bisa mengganggu lebih baik. Hal ini sesuai
dengan teori
kemampuan mereka untuk meraih prestasi, bahwa tinggi rendahnya penghargaan orang tingkat kecemasan yang tinggi lantaran tua terhadap prestasi akademik anak akan orang tua membebankan standar prestasi mempengaruhi yang tidak realistis pada diri anak mereka Taraf
motivasi
berprestasinya.
penghargaan yang tinggi akan
karena mereka menghadapi banyak ujian, meningkatkan motivasi berprestasi anak dan perbandingan sosial dan beberapa kegagalan sebaliknya (Suryabrata, 1993). (Eccles,
Wigfield
dan
Schiefle
Santrock, 2008) Dari
faktor
dalam Subfaktor yang ketiga yaitu dukungan lingkungan
eksternal,
subfaktor
kuliah.
Lingkungan
kuliah
yang subjek sangat mendukung subjek untuk
pertama adanya dorongan yang diberikan melakukan kegiatan kuliah secara optimal. orang tua subjek yang begitu dirasakan oleh Seperti subjek mendapatkan dukungan dari subjek.
Orang
tua
subjek
sangat teman kuliah dan dosen subjek yang sedikit
menginginkan subjek berusaha semaksimal berpengaruh terhadap motivasi berprestasi mungkin untuk meraih prestasi sebaik subjek secara tidak langsung. Hal ini sesuai mungkin dan orang tua subjek selalu dengan teori dari Gage dan Berliner (1991) mendukung untuk itu. Hal ini sesuai dengan motivasi untuk berprestasi pada siswa teori Eccles (dalam Prabowo, 1998) jika terutama
pada
masa
remaja,
sangat
orang tua mengharapkan anaknya untuk dipengaruhi oleh teman sebaya, khususnya
teman dari kelompok acuannya atau peer. dalam mendapatkan pekerjaan dan masa Apabila seorang siswa yang memiliki depan yang terjamin. teman-teman yang yang memiliki motivasi Pada pertanyaan penelitian kedua mengenai berprestasi rendah maka kemungkinan besar gambaran motivasi berprestasi terdapat siswa tersebut juga memiliki motivasi beberapa gambaran yang menggambarkan berprestasi yang rendah pula. Dan juga motivasi berprestasi subjek, yaitu kurang segala sesuatu di lingkungan sekolah dapat tanggung jawab terhadap kuliah, tidak ada juga
mempengaruhi
tinggi
rendahnya pertimbangan resiko, penyelesaian tugas
motivasi berprestasi. Seorang guru dapat yang tidak efektif, kreatif dan inovatif, dan mendorong
siswanya
untuk
memiliki tidak memanfaatkan waktu untuk belajar.
motivasi berprestasi yang tinggi dengan cara Terakhir yaitu terdapat dua faktor yang memberikan dukungan kepada siswanya mempengaruhi motivasi berprestasi subjek, agar aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diantaranya faktor internal dan eksternal. ada di sekolah (Gage dan Berliner, 1991) .
Pada
faktor
internal
terdapat
adanya
perasaan belum berhasil, kurang percaya diri terhadap kemampuan akademik dan
KESIMPULAN DAN SARAN
perasaan beban terhadap tanggung jawab. Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai Pada faktor eksternal terdapat adanya
motivasi berprestasi pada mahasiswa yang dorongan orang tua, adanya reward dan berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dukungan lingkungan kuliah. Jika dilihat dapat disimpulkan bahwa, menyebabkan
subjek
faktor yang kedua
memilih
faktor,
dari
faktor
eksternal
jurusan sebenarnya cukup mendukung subjek untuk
pilihan orang tua yaitu faktor pertama dapat berprestasi tinggi, namun faktor dari adalah adanya adjustment sehingga subjek dalam diri subjek (internal) yang tampak menyesuaikan dengan keinginan dari luar menunjukan motivasi berprestasi rendah dan untuk membahagiakan orang tuanya. Faktor cenderung
lebih
berpengaruh
kedua yaitu karena merupakan pilihan orang motivasi
berprestasi
subjek
tua. Faktor ketiga yaitu adanya pengetahuan membuat
motivasi
berprestasi
dari lingkungan sekitar mengenai sisi positif rendah. perkuliahan
subjek
seperti
kemudahan
terhadap sehingga subjek
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. (2001). Psikologi praktis. Jakarta : Erlangga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Pemilihan jurusan di Heru Basuki, A. M. (2006). Penelitian perguruan tinggi. Dalam koran harian
kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan
Media Indonesia. Edisi 14 Maret 2009.
dan
Jakarta.
gunadarma.
budaya.
Jakarta
:
Penerbit
Asnawi, S. (2002). Teori motivasi. Jakarta. Jaali, H. (2008). Psikologi pendidikan. Studia press.
Jakarta : Bumi aksara.
Badudu, J. S. & Zaih, S. M. (2001). Kamus Lutan, R. (1988). Belajar keterampilan umum Bahasa Indonesia. Jakarta :
motorik : Pengantar teori dan metode.
Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta : Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Daryanto, S.S. (1998). Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Apollo.
Marshall, C & Rossman. (1995). Designing qualitative research. London: Sage
Gage, N.L.,& David, B. (1991). Educational psychology.
(5
th
ed.).
Boston
publication, Inc.
:
Houghton mifflin. Co.
Morgan, C. T. & King, R. A. (1990). Introduction to psychology. Tokyo :
Ganda, Y. (1987). Petunjuk praktis (cara mahasiswa
belajar
di
Mcgraw hill.
perguruan
tinggi). Jakarta : Cipta restu perdana.
Poerwadarmita, W. J. S. (1999). Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. (2000). Anak, remaja dan keluarga. Jakarta : PT. BPK Gunung mulia.
pustaka.
Poerwandari,
E.K.
(1998).
Pendekatan Somadikarta, S. (1996). Buku informasi
kualitatif dalam penelitian psikologi.
Universitas Indonesia. Depok : UI
Jakarta: Universitas Indonesia.
Press.
Prabowo, H. & B. P. Dwi Riyanti. (1998). Spock, B. (1982). Membina watak anak. Psikologi umum 2. Jakarta : Universitas
Jakarta : Gunung jati.
Gunadarma. Suryabrata S. (1993). Psikologi pendidikan. Royanto, L. (2002). Motivasi berprestasi
Jakarta : PT. Raja grafindo persada.
ditumbuhkan dalam keluarga. Majalah Ayah Bunda. Edisi 19 Oktober-1 Susilowati, P. (2008). Memilih jurusan di November 2002 No. 21 Halaman 50.
perguruan
Jakarta.
psikologi.com.
www.e-
tinggi. Diakses
tanggal
(1991).
Psikologi
10/12/2008. Safaria, T. (2005). Autisme pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orang Winkel, tua. Yogyakarta : Graha ilmu.
W.
S.
pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo.
Salim, P. & Salim, Y. (2002). Kamus Woolfolk,
A.E.
(1993).
Educational
th
Bahasa Indonesia kontemporer. Jakarta
psychology, (4 ed.). Englewood Cliffs,
: Modern english press.
New Jersey : Prentice hall, Inc.
Santrock,
J.W.
(2008).
Educational
psychology, (2nd ed.). Jakarta : Kencana.
Slavin, R.E. (1994). Educational psychology : Theory and practice, (4th ed.). Boston : Allyn and Bacon.