motivasi konsumsi berita dalam pemenuhan kebutuhan kognitif dan ...

256 downloads 377 Views 700KB Size Report
mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali ...
MOTIVASI KONSUMSI BERITA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KOGNITIF DAN AFEKTIF MELALUI MEDIA MASSA (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH:

YENNY LM SIAHAAN 050904114

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Lembar Persetujuan Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama

: Yenny LM Siahaan

Nim

: 050904114

Departemen

: Ilmu Komunikasi

Judul

: Motivasi Konsumsi Berita dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif melalui Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU melalui Surat Kabar)

Medan, Juli 2009 Pembimbing

Ketua Departemen

Drs. Safrin, Msi

Drs. Amir Purba, MA

NIP.131 654 105

NIP. 131 654 104 Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA NIP. 131 757 010 Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

ii

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif melalui Media Massa” (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU melalui Surat Kabar). Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana hubungan antara motivasi konsumsi dengan pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU. Subjek penelitian adalah mahasiswa FISIP USU program S-1 yang masih aktif melaksanakan perkuliahn di FISIP USU. Lokasi penelitian di Jalan Dr. Sofyan No.1 Medan. Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Mei 2009. Teori yang digunakan adalah komunikasi dan komunikasi massa, teori Uses and Gratifications, motif penggunaan, surat kabar sebagai mnedia massa, kampanye dan berita. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 2800 orang dengan menggunakan rumus Taro Yamane presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% didapati sampel sebanyak 97 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel ini menggunakan Accidental Sampling dan Purposive Sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan diantara variabel-variabel penelitian yaitu variabel X (motivasi konsumsi berita kampanye capres) dan variabel Y (pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU). Dalam menganalisis data penelitian digunakan tabel tunggal dan tabel silang, sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan tes statistic Spearman melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 16.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis (Ha) diterima (0,545), yaitu yang artinya ada hubungan yang cukup berarti, cukup berarti dilihat dari nilai koefisien korelasi. Artinya bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara motivasi konsumsi berita kampanye capres dalam pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU melalui melalui surat kabar.

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui ii Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Melalui Media Massa” (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar) guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada orang tua, Bapak Johannes Siahaan, SmHk dan Ibu Dra. R. Tampubolon yang selalu menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan materi. Sungguh tiada kata yang bisa tergambarkan betapa berharganya kedua orang tua bagi penulis. Lalu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih buat adik Alfi Siahaan, Andro Siahaan, dan Dina Siahaan yang selalu memberikan semangat dan dukungan bagi penulis. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui iii Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

iv

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, selaku

Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Safrin, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing serta memberi masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, selaku dosen wali penulis. 6. Terima kasih buat para dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu kepada penulis. Terima kasih buat semangat, nasehat, motivasi dan arahannya selama proses belajar mengajar. 7. Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam proses administrasi. 8. Buat Bubay Tititku, makasih banyak atas cinta, semangat, waktu, nasehat dan dukungan yang tak ada habisnya. I’ll

always by your side, my

insipiration!! 9. Buat sahabat-sahabat terbaikku: Kenny, Nuri, Iren, Anit, Rika, you’re the best I ever had! 10. Buat anggota Laboratorium Ilmu Komunikasi FISIP USU: Kak Anim, Kak Puan, Kak Nuri, dan Kak Tia yang telah banyak membantu. 11. Buat teman-teman peneliti angkatan 2005 Ilmu Komunikasi FISIP USU: Yessi, Lilis, Eva Regina, Verikasi, Emma, Ela, Yunita, Adit, Bibie, Kibo, Mardes, Sondang, Sisca, Bancin, Mel Suharsono, Tebo, Mona, Airin, Cuncun, Dona, Dini, Yohana, Yogi, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui iv Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

v

12. Buat keluarga besar Siahaan – Cawang Jakarta (Bang Acos, Bang Martin, Clara, Susan, Atin, Pipin, Pak Tua/Mak Tua Clara/Bang Amos, Lil Alicia) dan keluarga besar Tampubolon (Lince Debora Tampubolon-Tante Olan, Robinson Simatupang-Pak Uda Olan, Olan, Olin, Merry TampubolonTante Chris, Hotman Simorangkir-Pak Uda Chris, Chris, Lil Angel, Juliana Tampubolon-Tante Raja, Drg. Ban Tuan Purba-Pak Uda Raja, Raja, Ave, Beben) 13. Buat responden, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab kuesioner yang diberikan penulis. 14. Buat keluarga besar bank ANZ, bagian Marketing (Kak Lili, Kak Melly, Kak Joice, Kak Ida, Kak Ari, Kak Nova, Astri, Bang Boni, Bang Bob) yang telah banyak membantu dan mengerti atas penyelesaian skripsi ini. 15. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan

terima

kasih

banyak

atas

kepeduliannya

dalam

menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis, Juli 2009

Yenny LM Siahaan

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui v Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

vi

DAFTAR ISI

Abstraksi ........................................................................................................ i Kata Pengantar................................................................................................ ii Daftar Isi......................................................................................................... v Daftar Bagan................................................................................................... vii Daftar Tabel.................................................................................................... viii Daftar Lampiran.............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. I.1. Latar Belakang .............................................................................. I.2. Perumusan Masalah ....................................................................... I.3. Pembatasan Masalah ..................................................................... I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... I.5. Kerangka Teori ............................................................................. I.6. Kerangka Konsep .......................................................................... I.7. Model Teoritis ............................................................................... I.8. Operasional Variabel ..................................................................... I.9. Defenisi Operasional ..................................................................... I.10. Hipotesis .....................................................................................

1 1 5 5 6 7 13 14 15 16 18

BAB II URAIAN TEORITIS ...................................................................... II.1. Komunikasi Massa ....................................................................... II.1.1. Pengertian Komunikasi ....................................................... II.1.2. Pengertian Komunikasi Massa ............................................. II.2. Teori Uses and Gratifications ....................................................... II.3. Motif Penggunaan Media ............................................................. II.4. Surat Kabar sebagai Media Massa ................................................ II.5. Kampanye .................................................................................... II.6 Berita ……………………………………………………………..

19 19 19 21 23 28 35 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................... III.1.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ................... III.1.2. Sarana dan Fasilitas yang terdapat di FISIP USU ............. III.2. Metode Penelitian ....................................................................... III. 2. 1 Metode Penelitian………………………………………… III. 2. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………….. III.3. Populasi dan Sampel ................................................................... III. 3. 1 Populasi…………………………………………………… III. 3. 2 Sampel……………………………………………………. III.4. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... III.5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... III.6. Teknik Analisis Data .................................................................

43 43 43 48 49

49

50 53 54

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui vi Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan ............................ IV.1.1. Tahap Awal ................................................................... IV.1.2. Pengumpulan Data ......................................................... IV.2. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... IV.3. Analisis Tabel Tunggal .............................................................. IV.3.1. Karakteristik Responden ................................................ IV.3.2. Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres ................ IV.3.3 Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif .................. IV.4 Analisa Tabel Silang ................................................................... IV.5 Uji Hipotesa ............................................................................... IV.6. Pembahasan ...............................................................................

58 58 58 58 59 60 60 68 79 86 92 94

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 96 V.1. Kesimpulan ................................................................................. 96 V.2. Saran .......................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui vii Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

viii

DAFTAR BAGAN Halaman Model Teori Uses and Gratifications ............................................................... 14

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui viii Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden .................................. Tabel 2. Operasional Variabel ....................................................................... Tabel 3. Daftar Jumlah Mahasiswa FISIP USU ............................................ Tabel 4. Angkatan ......................................................................................... Tabel 5. Jenis Kelamin .................................................................................. Tabel 6. Depertemen ..................................................................................... Tabel 7. Media Massa yang Ada di Tempat Responden................................. Tabel 8. Media Massa yang Biasa Digunakan untuk Mencari Informasi oleh Responden ......................................................................................... Tabel 9. Frekuensi Penggunaan Media Massa dalam Satu Minggu Oleh Responden ......................................................................................... Tabel 10. Ketertarikan Responden Terhadap Berita-Berita Politik Indonesia ... Tabel 11. Media Massa yang Digunakan untuk Mencari Berita Politik Indonesia ........................................................................................... Tabel 12. Sumber Informasi Berita Politik Indonesia Selain melalui Media Massa ................................................................................................ Tabel 13. Media Massa yang Paling Kredibel (Terpercaya) dalam Penyampaian Berita Kampanye Capres .............................................. Tabel 14 Penyampaian Isu Berita yang Berkaitan dengan Kampanye Capres melalui Media Massa ......................................................................... Tabel 15. Surat Kabar yang Paling Menarik dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres .............................................................................. Tabel 16. Surat Kabar yang Paling Aktual dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres .............................................................................. Tabel 17. Surat Kabar yang Paling Faktual dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres .............................................................................. Tabel 18. Cara Responden dalam Membaca Berita-Berita Seputar Kampanye Capres................................................................................................ Tabel 19. Ketertarikan untuk Mengikuti Berita Kampanye Capres .................. Tabel 20. Kebutuhan Responden Terhadap Berita Kampanye Capres .............. Tabel 21. Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Responden saat Mengkonsumsi Berita Kampanye Capres.................................................................... Tabel 22. Kepuasan Afektif Responden Terhadap Berita-Berita Seputar Kampanye Capres di Media Massa Surat Kabar ................................. Tabel 23. Ketetapan Penggunaan Media Massa oleh Responden untuk Mencar Berita Seputar Kampanye Capres Setelah Melihat Cara Media Tersebut dalam Memberitakan ................................................ Tabel 24. Hubungan antara Frekuensi Menggunakan Media Massa Surat Kabar dengan Pemenuhan Kebutuhan Kognitif akan Berita Kampanye Capres di Harian Kompas .................................................

15 41 53 60 61 62 62 63 64 65 65 66 67 68 69 70 71 72 73 75 76 77

78

79

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui ix Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

x

Tabel 25. Hubungan antara Frekuensi Menggunakan Media Massa Surat Kabar dengan Kepuasan Afektif akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas .................................................................................. Tabel 26. Hubungan antara Kompas sebagai Media Massa yang Paling Menarik dalam Menyampaikan Berita Kampanye Capres dengan Pemenuhan Kebutuhan Kognitif akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas .................................................................................. Tabel 27. Hubungan antara Kompas sebagai Media Massa yang Paling Menarik dalam Menyampaikan Berita Kampanye Capres dengan Kepuasan Afektif akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas ............................................................................................. Tabel 28. Hubungan antara Kompas sebagai Media Massa yang Faktual dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres dengan Kepuasan Afektif akan Berita Kampanye Capres ............................................... Tabel 29. Hasil Uji Korelasi antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dan Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU.........................................................................................

79

80

81

82

83

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui x Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Tabel Fortran Cobol 3. Tabel Skor Data Mentah 4. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU 5. Surat Keterangan Penelitian dari FISIP USU 6. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 7. Biodata

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui xi Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

xii

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui xii Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009 (biasa disingkat Pilpres 2009) diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2009-2014. Pemungutan suara dijadwalkan berlangsung pada 8 Juli 2009 secara serentak di seluruh Indonesia. Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008, pengajuan pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 2009 yang memperoleh minimal 20% dari jumlah kursi DPR atau 25% dari jumlah suara sah nasional. Sejumlah tokoh nasional telah menyatakan akan ikut mencalonkan atau menerima pencalonan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2009-2014. Tokoh-tokoh tersebut antara lain: •

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Partai Demokrat

• Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dari Partai Golkar • Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dari PDIP • Mantan Presiden Abdurrahman Wahid dari PKB • Mantan Ketua DPR Akbar Tandjung dari Partai Golkar • Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso • Mantan Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra dari PBB 1



Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng dari jalur independent (kemudian mengundurkan diri)

• Gubernur Yogyakarta Hamengkubuwono X dari Partai Golkar

Pada kenyataannya, sampai dengan batas akhir masa pendaftaran pada 16 Mei 2009, hanya 3 bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendaftarkan keikutsertaannya kepada KPU, yaitu:

No.

Bakal calon

Bakal calon

urut

presiden

wakil

pendaft

Partai politik pengusul Partai politik

presiden

Persentase

Persentase

suara sah

kursi DPR

aran 1

Partai Golkar,

18,22%

22,32%

18,74%

21,61%

Partai Hanura

Muhammad

Wiranto

Jusuf Kalla 2

PDIP, Partai Gerindra, PKNU, Partai Megawati

Prabowo

Kedaulatan,

Soekarnoputri

Soebianto

Partai Karya Perjuangan, PNI

2

Marhaenisme, Partai Buruh, PSI, Partai Merdeka 3

Partai

51,72%

56,07%

Demokrat, PKS, PAN, PPP, Susilo Bambang Yudhoyono

Boediono

PKB, PBB, PDS, PKPB, PBR, PPRN, PKPI, PDP, PPPI, Partai RepublikaN, Partai Patriot, PNBKI, PMB, PPI, Partai Pelopor, PKDI, PIS, Partai PIB, Partai PDI

Tabel 1. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden

KPU direncanakan akan menetapkan secara resmi pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pilpres 2009 pada 9 Juni 2009 (direncanakan akan diubah menjadi 30 Mei 2009. Kampanye Pilpres 2009 menurut jadwal akan diselenggarakan pada 12 Juni hingga 4 Juli 2009 dalam bentuk rapat umum dan

3

debat antar calon (direncanakan akan diubah menjadi pada 29 Mei hingga 4 Juli 2009). Materi kampanye meliputi visi, misi, dan program pasangan calon. Debat antar calon presiden diselenggarakan sebanyak 3 kali, sedangkan debat antar calon wakil presiden diselenggarakan sebanyak 2 kali. Debat direncanakan digelar pada malam hari serta disiarkan langsung secara nasional. Setiap debat akan membahas topik yang berbeda. Materi debat adalah visi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu: •

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia



Memajukan kesejahteraan umum



Mencerdaskan kehidupan bangsa



Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Pasangan calon terpilih adalah pasangan calon yang memperoleh suara

lebih dari 50% dari jumlah suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari 50% jumlah provinsi di Indonesia. Dalam hal tidak ada pasangan calon yang perolehan suaranya memenuhi persyaratan tersebut, 2 pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dipilih kembali dalam pemilihan umum (putaran kedua). Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh 2 pasangan calon, kedua pasangan calon tersebut dipilih kembali oleh rakyat dalam pemilihan umum. Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh 3 pasangan calon atau lebih, penentuan peringkat pertama dan kedua dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara yang lebih luas secara berjenjang. Dalam hal perolehan suara terbanyak kedua dengan jumlah yang sama

4

diperoleh oleh lebih dari 1 pasangan calon, penentuannya dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara yang lebih luas secara berjenjang. Pemilihan presiden dan wakil presiden yang telah ditetapkan oleh KPU juga, tidak jauh dari kegiatan yang dilaksanakan masing – masing pasangan capres dan cawapres guna menarik simpatik masyarakat Indonesia. Ada berbagai macam cara yang ditempuh oleh pasangan – pasangan capres dan cawapres dalam kampanye mereka, baik secara langsung, yaitu mengadakan di suatu tempat, biasanya mengunjungi suatu daerah ataupun melalu media massa. Seperti di lansir oleh kompas online.com pada tanggal 22 Maret 2009, Para Capres Berebut Simpati.

“Akhir pekan, Sabtu (21/3), benar-benar dimanfaatkan oleh para calon presiden untuk berkampanye bersama partai politiknya di sejumlah daerah. Masing-masing capres mencoba menawarkan program maupun janji-janji kepada rakyat untuk kehidupan yang lebih baik. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi istrinya, Ani Herawati, dan putra bungsunya, Edhie Baskoro, berkampanye di Denpasar, Bali, Sabtu, dan Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu. Yudhoyono kembali memaparkan kesuksesan pemerintah dan sejumlah pekerjaan rumah yang perlu dilanjutkan lima tahun mendatang. Pada Pemilu 2004, Bali dikuasai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Sulsel dikuasai Partai Golkar. Saat berkampanye di depan massa yang berkumpul di Lapangan Padang Galak, Denpasar, Yudhoyono menegaskan komitmennya untuk menjaga keamanan dan kenyamanan di Bali sebagai kawasan turisme dunia dengan nilai-nilai budaya yang harus dipertahankan. ”Jangan biarkan seorang pun mengganggu ketenangan di Bali. Siapa pun dia, harus kita lawan,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar yang juga Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla berkampanye di Lapangan Bumi Sriwijaya di Jalan Angkatan 45, Palembang, Sumatera Selatan. Ia mengklaim partainya berpengalaman selama 45 tahun membawa kemajuan bagi bangsa ini. ”Tetaplah memilih Partai Golkar,” kata Kalla. Kalla juga berkampanye di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu pagi. Panitia kampanye Partai Golkar juga ikut membagi-bagikan cendera mata, seperti gantungan telepon seluler dan kunci, yang dilemparkan dari atas panggung sehingga massa berebut di bawah panggung. Mega-Sultan Di Bantul, DI Yogyakarta, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengingatkan intelijen untuk tidak main-main menjelang Pemilu 2009. Jangan ada lagi 5

gerakan-gerakan seperti waktu-waktu lalu. ”Masak sakmene akehe (sebanyak ini) orang, takut sama satu orang,” kata Megawati di hadapan kader PDI-P di Graha Purbabuwana, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Malam harinya, Megawati bertemu dengan capres dari Partai Republikan, Sultan Hamengku Buwono X, di Vila Cangkringan, Sleman. Namun, pertemuan itu berlangsung tertutup. Wartawan sempat ditahan di pintu gerbang hotel bergaya resor itu. Bahkan, wartawan foto yang sudah lebih dulu tiba di Vila Cangkringan diminta keluar dari area vila. Sekitar 40 menit kemudian, wartawan diperbolehkan masuk ke area vila, tetapi dilarang mendekati pintu ruangan tempat berlangsungnya pertemuan. Menurut sumber Kompas, pertemuan tersebut antara lain membahas kemungkinan manipulasi daftar pemilih tetap. Berdasarkan catatan Kompas, Megawati dan Sultan pernah beberapa kali bertemu. Pertemuan itu di antaranya berlangsung di rumah Megawati, Jalan Teuku Umar, Jakarta, dan Keraton Yogyakarta. Di Serang, Banten, Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat Wiranto kembali mengingatkan agar masyarakat tidak gampang tergoda janji politik yang bisa melenakan. Itu sebabnya, pada saat pemungutan suara pemilu legislatif nanti, masyarakat diminta menggunakan hati nurani dalam menentukan pilihan. ”Jangan sampai pilihan selama lima detik, tetapi disesali selama lima tahun kemudian,” ujar Wiranto saat kampanye terbuka di Alun-alun Kota Serang, Sabtu. Menurut Wiranto, bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Namun, kekayaan alam yang direbut dengan darah dan air mata para pendiri bangsa ini ternyata belum mampu dinikmati anak negeri. ”Warisan yang ada belum dimanfaatkan dengan baik. Masih banyak rakyat Indonesia yang tidak sejahtera, bahkan sengsara,” ujarnya. Di Subang, Jawa Barat, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar berjanji, PKB akan memperjuangkan pembangunan berbasis pada kekayaan alam, modal alam yang diamanatkan Tuhan. ”PKB akan memulai pembangunan dari desa, bukan dari kota, untuk memakmurkan desa-desa,” kata Muhaimin ketika berorasi dalam kampanye PKB di Lapangan Gambarsari, Kecamatan Pagaden, Subang. Di Bandung, PKB memilih berkampanye keliling di samping kampanye terbuka. Di Bangkalan, Jawa Timur, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir melemparkan kritik pedas. Menurut dia, Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin yang merakyat yang tidak ”jaim” atau jaga image. ”Pemimpin yang merakyat itu bersikap melayani dan tidak minta dilayani,” kata Soetrisno dalam silaturahim dengan ulama dan warga Kabupaten Bangkalan. Selain kampanye para capres dengan masingmasing parpol, parpol lain juga berkampanye dengan berbagai cara. Di Semarang, Jawa Tengah, Partai Keadilan Sejahtera berkampanye dengan mengenalkan kertas suara yang mirip dengan surat suara resmi. ”Sekarang jumlah caleg banyak sekali. Kami memahami kesulitan pemilih yang tidak mengenal caleg yang akan mewakili mereka,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Wilayah PKS Jateng Arif Awaludin. Di Jakarta, Partai Gerakan Indonesia Raya mengumpulkan massa di Gelanggang Olahraga Sunter, Jakarta Utara. Di Palembang, Sumatera Selatan, Jusuf Kalla dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali tanpa 6

sengaja bertemu di Palembang, Sabtu siang. Keduanya berkomitmen merapatkan barisan dalam bentuk Golden Triangle bersama PDIP. Di Surabaya, Partai Matahari Bangsa mengisi kampanye terbuka dengan konvoi lima kendaraan berisi para caleg mereka.” Sementara itu di lain pihak, pada tanggal 25 Mei 2009, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengundang tim kampanye nasional pasangan capres dan cawapres. Sedianya, pertemuan yang akan digelar tertutup ini akan membahas persiapan debat 18 Juni-2 Juli 2009. Pertemuan tersebut akan membahas format, materi, serta moderator debat. Menurut anggota KPU I Gusti Putu Artha , dalam UU dan peraturan menyebut bahwa masalah format dan moderator debat harus melalui kesepakatan KPU dan pasangan calon. Selain persiapan debat, menurut Putu, pertemuan dengan tim kampanye nasional juga akan membahas persiapan deklarasi damai serta jadwal kampanye.

Persaingan di antara pasangan capres dan cawapres terjadi begitu sengit, semuanya pasangan ingin menonjolkan kelebihan masing-masing dan tak jarang diantara tim sukses pasangan capres dan cawapres saling menjatuhkan pesaingnya. Seperti di lansir dalam kontan online.com pada tanggal 26 Mei 2009, Pesaing SBY Janjikan Pembenahan Hutang.

Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang beberapa kali mengajukan utang ke negara lain dan negara donor, dikritik habis oleh pesaingnya, Mega Prabowo dan JK-Wiranto. Mega-Prabowo menjanjikan, jika terpilih sebagai presiden dan cawapres 2009-2014, maka pasangan ini akan melakukan penjadwalan ulang (rescheduling) utang. Sekretaris Tim Sukses Mega-Prabowo, Fadli Zon menyatakan saat ini APBN terlalu dibebani dengan utang luar negeri. Sebab itu, ia menjanjikan, dana yang seharusnya digunakan untuk membayar utang akan dialihkan untuk membiayai proyek infrastruktur dan program ekonomi berbasis kerakyatan. Ia mengatakan, banyak negara yang bersedia menjadwalkan ulang utang Indonesia. “Bahkan mereka bersedia melakukan haircut,” katanya kepada Kontan, Selasa (26/5). Fadli mengatakan, postur APBN saat ini tidak sehat, karena 40 persen digunakan untuk membayar utang 7

dan subsidi. Namun, pemerintah saat ini enggan mengajukan penjadwalan ulang utang karena takut dengan IMF, Bank Dunia, dan lembaga donor lain. “Pemerintah saat ini ingin dianggap good boy oleh asing,” katanya. Sementara pasangan JK-Wiranto juga menjanjikan hal serupa. Mereka mengatakan akan melakukan penjadwalan ulang utang jika terpilih sebagai capres dan cawapres. Anggota Tim Sukses JK-Wiranto, Bambang Soesatyo mengatakan, memang seharusnya dana untuk membayar utang dialihkan untuk membangun infrastruktur. “Sehingga APBN lebih longgar, dan target pertumbuhan ekonomi hingga 8% - 9% bisa dicapai,” ucapnya. Selain itu, untuk membiayai APBN, pasangan JK-Wiranto memastikan akan mengevaluasi kontrak-kontrak migas yang dinilai merugikan. Sehingga, devisa Indonesia bakal meningkat. Meskipun JK merupakan wakil SBY dan berada dalam sistem pemerintah saat ini, Bambang enggan jika JK disebut berkontribusi dalam pembengkakan utang luar negeri. “Pak JK kan hanya Wapres, yang memutuskan Presiden,” sergahnya. Sementara Ketua Tim Kampanye Nasional SBYBoediono, Hatta Radjasa meminta agar pesaing SBY-Boediono tidak melontarkan kritik yang menyudutkan. Ia mengatakan banyak keberhasilan di bidang ekonomi yang telah diraih pemerintah saat ini di bawah kendali Presiden SBY. “Masyarakat perlu tahu bahwa ekonomi kita tumbuh. Angka pengangguran turun dan angka kemiskinan juga turun. Itu bukan kata saya, tetapi kata Badan Pusat Statistik,” ujar Hatta. Hatta justru mengungkapkan, pasangan SBY-Boediono mulai mendapat serangan kampanye negatif. Pasangan ini mulai disudutkan melalui layanan pesan singkat (SMS) maupun dalam bentuk lainnya. Hanya saja, politisi PAN yang menjadi orang dekat SBY ini enggan membeberkan bentuk kampanye negatif itu. Ia hanya meminta Tim Sukses dan Tim Kampanye pasangan lainnya untuk berkampanye secara bermartabat, bermoral dan beretika. Ada berbagai macam cara yang dilakukan masing-masing pasangan capres dan cawapres dalam melaksanakan kampanyenya. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menarik perhatian masyarakat untuk memilih mereka pada pemilihan presiden pada tangal 9 Juli 2009. Salah satu media yang terus menerus meliput perkembangan mengenai kampanye capres dan cawapres adalah media surat kabar. Surat kabar merupakan salah satu bentuk media massa selain televisi dan radio. Surat kabar memberikan kita informasi tentang peristiwa yang terjadi di sekitar kita setiap hari. Melalui surat kabar kita bisa mendapatkan informasi secara aktual setiap harinya.

( Wahyudi, 1996 : 22 ).

8

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut : “Sejauhmanakah pemenuhan kebutuhan akan berita kampanye capres pada Mahasiswa FISIP USU dapat terpenuhi melalui media massa?”

1.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka diperlukan adanya pembatasan masalah, yakni sebagai berikut : 1. Fokus penelitian adalah motivasi konsumsi berita – berita politik dalam memuaskan kebutuhan kognitif dan afektif melalui media massa. 2. Kebutuhan yang dimaksud terbatas pada kebutuhan informasi dan kebutuhan terhadap hal – hal yang berhubungan dengan kepuasan secara emosional, yang menyangkut pemberitaan kampanye capres. 3. Media massa yang dimaksud adalah surat kabar. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan keaktifan khalayak untuk memilih surat kabar dan memanfaatkannya dalam memenuhi kebutuhan kognitif dan afektifnya. 4. Subjek yang diteliti adalah mahasiswa FISIP USU program S1 reguler dan mandiri yang masih aktif berkuliah. 5. Penelitian dilakukan pada bulan Mei s/d Juli 2009.

9

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan motivasi konsumsi dengan penggunaan media oleh mahasiswa FISIP USU terhadap berita mengenai kampanye capres. 2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penggunaan media massa dengan pemuasan kebutuhan kogntif dan afektif mahasiswa FISIP USU. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan motivasi konsumsi dengan pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif seputar berita mengenai kampanye capres pada mahasiswa FISIP USU.

1.4.2. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian tentang motivasi khalayak mengkonsumsi media massa. 2. Secara akademis penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU khususnya departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan. 3. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak media massa.

1.5 Kerangka Teori Teori menurut Kerlinger merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat 2001 : 6).

10

Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya adalah komunikasi dan komunikasi massa, pendekatan Uses and Gratification, motif penggunaan media, surat kabar sebagai media komunikasi massa, kampanye dan berita.

1.5.1. Komunikasi dan Komuniasi Massa Komunikasi merupakan unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Menurut Astrid S. Susanto, komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna (Arifin, 1988 : 25). Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni: a. Komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (messege) c. Media (channel, media) d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) e. Efek (effect, impact, influence)

(Effendy, 1992 : 10)

Dari berbagai macam cara komunkasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartiakan dalam dua cara, yakni, pertama , komunikasi oleh media, dan kedua komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komuniksai massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khlayak,

11

dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memilih – milih media (Rivers, 2003 : 18). Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu mengetahui bahwa terdapat empat karakteristik komunikasi massa,yakni (Effendi, 1993 : 81 – 83): a. Komunikasi massa bersifat umum Pesan komunkasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. b. Komunikan bersifat heterogen Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang – orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis – jenis; maka oleh kerena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standart hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh. c. Media massa menimbulkan keserempakan Yang dimaksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. d. Hubungan komunikator – komunikan bersifat non – pribadi Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non – pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang – orang yang dikenal hanya dalam perannya yang bersifat umum sebagai komunikator.

12

1.5.2. Teori Uses and Gratification Jika pada model penelitian komunikasi yang terdahulu lebih menyelidiki pengaruh pesan terhadap komunikan dari sisi komunikator saja, maka sekitar tahun 1940 – an lahirlah perspektif baru yang disebut dangan Uses and Gratification. Pertanyaan utama dalam model ini bukan pada sejauh mana media tersebut dapat mengubah sikap dan prilaku kita, tetapi pada sejauh mana media tersebut dapat mempertemukan kebutuhan sosial dengan kebutuhan pribadi. Jadi tekanannya adalah pada khalayak yang dianggap aktif, yang dengan sengaja menggunakan media massa untuk mencapai tujuan tertentu (Liliweri, 1991 : 133). Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai media Uses and Gratificatin sebagai berikut:

(1) Kondisi sosial psikologis

seseorang akan menyebabkan adanya (2) kebutuhan, yang menciptakan (3) harapan – harapan terhadap (4) media massa atau sumber – sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuansi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Sendjaja, 2002 : 5.38). Teori Uses and Gratification ini digambarkan hubungannya seperti terlihat pada gambar berikut ( Tan, 1981 : 299)

13

Lingkungan Sosial - ciri – ciri demografis - keanggotaan dalam kelompok - ciri – ciri kepribadian

Kebutuhan - kognitif - afektif - integrasi social - integrasi personal - escapism

Sumber non media - keluarga dan teman - hubungan inter personal - hobi - istirahat dll Sumber Media - jenis media - isi media - terpaan media - konteks sosial terhadap terpaan media

Fungsi Media - pengawasan - hiburan - identitas diri - itegrasi diri

Model Teori Uses and Gratifications

1.5.3. Motif Penggunaan Media Motif

manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga

penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif – motif itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku kita (Gerungan, 1986 : 141). Menurut teori behaviorisme “ low of effects “ perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila media massa tersebut tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita. Jadi jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motif – motif tertentu (Rakhmat, 2001 : 207). Sehubungan dengan kebutuhan manusia, Katz, Guveritch dan Haas merumuskan tipologi kebutuhan yang berhubungan dengan media, yang meliputi (Liliweri, 1991 : 137 – 138): 1. Kebutuhan Kognitif 2. Kebutuhan Afektif 14

3. Kebutuhan Integratif Personal 4. Kebutuhan Integratif Sosial 5. Kebutuhan akan Pelarian Dalam penelitan ini kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan kognitif, karena kebutuhan ini berkaitan dengan usaha – usaha untuk menambah informasi dan pengetahuan. Hal ini sangat berkaitan dengan kondisi mahasiswa yang sedang dalam tahap pendidikan sehingga membutuhkan informasi yang lebih, khususnya berkaitan dengan berita politik Indonesia mengenai kampanye capres terutama bagi mahasiswa FISIP USU yang dalam perkuliahannya masih berhubungan dengan hal – hal politik. Selain kebutuhan kognitif, kebutuhan lain yang ingin dilihat adalah kebutuhan afektif, karena kebutuhan ini berkaitan dengan hal – hal yang bersifat emosional yang mana nantinya akan mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap berita - berita kampanye capres.

1.5.4. Surat Kabar Sebagai Media Massa Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Media massa yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “mass media” yang bermakna alat penghubung. Media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menybarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Sarana komunikasi itu dapat berupa surat kabar, majalah, buku, radio, dan televisi. Jadi media massa mengarah kepada alat yang di pergunakan untuk menyampaikan informasi (Junus, 1996 : 28)

15

Surat kabar merupakan salah satu bentuk media massa cetak. Pada awal perkembangannya, surat kabar hanya berupa surat edaran yang diedarkan melalui pelayanan

pos

yang

belum

sempruna

dan

berperan

terutama

untuk

menyebarluaskan berita menyangkut peristiwa yang ada hubungannya dengan perdagangan internasional. Di Jerman surat kabar pertama kali muncul pada awal abad ke-17. Sedang di Inggris, dalam bentuk lembaran kertas, lahir pada 1621. Semua ini merupakan cikal bakal dunia persuratkabaran yang kini terbit secara periodik, dengan produksi yang serba mekanik, berjangka dan mengandung sejumlah berita yang sangat bervariasi dengan sistem organisasi serta mekanisme yang mapan (Muhtadi 1999 : 88 – 89). Adapun ciri – ciri dari surat kabar yaitu sifatnya umum (publisitas), terbitnya secara teratur (periodisitas), isinya beraneka ragam dan dari berbagai penjuru dunia (universalitas), serta berita yang di sampaikan aktual ( aktualitas ) (Effendi 1993 : 91 – 92).

1.5.5 Kampanye Kegiatan komunikasi politik yang paling semarak dan melibatkan banyak orang adalah kampanye politik. Kegiatan ini dilakukan menjelang pemilihan, terutama pemilihan anggota legislative (parlemen) yang disebut dengan Pemilihan Umum (Pemilu) atau pilihan raya. Selain pemilihan anggota parlemen yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan jabatan-jabatan politik, terutama pemilihan presiden, gubernur, dan bupati. Kampanye adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat. Pada umumnya, kampanye politik

16

diatur dengan peraturan peraturan tersendiri, yaitu waktu, tata caranya, pengawasan dan sanksi-sanksi jika terjadi pelanggaran oleh penyelenggaraan kampanye. Dengan demikian, kampanye politik adalah kegiatan yang bersifat formal dalam sebuah perebutan jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam kampanye politik, biasanya semua bentuk komunikasi politik dikembangkan seperti agitasi politik, propaganda politik, public relations politik, dan retorika politik (Arifin, 2003:8384)

1.5.6. Berita Bruce D. Itule dalam News Writing and Reporting for Today’s Media mencontohkan bahwa berita adalah “man bites dog”. Dengan kata lain, “ dog bites man” adalah bukan berita. Dengan menggunakan defenisi seperti itu, secara sederhana dapat dipahami suatu abstraksi tentang berita. Berita merupakan sesuatu yang memang belum pernah belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya. Atau jika kita akan mempercayakan pemilihan apakah suatu berita itu layak atau tidak menjadi berita kepada reporter, maka berita dapat didefenisikan sebagai “what editor and reporter say it is” (Muhtadi, 1999 : 108). Dalam arti teknis jurnalistik, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi atau harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian penonton, entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, atau pula karena ia mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan (Assegaf, 1983 : 24). Ada beberapa jenis berita berdasarkan cakupan masalahnya seperti berita agama, berita

17

pendidikan, berita ekonomi, berita hukum dan pengadilan, berita kejahatan, dan termasuk juga berita politik.

1.6 Kerangka Konsep Menurut Kerlinger (1971) konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggenerlaisasi hal – hal khusus (Rakhmat 2001 :12). Sedangkan Nawawi (1995 : 45) merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : 1. VARIABEL BEBAS Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat 2001 : 12). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu motivasi konsumsi berita kampanye capres. Kebutuhan yang timbul dari latar belakang pendidikan mahasiswa, akan memotivasi mereka untuk mengkonsumsi media massa agar kebutuhan kognitifnya terpenuhi. serta ikatan kesukuan akan memotivasi mereka agar kebutuhan afektifnya terpenuhi. Maka dalam penelitian ini motif yang akan diteliti akan dibatasi sampai pada kebutuhan kognitif dan afektif. Untuk mengetahui motif konsumsi berita politik di Indonesia (berita kampanye capres ), perlu di tinjau beberapa indikator antara lain : •

Kredibilitas media massa



Isu dalam media massa



Isi/konten media massa



Aktualitas media massa

18



Faktualitas media massa (Kriyantono 2008:108)

2. VARIABEL TERIKAT Variabel terikat yaitu variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahulinya (Rakhmat 2001 : 12). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu pemenuhan kebutuhan kognitif (informasi) dan kebutuhan afektif. Pemenuhan kebutuhan kognitif adalah terpenuhinya kepuasan akan pengetahuan berita mengenai kampanye presiden dari media massa yang paling sering mereka konsumsi. Sedangkan pemenuhan kebutuhan afektif adalah terpenuhinya kepuasan secara emosional terhadap berita – berita yang menyangkut berita kampanye capres. Indikator pemenuhan kebutuhan kognitif dalam hal ini terdiri dari: •

Kepuasan yang diberikan oleh media massa terhadap

berita – berita

seputar kampanye capres. •

Kebaikan dan keburukan media massa.

Indikator pemenuhan kebutuhan afektif terdiri dari: •

Kepuasan emosional akan pemberitaan di media massa.

3. VARIABEL ANTARA Variabel antara mempunyai kesamaan dangan variabel antara yakni merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel. Variabel antara mendahului variabel pengaruh (Singarimbun 1995 : 66). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden mahasiswa FISIP USU yang meliputi beberapa indikator, yaitu:

19



Departemen



Angkatan



Jenis Kelamin

1.7. Model Teoritis Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentu menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Variabel Bebas (X)

Variabel Terikat (Y)

Motivasi konsumsi berita kampanye capres

Pemenuhan kebutuhan informasi (kognitif) dan kebutuhan afektif

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden: Gambar I.2 Model Teoritis

20

1.8. Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, untuk lebih memudahkan kesamaan dan kesesuaian penelitian maka perlu dibuat oprasional variabel, yaitu: Variabel Teoritis

Variabel Operasional

VARIABEL ANTESEDEN

 Departemen

Karakteristik Responden

 Angkatan  Jenis Kelamin

VARIABEL BEBAS Motivasi

Konsumsi

Berita

 Kredibilitas media massa  Isu dalam media massa

Kampanye Capres

 Isi/konten media massa  Aktualitas media massa  Faktualitas media massa

VARIABEL TERIKAT Pemenuhan Kebutuhan Kognitif

 Kepuasan yang diberikan oleh media massa  Kebaikan dan keburukan media massa

Pemenuhan Kebutuhan Afektif

 Kepuasan emosional akan pemberitaan di media massa

Tabel 2. Operasional Variabel

21

1.9 Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel itu diukur. Dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian, dapat diketahui pengukuran suatu konsep. Dalam penelitian ini defenisi operasional variabelnya adalah: 1. Karakteristik respondan adalah nilai – nilai yang dimiliki oleh seseorang yang membedakannya dengan orang lain, antara lain: •

Departemen

Yaitu

unsur

terkecil

dari

pelaksana

akademik

untuk

mengkoordinasikan/melaksanakan pendidikan profesional dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini ada 6 departemen yang diambil sebagai responden yaitu Ilmu Komunikasi, Administrasi Negara, Sosiologi, Kesejahteraan Sosial, Ilmu Politik dan Antropologi. •

Angkatan

Yaitu tahun masuknya responden ke FISIP USU. •

Jenis Kelamin

Yaitu merupakan jenis kelamin dari responden.

2. Motivasi konsumsi berita kampanye capres, merupakan dorongan atau alasan yang menggerakkan individu untuik mengkonsumsi berita mengenai kampanye capres dari media massa. Untuk melihat bagaimana motivasi konsumsi terhadap berita ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:

22



Kredibilitas media

Yaitu kepercayaan khalayak terhadap media tersebut. Dalam hal ini, sebuah media yang dianggap kredibel adalah media yang telah memiliki nama dan dikenal banyak orang karena kualitas dari media tersebut dapat dipercaya. •

Isu dalam media

Yaitu tema yang disampaikan media kepada khalayak. Hal ini menyangkut human interest khalayak terhadap hal – hal apa saja yang disampaikan media terhadap khalayak. •

Isi/konten media

Yaitu menyangkut isi pemberitaan dalam media tersebut, apakah dapat menarik perhatian khalayak atau tidak. •

Aktualitas media

Yaitu menyangkut seberapa aktual pembertitaan yang ada di media. •

Faktualitas media

Yaitu isi dalam media harus berdasarkan fakta bukan karangan ataupun opini dari wartawan.

3. Pemenuhan kebutuhan kognitif terdiri atas dua indikator, yaitu: a. Kepuasan yang diberikan oleh media massa terhadap

berita –

berita mengenai kampanye capres mampu membantu mahasiswa uintuk menambah pengetahuan mereka terhadap berita tersebut b. Kebaikan dan keburukan media massa. Merupakan hal – hal yang dirasakan mahasiswa berdasarkan hasil pengamatan mereka

23

terhadap isi berita atau teknis – teknis lain dari media massa yang dikonsumsinya. Indikator pemenuhan kebutuhan afektif terdiri dari: a. Kepuasan emosional, yaitu

kepuasan yang menekankan pada

aspek perasaan, ditunjukkan dalam sikap mendukung atau tidak mendukung setelah mahasiswa tersebut mengkonsumsi berita mengenai kampanye capres.

1.10 Hipotesis Menurut Suparmoko (1999: 19), hipotesis adalah pernyataan tentatif yang berhubungan

dengan

permasalahan

sehingga

berguna

dalam

mencari/mendapatkan alat pemecahan. Menurut Soehartono (2004: 26), hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho :

Tidak terdapat hubungan antara penggunaan media massa dalam hal ini surat kabar terhadap pemuasan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU .

Ha:

Terdapat

perbedaan tingkat hubungan antara motivasi konsumsi

mahasiswa FISIP USU dengan pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif terhadap berita mengenai kampanye capres.

24

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II. 1. 1 Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 1985:1). Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini berarti sama makna. Ada berbagai macam defenisi komunikasi yang disampaikan oleh para ahli. Menurut Carl I. Hoveland (1948) komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang – perangsang (biasanya dalam bentuk kata – kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Arifin,1988:25). Sedangkan menurut Onong U. Effendi (1992:5), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau prilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip

25

paradigma yang dikemukakan Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: •

Komunikator (Communicator, source, sender)



Pesan

(Message)



Media

(Channel, media)



Komunikan

(Communicant, receiver)



Efek

(Effect, Impact)

Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain, yang muncul dari benaknya.

Perasaan

bisa

berupa

keyakinan,

kepastian,

keragu-raguan,

kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan lain sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni: 1. Proses komunikasi secara Primer Yaitu proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer

26

dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan. 2. Proses komunikasi secara Sekunder Yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam

melancarkan

komunikasinya,

dikarenakan

komunikan

sebagai

sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dna banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. (Effendy, 1986:14-16) Sedangkan menurut William F. Glueck, komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni : 1. Interpersonal Communication atau komunikasi antar pribadi, yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil. 2. Organizational Communication, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi yang di luar lembaga yang ada hubungan (Widjaja, 1986 : 8). Sekelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (Human Communication) mengutarakan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-

27

orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2000 : 19 ).

II.1. 2 Pengertian Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) disini adalah komunikasi melalui media massa modern, yaitu meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan secara umum dan film. Hal itu perlu dijelaskan oleh karena ada sementara pakar di antaranya Everett M. Rogers, yang menyatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun dan lain-lain. Lazimnya media massa modern menunjukkan seluruh sistem dimana pesan-pesan

diproduksikan,

dipilih,

disiarkan,

diterima

dan

ditanggapi.

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antarpribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya. Seorang komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil menemukan

28

metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati dengan jumlah terbanyak di antara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara dua orang; benak komunikator harus mengenai benak setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil ialah konta-pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak. Jadi, ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa: mengetahui apa yang ia ingin komunikasikan dan mengetahui bagaimana ia harus menyampaikan pesannya dalam rangka melancarkan penetrasi kepada benak komunikan. Komunikasi massa biasanya menghendaki oragnisasi resmi dan rumit untuk melakukan operasinya. Produksi surat kabar atau siaran televisi meliputi sumber pembiayaan dan karenanya juga pengawasan keuangan ini memerlukan pekerjaan yang benar-benar mempunyai keahlian, jadi memerlukan manajemen yang baik. (Effendy, 2003:79-81) Terdapat

beberapa

ciri

khusus

dari

komunikasi

massa

yang

membedakannya dari komunikasi interpersonal, yaitu: •

Komunikasi massa berlangsung satu arah, berbeda dengan komunikasi interpersonal, komunikasi massa berlangsung satu arah. Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan perkataan lain, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan

para

pembacanyaa

terhadap

pesan

atau

berita

yang

disiarkannya. Sebagai konsekuensi dari situasi komunikasi seperti ini, komunikator pada komunikasi massa harus melakukan perencanaan dan

29

persiapan sedemikian rupa sehingga, pesan yang disampaikannya kepada komunikan harus komunikatif. •

Komunikator pada komunikasi massa melembaga; media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Karena itu komunikatornya melembaga. Komunikator pada komunikasi massa, misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi, dikarenakan media yang ia pergunakan adalah suatu lembaga, dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya ia bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijaksanaan surat kabar dan stasiun televisi yang diwakilinya.

Ia tidak

mempunyai kebebasan

individual.

Sebagai

konsekuensi dari sifat komunikator yang melembaga itu, maka peranannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang-orang lain. •

Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, karena ditujukan kepada umum (public) dan mengenai kepentingan umum. Hal itulah yang antara lain membedakan media massa dengan media nir-massa. Surat, telepon, telegram dan teleks misalnya adalah media nir-massa, bukan media massa.



Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan; ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.



Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen; komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota-anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju

30

komunikator, bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencarpencar, di mana antara satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak terdapat kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan lain sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa, karena setiap individu dari khalayak itu mengkehendaki agar keinginannya dipenuhi.

II. 2 Teori Uses and Gratification Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratifications. Teori ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Teori ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak. Uses and gratifications berasal dari kata ‘uses’ yang berarti penggunaan atau pemanfaatan isi media dan ‘gratification’ merupakan pemenuhan kebutuhan Uses and gratification adalah sebuah model yang menjelaskan tentang apa yang dilakukan khalayak terhadap media bukan apa yang dilakukan media terhadap khalayak. Asumsi pokok dalam model ini didasarkan pada pandangan bahwa khalayakk secara aktif dan sadar mengaitkan dirinya dengan media tertentu guna menjawab permasalahan yang dihadapinya.

31

Hasil penelitian yang menjelaskan tentang hal ini dilakukan oleh Berelson mengenai “what missing the newspaper means” tahun 1949 dengan melakukan wawancara mengenai apa yang mereka lakukan dalam kurun waktu terjadinya pemogokan surat kabar. Sebagian besar di antara responden memberikan jawaban mencari sumber bacaan lain, bahwa surat kabar merupakan sumber berita yang tidak dapat digantikan terutama tentang berita-berita dunia. Akan tetapi ada pula yang menyatakan sebagai pelarian, hiburan, prestise, dan sebagainya. Khalayak yang aktif akan menyeleksi serta menentukan pilihan isi media untuk memenuhi kebutuhannya dengan memilih membaca, mendengar atau menonton apa dan dari media mana. Wilbur Schramm dan William Porter dalam “Men, Women Messages and Media” (Devito, 1997:528) mengemukakan alasan pemilihan tersebut dalam sebuah rumus sebagai berikut: Janji Imbalan _____________________ = Probabilitas Upaya yang Diperlukan

Janji Imbalan menurut Schramm dan Porter terdiri dari imbalan segera maupun imbalan yang diperoleh beberapa saat kemudian. Imbalan (rewards) berarti sesuatu yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan khalayak. Misalnya seseorang memutuskan untuk menonton televisi karena media maupun acara di dalamnya akan memenuhi kebutuhan informasi, problem solving dan lain-lain. Upaya yang diperlukan untuk mengakses media massa tergantung pada ketersediaan media, kemudian dalam proses pemanfaatannya, kemungkinan pengorbanan yang diperlukan. Sebagai contoh, menonton televisi membutuhkan

32

‘upaya yang diperlukan’ lebih sedikit atau lebih kecil daripada menonton bioskop karena tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan juga lebih kecil. Dan ini akan dibagi oleh ‘janji imbalan’ yaitu manfaat yang diperoleh dari menonton sebuah acara di televisi atau bioskop. Maka yang memberi manfaat lebih besar dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam adalah yang dapat memberikan kepuasan bagi seseorang. Hasil pembagian inilah yang menjadi ‘probabilitas seleksi’ yaitu peluang untuk memilih media atau acara tertentu. Teori uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Pendekatan uses and gratifications memfokuskan pada pelanggaran anggota khalayak, lebih dari sekedar pesan. Pendekatan ini mulai dengan orang sebagai pemilih media komunikasi yang aktif, suatu titik pandang yang berbeda dari model pengaruh yang kuat (Katz, dkk., dalam Davidson dan Yaitu, 1974:1135). Prinsip dasarnya diringkaskan sebagai berikut: Dibandingkan dengan studi-studi mengenai pengaruh yang klasik, pendekatan the uses and gratifications memusatkan pada konsumen media daripada pesan media dalam menentukan titik awal pembahasan dan mengungkapkan perilaku komunikasinya dalam kaitannya dengan pengalaman langsung dengan media. Pendekatan ini memandang para anggota khalayak secara aktif memanfaatkan isi media lebih sekedar bertindak pasif terhadap media. Denga demikian, pendekatan ini tidak mengasumsikan suatu hubungan langsung antara pesan dan pengaruh, melainkan mendalilkan bahwa para anggota khalayak mengambil pesan untuk digunakan dan bahwa tindakan menggunakan pesan itu sebagai variabel antara dalam proses pengaruh (Katz, Blumler dan Gurevitch, “Uses..” p.12).

33

Individu-individu yang erat berhubungan dengan pendekatan the uses and gratifications adalah Jay Blumler dan Elihu Katz. Para pengarang ini telah memberikan kerangka sejumlah asumsi teoritis dan metodologis secara mendasar. Tiga asumsi teoritis akan didiskusikan di sini. Pertama adalah bahwa khalayak komunikasi massa itu aktif dan diarahkan oleh tujuan. Tidak seperti sebagian besar teori-teori pengaruh, teori uses and gratifications berasumsi bahwa anggotaanggota khalayak tidak pasif melainkan mengambil peran proaktif dalam memutuskan bagaimana menggunakan media dalam kehidupan mereka. Kedua anggota khalayak sangat bertanggung-jawab terhadap pemilihan media untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Para anggota khalayak mengetahui kebutuhankebutuhan mereka dan berusaha dengan berbagai cara untuk memnuhi kebutuhankebutuhan ini. Asumsi ketiga, berhubungan dengan asumsib lainnya, yakni bahwa media bersaing denga sumber-sumber pemuasan kebutuhan lainnya. Dengan kata lain, di luar opini bahwa media hadir, individu memilih cara-cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan.(Winarso, 2005:110) Teori ini memulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai: •

Cognitive needs (Kebutuhan kognitif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

34



Affective needs (Kebutuhan afektif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.



Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.



Social integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.



Escapist needs (Kebutuhan pelepasan) Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman. (Effendy, 2003:289) Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-

kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut: 1. Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan emosi. 2. Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sosial. 3. Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai. 4. Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi). Dalam kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikelnya yang berjudul ”Opposing Conceptions of the Audience : The Active and Passive

35

Hemispheres of Communication Theory” (1998), yang kemudian diakui menjadi tulisan paling komprehensif mengenai perdebatan tentang khalayak aktif versus khalayak pasif, ditemukan beberapa tipologi dari khalayak aktif. Pertama adalah selektifitas (selectivity). Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Merka tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu. Misalnya, kalangan bisnis lebih berorientasi mengkonsumsi Majalah Swasembada dan Harian Bisnis Indonesia untuk mengetahui perkembangan dunia bisnis, penggemar olahraga mengkonsumsi Tabloid Bola untuk mengetahui hasil berbagai pertandingan olah raga dan sebagainya. Karakteristik kedua adalah utilitarianisme (utilitarianism) di mana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki. Karakteristik yang ketiga adalah intensionalitas (intentionality), yang mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media. Karakteristik yang keempat adalah keikutsertaan (involvement) , atau usaha. Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media. Yang kelima, khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri. Khalayak yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari khalayak aktif, karena mereka lebih bisa memilih media yang mereka konsumsi sesuai kebutuhan mereka dibandingkan khalayak yang tidak terdidik.

36

Teori Uses and Gratification ini digambarkan hubungannya seperti terlihat pada gambar berikut ( Tan, 1981 : 299) Lingkungan Sosial - ciri – ciri demografis - keanggotaan dalam kelompok - ciri – ciri kepribadian

Kebutuhan - kognitif - afektif - integrasi social - integrasi personal - escapism

Model Teori Uses and Gratifications

Sumber non media - keluarga dan teman - hubungan inter personal - hobi - istirahat dll Sumber Media - jenis media - isi media - terpaan media - konteks sosial terhadap terpaan media

Fungsi Media - pengawasan - hiburan - identitas diri - itegrasi diri

II .3 Motif Penggunaan Media Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Setiap individu pasti memiliki motif yang berbeda-beda dalam melakukan sesuatu. Perbedaan motif ini juga berlaku dalam perilaku penggunaan media. Berbedanya motif seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat kepuasan yang didapat individu dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Motivasi tersebut menimbulkan adanya motif. Motivasi adalah pernyataan dari dalam berupa gerakan yang sering muncul sebelum melakukan tingkah laku, hubungan antara motivasi dan tingkah laku berdekatan. Sesorang dapat bertingkah laku dan seseorang dapat termotivasi untuk bertingkah laku. Para individu 37

bertindak karena adanya sejumlah kekuatan yang mendorong yang ada dalam diri mereka sendiri, yeng diwakili oleh istilah-istilah misalnya: - Keinginan-keinginan (wants) - Kebutuhan-kebutuhan (needs) - Perasaan takut (fears) Ada orang yang menginginkan lebih banyak kekuasaan, adapula orang yang menginginkan ekspresi diri, sedangkan orang ketiga mungkin takut dikucilkan oleh masyarakat (social ostracism), atau kehilangan kedudukan yang mapan. Terlepas dari kebutuhan atau perasaan takut yang dirasakan, di belakang setiap tindakan manusia yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu senantiasa terdapat keinginan tertentu (some desire), baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang menyebabkan orang yang bersangkutan bertindak atau melakukan sesuatu tindakan. Konsep motivasi yang berhubungan dengan tinkah laku seseorang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu dan (2) apabila orang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya orang terdorong melakukan kegiatan tersebut. David McClelland berpendapat bahwa: A motive is the redintegration by acue of a change in an affective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan

38

afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek yaitu adanya dorongan dalam dan luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan dan usaha untuk mencapai tujuan. Atau dapat pula disimpulkan motif adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang mempunya indikator sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) adanya harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6) adanya kegiatan yang menarik. Semua tingkah manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu, Gerungan menjelaskan, dalam mempelajari tingkah laku pada umumnya, kita harus mengetahui apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukan dan mengapa ia melakukan itu, dengan kata lain sebaik-baiknya mengetahui know what, know how, dan know why. Dalam hal ini, persoalan know why adalah berkenaan dengan pemahaman motif-motif manusia dalam perbuatannya, karena motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku manusia. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya (Ardianto, 2004:87). Seperti kita ketahui keinginan dan kebutuhan masing-masing individu berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat tunggal bisa juga bergabung. Misalnya, motif seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan di televisi adalah untuk memperoleh informasi (motif tunggal), tapi mungkin bagi seseorang lainnya adalah untuk memperoleh informasi, seklaigus juga sebagai

39

pengisi waktu luang (motif bergabung). Hal ini berlaku pula pada orang-orang yang membaca media cetak, surat kabar atau majalah. Bagi seseorang yang dari puluhan bahkan ratusan, defenisi berita yang dapat dibaca dalam berbagai buku atau berkala, defenisi yang dikemukakan oleh Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya “Reporting” dapat dinilai sebagai paling kena, yang berbunyi: “news is the timely report of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people” (berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau keduaduanya, bagi sejumlah besar penduduk) (Effendy, 2003:131).

II. 4 Surat Kabar sebagai Media Massa Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Media massa yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “mass media” yang bermakna alat penghubung. Media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menybarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Sarana komunikasi itu dapat berupa surat kabar, majalah, buku, radio, dan televisi. Jadi media massa mengarah kepada alat yang di pergunakan untuk menyampaikan informasi (Junus, 1996 : 28) Surat kabar merupakan salah satu bentuk media massa cetak. Pada awal perkembangannya, surat kabar hanya berupa surat edaran yang diedarkan melalui pelayanan

pos

yang

belum

sempruna

dan

berperan

terutama

untuk

menyebarluaskan berita menyangkut peristiwa yang ada hubungannya dengan perdagangan internasional. Di Jerman surat kabar pertama kali muncul pada awal

40

abad ke-17. Sedang di Inggris, dalam bentuk lembaran kertas, lahir pada 1621. Semua ini merupakan cikal bakal dunia persuratkabaran yang kini terbit secara periodik, dengan produksi yang serba mekanik, berjangka dan mengandung sejumlah berita yang sangat bervariasi dengan sistem organisasi serta mekanisme yang mapan (Muhtadi 1999 : 88 – 89). Adapun ciri – ciri dari surat kabar yaitu sifatnya umum (publisitas), terbitnya secara teratur (periodisitas), isinya beraneka ragam dan dari berbagai penjuru dunia (universalitas), serta berita yang di sampaikan aktual ( aktualitas ) (Effendi 1993 : 91 – 92). Jurnalistik media cetak khususnya surat kabar dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verba dan visual. Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif. Visual, menunjuk pada kemampuan kita dalam menata, menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan. Materi berita yang ingin disampaikan kepada pembaca merupakan hal yang sangat penting. Namun bila berita tersebut tidak ditempatkan dengan baik, dampaknya akan kurang berarti. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh bagian desain visual, tata letak atau perwajahan. Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi ayng disajikan kepada khalayak, bukan sajaa harus benar, jelas dan akurat melainkan juga harus menarik, membangkitkan minat dan selera baca (surat kabar). Inilah yang membedakan karya jurnalistik dengan karya lainnya seperti karya ilmiah. Karya jurnalistik harus benar dan dikemas dalam bahasa dan penyajian yang menarik. Produk jurnalistik adalah surat kabar, tabloid, majalah, buletin atau berkala lainnya seperti radio, televisi, dan media online internet. Namun tidak setiap surat

41

kabar disebut produk jurnalistik. Surat kabar, tabloid, majalah dna buletin dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar: (1) berita (news), (2) opini (views), dan (3) iklan (advertising). Dari ketiga kelompok besar itu hanya berita (news) dan opini (views) saja yang disebut produk jurnalistik. Kelompok berita (news), meliputi antara lain berita langsung (straight news), berita menyeluruh (comprehensive news), berita mendalam (depth news), pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news), berita khas bercerita (feature news), dan berita gambar (photo news). Kelompok opini (views), meliput i: •

Tajuk Rencana Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal dan kontroversial yang berkembang dalam masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media pers bersangkutan secara keseluruhan sebagai suatu lembaga penerbitan media berkala. Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana papan atas ataiu pers berkualitas misalnya, memiliki ciri antara lain senantiasa hati-hati, normatif, cenderung konservatif, dan menghindari pendekatan kritik yang bersifat telanjang atau tembak langsung dalam ulasan-ulasannya. Dalam pemuatan tajuk rencana pers papan atas, pertimbangan aspek

politis

lebih dominan

dibandingkan dengan

pertimbangan sosiologis. Tajuk rencana dari pers papan tengah atau pers populer berlaku sebaliknya. Pers populer lebih berani, atraktif, progresif,

42

dan tidak canggung untuk memilih pendekatan kritik yang bersifat telanjang serta tembak langsung. Apabila pers papan atas lebih mengutamakan pertimbangan aspek politis, maka pers papan tengah atau bahkan pers papan bawah justru memilih pertimbangan aspek sosiologis dalam pemuatan tajuk rencana. •

Karikatural Secara teknis jurnalistik, karikatur diartikan sebagai opini redaksi media dalam bentuk gambar yang sarat dengan muatan kritik sosial dengan memasukkan unsur kelucuan, anekdot, atau humor agar siapa pun yan melihatnya

bisa

tersenyum,

termasuk

tokoh

atau

objek

yang

dikarikaturkan itu sendiri. Sebuah karikatur dikatakan efektif apabila karikatur itu telah menjalankan fungsinya, yakni karikatur harus membuat senyum untuk semua. Senyum untuk yang dikritik agar tidak marah, senyum untuk masyarakat yang merasa terwakili aspirasinya, dan senyum untuk sang karikaturis karena tidak terjadi apa-apa (Lukman 1989:38). •

Pojok Pojok adalah kutipan pernyataan singkat nara sumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial, untuk kemudian dikomentari oleh pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang mengusik, menggelitik, dan adakalanya reflektif. Tujuannya untuk mencubit, mengingatkan, atau menggugat sesuai dengan fungsi kontrol sosial yang dimiliki pers. Kritis tetapi tetap etis. Sesuai dengan namanya, pojok ditempatkan di sebelah pojok. Dalam setiap edisi penerbitan, pojok memuat tiga-lima butir kutipan pernyataan atau peristiwa menarik untuk

43

dikomentari (Sumadiria, 2004:3). Rubrik pojok memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada setiap surat kabar di Indonesia: 1. Pojok berisi dua alinea. Alinea pertama menyajikan suntingan berita atau peristiwa. Alinea kedua menyajikan opini atau pandangan-pandangan dari lembaga surat kabar sebagai respons terhadap isi yang tersaji dalam alinea pertama. 2. Isi yang disajikan baik dalam alinea pertama maupun dalam alinea kedua, biasanya terangkai dalam kalimat-kalimat pendek. 3. Opini atau pandangan-pandangan dari lembaga surat kabar disajikan dalam kalimat-kalimat yang bersifat sinis dan humoris. Selain ketiga ciri itu, ada ciri lain yang melekat dalam pojok, yakni judul rubrik pojok dan nama penjaga pojok itu sendiri (Suhendra, 1989:38). •

Artikel Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif). Disebut lepas karena siapa pun pembaca boleh menulis artikel dengan topik bebas sesuai dengan minat dan keahliannya masing-masing. Selain itu juga artikel yang ditulis tersebut tidka terikat dengan berita atau laporan tertentu. Ditulisnya pun boleh kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Secara umum, artikel dpaat dibedakan menurut jenis serta tingkat kesulitan yang dihadapinya, antara lain:

44

1. Artikel praktis Artikel praktis lebih menekankan pada aspek ketelitian dan ketrampilan daripada masalah pengamatan dan pengembangan pengetahuan serta analisis peristiwa. Artikel praktis biasanya ditulis dengan menggunakan pola kronologis. Artinya, pesan disusun berdasarkann urutan waktu atau tahapan pekerjaan. 2. Artikel ringan Artikel ringan biasanya ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja, wanita, keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak mengangkat topik bahasan yang ringan dengan cara penyajian yang ringan pula, dalam arti tidak menguras pikiran kita. Untuk menerima atau mencernanya, kita sebagai pembaca tidak memerlukan persiapan dan perhatian secara khusus. 3. Artikel halaman opini Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analistis akademis. Sifatnya realtif berat. Karena itulah, artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai di bidangnya masing-masing. 4. Artikel analisis ahli

45

Artikel analisis ahli biasa kiat temukan pada halaman muka, halaman-halaman berita, atau halaman dan rubrik-rubrik khusus tertentu. Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli atau pakar di bidangnya dalam bahasa yang populer dan komunikatif. Artikel analisis ahli mengupas secara tajam dan mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi sorotan dan bahan pembicaraan hangat masyarakat. Topik yang diangkat dna dibahas macam-macam, seperti ekonomi, politik, pendidikan, sosial, agama, budaya, industri, iptek. Beberapa surat kabar besar di Indonesia, menyediakan ruangan khusus untuk artikel analisis ahli ini dalam halaman-halaman berita atau halamann-halaman dan rubrik khusus tertentu mereka. Salah satu tujuannya antara lain, mendekatkan pokok masalah yang sedang disorot dalam berita sebagai suatu persoalan yang mengandung pertanyaan dengan tinjauan pakar di bidang yang sama yang memberikan penjelasan dan jawaban kepada sidang pembaca. •

Kolom Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Kolom lebih banyak mencerminkan cap pribadi penulis. Sifatnya memadat memakna. Bandingkan dengan sifat artikel yang lebih banyak memapar melebar. Kolom ditulis secara inferensial. Artikel ditulis secara referensial. Biasanya dalam tulisan

46

kolom terdapat foto penulis. Sangat dianjurkan, tulisan kolom disertai foto penulis. •

Surat Pembaca Surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya berisi keluhan atau komentar pembaca tentang apa saja yang menyangkut kepentingan dirinya atau masyarakat. Panjang surat pembaca rata-rata 2-4 paragraf. Rubrik surat pembaca lebih merupakan layanan publik dari pihak redaksi terhadap masyarakat. Dalam rubrik ini, pembaca boleh menuliskan apa saja dan ditujukan kepada siapa saja. Syaratnya antara lain pembaca harus menyertakan fotokopi identitas lain yang masih berlaku.

II. 5 Kampanye Kegiatan komunikasi politik yang paling semarak dan melibatkan banyak orang adalah kampanye. Kegiatan ini dilakukan menjelang pemilihan, terutama pemilhan anggota legislative (parlemen) yang disebut Pemilihan Umum (Pemilu) atau pilihan raya. Selain pemilihan anggota parlemen yang tidak kalah pentingnya adalah jabatan – jabatan politik, terutama pemilihan presiden, gubernur, dan bupati. Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat. Pada umumnya, kampanye politik diatur dengan peraturan tersendiri, yaitu waktu, tata caranya, pengawasan dan sanksi-sanksi jika terjadi pelanggaran oleh penyelenggara kampanye. Dengan

47

demikian, kampanye politik adalah kegiatan yang bersifat formal dalam sebuah perebutan jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam kampanye politik, biasanya semua bentuk komunikasi politik dikembangkan seperti agitasi politik, propaganda politik, public relations politik, dan retorika politik. Namun, harus diingat bahwa di negara demokrasi (termasuk Indonesia) penggunaan agitasi politik dan propaganda politik yang mengabaikan nilai-nilai kebenaran, etika, dan moral harus ditinggalkan. Dalam konteks persaingan antarpartai politik, terdapat tiga sasaran kampanye politik. Pertama, membangkitkan kesetiaan alami para pengikut suatu partai agar tetap memilih sesuai dengan kesetiaan itu. Kedua, menggalang rakyat (pemilih) yang tidak terikat kepada partai tertentu atau menciptakan pendunkung baru dari golongan independen. Ketiga, meyakinkan rakyat (pemilih) dari partai lain, bahwa keadaan akan lebih baik jika mereka menjatuhkan pilihan kepada kandidat dari partai lain. Dalam pelaksanaan kampanye politik dan menjalankan ketiga sasaran kampanye di atas, memerlukan manajemen kampanye yang rapi sehingga dapat dikembangkan sebuah konsep kampanye total. Hal ini harus dimulai dengan perumusan gagasan vital atau tema kampanye yang persuasive, yang kemudian disusun perencanaan, pengorganisasian, penganggaran, pelaksanaan, evaluasi dan seterusnya sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Penyusunan gagasan vital atau tema kampanye harus diserahkan kepada para pemikir dan konseptor. Kemudian, pengorganisasiannya diserahkan kepada kaum organisator. Sedang penyebaran gagasan tersebut harus dilaksanakan oleh para komunikator politik, yang terdiri dari politikus professional dan aktivis, yang

48

memiliki kemampuan sebagai orator, public relations officer. Komunikator politik pada dasarnya adalah pemimpin karena harus memiliki kepemimpinan, yaitu kemampuan membawa massa atau pengikut kepada tujuan tertentu. Salah satu jenis kampanye yang selalu digunakan adalah kampanye massa, yaitu kampanye yang ditujukan kepada massa (orang banyak). Persuasi kepada massa itu dilakukan , baik melalui hubungan tatap muka maupun dengan menggunakan berbagai media, seperti surat kabar, radio, televisi, film, spanduk, baliho, poster, volder dan selebaran serta medium interaktif melalui computer (internet). Penyampaian pesan politik kepada massa, merupakan bentuk kampanye yang handal. Selain kampanye massa, juga dikenal kampanye tatap muka atau kampanye antarpesona, yaitu kampanye tanpa media perantara. Seorang kandidat bertemu langsung dengan para calon pemilih, bahkan jika mungkin melalukan dialog, jabat tangan (bersalaman) dan bercanda. Hubungan tatap muka dapat dilakukan dengan penampilan pribadi secara relative informal atau melalui dukungan tokoh-tokoh formal atau informal yang mempunyai nama nasional. Demikian juga hubungan calon pemilih di berbagai tempat, dalam suasana informal, melakukan kontak-kontak pribadi secara santai di lobi. Pertemuan di lobi kemudian berkembang menjadi bentuk komunikasi politik yang handal. Kampanye politik yang tidak kalah pentingnya adalah kampanye organisasi, yaitu kampanye dengan mengandalkan dukungan organisasi. Andalan pertama dalam kampanye politik seperti ini adalah partai politik., kemudian organisasi sosial, dan terakhir adalah kelompok penyokong. Semua calon atau

49

kandidat yang ingin sukses dalam kampanye politik, harus memiliki ketiga jenis organisasi tersebut dan memanfaatkannya untuk memperoleh dukungan. Akhirnya, keberhasilan sebuah kampanye sangat ditentukan oleh kapasitas individu para calon atau kandidat, yaitu para politikus dalam menampilkan diri. (Arifin, 2003:83-85)

II. 6 Berita Berita adalah laporan yang baru tentang peristiwa, pendapat atau masalh yang menarik perhatian orang (Mappatoto, 1993 : 91). Berita muncul dalam benak manusia untuk disebarkan kepada manusia lain untuk mewujudkan komunikasi sosial. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, tapi lebih merupakan sesuatu yang diserap setelah peristiwa itu terjadi. Berita tidak identik dengan fakta peristiwa, melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa. Berita pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasar,dan bahasa dapat menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan tentang realitas peristiwa. Dalam jurnalistik, begitu banyak pengertian berita. Masing-masing orang memberikan definisi berita berdasarkan sudut pandang sendiri-sendiri dalam merumuskannya. Dalam buku Reporting, Mitchell V. Charnley menuliskan beberapa definisi berita: “Berita adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya).” Ini definisi menurut Willard Grosvenor Bleyer.

50

Menurut Chilton R. Bush, berita adalah informasi yang “merangsang”, dengan informasi itu orang biasa dapat merasa puas dan bergairah. Sementara Charnley sendiri menyebutkan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, yang menarik dan/atau penting bagi sejumlah orang tertentu. Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni: 1. Laporan 2. Kejadian/peristiwa/pendapat yang menarik dan penting 3. Disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu) Dalam jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya. Pertama, Straight News (sering juga disebut hard news), yakni laporan kejadian-kejadian terbaru yang mengandung unsur penting dan menarik, tanpa mengandung pendapat-pendapat penulis berita. Straight news harus ringkas, singkat dalam pelaporannya,

namun tetap nggak

mengabaikan kelengkapan data dan

obyektivitas. Kedua, Soft News (sering disebut juga feature), yakni berita-berita yang menyangkut kemanusiaan serta menarik banyak orang termasuk kisah-ksiah jenaka, lust (menyangkut nafsu birahi manusia), keanehan (oddity). Menurut Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia tahun 2006, kriteria berita yang baik adalah sebagai berikut: 1. Berita Itu Objektif Objektivitas berita adalah ukuran baik tidaknya sebuah berita sesuai kaidahkaidah jurnalistik. Objektivitas berita mencakup dua hal yaitu:

51



Faktualitas, berita harus berdasarkan fakta bukan karangan atau opini wartawan. Ciri-ciri sebuah berita yang faktual adalah: -

Berita mengandung kebenaran (truth).

-

Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan opini pribadi wartawan.



-

Berita harus lengkap (completeness).

-

Berita harus relevan (relevance).

-

Berita harus informatif (informativeness).

Imparsialitas, berita tidak berpihak pada golongan tertentu dan tidak sepotong-sepotong dalam memberitakan peristiwa. Ciri-ciri berita yang imparsial adalah: -

Berita harus seimbang dalam pemberitaannya (balance).

-

Berita harus netral.

-

Berita seharusnya tidak sepotong-sepotong

2. Narasumber Credible Berita yang baik adalah berita yang menampilkan narasumber atau sumber berita yang terjamin kapabilitasnya dalam memberikan kesaksian atau informasi tentang peristiwa yang diberitakannya. Narasumber yang dipilih haruslah yang memiliki keahlian di bidangnya, keterkaitan dengan peristiwa dan bisa dipercaya. 3. Berita Harus Bernilai (memiliki news-values/newsworthy) Agar menarik inat khalayak untuk membacanya, maka berita harus mengandung nilai berita (news-values). Nilai berita biasanya ada pada judul atau kepala berita (head-news). Ini adalah bagian yang pertama kali dibaca

52

orang. Bagaikan etalase toko, jika orang tertarik maka besar kemungkinan orang tersebut untuk masuk ke dalam toko. Demikian juga dengan berita, jika judulnya merangsang minat, maka orang akan tertarik untuk membaca keseluruhan berita. Berita diyakini akan dapat merangsang orang untuk membaca jika berkaitan dengan: •

Sesuatu peristiwa yang terbaru (aktual) Informasi mempunyai nilai jika baru. Sebagai contoh, harga koran di pagi hari lebih mahal dibanding harga koran yang sama di siang hari, bahkan harganya akan semakin turun jika anda membelinya di sore hari. Orang tertarik membaca informasi yang baru agar tidak ketinggalan zaman dan bisa mengangkat status dalam pergaulan sosial. Informasi digunakan untuk radar sosial dan mengawasi kejadian di lingkungannya.



Proksimitas (kedekatan) Orang tertarik membaca berita yang mengandung unsur kedekatan, baik secara emosional maupun geografis. Sebagai contoh, masyarakat Surabaya akan lebih tertarik membaca berita tentang klub Persebaya Surabaya dibanding Persija Jakarta, meski orantg itu lama tinggal di Jakarta. Ada kedekatan emosional di situ. Berita tentang kecelakaan bus di Surabaya lebih menarik perhatian pembaca Jawa Pos, dibandingkan kecekalaan yang sama terjadi di Bandung.



Magnitude (kebesaran) Berita dianggap menarik karena ada unsur “kebesaran” di dalamnya. Contoh, konser dangdut yang dihadiri 5000 orang dianggap lebih menarik

53

dimuat ketimbang konser dangdut yang hanya dihadiri 500 orang. Kecelakaan yang menelan ratusan korban lebih menarik daripada kecelakaan yang menelan sedikit korban. •

Prominence (kemasyhuran) Sebuah peristiwa akan diberitakan jika mengandung unsur kemasyhuran (ketenaran). Kemasyhuran ini bisa mencakup orang atau objek tertentu.



Tema-tema menarik (human interest) Human Interest adalah peristiwa yang menarik perasaan orang atau membuat orang bersimpati dan empati. Selama ini ada beberapa tema peristiwa yang besar kemungkinan menarik perhatian orang untuk membacanya. Tema-tema itu antara lain: seks, kriminalitas, konflik, uang, olahraga, bencana alam, humor, ketegangan, hobi, binatang, penderitaan, perang maupun supranatural. (Kriyantono 2008:108-116)

54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. 1 Deskripsi Lokasi Penelitian III. 1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas ke sembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU). Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang sosial, administrasi dan menejemen yang berada di Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum pada tahun 1979. Drs.Adham Nasution, Asma Affan, MPA, Dr.AP. Parlindungan, SH, M.Solly Lubis, SH dan beberapa dosen lainnya melakukan persiapan proposal pendirian FISIP USU. Berdasarkan proposal tersebut, Rektor USU Dr. AP. Parlindungan, SH memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP. Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Prof. Dr. AP. Parlindungan, SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU dan perkuliahan selanjutnya dilakukan dilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walaupun Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di

55

Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi dilakukan jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas Hukum USU. kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakn gedung Fakultas Sastra USU.selanjutnya pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan cikal bakal berdirinya FISIP USU. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas kesembilan di USU pada tahun 1982.. semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI nomor 36 tahun 1982. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas FISIP USU kemudian ditetapkan menjadi FISIP USU. maka untuk pengembangannya dibentuklah suatu panotia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU Surat Keputusan Rektor USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 26 Oktober 1982. Tujuan dari pembentukan panitia tersebut adalah untuk memilih dekan yang akan memimpin FISIP USU yang baru berdiri. Dalam rapat tersebut dengan sura bulat menyetujui DRS. M. Adham Nasution menjadi Dekan pertama FISIP USU untuk periode 1980-1986. Susunan Pembantu Dekan II Drs. Haniful Chair, Pembantu Dekan III Drs. Arifin Siregar yang sebelumnya dijabat oleh Drs. Firman Pelawi sebagai pelaksana harian. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0535/0/83 pada tahun 1983 tentang jenis dan jumlah pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara menyebutkan bahwa FISIP USU mempunyai 5 (lima) jurusan dengan urutan sebagai berikut :

56

1. Jurusan Ilmu administrasi 2. Jurusan Ilmu Komunikasi 3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Ilmu Sosiologi 5. Jurusan Ilmu Antropologi FISIP dalam proses perkembangannya menyebabkan kelima jurusan tersebut tidak dibuka sekaligus tetapi secara bertahap. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang tersedia sesuai denga disiplin ilmu yang dikembangkan untuk menindaklanjuti SK Menteri Nomor 0535/0/83 maka dibuka dua jurusan yaitu: 1. Jurusan Ilmu Administrasi 2. Jurusan Ilmu Komunikasi Semua kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi FISIP USU pada tanggal 18 agustus 1984 berpusat di gedung baru yang terdapat di Jl. Dr. A. Sofyan No.1. pada tahun 1984/1985 kedua jurusan (Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi), menghasilkan sarjana S1 sebanyak 10 orang yang terdiri dari 7 orang Sarjana Ilmu Administrasi Negara dan 3 orang Sarjana Ilmu Komunikasi. Pelantikannya dilakukan pada tanggal 8 Maret 1985 di gedung perkuliahan FISIP USU. Prof. M. Adham Nasution kembali diangkat sebagai Dekan untuk periode kedua melalui Keputusan Menteri Depdikbud No. 79511/A2.I.2/1986 tanggal 23Oktober 1986 dengan susunan Pembantu Dekan I Dra. Nurhaina Burhan, Pembantu Dekan II Drs. Armyn Sipahutar, dan Pembantu Dekan III Dra. Irmawati.

57

Tenaga pengajar tetap di FISIP USU pada tahun 1985/1986 masih berjumlah 10 orang staf penngajar tetap dan 10 orang lagi masih calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg) dan selebihnya adalah staf pengajar luar biasa yang direkrut dari berbagai instansi pemerintah yang ada di Propinsi Sumatera Utara seperti dari Akademi Pemerintahan Dalam Negeri, PEMDA TK I Sumatera Utara, Kakanwil Departemen Penerangan, Kakanwil Departemen Sosial, Kakanwil Departemen Perindustrian, PWI Sumut, IKIP Medan, dan staf pengejar yang berada di lingkungan Sumatera Utara. FISIP USU melakukan kerjasama dengan Menteri Dalam Negeri pada tahun akademik 1985/1986 dalam rangka melanjutkan pendidikan bagi pegawai Depdagri untuk mengambil sarjana Strata 1 di FISIP USU yang sebelumnya berada di Biro Rektor yang dikoordinir oleh Pembantu Rektor I USU. Peraturan bagi mahasiswa yang akan menentukan jurusan harus memenuhi syarat yaitu telah mengikuti perkuliahan dari semester I sampai semester VI dengan beban SKS yang telah diperoleh sekurang-kurangnya 110 SKS. Prosedur ini berlansung sampai tahun akademik 1986/1987. Calon mahasiswa menentukan sendiri jurusan pilihan yang telah ada di FISIP USU pada tahun 1987/1988. Pemilihan ini dilakukan pada saat mendaftar sebagai calon mahasiswa. FISIP membuka jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial pada tahun akademik 1985/1986. pada tahun akademik yang sama jurusan Antropologi Fakultas Sastra USU dipindahkan ke FISIP USU merupakan tindak lanjut dari SK Mendikbud No. 0335/0/83 sehingga semua dosen dan mahasiswa yang terdaftar di jurusan Antropologi Fakultas Sastra USU menjadi bagian dari FISIP USU, kecuali mahasisswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan yang

58

sedang mengikuti perkuliahan di semester akhir. Tahun akademik 1986/1987 dibuka pula Jurusan Sosiologi. Prof. Asma affan menjabat sebagai Dekan FISIP USU periode 1990/1993 berdasarkan SK Mendikbud No. 20208/A.2.I.2/C/1990 tanggal 14 Maret 1990 dengan susunan Pembantu Dekan I Drs. Rahim Siregar MA, Pembantu Dekan II Drs. Arnita Z, Pembantu Dekan III Drs. Siswo Suroso. Drs. Amru Nasution menjabat sebagai Dekan FISIP USU periode 1993/1996 berdasarkan SK Mendikbud No. 520931/A.2.I.2C/1993 tanggal 20 agustus 1993 dengan susunan Pembantu Dekan I Dra. Nurwida Nuru, Pembantu Dekan II Dra. Irmawati, Pembantu Dekan III Drs. Sakhyan Asmara. FISIP USU kemudian membuka Program Diploma I (D-1) dan Program Diploma III (D-III) pada tahun akademik 1985/1986 bekerjasama dengan Direktorat Jendral Pajak. Pada tahun ajaran 2000/2001 Program D-I Administrasi Perpajakan tidak menerima mahasiswa baru lagi dengan jumlah alumni D-I seluruhnya 153 orang. Drs. Amru Nasution diangkat kembali sebagai Dekan FISIP USU periode 1996-1999 berdasarkan SK Mendikbud No. 51141/A.2.I.2/KP/1996 tanggal 23 September 1996 dengan susunan Pembantu Dekan I Dra. Nurwida Nuru, Pembantu Dekan II Drs. Subhilhar MA, Pembantu Dekan III Drs. Sakhyan Asmara. Drs. Subhilhar MA menjabat sebagai Dekan FISIP USU pada periode 1999-2003 berdasarkan SK Rektor No. 1998/JO5/SK/KP/1999 tanggal 9 Desember 1999 dengan susunan Pembantu Dekan I Drs. Suwardi Lubis, MS, Pembantu Dekan II Drs. Mukti Sitompul, Msi dan Pembantu Dekan III Drs. R.

59

Hamdani Harahap, Msi. Sesuai dengan SK Rektor No. 69/JO5/SK/KP/2001 tanggal 2 Febuari 2001.FISIP USU memudian membuka program studi Ilmu Politik pada tahun akademik 2001/2002 berdasarkan SK Rektor No. 616/JO5/SK/PP/2002 dan telah meneriam 60 mahasiswa. Dr. M. arif Nasution, MA menjabat sebagai Dekan FISIP USU pada periode 2003-2007. Adapun susunan Pembantu Dekan I Drs. Humaizi, MA, Pembantu Dekan II Drs. Mukti Sitompul, Msi, Pembantu Dekan III Drs. Burhannuddin Harahap.

III. 1.2 Sarana dan Fasilitas yang terdapat di FISIP USU FISIP USU terdiri dari empat gedung, yakni: a. Gedung A terdiri dari 4 ruang besar dan 7 ruang sedang b. Gedung B terdiri dari 4 ruang besar c. Gedung C semua ruangan dipakai untuk kantor dengan rincian sebagai berikut : 1. Lantai I : Ruang PD I, PD II, dan PD III Ruang Dharma Wanita Ruang Kantor Prodip III Adm. Perpajakan 2. Lantai 2 : Ruang kantor Departemen Ruang Laboratorium Radio 3. Lantai 3 : Ruang Perpustakaan Ruang Laboratorium Komputer d. Gedung D terdiri dari 2 ruang kecil (Sumber : Bagian Pendidiikan FISIP USU tahun 2008).

60

Adapun saran lain yang telah ada di FISIP USU yaitu saran peribadatan (1 Musholah), Ruang PEMA, Kantin, dan Layanan Foto Copy yang terbaru akan dibangun sarana olah raga, yakni lapangan Basket dan Gedung Serbaguna yang awalnya berada di lantai 2 gedung A.

III. 2 Metodologi Penelitian Metode dalam pembuatan penelitian ini menggambarkan tentang tata cara pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada dalam kegiatan ilmiah. Metodologi merupakan hal yang penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah – langkah sehingga diketahui tentang:

III. 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang betujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat, 1998:40). Kelebihan menggunakan metode korelasional adalah dapat mengukur hubungan diantara berbagai variabel, meramalkan variabel tak bebas, dan

memudahkan

untuk

membuat

pandangan

eksperimental sedangkan

kelemahannya adalah korelasi tidak selalu menunjukkan kausalitas, walaupun kadang-kadang korelasi yang tinggi menunjukkan hubungan sebab-akibat.

61

III. 2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan. Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Mei s/d Juli 2009.

III. 3 Populasi dan Sampel III. 3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari menusia, benda – benda, hewan tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai test atau peristiwa – peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian ( Nawawi, 2001 : 141 ). Populasi terdiri dari mahasiswa FISIP USU program S-1 baik reguler dan mandiri yang masih aktif menjalani masa perkuliahan. Perlu diketahui, bahwa FISIP terdiri dari 7 departemen tetapi yang diambil menjadi populasi hanya 6 departemen

yaitu,

Ilmu

Komunikasi,

Ilmu

Administrasi Negara,

Ilmu

Kesejahteraan Sosial, Antropologi, Ilmu Politik, dan Sosiologi.

62

Tabel 3 Daftar Jumlah Mahasiswa FISIP USU Jurusan

Jumlah Mahasiswa

Ilmu Komunikasi

807

Ilmu Administrasi Negara

702

Ilmu Kesejahteraan Sosial

282

Ilmu Antropologi

269

Ilmu Politik

392

Ilmu Sosiologi

348

Jumlah

2800

Sumber data: Bagian Pendidikan FISIP USU Per 6 Januari 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa karena peneliti berpendapat bahwa mahasiswa secara umum telah dapat membentuk kedewasaan diri, artinya pada taraf mahasiswa pengendalian diri telah tercipta pada diri mahasiswa. Adapun yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih populasi yaitu mahasiswa S1 FISIP USU yang masih aktif kuliah, karena peneliti merasa seluruh mahasiswa akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil penelitian. Peneliti memilih mahasiswa S1 di FISIP USU karena mahasiswa S1 lebih kritis dalam menanggapi suatu fenomena sosial.

III. 3.2 Sampel Menurut Sujana, Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara – cara tertentu ( Lubis, 1998 : 23 ). Brdasarkan data populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro

63

Yamane dengan presis 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut:

n=

N N d² + 1

n=

Keterangan:

2800 2800 (0.1)² + 1

n : sampel N : populasi d² : presisi(Rakhmad, 1991:82)

n = 2800 29

n = 96,55 ≈ 97

III. 4

Teknik Penarikan Sampel

a. Purposive Sampling Teknik ini berdasarkan teknik pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang digunakan disesuaikan dengan kriteria – kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian Adapun kriteria sampel yang dimaksudkan adalah: 1. Sampel adalah mahasiswa FISIP USU yang pernah mengkonsumsi berita kasus pembentukan daerah otonomi Protap.

b. Accidental Sampling Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan dengan cara mengambil sampel siapa saja yang secara kebetulan ditemukan. Setelah jumlahnya diperkirakan mencukupi maka pengumpulan data dihentikan. Dengan cara ini maka peneliti lebih mudah dan cepat menjangkau jumlah sampel yang diinginkan dalam penelitian.

64

III. 5 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: •

Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku – buku, literature serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. •

Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data di lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui : - Kuesioner, merupakan daftar pertanyaan dengan alternatif (option) jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan atau pendapat pribadinya (Suyanto dan Sutinah, 2005:60). Dalam hal ini, peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU yang telah terpilih menjadi sampel.

III. 6

Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam 3 tahap

analisa yaitu: a. Analisa Tabel Tunggal Analisis Tabel Tunggal yang dilakukan dengan membagi – bagikan variabel penelitian ke dalam kategori – kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang

65

terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:273). b. Analisa Tabel Silang Merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya. Sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif (Singarimbun, 1995:271). c. Uji Hipotesa Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data hipotesa yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur tingkat hubungan di antara dua variabel maka peneliti menggunakan rank spearman atau “Spearman” Rho Koefisien. “Spearman” Rho menunjukkan hubungan antara variabel x dan y yang tidak diketahui sebaran datanya. Koefisien korelasi non parametik ini digunakan untuk menghitung dua variabel dimana data dibuat dalam rangking. Adapun rumus untuk koefisien korelasinya adalah: rho = 1-

6 Σ d2_ N(N2-1)

Keterangan: Rs (rho) = koefesien korelasi rank order 1

= angka satu, yaitu bilangan konstan

6

= perbedaan antara pasangan jenjang

d

= perbedaan antara pasangan jenjang

Σ

= sigma atau jumlah

N

= jumlah individu dalam sampel (Kiryantono, 2006: 174) 66

Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefesien korelasi sebagai berikut (Kiryantono, 2006: 168): Kurang dari 0,20 = hubungan rendah sekali 0,20-0,39

= hubungan rendah tapi pasti

0,40-070

= hubungan yang cukup berarti

0,71-0,90

= hubungan yang tinggi, kuat

Lebih dari 0,90

= hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan.

Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y, yaitu dengan rumus: Kp = (rs)2 x 100%

67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan Di dalam melaksanakan penelitian, peneliti menempuh beberapa tahapan dalam pengumpulan data. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

IV. 1. 1 Tahap Awal Pada tahap awal, peneliti meminta izin ke bagian pendidikan FISIP USU untuk mengadakan penelitian di FISIP USU. Setelah mendapat izin, peneliti kemudian menyebar kuesioner kepada mahasiswa FISIP USU program S-1 yang sedang berada di sekita kampus.

IV. 1. 2 Pengumpulan Data Peneliti terjun ke lapangan untuk menyebar kuesioner selama 3 hari, yakni dimulai sejak 18-20 Juni 2009. Waktu yang dibutuhkan peneliti untuk menyebarkan kuesioner termasuk cepat karena pada saat itu, mahasiswa FISIP USU program S-1 masih banyak yang berada di kampus. Kuesioner yang disebar 97 buah yang dibagikan kepada mahasiswa FISIP USU program S-1 yang telah dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti membagikan kuesioner kepada responden untuk diisi, peneliti membimbing responden dalam pengisian data, agar data yang diperoleh lebih akurat, peneliti juga mendampingi responden pada saat pengisian kuesioner.

68

IV. 2 Teknik Pengumpulan Data Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari 97 mahasiswa FISIP USU program S-1, peneliti melakukan pengolahan data. Adapun tahapan pengolahan data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Penomoran kuesioner, kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal (1-97). 2. Editing, yaitu pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian data dalam kotak kode yang disediakan. 3. Coding, yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotakkotak kode yang telah disediakan di kuesioner dalam bentuk angka (skor). 4. Inventarisasi variabel, yaitu data mentah yang diperoleh dimasukkan dalam lembar FC sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan. 5. Tabulasi data, yaitu pada tahap ini data dari FC dimasukkan ke dalam tabel. Tabulasi ini terbagi atas tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori frekuensi, persentase, dan selanjutnya dianalisis. 6. Pengujian hipotesa. Untuk mengukur tingkat hubungan di antara dua variabel maka peneliti menggunakan rank spearman atau “Spearman” Rho Koefisien.”Spearman” Rho menunjukkan hubungan antara variabel x dan y yang tidak diketahui sebaran datanya. Koefisien korelasi non parametik ini digunakan untuk menghitung dua variabel dimana data dibuat dalam rangking.

69

IV. 3 Analisa Tabel Tunggal IV. 3. 1 Karakteristik Responden Tabel 4 Angkatan Angkatan Frekuensi (F) Persentase (%) 2004 8 8,2 2005

9

9,3

2006

19

19,6

2007

29

29,9

2008

32

33,0

Total 97 Sumber: P.2/FC 1

100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 97 responden, mayoritas merupakan angkatan 2008 (33%). Di urutan kedua terbanyak terdapat responden yang merupakan angkatan 2007 (29%). Di urutan ketiga terdapat responden yang merupakan angkatan 2006 (19,6%) dan di urutan keempat terdapat responden yang merupakan angkatan 2005 (9,3%), sedangkan di urutan terakhir merupakan responden angkatan 2004 (8,2%). Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa yang merupakan angkatan 2004 masih ada yang aktif berkuliah. Kisaran angkatan responden antara angkatan 2004 - 2008, merupakan hasil angkatan responden yang muncul karena dalam penelitian ini tidak dibatasi dari tingkat usia responden, namun berpatokan pada data mahasiswa Program Studi S1 yang masih tercatat pada Bagian Kemahasiswaan FISIP yang belum menyelesaikan studinya sampai bulan April 2008.

70

Tabel 5 Jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi (F) Persentase (%) Laki-laki

38

39,2

Perempuan

59

60,8

Total

97

100,0

Sumber: P.3/FC 2 Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah responden laki – laki sebanyak 38 orang (39,2%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 59 orang (60,8%). Berdasarkan data di atas terlihat bahwa mayoritas responden adalah perempuan. Lebih banyaknya perempuan dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pada saat penelitian berlangsung peneliti lebih mudah menemui perempuan yang sedang berkumpul dengan kelompoknya di FISIP USU.

Tabel 6 Departemen Studi Responden

Departemen

Frekuensi (F)

Persentase (%)

Ilmu Komunikasi

44

45,4

Administrasi Negara

12

12,4

Kesejahteraan Sosial

8

8,2

Antropologi

14

14,4

Ilmu Politik

7

12,4

Sosiologi

12

7,2

97

100

Total Sumber: P.4/FC 3

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah terbesar responden berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi yaitu sebesar 44 orang (45,4%). Dapat dijelaskan 71

bahwa memang jurusan Ilmu Komunikasi adalah program studi di FISIP yang memiliki jumlah mahasiswa terbesar. Pada saat penelitian berlangsung pun, peneliti lebih banyak menjumpai mahasiswa Ilmu Komunikasi yang berkumpul. Ketidakmerataan ini dapat dijelaskan karena peneliti tidak menggunakan teknik stratifikasi proporsional sampling, karena dianggap dari jurusan apapun responden yang menjadi sampel dapat mewakili keseluruhan.

Tabel 7 Media Massa yang Ada di tempat Responden

Media Massa

Ya

Tidak

Total

F

%

F

%

F

%

Surat kabar

89

91,8

8

8,2

97

100,0

Radio

93

96,9

4

3,1

97

100,0

Televisi

97

100

--

91,7

97

100,0

Sumber: P.5/FC 4 – 6 Tabel di atas memperlihatkan bahwa televisi merupakan media massa yang paling banyak tersedia di tempat tinggal responden, yaitu 97 orang (100%). Kemudian disusul oleh radio dengan 93 orang (96,9%), serta surat kabar dengan 89 orang (91.8%). Hal ini wajar terjadi karena televisi telah menjadi kebutuhan premier bagi masyarakat dan televisi dapat menyajikan berita baik secara audio maupun visual sehingga responden lebih cepat menyerap apa yang diberitakan. Namun dapat dikatakan, mayoritas mahasiswa FISIP USU memiliki TV, radio, serta surat kabar di tempat tinggalnya

72

IV. 3. 2 Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres

Tabel 8 Media Massa Yang Biasa Digunakan Untuk Mencari Informasi Oleh Responden Media Massa

F

%

TV

57

60,8

Surat Kabar

29

27,8

Lain – lain

11

11,3

Total

97

100,0

Sumber: P.6/FC 7 Tabel di atas menunjukkan bahwa media massa yang biasa digunakan untuk mencari informasi adalah televisi dengan 57 responden (60,8%), disusul dengan surat kabar dengan 29 responden (27,8%). Media lain yang tersedia yaitu radio dan internet dengan 11 responden (11,3%). Penggunaan media televisi dan surat kabar yang dominan untuk mencari informasi sangat wajar karena dari data sebelumnya mayoritas mahasiswa memiliki televisi maupun surat kabar di tempat tinggalnya.

Tabel 9 Frekuensi Penggunaan Media Massa Dalam Satu Minggu Oleh Responden

Media Massa

Tidak Pernah F %

Sering

Sangat Sering

Total

F

%

F

%

F

%

Surat Kabar

8

8,2

45

46,4

44

45,4

97

100,0

Televisi

7

7,2

25

25,8

65

67

97

100,0

Lain- lain

4

4,1

19

19,6

74

76,3

97

100,0

Sumber: P.7/FC 8 – 10

73

Berdasarkan tabel di atas media massa yang paling sering di gunakan oleh responden adalah lain-lain yang merupakan media internet dan radio dengan 74 responden (76,3%) mengatakan sangat sering menggunakan internet, 65 responden (67%) mengatakan sangat sering menggunakan media televisi, serta hanya 44 responden (45,4%) yang mengatakan sangat sering menggunakan surat kabar. Di urutan selanjutnya adalah surat kabar, dengan 45 responden (46,4%) mengatakan sering menggunakan media itu, 25 responden (25,8%) mengatakan sering menggunakan media televisi dan hanya 19 responden (19,6%) mengatakan sering menggunakan media lain-lain yang merupakan internet dan radio. Penggunaan televisi yang lebih banyak mungkin dikarenakan acara yang lebih beragam mulai dari berita hingga hiburan, daripada surat kabar yang mayoritas isinya adalah berita.

Tabel 10 Ketertarikan Responden Terhadap Berita – Berita Politik di Indonesia

Tingkat Ketertarikan

F

%

Tidak Tertarik

6

6,2

Tertarik

24

24,7

Sangat Tertarik

67

69,1

Total

97

100,0

Sumber: P.8/FC 11 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 97 responden, hanya 6 responden yang menyatakan tidak tertarik pada berita-berita politik di Indonesia dengan perincian 67 responden (69,1%) yang sangat tertarik, 24 responden

74

(24,7%) yang tertarik dan 6 responden (6,2) yang tidak tertarik. Mayoritas responden mengatakan sangat tertarik dan tertarik terhadap berita-berita politik di Indonesia. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan pada saat ini seringnya muncul berita – berita politik yang menarik minat para mahasiswa.

Tabel 11 Media Massa Yang Digunakan Untuk Mencari Berita Politik di Indonesia

Media Massa

F

%

Surat Kabar

35

36,1

Televisi

58

59,8

Media Lain

4

4,1

Total

97

100

Sumber: P.9/FC 12 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas mahasisiwa FISIP USU yakni sebanyak 58 responden (59,8%) menggunakan media televisi untuk mendapatkan berita – berita politik di Indonesia. Kemudian diikuti oleh surat kabar dengan 35 responden (36,1%) dan 4 responden (4,1%) menggunakan media lain. Media lain yang digunakan adalah radio dan internet. Penggunaan televisi yang lebih banyak daripada surat kabar sebagai sumber dalam

mencari berita politik di Indonesia, dapat dimengerti karena

televisi dapat

memberikan porsi yang lebih menarik terhadap berita – berita

politik yang ada di Indonesia melalui bentuk digital dan visual yang umumnya lebih terfokus pada berita dengan skala nasional.

75

Tabel 12 Sumber Informasi Berita Politik Indonesia Selain melalui Media Massa Sumber

F

%

Dari teman

72

74,2

Dari keluarga

19

19,6

Lain-lain

6

62

Total

97

100,0

Sumber : P.10/FC 13 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa teman merupakan sumber informasi terbesar selain media massa. Sebanyak 72 responden (74,2%) mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi seputar berita politik di Indonesia dari teman – teman sepergaulannya. Sementara 19 responden (19,6)

mendapatkan dari

keluarga dan 6 responden (6,2%) mendapatkannya dari dosen yang mengajar di kampus. Tabel 13 Media Massa yang Paling Kredibel (Terpercaya) dalam Penyampaian Berita Kampanye Capres Surat Kabar

Tidak Kredibel

Kredibel

F

F

%

Kompas 2 2,1 Media 8 8,2 Indonesia Seputar 4 4,1 Indonesia (Sindo) SIB 26 26,8 Analisa 8 8,2 Sumut Pos 20 20,6 Waspada 14 14,4 Lain-lain 2 2,1 Sumber: P11/FC 14 - 21

%

Sangat Kredibel F

Total

%

F

%

48 65

49,5 67,0

47 24

48,5 24,7

97 97

100,0 100,0

75

77,3

18

18,6

97

100,0

60 73 68 61 40

61,9 75,3 70,1 62,9 41,2

11 16 9 22 55

11,3 16,5 9,3 22,7 56,7

97 97 97 97 97

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

76

Tabel di atas memperlihatkan media massa surat kabar mana yang paling kredibel (terpercaya) dalam penyampaian berita kampanye capres. Pada surat kabar Kompas, terdapat 2 responden (2,1%) mengatakan tidak kredibel, 48 responden (49,5%) mengatakan kredibel dan 47 responden (48,5%) mengatakan sangat kredisel. Media Indonesia memiliki 8 responden (8,2%) yang mengatakan tidak kredibel, 65 responden (67,0%) mengatakan kredibel dan 24 responden (24,7%) mengatakan sangat kredibel. Seputar Indonesia (Sindo) memiliki 4 responden (4,1%) yang mengatakan tidak kredibel, 75 responden (77,3%) mengatakan kredibel, dan 18 responden (18,6%) mengatakan sangat kredibel. Harian SIB memiliki 26 responden (26,8%) yang mengatakan tidak kredibel, 60 responden (61,9%) mengatakan kredibel, dan 11 responden (11,3%) mengatakan sangat kredibel. Sedangkan harian Analisa memiliki 8 responden (8,2%) mengatakan tidak kredibel, 73 responden (75,3%) mengatakan kredibel, dan 16 responden (16,5%) mengatakan sangat kredibel. Pada harian Sumut Pos, sebanyak 20 responden (20,6%) mengatakan harian tersebut tidak kredibel, 68 responden (70,1%) mengatakan kredibel, dan 9 responden (9,3%) mengatakan sangat kredibel. Harian Waspada memiliki 14 responden (14,4%) yang mengatakan harian tersebut tidak kredibel, 61 responden (62,9%) mengatakan kredibel, dan 22 responden (22,7%) mengatakan sangat kredibel. Di urutan terakhir, yakni lainlain memiliki 2 responden (2,1%) yang mengatakan tidak kredibel, 40 responden (41,2%) mengatakan kredibel, dan 55 responden (56,7%) mengatakan sangat kredibel.

77

Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa harian Seputar Indonesia (Sindo) merupakan harian yang kredibel (terpercaya) dalam menyampaikan berita seputar kampanye capres di kalangan mahasiswa FISIP USU.

Tabel 14 Penyampaian Isu Berita yang Berkaitan dengan Kampanye Capres melalui Media Massa Surat Kabar

Tidak Menarik

Menarik

F

F

%

Kompas 2 2,1 Media 8 8,2 Indonesia Seputar 2 2,1 Indonesia (Sindo) SIB 27 27,8 Analisa 10 10,3 Sumut Pos 20 20,6 Waspada 14 14,4 Lain-lain 4 4,1 Sumber: P.12/FC 22 – 29

%

Sangat Menarik F

Total

%

F

%

48 65

49,5 67,0

47 24

48,5 24,7

97 97

100,0 100,0

67

69,1

28

28,9

97

100,0

60 77 69 65 43

61,9 79,4 71,1 67,0 44,3

10 10 8 18 50

10,3 10,3 8,2 18,6 51,5

97 97 97 97 97

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Tabel di atas memperlihatakan bagaimana penyampaian isu berita yang berkaitan dengan kampanye capres melalui media massa. Dari data yang ada di atas, dapat dilihat bahwa harian Waspada merupakan harian yang memiliki responden terbanyak yakni 20 responden (20,6%) untuk kriteria tidak menarik dalam penyampaian isu berita seputar kampanye capres. Sedangkan harian Analisa merupakan surat kabar yang dianggap menarik dalam penyampaian isu berita seputar kampanye capres dengan 77 responden (79,4%). Dan yang menempati urutan paling atas untuk kriteria paling menarik dalam penyampaian isu berita seputar kampanye capres adalah lain-lain, yang merupakan harian lokal maupun nasional di luar dari harian yang disebutkan di atas. 78

Tabel 15 Surat Kabar yang Paling Menarik dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres Surat Kabar

Tidak Menarik

Menarik

F

F

%

Kompas --Media 8 8,2 Indonesia Seputar 8 8,2 Indonesia (Sindo) SIB 20 20,6 Analisa 10 10,3 Sumut Pos 21 21,6 Waspada 18 18,6 Lain-lain 4 4,1 Sumber: P.13/FC 30 - 37

%

Sangat Menarik F

Total

%

F

%

51 60

52,6 61,9

46 29

47,4 29,9

97 97

100,0 100,0

52

53,6

37

38,1

97

100,0

68 68 63 54 48

70,1 70,1 64,9 55,7 49,5

9 19 13 25 45

9,3 19,6 13,4 25,8 46,4

97 97 97 97 97

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Pada tabel di atas menunjukkan surat kabar yang paling menarik dalam menyampaikan isi berita kampanye capres. Dapat dilihat bahwa harian Kompas memiliki responden terbanyak yakni 46 orang (47,4%) yang mengatakan bahwa surat kabar ini sangat menarik dalam menyampaikan isi berita kampanye capres. Sedangkan SIB dan harian Analisa masing-masing memiliki 68 responden (70,1%) untuk kriteria menarik. Dan pada kriteria tidak menarik, harian Sumut Pos memiliki responden terbanyak, yakni 21 orang (21,6 %).

79

Tabel 16 Surat Kabar yang Paling Aktual dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres Surat Kabar

Tidak Aktual F

Aktual

%

Kompas 2 2,1 Media 4 4,1 Indonesia Seputar 4 4,1 Indonesia (Sindo) SIB 17 17,5 Analisa 8 8,2 Sumut Pos 16 16,5 Waspada 12 12,4 Lain-lain 4 4,1 Sumber: P.14/FC 38 – 45

F

%

Sangat Aktual F

Total

%

F

%

57 56

58,8 57,7

38 37

39,2 38,1

97 97

100,0 100,0

60

61,9

33

34,0

97

100,0

66 66 67 64 47

68,0 68,0 69,1 66,0 48,5

14 23 14 21 46

14,4 23,7 14,4 21,6 47,4

97 97 97 97 97

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas responden mengatakan harian Sumut Pos adalah surat kabar yang aktual dalam menyampaikan isi berita kampanye capres denga responden 67 responden (69,1%). Kemudian lain-lain yang merupakan surat kabar selain surat kabar yang tersebut menjadi mayoritas yang dipilih responden sebagai surat kabar yang sangat aktual dalam menyampaikan isi berita kampanye capres dengan responden sebanyak 46 orang (47,4%). Dan yang merupakan surat kabar yang tidak aktual mayoritas dipilih oleh responden adalah harian SIB dengan responden 17 orang (17,5%).

80

Tabel 17 Surat Kabar yang Paling Faktual (sesuai dengan fakta) dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres Surat Kabar

Tidak Faktual

Faktual

F

F

Kompas -Media 4 Indonesia Seputar 2 Indonesia (Sindo) SIB 11 Analisa 4 Sumut Pos 12 Waspada 14 Lain-lain 2 Sumber: P.15/FC 46-53

%

%

Sangat Faktual F

Total

%

F

%

-4,1

57 60

58,8 61,9

40 33

41,2 34,0

97 97

100,0 100,0

2,1

74

76,3

21

21,6

97

100,0

11,3 4,1 12,4 14,4 2,1

77 77 72 68 48

79,4 79,4 74,2 70,1 49,5

9 16 13 15 47

9,3 16,5 13,4 15,5 48,5

97 97 97 97 97

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih harian SIB dan Analisa sebagai surat kabar yang faktual dalam menyampaikan isi berita kampanye capres dengan masing-masing 77 orang responden (79,4%). Kemudian media surat kabar yang sangat faktual adalah lain-lain yang merupakan surat kabar yang tidak tersebut di dalam tabel dia atas memiliki responden terbanyak yaitu 47 orang (48,5%). Sedangkan harian Waspada dipilih responden sebagai surat kabar yang tidak faktual dalam menyampaikan isi berita kampanye capres dengan responden 14 orang (14,4%).

81

Tabel 18 Cara Responden dalam Membaca Berita-Berita Seputar Kampanye Capres Cara Saat Membaca Membaca dengan serius Membaca dengan sepintas Membaca dengan santai Total Sumber: P.16/FC 54

F

%

21 27 49 97

21,6 27,8 50,5 100,0

Tabel di atas menunjukkan bagaimana cara responden dalam membaca berita-berita seputar kampanye capres. Sebanyak 49 orang (50,5%) memilih membaca dengan santai. Kemudian 27 orang (27,8%) memilih membaca sepintas dan 21 orang responden (21,6%) memilih membaca dengan serius.

82

IV. 3. 3. Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif

Tabel 19 Ketertarikan untuk Mengikuti Berita Kampanye Capres Tingkat Ketertarikan Tidak Tertarik Tertarik Sangat Tertarik Total Sumber: P.17/FC 55

F

%

4 52 41 97

4,1 53,6 42,3 100,0

Tabel 20 menunjukkan ketertarikan responden untuk mengikuti berita kampanye capres. Sebanyak 52 orang responden (53,6%) memilih tertarik untuk mengikut i berita kampanye capres dan 41 orang responden (42,3%) memilh sangat tertarik. Sedangkan 4 orang responden (4,1 %) memilih tidak tertarik untuk mengikuti berita kampanye capres.

Tabel 20 Kebutuhan Responden Terhadap Berita Kampanye Capres Tingkat Kebutuhan Tidak butuh Butuh Sangat butuh Total Sumber: P.18/FC 56

F

%

4 44 49 97

4,1 45,4 50,5 100,0

Berdasarkan tabel 21, mayoritas responden memilih sangat butuh akan berita kampanye capres yaitu dengan 49 orang responden (50,5%). Kemudian 44 orang responden (45,4%) memilih butuh akan berita kampanye capres. Sedangkan 4 orang responden (4,1%) memilih tidak butuh akan berita kampanye capres.

83

Tabel 21 Pemenuhan Kebutuhan Kognitif (Informasi) Responden saat Mengkonsumsi Berita Kampanye Capres di Media Massa Surat Kabar

Surat Kabar

Tidak Terpenuhi F

Terpenuhi

%

Kompas 2 2,1 Media 6 6,2 Indonesia Seputar 2 2,1 Indonesia (Sindo) SIB 24 24,7 Analisa 8 8,2 Sumut Pos 17 17,5 Waspada 13 13,4 Lain-lain 2 2,1 Sumber: P.19/ FC 57-64

F

%

Sangat Terpenuhi F

Total

%

F

%

42 58

43,3 59,8

53 33

54,6 34,0

97 97

100,0 100,0

59

60,8

36

37,1

97

100,0

48 56 55 53 51

49,5 57,7 56,7 54,6 52,6

25 33 25 31 44

25,8 34,0 25,8 32,0 45,4

97 97 97 97 97

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Tabel 22 menunjukkan harian Seputar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan akan informasi (kognitif) responden saat mengkonsumsi berita kampanye capres di media massa surat kabar dengan mayoritas responden sebanyak 59 orang responden (60,8%). Kemudian harian Kompas dipilih sebagai harian yang sangat memenuhi kebutuhan akan informasi (kognitif) responden saat mengkonsumsi berita kampanye capres di media massa surat kabar dengan responden sebanyak 53 orang (54,6%). Sedangkan surat kabar yang tidak dapat memnuhi kebutuhan akan informasi (kognitif) responden saat mengkonsumsi berita kampanye capres adalah harian SIB dengan jumlah responden 24 orang (24,7%).

84

Tabel 22 Kepuasan Afektif (Emosional) Responden Terhadap Berita-Berita Seputar Kampanye Capres di Media Massa Surat Kabar Surat Kabar

Tidak Puas F

Puas

%

Kompas 2 2,1 Media 4 4,1 Indonesia Seputar 11 11,3 Indonesia (Sindo) SIB 20 20,6 Analisa 13 13,4 Sumut Pos 13 13,4 Waspada 9 9,3 Lain-lain 4 4,1 Sumber: P.20/FC 65-72

F

Sangat Puas %

F

Total

%

F

%

57 70

58,8 72,2

38 23

39,2 23,7

97 97

100,0 100,0

63

64,9

23

23,7

97

100,0

67 65 74 69 50

69,1 67,0 76,3 71,1 51,5

10 19 10 19 43

10,3 19,6 10,3 19,6 44,3

97 97 97 97 97

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 23 menunjukkan 74 responden (76,3%) memilih puas secara emosional (afektif) terhadap berita-berita seputar kampanye capres di media massa surat kabar Sumut Pos. Kemudian 38 orang responden (39,2%) memilih sangat puas secara emosional (afektif) terhadap berita-berita seputar kampanye capres di media massa surat kabar Kompas. Dan 13 orang responden (13,4%) memilih tidak puas secara emosional (afekttif) terhadap berita-berita seputar kampanye capres di media massa surat kabar Analisa dan Sumut Pos.

85

Tabel 23 Ketetapan Penggunaan Media Massa Oleh Responden Untuk Mencari Berita Seputar Kampanye Capres Setelah Melihat Cara Media Tersebut Dalam Memberitakan Media Massa

Tetap Menggunakan Mencari Media Lain Frekuensi (F) Persentase (%) Frekuensi (F) Persentase (%)

Surat Kabar Sumber: P.21/FC 72

67

69,1 30

30,9

Tabel 24 menunjukkan mayoritas responden tetap menggunakan surat kabar untuk mencari berita seputar kampanye capres setelah melihat cara media tersebut dalam memberitakan, dapat dilihat dengan 67 orang respon (69,1%) yang memilih tetap menggunakan. Sedangkan yang mencari media lain sebanyak 30 orang responden (30,9%).

86

IV. 4 ANALISA TABEL SILANG

Tabel 24 Hubungan Antara Frekuensi Menggunakan Media Massa Surat Kabar dengan Pemenuhan Kebutuhan Kognitif (Informasi) akan Berita Kampanye Capres di Harian Kompas Frekuensi Menggunakan Media Massa Surat Kabar dalam Seminggu

Pemenuhan Kebutuhan Kognitif akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas Tidak Terpenuhi Sangat Terpenuhi Terpenuhi F % F % F % Tidak Pernah 0 0 6 6,19 2 2,0 Sering 2 2,0 23 23,7 20 20,6 Sangat Sering 0 0 13 13,4 31 31,9 Total 2 2,0 42 43,29 53 54,5 Sumber: P.12 - FC 15/ P.29 – FC 98 Dari tabel di atas diperlihatkan

Total F % 8 8,19 45 46,3 44 45,3 97 100,0

bahwa dari 54,5% responden yang

mengatakan sangat terpenuhi akan kebutuhan informasi (kognitif) mengenai berita kampanye capres di harian Kompas, dimana responden sangat sering menggunakan media massa surat kabar dalam seminggu dengan persentase 31,9%. Sedangkan 43,29% responden yang mengatakan terpenuhi akan kebutuhan informasi (kognitif) mengenai kampanye capres di harian Kompas, dimana respoden sering menggunakan media massa surat kabar dalam seminggu dengan persentase terbesar 23,7%. Dan 2% dari responden mengatakan tidak terpernuhi kebutuhan informasinya. Melalui tabel di atas dapat dilihat hubungan frekuensi menggunakan media massa surat kabar dalam seminggu akan sangat mempengaruhi sejauh mana pemenuhan kebutuhan informasi responden akan berita kampanye capres.

87

Tabel 25 Hubungan Antara Frekuensi Menggunakan Media Massa Surat Kabar dengan Kepuasan Afektif (Emosional) akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas Frekuensi Kepuasan Afektif akan Berita Kampanye Menggunakan Capres oleh Harian Kompas Media Massa Tidak Puas Puas Sangat Puas Surat Kabar F % F % F % dalam Seminggu Tidak Pernah 2 2,0 6 6,19 0 0 Sering 0 0 31 31,9 14 14,4 Sangat Sering 0 0 20 20,6 24 24,7 Total 2 2,0 57 58,69 38 39,1 Sumber: P.12 - FC 15/ P.29 – FC 98

Total

F

%

8 45 44 97

8,19 46,3 45,3 100,0

Tabel di atas menunjukkan sebanyak 58,69% responden (57 orang) merasa puas secara emosional akan berita kampanye capres oleh harian Kompas, dimana dengan frekuensi terbanyak adalah sering yaitu 31,9% dari total keseluruhan responden. Sedangkan 39,1% dari total responden (38 orang) mengatakan sangat puas secara emosional akan berita kampanye capres oleh harian Kompas dengan frekuensi menggunakan media massa surat kabar terbanyak adalah 24,7% (24 orang) dengan kriterian sangat sering. Dapat dilihat dari tabel di atas frekuensi menggunakan media massa surat kabar dapat mempengaruhi kepuasan responden secara emosional akan berita kampanye capres di harian Kompas, ini terbukti dengan jumlah mayoritas jawaban yang diberikan responden adalah 58,69% dari total responden atau sebanyak 57 orang dengan kriteria puas.

88

Tabel 26 Hubungan Antara Kompas sebagai Media Massa yang Paling Menarik dalam Menyampaikan Berita Kampanye Capres dengan Pemenuhan Kebutuhan Kognitif (Informasi) akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas Kompas sebagai Pemenuhan Kebutuhan Kognitif akan Media Massa Berita Kampanye Capres oleh Harian yang Paling Kompas Menarik dalam Tidak Terpenuhi Sangat Menyampaikan Terpenuhi Terpenuhi Berita F % F % F % Kampanye Capres Tidak Menarik 0 0 0 0 0 0 Menarik 2 2,0 30 30,9 19 19,6 Sangat Menarik 0 0 12 12,3 34 35,1 Total 2 2,0 42 43,2 53 54,7 Sumber: P.12 - FC 16/ P.29 – FC 99

Total

F

%

0 51 46 97

0 52,5 47,4 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 54,7% dari total responden (53 orang) mengatakan pemenuhan konsumsi informasi (kognitif) akan berita kampanye capres di harian Kompas sangat terpenuhi, ini dikarenakan harian Kompas sebagai media massa yang paling menarik dalam menyampaikan berita kampanye capres. Sedangkan 43,2% dari total responden (42 orang) mengatakan pemenuhan konsumsi informasi (kognitif) akan berita kampanye capres oleh harian Kompas terpenuhi dengan 30,9% dari total responden (30 orang) mengatakan

harian Kompas adalah surat kabar yang menarik dalam

menyampaikan berita kampanye capres. Dapat disimpulkan dari total keseluruhan responden 52,5% (51 orang) mengatakan harian Kompas adalah media surat kabar yang menarik dalam penyampaian berita kampanye capres di media massa.

89

Tabel 27 Hubungan Antara Kompas sebagai Media Massa yang Paling Menarik dalam Menyampaikan Berita Kampanye Capres dengan Kepuasan Afektif (Emosional) akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas Kompas sebagai Kepuasan Afektif akan Berita Kampanye Media Massa yang Capres oleh Harian Kompas Paling Menarik Tidak Puas Puas Sangat Puas dalam Menyampaikan F % F % F % Berita Kampanye Capres Tidak Menarik 0 0 0 0 0 0 Menarik 2 2,0 33 34,0 16 16,4 Sangat Menarik 0 0 24 24,7 22 22,6 Total 2 2,0 57 58,7 38 39,0 Sumber: P.12 - FC 16/ P.29 – FC 99

Total

F

%

0 51 46 97

0 52,4 47,3 100,0

Berdasarkan tabel dapat dilihat sebanyak 58,7% dari total responden (57 orang) mengatakan puas secara emosional (afektif) akan berita kampanye capres oleh harian Kompas dengan Kompas sebagai media massa yang menarik dalam menyampaikan berita kampanye capres dimana persentasenya adalah 34% (33 orang). Sedangkan 39% dari total responden (38 orang) mengatakan sangat puas secara emosional akan berita kampanye capres oleh harian Kompas dengan Kompas sebagai media massa yang sangat menarik dalam menyampaikan berita kampanye capres, dimana persentasenya adalah 22,6% (22 orang). Sehingga dapat disimpulkan Kompas sebagai media massa yang paling menarik dalam menyampaikan berita kampanye capres dapat memberikan kepuasan secara emosional kepada responden (afektif) akan berita kampanye capres di media surat kabar.

90

Tabel 28 Hubungan Antara Kompas sebagai Media Massa yang Faktual (sesuai dengan fakta) dalam Menyampaikan Isi Berita Kampanye Capres dengan Kepuasan Afektif akan Berita Kampanye Capres oleh Harian Kompas Kompas sebagai Kepuasan Afektif akan Berita Media Massa Kampanye Capres oleh Harian Kompas yang Faktual Tidak Puas Puas Sangat Puas dalam Menyampaikan F % F % F % Berita Kampanye Capres Tidak Faktual 0 0 0 0 0 0 Faktual 2 2,0 38 39,2 17 17,5 Sangat Faktual 0 0 19 19,5 21 21,6 Total 2 2,0 57 58,7 38 39,1 Sumber: P.12 - FC 17/ P.29 – FC 100

Total

F

%

0 57 40 97

0 58,7 41,3 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 58,7% dari total responden (57 orang) merasa puas secara emosional (afektif) akan berita kampanye capres oleh harian Kompas dimana Kompas sebagai media massa yang faktual dalam menyampaikan berita kampanye capres dengan persentase 39,2% dari total responden (38 orang). Sedangkan 39,1% dari total responden (38 orang) mengatakan sangat puas secara emosional (afektif) akan berita kampanye capres oleh Harian Kompas dimana Kompas sebagai media massa yang sangat faktual dalam menyampaikan berita kampanye capres dengan persentase 21,6% dari total responden (21 orang). Dapat disimpulkan secara keselurahan 58,7% (57 orang) mengatakan harian Kompas adalah media massa yang

faktual dalam

menyampaikan berita kampanye capres sehingga responden merasa puas secara emosional (afektif) akan berita kampanye capres yang disampaikan media tersebut.

91

IV.5 Uji Hipotesis Setelah analisis data tabel tunggal dan analisis tabel silang dilakukan, maka peneliti akan melakukan langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Hipotesis ini meliputi variabel bebas (X) yaitu Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dan variabel terikat (Y) yaitu Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Ho :

Tidak terdapat hubungan antara penggunaan media massa dalam hal ini surat kabar terhadap pemuasan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU .

Ha:

Terdapat

perbedaan tingkat hubungan antara motivasi konsumsi

mahasiswa FISIP USU dengan pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif terhadap berita mengenai kampanye capres. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu menguji tingkat hubungan antara variabel yang dikorelasikan dengan menggunakan rumus koefisien relasi oleh Spearman, yaitu: 6 - ∑ d2 Rho =

1N (N2 – 1 ) Pengujian hipotesis korelasi Spearman ini menggunakan peranti lunak

SPSS Versi 16.0. Hasil uji korelasi bivariat Spearman diperoleh sebesar:

92

Tabel 29 Hasil Uji Korelasi antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dan Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Correlations

Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres Spearman's rho

Motivasi Correlation Konsumsi Berita Coefficient 1.000 Kampanye Capres Sig. (2-tailed) . N 97 Pemenuhan Correlation Kebutuhan Coefficient Kognitif dan .545(**) Afektif Mahasiswa FISIP USU Sig. (2-tailed) .000 N 97 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU .545(**) .000 97

1.000

. 97

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan peneliti dengan menggunakan program SPSS 16.0 Nonparametic correlations pada mahasiswa FISIP USU adalah sebesar 0,545. Dengan demikian, maka diperoleh hasil rs > 0 sehingga hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan antara penggunaan media massa dalam hal ini surat kabar terhadap pemuasan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU diterima. Selanjutnya, melihat pada kuat lemahnya hubungan berdasarkan skala Guilford maka hasil hipotesis ini menggambarkan bahwa hubungan yang cukup berarti. Sehingga pada penelitian ini dapat dikatakan hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi mahasiswa FISIP USU dengan 93

pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif terhadap berita seputar kampanye capres” juga diterima. Untuk melihat besarnya kekuatan pengaruh (Kp) yang ditimbulkan situs facebook terhadap tindakan menggunakan mahasiswa FISIP USU, maka digunakan rumus: Kp = (rs)2 x 100% Kp = (0,545)2 x 100% Kp = 0,2970 x 100% Kp = 29,7% Kp = 30% Maka dapat disimpulkan, bahwa kekuatan dari motivasi konsumsi berita kampanye capres adalah 30% terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU.

IV. 6 Pembahasan Dalam penelitian ini, setelah melalui tahapan analisa data dan dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan SPSS 16.0 hasil menunjukkan bahwa hipotesis yang mengatakan “Terdapat hubungan antara penggunaan media massa dalam hal ini surat kabar terhadap pemuasan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU” serta “Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi mahasiswa FISIP USU dengan pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif terhadap berita seputar kampanye capres” diterima. Untuk hasil responden angka koefisien korelasinya adalah 0,545, artinya hubungan antara motivasi konsumsi untuk mahasiswa FISIP USU yang dengan

94

pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif terhadap berita seputar kampanye capres memiliki hubungan yang cukup berarti. Koefisien bernilai positif artinya searah sehingga apabila mahasiswa FISIP memiliki ferekuensi yang sering atau sangat sering melihat atau membaca berita kampanye tersebut di surat kabar maka kebutuhan kognitifnya akan tepenuhi dan kebutuhan afektifnya terpuaskan. Koefisien korelasi tersebut juga signifikan pada level 0,01 dengan taraf kepercayaan 99%. Berdasarkan data di atas, secara tidak langsung telah menjawab hipotesis. Dari hasil uji hipotesis, terlihat bahwa ada hubungan antara motivasi konsumsi untuk mahasiswa FISIP USU dengan pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif terhadap berita seputar kampanye capres. Hasil dari uji hipotesa merupakan akhir dari keseluruhan analisa data. Selanjutnya akan di buat beberapa kesimpulan berdasarkan nilai – nilai yang diperoleh.

95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V. 1 Kesimpulan Berdasarkan analisa tabel Tunggal dan tabel silang sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Motif mahasiswa FISIP USU dalam membaca berita seputar kampanye capres adalah untuk memenuhi kebutuhan kognitif yaitu menambah pengatahuan politik terutama tentang hal – hal politik yang terjadi di Indonesia serta memuaskan kebutuhan yang bersifat emosional atau afektif. Untuk memenuhi kebutuhan

kognitif dan afektifnya, para

mahasiswa umumnya mengkonsumsi surat kabar terbitan lokal (Sumatera Utara) dan nasional (Jakarta). Dalam dal ini mayoritas mahasiswa FISIP USU sering menggunakan surat kabar Kompas dan Analisa. 2. Para mahasiswa FISIP USU yang sering menggunakan surat kabar untuk mengkonsumsi berita. seputar kampanye capres cukup banyak. Namun pada umumnya mereka yang sering mengkonsumsi berita ini memperoleh kepuasan, serta kebutuhan informasinya dapat terpenuhi melalui media yang biasa mereka gunakan. 3. Hasil hipotesa diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa “Terdapat hubungan antara penggunaan media massa dalam hal ini surat kabar terhadap pemuasan kebutuhan kognitif dan afektif mahasiswa FISIP USU” serta “Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi mahasiswa FISIP USU dengan pemenuhan kebutuhan kognitif dan afektif terhadap berita seputar kampanye capres”

96

V. 2 Saran 1. Setiap media massa lebih harus meningkatkan mutu dan kualitas berita yang disajikan. Karena berdasarkan pendekatan Uses And Gratification, khalayak bebas memilih media massa yang bisa memuaskan mereka, sehingga apabila mereka

tidak mampu memberikan kepuasan kepada

pembacanya, para pembaca tentu akan berpindah ke media massa lain. 2. Penelitian ini bisa dikatakan masih kurang mendalam, dikarenakan berbagai faktor yang antara lain adalah keterbatasan pengetahuan dan waktu penulis. Akan lebih baik jika diadakan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan tema, sampel serta perencanaan yang lebih matang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

97

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta, Rajawali Pers,1988. Arifin, Anwar, Komunikasi Politik, Jakarta, PT Balai Pustaka, 2003. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta, Jakarta. Bland, M. 2001. Hubungan Media yang Efektif. Erlangga, Jakarta. Effendi, Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1993. ____________________, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1992. ____________________, Dinamika Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1992. Gerungan, W.A., Psikologi Sosial, Bandung, PT. Eresco,1986 Junus, Husain, Seputar Jurnalistik, Solo, CV. Aneka Solo, 1996 Jr., Jhon T, McAlister, Southeast Asia The Politics of Nation Integration, New York, Random House Inc., 1973. Kriyantono, Rachmat, Public Relations Writing, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008 Liliweri, Alo, Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,1991. Lubis, Suwardi, Metode Penelitian Komunikasi, Medan, USU Press,1998. Lubis, S., Teknologi Komunikasi dan Pembangunan. Penerbit Universitas Sumatera Utara, Medan. 1998. Lukman, E., Tanggapan Pembaca terhadap Karikatur Panji Koming. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Nusantara. 1989. Mappatoto, Andi Baso, Siaran Pers, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1993. McQuail, Denis, Teori komunikasi Massa, Jakarta, Erlangga, 1987.

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu,1999. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada UniversityPress, 2001. Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1989. Rivers, William L., Media dan Masyarakat Modern, Jakarta, Preneda Media, 2003. Senjaja, S. Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002. Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta, 1995. Suhendra, U., Perbandingan Sikap Surat Kabar Kompas dan Pikiran Rakyat dalam Rubrik Pojok. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Nusantara, 1989. Sumadiria, Haris A.S., Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Profesional. Cetakan Pertama. Bandung. Simbiosa Rekatama Media, 2004. Sumadiria, Haris A.S., Jurnalistik Indonesia. Simbiosa Rekatama Media, Bandund, 2005. Tan, Alexis S., Mass Communication Theories and Research, Colombus, Ohio, Grid Publishing Inc.,1981 Tharom, T., Dinata, M., Mengenal Teknologi Informasi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002 Tim Dosen Ilmu Komunikasi USU, Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Bangsa Press, Departemen Ilmu Komunikasi; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2006. Wahyudi, J.B., Dasar – dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta, PT. Pustaka Utama Grafiti, 1996. WEB SITE www.kontanonline.com 99

www.regional.kompas.com

100

KUESIONER PENELITIAN

MOTIVASI KONSUMSI BERITA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KOGNITIF DAN AFEKTIF MELALUI MEDIA MASSA (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU melalui Surat Kabar)

Petunjuk Pengisian Kuesioner 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh kemungkinan jawabannya. 2. Lingkari dan berikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai menurut Anda. 3. Kotak kode yang berada di sebelah kanan pertanyaan, mohon supaya tidak diisi. 4. Peneliti sangat mengharapkan semua pertanyaan dijawab dan tidak ada yang dilewatkan, karena setiap pertanyaan saling berhubungan. 5.

Terima kasih atas kerja samanya.

Peneliti

Yenny LM Siahaan

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

I. Karakteristik Responden 1.

Nama Responden:____________________

2.

Angkatan : 1. 2004 2. 2005 3. 2006 4. 2007 5. 2008

1

Jenis Kelamin 1. Laki – laki 2. Perempuan

2

Departemen 1. Ilmu Komunikasi 2. Administrasi Negara 3. Kesejahteraan Sosial 4. Antropologi 5. Ilmu Politik 6. Sosiologi

3

3.

4.

5. Media massa yang ada di tempat anda? NO 1.

Media Massa Surat Kabar

Ya

Tidak 4

2.

Radio 5

3.

Televisi 6

II. Motivasi Konsumsi 6. Media massa apa yang biasa anda gunakan untuk mencari informasi? 1. Surat Kabar 2. TV 3. Lain-lain (sebutkan)................. 7

Yenny LM Siahaan : Motivasi Konsumsi Berita Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Dan Afektif Melalui Media Massa (Studi Korelasional antara Motivasi Konsumsi Berita Kampanye Capres dalam Pemenuhan Kebutuhan Kognitif dan Afektif Mahasiswa FISIP USU Melalui Surat Kabar), 2010.

7. Bagaimana frekuensi anda menggunakan media massa dalam 1 minggu? Media massa Tidak Sering Sangat Pernah Sering 1. Surat Kabar 8 2. Televisi 9 3. Lain – lain (sebutkan).......... 10 8. Apakah anda tertarik dengan berita – berita politik yang terjadi di Indonesia? 1. Tidak tertarik 2. Tertarik 3. Sangat tertarik 11 9. Media massa apa yang biasa anda gunakan untuk mencari berita – berita politik yang ada di Indonesia tersebut? 1. Surat Kabar 2. Televisi 3. Media lain ( Sebutkan ).............. 12 10. Selain melalui media massa, dari manakah anda mendapatkan informasi tentang berita – berita politik yang ada di Indonesia tersebut? 1. Dari Teman 2. Dari Keluarga 3. Lain – lain (Sebutkan)................. 13

103

11. Menurut anda media massa mana yang paling kredibel (terpercaya) dalam menyampaikan berita mengenai kampanye capres pada media massa Surat kabar? No

Surat Kabar

a

Kompas

b

d

Media Indonesia Seputar Indonesia (Sindo) SIB

e

Analisa

f

Sumut Pos

g

Waspada

c

Tidak Kredibel

Kredibel

Sangat Kredibel

14 15

16 17 18 19 20

h

Lain-lain (sebutkan)......

21

104

12. Bagaimana menurut anda penyampaian isu berita – berita yang berkaitan dengan kampanye capres? No Surat Kabar a

Kompas

b

d

Media Indonesia Seputar Indonesia (Sindo) SIB

e

Analisa

f

Sumut Pos

g

Waspada

c

Tidak Menarik

Menarik

Sangat Menarik

22 23 24 25 26 27 28

h

Lain-lain (sebutkan)......

29

13. Menurut anda media massa mana yang paling menarik dalam menyampaikan isi berita kampanye capres pada media massa surat kabar? No a

Surat Kabar

Tidak Menarik

Menarik

Sangat Menarik

Kompas 30

b

d

Media Indonesia Seputar Indonesia (Sindo) SIB

e

Analisa

c

31

32 33 34

f

Sumut Pos

g

Waspada

35 36

h

Lain-lain (sebutkan)......

37 105

14. Menurut anda media massa mana yang paling aktual dalam menyampaikan isi berita kampanye capres pada media massa surat kabar? No

Surat Kabar

Tidak Aktual

Aktual

Sangat Aktual

a

Kompas

b

d

Media Indonesia Seputar Indonesia (Sindo) SIB

e

Analisa

41

f

Sumut Pos

42

g

Waspada

43

h

Lain-lain (sebutkan)......

c

38 39 40

44

45 15. Menurut anda media massa mana yang paling faktual (sesuai dengan fakta) dalam menyampaikan isi berita kampanye capres pada media massa surat kabar? Tidak Faktual

Faktual

Sangat Faktual

No

Surat Kabar

a

Kompas

b

d

Media Indonesia Seputar Indonesia (Sindo) SIB

e

Analisa

49

f

Sumut Pos

50

g

Waspada

51

h

Lain-lain (sebutkan)......

c

46 47 48

52 53 106

16. Bagaimana biasanya cara anda dalam mengkonsumsi berita-berita seputar kampanye capres? 1. Membaca dengan serius 2. Membaca dengan sepintas 3. Membaca dengan santai 54 III. Pemuasan Kebutuhan Kognitif dan Afektif 17. Apakah anda tertarik untuk mengikuti berita kampanye capres ? 1. Tidak Tertarik 2. Tertarik 3. Sangat Tertarik

55

18. Apa anda membutuhkan / tidak membutuhkan berita kampanye capres? 1. Tidak Butuh 2. Butuh 3. Sangat Butuh 56 19. Apakah anda merasa kebutuhan akan informasi anda terpenuhi setelah anda mengkonsumsi berita kampanye capres di media massa Surat kabar? Tidak Tepenuhi

Terpenuhi

Sangat Terpenuhi

No

Surat Kabar

a

Kompas

b

d

Media Indonesia Seputar Indonesia (Sindo) SIB

e

Analisa

60

f

Sumut Pos

61

g

Waspada

62

h

Lain-lain (sebutkan)......

c

57 58 59

63

64

107

20. Apakah anda merasa puas secara emosional dengan berita – berita seputar kampanye capres di media massa yang anda konsumsi dari media massa surat kabar? No

Surat Kabar

a

Kompas

b

Media Indonesia

Tidak Puas

Puas

Sangat Puas

65 c

d

Seputar Indonesia (Sindo) SIB

e

Analisa

68

f

Sumut Pos

69

g

Waspada

70

h

Lain-lain (sebutkan)......

71

66 67

72 21. Apakah anda tetap menggunakan media massa yang biasa anda gunakan untuk mencari berita- berita seputar kampanye capres di media massa atau anda akan menggunakan media lain setelah melihat cara media tersebut memberitakan kasus ini? Media massa

Tetap Menggunakan

1. Surat Kabar

Mencari media lain 73

---- Terima Kasih ----

108

TABEL SKOR DATA MENTAH No Responden 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 3 0 3 1 3 2 3 3 3 4 3 5 3 6 3 7 3 8 3 9 4 0 4 1 4 2 4 3 4 4 4 5

Variabel X

Variabel Y

108 108 101 100 118 97 118 105 100 97 103 98 99 99 103 103 113 106 106 112 99 111 74 116 109 98 108 99 113 68 107 104 74 98 110 109 98 99 123 132 91 100 100 96 109

40 55 39 35 46 38 47 37 35 36 38 37 39 39 41 41 44 48 54 43 44 45 26 37 41 46 38 38 54 29 40 38 27 45 42 44 37 40 41 55 38 44 45 43 41

109

4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9

6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3

98 110 109 108 108 99 123 99 111 74 101 100 118 97 103 98 97 118 107 104 74 99 99 103 98 108 99 103 113 106 106 112 116 109 113 68 106 112 123 132 100 96 132 91 100 101 99 118

45 42 44 40 55 40 41 44 45 26 39 35 46 36 38 37 38 47 40 38 27 39 39 41 46 38 38 41 44 48 54 43 37 41 54 29 54 43 41 55 45 43 55 38 44 39 35 46

110

9 9 9 9

4 5 6 7

Xi 132

105 100 99 123

Yi 55

37 35 40 41

di (Xi – Yi) 77

111

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA NIM PEMBIMBING No

TGL PERTEMUAN

: Yenny LM Siahaan : 050904114 : Drs. Safrin, M.Si PEMBAHASAN

1

30 Maret2009

Penyerahan Proposal

2

28 April 2009

ACC Seminar

3

01 Mei 2009

Seminar Proposal

4

05 Mei 2009

Penyerahan Perbaikan Bab I

5

20 Mei 2009

Penyerahan Kuesioner

6

27 Mei 2009

Diskusi Kuesioner

7

15 Juni 2009

ACC Kuesioner

8

07 Juli 2009

Penyerahan Bab I-V

9

Perbaikan Bab I-V

10

ACC Meja Hijau

11 12

PEMBIMBING

Drs. Safrin, M.Si NIP. 131 654 105

112

BIODATA PENELITI

Nama/ NIM

: Yenny LM Siahaan

Tempat/ Tanggal Lahir

: Medan/ 21 Agustus 1986

Departemen

: Ilmu Komunikasi FISIP USU

Alamat

: Jln Pelita IV No.120, Medan

Anak

: Ke 1 dari 4 bersaudara

Orang Tua Bapak

: J. Siahaan, SmHk

Ibu

: Dra. R. Tampubolon

Pendidikan

: SD Budi Murni-6 Medan (1992-1998) SLTP Budi Murni-3 Medan (1998-2001) SMUN 4 Medan (2001-2004) Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2005

Saudara

: Alfi Santun B. Siahaan Andro Maju Siahaan Dina Edelweys Siahaan

113