naskah publikasi hubungan antara kepribadian tahan ... - Psikologi

32 downloads 221 Views 125KB Size Report
negatif antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja. Hipotesis .... satu faktor kepribadian yang ikut memberikan pengaruh terhadap stres kerja tersebut. Maddi dan Kobasa ..... Balapan Blok i No.9. No HP : 081808206685.
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN

Oleh: RIA ANDIANI YULIANTI DWI ASTUTI, S.Psi., M.Soc.Sc., Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing Utama

(Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc., Psi)

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN

Ria Andiani Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc., Psi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan negatif antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada karyawan. Semakin tinggi kepribadian tahan banting (hardiness) karyawan maka semakin rendah stres kerja karyawan. Sebaliknya, semakin rendah kepribadian tahan banting (hardiness) karyawan maka semakin tinggi stres kerja karyawan. Subyek pada penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Jawa Pos Yogyakarta. Subyek penelitian ini berjumlah 50 responden, terdiri dari 38 lakilaki dan 12 perempuan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Adapun skala yang digunakan adalah skala stres kerja dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Robbins (2004) dan skala kepribadian tahan banting (hardiness) dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Kobasa (1982) . Metode analis data yang digunakan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.00 for Windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja. Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r = -0,590 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada karyawan. Jadi hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel kepribadian tahan banting (hardiness) terhadap variabel stres kerja sebesar 34,8% yang berarti masih ada 65,2% faktor lain yang mempengaruhi stres kerja yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor pengalaman seseorang, locus of control, kemampuan pribadi dan dukungan sosial. Kata Kunci : Stres Kerja, Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)

PENGANTAR

Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki tujuan - tujuan yang hendak dicapai, dan tujuan - tujuan tersebut dapat diraih dengan cara mendayagunakan dan mengolah sumber daya yang ada. Menurut Kartono (2002) ada empat tipe kategori sumber daya di dalam sebuah perusahaan atau organisasi yaitu, keuangan atau finansial, fisik, manusia, dan teknologi. Aset paling penting yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan atau organisasi dan sangat diperhatikan oleh manajemen adalah aset manusia. Menurut Wijono (2006), sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu agar perusahaan dapat bekerja secara efektif dan maksimal untuk dapat bersaing di pasar global. Kinerja sumber daya manusia yang baik merupakan hal yang terpenting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sebuah perusahaan yang ingin berkembang dengan pesat, harus memiliki sumber daya menusia yang mampu menampilkan kinerja yang baik. Meskipun sumber daya manusia itu merupakan kunci keberhasilan dalam perusahaan, namun pada kenyataannya pengalaman mereka dalam bekerja terkadang memunculkan persoalan dalam pekerjaan, seperti target kerja yang meleset, pekerjaan yang terbengkalai, hubungan interpersonal yang memburuk dan seterusnya, dalam hal ini stres kerja pun akan terjadi. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Anoraga (1995) menyebutkan stres adalah suatu tekanan psikis atau emosi pada diri seseorang. Stres tidak selalu berkaitan dengan hal - hal yang negatif, tetapi stres juga dapat digunakan untuk membangkitkan semangat.

Selye (dalam Riggio, 2003)

membedakan antara distress yang merupakan hal yang destruktif dan eustress, yang merupakan kekuatan yang positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Stres dalam jumlah tertentu dapat mengarah pada gagasan gagasan yang inovatif dan output yang konstruktif. Salah satu fenomena stres yang sering terjadi adalah stres kerja. Stres kerja pada intinya mengacu pada suatu kondisi dari pekerjaan yang dirasa mengancam individu. Stres kerja muncul sebagai suatu bentuk ketidakharmonisan antara individu dengan lingkungan kerjanya (Nuzulia, 2005). Kreitner & Kinicki (2001) mengatakan, stres kerja merupakan suatu interaksi antara kondisi kerja dengan sifat - sifat pekerja yang mengubah fungsi fisik maupun psikis yang normal. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa stres kerja adalah suatu tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh kemampuan pekerja. Menurut hasil statistik di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 40% pekerja merasa pekerjaannya sangat menekan, karena tuntutan tugas yang berlebih. Bahkan di tengah lautan stres di tempat kerja seperti saat ini, 25 % pekerja di Amerika Serikat menganggap pekerjaan adalah hal yang paling menekan dalam kehidupan mereka www.solusisehat.net/tips_kesehatan.php?id=8 Dewasa ini tempat kerja yang berubah dan bersaing menambah tingkat stres di kalangan para pekerja. Sebuah survey yang dilakukan atas pekerja Amerika Serikat menemukan bahwa 46 % merasakan pekerjaan mereka penuh dengan stres dan 34 % berpikir serius untuk untuk keluar dari pekerjaan mereka 12

bulan

sebelumnya

karena

stres

di

tempat

http://idtesis.bligspot.com/2008/03/mengelola-stre-kerja.html

kerja

mereka

Sasono (2004) memperkirakan bahwa stres kerja di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan zaman. Diahsari (2001) menyebutkan bahwa stres yang dialami individu dapat terjadi dalam jangka waktu yang berbeda - beda. Permasalahan akan muncul apabila stres terjadi dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi. Sebagai akibatnya individu akan mengalami kelelahan fisik maupun mental. Penelitian mengenai stres kerja dilakukan oleh Halim (dalam Widyasari, 2007) dengan menggunakan 76 sampel karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta, hasil penelitian menunjukkan bahwa 76 karyawan tersebut mengalami stres di tempat kerja akibat tidak sanggup menyelesaikan beban kerja yang menumpuk (overload) dan dikejar deadline setiap harinya. Para karyawan tersebut mengeluh sering sakit kepala, mudah lelah, jenuh dan lebih sensitif dari biasanya. Menurut Schultz & Schultz (1998), stres yang diderita dalam jangka waktu cukup lama dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional tinggi akan mengakibatkan kelelahan fisik, mental, dan emosional. Luthans (2005), mengatakan terdapat studi yang dilakukan oleh Delloitte dan Touche di Amerika Serikat menemukan bahwa 84 % dari pekerja dilaporkan merasakan ketegangan atau tekanan psikis yang dialami pekerja dari hari ke hari, ditandai dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional yang berhubungan dengan stres kronik akibat stres kerja di tempat kerjanya. Berdasarkan wawancara informal yang penulis lakukan dengan redaktur pelaksana PT. Jawa Pos Group Yogyakarta, diperoleh informasi bahwa selama rentang tahun 2000-2007 karyawan PT. Jawa Pos merasa bahwa mereka semakin

memerlukan banyak waktu dan energi dalam melakukan pekerjaan. Data yang penulis dapatkan dari wawancara informal menunjukkan beberapa permasalahan yang dialami karyawan PT. Jawa Pos yaitu sebanyak 64% karyawan merasa beban pekerjaan mereka berlebih (overload), sebanyak 60% karyawan tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan tugas (deadline) dan sebanyak 56% karyawan harus melakukan terlalu banyak tugas rangkap di tempat kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuntutan tugas dan tuntutan peran menjadi sumber stres bagi karyawan PT. Jawa Pos Group Yogyakarta. Dampak yang terjadi karena banyaknya tuntuan tugas dan tuntutan peran yang dialami karyawan PT. Jawa Pos adalah karyawan tidak mampu menulis berita - berita yang diperoleh dengan tepat waktu dan hanya mengutip sumber berita dari internet saja, akibatnya koran yang akan terbit esok hari tidak bisa menyajikan berita - berita yang aktual. Riggio (2003) memberikan gambaran adanya tiga dimensi akibat stres kerja yang dialami karyawan yaitu : a) kelelahan emosional yang ditandai dengan perasaan frustrasi, putus asa, sedih, tidak berdaya, tertekan, dan merasa terjebak. Ditambah mudah tersinggung dan marah tanpa alasan yang jelas; b) depersonalisasi, ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, tidak peduli terhadap lingkungan dan orang - orang di sekitarnya; c) rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri, yaitu individu tidak pernah merasa puas dengan hasil karyanya sendiri, merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfat bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut memberikan dampak buruk seperti menurunnya produktivitas kerja dan kinerja karyawan karena stres

kerja yang dialami, sehingga menyebabkan perusahaan tidak bisa memperoleh tenaga karyawannya dengan optimal. Pendapat tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Lenny (2006), mengungkapkan bahwa hampir semua pekerja yang mengalami stres di tempat kerja pada mulanya adalah orang - orang yang bersemangat, energik, optimistik, dan memiliki prinsip yang kuat, serta mau bekerja keras untuk meraih prestasi. Mereka tidak mengenal istilah gagal dan tidak mudah menyerah. Faktor kepribadian yang diduga dapat berperan dalam mengungkap stres adalah kepribadian tahan banting (hardiness). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh NIOSH (National Institute For Occupational Safety And Health) yang menyatakan bahwa penyebab stres dapat berasal dari dalam diri individu yaitu usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian maupun dari luar individu baik dari lingkungan keluarga, lingkungan kerja, cita - cita maupun ambisi (Muchtar, 2004). Kepribadian tahan banting (hardiness) merupakan salah satu faktor kepribadian yang ikut memberikan pengaruh terhadap stres kerja tersebut. Maddi dan Kobasa (1984) mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai kepribadian tahan banting (hardiness) memiliki kontrol pribadi, komitmen dan siap dalam menghadapi tantangan. Sedangkan Schultz & Schultz (1998) mengartikan kepribadian tahan banting sebagai suatu struktur kepribadian yang dapat digunakan dalam menjelaskan perbedaan individu ketika mengalami stres yang terjadi sehingga individu mampu mengatasi stres tersebut.

Menurut Hadjam (2004) kepribadian tahan banting (hardiness) mengurangi

pengaruh

kejadian-kejadian

hidup

yang

mencekam

dengan

meningkatkan penggunaan strategi penyesuaian, antara lain dengan menggunakan sumber-sumber sosial yang ada di lingkungannya untuk dijadikan tameng, motivasi, dan dukungan dalam menghadapi masalah ketegangan yang dihadapinya dan memberikan kesuksesan. Saat menghadapi kondisi yang menekan, individu yang tahan banting juga akan mengalami stres atau tekanan. Namun tipe kepribadian ini dapat menyikapi secara positif keadaan tidak menyenangkan tadi agar dapat menimbulkan kenyamanan melalui cara-cara yang sehat. Schultz & Schultz (1998) mengatakan bahwa salah satu strategi penyesuaian yang dimiliki kepribadian tahan banting (hardiness) adalah dengan menggunakan sumber-sumber sosial di sekitarnya. Salah satu lingkungan yang dapat dikatakan sebagai lingkungan sosial adalah lingkungan kerja. Dalam lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan individu-individu yang berlainan dalam lingkup pekerjaan. Kepribadian tahan banting (hardiness) sangat dibutuhkan untuk membuat keputusan yang berat dan dalam situasi yang menekan. Kepribadian tahan banting (hardiness) dapat mengontrol individu mengatasi stres yang sedang dialami di lingkungan kerja agar dapat tetap survive dan selalu berpikir positif dalam menghadapi masalah. Individu yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness) akan mampu bertahan dalam situasi situasi yang mendesak dalam menghadapi tuntutan dan tantangan pekerjaan yang mungkin menimbulkan stres kerja.

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Jawa Pos yaitu sebanyak 50 orang karyawan.

B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua variabel, yaitu: 1. Skala Stres Kerja Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur stres kerja yaitu skala stres kerja. Skala stres kerja yang digunakan merupakan skala modifikasi dari Bellinda (2006) berdasarkan teori Robbins (2006), terdiri dari tiga aspek yaitu gejala fisik, gejala psikis, dan gejala perilaku. 2. Skala Kepribadian Tahan Banting (Hardiness) Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur kepribadian tahan banting (hardiness) yaitu skala kepribadian tahan banting (hardiness). Skala kepribadian tahan banting (hardiness) yang digunakan merupakan skala modifikasi dari Sudirman (2007) berdasarkan aspek-aspek kepribadian tahan banting (hardiness) dari Kobasa (1982), yaitu commitment, control, dan challenge.

C. Metode Analisis Data Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu mencari hubungan antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada karyawan. Untuk metode analisis data, peneliti menggunakan analisis statistik. Penelitian menggunakan statistik korelasi product moment Pearson. Teknik korelasi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada karyawan. Untuk pengolahan data, peneliti menggunakan program komputer SPSS 12.00

for

Windows.

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data , terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Hadi, 2001). a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p 0,05) untuk stres kerja dan nilai K-SZ sebesar 0,724 dengan p = 0,671 (p > 0,05) untuk kepribadian tahan banting (hardiness). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa stres kerja dan kepribadian tahan banting (hardiness) memiliki sebaran normal. b. Uji Linieritas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kepribadian tahan banting (hardiness) dan stres kerja memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila p0,05. Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Bivariation Linear menunjukkan F = 37,532; p = 0,000. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linier karena p