PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SISTEM SARAF ...

7 downloads 4105 Views 390KB Size Report
Kata kunci: pengembangan multimedia, sistem operasi android, sistem saraf. ABSTRACT: This research ... Sistem saraf pada manusia merupakan materi pembelajaran yang mengandung ..... Jurnal Pembelajaran Saintifik. Elektronika Dasar ...
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SISTEM SARAF BERBASIS SISTEM OPERASI ANDROID UNTUK SISWA KELAS XI Nubila Pradnya Paramita, Endang Suarsini, Amy Tenzer Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis multimedia berbasis sistem operasi Android pada materi sistem saraf untuk siswa kelas XI dan menguji kelayakan, kepraktisan serta keefektifan multimedia tersebut. Pengembangan multimedia pembelajaran ini menggunakan model 3-D yang diadaptasi dari model 4-D oleh Thiagarajan, S., Semmel, D.S. & Semmel, M.I. tahun 1974. Langkah-langkah penelitian ini adalah mendefinisikan (Define), merancang (Design), dan mengembangkan (Develop). Uji kelayakan oleh ahli diperoleh rata-rata total validitas 3,87 dan praktisi lapangan diperoleh rata-rata total validitas 3,88 menunjukkan multimedia pembelajaran layak untuk digunakan. Uji kepraktisan oleh siswa diperoleh rerata 98,60% menunjukkan multimedia pembelajaran praktis untuk digunakan. Uji keefektifan oleh siswa diperoleh rerata skor 2,82 menunjukkan media efektif digunakan. Kata kunci: pengembangan multimedia, sistem operasi android, sistem saraf

ABSTRACT: This research aimed to develop the multimedia learning for Android operating system on Nervous System Material for The Eleventh Graders and to describe validity, practicality and effectiveness of the multimedia. This multimedia learning is developed using 3-D models adapted from 4-D model by Thiagarajan, S., Semmel, DS & Semmel, M.I. (1974). This research steps include defining, designing, and developing. The validation is done by experts with an average validity total is 3.87 and by field practitioners with an average total is 3.88. These results show that this multimedia learning is qualified for use. The practicality test by the students with the average of 98.60 % show that this multimedia is practical for use. The effectiveness test by the students obtained a mean score of 2.82 showed that this multimedia effectively used. Keywords: multimedia development, android operating system, nervous system.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas. Pada umumnya pembelajaran di sekolah sudah menggunakan buku teks sebagai media pembelajaran. Bahan ajar yang disampaikan menggunakan media cetak umumnya kurang menarik minat belajar siswa. Beberapa media lain seperti penggunaan torso dan gambar membutuhkan guru untuk mendampingi siswa dalam memahami maksud gambar. Organ yang ditunjukkan oleh gambar atau torso harus disertai oleh penjelasan guru sehingga media ini tidak dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri. Selain itu, seringkali torso yang ada di sekolah tidak lengkap dan ada beberapa yang rusak, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

1

2

Sistem saraf

pada manusia merupakan materi pembelajaran yang

mengandung beberapa materi abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa. Siswa merasa kesulitan dalam mempelajari materi ini jika hanya menggunakan media cetak. Misalnya mekanisme jalannya impuls saraf untuk mengirim

pesan

ke

sistem

saraf

pusat.

Materi

tersebut

memerlukan

penyederhanaan menggunakan media yang dapat memvisualisasi materi untuk membantu pemahaman konsep siswa. Selain itu siswa juga merasa kesulitan dalam memahami susunan sistem saraf pada manusia. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian siswa pada materi sistem saraf tahun ajaran 2013/2014, diketahui bahwa ketuntasan belajar siwa hanya 60% atau tidak semua siswa dapat mencapai ketuntasan minimal, sehingga guru perlu memberikan ulangan remedial pada materi sistem saraf tersebut. Berdasarkan hasil observasi di SMAN 6 Malang pada bulan Desember 2014, sekolah sudah menyediakan buku cetak untuk digunakan oleh siswa. Namun, buku cetak yang disediakan untuk siswa hanya satu macam, sehingga siswa tidak memiliki sumber bacaan yang beragam. Selain itu, guru juga meminta siswa untuk membeli LKS. LKS tersebut hanya berisi kumpulan materi dan soalsoal latihan yang kebenaran konsepnya belum divalidasi oleh para ahli materi. Tampilan dari media cetak tersebut juga kurang menarik, sehingga tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa. Media pembelajaran selain media cetak juga tidak tersedia di sekolah ini. Padahal fasilitas multimedia di sekolah ini cukup lengkap. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI MIA 3 yang terdiri dari 31 siswa, lebih banyak siswa yang memiliki handphone daripada memiliki laptop. Sebanyak 28 siswa dari 31 siswa sudah memiliki handphone yang bersistem operasi Android sendiri. Sedangkan dalam satu kelas hanya 4 siwa yang memiliki laptop sendiri. Sehingga fasilitas yang ada tersebut seharusnya dimanfaatkan untuk tujuan edukasi secara maksimal. Kelebihan dari media pembelajaran berupa mobile learning yang memanfaatkan handphone ini sangat banyak. Kelebihan yang pertama adalah mengarahkan penggunaan handphone bagi siswa. Jika media ini dikemas dengan baik maka akan dapat menciptakan suasana belajar yang baru bagi siswa sehingga

3

tidak akan merasa bosan dan diharapkan dapat menambah motivasi belajarnya. Selain itu, kelebihan lainnya adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Andik, 2011). Menurut Tamimuddin (2007), kelebihan mobile learning dibandingkan dengan pembelajaran lain adalah dapat digunakan di manapun dan kapanpun, ukuran perangkat yang kecil dan ringan daripada PC dekstop, diperkirakan dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar, karena mobile learning memanfaatkan teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan seharihari. Pengembangan mobile learning sebagai media pembelajaran pada materi Biologi ini tentunya tidak boleh lepas dari hakikat pembelajaran Biologi itu sendiri. Pembelajaran biologi tidak cukup hanya membekali siswa dengan penguasaan materi saja, tetapi perlu dibekali dengan keterampilan ilmiah seperti kegiatan ilmuan dalam menemukan konsep-konsep. Proses pembelajaran tersebut disebut pendekatan saintifik yang merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi

dengan

mengamati,

menanya,

menalar,

mencoba,

dan

mengkomunikasikan (Atsnan, 2013). METODE Model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini diadaptasi dari model 4-D (four D model) yang dikembangkan oleh Thiagarajan, S. et al (1974). Langkah-langkah model pengembangan 4-D ini terdiri atas 4 tahap, yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Namun, dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap 3-D karena produk pengembangan tidak sampai disebarkan. Multimedia pembelajaran yang dikembangkan akan diuji tingkat kelayakan, keefektifan dan kepraktisannya. Uji kelayakan akan dilakukan oleh ahli materi, ahli media dan praktisi lapangan untuk mengetahui tingkat kelayakan multimedia pembelajaran yang telah dikembangkan. Uji kelayakan dilakukan dengan cara mengisi lembar validasi. Berdasarkan validasi tersebut, maka akan dilaksanakan uji coba untuk mengetahui keefektifan dan kepraktisan multimedia pembelajaran tersebut oleh siswa.

4

Uji coba yang dilakukan pada siswa dilakukan setelah dilakukan uji kelayakan dan dilakukan revisi terhadap multimedia pembelajaran berdasarkan saran yang diberikan oleh validator. Proses uji coba dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas selama dua kali pertemuan (2 x 45 menit) sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Setelah itu dilakukan uji kepraktisan oleh 10 siswa dengan cara mengisi lembar angket respon siswa dan juga uji keefektifan multimedia pembelajaran oleh 31 siswa dengan melakukan Uji Kompetensi Siswa. Hasil uji keefektifan diperoleh dengan membandingkan hasil uji kompetensi siswa dengan nilai ketuntasan belajar

minimal siswa. Menurut

permendikbud No 104 Tahun 2014 nilai ketuntasan belajar minimal siswa yaitu skor rerata 2,67 (dari skala 0- 4). Jenis Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari ahli materi, ahli media, dan praktisi lapangan, berupa jumlah nilai yang diberikan oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi lapangan terhadap media. Data kuantitatif yang yang diperoleh dari siswa, yakni jumlah jawaban Ya pada angket respon siswa. Data kuantitatif juga didapat dari nilai Uji Kompetensi siswa. Data kualitatif yang didapat dari ahli materi, ahli media, praktisi lapangan dan siswa, berupa kritik dan saran terhadap media. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner atau angket dan lembar soal Uji Kompetensi siswa. Terdapat empat macam angket dalam penelitian pengembangan ini, yakni angket validasi ahli materi, angket validasi ahli media, angket validasi oleh praktisi lapangan, dan angket respon siswa. Lembar soal Uji Kompetensi Siswa berisi soal-soal berkaitan dengan materi sistem saraf. Teknik analisis data terdiri atas dua macam, yaitu teknik analisis untuk data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Data kuantitif uji kelayakan yang diperoleh dari ahli dan praktisi lapangan dianalisis menggunakan teknik analisis rata-rata total validitas dengan rumus sebagai berikut. ∑

5

Keterangan : = Rata-rata total validitas = Rata-rata tiap aspek ke-n N = Banyaknya aspek dalam satu instrumen

Hasil rata-rata total validitas yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan kriteria kelayakan seperti yang tertera pada Tabel 1. Jika rata-rata total validitas yang diperoleh < 4, maka multimedia harus tetap direvisi. Tabel 1. Kriteria Kelayakan Media Pembelajaran Interval skor Kategori 4 Sangat Valid Valid 3

Suggest Documents