membawa pengaruh terhadap prestasi belajar siswa di MA dalam hal ini mata
pelajaran ... (pengetahuan dan pengertian) dalam memori serta meningkatnya
kemampuan ...... diungkapkan oleh Hasbullah Thabrani yaitu: Konsentrasi,
Ambisi.
PRESTASI BELAJAR FIQIH MA MANARATUL ISLAM CILANDAK JAKARTA SELATAN (Analisis Perbedaan Antara Siswa yang Berasal Dari MTs Dan Siswa yang Berasal Dari SMP)
Oleh: Aimmatul Hasanah (106011000002)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
PRESTASI BELAJAR FIQIH MA MANARATUL ISLAM CILANDAK JAKARTA SELATAN (Analisis Perbedaan Antara Siswa yang Berasal dari MTs dan Siswa yang Berasal dari SMP)
Skripsi Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh: Aimmatul Hasanah (106011000002)
Di bawah bimbingan
Drs. H. Ghufran Ihsan, MA NIP. 195305091981031006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Aimmatul Hasanah
NIM
: 106011000002
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Prestasi Belajar Fiqih MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan (Analisis Perbedaan Antara Siswa yang berasal dari MTs dan Siswa yang berasal dari SMP)
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 15 Augustus 2010
Aimmatul Hasanah
ABSTRAK
Pada jalur pendidikan formal terdapat pendidikan menengah pertama berbentuk SMP dan MTs. SMP lebih bersifat umum yang berada dibawah naungan Kementrian pendidikan Nasional. Sedangkan MTs bersifat khas agama Islam yang berada dibawah naungan Kementrian Agama. Perbedaan tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar siswa di MA dalam hal ini mata pelajaran Fiqih. Hal ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa ”Siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang ia hadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar Fiqih siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP serta apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs dengan prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP dengan cara membandingkan prestasi belajar mereka. Penelitian ini dilakukan di kelas satu Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan tahun pelajaran 2009/2010 semester satu. Subyek penelitian ini adalah 24 siswa. Masing-masing 12 siswa berasal dari MTs dan 12 siswa berasal dari SMP. Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif analisis dan dan analisis komparasional bivariat. Langkah awal melakukan pengolahan dan analisa data dari angket yang diperoleh dengan cara membuat prosentase setiap item pertanyaan. Kemudian nilai yang diperoleh dijumlahkan dengan nilai ujian tertulis dan nilai ujian praktek yang kemudian dicari rata-ratanya. Tahap berikutnya adalah mencari komparasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis komparasional tes ”t” yaitu dengan membandingkan nilai angket, ujian tertulis dan ujian praktek yang di cari rata-ratanya, antara siswa yang berasal dari MTs (X 1 ) dan siswa yang berasal dari SMP (X 2 ) Dari penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah kepada penarikan kesimpulan bahwasanya ”Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Fiqih siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP”. Hal itu diketahui dengan jalan mengkonsultasikan harga ”t” yang tercantum pada tabel. Harga ”t” yang diperoleh dalam perhitungan yang telah dilakukan (1,339) lebih kecil dari pada harga ”t” yang tercantum pada tabel dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (2,07) maupun pada taraf signifikansi 1 % (2,82) Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya minat dan motivasi belajar siswa yang berasal dari SMP tidak terlalu berbeda dengan minat dan motivasi belajar siswa yang berasal dari MTs. Hal ini merupaka faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tenaga pendidik yang profesional dan berlatar belakang pendidikan pesantren, sekolah yang mempunyai mata pelajaran tambahan berupa mata pelajaran pendalaman agama dan lain-lain serta tempat tinggal siswa di pesantren merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan umat manusia, pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam, nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ketua dan sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Bapak Drs. H. Ghufran Ihsan, MA selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia
meluangkan
waktu
untuk
membimbing
dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis hingga akhir masa perkuliahan. 5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan perkuliahan 6. Seluruh staff perpustakaan UIN dan perpustakaan FITK yang telah mempermudah penulis dalam mencari referensi. 7. Seluruh staff MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan khususnya bapak kepala madrasah Drs. Nurdin Muhammad, dan guru bidang
studi Fiqih Ustadz Mahfudz Syuhud, S. Pd. I, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data tentang skripsi ini 8. Ayahanda dan ibunda tercinta yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis hingga sekarang serta adik-adik tersayang yang dengan sabar telah membantu dan mendukung keberhasilan belajar penulis 9. Sahabat-sahabat UIN Syarif hidayatullah Jakarta khususnya kelas A PAI FITK angkatan 2006 dan sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasajasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 15 Augustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR......................................................................................... iii DAFTAR ISI........................................................................................................ v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1 B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8 D. Sistematika Penulisan ............................................................. 9
BAB II
LANDASAN
TEORI,
KERANGKA
BERFIKIR,
DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS A. LANDASAN TEORI .............................................................. 10 1. Belajar ............................................................................... 10 a. Pengertian dan Tujuan Belajar .................................... 10 b. Beberapa Teori Tentang Belajar ................................. 13 c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar................ 14 2. Prestasi Belajar.................................................................. 15 a. Pengertian Prestasi Belajar.......................................... 15 b. Indikator Prestasi Belajar ............................................ 17 c. Pengukuran Prestasi Belajar........................................ 19 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 20 3. Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah............................ 26 a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah .................................. 26 b. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah.......................................................................... 27
v
4. Perbedaan Latar Belakang Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.................................................... 27 B. KERANGKA BERFIKIR ...................................................... 30 C. PENGAJUAN HIPOTESIS .................................................... 32 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33 C. Variabel Penelitian .................................................................. 33 D. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 34 E. Teknik Pengumpul Data.......................................................... 37 F. Teknik Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi data ............... 38
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Kondisi Riil Objek Penelitian ................................................. 41 1. Letak Geografis................................................................. 41 2. Profil Madrasah................................................................. 42 3. Visi dan Misi ..................................................................... 42 4. Struktur Organisasi ........................................................... 43 5. Keadaan siswa................................................................... 43 6. Keadaan Guru dan Karyawan ........................................... 44 7. Unit Kegiatan Siswa.......................................................... 45 8. Sarana dan Prasarana......................................................... 46 9. Kurikulum ......................................................................... 46 B. Deskripsi Data ........................................................................ 47 C. Analisa dan Interpretasi data .................................................. 49
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 69 B. Saran........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71 LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Berita wawancara kepala sekolah Lampiran 2 : Berita wawancara guru Fiqih Lampiran 3 : Nilai Rapor Kelas X MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan Lampiran 4 : Nukilan tabel nilai “t” untuk berbagai df Lampiran 5 : Angket Lampiran 6 : Hasil angket Lampiran 7 : Surat pengajuan proposal skripsi Lampiran 8 : Surat permohonan izin penelitian Lampiran 9 : Surat permohonan Riset/wawancara Lampiran10 : Surat bimbingan skripsi Lampiran11 : Surat keterangan kepala sekolah
ix
DAFTAR TABEL
Tabel. 1
: Indikator prestasi belajar .................................................................. 17
Tabel. 2
: Standar kompetensi mata pelajaran Fiqih MTs................................ 29
Tabel. 3
: Standar kompetensi mata pelajaran Fiqih SMP ............................... 30
Tabel. 4
: Hasil penentuan sampel.................................................................... 35
Tabel. 5
: Nama-nama siswa yang berasal dari SMP ....................................... 35
Tabel. 6
: Nama-nama siswa yang berasal dari MTs ....................................... 35
Tabel. 7
: Kisi-kisi instrumen angket prestasi belajar Fiqih siswa MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan ............................... 37
Tabel. 8
: Keadaan siswa MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan menurut kelas tahun ajaran 2009/2010................................ 44
Tabel. 9
: Keadaan guru dan karyawan MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan.................................................................................. 44
Tabel. 10 : Prestasi belajar Fiqih MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan kelas X yang berasal dari MTs ............................................ 48 Tabel. 11 : Prestasi belajar Fiqih MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan kelas X yang berasal dari SMP............................................ 48 Tabel. 12 : Deskripsi variable X 1 dan X 2 ........................................................ 49 Tabel. 13 : Analisis item angket “Menyukai Pelajaran Fiqih”........................... 50 Tabel 14 : Analisis item angket “Hadir pada Mata Pelajaran Fiqih” ................ 50 Tabel 15 : Analisis item angket ”Mengerti Materi Pelajaran Fiqih”................. 51 Tabel 16 : Analisis item angket “Memperhatikan dan Mendengarkan Pelajaran Fiqih”................................................................................ 52 Tabel 17 : Analisis item angket “Mengerjakan Tugas Fiqih” ........................... 53 Tabel 18 : Analisis item angket “Aktif dalam Diskusi Fiqih” .......................... 53 Tabel 19 : Analisis item angket “Bertanya ketika Tidak Mengerti” ................. 54 Tabel 20 : Analisis item angket “Mengulangi Pelajaran Fiqih di Rumah” ....... 55 Tabel 21 : Analisis item angket “Meminta Bantuan Ketika kesulitan Belajar Fiqih” ................................................................................... 56
Tabel 22 : Analisis item angket “Lancar Membaca Al-Qur’an”....................... 56 Tabel 23 : Analisis item angket “Mendapat Nilai Baik dalam Mata Pelajaran Agama Sebelumnya”........................................................ 57 Tabel 24 : Analisis item angket “Tidak Merasa Kesulitan Belajar Fiqih”........ 58 Tabel 25 : Analisis item angket “Guru Fiqih Memberi Saran Ketika Mendapatkan Kesulitan Belajar”.......................................... 59 Tabel 26 : Analisis item angket “Kesesuaian Materi yang diuji dengan Materi yang dipelajari” .................................................................... 60 Tabel 27 : Analisis item angket “Guru Fiqih Mengetahui Latar Belakang Pendidikan Siswa” ........................................................... 61 Tabel 28 : Analisis item angket “Guru Fiqih Memberi Kesempatan Bertanya” ......................................................................................... 61 Tabel 29 : Analisis item angket “Guru Fiqih Memberi Motivasi Belajar” ....... 62 Tabel 30 : Analisis item angket “Orang Tua Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar” ............................................................................ 63 Tabel 31 : Analisis item angket “Orang Tua Memperhatikan Kegiatan Belajar” ............................................................................................ 64 Tabel 32 : Analisis item angket “Berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih” ............................................................................................... 64 Tabel. 34 : Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan SD................................ 66
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 1 Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan penting yang menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan perserta didik menjadi subjek yang makin berperan dalam suatu negara dan bangsa. Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia di dalam menjalankan kehidupannya. Pendidikan juga merupakan suatu upaya agar manusia dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Baik dan buruknya seseorang, maju tidaknya suatu bangsa juga sangat ditentukan oleh pendidikan. Di Indonesia semua orang berhak untuk mengenyam pendidikan, hal tersebut terlihat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 10
1
2
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. 2 Pendidikan bagi masyarakat dipandang sebagai “Human Investment” yaitu investasi sumber daya manusia, dimana pendidikan itu memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi konservatif dan progresif. Fungsi konservatif pendidikan adalah bagaimana mewariskan dan mempertahankan identitas dan cita-cita suatu masyarakat. Sedangkan fungsi progresif pendidikan adalah bagaimana
aktifitas
pendidikan
dapat
memberi
pembekalan
dan
pengembangan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan sehingga generasi penerus memiliki kemampuan dan kesiapan dalam menghadapi tantangan kehidupan masa depan. Ini berarti bahwa secara historis dan filosofis pendidikan telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. 3 Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Tanpa pendidikan kiranya manusia tidak akan berbeda dengan keadaan terdahulu pada masa purbakala. Oleh karena itu dapat dikatakan pula bahwa pendidikan merupakan penentu bagi maju mundurnya atau baik buruknya suatu bangsa. Menyadari sangat urgennya pendidikan dan sangat besar peranannya dalam
mempersiapkan
setiap
generasi
yang
akan
melanjutkan
keberlangsungan kehidupan suatu bangsa maka perlu dilakukan upaya yang serius agar masa depan bangsa dan negara ini siap dilanjutkan dan lebih di tingkatkan lagi keadaannya oleh generasi yang akan datang. Upaya yang serius yang dilakukan oleh negara ini adalah dengan melaksanakan pendidikan secara baik, terencana, terkoordinir, dan berkesinambungan serta berpijak pada suatu paradigma yang dikehendaki dan dilaksanakannya pendidikan itu yakni mewujudkan generasi unggul dalam pengetahuan, akhlak, dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. 2
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), h. 38 3 Karnadi Hasan, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiah IAIN Walisongo Semarang, 2001), h. 233-234
3
Harapan ini telah diupayakan untuk diwujudkan oleh negara ini dengan disusunnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 sebagai penyempurnaan dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 1989. Pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 4 Pendidikan Islam merupakan satu diantara sarana pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu sarana pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia (sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial) kepada titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. 5 Pendidikan Islam juga merupakan jalan bagi usaha untuk mengarahkan pertumbuhan anak didik kearah ajaran Islam. sebagaimana diungkapkan oleh Prof. H. M. Arifin. M. Ed, bahwa hakikat pendidikan Islam adalah “Usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi makna (avoiding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniyah, juga diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia”. 6
4
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional.....h. 34 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), cet ke-2, h. 14 6 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet ke- 3 h. 22 5
4
Dengan demikian, dalam pendidikan Islam disamping mentransfer nilai-nilai atau keilmuan Islam juga harus mampu membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai ajaran Islam yang telah disampaikan tersebut. Mengenai tujuan pendidikan Islam menurut Ahmad D. Marimba ada dua macam, yaitu: tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmani, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, keagamaan, kedewasaan jasmani dan rohani. 7 Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam disebutkan oleh H.M. Arifin bahwa tujuan terakhir pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun umat manusia secara keseluruhannya. 8 Dengan demikian sasaran pendidikan tertuju pada pembentukan sikap mental anak didik dalam hubungan dengan tuhan, masyarakat, dan alam atau sesama makhluk. Untuk mencapai tujuan pendidikan dan pendidikan Islam tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya dengan mendirikan sekolah-sekolah, baik dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Meskipun demikian, bukan saja pemerintah yang memegang peranan penting dalam hal pendidikan. Tetapi juga lingkungan masyarakat dan keluargapun berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan Sehingga jalur pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu informal, nonformal dan formal. Kegiatan Pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. 9 Kehidupan didalam masyarakat termasuk keluarga merupakan bagian dari pendidikan informal. Pendidikan informal bersifat tak terbatas dan biasanya cenderung bersifat halhal yang praktis. Dengan pendidikan informal, seseorang akan mendapatkan
7
Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980),
8
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam….. h. 41 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional.....h. 45
h. 6 9
5
pendidikan dan pengalaman pribadi yang tidak di dapat dari pendidikan formal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. 10 Seperti kursus, les, majelis ta’lim dan lain sebagainya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 11 Pendidikan sekolah merupakan pendidikan formal, dimana pendidikan sekolah merupakan pendidikan resmi. Dalam arti lain terikat oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan.
Peraturan-peraturan
tersebut
telah
disesuaikan
dengan
perundang-undangan yang berlaku. Tujuan pendidikan sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar sanggup
menghadapi perubahan zaman.
Sekolah harus memiliki kemampuan dalam menghasilkan keluaran (output) yang berkualitas dalam hal ini adalah siswa, baik dari segi IPTEK maupun IMTAQ yang diperolehnya dari proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Tsanawiyyah (MTs) atau bentuk lainnya yang sederajat. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah dan mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. 12 Pada jalur pendidikan formal terdapat pendidikan menengah pertama berbentuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMP lebih bersifat umum yang berada dibawah naungan Kementrian
10
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional.....h. 45 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional.....h. 41 12 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional.....h. 42 11
6
Pendidikan Nasional. Sedangkan MTs bersifat khas agama Islam yang berada dibawah naungan Kementrian Agama. Adanya perbedaan pada pendidikan menengah pertama yaitu SMP yang bersifat umum dan MTs yang bersifat khas agama Islam maka terdapat pula perbedaan jumlah mata pelajaran yang dipelajari siswa SMP dengan siswa MTs di sekolah. MTs lebih banyak mempunyai mata pelajaran agama yang terdiri dari mata pelajara Fiqih, Qur’an Hadist, Akidah Akhlak, dan SKI dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran tiap minggunya untuk masing-masing pelajaran. Lain halnya dengan SMP yang hanya memiliki 2 jam perminggu untuk mempelajari pelajaran agama. Itupun tidak dikhususkan bagi pelajaran Fiqih saja tetapi juga yang lainnya. Jadi untuk mempelajari Fiqih lebih sedikit waktunya jika dibandingkan dengan MTs. Terlihat bahwa perbedaan antara SMP dan MTs adalah dalam beban dan pengalaman belajar, dimana siswa SMP beban dan pengalaman belajarnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswa MTs khususnya dalam mempelajari Fiqih. Pada prinsipnya pelajaran Fiqih bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki pengetahuan tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk amalan praktis. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan benar sesuai dengan yang di praktekkan dan di ajarkan nabi Muhammad saw. Perbedaan tersebut membawa pengaruh terhadap hasil belajar siswa di MA dalam hal ini mata pelajaran Fiqih. Hal ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa ”Siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi atau stimulus yang sedang ia hadapi. 13 Berdasarkan asumsi tersebut, dapat diprediksi bahwa lulusan MTs yang telah mengalami proses belajar Fiqih selama di MTs akan mudah memahami dan mengerti materi Fiqih yang dipelajarinya di MA. Berbeda dengan siswa lulusan SMP akan lebih sulit untuk mempelajari materi Fiqih 13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru,.....h.120
7
dikarenakan tidak mengalami proses belajar Fiqih di SMP. Akan tetapi ketika mereka menghadapi tingkat pendidikan di MA, antara siswa yang berasal dari MTs dan SMP akan mendapatkan beban belajar dan materi yang sama. Fenomena tersebut apakah berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran Fiqih di MA antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP. Hal ini menurut penulis sangat menarik, sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian terhadap fenomena ini dengan menjadikan kajian penelitian penulis untuk menyusun skripsi dengan judul: ”PRESTASI BELAJAR FIQIH SISWA MA MANARATUL ISLAM CILANDAK JAKARTA SELATAN (Analisis Perbedaan antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP)
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang mungkin timbul diantaranya: 1. Terdapat ketidaksamaan persiapan belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP 2. Terdapat perbedaan motivasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP 3. Pengaruh latar belakang pendidikan antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP terhadap prestasi belajar Fiqih di MA. 4. Adanya perbedaan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP Adanya keterbatasan kemampuan dan luasnya permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka penulis hanya membatasi permasalahannya pada: 1. Prestasi belajar Fiqih siswa kelas X semester satu MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan yang berasal dari MTs 2. Prestasi belajar Fiqih siswa kelas X semester satu MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan yang berasal dari SMP
8
3. Perbedaan prestasi belajar Fiqih siswa kelas X semester satu MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Prestasi belajar Fiqih siswa kelas X MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan yang berasal dari MTs? 2. Bagaimana Prestasi belajar Fiqih siswa kelas X MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan yang berasal dari SMP? 3. Apakah terdapat perbedaan antara prestasi belajar siswa kelas X MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam mata pelajaran Fiqih?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui prestasi belajar Fiqih siswa kelas X semester
satu MA
Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan yang berasal dari MTs 2. Mengetahui Prestasi belajar Fiqih siswa kelas X semester satu MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan yang berasal dari SMP 3. Mengetahui ada atau tidaknya Perbedaan prestasi belajar Fiqih siswa kelas X semester satu MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menjadikan dasar pertimbangan bagi peserta didik dalam menentukan tingkat pendidikan yang lebih tinggi setelah menjalani tingkat pendidikan sebelumnya sesuai dengan latar belakang pengetahuannya 2. Menjadi bahan masukan bagi para pendidik agar memperlakukan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan tingkat pengetahuannya agar siswa mudah menyerap dan memahami materi yang diajarkan
9
3. Menjadi masukan bagi peserta didik agar lebih giat lagi dalam belajar sehingga memperoleh prestasi yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
D. Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini sistematis dan tersusun rapi, maka skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yang sistematikanya sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan, dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan teori, kerangka berfikir, dan pengajuan hipotesis Dalam landasan teori dikemukakan tentang belajar yang terdiri dari pengertian dan tujuan belajar, beberapa teori tentang belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Prestasi belajar yang terdiri dari pengertian prestasi belajar, indikator prestasi belajar, pengukuran prestai belajar, dan faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Bidang study Fiqih di MA yang terdiri dari pengertian dan tujuan pembelajaran bidang studi Fiqih di MA, ruang lingkup materi bidang studi Fiqih di MA Perbedaan latar belakang pendidikan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Bab III
Metodologi penelitian, dalam bab ini dikemukakan tentang desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, variable penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpul data, teknik pengolahan, analisis dan interpretasi data.
Bab IV
Hasil penelitian, dalam bab ini akan dikemukakan kondisi riil objek penelitian, deskripsi data, analisis dan interpretasi data
Bab V
Penutup yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian dan Tujuan Belajar Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dan diartikan pula bertingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. 1 Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap berkat latihan dan pengalaman. 2 Sedangkan
dalam buku Moch. Uzer Usman yang berjudul
“Menjadi Guru Profesional” belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. 3
1
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet ke-1, h. 14 2 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 154 3 Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 5
10
11
Menurut Martinis Yamin belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman. 4 Mengenai pengertian belajar, Ngalim purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” menguraikan menurut beberapa tokoh pendidikan antara lain: 1) Morgan
dalam
bukunya
Introduction
to
psychology
mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 2) Witherington dalam buku Educational Psychology yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. 5 Selanjutnya menurut pandangan psikologi ada beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli, seperti dikutip oleh Fadilah Suralaga dalam buku Psikologi Pendidikan, mengemukakan sebagai berikut: 6 1) Cronbach mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku sebagai pengalaman. 2) Kimble mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen yang merupakan hasil dari pengalaman. 3) James Wittaker mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atas pengalaman. 4) Chaplin merumuskan dua macam belajar, yaitu: Pertama, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
4
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2005), h. 87 5 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Karya, 1985), h. 84 6 Fadhillah Suralaga, Netty Hartati, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persfektif Islam,…..h. 62-63
12
dari latihan dan pengalaman; Kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon karena adanya latihan khusus. Belajar merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat. Rasulullah saw menyatakan dalam salah satu haditsnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat. 7 Memperhatikan uraian di atas, dapat diketahui betapa urgen arti belajar bagi kehidupan. Karena Allah swt dan rasulnya memerintahkan umatnya untuk belajar agar dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat mengantarkan ke arah kehidupan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan derajat kehidupan. Sabda Nabi: 8
(َوِا ﱠﻧﻤَﺎ اﻟْ ِﻌﻠْ ُﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠﺘ َﻌﱡﻠ ِﻢ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى
“Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar”. (HR. Bukhori) 9 Dalam pendidikan agama Islam, baik proses maupun hasil belajar selalu inheren dengan keislaman. Keislaman melandasi aktifitas belajar, menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktifitas berikutnya. 10 Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan sikap, prilaku atau tingkah laku yang relatif menetap pada diri seseorang yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman, latihan dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
7
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,…..h. 97 Di dalam Ringkasan Shahih Bukhori dijelaskan bahwa hadist ini adalah bagian dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah (114) dengan sanad shahih dari Abu Darda’ secara maukuf, dan diriwayatkan oleh selainnya secara marfu’. Ia memiliki dua pendukung dari hadist Muawiyah, dan imam Bukhori telah mentakhrij hadist ini dalam Al-Hadisus-Shohihah 9 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Baukhori, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), h. 131 10 Ramayulis, Metodologi Pelajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia: 1994), h. 77 8
13
Mengenai tujuan belajar Robert M. Gagne mengemukakan lima macam kemampuan hasil belajar yaitu: 1) Keterampilan intelektual 2) Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah 3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. 4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya 5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional
yang
dimiliki
seseorang,
sebagaimana
dapat
disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah-laku terhadap orang, barang, atau kejadian. 11
b. Beberapa Teori Tentang Belajar Berbagai teori belajar telah tercipta sebagai hasil kerja keras dari penelitian. Kritik-kritik terhadap teori-teori belajar yang sudah ada dan dirasakan mempunyai kelemahan selalu dilakukan oleh para ahli. Namun perlu disadari bahwa setiap teori belajar selalu tersimpan kelemahan dibalik kelebihannya. Untuk mengetahui teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, akan dikemukakan pada pembahasan berikut. 12 1. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berfikir, daya fantasi dan lain sebagainya. 11
Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), h. 5 12
23
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 1, h. 17-
14
Akibat dari teori ini maka belajar hanyalah melatih semua daya itu. Untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara menghafal kata-kata, angka-angka, istilah-istilah asing dan lain sebagainya. 2. Teori tanggapan Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelasjelasnya. Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan-kesan ke dalam otak dalam menjadikan orang pandai. Kesan yang dimaksud disini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar. 3. Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffa dan Kohler. Dalam belajar menurut Gestalt yang terpenting adalah penyesuaian pertama yaitu mendapat respon atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight (pengertian). 4. Teori belajar dari R Gagne a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. 5. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya menyatupadukan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Telah dijelaskan diatas bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perbuatan atau pembaharuan dalam
15
tingkah laku dan kecakapan. Perubahan itu tercapai karena beberapa faktor, yaitu: 13 1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut dengan faktor individual, seperti: Kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial, seperti: Faktor keluarga, atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan serta motivasi sosial. Seseorang yang belajar tidak ditentukan oleh kekuatankekuatan yang datang dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan. 14
2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar pada dasarnya diarahkan agar terjadi perubahan pada diri siswa baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Indikator dari perubahan itu biasanya akan tampak pada prestasi belajarnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “Prestasi diartikan dengan hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”. 15 Istilah prestasi belajar kerap kali digunakan dalam pendidikan untuk mengungkapkan kondisi hasil belajar peserta didik yang telah melalui proses pembelajaran pada suatu masa tertentu. Prestasi belajar biasanya
digunakan
untuk
menunjukkan
tercapainya
tingkat
keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan dalam proses yang sudah di 13
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,….. h. 101 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,….. h. 87 15 Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…..h. 700 14
16
tentukan, melalui bimbingan, perhatian, pengaruh, dalam proses belajar mengajar tertentu. Bahkan prestasi belajar berarti penguasaan anak terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang di nyatakan dalam bentuk skor (nilai) setelah mengikuti kegiatan belajar. 16 Keberhasilan siswa dalam proses belajarnya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dalam satu semester dan di bukukan dalam bentuk buku laporan pendidikan atau buku rapor. Nilai-nilai yang tertera dalam buku rapor merupakan nilai dari seluruh mata pelajaran yang diperoleh anak dalam semester bersangkutan. Dengan demikian, hasil yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai. Untuk memperoleh batasan mengenai prestasi belajar, penulis memandang perlu untuk mengemukakan bebrapa pendapat: Menurut
W.S.
Winkel
“Prestasi
belajar”
adalah
bukti
keberhasilan usaha belajar yang dapat dicapai individu yang belajar. 17 Sejalan dengan pendapat Winkel Nana Sujana memberikan pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pendalaman belajar. 18 Bloom dalam Slavin, mengemukakan bahwa, prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa yang menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu bidang tertentu sebagai bukti dari keberhasilan belajar yang berupa perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi. 16
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), h. 5 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo 1991), h. 36 18 Nana Sudjana, Psikologi Pendidikan…..h. 55-60 17
17
b. Indikator Prestasi Belajar Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat Intangible (tidak dapat diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah dengan hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang di anggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, rasa dan karsa. Berikut ini penulis cantumkan tabel indikator prestasi setiap level dari setiap ranah. 19
Tabel. 1 Indikator Prestasi Belajar Ranah/Jenis Prestasi
Indikator
A. Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan
1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan
2. Ingatan
1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan dengan bahasa sendiri
4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat
19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…..h. 150-152
18
5. Analisis (Pemeriksaan dan
1. Dapat menguraikan
Pemilahan secara teliti)
2. Dapat mengklasifikasikan/memilah -milah
6. Sintesis (Membuat paduan baru dan utuh)
1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan
B. Ranah Rasa 1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak
2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
3. Apresiasi (sikap menghargai)
1. Menganggap penting dan bermanfaat 2. Menganggap indah dan harmonis, mengagumi
4. Internalisasi (Pendalaman)
1. Mengakui dan Meyakini 2. Mengingkari
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
C. Ranah Karsa (Psikomotorik) 1. Keterampilan
bergerak
dan
bertindak
1.
Mengkoordinasikan gerak mata. tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya
2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal
1. Mengucapkan 2. Membuat mimik dengan gerak jasmani
19
Dengan menggunakan indikator yang sifatnya umum di atas, diharapkan guru akan memiliki acuan dasar dalam melakukan penilaian terhadap proses belajar yang dilakukan para siswanya secara tepat.
c. Pengukuran Prestasi Belajar Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan yaitu test. F.L. Good Enough mengemukakan bahwa test adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain. 20 Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban, dalam test ini dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: 1. Test Tertulis Yakni jenis test dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga tertulis. Macam-macam test tertulis antara lain: a) Test Essay Pada test essay siswa dituntut untuk menyusun pikirannya secara berurutan dan menuangkan ide atau gagasannya dalam bahasa yang cukup baik dan dapat dimengerti. Test ini sesuai untuk jenis kognitif, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi b) Test Obyektif (1) Test Benar Salah Pertanyaan-pertanyaan diajukan dalam dua bentuk yakni pertanyaan yang salah dan pertanyaan yang benar. Siswa diminta untuk memilih jawaban yang benar. Test ini cocok untuk menanyakan informasi faktual, pengertian, 20
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,…..h. 66
20
definisi, tetapi tidak sesuai untuk pemikiran yang bersifat aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi serta kemampuan yang lebih tinggi. (2) Test Pilihan Ganda Pernyataan-pernyataan
disajikan
dalam
berbagai
bentuk, siswa diminta untuk memilih pernyataan yang benar atau yang salah. Test ini sesuai untuk mengevaluasi semua jenis test prestasi yang melibatkan fungsi kognitif yaitu: Pengetahuan, pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (3) Test Menjodohkan Pada test menjodohkan, siswa mencocokkan pernyataan yang tepat di satu kolom dengan pernyataan yang terdapat dalam kolom lain. Test ini cocok untuk jenis prestasi kognitif pengetahuan faktual seperti nama orang, istilah, tanggal kejadian, dan sebagainya. 2. Test Lisan Yakni jenis test dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan. Dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai setelah proses belajar mengajar terjadi. Dalam mencapai prestasi belajar dengan baik, banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri maupun dari luar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri atas dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 21
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, …..h. 132
21
1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Diantara faktor-faktor tersebut yaitu: Intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. a) Intelegensi Menurut Raber yang dikutip Muhibbin Syah disebutkan bahwa intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan Psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. 22 Tingkat kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki anak merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya prestasi belajar. Dengan demikian, anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar dari pada anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. b) Sikap Menurut Muhibbin Syah sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respone tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif, maupun negatif. 23 Sikap (attitude) anak yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang diberikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar anak didik tersebut. Sebaliknya, sikap negatif anak terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikan dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif anak, guru dituntut untuk menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajaran, seperti menghargai dan mencintai profesinya dengan cara menguasai bahan-bahan yang terdapat 22 23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, …..h. 133 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, …..h. 135
22
dalam bidang studi yang diberikan dan mampu meyakinkan kepada para siswa tentang manfaat bidang studi bagi kehidupan mereka.
Dengan
membutuhkannya
demikian dan
dari
siswa
perasaan
akan
merasa
kebutuhan
itulah
diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi yang diberikan dan sekaligus terhadap guru yang bersangkutan. c) Bakat Menurur Chaplin dan Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah disebutkan bahwa “Bakat (talent) adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa
yang
akan
datang”. 24
Bakat
anak
dapat
dikembangkan dan dilatih dengan baik sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Dengan
demikian
bakat
itu
dapat
mempengaruhi belajar siswa, khususnya berkenaan dengan keberhasilan atau prestasi belajar siswa itu sendiri. Seorang anak bisa saja berbakat dalam satu bidang tetapi rendah dalam bidang lainnya. Oleh karena itu anak yang berbakat dalam bidang studi tertentu akan rajin dan senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bidang studi tersebut. d) Minat Menurut Slameto minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 25 Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang di pelajarinya tidak sesuai dengan minat anak maka hasil belajarnya pun tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk mengembangkan minat siswa maka siswa itu sendiri harus berusaha mencintai setiap bahan pelajaran
24 25
57
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h. 135 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.
23
yang diberikan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menangkap semua bahan pelajaran tersebut dengan baik. Minat mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, siswa yang berminat terhadap sebuah kegiatan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan demikian tinggi rendahnya minat belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. e) Motivasi Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa “Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. 26 Motivasi erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar. Motivasi adalah sebagai penggerak tingkah laku dan sangat penting di dalam proses belajar. Siswa yang kurang termotivasi belajarnya harus dibantu untuk berkeinginan mempelajari yang seharusnya dipelajari. Selain motivasi sebagai pemberi energi, penyeleksi dan penggerak dari kegiatan-kegiatan, motivasi juga sangat erat hubungannya dengan perhatian dan sikap. 27 Oleh karena itu, seorang guru harus memberikan dorongan pada siswa agar dapat belajar dengan tekun dan lebih giat lagi dalam belajar. f) Kondisi Fisik Kondisi fisik disini menekankan pada kesehatan anak. Apabila keadaan fisik anak sehat, maka proses belajar akan dapat dilaksanakan dengan baik, dan anak dapat berkonsentrasi 26 27
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan…..h. 12 Crow & Crow, Psikologi Pendidikan ( Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h. 360
24
penuh didalam belajar. Sebaliknya apabila keadaan fisik anak tidak sehat maka akan mempengaruhi di dalam belajarnya. Anak merasa lelah, kurang semangat atau gangguan-gangguan lainnya. Cacat tubuh juga dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Oleh kerena itu diadakan suatu lembaga pendidikan khusus untuk membantu anak yang memiliki cacat tubuh. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar dari individu. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar dari faktor lingkungan sosial dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: 28 a) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga yang mempengaruhi belajar anak, antara lain sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa, dan juga cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, orang tua yang selalu memberikan semangat untuk belajar, memberikan perhatian dan dukungan, Orang tua yang otoriter terhadap anaknya, kurangnya perhatian dari orang tua, dan keadaan ekonomi keluarga. b) Lingkungan Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan dalam membentuk kepribadian dan mencerdaskan anak. Lingkungan sekolah yang esensial yang mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu: Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 29 28 29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h.137 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h. 64
25
c) Lingkungan Masyarakat Pergaulan di lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi prestasi belajar. Anak yang bergaul dengan teman yang tidak baik, selalu bermalas-malasan di dalam belajar dan waktunya banyak digunakan untuk bermain, maka anak itu akan terpengaruh oleh temannya, sehingga prestasi belajarnya kurang optimal. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika tidak menemukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alatalat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. 30 Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, ada faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Hasbullah Thabrani yaitu: Konsentrasi, Ambisi dan Tekad. a) Konsentrasi Konsentrasi
adalah
memusatkan
segenap
perhatian pada suatu situasi belajar tertentu.
31
kekuatan
Apabila anak
berkonsentrasi penuh pada pelajaran yang dipelajari, tidak menutup kemungkinan akan dengan mudah memahami pelajaran tersebut sehingga akan menjadikan prestasi anak menjadi lebih baik. b) Ambisi dan Tekad Orang yang mempunyai ambisi yang besar dan tekad yang kuat, tidak bisa di bantah lagi bila sebagian besar sukses sudah di tangannya. 32 Begitupun dengan seorang siswa jika dia
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru …..h. 64 Thomas F. Station, Cara Mengajar dengan hasil yang baik, (Bandung Diponegoro, 1978), h. 21 32 Hasbullah Thabrani, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995), cet ke-2 h.32-35 31
26
mempunyai ambisi dan tekad yang kuat dalam belajar maka akan memperoleh prestasi belajar yang gemilang. Dari uraian di atas, nampaknya jelas bahwa faktor-faktor itu sangat menentukan dalam keberhasilan anak. Karena itu haruslah diperhatikan oleh para guru atau pendidik dalam rangka mengemban tugasnya yaitu membimbing dan melatih anak didiknya secara dasar untuk mencapai kedewasaan atau kematangan. 3. Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah a. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Aliyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan
untuk
menyiapkan
peserta
didik
untuk
mengenal,
memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan
bimbingan,
pengajaran,
latihan,
serta
penggunaan
pengalaman. Sedangkan tujuan mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut: 1) Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. 2) Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin, dan tangung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. 33
33
Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih Madrasah Aliyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2003), h. 2-3
27
b. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum berbasis kompetensi pada Madrasah Aliyah berisi pokok-pokok materi: 1) Hubungan manusia dengan Allah SWT Siswa dibimbing untuk meyakini bahwa hubungan vertikal kepada Allah SWT merupakan ibadah utama dan pertama. Dalam hal ini materi-materi ibadah seperti bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain diperdalam lagi dengan memahami dan menghayati hikmah-hikmahnya 2) Hubungan manusia dengan manusia Siswa dibimbing dan dididik menjadi angota masyarakat dengan berakhlak mulia dan berusaha menjadi teladan masyarakat. Materinya meliputi: Muamalah, konsep kepemilikan dalam Islam, bentuk-bentuk perekonomian Islam, pemindahan dan pelepasan harta jual, munakahat, warisan, peradilan, dan sebagainya. 3) Pemahaman tentang kaidah-kaidah hukum Islam Siswa dibimbing dan dididik untuk mengenali dan memahami kaidah-kaidah hukum Islam agar siswa mempunyai kemampuan untuk mengkontekstualisasikan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Materinya meliputi: Pengembangan hukum Islam, dasar-dasar Fiqih dan kaidah-kaidah Fiqih Islam. 34
4. Perbedaan Latar Belakang Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Perbedaan latar belakang pendidikan antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP terletak pada kurikulum dan standar kompetensi yang harus ditempuh. Kurikulum pembelajaran Fiqih di MTs adalah thaharah, shalat jum’at, shalat berjama’ah, shalat jama’ dan qashar, tata cara shalat dharurat, shalat jenazah, shalat sunnah, sujud diluar shalat, 34
Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih Madrasah Aliyah.....h. 3
28
dzikir dan doa, puasa, zakat, ibadah haji dan umrah, hukum Islam tentang makanan dan minuman, aqiqah dan qurban, macam-macam mu’amalah, muamalah diluar jual beli, kewajiban terhadap orang sakit, jenazah dan ziarah kubur, pergaulan remaja yang sesuai dengan syari’at Islam, jinayat, hudud dan sanksinya, mematuhi undang-undang negara dan syari’at Islam, memahami kepemimpinan Islam, memelihara dan mengelola lingkungan dan kesejahteraan sosial. 35 Kurikulum pembelajaran Fiqih SMP yaitu syahadat, thaharah, shalat wajib, shalat jum’at, shalat jama’, shalat qashar, macam-macam shalat sunnah, puasa, zakat, aqiqah dan qurban, ibadah haji dan umrah, hukum makanan, minuman, dan binatang, shalat jenazah, dan tata cara pernikahan. 36 Adapun kompetensi MTs yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan standar kompetensi mata pelajaran Fiqih adalah sebagai berikut: a. Peserta didik dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. b. Peserta didik dapat mengetahui dan memahami tata cara pergaulan modern yang baik dan Islami. c. Peserta didik dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, Standar kompetensi mata pelajaran Fiqih Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:
35
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Fiqih Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 5 36 Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), ( Bandung: Remaja rosdakarya, 2004), h. 151
29
Tabel. 2 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqih MTs 37 No 1
Standar Kompetensi Kemampuan
membiasakan
untuk
mencari,
menyerap,
menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang tata cara thaharah, pelaksanaan shalat (wajib, Jama’ah, Jama’, Qashar, darurat, jenazah, sunnah) serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2
Kemampuan
membiasakan
untuk
mencari,
menyerap,
menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang sujud, dzikir dan doa, puasa, zakat, haji dan umrah, makanan dan minuman yang halal dan haram, qurban dan aqiqah serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari 3
Kemampuan
membiasakan
untuk
mencari,
menyerap,
menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang muamalah, muamalah diluar jual beli, kewajiban terhadap sesama, (orang sakit, jenazah, dan ziarah kubur), tata pergaulan remaja, jinayat, hudud, dan sanksi hukumannya, kewajiban mematuhi undangundang negara dan syariat Islam, kewajiban memelihara dan mengelola lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Sedangkan kompetensi mata pelajaran Fiqih di SMP berisikan sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahun kognitif dalam rangka memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT. Kemampuan yang tercantum dalam komponen dasar umum yang harus dicapai di Sekolah Menengah Pertama yaitu mampu beribadah
37
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Fiqih Madrasah Tsanawiyah, ....h. 46
30
dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah. 38
Tabel. 3 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fiqih SMP No Standar Kompetensi 1
Kemampuan
membiasakan
untuk
mencari,
menyerap,
menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang tata cara thaharah, pelaksanaan shalat (wajib, jama’ah, jama’, qashar) serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2
Kemampuan
membiasakan
untuk
mencari,
menyerap,
menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang pelaksanaan shalat sunnah, sujud, puasa, zakat, makanan dan minuman yang halal dan haram serta mampu menggunakannya. 3
Kemampuan
membiasakan
untuk
mencari,
menyerap,
menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang qurban dan aqiqah, ibadah haji dan umrah, shalat jenazah, dan tata cara pernikahan serta mampu mengamalkannnya.
B. Kerangka Berfikir Pendidikan merupakan suatu aktivitas manusia untuk meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi-potensi pribadinya baik rohani maupun jasmani. Dalam hal ini pendidikan Fiqih menjadi sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan Islam. Karena dengan adanya pendidikan Fiqih peserta didik diharapkan dapat melakukan ajaran syari’at dengan benar yang sesuai syariat dan sesuai dengan ajaran rasul Muhammad. Dengan pelajaran Fiqih diharapkan pula peserta didik dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi hamba yang iman dan taqwa.
38
Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004).....h. 151
31
Pendidikan Fiqih merupakan salah satu pendidikan yang intensif diberikan kepada peserta didik mulai dari kanak-kanak hingga dewasa. Secara informal pendidikan Fiqih telah diajarkan oleh para orang tua kepada anakanak mereka. Para orang tua mengajari anak-anaknya bagaimana cara shalat, puasa, wudlu, dan hal lain yang sifatnya masih sederhana yang dapat diberikan kepada anaknya. Sehingga tidaklah heran secara formal pendidikan Fiqih dijadikan sebagai ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pada pendidikan menengah pertama terdapat SMP yang berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional dan MTs yang berada di bawah naungan Kementrian Agama. SMP merupakan sekolah yang lebih bersifat pendidikan umum. Sedangkan MTs merupakan sekolah khas agama Islam yang mempelajari beberapa pelajaran umum ditambah dengan beberapa pelajaran tentang agama Islam. Dengan demikian terdapat perbedaan antara MTs dan SMP. Dalam hal beban dan pengalaman belajar. Dimana siswa SMP beban dan pengalaman belajarnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswa MTs. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar di MA.. Siswa yang sudah pernah mempelajari pelajaran apapun berarti sudah ada kesiapan apabila pelajaran tersebut terdapat lagi pada tingkat pendidikan berikutnya. Karena adanya kesiapan tersebut, maka hasilnyapun akan baik, dan sebaliknya jika tidak ada kesiapan atau kesiapannya lemah, maka hasilnya pun akan lemah. Oleh karena itu, faktor pengalaman atau kesiapan siswa untuk belajar suatu materi pelajaran sangat mempengaruhi prestasi baik atau tidaknya atau dalam istilah lain tinggi atau lemah, maka dalam kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, bahwa latar belakang pendidikan termasuk kedalam upaya untuk mempersiapkan mental dan kejiwaan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada tingkat (jenjang) berikutnya ataupun terhadap pembelajaran suatu materi yang berkelanjutan dan merupakan pengembangan dari pembelajaran sebelumnya. Dalam hal ini, siswa yang berasal dari MTS
32
dapat di pastikan lebih siap dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SMP dalam mengikuti pelajaran Fiqih. Atas dasar pertimbangan diatas, maka dapat diperkirakan bahwa prestasi belajar Fiqih siswa yang berasal dari MTs akan lebih besar atau lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP.
C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian akan dirumuskan sebagai berikut: Ho: Tidak adanya perbedaan secara signifikan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP Ha: Adanya perbedaan secara signifikan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, desain yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif analisis dan analisis komparasional bivariat, yaitu dengan cara mendeskripsikan data, menganalisa, dan membandingkan data dari prestasi belajar antara siswa yang berasal dari SMP dan siswa yang berasal dari MTs dalam mata pelajaran Fiqih di kelas X MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak pada tanggal 1 Maret sampai 30 Juli 2010.
C. Variabel Penelitian Y.W. Best yang disunting oleh samprah Faisal yang disebut dengan variabel adalah kondisi-kondisi atau serentaristik-serentaristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasi dalam suatu penelitian. Sedangkan direktorat pendidikan tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang
33
34
dimaksud dengan variabel penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan peneliti. 1 Penelitian ini terdiri dari satu variabel dengan dua sampel. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Fiqih, sedangkan sampelnya adalah siswa yang berasal dari MTs dan SMP.
D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan manusia atau benda yang dijadikan sumber utama dalam memperoleh data dalam penelitian. Dalam hal ini Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.2 Berdasarkan uraian diatas, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan yang berjumlah 57 Mengingat populasi penelitian ini relatif besar, maka ditetapkanlah penarikan sampelnya. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. 3 Dalam menentukan sampel penelitian ini penulis mengobservasi populasi yang disajikan diatas dengan cara purposive untuk mengetahui siswa lulusan SMP, ternyata hasil observasi tersebut menemukan bahwa siswa lulusan SMP berjumlah 12 orang. kemudian untuk menentukan sampel siswa lulusan MTs penulis menentukannya dengan cara sampel acak sistematis yakni dengan mendata siswa lulusan MTs yang berjumlah 45 orang sebagai sisa dari lulusan SMP dan diacak secara sistematis menggunakan kelipatan tiga dengan mengambil siswa sebanyak 12 orang. Dengan demikian sampelnya adalah siswa kelas X MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan berjumlah 24 siswa. dari 57 siswa atau sekitar 43 %. Berikut hasil penentuan sampel dari populasi yang disajikan dalam bentuk matriks.
1
Chalid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), cet ke-2, h. 118 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet ke-12, h. 108 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek…..h. 109 2
35
Tabel. 4 Hasil Penentuan Sampel Populasi
57
Sampel
%
.24
43 %
Lulusan MTs: 12
21.5 %
Lulusan SMP: 12
21.5 %
Berikut ini adalah nama-nama siswa yang berasal dari SMP
Tabel. 5 Nama-nama Siswa yang Berasal dari SMP NO
NAMA
1
Ahmad Fajrul Fallah
2
Ahmad Nurul Ramadhan
3
Anisa Pratiwi
4
Citra Nurwita
5
Deni Muhammad Akbar
6
Heru Maulana
7
Khomsatunnisa’
8
Muhammad Putra A
9
Muhammad Ridhwan
10
Siti Chotijah
11
Sopian Syah
12
Wilda Farhanah
Berikut ini adalah nama-nama siswa yang berasal dari MTs dan namanama yang di cetak tebal adalah sampel dari siswa yang berasal dari MTs Tabel. 6 Nama-nama Siswa yang Berasal dari MTs NO NAMA 1 Acep Abdalloh Nur 2 Abdul Rahman Rizki 3 Agus Fahmi
36
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Ahmad Hafidz Ahmad Sanusi Alda Chairunnisa Alif Rahmat Asy’ari Amalia shoeha Aninda Annisa Rizkiana Chairil Izhar Choirunnisa’ Cut Novi Indriani Dian Permata Sari Dewo Mukti Fannih Mawaddah Fauziyah Aulia Rahma Fitri Farhanah Hendri Afriliansyah Ismi Laila Rani Isna Chaenani Kholilah Khilda Fauzia Laksmita Oktavia Lailatul Fitriah Muhammad Hanifuddin Muhammad Reza Nadia Hani Nelmi Yanti Nasution Nidha Fahriyah Nirwan Maulana Nurul Sa’diyah Nur Humairah Rachmat Darmawan Raihana Ramdhania Ramdhan Hidayat Rivaldi Fahlepi Rizka Fatma R Puput Mardalena Sarah Wulan Shelia Anggraini Siti Sarah Syaipul Fauzi Tiflan Talbiyatu Rahmah
37
E. Teknik Pengumpul Data Sementara teknik pengumpul data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Angket Angket adalah jenis alat pengumpul data dimana responden yang menjadi sample diminta mengisi pertanyaan atau pernyataan yang disajikan
angket.
mengambil
data
Penggunaan tentang
angket
prestasi
disini
belajar
dimaksudkan Fiqih,
untuk
yaitu
untuk
membandingkan prestasi belajar antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP di MA Manaratul Islam Cilandak. Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen angket prestasi Tabel. 7 Kisi-kisi Instrumen Angket Prestasi Belajar Fiqih Siswa MA Manaratul Islam Cilandak No 1
Komponen Prestasi
Indikator
Belajar Fiqih Minat
Item Pertanyaan
Menyukai pelajaran Fiqih
1, 2, 3, 4, 5, 6
Kehadiran di kelas
dan 20
Mengerti terhadap materi Mengerjakan tugas Pemenuhan kebutuhan 2
Motivasi
Mengulangi pelajaran
7, 8, dan 9
Bertanya di kelas Meminta bantuan 3
Bakat
Lancar membaca Al-Qur’an
10, 11, dan
Nilai akademis
12
Tidak kesulitan 4
Lingkungan sosial
Guru
13, 14, 15,
Orang tua atau keluarga
16, 17, 18, dan 19
38
2. Observasi Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk mengangkat data yang ada di sekolah dengan mengamati secara langsung. Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar penulis mendapatkan data mengenai keikutsertaan siswa dalam proses belajar mengajar dan kondisi obyektif lokasi penelitian. 3. Wawancara Teknik ini penulis gunakan untuk mengetahui sejarah, visi dan misi MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan serta prestasi belajar Fiqih. Untuk itu penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah dan guru Fiqih MA Manaratul Islam Cilandak. Wawancara terhadap guru Fiqih juga terkait pada perbedaan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP. 4. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data tambahan berupa profil sekolah, data guru, dan siswa. F. Teknik Pengolahan, Analisis, dan Interpretasi Data Yang termasuk langkah-langkah dalam pengolahan, analisis dan Interpretasi data adalah: 4 1. Persiapan: Mengecek kelengkapan data dan instrument yang sesuai dengan data yang akan dikumpulkan. 2. Tabulasi data: Mengajukan data yang diperoleh sebagai hasil penelitian. 3. Analisis data: Menganalisa data yang sudah ditabulasikan dengan membandingkan antara satu sampel dengan sampel lainnya. Langkah pertama yamg dilakukan adalah membuat prosentase hasil angket yang telah diperoleh dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi, yaitu: P= P
4
F x 100% N
: Tingkat presentase
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek…..h. 209
39
F
: Frekuensi dari hasil jawaban
N : Jumlah responden Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung perbandingan mean keduanya, mencari standar deviasi keduanya yang kemudian mencari “t” signifikansi 1% dan 5% dan terakhir menginterpretasikan hasil konsultasi “t” tersebut secara akurat sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan uji test “t” untuk menolak atau menerima hipotesis nihil tentang ada atau tidaknya perbedaan dua mean sampel secara signifikan, “t” disini merupakan suatu angka atau koefisien yang melambangkan derajat perbedaan mean kedua kelompok sample yang diteliti. Besarnya “t” sama dengan selisih kedua mean sample, dibagi dengan standar error perbedaan dua sample; atau apabila kita formulasikan kedalam bentuk rumus adalah sebagai berikut: t=
M1 − M 2 SE M1 − M 2
Keterangan: M1
= Mean (nilai rata-rata) hasil belajar Fiqih sampel kelompok 1 (MTs)
M2
= Mean (nilai rata-rata) hasil belajar Fiqih sampel kelompok 2 (SMP)
SE M1 − M 2 = Standar error perbedaan dua mean sample 4. Interpretasi data: terhadap “t” yang telah kita peroleh dari hasil perhitungan (lazim disebut t bservasi dengan diberi lambang t o selanjutnya diberikan interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “t” (Tabel harga kritik ”t”) yang sebelumnya dicari terlebih dahulu dicari derajat kebebasannya (df) atau (db) dengan rumus df atau db = ( N 1 +N 2 − 2 ) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika t o sama dengan atau lebih besar dari pada harta kritik “t” yang tercantum dalam tabel (diberi lambang t t ) maka hipotesis nihil yang
40
mengatakan tidak adanya perbedaan mean dari kedua sampel ditolak, berarti perbedaan mean dari kedua sampel itu adalah perbedaan yang signifikan. 2. Jika t o lebih kecil dari pada t t maka hipotesis nihil yang mengatakan tidak adanya perbedaan mean dari kedua sampel yang bersangkutan disetujui. Berarti perbedan mean dua sampel itu bukanlah perbedaan mean yang signifikan, melainkan perbedaan yang terjadi secara kebetulan saja (by chance) sebagai akibat Sampling Error. 5
5
h. 284
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta Raja: Grafindo Persada, 2007),
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kondisi Riil Objek Penelitian 1. Letak Geografis MA Manaratul Islam terletak di Jalan Madrasah Nomor 12 Gandaria Selatan Cilandak Jakarta Selatan.
2. Profil Madrasah Madrasah lahir seiring dengan berkembangnya agama Islam di suatu tempat, sehingga bentuk madrasah telah mengalami perubahan yang cukup panjang, yaitu dari bentuk yang sangat sederhana sampai dengan bentuk yang sekarang ini. Disamping itu madrasah selalu muncul dari masyarakat, artinya lahirnya madrasah karena masyarakat di suatu tempat memerlukan pendidikan agama, yang kemudian berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa madrasah sebenarnya milik masyarakat, dengan besar dan berkembang di masyarakat. Kita tahu bahwa yang mendirikan madrasah adalah masyarakat, baik melalui bentuk yayasan maupun pribadi-pribadi dengan melalui cara hibah dan wakaf. Dengan demikian dana yang terhimpun juga berasal dari masyarakat yang jumlahnya relatif sangat sederhana.
41
42
Dengan dipelopori oleh para ulama, tokoh masyarakat di wilayah Gandaria dan sekitarnya maka didirikanlah suatu yayasan yang berorientasi kepada pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Yayasan tersebut diberi nama “Yayasan Pendidikan Manaratul Islam“ pada tahun 1949, yang memiliki arti dari “Manaratul” adalah tempat yang dibuat untuk menyiarkan atau menyebarkan suatu berita, dalam bahasa Indonesia berarti menara. Jadi arti Manaratul Islam adalah sebagai suatu wadah atau menara untuk menyiarkan agama Islam. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang didirikan pada tahun 1949, Madrasah Tsanawiyah (MTs) tahun 1967, dan Madrasah Aliyah (MA) yang mulai beroperasi pada 1973. Selain
lembaga
pendidikan
formal,
Yayasan
Pendidikan
Manaratul Islam juga mendirikan Pondok Pesantren Miftahul Ulum pada tahun 1980 sebagai pendukung dalam pengembangan kemampuan siswa dalam pengetahuan agama, khususnya.
3. Visi dan Misi Visi MA Manaratul Islam adalah mewujudkan MA Manaratul Islam sebagai lembaga pendidikan menengah yang terdepan dalam membangun kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual yang berlandaskan ke-Islaman, keimanan, dan ketakwaan. Sedangkan misi dari MA Manaratul Islam adalah sebagai berikut: 1. Mencetak lulusan yang berkualitas dalam akademik, memiliki life skill yang mapan dan berperilaku akhlakul karimah. 2. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan. 3. Terciptanya
suasana
pembelajaran
yang
kondusif,
aktif,
dan
kolaboratif dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. 4. Memberikan pelayanan dan bimbingan yang bermutu, cepat, tepat, dan akurat.
43
4. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH ALIYAH MANARATUL ISLAM TAHUN PELAJARAN 2009/2010 YAYASAN PENDIDIKAN
MANARATUL ISLAM
KEPALA MADRASAH
KOMITE MADRASAH
WAKIL KEPALA MADRASAH
TATA USAHA
BIMBINGAN KONSELING GURU OSIS
SISWA
5. Keadaan Siswa Keadaan siswa MA Manaratul Islam cilandak tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 219 orang siswa, untuk lebih jelasnya lihat pada tabel berikut:
44
Tabel. 8 Keadaan Siswa MA Manaratul Islam Cilandak Menurut Kelas Tahun Ajaran 2009/2010 No
Kelas
Jumlah
1
X
57
2
XI
75
3
XII
87
Jumlah
219
6. Keadaan Guru dan Karyawan Guru didalam sistem pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting, sebab guru merupakan pelaksana langsung dalam proses pembelajaran dan bertanggung jawab dalam ketercapaian pendidikan dengan berbagai macam tujuan-tujuannya. Adapun staff pegawai sangat berarti
sekali
untuk
mengendalikan
dan
melandaskan,
serta
mengorganisasikan dalam rangka kontinuitas proses pendidikan. Table dibawah ini menggambarkan para guru dan staff pegawai MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan. Kepala Madrasah Aliyah Manaratul Islam adalah K. H. Syafi’i Hamzah , Lc, akan tetapi beliau wafat pada tanggal 7 Januari 2010 dan posisi kepala madrasah diambil alih oleh wakil kepala madrasah yaitu Drs. Nurdin Muhammad.
Tabel. 9 Keadaan Guru dan Karyawan MA Manaratul Islam Cilandak No
Nama
Jabatan
Pendidikan Terahir
Mata Pelajaran
1
Drs. Nurdin Muhammad
Wa / BK
S1
Kwn, Al-Qur'an
2
Muslim ZA
Guru
D3
Matematika
3
H. Yakub Ishaq, B.Ac
Guru
D3
Ekonomi
4
H. Abd. Aziz Abbas, LC
Guru
S1
B.Arab, TIK
45
5
H. Mahfudz Syuhud
Guru / BK
S1
Fiqih, Qudits
6
Dra. Hj. Husnah, M.Pd
Guru
S1
B. Inggris, Conversation
7
Drs. Rusdi
Guru
S1
Ekonomi, Sosiologi
8
Abdul Muthalib
Guru
S1
Penjaskes
9
Nur Fadilah, SE
Guru
S1
Akuntansi, Sosiologi
10
Suryanih, S.Ag
Guru
S1
Aqidah, Geografi, AlQur'an
11
Iklima Sari Adam, M.Pd
Guru
S2
Geografi, Qurdits
12
H. Abd. Aziz, S.Hum
Guru
S1
SKI, Sejarah
13
Hj. Fitria Yuliani, S.E.I
Guru
S1
Akuntansi, Sejarah
14
Fitria Rais, S.Pd
Guru
S1
Matematika
15
Titin Ummi Haniek, S.P
Guru
S1
Kimia
16
Hj. Samihah, S.H.I
Guru
S1
Pendalaman Agama
17
Hj. Mursanih, BA
Guru
Sarmud
18
Anita Jundiah, S.Pd
Guru
S1
Biologi
19
Muhammad Reza Suherfy Guru
D3
Fisika
20
Dra Yusneli
Guru
S1
Bahasa Indonesia
21
Nabilah, SPd
Guru
S1
Kimia
22
Shopiah, Spd
Guru
S1
Bahasa Indonesia
23
Abdur Rahman Sofyan
Guru/BK/TU
24
Ahmad Shobari
TU
S1
-
25
Muhtar M Toyyib
Penjaga Madrasah
D2
-
26
Rochmani
Satpam
-
-
SLTA
B. Inggris, Conversation
Muhadlarah, Pendalaman Agama
7. Unit Kegiatan Siswa Untuk menunjang pengembangan prestasi, bakat, dan minat belajar siswa maka perlu diselenggarakannya kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Intrakurikuler:
46
1. Pelatihan kader DAI (Muhadlarah) 2. Tahfidzul Qur’an (Juz Amma dan Surat Wirid 3. Pelatihan operator komputer 4. Keterampilan bahasa inggris Ekstrakurikuler 1. Marawis dan Qasisah 2. Olahraga (Voley, Basket, Badminton, dan tenis meja. 3. Marching Band (Gabungan) 4. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) 5. Palang Merah Remaja (PMR) 6. Paskibra 8. Sarana dan Prasarana MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan memiliki sarana gedung yang cukup memadai yang terdiri dari: 1. Ruang kelas 2. Ruang kantor kepala sekolah, guru, dan karyawan 3. Ruang bimbingan konseling 4. Ruang tata usaha 5. Ruang perustakaan 6. Ruang laboratorium komputer 7. Ruang laboratorium bahasa 8. Ruang laboratorium IPA 9. Ruang UKS 10. Musholla 11. Aula pertemuan 12. Asrama/pondok pesantren 13. Lapangan olahraga dan upacara 9. Kurikulum Kurikulum yang digunakann oleh MA Manaratul Islam mengacu pada kurikulum yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama dan
47
Kementrian Pendidikan Nasional dan dikembangkan dengan pedoman pada visi dan misi madrasah dan pengembangan life-skill. Dengan demikian diharapkan siswa lulusan MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan memiliki kompetensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diiringi dasar ke-Islaman, keimanan, dan ketakwaan yang kokoh dengan mengedepankan akhlakul karimah. Bagi siswa lulusan yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dapat diterima disegala bidang jurusan dan program studi, juga bagi mereka yang ingin mencari pekerjaan, sudah dibekai dengan kemampuan dan keterampilan dasar mencari pekerjaan. Metode dan strategi pembelajaran yang dilaksanakan di MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan menggunakan metode Active Learning dengan sistem penilaian berbasis kompetensi. Diharapkan siswa dapat maksimal dalam menggali pengetahuan dan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
B. Deskripsi Data Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Angket di susun berdasarkan pokok penelitian yang di teliti. Angket yang dibuat terdiri dari 20 item pertanyaan mengenai prestasi belajar Fiqih. Dalam pengolahan data, langkah pertama yang dilakukan adalah menyeleksi data. Data yang disebarkan kepada siswa kelas X yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa yang berasal dari MTs dan 12 siswa yang berasal dari SMP harus dikembalikan dalam jumlah yang sama dan semuanya dapat diolah. Adapun hasil yang diperoleh dari angket terlampir pada lampiran. Kemudian untuk mengetahui prestasi belajar secara keseluruhan, selain menggunakan angket penulis juga menggunakan nilai raport yang berisi ujian tulis dan ujian praktek siswa kemudian di cari rata-ratanya.
48
Tabel. 10 Prestasi Belajar Fiqih MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan Kelas X yang Berasal dari MTs No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Acep Abdallah Nur Ahmad Sanusi Aninda Fauziyah Auliya Rahma Isna Chaerani Lailatul Fitria Nelmi Yanti Novi Indriani Nur Humairah Rifaldi Fahlepi Shelia Anggraini Talbiyatu Rahma
Nilai Angket 60 65 54 53 65 69 67 59 55 61 69 62
Nilai Ujian Tulis 81 65 79 77 79 82 70 75 80 80 73 80
Nilai Ujian Praktek 85 65 78 85 82 88 75 90 82 91 80 88
Rata-rata (X 1 ) 75 65 70 72 75 80 71 75 72 77 74 77
Tabel. 11 Prestasi Belajar Fiqih MA Manaratul Islam Cilandak kelas X yang Berasal dari SMP No
Nama
Nilai Angket
Nilai Ujian Tulis
Nilai Ujian Praktek
Rata-rata (X 2 )
1
Ahmad Fajrul Fallah
57
65
69
64
2
Ahmad Nurul Ramadhan
59
70
70
66
3
Annisa Pratiwi
47
69
71
62
4
Citra Nurwita
46
74
83
68
5
Deni Akbar
60
72
75
69
6
Heru Maulana
62
70
70
67
7
Khomsatun Nisa'
57
78
82
72
8
Muhammad Putra
53
62
65
60
9
Muhammad Ridhwan
59
70
70
66
10
Siti Chotijah
49
71
73
64
11
Shopian Syah
45
63
68
59
12
Wilda Farhanah
62
70
75
69
49
Dari data yang diperoleh dari tabel di atas, maka diperoleh variable X 1 dan X 2 sebagai berikut: Tabel. 12 Deskripsi Variable X 1 dan X 2 Siswa yang Berasal dari MTs
Siswa yang Berasal dari SMP
(Variable X 1 )
( Variable X 2 )
1
75
64
2
65
66
3
70
62
4
72
68
5
75
69
6
80
67
7
71
72
8
75
60
9
72
66
10
77
64
11
74
59
12
77
69
No
C. Analisa dan Interpretasi Data Dari penelitian yang dilakukan kepada sejumlah siswa yang menjadi sampel, penulis melakukan analisa data yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian. Dalam menganalisa data langkah pertama yang penulis lakukan adalah dengan membuat prosentase dari hasil angket yang diperoleh dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi, dalam hal ini disajikan dalam bentuk tabel agar mudah dipahami.
50
Tabel 13 Menyukai Pelajaran Fiqih Siswa dari MTs No 1
Alternatif
Siswa dari SMP
F
Jawaban
%
a. Sangat suka
2
17
b. Suka
10
No 1
Alternatif
F
Jawaban
%
a. Sangat suka
2
17
83
b. Suka
10
83
c. Kurang suka
-
-
c. Kurang suka
-
-
d. Tidak suka
-
-
d. Tidak suka
-
-
12
100
12
100
Pada tabel 13 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs sangat suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 83 %, kurang suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 % dan tidak suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP sangat suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 83 %, kurang suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 % dan tidak suka dengan pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Tabel 14 Hadir pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa dari MTs No 2
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
a. Selalu
10
83
b. Sering
2
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
No
F
Jawaban
%
a. Selalu
9
75
17
b. Sering
3
25
-
-
c. Kadang-kadang
-
-
-
-
d. Tidak Pernah
-
-
12
100
12
100
2
Alternatif
51
Pada tabel 14 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 83 %, sedangkan sering hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, kadang-kadang hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 % dan tidak pernah hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 75 %, sedangkan sering hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, kadang-kadang hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 % dan tidak pernah hadir pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%.
Tabel 15 Mengerti Materi Pelajaran Fiqih Siswa dari MTs No 3
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
-
-
b. Mengerti
11
92
b. Mengerti
6
50
c. Kurang mengerti
1
8
c. Kurang mengerti
6
50
d. Tidak mengerti
-
-
d. Tidak mengerti
12
100
a. Sangat Mengerti
No
Alternatif Jawaban
F
%
3
a. Sangat Mengerti
-
-
-
-
12
100
Pada tabel 15 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs sangat mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 %, sedangkan mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 92 %, kurang mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 8 % dan tidak mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP sangat mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 %,
sedangkan mengerti pada mata
pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 50 %, kurang mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 50 % dan tidak mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%.
52
Tabel 16 Memperhatikan dan Mendengarkan Pelajaran Fiqih Siswa dari MTs No 4
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
a. Selalu
8
67
4
a. Selalu
9
75
b. Sering
-
-
b. Sering
2
17
c. Kadang-kadang
4
33
c. Kadang-kadang
1
8
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
-
-
12
100
12
Pada tabel 16 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 67 %, sedangkan sering memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 %, kadang-kadang memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 33 % dan tidak pernah memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 75 %, sedangkan sering memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, kadang-kadang memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 8 % dan tidak pernah memperhatikan dan mendengarkan pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%.
%
100
53
Tabel 17 Mengerjakan Tugas Fiqih Siswa dari MTs No 5
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
5
a. Selalu
5
42
b. Sering
3
25
a. Selalu
10
83
b. Sering
2
17
c. Kadang-kadang
-
-
c. Kadang-kadang
4
33
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
-
-
12
100
12
100
Pada tabel 17 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu mengerjakan tugas pada pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 83 %, sedangkan sering mengerjakan tugas pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, kadang-kadang mengerjakan tugas pada
mata
pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 % dan tidak pernah mengerjakan tugas pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu mengerjakan tugas pada pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 42 %, sedangkan sering mengerjakan tugas pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, kadang-kadang mengerjakan tugas pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 33 % dan tidak pernah mengerjakan tugas pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Tabel 18 Aktif dalam Diskusi Fiqih Siswa dari MTs No 6
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
a. Selalu
6
50
b. Sering
3
25
c. Kadang-kadang
3
25
d. Tidak pernah
-
-
12
100
No
Alternatif Jawaban
F
6
a. Selalu
3
b. Sering
1
c. Kadang-kadang
7
d. Tidak pernah
1 12
% 25 8 59 8 100
54
Pada tabel 18 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu aktif diskusi pada pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 50 %, sedangkan sering aktif diskusi pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, kadang-kadang aktif diskusi pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 25 % dan tidak pernah aktif diskusi pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu aktif diskusi pada pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, sedangkan sering aktif diskusi pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 8 %, kadang-kadang aktif diskusi pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 59 % dan tidak pernah aktif diskusi pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 8%. Tabel 19 Bertanya ketika Tidak Mengerti Siswa dari MTs No 7
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
7
a. Selalu
-
-
-
-
a. Selalu
3
25
b. Sering
2
17
b. Sering
c. Kadang-kadang
7
58
c. Kadang-kadang
7
58
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
5
42
12
100
12
100
Pada tabel 19 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu bertanya ketika tidak mengerti pada pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, sedangkan sering bertanya ketika tidak mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, kadang-kadang bertanya ketika tidak mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 58 % dan tidak pernah bertanya ketika tidak mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu bertanya ketika tidak mengerti pada pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 %, sedangkan sering bertanya ketika tidak mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 %, kadang-kadang bertanya ketika tidak
55
mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 58 % dan tidak pernah bertanya ketika tidak mengerti pada mata pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 42%.
Tabel 20 Mengulangi Pelajaran Fiqih di Rumah Siswa dari MTs No 8
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
8
a. Selalu
-
-
-
-
a. Selalu
1
8
b. Sering
2
17
b. Sering
c. Kadang-kadang
8
67
c. Kadang-kadang
9
75
d. Tidak pernah
1
8
d. Tidak pernah
3
25
12
100
12
100
Pada tabel 20 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu mengulangi pelajaran Fiqih dirumah dengan prosentase sebesar 8 %, sedangkan sering mengulangi mata pelajaran Fiqih di rumah dengan prosentase sebesar 17 %, kadang-kadang mengulangi mata pelajaran Fiqih dirumah dengan prosentase sebesar 67 % dan tidak pernah mengulangi pelajaran Fiqih dirumah dengan prosentase sebesar 8%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu mengulangi pelajaran Fiqih dirumah dengan prosentase sebesar 0 %, sedangkan sering mengulangi mata pelajaran Fiqih di rumah dengan prosentase sebesar 0 %, kadang-kadang mengulangi
mata
pelajaran Fiqih dirumah dengan prosentase sebesar 75 % dan tidak pernah mengulangi pelajaran Fiqih di rumah dengan prosentase sebesar 25%.
56
Tabel 21 Meminta Bantuan Ketika kesulitan Belajar Fiqih Siswa dari MTs No 9
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
a. Selalu
6
b. Sering
1
c. Kadang-kadang
5
d. Tidak pernah
12
% 50
No
Alternatif Jawaban
F
%
9
a. Selalu
1
8
b. Sering
1
8
c. Kadang-kadang
9
d. Tidak pernah
1
8
12
100
8 42
100
76
Pada tabel 21 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 50 %, sedangkan sering meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 8 %, kadang-kadang meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 42 % dan tidak pernah meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 8%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 8 %, sedangkan sering meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 8 %, kadang-kadang meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 76 % dan tidak pernah meminta bantuan ketika kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 8%. Tabel 22 Lancar Membaca Al-Qur’an Siswa dari MTs No 10
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
10
a. Sangat lancar
1
8
b. lancar
6
8
a. Sangat lancar
3
25
b. lancar
9
75
c. Kurang lancar
-
-
c. Kurang lancar
3
d. Tidak lancar
-
-
d. Tidak lancar
2
8
12
100
12
100
76
57
Pada tabel 22 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs sangat lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 25 %, sedangkan lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 75 %, kurang lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 0 % dan tidak lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP sangat lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 8 %, sedangkan lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 8 %, kurang lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 76 % dan tidak lancar membaca Al-Quran dengan prosentase sebesar 8%.
Tabel 23 Mendapat Nilai Baik dalam Mata Pelajaran Agama Sebelumnya Siswa dari MTs No 11
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
11
a. Selalu
3
25
a. Selalu
5
42
b. Sering
5
42
b. Sering
5
42
c. Kadang-kadang
2
16
c. Kadang-kadang
4
33
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
-
-
12
100
12
100
Pada tabel 23 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu mendapat nilai yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 42 %, sedangkan sering mendapat nilai yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 42 %, kadangkadang mendapat nilai yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 16 % dan tidak pernah mendapat nilai yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu mendapat nilai yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 25 %, sedangkan sering mendapat nilai yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 42 %, kadang-kadang mendapat nilai
58
yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 33 % dan tidak pernah mendapat nilai yang baik pada mata pelajaran agama sebelumnya dengan prosentase sebesar 0%.
Tabel 24 Tidak Merasa Kesulitan Belajar Fiqih Siswa dari MTs No 12
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
1
8
12
a. Selalu
3
25
b. Sering
10
84
b. Sering
7
58
c. Kadang-kadang
1
8
c. Kadang-kadang
2
17
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
-
-
12
100
12
100
Pada tabel 24 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu tidak merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 8 %, sedangkan sering tidak merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 84 %, kadang-kadang tidak merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 8 % dan selalu merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu tidak merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, sedangkan sering tidak merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 58 %, kadang-kadang tidak merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 17 % dan selalu merasa kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 0%.
59
Tabel 25 Guru Fiqih Memberi Saran Ketika Mendapatkan Kesulitan Belajar Siswa dari MTs No 13
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
4
33
13
a. Selalu
3
25
b. Sering
2
17
b. Sering
4
33
c. Kadang-kadang
6
50
c. Kadang-kadang
3
25
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
2
17
12
100
12
100
Pada tabel 25 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs menyatakan bahwa selalu mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 33 %, sedangkan sering mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, kadang-kadang mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 50 % dan tidak pernah mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP menyatakan bahwa selalu mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, sedangkan sering mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 33 %, kadang-kadang mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 25 % dan tidak pernah mendapatkan saran dari guru Fiqih ketika mendapatkan kesulitan belajar Fiqih dengan prosentase sebesar 17%
60
Tabel 26 Kesesuaian Materi yang diuji dengan Materi yang dipelajari Siswa dari MTs No 14
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
3
25
14
a. Selalu
4
33
b. Sering
2
17
b. Sering
4
33
c. Kadang-kadang
7
58
c. Kadang-kadang
4
33
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
-
-
12
100
12
100
Pada tabel 26 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs menyatakan bahwa materi yang diujikan selalu sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 25 %, sedangkan materi yang diujikan sering sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 17 %, materi yang diujikan kadang-kadang sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 58 % dan materi yang diujikan tidak pernah sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 0%. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP menyatakan bahwa materi yang diujikan selalu sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 33 %, sedangkan materi yang diujikan sering sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 33 %, materi yang diujikan kadang-kadang sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 33 % dan materi yang diujikan tidak pernah sesuai dengan yang mereka pelajari dengan prosentase sebesar 0%.
61
Tabel 27 Guru Fiqih Mengetahui Latar Belakang Pendidikan Siswa Siswa dari MTs
Siswa dari SMP
No
Alternatif Jawaban
F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
15
a. Sangat mengetahui
2
17
15
a. Sangat mengetahui
-
-
b. Mengetahui
7
58
b. Mengetahui
3
25
c. Kurang mengetahui
-
-
c. Kurang mengetahui
2
17
d. Tidak mengetahui
3
25
d. Tidak mengetahui
7
58
12
100
12
100
Pada tabel 27 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs menyatakan bahwa guru Fiqih sangat mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase sebesar 17 %, sedangkan guru Fiqih mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase sebesar 58 %, guru Fiqih kurang mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase sebesar 0 % dan guru Fiqih tidak mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase sebesar 3 %. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP menyatakan bahwa guru Fiqih sangat mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase sebesar 0 %, sedangkan guru Fiqih mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase sebesar 25 %, guru Fiqih kurang mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase sebesar 17 % dan guru Fiqih tidak mengetahui latar belakang pendidikan mereka dengan prosentase 58 %. Tabel 28 Guru Fiqih Memberi Kesempatan Bertanya Siswa dari MTs No 16
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
6
50
15
a. Selalu
5
42
b. Sering
3
25
b. Sering
5
42
c. Kadang-kadang
3
25
c. Kadang-kadang
1
8
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
1
8
12
100
12
100
62
Pada tabel 28 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs menyatakan bahwa guru Fiqih selalu memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 50 %, sedangkan guru Fiqih sering memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 25 %, guru Fiqih kadangkadang memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 25 % dan guru Fiqih tidak pernah memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 0 %. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP menyatakan bahwa guru Fiqih selalu memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 42 %, sedangkan guru Fiqih sering memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 42 %, guru Fiqih kadang-kadang memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 8 % dan guru Fiqih tidak pernah memberikan kesempatan bertanya dengan prosentase sebesar 8 %.
Tabel 29 Guru Fiqih Memberi Motivasi Belajar Siswa dari MTs No 17
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
5
42
17
a. Selalu
6
50
b. Sering
3
25
b. Sering
3
25
c. Kadang-kadang
3
25
c. Kadang-kadang
1
8
d. Tidak pernah
1
8
d. Tidak pernah
2
17
12
100
12
100
Pada tabel 29 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs menyatakan bahwa guru Fiqih selalu memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 42 %, sedangkan guru Fiqih sering memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 25 %, guru Fiqih kadang-kadang memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 25 % dan guru Fiqih tidak pernah memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 8 %. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP menyatakan bahwa guru Fiqih selalu memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 50 %, sedangkan
63
guru Fiqih sering memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 25 %, guru Fiqih kadang-kadang memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 8 % dan guru Fiqih tidak pernah memberikan motivasi belajar dengan prosentase sebesar 17 %.
Tabel 30 Orang Tua Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa dari MTs No 18
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
5
42
18
a. Selalu
2
17
b. Sering
3
25
b. Sering
2
17
c. Kadang-kadang
3
25
c. Kadang-kadang
7
58
d. Tidak pernah
1
8
d. Tidak pernah
1
8
12
100
12
100
Pada tabel 30 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs menyatakan bahwa orang tua selalu membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 42 %, sedangkan orang tua sering membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 25 %, orang tua kadang-kadang membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 25 % dan orang tua tidak pernah membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 8 %. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP menyatakan bahwa orang tua selalu membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 17 %, sedangkan orang tua sering membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 17 %, orang tua kadang-kadang membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 58 % dan orang tua tidak pernah membantu kesulitan belajar dengan prosentase sebesar 8 %.
64
Tabel 31 Orang Tua Memperhatikan Kegiatan Belajar Siswa dari MTs No 19
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
6
50
19
a. Selalu
4
33
b. Sering
2
17
b. Sering
5
42
c. Kadang-kadang
4
33
c. Kadang-kadang
3
25
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
-
-
12
100
12
100
Pada tabel 31 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs menyatakan bahwa orang tua selalu memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 50 %, sedangkan orang tua sering memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 17 %, orang tua kadang-kadang memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 33 % dan orang tua tidak pernah memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 0 %. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP menyatakan bahwa orang tua selalu memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 33 %, sedangkan orang tua sering memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 42 %, orang tua kadang-kadang memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 25 % dan orang tua tidak pernah memperhatikan kegiatan belajar dengan prosentase sebesar 0 %. Tabel 32 Berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih Siswa dari MTs No 20
Alternatif Jawaban
Siswa dari SMP F
%
No
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
6
50
20
a. Selalu
5
42
b. Sering
2
17
b. Sering
3
25
c. Kadang-kadang
4
33
c. Kadang-kadang
4
33
d. Tidak pernah
-
-
d. Tidak pernah
-
-
12
100
12
100
65
Pada tabel 32 menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari MTs selalu berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 50 %, sedangkan sering berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 17 %, kadang-kadang berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 33 % dan tidak pernah berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0 %. Sedangkan siswa yang berasal dari SMP selalu berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 42 %, sedangkan sering berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 25 %, kadang-kadang berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 33 % dan tidak pernah berusaha untuk mendalami pelajaran Fiqih dengan prosentase sebesar 0%. Langkah berikutnya penulis menggunakan rumus test “t” untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP. Dalam rangka memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut terlebih dahulu penulis kemukakan kembali pengajuan hipotesis yang telah di cantumkan pada bab II. Ho: Tidak adanya perbedaan secara signifikan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP Ha: Adanya perbedaan secara signifikan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP Langkah kedua, penulis lakukan perhitungan untuk memperoleh mean dan standar deviasi (SD), dengan bantuan tabel perhitungan di bawah ini:
66
Tabel. 34 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan SD Variabel X1
X2
Deviasi (x 1 )
75
64
+1,417
-1,5
2,007889
2,25
65
66
-8,583
0,5
73,667889
0,25
70
62
-3,583
-3,5
12,837889
12,25
72
68
-1,583
2,5
2,505889
6,25
75
69
+1,417
3,5
2,007889
12,25
80
67
+6,417
1,5
41,177889
2,25
71
72
-2,583
6,5
6,671889
42,25
75
60
+1,417
-5,5
2,007889
30,25
72
66
-1,583
0,5
2,505889
0,25
77
64
+3,417
-1,5
11,675889
2,25
74
59
+0,417
-6,5
0,173889
42,25
77
69
+3,417
3,5
11,675889
12,25
_
_
∑X
∑X
1 = 883
2 = 786
Mencari mean variabel X 1 ( M 1 ) =
Mencari mean variabel X 2 ( M 2 ) =
Deviasi (x 2 )
(x 1 ) 2
(x 2 ) 2
∑x
1
2
=166,90
8779 =167
∑X
1
=
883 = 73,583 12
2
=
786 = 65,5 12
N
∑X N
Mencari deviasi ( x 1 dan x 2 ) dengan menggunakan rumus x = X - M x Mencari SD variabel X 1 dengan menggunakan rumus: SD 1 =
∑x
2
1
=
N
167 = 13,9167 12
Mencari SD variabel X 2 dengan menggunakan rumus: SD 2 =
∑x N
2 2
=
165 = 13,75 12
∑x
2 2
=165
67
Dengan diperolehnya SD 1 dan SD 2 maka selanjutnya dapat dicari standard Error dari M 1 dan standard error dari M 2 SE M 1 =
SE M 2 =
SD1 N1 − 1 SD2 N2 −1
=
13,9167
=
13,75
12 − 1 12 − 1
=
13,9167
=
13,75
11
11
=
=
13,9167 = 4,196 3,3166
13,75 = 4,343 3,3166
Setelah berhasil diperoleh SE M 1 dan SE M 2 , maka langkah berikutnya adalah mencari standar error perbedaan antara M 1 dan M 2
SE M 1− M 2 = SE M 1 + SE M 2 = 4,196 2 + 4,343 2 = 17,606 + 18,861 = 36,467 = 6.0388 2
2
Dengan diperolehnya SE M 1− M 2 akhirnya dapat diketahui harga t 0 yaitu: t0 =
M 1 − M 2 73,583 − 65,5 8,083 = = = 1,339 SE M 1−M 2 6,038 6,038
Langkah berikutnya, memberikan interpretasi terhadap t 0 Df = ( N 1 +N 2 − 2 ) = (12 +12 -2) = 22 Dengan df sebesar 22 kita berkonsultasi dengan nilai tabel “t”, baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1 %. Ternyata bahwa: Pada taraf signifikansi 5%, t tabel = 2,07 Pada taraf signifikansi 1%, t tabel = 2,82 Karena t 0 telah kita peroleh sebesar 1,339; sedangkan t t = 2,07 dan 2,82 maka t 0 lebih kecil dari t t , baik pada taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %. Dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan Tidak adanya perbedaan secara signifikan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP diterima atau disetujui dan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP ditolak.
68
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP. Apabila dianalisis lebih lanjut hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah minat dan motivasi belajar sebagai faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP dalam mata pelajaran Fiqih sangat baik dan tidak jauh berbeda dengan minat dan motivasi belajar siswa yang berasal dari MTs. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang telah di deskripsikan sebelumnya. MA Manaratul Islam merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berdiri dibawah naungan pondok pesantren dan hampir 90 % siswa disana bermukim dan belajar ilmu-ilmu agama di pondok pesantren. Lingkungan dimana siswa belajar sangat mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar ilmu-ilmu agama termasuk mata pelajaran Fiqih. Mata pelajaran Fiqih disana juga diajarkan oleh guru yang profesional dan di dukung pula dari latar belakang pendidikan guru tersebut yang sejak kecil mengenyam pendidikan selama bertahun-tahun di pesantren. Selain itu sistem pembelajaran MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan juga sangat baik dan di sana juga diajarkan mata pelajaran tambahan yang dapat mendukung mata pelajaran agama seperti mata pelajaran pendalaman agama, muhadlarah, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan beberapa faktor eksternal yang menyebabkan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah penulis lakukan, maka sampailah kepada penarikan kesimpulan. Bahwa 1. Prestasi belajar Fiqih MA Manaratul Islam siswa yang berasal dari MTs dan SMP cukup bagus. 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP. Ini diketahui dengan jalan mengkonsultasikan harga ”t” yang tercantum pada tabel. Harga ”t” yang diperoleh dalam perhitungan yang telah dilakukan (1,339) lebih kecil dari pada harga ”t” yang tercantum pada tabel dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (2,07) maupun pada taraf signifikansi 1 % (2,82) Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya minat dan motivasi belajar siswa yang berasal dari SMP tidak terlalu berbeda dengan minat dan motivasi belajar siswa yang berasal dari MTs yang merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tenaga pendidik yang profesional dan berlatar belakang pendidikan pesantren, sekolah yang mempunyai mata pelajaran tambahan berupa mata pelajaran pendalaman agama dan lain-lain serta tempat tinggal siswa di pesantren merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
69
70
B. Saran Sebagaimana telah penulis sebutkan pada bagian awal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar Fiqih siswa MA Manaratul Islam yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP dan juga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari Madrasah Tsanawiyah dan siswa yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama. Selain itu juga dalam rangka mematangkan pengetahuan penulis serta mempertajam daya analisis terhadap permasalahan yang penulis ajukan. Selanjutnya penulis hendak memberikan saran atau hasil dari penelitian yang telah dilakukan kepada beberapa pihak terkait dengan penelitian ini, antara lain: 1. Kepala Madrasah MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan, Bapak Drs. Nurdin Muhammad agar lebih meningkatkan supervisi terhadap proses kegiatan belajar mengajar Fiqih di kelas. 2. Kepada guru Fiqih untuk lebih meningkatkan kualitas pengajarannya baik dari segi metode, media, pendekatan, serta model pembelajaran agar peserta didik dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih bagus dari sebelumnya. 3. Kepada pihak pengelola pesantren agar mempertahankan pembelajaranpembelajaran agama yang dapat mendukung prestasi belajar Fiqih di sekolah. 4. Untuk para murid agar lebih giat lagi belajar dan meningkatkan prestasi belajar Fiqih. 5. Kepada pihak yang ingin melakukan penelitian pendidikan, penulis menyarankan
agar
mengadakan
penelitian
yang
sejenis
dengan
permasalahan yang penulis bahas akan tetapi mencari lokus penelitian yang bukan lingkungan pesantren.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003 Arifin, H. M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Crow & Crow, Psikologi Pendidikan, Surabaya: Bina Ilmu, 1984 Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Fiqih Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004 Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqih Madrasah Aliyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2003 Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005 Hasan, Karnadi, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiah IAIN Walisongo Semarang, 2001 Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995 Majid, Abdul, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980 Narbuko, Chalid, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1999 Nashiruddin Al-Albani, Muhammad, Ringkasan Shahih Baukhori, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004 Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Karya, 1985 Ramayulis, Metodologi Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia: 1994
71
72
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995 Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta Raja: Grafindo Persada, 2007 Station, Thomas F, Cara Mengajar dengan hasil yang baik, Bandung Diponegoro, 1978 Sumadi,Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1989 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995 Thabrani, Hasbullah, Rahasia Sukses Belajar Jakarta: Raja Grafindo Persada 1995 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988 Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1999 Usman, Moch. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo 1991 Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005
BERITA WAWANCARA
Pelaksanaan
: Selasa, 29 Juni 2010
Nama
: H. Mahfudz Syuhud, S. Pd.I
Jabatan
: Guru bidang studi Fiqih
1. Apa latar belakang pendidikan bapak? 2. Apa posisi atau jabatan bapak di MA Manaratul Islam? 3. Berapa jumlah siswa di kelas X MA Manaratul Islam? Berapa siswa yang berasal dari MTs dan berapa pula jumlah siswa yang berasal dari SMP? 4. Bagaimana prestasi belajar Fiqih MA Manaratul Islam khususnya kelas X? 5. Menurut bapak apakah ada pengaruh perbedaan latar belakang pendidikan antara siswa yang berasal dari MTs dan siswa yang berasal dari SMP? apa sebabnya?
HASIL WAWANCARA
1. Latar belakang pendidikan saya adalah Sarjana pendidikan Islam (S. Pd. I) 2. Posisi saya di MA Manaratul Islam adalah sebagai guru bidang studi Fiqih dan Qur’an Hadist sekaligus menjabat sebagai guru BK 3. Jumlah siswa MA Manaratul Islam Cilandak tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 219 orang siswa. Siswa kelas X berjumlah 57 siswa. Siswa yang berasal dari MTs berjumlah 45 orang dan siswa yang berasal dari SMP berjumlah 12 orang. 4. Prestasi belajar Fiqih kelas X cukup baik karena mereka selain mendapatkan pelajaran Fiqih di sekolah mereka juga mendapatkan ilmu-ilmu agama di pondok pesantren. 5. Saya kira untuk awal masuk prestasi belajar Fiqih siswa yang berasal dari MTs sedikit lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang berasal dari SMP. Akan tetapi perbedaan itu sedikit demi sedikit hilang karena siswa MA Manaratul Islam rata-rata bermukim di pesantren termasuk didalamnya adalah siswa yang berasal dari SMP, dan saya kira itu sangat mendukung mereka untuk meningkatkan prestasi belajar ilmu-ilmu agama termasuk pelajaran Fiqih. Selain itu di MA Manaratul Islam juga diberikan pelajaran tambahan tentang ilmu-ilmu agama seperti mata pelajaran pendalaman agama, Muhadlarah
dan
lain
sebagainya
yang
didalamnya
sedikit
banyak
menyinggung persoalan tentang Fiqih.
Jakarta, 29 Juni 2010
Pewawancara
(Aimmatul Hasanah)
Responden
(H. Mahfudz Syuhud, S.Pd.I)
DAFTAR QUESTIONER TENTANG PRESTASI BELAJAR FIQIH MA MANARATUL ISLAM KELAS X Biodata Responden Nama Lengkap
:
Kelas
:
Jenis Kelamin
:
Asal Sekolah
: MTs/SMP
Petunjuk Pengisian 1. Mohon di jawab semua pertanyaan di bawah ini dengan sejujurjujurnya dengan mengisi jawaban sesuai dengan hati nurani anda dengan memberikan tanda silang (
) pada salah satu jawaban: a, b,
c, atau d yang cocok dengan hati nurani anda. 2. Jawaban anda pada daftar questioner ini merupakan indikator yang sangat penting bagi penelitian kami. Atas kesediaan anda mengisi daftar isian ini kami ucapkan terima kasih. 1. Apakah anda menyukai pelajaran Fiqih? a. sangat suka
b. suka
c. kurang suka
d. tidak suka
2. Apakah anda hadir pada mata pelajaran Fiqih? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
3. Apakah anda mengerti terhadap setiap materi Fiqih yang disampaikan? a. sangat mengerti b. mengerti
c. kurang mengerti
d. tidak mengerti
4. Ketika KBM berlangsung, apakah anda memperhatikan dan mendengarkan setiap penjelasan yang disampaikan guru Fiqih anda? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
5. Apakah anda mengerjakan setiap tugas Fiqih yang diberikan oleh guru Fiqih anda? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
6. Apakah anda aktif dalam kelompok belajar atau diskusi khususnya pada pelajaran Fiqih? a. selalu
b.sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
7. Apakah anda bertanya ketika ada materi yang kurang anda mengerti pada pelajaran Fiqih? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
8. Ketika dirumah apakah anda mengulang pelajaran Fiqih yang disampaikan dikelas? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
9. Ketika merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas Fiqih apakah anda meminta bantuan teman anda yang lebih bisa? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
10. Apakah anda lancar membaca Al-Qur’an? a. sangat lancar
b. lancar
c. kurang lancar
d. tidak lancar
11. Sebelum masuk ke sekolah ini apakah anda mendapatkan nilai yang baik pada mata pelajaran agama? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
12. Apakah anda tidak merasa kesulitan dalam belajar Fiqih? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
13. Ketika merasa kesulitan apakah guru Fiqih anda memberi saran? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
14. Apakah materi yang diujikan sesuai dengan materi yang sudah kalian pelajari? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
15. Apakah guru Fiqih anda mengetahui latar belakang pendidikan anda? a. sangat mengetahui b. mengetahui c.tidak mengetahui d. kurang mengetahui 16. Ketika KBM berlangsung apakah guru Fiqih anda memberikan kesempatan bertanya? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
17. Apakah guru Fiqih anda memberikan motivasi untuk belajar lebih giat? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
18. Ketika menemui kesulitan dalam belajar Fiqih apakah orang tua anda membantu mengatasinya? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
19. Apakah orang tua anda memperhatikan kegiatan belajar anda ketika dirumah? a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
20. Terhadap pelajaran Fiqih apakah anda pernah berusaha untuk mendalaminya? a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
BERITA WAWANCARA
Pelaksanaan
: Selasa, 29 Juni 2010
Nama
: Drs.Nurdin Muhammad
Jabatan
: Kepala sekolah
1. Kapan didirikannya MA Manaratul Islam? 2. Siapa yang mempelopori atau mendirikan MA Manaratul Islam? 3. Apa yang menjadi dasar atau alasan didirikannya MA Manaratul Islam? 4. Apa visi dan misi MA Manaratul Islam? 5. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana pendidikan di MA Manaratul Islam?
HASIL WAWANCARA
1. Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan didirikan pada tahun 1973 yang berada dibawah naungan yayasan Manaratul Islam yang berdiri pada tahun 1949. Selain Madrasah Aliyah yayasan Manaratul Islam juga menyelenggarakan pendidikan tingkat dasar yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Manaratul Islam yang didirikan pada tahun 1949, dan pendidikan tingkat menengah pertama yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Manaratul Islam tahun 1967. Selain lembaga pendidikan formal, Yayasan Pendidikan Manaratul Islam juga mendirikan Pondok Pesantren Miftahul Ulum pada tahun 1980 sebagai
pendukung
dalam
pengembangan
kemampuan
siswa
dalam
pengetahuan agama, khususnya. 2. Yang mempelopori / mendirikan MA Manaratul Islam adalah para pengurus yayasan MA Manaratul Islam yaitu para ulama dan tokoh masyarakat di wilayah Gandaria dan sekitarnya. 3. Yang menjadi dasar / alasan didirikannya MA Manaratul Islam adalah sebagai rasa tanggung jawab masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengajarkan ilmu-ilmu agama melalui penyelenggaraan pendidikan dan sebagai lanjutan jenjang pendidikan menengah yang telah dimiliki yayasan Manaratul Islam yaitu MTs Manaratul Islam. 4. Visi MA Manaratul Islam adalah mewujudkan MA Manaratul Islam sebagai lembaga pendidikan menengah yang terdepan dalam membangun kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual yang berlandaskan ke-Islaman, keimanan, dan ketakwaan. Sedangkan misi dari MA Manaratul Islam adalah sebagai berikut: a. Mencetak lulusan yang berkualitas dalam akademik, memiliki life skill yang mapan dan berperilaku akhlakul karimah. b. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan. c. Terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif, aktif, dan kolaboratif dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.
d. Memberikan pelayanan dan bimbingan yang bermutu, cepat, tepat, dan akurat. 5. MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta selatan memiliki sarana gedung yang cukup memadai yang terdiri dari: Ruang kelas, ruang kantor kepala sekolah, guru, dan karyawan, ruang bimbingan konseling, ruang tata usaha, ruang perustakaan, ruang laboratorium computer, ruang laboratorium bahasa, ruang laboratorium IPA, ruang UKS, musholla, aula pertemuan, asrama/pondok pesantren, dan lapangan olahraga dan upacara. Selain itu MA Manaratul Islam dalam segi media juga sudah mempunyai proyektor, infokus yang dapat mendukung proses belajar mengajar.
Jakarta, 29 juni 2010
Pewawancara
Responden
(Aimmatul Hasanah)
(Drs. Nurdin Muhammad)
PRESTASI BELAJAR SISWA MA MANARATUL ISLAM KELAS X YANG BERASAL DARI MTs
No
Butir Soal
Nama
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
Acep Abdallah Nur
3
4
3
4
3
3
2
3
2
3
4
3
2
3
3
3
4
3
2
3
60
2
Ahmad Sanusi
4
4
3
4
4
2
4
2
2
3
4
4
2
4
1
4
2
4
4
4
65
3
Aninda
3
4
2
2
4
4
2
2
2
3
2
3
4
2
3
2
2
2
2
4
54
4
Fauziyah Auliya Rahma
3
4
3
4
4
4
2
1
2
3
3
2
2
2
4
3
2
1
2
2
53
5
Isna Chaerani
3
4
3
2
4
4
4
2
4
3
4
3
2
2
3
4
4
4
4
2
65
6
Lailatul Fitria
3
4
3
2
4
4
3
4
4
4
4
3
4
2
3
2
4
4
4
4
69
7
Nelmi Yanti
4
4
3
4
4
4
2
3
4
4
3
3
3
4
1
4
4
3
2
4
67
8
Novi Indriani
3
3
3
2
4
2
2
2
4
3
2
3
2
4
3
4
1
4
4
4
59
9
Nur Humairah
3
3
3
4
3
2
2
2
2
3
3
3
2
3
4
2
3
2
3
3
55
10
Rifaldi Fahlepi
3
4
3
4
4
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4
2
61
11
Shelia Anggraini
3
4
3
4
4
3
4
2
4
3
3
3
4
2
3
4
4
4
4
4
69
12
Talbiyatu Rahma
3
4
3
4
4
4
2
2
4
4
4
3
4
2
1
4
3
2
3
2
62
38
46 35
40
46
39 32
27
37 39
39
36 34 32 32 39 36 36 38 38
739
Jumlah
PRESTASI BELAJAR SISWA MA MANARATUL ISLAM KELAS X YANG BERASAL DARI SMP
No
Butir Soal
Nama 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah
1 Ahmad Fajrul Fallah
3
3
3
3
2
4
2
2
2
4
3
4
2
4
1
3
2
4
3
3
57
2 Ahmad Nurul Ramadhan
3
4
2
4
4
2
1
2
2
2
2
4
3
4
3
4
4
3
3
3
59
3 Annisa Pratiwi
3
4
3
4
2
2
1
1
2
3
3
3
1
2
1
3
1
2
4
2
47
4 Citra Nurwita
3
4
2
4
2
2
1
2
2
3
3
4
1
2
1
2
1
2
3
2
46
5 Deni Akbar
3
4
3
4
3
4
2
2
3
1
2
2
4
3
1
4
4
3
4
4
60
6 Heru Maulana
4
3
3
4
4
2
2
2
2
3
4
2
4
3
3
3
4
2
4
4
62
7 Khomsatun Nisa'
3
4
3
4
3
1
2
2
2
3
4
3
3
3
1
4
4
2
2
4
57
8 Muhammad Putra
4
4
2
2
4
2
2
2
2
2
2
3
3
2
1
4
4
2
2
4
53
9 Muhammad Ridhwan
3
4
2
4
4
2
1
1
4
3
3
3
2
3
2
3
4
4
4
3
59
10 Siti Chotijah
3
3
2
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
2
1
3
2
2
3
2
49
11 Shopian Syah
3
4
2
4
2
2
1
1
1
1
2
3
4
4
3
1
2
1
2
2
45
12 Wilda Farhanah
3
4
3
4
4
4
2
2
2
3
4
3
2
4
2
4
3
2
3
4
62
Jumlah
38
45
30
44
37 30 19
35 37 32 36 20 38 35 29 37 37
656
21 26 30
NILAI RAPOR KELAS X - A SEMESTER GANJIL MA MANARATUL ISLAM CILANDAK JAKARTA SELATAN
No
Nama
Nilai Ujian Tertulis
Nilai Ujian Praktek
1
Abdul Rahman Rizki
70
70
2
Agus Fahmi
76
79
3
Ahmad Hafidz
77
75
4
Alda Chairunnisa
78
76
5
Alif Rahmat Asy’ari
65
73
6
Anisa Pratiwi
69
71
7
Citra Nurwita
74
83
8
Chairil Izhar
70
70
9
Dian Permata Sari
77
78
10
Dewo Mukti
78
77
11
Fauziyah Aulia Rahma
77
85
12
Hendri Afriliansyah
67
73
13
Heru Maulana
70
70
14
Khomsatunnisa’
78
82
15
Lailatul Fitriah
82
88
16
Laksmita Oktavia
72
75
17
Muhammad Putra A
62
65
18
Muhammad Reza
67
69
19
Nelmi Yanti Nasution
70
75
20
Nur Humairah
80
82
21
Rachmat Darmawan
81
79
22
Raihana Ramdhania
80
85
23
Rizka Fatma R
76
78
24
Puput Mardalena
66
70
25
Shelia Anggraini
73
80
26
Talbiyatu Rahmah
80
88
27
Tiflan
77
79
28
Amalia Sholehah
67
65
Mengetahui
Guru bidang studi Fiqih
Kepala Madrasah
H. Mahfudz Syuhud, S. Pd. I
Drs. Nurdin Muhammad NIP. 195804041986031005
NILAI RAPOR KELAS XB SEMESTER GANJIL MA MANARATUL ISLAM CILANDAK JAKARTA SELATAN
No
Nama
Nilai Ujian Tertulis
Nilai Ujian Praktek
1
Acep Abdalloh Nur
81
85
2
Fajrul Fallah
65
69
3
A. Nurul Ramadhan
70
70
4
Ahmad Sanusi
65
65
5
Aninda
79
78
6
Annisa Rizkiana
79
84
7
Choirunnisa’
70
71
8
Cut Novi Indriani
75
90
9
Deni M. Akbar
72
75
10
Fitri Farhanah
80
87
11
Fannih Mawaddah
70
76
12
Ismi Laila Rani
75
83
13
Isna Chaenani
79
82
14
Kholilah
72
74
15
Khilda Fuuzia
77
83
16
M. Hanifuddin
75
85
17
Nidha Fahriyah
72
76
18
Nirwan Maulana
80
85
19
Nurul Sa’diyah
70
70
20
Ramdhan Hidayat
80
83
21
Rivaldi Fahlepi
80
91
22
Sarah Wulan
80
80
23
Siti Chotijah
71
73
24
Siti Sarah
70
78
25
Sopian Syah
63
68
26
Syaipul Fauzi
77
79
27
Wilda Farhanah
70
75
28
Nadia Hani
70
70
29
Muhammad Ridhwan
70
70
Mengetahui
Guru bidang studi Fiqih
Kepala Madrasah
H. Mahfudz Syuhud, S. Pd. I
Drs. Nurdin Muhammad NIP. 195804041986031005
SURAT KETERANGAN Nomor:
Kepala Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak dengan ini menerangkan bahwa:
Nama
: Aimmatul Hasanah
NIM
: 106011000002
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Semester
: VIII ( Delapan)
Tahun akademik
: 2009/2010
Adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah mengadakan penelitian pada Madrasah Aliyah Manaratul Islam Cilandak dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul: “Prestasi Belajar Fiqih MA Manaratul Islam Cilandak Jakarta Selatan (Analisis Perbedaan antara Siswa yang Berasal dari MTs dan Siswa yang Berasal dari SMP)”.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat di pergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 30 Juli 2010 Kepala MA Manaratul Islam
Drs. Nurdin Muhammad NIP: