ABTSRAK : Pembelajaran kimia di kelas X SMA Negeri 1 Kandangan, dengan
karakteristik siswa ... penelitian Suyono tentang SKL kimia yang gagal dalam.
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI METODE PENGAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) di KELAS X Lilik Muallifah, S.Pd. Guru SMAN 1 Kandangan Kediri Email :
[email protected] ABTSRAK : Pembelajaran kimia di kelas X SMA Negeri 1 Kandangan, dengan karakteristik siswa yang memiliki tingkat kemampuan cenderung menengah ke bawah (terbukti dari nilai NEM rata-rata siswa yang masuk pada tahun pelajaran 2011/2012 yaitu 26,50) menemui beberapa kesulitan sehingga sulit untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran kimia. Hal ini didukung pula dengan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas yaitu rata-rata 40 siswa yang seharusnya secara ideal maksimum 32 siswa (sesuai standar nasional pendidikan) dan keanekaragaman tujuan siswa untuk memilih jurusan di kelas XI. Permasalahan tersebut mendorong peneliti untuk melakukan proses pembelajaran kimia yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar (KD) dan karakteristik siswa. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menerapkan metode pengajaran terbalik (reciprocal teaching) untuk meningkatkan prestasi belajar kimia. Pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan suatu metode yang berakar pada paham konstruktivis. Metode konstruktivis hadir dan mendominasi pemikiran terkini dalam seluruh kurikulum bidang studi. Salah satu contoh penelitian yang baik tentang pendekatan konstruktivis berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan pertanyaan adalah pengajaran terbalik atau Reciprocal Teaching (Palincsar & Brown, 1984). Pendekatan ini terutama dirancang untuk membantu siswa yang rendah hasil belajarnya dalam belajar membaca pemahaman. Beberapa pokok bahasan di kimia kelas X dapat dikategorikan sebagai pembelajaran konsep yang memerlukan tingkat pemahaman dengan salah satunya membaca. Sebagai contoh KD 3.1 Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan. Hasil analisis data hasil belajar kognitif siswa kelas X-4 (hasil tes ulangan harian) pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit menunjukkan hasil yang sangat baik karena 90% siswa tuntas dan lulus SKBM (mendapatkan nilai minimal 75) dengan keberhasilan tindakan sebesar 85% dari siklus yang berjalan (hanya satu siklus) . Penilaian aspek psikomotorik diambil selama kegiatan praktikum (penelitian tersendiri). Penilaian Aspek afektif yang dinilai meliputi: kehadiran siswa, keaktifan (bertanya, menjawab, dan menanggapi pertanyaan), dan kerajinan mengerjakan dan mengumpulkan tugas dapat disimpulkan sangat baik. Kata Kunci : Prestasi belajar, metode pengajaran terbalik skills), dan (7) Pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. Yang terjadi adalah tidak demikian. Pembelajaran kimia di kelas X SMA Negeri 1 Kandangan, dengan karakteristik siswa yang memiliki tingkat kemampuan cenderung menengah ke bawah (terbukti dari nilai NEM rata-rata siswa yang masuk pada tahun pelajaran 2011/2012 yaitu 26,50) menemui beberapa kesulitan sehingga sulit untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran kimia. Hal ini didukung pula dengan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas yaitu rata-rata 40 siswa yang seharusnya secara ideal maksimum 32 siswa (sesuai standar nasional pendidikan) dan keanekaragaman tujuan siswa untuk memilih jurusan di kelas XI. Fakta riset yang telah dilakukan oleh para peneliti menemukan hal yang sama, bahwa pembelajaran kimia memerlukan perhatian yang ekstra dan menyeluruh. Fakta yang sangat baru diperoleh sebagai hasil penelitian Suyono tentang SKL kimia yang gagal dalam Ujian Nasional. Penelitian oleh Suyono tentang Analisis SKL Kimia gagal dalam Ujian Nasional Kimia SMA/MA untuk tiga (3) tahun berturut-turut: 2008, 2009, 2010 adalah sebagai berikut: a. SKL yang gagal dicapai siswa tiga tahun terakhir adalah SKL-SKL yang di dalamnya mengandung dua pengalaman penting, yaitu (1) pemberian pengalaman langsung (melalui praktikum) dan (2) pembelajaran kimia harus melatihkan kecakapan hidup (life skills, khususnya academic life skill, menganalisis data)
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik pembelajaran kimia terdapat harapan bahwa: (1) guru kimia memiliki performance sebagai agen pembelajaran yang menguasai substansi bidang ilmunya secara komprehensif bahkan keterampilanketerampilan pendukungnya baik pada tataran minds on maupun hands on dan (2) terjadi interaksi yang fungsional antara guru dan siswa dalam pembelajaran agar tidak terjadi kesalahan belajar dan miskonsepsi. Mata pelajaran kimia harus dibelajarkan dengan berbasis pada filsafat pengembangan ilmu kimia itu sendiri, yaitu: (1) Pembelajaran kimia bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (discovery), (2) Proses pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, (3) Pembelajaran kimia harus diwarnai dengan aktivitas mencari tahu dan berbuat, (4) Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat, (5) Kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif, dalam bentuk proses inkuiri ilmiah) dan juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, (6) Pembelajaran kimia harus melatihkan kecakapan hidup (life
B - 161
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 b. Ada 2 (dua) SKL pada mata pelajaran kimia yang dari tahun ke tahun mulai 2008 hingga 2010 senantiasa gagal dicapai siswa SMA (meskipun SKM yang ditetapkan tergolong rendah, yaitu 60), yaitu : (1) menentukan harga pH air limbah berdasarkan tabel hasil uji beberapa air limbah, dan (2) menganalisis grafik PT (tekanan dan suhu) sesuai sifat koligatif larutan dengan tepat. Data di atas memperkuat pentingnya memberikan/melatihkan ketrampilan berpikir dalam hal ini mencatat data, membuat dan membaca grafik/bagan/diagram, menganalisis, mengevaluasi dan membuat suatu kesimpulan dan atau berkreasi. Ketrampilan berfikir tersebut ada dua kategori . Pertama, sebagai ketrampilan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills = LOTS) yang meliputi tingkatan ranah kognitif hafalan (Remembering-C1), pemahaman (UnderstandingC2), dan penerapan (Applying-C3), sedangkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills = HOTS) meliputi tingkatan kognitif analisis (Analyzing-C4), evaluasi (Evaluating-C5), dan creasi (Creating-C6), dalam pembelajaran kimia di SMA sejak awal. Permasalahan tersebut mendorong peneliti untuk melakukan proses pembelajaran kimia dengan model pengajaran terbalik (reciprocal teaching) untuk melatihkan ketrampilan berfikir. Sesuai pandangan konstruktivis, bahwa mengetahui adalah suatu proses dan siswa itu sendiri harus secara pribadi dan secara aktif menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks untuk menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Pendekatan konstruktivis juga menekankan pada pembelajaran generative (generative learning) dan strategi bertanya atau inkuiri. Berdasar data-data di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Kimia melalui Metode Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) di Kelas X”. Dengan menerapkan metode pengajaran terbalik diharapkan prestasi belajar siswa meningkat dalam hal ini tingkat kognitif siswa dan kemampuan berfikir siswa dapat meningkat pula.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Guru , dapat mengimplementasikan berbagai metode pengajaran, terutama metode pengajaran terbalik dalam pembelajaran kimia di sekolah, sehingga meningkatkan pengalaman guru dalam melaksanakan profesionalisme diri sebagai seorang guru. b. Siswa, dapat merasakan berbagai cara belajar kimia melalui berbagai metode atau model yang dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan kemampuan berfikirnya. c. Sekolah, dengan meningkatnya prestasi belajar siswa maka sekolah dapat meningkatkan keberhasilan sekolah untuk mengantarkan siswa menuju keberhasilan selanjutnya.
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul “Meningkatakan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Kimia melalui Metode Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) di Kelas X” merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. B. Lokasi dan Jadual Penelitian a. Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kandangan yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk Nomor 96 Telepon 0354-326759 Kandangan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. b. Waktu/Jadual Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan minggu ke-3 bulan Januari 2012 sampai dengan minggu ke-1 bulan Pebruari 2012. C.
Prosedur Penelitian Berdasarkan pada rancangan penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, maka prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: a. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah membuat perangkat pembelajaran dan instrumeninstrumen penelitian. b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pengajaran terbalik pada KD 3.1 Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan, c. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data Data tentang hasil belajar siswa yang telah diperoleh melalui tes dianalisis dengan menggunakan rata-rata nilai yang diperoleh siswa. Tahap Penulisan Laporan Dari hasil tes pembelajaran siswa yang dilakukan maka perlu dibuat suatu laporan meyeluruh tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.
A.
Rumusan Masalah Berdasar latar belakang permasalahan di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah pelaksanaan metode pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dalam pembelajaran kimia? b. Apakah metode pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa? B.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mencari jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah yaitu: a. Untuk melaksanakan metode pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dalam pembelajaran kimia. b. Untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 1 Kandangan Kabupaten Kediri. C.
D.
Variabel Penelitian Variabel penelitian sesuai penelitian yang berjudul: “Meningkatakan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Kimia melalui Metode Pengajaran Terbalik
Manfaat Penelitian
B - 162
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 (Reciprocal Teaching) di Kelas X” adalah sebagai berikut: Variabel bebas adalah Metode pengajaran terbalik, sedangkan Variabel terikat adalah prestasi belajar siswa.
4. Refleksi I Dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pada sat pelaksanaan siklus I, dan digunakan sebagai bahan acuan tindakan berikutnya. b. Siklus II Melaksanakan kegiatan seperti siklus I, namun terjadi pemantapan bila siklus I berjalan dengan baik atau dengan penyempurnaan bila ada kekurangan dalam siklus I.
E.
Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Soal Tes Ulangan Harian Soal tes ulangan harian berjumlah 20 butir soal berbentuk pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan jawaban. b. Lembar kerja siswa siklus I berupa materi : Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit bagian I c. Soal kuis siklus I berjumlah 5 butir soal berbentuk pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan jawaban. d. Lembar kerja siswa siklus II berupa materi : Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit bagian II e. Soal kuis siklus II berjumlah 5 butir soal berbentuk pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan jawaban.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Herman Hudoyo (1979: 96) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan proses belajar yang dapat dilihat dari hasil tes atau evaluasi. Dari hasil tes atau evaluasi berupa angka dapat dilihat bahwa tingkat prestasi belajar setiap individu berbeda-beda, dan nilai tersebut menunjukkan tingkat kemampuan individu yang bersangkutan. Sedangkan, menurut Bloom dalam Arikunto (2002) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Oleh karena itu penilaian terhadap hasil belajar siswa tidak hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja tapi juga aspek psikomotorik dan afektif. Hasil analisis data hasil belajar kognitif siswa (hasil tes ulangan harian) pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit menunjukkan hasil yang sangat baik karena 90% siswa tuntas dan lulus SKBM (mendapatkan nilai minimal 75) dengan keberhasilan tindakan sebesar 85% dari siklus yang berjalan (hanya satu siklus) . Penilaian aspek psikomotorik diambil selama kegiatan praktikum (penelitian tersendiri). Penilaian Aspek afektif yang dinilai meliputi: kehadiran siswa, keaktifan (bertanya, menjawab, dan menanggapi pertanyaan), dan kerajinan mengerjakan dan mengumpulkan tugas dapat disimpulkan sangat baik.
F. Teknik Analisis Data a. Prestasi belajar Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan analisis terhadap hasil tes ulangan harian siswa disesuaikan dengan nilai pada SKBM yang ditetapkan untuk materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. b. Keberhasilan tindakan Untuk mengetahui keberhasilan tindakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran : Jumlah total nilai yang dicapai Prosentase = -------------------------------------- X 100% Jumlah nilai maksimal x jumlah siswa G.
Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang diadopsi dari Khemmis dan Taggart, dengan 2 (dua) rancangan daur ulang (siklus), setiap siklus terdiri dari tahapan: perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi. a. Siklus I 1. Perencanaan, yang meliputi : (a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) Guru membagikan lembar kerja siswa untuk setiap individu, (c) Guru memberikan pemodelan pengajaran terbalik,(d) Guru memberi waktu siswa untuk membaca, membuat pertanyaan, dan menuliskan jawaban dari pertanyaannya, (e) Guru membahas secara menyeluruh, (f) Siswa dipandu guru membuat kesimpulan, (g) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya, (h) Siswa mengerjakan kuis 2. Pelaksanaan Tindakan I Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti dalam proses pembelajaran. 3. Observasi I Observasi dilakukanselama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
KESIMPULAN Berdasar hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal berikut ini: 1. Metode pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit kelas X SMA Negeri 1 Kandangan menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik, prestasi hasil belajar tinggi, dibuktikan dari 90 % siswa memenuhi SKBM yang ditentukan yaitu 75 dengan tingkat keberhasilan baik yaitu 85%.. 2. Persepsi siswa terhadap pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) sangat positif, hal ini didukung semua siswa memberi tanggapan yang baik sekali (90% setuju) dari angket persepsi siswa.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Lorin W and Krathwhol. 2001. Learning, Teaching, and Assessing A Revision of Bloom’s
B - 163
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 Taxonomy of Educational Objective. New York: David McKay Company. Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. USA: The McGraw-Hill Companies. Arikunto, Suharsimi, 2010. Prof. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, PT. Bumi Aksara Anugerahwati, M. Dr. M.A. 2009. Model-Model Pembelajaran.. PSG Rayon 15. UM Desmita, Dra. 2009. Psykologi Perkembangan Peserta Didik.. Bandung. PT. Rosdakarya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur . Teknis Penelitian Tindakan Kelas. Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU Douglas, B.E. ; McDaniei, D. H.; Alexander, J.J., 1994. Concepts and Models of Inorganic Chemistry, Third I dition, John Wiley & Sons, Inc. New York. Gilreath, E. S., 1958, Fundamental Concepts of Inorganic Chemistry, McGraw-Hill Book Company, Inc, New York.
Huheev, J.E. ; Keiter, E.A. ; Keiter, R.L., 1990, Inorganic Chemistry, Principles of Structure and Reactivity, Fourth Edition, Harper Collins College Publishers. Madan, R.D., 1997. Modern Inorganic Chemistry , S. Chand and Company LTD, New Delhi. Manku, G.S., 1980, TJieoriticnl Principles of Inorganik Chemistry, Tata Mc Graw Hill Book Co of India. Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Sugiyono, Dr. Prof. 2009. Metode Penelitian Pendidikan..CV. Alfabeta Suryabrata, S. Drs. 2004. Psikologi Pendidikan.. Jakarta. PT. Raja Grafindo Perkasa Suyono, dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wayan Dasna, I.. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah.. PSG Rayon 15. UM
B - 164