pupuk organik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan .....
Desmaini, 1989) pH tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar
adalah.
TESIS PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) VAR. LOKAL UNGU
I WAYAN JEDENG
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 1
PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) VAR. LOKAL UNGU
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Stutdi Pertanian Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Udayana
I WAYAN JEDENG NIM : 0890961013
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI PERTANIAN LAHAN KERING PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) VAR. LOKAL UNGU
I WAYAN JEDENG NIM : 0890961013
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI PERTANIAN LAHAN KERING PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL: 24 Mei 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Ir.I Made Suarna, M. Agr, Ph.D NIP.19430516 196902 001
Ir. Ketut Kartha Dinata, M.S NIP. 19511231 198003 1 008
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr.Ir. Ni Luh Kartini, M.S. NIP. 19620421 198803 2 001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
TESIS INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 5 MEI 2011
Panitia Penguji Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana N0. 0845/UN 14.4/HK/2011, Tanggal 21 April 2011
Ketua
: Prof.Ir. I Made Suarna, M. Agr, Ph.D.
Anggota : 1. Ir. Ketut Kartha Dinata, MS. 2. Dr. Ir.Ni Luh Kartini, MS. 3. Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS. 4. Dr. Ir. I Gede Wijana, MS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas rahmat-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Ni Luh Kartini, MS., Ketua Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering yang dengan penuh semangat memberikan dorongan dan saran dalam usulan penelitian, pelaksanaan percobaan sampai penyelesaian penulisan tesis ini..Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan pula kepada Bapak Prof. Ir. I Made Suarna, M. Agr; Ph.D., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan , saran bantuan, semangat dan dorongan kepada Penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Ketut Kartha Dinata,MS., selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan semangat telah memberikan bimbingan, saran dan dorongan kepada penulis. Kepada Rektor Universitas Udayana dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS., selaku Dosen Pengajar Program Studi Magister Pertanian Lahan Kering yang telah memberikan suport dan dorongan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayahnda I Made Rasmen (almarhum)., ibunda Ni Made Mudri (almarhumah) serta istri tercinta Dra. Ni Wayan Sedani dan anak-anak tersayang I Wayan Krisna Wisudana Oryza Sativa, Ni Made Kunti Janardani, I Nyoman Ari Janardana Prawira beserta seluruh keluarga yang telah dengan setia, sabar dan penuh pengorbanan memberikan dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini Akhirnya tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, atas bantuan dan kerja sama yang baik sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.
Denpasar,
Mei 2011
Penulis
ABSTRAK PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) VAR. LOKAL UNGU Rendahnya hasil umbi dan berangkasan ubi jalar sering dihubungkan dengan rendahnya kandungan N dan rendahnya kandungan bahan organik tanah.Percobaan lapangan telah dilakukan di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar dari 20 Januari sampai 9 Juli 2010. Tujuan percobaan untuk mengetahui pengaruh dosis dari beberapa jenis pupuk organik terhadap hasil umbi dan brangkasan ubi jalar varietas lokal ungu. Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap terdiridari 2 faktor dan diatur secara faktorial. Jenis perlakuan terdiri dari bermacam-maca (pupuk kascing, kandang sapi dan kompos temesi) dan masingmasing perlakuan Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak ada interaksi diantara dosis pupuk organik yang berasal dari sumber berbeda. Namun diantara dosis didapatkan perbedaan yang sangat nyata kecuali pada Indeks Luas Daun (ILD) umur 30 hari dan berat seger umbi saat panen. Dilain pihak, perbedaan jenis pupuk organik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kecuali berat kering umbi dan brangkasan dan C- organik saat panen. Hasil tertinggi untuk umbi kering oven dan brangkasan kering oven didapat pada perlakuan jenis pupuk kascing 15 t ha-1 (6,06 t ha-1), hasil tertinggi untuk brangkasan dari jenis pupuk kascing pada perlakuan 15 t ha-1 (22,94 t ha-1). Hubungan antara jenis pupuk organik dan dosis terhadap baik berat seger umbi dan berat kering oven umbi adalah linier. Hasil maksimum dari berat seger umbi dan brangkasan kering oven umbi belum didapatkan. Hasil percobaan mengindentifikasikan bahwa tidak ada interaksi antara dosis dari sumber pupuk organik dan masing-masing berpengaruh terpisah untuk mencapai hasil optimal maupun maksimal maka masing-masing jenis pupuk ditingkatkan dosisnya. Kata kunci : Jenis, dosis pupuk organik, pertumbuhan dan hasil, ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) varietas lokal ungu.
ABSTRACT THE EFFECT OF RATES OF DIFFERENT ORGANIC FERTILIZERS ON THE GROWTH AND YIELD OF SWEET POTATO (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) LOCAL UNGU VARIETY The low yields of tuber and residues of sweet potato are often related to low N content and low organic matter of soil. Field experiment was done at Kerta village district of Payangan Gianyar regency from January 20 th to July 9 th, 2010. The objectives of experiment to find out the effect rates of different organic fertilizer resources on yield of tuber and residues of sweet potato local ungu variety. The design of experiment was Complete Randomized Block Design (CRBD) consisted of two factors and arranged vactorially. The treatment consisted of the rates of organic fertilizers (0, 5, 10 and 15 t ha-1) and with tree different organic fertilizers (cascing, cattle manure, and Temesi compost) with four replications each, so that the total number of the plot were 48 plots. The result of experiment showed no interaction between rates of fertilizer and different resources of organic fertilizer. Hovever, in between rates was found higtly significant different except on leaf area index (LAI) at 30 days of ages and fresh weight of tuber at harves. On the other hand, at defferent ressurces of organic fertilizer did not significant effect on the growth and yield except on D W of tuber and residues and C organic at harvest. Furthermore, the highest yield of tuber and residues were found on fertilized with cascing (6.06 t ha-1) vertilized at rate of 15 t ha-1. The highest yield of residues among different organic vertilizers treatment was on vertilized with cascing (22.94 t ha-1) and among rates treatment was on 15 t ha-1. The relation ship between different organic matter and treated with rates of treatment on both fresh weight and dry weight of tuber were linier. In this experiment the maximal yield of tuber and residues didnot found yet. The result of experiment found that no interaction between rates and defferent organic fertilizers resources and each factor give effects only among treatment. To find out the optimal and maximal yield of tuber and residues of sweet potato by increasing the rates of organic fertilizers resources. Key words : Organic fertilizers, grouth and yield, sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) local ungu variety
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM
i
PRASYARAT GELAR
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
v
ABSTRAK
vii
ABSTRAK ……………………………………………………………....viii RINGKASAN …………………………………………………………… ix DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Tujuan Penelitian
5
1.4 Manfaat Penelitian
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
6
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Jalar
6
2.2 Lahan Kering
8
2.3 Pupuk Organik
9
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
14
3.1 Kerangka Berpikir
14
3.2 Kerangka Konsep
15
3.3 Hipotesis Penelitian……………………………………………. 16 BA B IV METODE PENELITIAN……………………………………... .17 4.1 Rancangan Percobaan…………………………………………. .17 4.2 Lokasi dan Waktu Percobaan…………………………………. .17 4.3 Bahan dan Alat……………………………………………….....18 4.4 Pelaksanaan Percobaan………………………………………....18 4.4.1 Pengolahan tanah dan pembuatan petak percobaan…….....18 4.4.2 Pemupukan
18
4.4.3 Penanaman bibit
21
4.4.4 Pemeliharaan tanaman
21
4.4.5 Panen
21
4.5 Pengamatan
22
4.5.1 Variabel pertumbuhan
22
4.5.2 Variabel komponen hasil , hasil, brangkasan, dan Indeks panen
23
4.5.3 Variabel pendukung
25
4.5.4 Analisis Data
26
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik 5.1.1 Panjang batang
27 29 29
5.1.2 Jumlah cabang primer umur 60, 90, 120 hst ……………. 30 5.1.3 Jumlah daun umur 30, 60, 90 dan 120 hst
31
5.1.4 Indeks luas daun (ILD)
32
5.1.5 Berat segar umbi per tanaman dan hasil umbi segar per hekta………………………………………………34
5.1.6 Jumlah umbi tan-1……………………………………….. 35 5.1.7 Berat segar brangkasan………………………..………… 36 5.1.8 Berat kering oven umbi………………………………… 37
5.1.9 Berat kering oven brangkasan……………………..…... 37 5.1.10 Indeks Panen
38
5.1.11 Kadar air tanah umur 21 hst dan saat panen
39
5.1.12 Berat volume tanah umur 21 hst dan saat panen……… 40 5.1.13 Total ruang pori tanah umur21 hst dan saat panen …….41 5.1.14 C-Organik tanah saat panen
42
5.1.15 N-Total tanah saat panen
42
5.2 Hubungan antara Dosis Pupuk dengan Berat Segar Umbi pada Masing-Masing Jenis Pupuk Organik .................................43 5.3 Hubungan antara Dosis Pupuk dengan Berat Kering Oven Umbi per hektar pada Masing-Masing Jenis Pupuk Organik ....44 BAB VI PEMBAHASAN
46
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
53
7.1 Simpulan
53
7.2 Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
57
DAFTAR TABEL Halaman 5.1 Signifikasi Pengaruh Jenis Pupuk Organik (P) dan Dosis Pupuk Organik (D) serta Interaksinya (PxD) terhadap Variabel Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Lokal Ungu
28
5.2 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Panjang Batang Ubi Jalar Lokal Ungu Umur 30, 60, 90 dan 120 hst
29
5.3 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Jumlah Cabang Primer Ubi Jalar Lokal Ungu Umur 60, 90, 120 hst
30
5.4 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Jumlah Daun Ubi Jalar Lokal Ungu Umur 30, 60, 90 dan 120 hst
31
5.5 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Indeks Luas Daun Ubi Jalar Lokal Ungu Umur 60, 90 dan 120 hst …...32 5.6 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Berat Seger Umbi per tan dan per hektar serta Jumlah Umbi per tan Ubi Jalar Lokal Ungu ………………………………………………………36 5.7 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Berat Kering Oven Umbi per tan dan per hektar serta Berat Seger Brangkasan per tan dan per hektar Ubi Jalar Lokal Ungu 38 5.8 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap Berat Kering Oven Brangkasan per tan dan per hektar serta Indeks Panen Ubi Jalar Lokal Ungu 39 5.9 Pengaruh Tunggal Jenis dan Disis Pupuk Organik terhadap Kadar Air Tanah Umur 21 hst dan saat Panen serta Berat Volume Tanah umur 21 hst dan saat Panen 41 5.10 Pengaruh Tunggal Jenis dan Dosis Ppuk Organik terhadap Ruang Pori Tanah Umur 21 hst dan saat Panen serta C-Organik N-Total Tanah saat Panen
43
DAFTAR GAMBAR
Halaman 3.1 Diagram Alir Kerangka Berpikir
14
4.2 Denah Tata Letak Percobaan di Lapangan
19
4,3 Denah Tata Letak Tanaman dalam Petak Percobaan di Lapangan
20
5.4 Tanaman ubi jalar di lapangan umur 90 hst
33
5.5 Hasil Umbi Jalar Seger saat Panen
34
5.6. Hasil Ubi Jalar Seger saat Panen
35
5.7 Hubungan antara dosis pupuk dengan berat seger umbi ubi jalar lokal ungu per hektar pada masing-masing jenis pupuk organik 44 5.8 Hubungan antara dosis pupuk dengan berat kering oven umbi ubi jalar lokal ungu per hektar pada masing-masing jenis pupuk organik 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Diskripsi Ubi Jalar Varietas Lokal Ungu
57
2. Hasil Analisis Tanah Sebelum Percobaan
58
3. Hasil Analisis Pupuk Organik Kascing
58
4. Kandungan Unsur Hara Pupuk Kandang Sapi
59
5. Hasil Analisis Kompos Temesi
59
6. Rata-rata curah Hujan di Kecamatan Payangan Selama Lima Tahun Terakhir (2005 – 2009)
60
7. Rata-rata Hari Hujan di Kecamatan Payanganm Selama Lima Tahun Terakhir (2005 – 2009)
60
8. Data Curah Hujan dan Hari Hujan selama Penelitian (Januari – Juli 2010) di Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar
61
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian lahan kering mempunyai potensi yang sangat besar dalam menunjang kesejahteraan petani. Areal lahan kering di Indonesia cukup luas yaitu lebih dari 70 juta hektar, sehingga memberikan peluang cukup besar untuk perluasan dan pengembangan tanaman ubi jalar (Abdurachman dkk., 1998). Luas panen ubi jalar di Bali hanya 9.208 ha atau 3,26% dari luas tanaman pangan, dan hasil varietas lokal yang dibudidayakan petani masih tergolong rendah sekitar 11,2 t ha-1 (Widodo dkk., 1993). Provinsi Bali mempunyai luas wilayah 563.666 ha dengan luas lahan kering 480.705 atau sekitar 83,06 %, oleh karena itu baik dalam memanfaatkan maupun mengelolanya perlu dilaksanakan secara bersama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang berkesinambungan dengan tetap menjamin fungsi lahan secara optimal (BPS Bali, 2010). Lahan kering yang tanahnya kurang subur dan kekurangan air, umumnya tanaman padi sulit untuk berkembang dengan baik, sehingga perlu diusahakan jenis tanaman pangan lain yang dapat tumbuh dan menghasilkan karbohidrat tinggi seperti ubi-ubian (Karama, 2000). Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar merupakan salah satu desa yang sesuai untuk pengembangan ubi jalar. Luas Kecamatan Payanganadalah 75,88 km2 atau 20,6% dari luas kabupaten Gianyar. Ketinggian tempat lebih kurang 925 m di atas permukaan laut (dpl), dengan jenis tanahnya regosol
2 dan tekstrur lempung berpasir. Curah hujan mencapai 2.346,6 mm tahun-1, suhu rata-rata berkisar antara 22oC – 28 oC dan kelembaban rata-rata 82% (Stasiun curah hujan pos pengamatan Kantor Camat Payangan). Hasil ubi jalar petani di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, berkisar antara 7 – 12 t ha-1 yang masih tergolong rendah. Peningkatan produktivitas tanaman ubi jalar merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, sehingga perlu dilakukan perbaikan teknik budidaya dan salah satu caranya menggunakan pupuk organik. Kesuburan tanah di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar tergolong rendah berdasarkan hasil analisis tanah (Lampiran 2) dimana tanahnya tergolong lempung berpasir, pH netral (7,01%), C- organik rendah (1,60 %), Ntotal rendah (0,14 %), P- tersedia sangat tinggi (177,36 ppm) dan K tersedia tinggi (242,85 ppm). Fortuno dkk., (1996) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi hara dan meningkatkan hasil tanaman ubi jalar yaitu dengan menggunakan pupuk organik. Menurut Yuwono dkk. (2002) pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar yang dipupuk dengan pupuk organik antara lain pupuk kascing, pupuk kandang sapi, kompos temesi lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik. Pupuk kascing adalah pupuk yang dihasilkan dari percampuran antara media cacing tanah dengan kotoran cacing tanah. Menurut Sutanto (2006), kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman seperti hormon giberellin, sitokinin, auksin, unsur hara N, P, K, Mg, Ca dan Azotobacter sp yaitu bakteri penambat N non simbiotik (Krishnawati, 2003). Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pupuk kascing (Lampiran 3)
3 mengandung C-Organik 3,310 %, N-total 1,480 %, P-tersedia 386,260 ppm, dan K-tersedia 2111,07 ppm yang tergolong sangat tinggi. Aplikasi dengan kascing umumnya tidak mengganggu ketersediaan nitrogen, dan dapat meyerap N bila penguraian bahan organiknya belum selesai, kascing penuh nutrisi yang tersedia dapat diserap jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kompos (Krishnawati, 2003). Kascing juga mengandung unsur hara mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, B, Co, Mo) dan Na (Suriadikerta dan Simanungkalik, 2006). Secara fisik pupuk kascing dapat meperbaiki struktur tanah padat menjadi gembur dan berpori, sebaliknya tanah berpasir menjadi kompak. Pupuk kandang sapi berasal dari hasil dekomposisi kotoran sapi baik itu berbentuk padat maupun cair. Unsur hara dalam pupuk kandang sapi sangat bervariasi tergantung pada jenis pakan yang diberikan dan cara penyimpanan pupuk kandang tersebut. Umumnya pupuk kandang sapi mengandung nitrogen 0,97 %, pospor (P2O5) 0,69 %, potasium (K2O) 1,66%, magnesium (Mg) 1,0–1,5% dan unsur hara mikro (Purwa, 2007). Pupuk kompos berasal dari sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat adanya interaksi mikro-organisme yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik yang dipakai seperti dedaunan, rumput, jerami, kotoran hewan, dan sampah (Purwa, 2007). Cara pembuatan kompos sangat beragam, namun semuanya
memiliki konsep dasar yang sama yakni
merangsang perkembangan dan akivitas mikroorganisme pengurai untuk mengubah bahan organik menjadi unsur-unsur yang siap diserap oleh tanaman. Konsep ini sebenarnya meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan mikroorganisme, baik yang membutuhkan oksigen tinggi (aerob),
4 maupun yang bekerja pada kadar oksigen rendah (anaerob). Pembusukan alami antara aerob dan anaerob berjalan secara bergantian dengan kelembaban 40 – 60% dan suhu 650 C sehingga proses pembusukan dapat berjalan cepat, baik secara aerob maupun anaerob (Anonim, 2009 ). Akhir-akhir ini praktek pertanian yang berwawasan lingkungan menitik beratkan pada penggunaan pupuk organik, untuk memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan tingkat produktivitas lahan secara berkelanjutan (Kartini, 2008). Pupuk kascing dan kompos sudah banyak beredar dan pupuk kandang sapi jumlahnya
sangat banyak, tetapi pemakaianya untuk ubi jalar jarang
dilakukan. Penelitian penggunaan pupuk kascing, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap tanaman ubi jalar masih jarang dilakukan sehingga informasinya yang ada sampai saat ini terbatas. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian pengaruh jenis dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar lokal ungu di lahan kering perlu dilakukan. Dosis pupuk organik terdapat 4 level, pupuk kascing (D0) tanpa perlakuan, pupuk kandang sapi (D1) 5 t ha-1, (D2) 10 t ha-1, (D3) 15 t ha-1.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah jenis dan dosis masing-masing pupuk organik mempengaruhi pertumbuhan dan hasil ubi jalar ? 2. Apakah terjadi interaksi antara jenis dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan hasil ubi jalar ?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh jenis dan dosis pupuk organik terhadap
5 pertumbuhan dan hasil ubi jalar. 2. Untuk mengetahui jenis dan dosis pupuk organik serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu dan teknologi dalam meningkatkan produksi ubi jalar khususnya dalam penggunaan jenis dan dosis pupuk organik yang masih jarang dilaksanakan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam budidaya ubi jalar lahan kering.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Jalar Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan apabila persyaratan iklimnya sesuai selama pertumbuhannya. Suhu minimum untuk pertumbuhannya adalah 10 oC, suhu maksimum 40oC dan suhu optimumnya adalah 21oC – 27oC (Wargiono, 1980). Secara geografis tanaman ubi jalar dapat tumbuh baik mulai dari 40o lintang utara sampai 32o lintang selatan (Purseglove, 1968). Di Indonesia tanaman ubi jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke pegunungan dengan ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu rata – rata 27°C dan lama penyinaran 11 – 12 jam per hari ( Juanda dan Cahyono, 2000). Tanaman ubi jalar membutuhkan intensitas sinar matahari yang sama dengan tanaman padi atau setara dengan tanaman jagung dalam ketahanannya terhadap kekeringan. Ubi jalar dapat di tanam pada kelembaban yang sama dengan kelembaban yang dibutuhkan oleh jagung ( Anonim., 1984 ). Tanaman ubi jalar dapat tumbuh subur apabila iklim panas dan lembab. Ubi jalar memerlukan paling sedikit empat bulan musim panas dan jumlah sinar yang cukup selama periode
pertumbuhannya
(
Raj,
1987,
dalam
Desmaini,
1989
).
Curah hujan tahunan yang diperlukan oleh ubi jalar selama pertumbuhannya adalah sebanyak 750 mm - 1500 mm, namun dibutuhkan juga masa - masa kering untuk pembentukan umbi ( Juanda dan Cahyono, 2000 ). Ubi jalar dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan didapat bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik dengan
16
7 drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur tanah bila ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil dan bentuk umbinya sering berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila ditanam pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat sedikit (Wargiono, 1980). Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5 - 7,5 ( Wargiono, 1980 ). Menurut Tsuno, (1977, dalam Desmaini, 1989) pH tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah 6,1 - 7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh pada pH tanah yang relatif rendah. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi jalar dapat dibagi dalam tiga fase yaitu : (1) Fase awal umur (0-67) hari meliputi pertumbuhan daun, batang dan akar, (2) fase pertengahan umur (67-96) hari meliputi pertumbuhan daun, batang dan akar bersamaan dengan awal perkembangan umbi dan (3) fase terakhir umur (96-150) hari
meliputi pertumbuhan umbi secara cepat (Edmond dan
Ammerman, 1971). Lebih lanjut dikatakan bahwa pada saat tanaman masih muda (fase I dan fase II) pertumbuhan vegetatif yang berkaitan dengan pertumbuhan akar batang dan daun lebih dominan terhadap pertumbuhan umbi, dengan kata lain penggunaan karbohidrat lebih dominan dari penyimpanan karbohidrat. Keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan perkembangan umbi ubi jalar terjadi apabila gejala pertumbuhan bagian atas tanaman terhenti untuk sementara atau mulai terbentuk organ umbi.Saat perkembangan umbi pertumbuhan umbi dominan dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatif. Ubi jalar akan tumbuh dengan cepat setelah tanaman berumur dua minggu. Pertumbuhan vegetatif
8 maksimal terjadi pada umur 2,5 sampai 3 bulan dan pembentukan umbi terjadi mulai umur 1 sampai 2 bulan (Anonim, 1984). Selama umbi mengalami penambahan ukuran, pembentukan cabang dan daun berangsur-angsur berkurang dan daun yang ada akan mengalami penuaan sehingga akan terjadi penurunan laju fotosintesis. Penuaan daun terutama disebabkan oleh kekurangan persediaan substrat untuk pertumbuhan potensial bagi tajuk dan penyerapan oleh akar akibat menurunnya laju fotosintesis. Pada periode ini pertumbuhan tajuk tanaman mengalami
hambatan
karena
sebagian
karbohidrat
digunakan
untuk
perkembangan umbi (Hahn dan Hozyo, 1993). Secara umum tinggi rendahnya produksi suatu tanaman tergantung dari varietas, cara bercocok tanam dan kondisi lingkungan tempat dimana tanaman itu ditanam. Perbedaan varietas diharapkan peranannya untuk memanfaatkan lingkungan guna mencapai potensial hasil yang tinggi. Perlu dilakukan penelitian varietas yang akan ditanam. Menurut Wargiono, (1980) varietas ubi jalar yang berdaun labar, semua daun berfotosintesis secara efektif, hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas yang berdaun sempit dan menjari. .
2.2 Lahan Kering Lahan kering dipergunakan untuk melakukan kegiatan usaha tani dengan penggunaan air secara terbatas, yang biasanya berasal dari air hujan. Secara fisik lahan kering tidak diairi atau tidak mendapatkan air irigsi sehingga sumber air yang utama adalah curah hujan dan sebagian kecil berasal dari air tanah (Las et al., 1997). Umumnya lahan kering mempunyai tekstur berppasir sehingga sangat peka terhadap erosi. Masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan lahan
9 kering adalah curah hujan yang rendah, distribusi hujan yang tidak merata dan kesuburan tanah yang rendah. Lahan kering mempunyai potensi lebih besar dibandingkan lahan sawah, karena disamping penghasil pangan juga produk pertanian lainnya dalam arti luas seperti perkebunan, peternakan dan kehutanan. Lahan kering merupakan sumber pertanian terbesar ditinjau dari segi luasnya, namun profil usaha tani pada agrosistem ini sebagian masih diwarnai rendahnya produksi sebab berkaitan erat dengan rendahnya produktivitas lahan. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering maka pemilihan komoditas yang sesuai dengan kondisi iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya serta waktu penanaman yang tepat merupakan factor yang penting (Las et al., 1997).
2.3 Pupuk Organik Bahan organik yang dibenamkan dalam tanah akan mengalami penguraian menjadi bentuk-bentuk sederhana oleh mikroorganisme. Proses penguraian tersebut akan menghasilkan CO2 dan air, sedangkan senyawa nitrat akan terbentuk setelah melelui nitrifikasi. Sumber utama bahan organik adalah sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah dan pupuk organik (Buckman dan Brady, 1982). Beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam mempertahankan atau menaikkan kandungan organik tanah yaitu (1) menggunakan pupuk kandang, kompos atau pupuk hijauan; (2) mengusahakan dikembalikanya sisa-sisa tanaman ke dalam tanah, (3) melakukan penanaman secara tumpang sari sehingga tanah akan tertutup oleh tanaman, (4) pengolahan tanah dilakukan seminimal mungkin (Supirin, 2004). Pemberian pupuk organik ke dalam tanah disamping bertujuan untuk menyediakan unsur hara, juga bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah (Yuwono, 2005). Penambahan bahan organik dalam tanah lebih kuat
10 pengaruhnya kearah perbaikan fisik tanah dan bukan khusus untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah (Winarso, 2005). Menurut Hanafiah (2004) secara fisik bahan organik
berperan dalam (1) merangsang granulasi, (2) menurunkan
flastisitas dan kohesi , (3) memperbaiki struktur tanah, (4) meningkatkan daya tahan tanah dalam menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil, selain
itu dapat meningkatkan jumlah dan
aktivitas mikroorganisme tanah. Sifat fisik tanah dapat diperbaiki karena humus sebagai hasil perombakan bahan organik dapat bersifat koloid, sehingga dengan menambahkan bahan organik atau pupuk organik berarti akan menambah jumlah koloid tanah. Hal ini penting untuk tanah bertekstur kasar yang mempunyai koloid tanah sedikit, sehingga dengan pemberian pupuk organik maka daya menahan air dan kapasitas tukar kation menjadi baik (Muhadi, 1979). Bahan organik dapat berfungsi atau memperbaiki sifat fisika, kimia maupun biologis tanah, sehingga bahan organik dalam tanah mempunyai fungsi yang tidak tergantikan. Kartoprawiro (dalam Wargiman, 1979) mengemukakan bahwa tanah yang mengandung bahan organik tidak cepat mengering, sebab bahan organik akan menambah kemanpuan tanah menahan air. Air tidak akan mudah lepas meninggalkan tanah
oleh penguapan, perkullasi dan aliran
permukaan sehingga air tersebut tersedia bagi tanaman. Pengaruh lain dari pupuk organik dalam tanah bagi tanaman adalah menaikkan kadar CO2
(Soepardi,
1979). Bahan organik sebagai pembenah tanah akan sebagai penyangga dan sumber unsur hara (Stevenson, 1983) , meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air melalui kemantapan agregat (Tisdale et al, 1985) , memicu aktivitas mikroorganisme yang terlibat 1979).
dalam proses perombakan
(Muhadi,
11 Sifat kurang baik dari bahan organik seperti dikemukakan oleh Rosmarkam dan Yuwono
(2006)
antara lain ;
mempunyai C/N tinggi berarti masih mentah,
(1)
Bahan organik yang
(2) Bahan organik yang berasal
dari sampah kota atau limbah industri mengandung mikroba patogen dan logam berat yang berpengaruh pada tanaman, hewan maupun manusia. Menurut Buckman dan Brady (1982) hasil dekomposisi bahan organik akan menghasilkan humus yang warnanya coklat tua sampai hitam yang mempunyai sifat dapat mengikat air empat sampai enam kali beratnya sendiri sehingga dapat mempertinggi kemampuan tanah memegang air. Terikatnya air oleh humus berarti mengurangi air perkolasi sehingga pencucian unsur hara oleh air dapat berkurang. Selain itu koloid yang bermuatan negatif dapat mengabsorbsi kation sehingga dapat menekan pencucian unsur hara dalam tanah. Kompos adalah jenis pupuk organik yang berasal dari limbah pertanian, sampah kota, limbah industri yang mempunyai konstribusi besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia,dan biologi dari tanah. Hal ini karena kompos banyak mengandung bahan organik. Bahan organik adalah bahan yang penting dalam menyuburkan tanah karena berfungsi memantapkan agregat tanah. Disamping itu bahan organik memiliki sejumlah energi laten sebagai pemanas sisa tanaman diatas permukaan tanah, yaitu 4-5 kilo cal g-1 bahan kering (Winaryo, et al, 1985). Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan kompos untuk lahan pertanian sebagaimana yang dikemukakan oleh Novizan
(2002) adalah: (1)
memberikan unsur hara bagi tanaman sehingga terjadi efisiensi dalam penggunaan pupuk kimia, (2) memperbaiki unsur tanah, (3) meningkatkan kapasitas tukar kation, (4) menambah kemampuan tanah untuk menahan air, (5) meningkatkan
12 aktifitas biologi tanah, (6) menaikkan pH tanah, (7) meningkatkan ketersediaan unsur mikro, dan (8) tidak menimbulkan masalah lingkungan. Komponen kompos yang paling berpengaruh terhadap sifat kimia tanah adalah kandungan humusnya, humus akan menjadi asam humat yang dapat melarutkan zat besi (Fe) dan aluminium (Al), senyawa fosfat akan lepas dan menjadi tersedia yang dapat diserap tanaman. Kompos sangat berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah (Simamora dan Salundik, 2006). Dijelaskan pula oleh Sinawati (2000 dalam Yuwono, 2006) bahwa pupuk organik selain mengandung unsur hara juga dapat menahan erosi dan cocok diberikan kepada tanah pasir berlempung sehingga kemampuan tanah untuk menahan air akan lebih baik dan dapat mengeliminer zat hara sehinga terhindar dari pencucian. Pemberian dosis pupuk organik berfariasi pada tanah yang haranya sangat rendah dan strukturnya padat adalah berkisar antara 5-15 t ha-1, 15-20 t ha-1 atau 20-30 t ha-1, (Sarwanto dan Widiastuti 2000). Margono dan Sigit (2000) menyarankan dosis pupuk organik sebanyak 515 t ha-1, (2000)., Martodenso dan Suryanto, (2001), menggunakan dosis pupuk organik 15-20 t ha-1 terhadap tanaman ubi jalar
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Hasil ubi jalar di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar adalah rendah, kesuburan tanah rendah dan pemakaian varietas lokal, pemupukan tidak optimal, dalam penelitian diharapkan mampu meningkatkan hasil ubi jalar dengan melakukan pemupukan organik (pupuk kascing, pupuk kandang sapi, kompos temesi) serta pemakaian varietas unggul ungu. Dengan dilakukan pemupukan organik akan dapat meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga diharapkan peningkatan pertumbuhan tanaman. Ini didukung oleh meningkatnya komponen hasil sehingga apa yang diharapkan dapat meningkatkan produksi ubi jalar yang maksimal.
Gambar 3.1 Diagram Alir Kerangka Berpikir
14 Ubi jalar di lahan kering merupakan komoditas yang potensial untuk memenuhi
kebutuhan
pangan
masyarakat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
serta
Ubi jalar
brangkasannya dalam
dapat
partumbuhannya
menghendaki tanah yang gembur dengan airasi cukup untuk pertumbuhan umbi. Pemberian pupuk organik kedalam tanah menyebabkan tanah menjadi lebih gembur, mudah ditembus oleh perakaran tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan lebih baik. Pemupukan dengan kascing akan memberikan pertumbuhan lebih baik dari kedua jenis pupuk organik lainnya karena kascing merupakan pupuk organik yang telah terurai dengan sempurna. Produktivitas ubi jalar di lokasi penelitian masih rendah berkisar 7-12 t ha-1 disebaban karena rendahnya kesuburan tanah. Hasil analisis tanah di lokasi percobaan menunjukan C-organik rendah, N-total rendah, P- tersedia sangat tinggi dan K- tersedia tinggi sehingga berpengaruh terhadap sifat fisik maupun kimia tanah. 3.2 Kerangka Konsep Pemberian pupuk organik pada tanaman ubi jalar akan mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dan meningkatkan C-organik tanah. Pupuk organik memiliki sifat slow release sehingga kombinasi ketiganya akan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil ubi jalar. Ketiga pupuk organik ini akan memperbaiki sifat fisik tanah dengan menurunnya bulk density sehingga akan berdampak positif terhadap perkembangan dan penetrasi akar di dalam tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air serta meningkatnya porositas dengan meningkatnya total ruang pori tanah. Penggunaan jenis pupuk organik
15 yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda pula terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar, karena setiap jenis pupuk organik (pupuk kascing, pupuk kompos dan pupuk kandang sapi) memiliki kandungan hara yang berbeda. Aplikasi pupuk organik (pupuk kascing, kandang sapi, kompos temesi) umumnya tidak mengganggu ketersediaan N, dapat menyerap N. Walaupun bahan organiknya belum selesai, budidaya tanaman ubi jalar secara terus menerus pertumbuhan dan hasil jauh lebih baik dan tinggi dibandingkan dengan pupuk anorganik (Yuwono dkk., 2002).
3.3 Hipotesis Penelitian 1. Ditemukan jenis dan dosis masing-masing pupuk organik mempengaruhi pertumbuhan dan hasil ubi jalar. 2. Terjadi interaksi antara jenis dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancang Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial, yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah perlakuan jenis pupuk organik yang terdiri dari : Pk
: Pupuk kascing
Ps
: Pupuk kandang sapi
Pt
: Pupuk kompos Temesi
Faktor kedua adalah dosis pupuk organik (pupuk kascing, pupuk kandang sapi dan pupuk kompos) yang terdiri dari : D0
: 0 t ha-1 (0 kg petak-1)
D1
: 5 t ha-1 (3 kg petak-1)
D2
: 10 t ha-1 (6 kg petak-1)
D3
: 15 t ha-1 (9 kg petak-1)
Terdapat 12 perlakuan kombinasi yaitu PkD0, PkD1, PkD2, PkD3, PsD0, PsD1, PsD2, PsD3, PtD0, PtD1, PtD2, PtD3, dan masing-masing diulang empat kali sehingga diperlukan empat puluh delapan buah petak percobaan. Denah tata letak petak percobaan di lapangan disajikan pada Gambar 4.2 4.2 Lokasi dan Waktu Percobaan Percobaan ini di lakukan di banjar Marga Tengah, desa Kerta, kecamatan Payangan, kabupaten Gianyar dengan ketinggian tempat 925 m di atas permukaan laut (dpl), curah hujan 2.346,6 mm tahun-1, suhu berkisar antara 22 o C – 28o C dengan kelembaban rata-rata 82% (Stasiun Pengamat Curah Hujan Pos
16
17 Pengamatan Kantor Camat Payangan).
Percobaan dilaksanakan dari tanggal
20 Januari sampai dengan 9 Juli 2010, terhitung dari saat tanam sampai panen. 4.3 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah ubi jalar varietas lokal ungu, pupuk kascing, pupuk kandang sapi, pupuk kompos temesi dan biopestisida (super farm). Alat yang di gunakan adalah peralatan budidaya secara umum : cangkul, meteran, oven, neraca, dan jangka sorong. 4.4 Pelaksanaan Percobaan 4.4.1 Pengolahan tanah dan pembuatan petak percobaan Tanah dicangkul sebanyak 2 kali sedalam 20 – 30 cm agar menjadi gembur, kemudian diratakan, selanjutnya dibagi menjadi empat sesuai dengan ulangan. Masing-masing ulangan di buat petak sebanyak 12 buah, sehingga terdapat 48 buah petak percobaan sesuai dengan rancangan yang telah di tentukan. Masing-masing petak berukuran 3 m x 2 m dengan tinggi bedengan 0,4 m, jarak antar petak 0,5 m dan jarak antar ulangan 1 m. Denah tata letak tanaman dalam petak percobaan disajikan Gambar 4.3 4.4.2.Pemupukan Pemberian pupuk sesuai dengan jenis dan dosis perlakuan yaitu D0 (0 kg petak-1), D1 (3 kg petak-1), D2 (6 kg petak-1) dan D3 (9 kg petak-1) dilakukan 7 hari sebelum penanaman dengan cara ditaburkan secara merata pada petak percobaan. 4.4.3 Penanaman bibit Bibit diambil dari stek pucuk ubi jalar varietas lokal ungu yang berumur dua sampai tiga bulan dengan panjang 30 cm. Pengambilan stek dilakukan pada
18 PtD1
PsD0
PkD2
PkD1
PkD2
PtD2
PtD3
PsD2
PtD0
PsD1
PkD0
PtD3
PkD1
PtD3
PsD1
PsD0
PsD3
PkD1
PsD2
PtD2
PtD2
PkD0
PtD1
PkD3
PsD2
PtD1
PkD3
PsD1
PkD3
PsD3
PkD1
PtD0
PsD1
PtD0
PtD2
PsD3
PkD0
PkD3
PsD0
PtD1
PtD3
PsD2
PtD0
PkD2
PsD0
PkD2
PsD3
PkD0
II
IV
I
III
1m
U
0,5 m
Keterangan : I, II, III, IV
: Ulangan
D0
: Dosis 0 t ha-1
Pk
: Pupuk kascing
D1
: Dosis 5 t ha-1
Ps
: Pupuk kandang sapi
D2
: Dosis 10 t ha-1
Pt
: Pupuk kompos Temesi
D3
: Dosis 15 t ha-1
Gambar 4.2 Denah Tata Letak Percabaan di Lapangan
S
19 38 cm
75 cm
12,5 m
X X
X
X 25 cm
X
X
X
X
X
A X
X B X 200 cm
X
X
X
X 150 cm
X
X
X
X
X
X
X
X C
D X
X
X
X
100 cm
X
X
X
X
300 cm Keterangan : X X ABCD (ubinan) Luas petak Jarak tanam Populasi tanaman ha-1
: tanaman ubi jalar : tanaman sempel : 100 cm x 150 cm :2mx3m : 25 m x 75 cm : 5.333 tanaman ha-1
Gambar 4.3 Denah Tata Letak Tanaman dalam Petak Percobaan di Lapangan sore hari dengan tujuan untuk mengurangi penguapan. Stek yang telah diambil dari pertanaman disimpan ditempat yang teduh dan lembab selama 7 hari sampaidaunnya kering dan gugur. Stek yang telah dipersiapkan ditanam dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm dan posisi berdiri tegak (Juanda dan Cahyono, 2004 ).
20 4.4.4 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pengairan dan pembalikan batang tanaman. Penyulaman dilakukan dua minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau mati. Penyiangan dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan ubi jalar. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 42 hst. Pembubunan dilakukan untuk mempertahankan struktur tanah tetap gembur, serta untuk mencegah agar umbi tidak tersembur keluar. Pembubunan pertama umur 42 hst bersamaan dengan penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 60 hst. Pengendalian hama tikus umur 90 hst dengan intensitas ringan (25 %), dilakukan pengendalian dengan pestisida nabati (super farm), dosis 2000 ml ha-1 dengan volume air 500 – 600 liter ha-1. 4.4.5 Panen Panen dilakukan umur 165 hst dengan kriteria panen : daun sebagian besar telah gugur, batang menguning dan panen dilakukan pada ubinan 1,5 m x 1 m.
4.5 Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan, pengukuran komponen hasil, hasil serta beberapa variabel pendukung. Pengamatan variabel pertumbuhan di lakukan terhadap tanaman sempel yang diambil secara acak pada masingmasing petak percobaan. Pengukuran variabel komponen hasil dan hasil dilakukan pada saat panen dengan terlebih dahulu menetapkan luas ubinan dimana dalam setiap ubinan terdapat delapan tanaman ubi jalar. 4.5.1 Variabel pertumbuhan diamati umur 30, 60, 90 dan 120 hst Variabel pertumbuhan diamati umur 30, 60, 90 dan 120 hst yang meliputi:
21 a. Panjang batang (cm) Pengamatan dilakukan pada panjang tanaman sempel dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai ujung batang kemudian di rata-ratakan. b. Jumlah cabang primer per tanaman (batang) Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah cabang primer pada tiga tanaman sampel di luar ubinan kemudian di rata-ratakan. c. Jumlah daun (helai) Daun diamati dengan menghitung seluruh daun pada tiga tanaman sempel di luar ubinan kemudian di rata-ratakan. d. Indeks luas daun (ILD) Pengamatan indeks luas daun dilakukan bersamaan dengan pengamatan jumlah daun.
Pengukuran luas daun dilakukan dengan metode panjang x lebar daun
maksimum x konstanta (Sitompul dan Guritno, 1995).
Nilai konstanta diperoleh dengan menghitung luas daun sebenarnya diatas kertas millimeter blok dan selanjutnya luas daun tersebut dibagi dengan panjang x lebar daun maksimum. ILD diperoleh dengan menggunakan rumus : ILD =
Jumlah luas daun tan 1 (cm 2 ) .......... .......... .......... .......... .......... .......(1) Jarak tanam (cm 2 )
4.5.2 Variabel komponen hasil , hasil, brangkasan dan indeks panen a. Berat umbi segar tan-1 (g) Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang berat umbi total dalam ubinan dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. b. Jumlah umbi tan-1 (buah)
22 Dilakukan dengan menjumlahkan umbi dalam ubinan kemudian dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. c. Berat umbi segar tan-1 (g) Dilakukan dengan menimbang berat total umbi seger per ubinan dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan. d. Hasil umbi segar ha-1 (t) Hasil umbi segar per hektar ditentukan dengan mengkonversi umbi segar dalam ubinan ke hektar. Hasil umbi segar ha1 (t)
10.000 m 2 Berat umbi segar ubinan 1 (kg) x x 1 t.....(2) Luas ubinan (m 2 ) 1.000 kg
e. Hasil umbi kering oven ha-1 (t) Sub sampel sebanyak 200 g umbi segar dikeringkan di dalam oven sampai beratnya konstan. Berat kering oven sub sampel tersebut kemudian dibagi 200 g dan dikalikan dengan berat umbi segar per ubinan sehingga memperoleh berat kering oven per ubinan. Hasil umbi kering oven ha-1 ditentukan dengan mengkonversi berat umbi kering oven per ubinan ke hektar. Hasil Umbi KO 1
ha (t)
10.000 m 2 BKO umbi ubinan x 2 Luas ubinan (m ) 1.000 kg
1
(kg)
x 1 t.....(3 )
f. Berat brangkasan segar ha-1 (t) Berat brangkasan segar ha-1 diperoleh dengan mengkonversi berat brangkasan segar per ubinan ke hektar. Berat brangkasan segar ha 1 (t)
10.000 m 2 Berat brangkasan segar ha 1 (kg) x x 1 t.....( 4) Luas ubinan (m 2 ) 1.000 kg
g. Berat brangkasan kering oven ha-1 (t) Berat sub sampel sebanyak 200 g brangkasan segar dikeringkan dalam
23 oven pada suhu 80 °C sampai beratnya konstan. Berat kering oven sub sampel tersebut kemudian dibagi dengan 200 g dan dikalikan dengan berat brangkasan ubinan-1 sehingga diperoleh berat brangkasan kering oven ubinan-1. Berat brangkasan kering oven ditentukan dengan mengkonversi berat brangkasan kering oven ubinan ke hektar. BKO brangkasan oven per hektar -1
ha (t )
10.000 m 2 BKO brangkasan ubinan x 2 Luas ubinan (cm ) 1.000 kg
1
(kg)
x 1 t ..(5)
h. Indeks panen (%) Indeks panen merupakan perbandingan antara hasil ekonomis (umbi) dengan hasil biologis (umbi + brangkasan) kering oven. Indeks panen %
Berat umbi kering oven ha -1 (t) 100 %....(6) Berat (umbi brangkasan ) kering oven ha -1 (t)
4.5.3Variabel pendukung a. Berat volume tanah (bulk density) (g cm-3) Berat volume tanah diamati sebanyak 2 kali yaitu umur 21 hst dan saat panen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil contoh tanah dilapangan dengan metode ring sampel pada kedalaman 0-30 cm. Berat volume tanah dapat dihitung dengan rumus :
Berat volume tanah (g cm -3 )
erat kering oven tanah (g) ……..(7) Volume tanah (cm3 )
b. Kadar air tanah (%) Pengamatan kadar air tanah dilakukan dengan metode gravimentric (Sopardi, 1979). Pengamatan kadar air tanah dilakukan sebelum pemberian pupuk dan pada saat panen. Contoh tanah ditimbang 10 g dan dikeringkan dalam oven
24 pada suhu 1050C sampai beratnya konstan. Kadar air tanah (KAT) dihitung dengan rumus :
KAT (%)
Berat tanah basah (g) - Berat kering oven tanah (g) 100% ....(10) Berat kering oven tanah (g)
c. N-total, C-organik tanah, dan pH tanah (%) Kadar N-total, C-organik tanah dan pH tanah diukur umur 21 hst dan pada saat
panen. Penentuan N-total, C-organik dan pH tanah dengan mengambil
contoh dari masing-masing petak percobaan sebanyak 500 g kemudian dikering udarakan dan diayak halus dan di analisis di laboratorium. Metode yang digunakan untuk menetapkan kadar C-organik adalah metode Walkley dan Black dan untuk menetapkan kadar N-total dengan metote Kjeldahl, dan untuk penetapan pH (H2O) digunakan pH meter. 4.5.4Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan analisis varian sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Apabila pengaruh interaksi nyata ( P < 0,005 ) terhadap variabel yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai rata-rata dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan 5 %. Bila hanya pengaruh faktor tunggal yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT 5 %. Hubungan antara dosis pupuk dengan hasil umbi segar ubi jalar ha-1 (t) dan hasil umbi kering oven ha-1 (t) dianalisis dengan analisis regresi (Gomez dan Gomez, 1995).
BAB V HASIL PENELITIAN
Percobaan yang dimulai tanggal 20 Januari sampai dengan 9 Juli 2010 terhitung dari sejak tanam. Curah hujan selama percobaan adalah 404,2 mm dan 11,28 hari (Lampiran 8). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis dan dosis pupuk organik terhadap semua variabel yang diamati (pertumbuhan, komponen hasil dan hasil serta sifat fisik dan kimia tanah) pada penelitian ini. Perlakuan tunggal jenis pupuk organik (P) berpengaruh sangat nyata (P