Motor dan Berpesta di diskotik (Dugem), kedua faktor yang menjadi penyebab
perilaku sosial menyimpang dari geng remaja tersebut. Terdapat 3 geng remaja
...
PERILAKU SOSIAL MENYIMPANG GENG REMAJA POTRET KELUARGA TKI (TENAGA KERJA INDONESIA) DI DUSUN TLAGAH TIMUR, KECAMATAN BANYUATES, KABUPATEN SAMPANG Fadhilah Ulin Nuha Khoirul Rosyadi, P.h.D Syamsu Budiyanti, S.Sos., M.Si Mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura ABSTRACT Deviant Social Behavior Adolescent Family Portrait geng TKI (Indonesian Labor) in the hamlet of East Village Tlagah Tlagah Banyuates Sampang District Fadhilah Ulin Nuha, NIM 09.05.211.000.64, Sociology Program, Faculty of Social Sciences and Cultural Studies, University Trunojoyo. Under the guidance of Khoirul Rosyadi, Ph.D and Syamsu Budiyanti, S.Sos., M.Si. This study aims to determine the forms of deviant behavior and the factors that cause aberrant behavior in the hamlet of East Village Tlagah Tlagah Banyuates Sampang District. This research is motivated by the social phenomenon that occurs in adolescents and embodied in a group of geng which was originally a group who get pleasure from playing outside because his parents left to work abroad TKI (Indonesian labor). Differential Association Theory researchers use in analyzing it. The method used in this study using the method of observation, Focused Group Discussion (FGD) and in-depth interviews. Intake of informants using purposive sampling technique. And the data analysis method used is descriptive qualitative data. Examined its validity by triangulation of data sources, the data obtained in order to be valid. This study is located in the hamlet of East Tlagah, District Banyuates, Sampang regency. Based on the research that has been conducted on juvenile geng family of migrant workers in the East Village Tlagah deviant forms of behavior that made the three gengs of teenagers are drinking, gambling,
motor racing and partying at the discotheque (clubbing). And the factors that led to the emergence of deviant behavior of adolescent geng family of Indonesian Workers (TKI) is a factor of the school, the community, play groups, and the media to be the most influential factor is the family factor.
Keywords: Deviant Behavior, Youth Gangs.
Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu Negara besar yang ada di Asia dengan luas wilayah 1,9 juta mil persegi, jumlah penduduk 259 juta orang dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 121,2 juta orang (BPS 2011), hal ini merupakan potensi yang besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi menuju Negara maju. Namun dengan jumlah angkatan kerja yang tinggi, Negara Indonesia tidak dapat mengimbangi dengan penyerapan tenaga kerja dalam negeri, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang bermigrasi bekerja diluar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) khususnya ke negara-negara Timur Tengah dan Asia Pasifik. Salah satunya di Madura pulau yang terletak di Indonesia sebelah timur laut provinsi Jawa Timur merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Dengan demikian Madura adalah wilayah yang memiliki tanah yang kurang subur sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi ekonomi masyarakat Madura masih jauh untuk dikatakan sejahtera. Dilihat pula dari kondisi sosial masyarakat Madura yang pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak cocok untuk bertani, maka banyak masyarakat Madura yang bermigrasi untuk mencari pekerjaan ke luar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dengan harapan dapat memiliki kehidupan yang layak dari sisi ekonomi. Dusun Tlagah Timur Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang yang dipilih peneliti untuk dijadikan lokasi penelitian merupakan daerah di wilayah Madura bagian utara. Kabupaten Sampang tercatat di BPS provinsi Jawa Timur sebagai daerah tertinggal dan khusus di Desa Tlagah Kecamatan Banyutes Kabupaten Sampang jumlah penduduk yang bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja
Indonesia) sebanyak 170 orang (profil desa 2012). Dengan banyaknya jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Desa Tlagah ternyata berdampak pada kehidupan keluarga yang ditinggal. Seperti munculnya masalah sosial perilaku menyimpang pada anak yang ditinggal orang tuanya menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) khususnya dikalangan pada usia remaja. Keluarga menjadi peranan besar dalam membentuk kepribadian anak remaja. Kurangnya kontrol pengawasan dan anak–anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua selalu merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan tempat berpijak (Kartono, 2011:60). Apabila kondisi tersebut terjadi maka anak akan mencari kesenangan di luar rumah dan membentuk kelompok bermain dengan teman sebaya yang juga memiliki nasib yang sama dengannya. Biasanya hal tersebut terwujud dalam sebuah kelompok bermain atau dikenal dengan geng dan semakin menjadi pengaruh dalam pembentukan perilaku menyimpang. Remaja yang masuk dalam keanggotaan geng mereka akan merasa diakui dan dilindungi oleh gengnya yang dimana hal tersebut tidak mereka dapatkan dari keluarganya. Dari permainan yang netral dan menyenangkan hati itu, lama kelamaan perbuatan mereka semakin liar dan tidak terkendali, ada di luar kontrol orang dewasa (Kartono, 2011:13). Remaja di Dusun Tlagah Timur yang di tinggal oleh orang tuanya bekerja ke luar negeri merupakan sumber yang subur untuk memunculkan perilaku sosial menyimpang. Walaupun secara materi kebutuhan dan tingkat kesejahteraan keluarga meningkat dan yang terjadi pada kenyataanya anak mencari kesenangan di luar rumah dan membentuk kelompok geng remaja. Dari latar belakang diatas masih banyak hal yang menarik untuk diketahui dan dibahas lebih dalam sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perilaku sosial menyimpang geng remaja potret keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur, Desa Tlagah, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang. Fokus Masalah Fokus dan rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi studi, yaitu penetapan batas-batas permasalahan dengan jelas untuk menghindari pembahasan masalah yang menyimpang dari permasalahan
yang sesungguhnya. Penetapan fokus penelitian ini adalah tentang perilaku sosial menyimpang geng remaja potret keluarga TKI (tenaga kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur, Desa Tlagah, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang. Dalam penelitian ini diajukan dua rumusan masalah, yaitu: Bagaimana bentuk-bentuk perilaku sosial menyimpang geng remaja potret keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur, Desa Tlagah, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang? dan Faktor apa saja yang menyebabkan perilaku sosial menyimpang geng remaja potret keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur, Desa Tlagah, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang? Teori yang digunakan Edwin H. Sutherland menyebut teorinya dengan Asosiasi Diferensial. Teori asosiasi diferensial dapat diterapkan untuk menganalisis (Narwoko, 2004:92) : 1. Organisasi sosial atau subkultural (baik menyimpang atau tidak). 2. Penyimpangan perilaku di tingkat individual 3. Perbedaan norma-norma yang menyimpang ataupun yang tidak terutama pada kelompok atau asosiasi yang berbeda. Teori ini menyebutkan bahwa penyimpangan perilaku adalah hasil proses belajar. Menurut Sutherland, penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultural atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang (Narwoko, 2004:92). Pada tingkat kelompok, perilaku menyimpang adalah suatu konsekuensi dari terjadinya konflik normatif. Artinya, perbedaan aturan sosial di berbagai kelompok sosial, seperti: sekolah, lingkungan tetangga, kelompok teman sebaya atau keluarga, bisa membingungkan individu yang masuk ke dalam komunitaskomunitas tersebut. Teori asosiasi diferensial memiliki 9 proposisi, yaitu (Narwoko, 2004:9394): 1. Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau dipelajari. 2. Perilaku menyimpang dipelajari oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang lain dan melibatkan proses komunikasi yang intens.
3. Bagian utama dari belajar tentang perilaku menyimpang terjadi di dalam kelompok-kelompok personal yang intim dan akrab. 4. Hal-hal yang dipelajari di dalam proses terbentuknya perilaku menyimpang adalah : a). teknis-teknis penyimpangan dan b). petunjukpetunjuk khusus tentang motif dorongan, rasionalisasi, dan sikap-sikap berperilaku menyimpang. 5. Petunjuk-petunjuk khusus tentang motif dorongan untuk berperilaku menyimpang itu dipelajari dari definisi-definisi tentang norma-norma yang baik atau tidak baik. 6. Seseorang menjadi menyimpang karena ia menganggap lebih menguntungkan untuk melanggar norma daripada tidak. 7. Terbentuknya
asosiasi diferensial itu bervariasi tegantung dari
frekuensi, durasi, prioritas, dan intensitas. 8. Proses mempelajari penyimpangan perilaku melalui kelompok yang memiliki pola-pola menyimpang atau sebaliknya, melibatkan semua mekanisme yang berlaku di dalam setiap proses belajar. 9. Meskipun perilaku menyimpang merupakan salah satu ekspresi dari kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang umum, tetapi penyimpangan perilaku tersebut tidak dapat dijelaskan melalui kebutuhan dan nilainilai umum tersebut. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini yang terkait dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dan untuk dapat memahami bentuk–bentuk perilaku sosial menyimpang geng remaja serta faktor–faktor yang menyebabkan perilaku sosial menyimpang geng remaja tersebut. Peneliti mencoba melihat dari berbagai dimensi, yaitu: yang pertama bentuk-bentuk perilaku menyimpang dari geng remaja di Dusun Tlagah Timur yaitu Minum-minuman keras, Berjudi, Balapan Motor dan Berpesta di diskotik (Dugem), kedua faktor yang menjadi penyebab perilaku sosial menyimpang dari geng remaja tersebut. Terdapat 3 geng remaja di Dusun Tlagah Timur masing-masing memiliki nama yaitu geng Gehonk yang memiliki anggota yang berjumlah 8 anak dan semuanya berjenis kelamin laki-laki dengan usia anggota berkisar dari usia 18-21
tahun, geng Kalang Kabut memiliki anggota dengan jumlah 6 anak laki-laki dengan rentang usia anggota berkisar dari umur 19-21 tahun dan geng Capung memiliki jumlah anggota 6 anak laki-laki dan 2 diantaranya masih berstatus sebagai pelajar kelas 3 di salah satu SMA swasta untuk rentang umur dari 17-20 tahun. Ketiga geng remaja tersebut semuanya berasal dari keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) karena dalam penelitian ini lebih difokuskan pada remaja yang orang tuanya bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Bentuk-Bentuk Perilaku Sosial Menyimpang Geng Remaja Potret Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) Dalam perspektif perilaku sosial menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku (Kartono, 2003). Adapun bentuk–bentuk perilaku sosial menyimpang yang dilakukan remaja terdiri atas penyimpangan primer (primary deviation ), penyimpangan sekunder (secondary deviation), penyimpangan individual (individual deviation), penyimpangan kelompok (group deviation) dan penyimpangan campuran (mixture of both deviation) (Narwoko, 2007: 101). Di Dusun Tlagah Timur bentuk-bentuk penyimpangan perilaku remajanya masuk dalam kategori penyimpangan campuran (mixture of both deviation), karena penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok geng remaja yang terorganisir dan memiliki aturan-aturan sendiri didalamnya namun secara keseluruhan merasa mengabaikan norma-norma masyarakat yang berlaku di Dusun Tlagah Timur. Dari pernyataan salah satu bibi anggota geng Gehonk yakni ibu Mas’udah menjelaskan bahwa geng remaja yang terdapat di Dusun Tlagah Timur itu melawan kebiasaan umum atau masyarakat disana yang merupakan lingkungan pedesaan yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat. Kelompok geng remaja tersebut merupakan kelompok yang dianggap minoritas dengan melakukan tindakan berbeda dari kelompok yang dominan, geng remaja Dusun Tlagah Timur melakukan bentuk tindakan yang menjurus pada perilaku menyimpang dengan cara berkelompok tetapi pada kenyataanya geng remaja memiliki nilai dan norma yang bersifat negatif.
Bentuk- bentuk perilaku sosial menyimpang remaja yang muncul di Dusun Tlagah Timur terwujud dalam bentuk penyimpangan jenis penyimpangan campuran (mixture of both deviation). Untuk bentuk-bentuk perilaku sosial menyimpang yang dilakukan ketiga geng remaja tersebut terwujud dalam perilaku menyimpang yang tergolong pelanggaran-pelanggaran norma sosial yang tidak diatur dalam KUHP atau undang-undang lainnya. Dan dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan perilaku sosial menyimpang yang paling sering dilakukan oleh ketiga geng remaja di Dusun Tlagah Timur yakni : minum-minuman keras, berjudi, balapan motor dan pesta ke diskotik (dugem). Minum-minuman keras Minum-minuman keras bagi para remaja merupakan tindakan yang melangar norma kebiasaan umum atau masyarakat. Dan geng remaja di dusun Tlagah Timur minum – minuman keras dilakukan ketika berkumpul. Hal yang terkait dalam minum-minuman keras akan dipaparkan dari segi, yakni: motivasi mengkonsumsi dan biaya untuk membeli. Dan apabila merujuk pada kerangka berpikir Edwin H. Sutherland yang menyebut teorinya Asosiasi Diferensial bahwa perilaku menyimpang merupakan proses hasil belajar dari teman sebaya mereka di dalam geng remaja maupun antar geng remaja yang lainnya. Dari interaksi dan intensitas mereka berkumpul akhirnya minum-minuman keras memunculkan makna bahwa minum-minuman keras dianggap hal yang biasa karena mereka berada di lingkungan yang sama seperti halnya di diskotik yang dimana semua orang yang datang didalamnya pasti minum-minuman keras. Berjudi Berjudi merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang tidak tergolong pelanggaran norma sosial yang diatur dalam KUHP ataupun undangundang lainnya. Bermacam-macam bentuk permainan geng remaja di Dusun Tlagah Timur itu mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan, karena didalamnya ada unsur judi. Seperti permainan yang sering dimainkan yaitu permainan kartu, bilyard dan balapan. Geng remaja tersebut mendapat dorongan untuk berjudi karena uang yang mereka dapat dijadikan uang tambahan untuk berpesta di diskotik. Seperti halnya ketika mereka akan melakukan judi balapan motor meski mereka tidak memiliki uang, mereka akan berhutang. Apabila
merujuk pada proposisi teori asosiasi diferensial Sutherland bahwa mereka menganggap apabila mereka tidak ikut berjudi mereka akan malu pada geng-geng lainnya, hal ini merupakan bagian dari teknis-teknis penyimpangan, motif dorongan untuk berjudi yang dipelajari sesama anggota geng remaja di Dusun Tlagah Timur. Balapan Motor Balapan merupakan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan bagi remaja menganggap bahwa dengan balapan motor akan menambah tingkat konsentrasi dan penyesuaian diri. Kegiatan ini dilakukan di malam hari, di mulai dari tengah malam sampai selesai biasanya sekitar menjelang subuh atau jam 4 pagi dan lokasi balapan motor biasanya di daerah jalan baru ataupun daerah yang sepi. Pada usia remaja mereka secara emosional hanya mengikuti kegiatankegiatan yang menurut mereka menarik dan menyenangkan tetapi tidak memikirkan akan menimbulkan dampak bagi pembentukan citra diri mereka dan memunculkan konflik-konflik yang tidak nampak, tetapi dapat dirasakan adanya kegelisahan didalam lingkungan masyarakat. Geng remaja di Dusun Tlagah Timur melakukan kegiatan balapan motor sebulan 2 kali di sepanjang jalan menuju Desa. Balapan motor bagi geng remaja di Dusun Tlagah Timur dijadikan sebagai hobi. Dengan melakukan kegiatan balapan motor dan juga dijadikan hobi bagi geng remaja di Dusun Tlagah Timur karena dengan ikut balapan motor merujuk pada proposisi dar teori Asosiasi Diferensial bahwa menjadi menyimpang karena mereka menganggap lebih menguntungkan. Maksudnya dengan balapan motor dan terdapat unsur judinya ketika menang mereka akan mendapatkan uang yang menjadikan mereka bahagia. Pesta ke diskotik ( dugem ) Dugem mungkin sebagian besar masyarakat dianggap sebaga gaya hidup. Gaya hidup setiap orang bisa dipengaruhi oleh lingkungan, pendapatan, kemampuan pribadi, dan lain-lain. Namun demikian gaya hidup seseorang juga dapat menimbulkan suatu penyimpangan dalam masyarakat. Di Dusun Tlagah Timur yang dimana merupakan wilayah pedesaan masyarakat disana menganggap bahwa dugem itu adalah perilaku menyimpang tetapi bagi para geng remaja di Dusun Tlagah Timur berpesta didiskotik dijadikan gaya hidup yang wajib dan
apabila ada yang tidak berpesta ke diskotik akan di anggap sebagai orang kampungan dan miskin. Dan beberapa alasan geng remaja di Dusun Tlagah Timur berpesta di diskotik yaitu karena rasa ingin tahu, jauh dari orang tua dan faktor ekonomi. Di Dusun Tlagah Timur. Berpesta di diskotik di kalangan remaja dan menjadilkan gaya hidup yang wajib dilakukan secara intens sebagai penghilang penat yakni dalam sebulan sekitar 4 kali dan dua bulan satu kali berpesta untuk membuat kaset yang dimana kaset ini menjadi hal yang wajib dan menguntungkan bagi mereka karena dengan banyaknya kaset yang dimiliki di setiap geng remaja tersebut maka mereka akan semakin diakui keberadaannya. Faktor-faktor penyebab perilaku sosial menyimpang geng remaja keluarga TKI
Berdasarkan bentuk-bentuk sosial perilaku menyimpang yang dilakukan
geng remaja keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur. Dengan latar belakang mereka berasal dari keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) maka jelas karena kesibukan dan jarak dalam mencari nafkah. Dan dari tidak berfungsinya peranan keluarga maka hanya sedikit remaja di Dusun Tlagah Timur yang mengenyam bangku pendidikan, sekalipun pernah duduk di bangku sekolah tetapi kebanyakan dari mereka dikeluarkan dari sekolah karena perilaku menyimpang yang mereka lakukan. Terbentuknya kelompok – kelompok geng remaja di Dusun Tlagah Timur adalah sebagai pelampiasan dari kurangnya kasih sayang dari orang tua mereka. Sedangkan di dalam kehidupan masyarakat dimanapun juga, keluarga merupakan unit terkenal yang peranannya sangat besar (Soekanto, 2004:40). Melihat mayoritas di Dusun Tlagah Timur masyarakatnya bermata pencaharian sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke negeri Saudi Arabia dan Malasyia. Kondisi ekonomi keluarga menjadi faktor utama remaja di Dusun Tlagah Timur melakukan kegiatan-kegiatan perilaku menyimpang. Pada dasarnya pekerjaan akan memberikan status sosial serta pola hidup yang berbeda-beda untuk memberikan jaminan hidup untuk keluarganya. Dengan gaji sekitar 5 juta hingga 10 juta hal ini mencerminkan bahwa remaja dari keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ini memilki jaminan kehidupan yang cukup meski mereka harus menjadi pengangguran.
Bagi remaja di Dusun Tlagah Timur dengan pekerjaan orang tua dan gajinya yang besar hal ini menjadikan mereka malas untuk bekerja dan mengaggap menjadi pengangguran dan berkumpul dengan teman–temannya menjadikan suatu kesenangan untuk mereka semua. Padahal pada kenyataanya dengan umur mereka yang masih mayoritas umur antara 17 sampai 20 tahun, mereka semua merupakan aset keluarga yang seharusnya masih menikmati pendidikan untuk masa depan mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik daripada seperti orang tua mereka yang menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar negeri. Namun sepertinya dari keluarga mereka pun sendiri tidak ada kontrol dan memperdulikan dengan pendidikan anaknya. Dari hal yang telah disampaikan diatas menjelaskan bahwa kehidupan keluarga jelas menjadi peranan paling besar dalam membentuk kepribadian anak, secara potensial keluarga dapat membentuk pribadi anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha pendidikan dalam keluarga gagal maka akan terbentuk seorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kriminal (Mulyono, 1993:26). Demikianlah yang terjadi pada remaja di Dusun Tlagah Timur anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja disana menjadi tidak terpenuhi yang mereka dapatkan hanyalah kebutuhan materi namun tidak didampingi dengan dibiasakan disiplin menjalani aturan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan kontrol diri untuk tidak berperilaku menyimpang. Para remaja yang berasal dari keluarga tersebut lalu memasuki dan membentuk unit keluarga baru namun dengan kegiatan-kegiatan yang melawan kebiasaan masyarakat di Dusun Tlagah Timur. Lingkungannya pun ikut mendukung itu dikatakan sebagai salah satu penyebabnya. Namun terdapat faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya penyimpangan perilaku remaja antara lain,
yaitu: Faktor sekolah juga menjadi faktor penyebab perilaku menyimpang geng remaja keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur, terutama bagi 2 anggota geng “Capung” yang status pendidikannya masih duduk dibangku kelas 3 SMA. Dan untuk anggota geng lainnya yang putus sekolah, sebab mereka putus sekolah antara lain karena dikeluarkan dari sekolah akibat perilaku sosial menyimpang yang mereka lakukan selama sekolah maupun karena memang sudah
tidak memilki niatan bersekolah dikarenakan mereka berada pada titik kenyamanan yakni berkumpul dan melakukan kegiatan-kegiatan bersama teman geng-nya. Faktor lingkungan masyarakat dan kelompok bermain merupakan dua media sosialisasi yang sangat berkaitan, karena remaja akan memiliki kelompok bermain dalam lingkungan tempat tinggal tersebut. Kelompok bermainnya yang terwujud dalam anggota geng mereka berkelompok sehari-hari berinteraksi, berkomunikasi dan melakukan kegiatan – kegiatan bersama-sama. Dari interaksi, komunikasi dan intensitas melakukan kegiatam-kegiatan bersama-sama mereka akan menerima nilai dan norma sosial. Apabila temannya berperilaku baik maka mereka akan berperilaku baik pula sehingga menerima nilai dan norma yang bersifat positif. Namun kenyataannya yang terjadi di Dusun Tlagah Timur berbeda nilai dan norma yang bersifat negatiflah yang didapatkan remaja disana. Sehingga hampir seluruh remajanya berperilaku menyimpang atau melawan kebiasaan masyarakat. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah media masa yang sangat berpotensi dalam mempengaruhi kepribadian remaja. Televisi sebagai media masa yang sering ditonton oleh kebanyakan remaja, memberikan pesan-pesan yang disampaikan mampu mampengaruhi kepribadian bagi orang yang melihatnya apalagi pada remaja yang masih kondisi labil dan susah menyaring mana perilaku baik dan mana yang perilaku sosial menyimpang. Seperti pernyataan Muis anggota dari geng Capung yang menyatakan di pembahasan sebelumnya bahwa meskipun orang desa mereka mengaggap tahu gaya orang kota melalui gaya hidup artis-artis yang berpesta di diskotik dari televisi. Berdasarkan hasil rangkuman pembahasan FGD dan wawancara mendalam diatas yang telah dilakukan pada ketiga geng remaja keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan ketiga geng remaja yaitu minum-minuman keras, berjudi, balapan motor dan berpesta di diskotik (dugem). Apabila merujuk pada teori Asosiasi Diferensial yang memiliki 9 proposisi bahwa bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan ketiga geng remaja di Dusun Tlagah Timur merupakan proses hasil belajar dan dipelajari dari sesama anggota geng remaja.
Dengan interaksi, komunikasi dan intensitas yang hampir setiap hari sehingga menjadikan mereka intim dan akrab sesama anggota geng remaja. Setiap geng remaja belajar tentang perilaku menyimpang bagaimana minum-minuman keras, berjudi, balapan motor dan berpesta di diskotik (dugem) pada anggota lainnya yang telah berpengalaman melakukan penyimpangan–penyimpangan tersebut. Faktor sekolah, lingkungan masyarakat, kelompok bermain, media masa dan yang menjadi faktor paling berpengaruh besar adalah faktor keluarga. Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar menjadi manusia sosial yang dapat memahami nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Keluarga menjadi tempat pertama dari perkembangan segi-segi sosialnya, dan di dalam komunikasi dengan orang tuanya yang wajar, ia pun memperoleh perbekalanyan yang memungkinkannya untuk menjadi anggota masyarakat yang berperilaku baik. Namun dari hasil diskusi yang dilakukan bersama ketiga geng remaja di Dusun Tlagah Timur, keluarga yang seharusnya menjadi tempat mempelajari nilai dan norma sosial menjadi tidak berfungsi karena mereka jauh dari orang tua yang bekerja menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Dari pembahasan diatas dengan menggunakan pijakan teori Asosiasi Diferensial. Dari sudut pandang teori Asosiasi Diferensial bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang geng remaja keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dari alasan–alasan yang telah diungkap dari ketiga geng remaja tersebut terbukti bahwa melalui interaksi dan intensitas pergaulan yang cukup erat diantara mereka, maka terbentuklah perasaan senasib ditinggal orang tua bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Sehingga para anggota dari geng remaja tersebut memiliki perasaan saling pengertian dan memiliki jalan pikiran, nilai dan norma serta aturan bertingkah laku yang berbeda dengan norma-norma sosial masyarakat
pada
umumnya
dan
mereka
mempelajari
perilaku-perilaku
menyimpang dari teman-teman antar anggota geng tersebut. Mereka memiliki petunjuk-petunjuk khusus yang dijadikan motif dorongan untuk melakukan perilaku sosial menyimpang sesama geng remaja karena dengan berperilaku menyimpang mereka merasa diuntungkan karena akan menjadikan geng mereka lebih dikenal oleh geng-geng lainnya di Dusun Tlagah Timur.
Penutup Berdasarkan penelitian terhadap perilaku sosial menyimpang geng remaja potret keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Dusun Tlagah Timur diperoleh kesimpulan bahwa bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan ketiga geng remaja yaitu: 1. Minum-minuman keras 2. Berjudi 3. Balapan motor 4. Berpesta di diskotik (dugem) Dengan interaksi, komunikasi dan intensitas yang hampir setiap hari sehingga menjadikan mereka intim dan akrab sesama anggota geng remaja. Setiap geng remaja belajar tentang perilaku menyimpang bagaimana minum-minuman keras, berjudi, balapan motor dan berpesta di diskotik (dugem) pada anggota lainnya yang telah berpengalaman melakukan penyimpangan–penyimpangan tersebut. Faktor sekolah, lingkungan masyarakat, kelompok bermain, media masa dan yang menjadi faktor paling berpengaruh besar adalah faktor keluarga. Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar menjadi manusia sosial yang dapat memahami nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Keluarga menjadi tempat pertama dari perkembangan segi-segi sosialnya, dan di dalam komunikasi dengan orang tuanya yang wajar, ia pun memperoleh perbekalanyan yang memungkinkannya untuk menjadi anggota masyarakat yang berperilaku baik. Namun dari hasil diskusi yang dilakukan bersama ketiga geng remaja di Dusun Tlagah Timur, keluarga yang seharusnya menjadi tempat mempelajari nilai dan norma sosial menjadi tidak berfungsi karena mereka jauh dari orang tua yang bekerja menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi remaja, keluarga dan masyarakat di Dusun Tlagah Timur sebagai berikut : 1. Remaja seharusnya menjadikan kelompok bermain atau geng tersebut sebagai wadah untuk berperilaku yang baik dan dengan bisa melakukan hal-hal yang juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Mungkin dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti kegiatan remaja masjid,
kegiatan keterampilan, kegiatan olah raga dan sebagainya.yang tentunya dengan kegiatan itu remaja menjadi lebih kreatif dan berwawasan luas. 2. Meningkatkan
kualitas
keluarga
sehingga
kedua
orang
tua
berkesempatan membina dan mengembangkan kepribadian dan akhlak anak-anak mereka dan membahagiakannya.
Menanamkan nilai
moralitas dan disiplin akan memberikan pedoman bagi terbentuknya pribadi anak yang dapat memperkecil perilaku menyimpang. Tidak selalu sibuk mencari nafkah hingga lalai untuk mengawasi perilaku anak, karena pada dasarnya seorang anak tidak selalu membutuhkan materil tetapi juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. 3. Masyarakat hendaknya lebih mengawasi dan mengontrol para remaja agar tidak melakukan perilaku sosial menyimpang. Dengan menambah kegiatan kemasyarakatan khususnya bagi remaja dan menciptakan kondisi sosial yang sehat, sehingga akan mendukung perkembangan dan pertumbuhan remaja.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharismi. 1990. Manajemen Pengajaran secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharismi. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Balai Pustaka: Jakarta Burhan, Bungin. 2003. Metodologi Penelitian Sosial; Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Pers. Drs. Taufiq Rohman Dhohiri, dkk. Sosiologi, (Jakarta: Yudistira, 2003). Gunarsa Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, Jakarta, BPK Gunung Mulya. Hasan, M. Iqbal.2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia. Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: Fisip Universitas Indonesia. Kartono, Kartini.2011. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja.Jakarta: Rajawali Pers. Krisyantono. 2006. Teknik Praktis Riset komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. Kuswarno, Engkus.2009. Fenomenologi; Metodologi Penelitian Komunikasi, Konsepsi,
Pedomandan
Contoh
Penelitiannya.
Bandung:
Widya
Padjadjaran. Monks, F.J. dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Cetakan I. Yogyakarta Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyono, Y. Bambang. 1993. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius. Mulyadi,Yad, dkk .1995. Sosiologi. Yudistira. Jakarta Narwoko, Dwi J dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Terapan Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media.
Rakhmat, Drs. Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sadli, Saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, 1976, Bulan Bintang. Jakarta Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Soekanto, Prof. Dr. Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja Dan Anak. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suyanto, Bagong, dkk. 2004. Metode Penelitian sosial: Berbagai Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Amedia Group. Sumber Lain : Rauf, 2010. Kajian Fenomena Perilaku Remaja Menyimpang di Bangkalan. Bangkalan: Perpustakaan Pusat universitas Trunojoyo Madura. Badan Pusat Statistik 2011 Profil Desa tahun 2012 http://finance.detik.com/read/2011/06/28/195709/1670973/4/bps-jumlah-tkiarab-saudi-capai-15-juta-orang diakses pada tanggal 28 April 2013 http://forumstudikebangsaan.blogspot.com/2013/01/perilaku-gangster-danremaja-indonesia.html diakses pada tanggal 04 Mei 2013