ABSTRAK. Karya ... Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah .....
Contoh: /a bunayya inna abaka karibu yawmihi faiza du'iyat ila l-makarimi fa'jil/.
1
ABSTRAK
Karya ilmiah ini berjudul ‘INTERJEKSI DALAM BAHASA ARAB’ yang bertujuan memberi gambaran tentang kasus interjeksi, kata-kata yang digunakan setelah interjeksi atau kata yang diseru, huruf-huruf interjeksi, interjeksi yang dapat dihilangkan dan jenis-jenis kata yang diseru. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode deskriptif. Hasilnya menunjukkan bahwa interjeksi (huruf nida’) adalah kata yang bertugas mengubah kasus kata yang sesudahnya menjadi berkasus akusatif. Kata-kata yang digunakan untuk menyeru itu ada tujuh, yaitu /aya/, /haya/, /a/, /ay/, /ya/, /a:/, dan /wa/. Kata yang terletak sesudah interjeksi disebut munada. Adapun makna munada meliputi pernyataan ‘minta tolong’, ‘keheranan’, ‘ratapan’, ‘pengkhususan’, ‘kesenduan’, ‘dukacita’, ‘bingung’, dan ‘peringatan’. Dan kata yang dapat digunakan sebagai interjeksi antara lain /in sya allah/, /tabbalaka/, dan /sam’am wa ta’atan/.
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
2
RINGKASAN
Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran tentang interjeksi dalam bahasa Arab. Interjeksi dalam bahasa Arab disebut dengan huruf nida’ yang termasuk ke dalam bentuk kata tugas. Huruf nida’ ini digunakan untuk menyeru atau memperingatkan sesuatu kepada orang lain. Ia dapat mengubah bentuk kasus kata yang sesudahnya menjadi berkasus akusatif. Kata-kata yang digunakan untuk menyeru ada tujuh yang dapat dibagi menjadi empat kelompok, yakni: (1)
/aya/,
/a/ digunakan untuk menyeru sesuatu yang jauh (2) digunakan untuk menyeru sesuatu yang dekat (3)
/haya/, /ay/ dan
dan /a/
/ya/ digunakan untuk menyeru yang
dekat dan yang jauh dan (4) /wa/ digunakan sebagai pernyataan ratapan. Munada adalah salah satu bentuk kata yang berkasus akusatif yang terletak sesudah huruf nida’. Munada dapat diklasifikasikan menjadi lima bentuk, yaitu: (1) Almunada l-mufradu l-ma’rifah (2) Al-munada n-nakiratu l-maqsudah (3) Al-munada lmudaf dan (5) Al-munada syibhu l-mudaf. Adapun makna interjeksi di dalam kalimat meliputi ‘pernyataan minta tolong, ‘pernyataan keheranan’, ‘pernyataan ratapan’, ‘pengkhususan’, ‘pernyataan kesenduan’, ‘pernyataan dukacita’, ‘bingung’, serta ‘pernyataan peringatan’. Adapun kata ganti yang dapat diseru hanyalah dikhususkan pada
/damir khitab/ ‘kata ganti orang kedua’. Di samping itu ada pula
beberapa kata yang tidak termasuk interjeksi namun berfungsi sebagai perwujudan
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
3
interjeksi, seperti /’ajaban/,
/ahlan wa sahlan/, /hayata/, dan
/marhaban/, /al-hamduli l-lah/.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini walaupun dengan hasil yang sederhana dengan judul ‘INTERJEKSI DALAM BAHASA ARAB’. Dalam tulisan ini dibahas tentang kasus interjeksi, kata-kata yang digunakan setelah interjeksi atau kata yang diseru, huruf-huruf interjeksi, interjeksi yang dapat dihilangkan dan jenis-jenis kata yang diseru. Interjeksi adalah kata yang bertugas mengubah kasus kata yang sesudahnya menjadi berkasus akusatif. Di samping itu tulisan ini juga bertujuan untuk merealisasi salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi yang merupakan sebagian pelaksanaan tanggung jawab masyarakat kampus terhadap fungsi perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari hasil karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan karena terbatasnya kemampuan, waktu, dan acuan yang tersedia. Namun dengan kekurangankekurangan yang ada itu pula nantinya penulis akan memperoleh pengalamanpengalaman baru untuk dapat diterapkan pada penulisan selanjutnya. Semoga karya
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
4
ilmiah ini dapat memberi manfaat bagi usaha pembinaan dan pengembangan kebahasaan pada umumnya dan bahasa Arab pada khususnya
DAFTAR ISI Halaman Abstrak ...................................................................................................………
i
Ringkasan .........................................................................................................
ii
Kata Pengantar ..................................................................................................
iii
Daftar Isi ..........................................................................................................
iv
BAB I
: PENDAHULUAN ................................................................
1
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan .................................
1
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA .......................................................
3
BAB III
: TUJUAN DAN MANFAAT ………. ..............................…
6
3.1 Tujuan ..........................................................................
6
3.2 Manfaat ...........................................................................
6
BAB IV
: METODE PENELITIAN .......................................................
7
BAB V
: HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
8
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
5
5.1 Ketentuan Pokok Interjeksi ..........................................
8
5.1.1 Pengertian dan Tugas Interjeksi ...............................
8
5.1.2 Huruf-Huruf Interjeksi ...............................................
9
5.1.3 Menyeru dengan Kata Ganti (Damir) .........................
11
5.1.4 Menyeru kepada Kata Benda yg.Bersambung dgn. ‘al’ 11 5.1.5 Kata-Kata yang Digunakan sebagai Interjeksi ......…… 14 5.1.6 Pembuangan Interjeksi .............................................. 5.2 Ketentuan Kata yang Diseru (Munada) ................................
15 16
5.2.1 Jenis-Jenis Kata yang Diseru ....................................
16
5.2.2 Bentuk Kasus Al-Munada .....................................
18
5.2.3 Hukum Kata yang Mengikuti Munada .......................
18
5.2.4 Munada yg. Dikonjugasikan dgn. Ya Mutakallim ......
22
5.2.5 Kata-Kata yang Biasa Menjadi Munada ...................
22
5.2.6 Penghilangan Munada ..............................................
23
5.3 Fungsi Interjeksi dalam Kalimat .......................................
24
5.3.1 ‘Pernyataan Meminta Tolong’ ...................................
24
5.3.2 ‘Pernyataan Keheranan’ ..........................................
.26
5.3.3 ‘Pernyataan Ratapan’ ................................................
26
5.3.4 ‘Pernyataan Pengkhususan’ .......................................
27
5.3.5 ‘Pernyataan Kesenduan’ ...........................................
28
5.3.6 ‘Pernyataan Dukacita’ ..............................................
30
5.3.7 ‘Pernyataan Bingung’ ..............................................
30
5.3.8 ‘Pernyataan Peringatan’ ...........................................
31
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
6
BAB VI
: KESIMPULAN ………….. .............................................
32
Bibliografi ..........................................................................………………
35
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang dan Permasalahan Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berbudaya dan salah satu unsur kebudayaan itu adalah bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam menyampaikan maksud dan tujuannya. Unsur-unsur dalam bahasa mempengaruhi setiap aksi dan makna dari ujaran yang dilontarkan, jadi setiap unsur mempunyai peranan penting dalam sebuah bahasa untuk menerangkan maksud dan tujuan dari sebuah ujaran. Bahasa yang baik adalah bahasa yang efektif, yakni bahasa yang dapat mengantarkan si penuturnya atau si penulisnya pada tujuan yang dikehendaki (Birk
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
7
dalam Said, 1973). Lebih lanjut Birk mengatakan bahwa bahasa diibaratkan sebagai pakaian yang berfungsi sebagai penutup aurat. Dengan demikian bahasa dapat diartikan sebagai pakaian yang membungkus pikiran yang terkandung di dalamnya. Pakaian yang baik adalah pakaian yang bentuk, model, serta ukurannya sesuai dengan si pemakainya, yang penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi dan akhirnya dapat dinikmati bukan hanya bagi si pemakainya bahkan orang yang melihatnya, demikian juga dengan bahasa (Said, 1973). Dalam menyusun suatu kalimat yang sempurna atau berbahasa tentu tidak terlepas dari komponen-komponen yang berbentuk kata. Interjeksi di dalam bahasa Arab adalah salah satu dari bagian dari kata. Kata seru atau interjeksi di dalam bahasa Arab yang disebut dengan harfu n-nida’ (
) adalah salah satu jenis kata yang
termasuk dalam kelompok kata tugas. Sebagai salah satu bagian dari kata tugas ia memiliki satu keistimewaan di antaranya dapat berperan mengubah tanda kasus kata yang diserunya atau munada (
). Selain itu ada pula ditemukan beberapa
kata yang berkasus akusatif yang berfungsi sebagai interjeksi. Dengan kemajemukan masalah dan peranan yang terdapat pada interjeksi ini membuat masalah ini menarik untuk dibahas. Penelitian ini akan membahas interjeksi di dalam bahasa Arab yang dibatasi pada huruf-huruf interjeksi, fungsi, dan jenis interjeksi. Parera (1987) mengatakan jenis kata yang secara sintaktis terlepas dari verbum dan menyatakan perasaan atau sikap pikiran disebut dengan interjeksio. Sementara Hasyimi (1978) mengatakan
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
8
‘Interjeksi adalah permintaan orang yang berbicara yang ditujukan kepada orang yang diajak berbicara yang dimulai dengan huruf pengganti. Jadi yang dimaksud dengan interjeksi di dalam bahasa Arab adalah kata yang digunakan untuk memanggil atau mengingatkan sesuatu kepada seseorang atau kelompok untuk melaksanakan atau memperhatikannya. Interjeksi ini dapat mengacu ke sikap yang positif, negatif, menggambarkan keheranan, netral, atau bergantung pada makna yang mengiringinya. Sesuai dengan judul yang tertera di atas, maka masalah yang timbul dalam penelitian ini meliputi: a. bentuk-bentuk interjeksi apa saja yang didapati di dalam bahasa Arab; b. apa fungsi interjeksi di dalam bahasa Arab; c. bagaimana jenis-jenis interjeksi yang terdapat di dalam bahasa Arab.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam bahasa Arab interjeksi termasuk ke dalam kategori kata benda (isim). Interjeksi ini disebut juga dengan huruf nida’
(
).
Jika
kita
ingin
memanggil seseorang maka panggilan itu disebut interjeksi dan yang dipanggil disebut dengan munada
). Interjeksi dapat digunakan untuk memanggil
seseorang yang sudah tertentu, kata benda tak tentu tetapi jelas yang dimaksudkan, kata
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
9
benda tak tentu, kata benda yang berkaitan dengan kata benda lainnya, dan kata benda yang mirip dengan kata benda lainnya. Menurut Kridalaksana (1984)), interjeksi adalah bentuk yang tidak dapat diberi afiks dan yang tidak mempunyai dukungan sintaksis dengan bentuk lain dan yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dari uraian ini kita mengetahui bahwa interjeksi bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaktis tidak berhubungan dengan kata-kata lain di dalam ujaran. Ia bersifat ekstra kalimat dan selalu mendahului ujaran. Adapun Andalusiy (1986) mengatakan ‘Interjeksi adalah memanggil sesuatu dengan huruf-huruf tertentu. Sementara Hasyimi (1978) mengatakan ‘Interjeksi adalah permintaan orang yang berbicara yang ditujukan kepada orang yang diajak bicara yang dimulai dengan huruf pengganti. Misal:
/ya ‘umar/ ‘Hai Umar’ Selanjutnya Masih (1981) mengatakan ‘Munada ialah isim yang zahir yang dituntut perkataannya dengan menggunakan salah satu huruf nida’’ Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa munada itu digunakan jika ingin memanggil seseorang.
Munada atau kata yang terletak sesudah interjeksi dapat:
(1) berbentuk tunggal (mufrad) dan ia berada kasus nominatif. Misal:
/ya
waladu/ ‘Hai anak laki-laki’. Tetapi jika orang yang dituju itu absen dan kata
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
10
bendanya ditentukan oleh beberapa kata yang lain, maka kata benda yang berada sesudah interjeksi itu berkasus akusatif. Misal: ‘Hai orang yang lupa’; (2) berbentuk frase interjeksi (mudaf atau syibhu mudaf), yakni munada yang terdiri dari kata benda yang harus disandarkan kepada kata yang lain sehingga jelas maknanya. Misal: ‘Hai pakar’ ‘Hai orang yang bermoral’ (3) munada yang disertai dengan artikel. Misal: ‘Hai anak laki-laki’ Interjeksi di dalam bahasa Arab bermacam-macam. Misal: /a, ay, ya, a, aya, haya, wa/. Untuk jarak dekat kita dapat menggunakan interjeksi /a/ dan /ay/, untuk jarak jauh kita dapat menggunakan interjeksi /a, aya, haya/, dan
/al-waw/
digunakan
untuk
menyatakan ratapan atau keluhan. Misal: ‘Aduhai, siapa yang mampu menhan awan dari hujan’ serta
/ya/ dapat digunakan untuk menyeru jarak dekat dan jauh. Misal:
‘ ... Hai Adam, tinggallah kamu beserta isterimu di dalam surga ...’ (Qur’an, 2:35) Selain interjeksi yang telah disebutkan di atas, di dalam bahasa Arab didapati interjeksi yang lain yang berupa ungkapan-ungkapan keagamaan, seperti /insya Allah/ ‘Jika dikehendaki Allah’ dan
/al-hamduli
l-lah/
‘Segala
puji bagi Allah’. Kridalaksana (1986) menyebut interjeksi ini dengan interjeksi bentuk
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
11
turunan. Perlu diketahui ada pula beberapa kata benda tertentu yang berkasus akusatif berfungsi sebagai interjeksi. Misal:
/’ajaban/ ‘Heran’ /mahlan/ ‘Hati-hati’ /marhaban/ ‘Selamat Datang’
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
12
Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan: 1. menginventaris interjeksi yang ada di dalam bahasa Arab, 2. meneliti fungsi interjeksi di dalam bahasa Arab, 3. meneliti jenis-jenis bentuk yang terletak sesudah interjeksi.
3.2 Manfaat Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. mengetahui lebih mendalam tentang interjeksi di dalam bahasa Arab sehingga dapat digunakan sebagai bahan banding bagi linguistik lainnya, 2. memberikan sumbangan bagi penyusunan teori kebahasaan, 3. menunjang program pemerintah dalam upaya pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.
BAB IV METODE PENELITIAN
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
13
Metode yang baik adalah metode yang sesuai denagn sifat objeknya. Untuk mengetahui sifat objeknya maka teorilah yang menuntunnya. Demikianlah kerja sama yang baik antara teori dan metode merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian bahasa (Sudaryanto, 1988). Penelitian ini bersifat deskriptif. Ada tiga tahap yang dilalui dalam kegiatan penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan objek penelitaian. Setelah data dikumpul kemudian dianalisis dengan menggunakn metode agih dengan teknik perluas. Hasil analisis dipaparkan dengan menggunakan metode informal. Ihwal penggunaan metode tersebut dapat dilihat dalam Sudaryanto (1988).
BAB V
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Ketentuan Pokok Interjeksi
5.1.1 Pengertian dan Tugas Interjeksi Interjeksi (kata seru) adalah kata afektif yang mengungkapkan seruan-seruan perasaan (Moeliono:1990). Pada umumnya interjeksi mengacu ke sikap yang negatif atau positif,
menggambarkan
keheranaan
bergantung
pada
makna
kalimat
yang
mengiringinya. Misalnya untuk menyatakan betapa cantiknya seseorang kita dapat mengungkapkannya dalam kalimat yang didahului oleh kata aduh, cantik sekali kau malam ini. Interjeksi dalam bahasa Arab disebut
/harfu n-nida’/. Huruf nida’
ialah suatu kata yang digunakan untuk memanggil atau memperingatkan sesuatu kepada seseorang atau kelompok untuk melaksanakan atau memperhatikannya. An-nida’ menurut bahasa bermakna
/as-sawtu/, sedangkan menurut istilah gramatikal,
an-nida’ adalah /an-nida’u ad-du’a ‘u bi hurufin makhsusat(in)/ ‘Interjeksi adalah memanggil sesuatu dengan mempergunakan huruf-huruf tertentu’. Jadi yang dimaksud dengan interjeksi adalah huruf (kata) yang digunakan untuk memanggil atau menyeru. Contoh: /qul ya ahla l-kitabi la taghlu fi dinikum .../
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
15
‘Katakanlah, hai ahli kitab janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar di dalam agamamu..../ (Q.S., 2:77). Pada contoh di atas didapati interjeksi
/ya/ dan kata yang terletak sesudahnya
berkasus akusatif karena tugas dari interjeksi tersebut adalah mengakusatifkan kata yang terletak sesudahnya.
5.1.2 Huruf-Huruf Interjeksi Interjeksi yang digunakan untuk memanggil di dalam bahasa Arab ada tujuh, yaitu: /a/
‘hai’
/ay/
‘hai’
/ya/
‘hai’
/a/
‘hai’
/aya/
‘hai’
/haya/
‘hai’
/wa/
‘hai’
Huruf-huruf interjeksi ini dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: 1. untuk memanggil sesuatu yang jauh digunakan kata
/aya/,
/haya/,
dan
/a/. Contoh: /qala sy-sya’ir, aya jami’a d-dunya li ghayri balaghatin liman tajma’u d-dunya wa anta tamutu/
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
16
‘Penyair berkata, wahai orang yang mengumpulkan harta dunia yang tidak berkesudahan, untuk siapakah kamu mengumpulkan harta tersebut sedangkan kamu akan mati’ 2. untuk memanggil sesuatu yang dekat digunakan kata
/ay/ dan
/a/.
Contoh: /a bunayya inna abaka karibu yawmihi faiza du’iyat ila l-makarimi fa’jil/ ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu ini sudah dekat ajalnya, maka bila seseorang menyuruhmu melaksanakan mulia bersegeralah’ 3. untuk memanggil yang dekat dan yang jauh digunakan kata
/ya/.
a. Menyeru yang dekat: Contoh: /wa qulna ya adamuskun anta wa zawjuka l-jannata .../ ‘Hai Adam, tinggallah kamu bersama isterimu di dalam surga ini ...’ Kata yang terletak sesudah interjeksi di atas berkasus nominatif sebab ia terdiri dari satu kata atau isim mufrad.
/ya/ ini boleh diikuti oleh kata benda yang
berkasus nominatif tanpa artikel dan orang yang dituju hadir pada saat itu serta kata benda itu tidak ditentukan oleh kata benda berikutnya (mufrad). Tetapi jika orang yang dituju tidak hadir pada saat itu atau kata benda yang ditentukan oleh kata-kata sesudahnya, maka kata benda yang terletak sesudah
/ya/
akusatif. Contoh: /ya ghafilan/ ‘Hai orang yang lalai’
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
itu
harus
berkasus
17
Huruf
/ya/ ini kadang-kadang dapat ditulis tanpa alif kalau kata benda
berikutnya dimulai dengan alif, misalnya: /ya akhi .../ ‘Hai saudaraku ...’ b. Menyeru yang jauh Contoh: /qala abu nuwas, ya rabba in ‘azumat zunubi kasratan pa laqad ‘alimtu bi anni ‘afwaka ‘a’zam/ ‘Hai Tuhanku, betapa besar dan banyaknya dosaku namun sesungguhnya aku mengetahui keampunanmu lebih besar lagi’ 4. Seruan yang menyatakan ratapan atau keluhan menggunakan
/wa/. Contoh:
/wa man za l-lazi yanha l-ghamama ‘ani l-qatri/ ‘Aduhai, siapakah yang mampu menahan awan dari hujan’
5.1.3 Menyeru dengan Kata Ganti (Damir) Kata ganti yang dapat digunakan untuk diseru adalah kata ganti orang ke dua atau /damiru l-khitab/ baik tatkata ia berkasus nominatif ataupun akusatif. Sedangkan /damiru l-mutakallim/ ‘kata ganti orang pertama’ dan /damiru l-ghaib/ ‘kata ganti orang ke tiga’ tidak benarkan untuk diseru. Contoh:
/ya anta subhanaka laylan wa naharan/ ‘Hai Engkau, yang kami bertasbih siang dan malam’
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
18
5.1.4 Menyeru kepada kata benda yang bersambung dengan ‘al’ Untuk menyeru kata-kata benda yang bersambung dengan ‘al’ dapat dilakukan pada tiga tempat, yaitu: 1. meletakkan kata
/ayyuha/ untuk jenis laki-laki dan
/ayyatuha/ untuk jenis perempuan. Kata benda yang dapat disisipkan dengan kata /ayyatuha/ dan a.
/ayyuha/ ini memiliki tiga bentuk, yaitu pada: /ismu l-jamid/ ‘kata benda yang bukan berasal dari bentukan kata
kerja’. Contoh: /al-hajaru/ ‘batu’ /ad-dirhamu/ ‘uang dirham’ Ketentuan seperti ini berlaku bagi seluruh bentuk baik ia berbentuk mufrad, musanna, maupun jamak. b.
/ismu l-musyttaq/ ‘kata benda yang berasal dari bentukan kata
kerja’. Contoh: /ya ayyuha l-mudassir qum fa anzir wa rabbaka fa kabbir/ ‘Hai orang yang berselimut, bangunlah, berilah peringatan dan kepada Tuhanmu besarkanlah’ c.
/ismu ghayri l-mutasarrif/ ‘kata benda yang tidak berubah-
ubah’, yang dikhususkan pada isim mawsul
/al-azi/ dan
/al-lati/ saja/. Contoh:
/ya ayyatuha l-lati tusafirina ila l-ghurub/
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
19
‘Hai wanita yang bepergian ke Eropa’ 2. Meletakkan
/ismu l-isyarah/ ‘kata tunjuk’
Ketentuan yang kedua bagi kata benda yang bersambung dengan ‘al’ adalah menyisipkan isim isyarah setelah interjeksi. Ketentuan ini hanya berlaku bagi kata tunjuk yang menyatakan dekat, yaitu
/haza/ dan
/hazihi/
(Ghulayayni:1984). Contoh:
/ya haza r-rajulu/ ‘Hai pemuda ini’ 3. Menambahkan huruf mim musyaddadat Menurut Masih (1981), penambahan mim musyaddadat pada kata benda tersebut adalah untuk menyatakan
/at-takrim/
‘kemuliaan’.
Ghulayayni (1984) adalah untuk menyatakan
Sedangkan
menurut
/at-ta’zim/
‘keagungan’. Contoh:
/allahumma ghfirli warhamni wajburni wahdini warzuqni/ ‘Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku rahmat, cukupilah aku, pimpinlah aku, dan berilah aku rezeki’ Apabila ingin menyeru lafzu l-jalalah tanpa menggunakan mim musyaddadat dibolehkan, namun dengan syarat wajib melafalkan huruf hamzah pada kata Allah. Dengan kata lain bahwa hamzah wasal pada kata Allah berubah menjadi hamzah qat’i. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
20
/ya Allah irhamna/ ‘Ya Allah, kasihanilah kami’ (Tidak boleh:
)
/ya llah irhamna/. 4. Wajib Membuang ‘al’nya Ketentuan yang terakhir bagi kata benda yang bersambung dengan ‘al’ adalah membuang ‘al’ itu sendiri bila kata ini diikuti oleh isim ‘alam. Nama-nama orang yang biasa memakai ‘al’ itu antara lain:
/al-’abbas/, dan
/as-
samual/. Contoh: /ya ‘abbas/ /ya samual/
5.1.5 Kata-Kata yang Digunakan sebagai Interjeksi Selain dari interjeksi itu sendiri di dalam bahasa Arab didapati pula kata-kata atau kalimat yang dapat digunakan sebagi interjeksi karena ia dapat digunakan untuk menyatakan kekaguman, peringatan, sambutan, dan celaan serta ada beberapa kalimat penyeruan yang bercirikan keagamaan. Misalnya: /hayya/ ‘mari’; ‘ayo’ /hayata/ ‘menjauhlah’ /uffu, uf/ ‘ah’ /halumma/ ‘kemari’ /halumma jarra/ ‘kemari /dunaka/ ‘hati-hati’
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
21
/ahlan wa sahlan/ ‘selamat datang’ /’ajaban/ ‘aneh, ganjil’ /mahlan/ ‘pelan-pelan’ /marhaban/ ‘selamat datang’ /tabbalaka/ ‘celaka kau’ /bi l-lahi, ta l-lahi, wa l-lahi/ ‘demi Allah’ /alhamdulillah/ ‘segala puji bagi Allah’ /in sya’a l-lah/ ‘jika Allah menghendaki’ /’a’uzu bi l-lahi/ ‘Aku berlindung kepada Allah’ /la hawla wa la quwwata illa bi l-lahi/ ‘Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya kepada Allah’ /ma sya’a l-lahu/ ‘Allahlah yang berkehendak’ /astaghfiru l-laha/ ‘Aku mohon ampun pada Allah’
5.1.6 Pembuangan Interjeksi Interjeksi di dalam kalimat dapat dibuang apabila penyeruan ini tidak menyatakan /an-nudbah/ ‘ratapan’,
/istighasah/ ‘minta tolong’,
/at-ta’ajjub/ ‘keheranan’, dan tidak untuk menyeru yang jauh. Sedangkan interjeksi yang dapat dibuang hanyalah
/ya/ saja. Pembuangan interjeksi
dapat dilakukan pada munada atau yang diseru yang berbentuk: a. munada mudaf
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
22
Contoh:
/rabbana amanna bi ma anzalta wa t-taba’na r-rasula faktubna ma’a sy-syahidin/ ‘Hai Tuhan kami, kami telah beriman dengan apa yang telah Engkau turunkan, dan
kami telah mengikuti rasul-Mu, maka masukkanlah kami bersama orang-orang
yang
bersaksi’
b. Munada yang Terdiri dari Isim Isyarah. Contoh:
/iza hamalat ‘ayni laha qala sahi: bi mislika haza law’atun wa gharamun/ ‘Bila mataku terus menangis karenanya aku berteriak, dengan tegak di depanmu, wahai inikah kerinduan dan cinta yang menyiksa?’ c. Al-munada n-nakiratu l-maqsudah. Contoh: /asbih laylu/ ‘wahai malam, cepatlah berganti subuh’
d. Munada yang Terdiri dari Nama Orang. Contoh: /yusufu a’rid ‘an haza wa staghfiri li zanbiki innaka kunti mina l-khati’ina/ ‘Hai Yusuf, berpalinglah kamu dari ini dan (hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu karena kamu sesungguhnya termasuk orang yang salah’ (Q.S.12:29)
5.2 Ketentuan Kata yang Diseru (Munada)
5.2.1 Jenis-Jenis Kata yang Diseru
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
23
Kata yang diseru di dalam bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi lima bentuk, yaitu: 1. Al-munada l-mufradu l-ma’rifah Yang dimaksud dengan munada ini ialah kata yang diseru tidak tersusun dari tawkid idafi atau menyerupai tawkid idafi. (kata majemuk atau frase). Oleh karena itu ia berbentuk mufrad yang dikhususkan kepada isim ‘alam
(Muhammad:1982). Contoh:
/ya zainabu uktubi darasataki/ ‘Hai Zainab, tulislah pelajaranmu’ 2. Al-Munada n-nakiratu l-maqsudah, yaitu seruan yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang yang berada di lingkungan khalayak ramai. Umpamanya memanggil sebagian mahasiswa yang berada di kumpulan orang ramai. Contoh:
/ya waladu il’ab bi l-kurrah/ ‘Hai anak, bermain bolalah kamu’
3. Al-munada n-nakiratu ghayru l-maqsudah, yakni seruan
yang ditujukan kepada
sesuatu yang umum tanpa dibatasi oleh pengkhususan. Contoh:
/gharabati sy-syamsu ya sa’imina/ ‘Telah tiba waktu berbuka, hai orang yang berpuasa’ 4. Al-munada l-mudaf, yakni seruan yang terdiri atas mudaf dan mudafun ilayhi. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
24
/ya ‘abdallah khuz kitabaka/ ‘Hai Abdullah, ambillah bukumu’ 5. Al-munada syibhu l-mudaf, yakni seruan yang terdiri dari isim yang dikombinasikan dengan isim yang lain yang berfungsi melengkapi pengertiannya. Kata yang melengkapi munada tersebut kadang-kadang berfungsi sebagai fail, naibu l-fail atau sebagi maf’ul bih. Contoh: /ya hasanan wajhuhu/ ‘Hai orang yang cantik wajahnya’ Kata yang terletak sesudah munada ini berfungsi sebagai subjek.
5.2.2 Bentuk Kasus Al-Munada Pada dasarnya al-munada itu adalah objek dari kata
/ad’u/
‘aku
memanggil’, namun kata itu dibuang dan yang tinggal hanya objeknya saja. Kata yang dibuang itu diganti dengan salah satu interjeksi. Contoh: /ya zaydu/ ‘Hai Zaid’ berasal dari
/ad’u
zaydan/
‘Aku
memanggil, hai Zaid’. Adapun bentuk kasus yang didapati di dalam interjeksi ini disebut dengan bentuk kasus asli dan mahalli (menempati tempat nasab). Oleh sebab itu kasus munada yang dibentuk dengan bentuk akusatif yang asli yakni dengan fatah zahir dan kasus akusatif mahalli adalah bentuk kasus yang menempati tempat nasab.
5.2.3 Hukum Kata yang Mengikuti Munada
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
25
Kata yang biasanya mengikuti munada adalah badal, ‘ataf, na’at, dan tawkid. Bila munada yang diikuti oleh kata-kata tersebut berbentuk mu’raf maka kata-kata itu harus selamanya berkasus akusatif. Contoh: /ya aba bakrin wa aba l-hasan/ ‘Hai Abu Bakar dan Abu Hasan’ Kata yang mengikuti munada pada contoh di atas adalah maktub. Bila kata yang mengikuti munada tersebut merupakan badal atau ‘ataf nasab yang tidak ada ‘al’nya dan dia bukan mudaf, maka kata tersebut dibentuk dengan kasus nominatif pada tempat akusatif. Contoh:
/ya aba salim yusufu/ ‘Hai ayah si Salim, Yusuf’ 1. Badal Bila munada mabni diikuti badal maka bentuk kasusnya ada beberapa macam, yaitu: a. wajib nasab apabila yang mengikuti munada berbentuk idafah. Contoh:
/ya zaydu aba ‘abdallah/ ‘Hai Zaid ayah si Abdullah’ b. wajib rafa’ apabila badal itu terletak sesudah kata
/ayyu/ dan
/ayyatu/ atau sesudah kata tunjuk. Contoh: /ya ayyatuha l-mar’ah/ ‘Hai perempuan’ c. wajib mabdi dammah apabila badal yang mengikuti munada tanpa ‘al’. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
26
/ya sa’idu khalilu/ ‘Hai Said, kawan’ 2. ‘Ataf Munada yang diikiuti oleh ‘ataf baik ‘ataf nasab ataupun ‘ataf bayan maka bentuk kasusnya terdiri dari beberapa macam, yaitu a. pada ‘ataf nasab - wajib mabni dammah apabila kata tersebut tanpa ‘al’. Contoh: /ya sa’idu wa su’ad/ ‘Hai Said dan Suad’ - wajib nasab apabila kata itu berbentuk idafah. Contoh:
/ya tilmizu wa ustaza l-hisab/ ‘Hai murid dan guru Matematik’ - boleh rafa’ dan boleh nasab bila ia disertai oleh ‘al’. Contoh: /ya khalilu wa d-dayfu/ ‘Hai kawan dan tamu’ dan boleh /ya khalilu wa d-dayfa’ b. Pada ‘Ataf Bayan Apabila ‘ataf bayan menyertai munada maka kasusnya boleh dua bentuk, yaitu nominatif sebagai mengikuti lafaz munadanya dan boleh bentuk akusatif sebagai mengikuti tempat kasus munadanya. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
27
/ya mar’atu khalilatu/ ‘Hai wanita, kawan perempuan’ atau /ya mar’atu khalilata/ 3. Na’at Apabila na’at menyertai munada dalam kalimat seru maka kasus na’at itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. wajib berkasus akusatif bila kata sifat itu merupakan mudaf tanpa ‘al’. Contoh:
/ya muhammadu tawila l-jismi/ ‘Hai Muhammad yang tinggi tubuhnya’ b. boleh berkasus akusatif dan boleh berkasus nominatif apabila kata sifat itu berbentuk mudaf dan disertai dengan ‘al’. Contoh: /ya fatimatu r-rafi’atu/ ‘Hai Fatimah yang luhur’ atau /ya fatimatu r-rafi’ata/ 4. Tawkid (Penguat) Tawkid yang dapat menyertai munada hanyalah tawkid ma’nawi. Dan ia mempunyai dua kasus, yaitu: - wajib nasab apabila ia berbentuk tawkid lafzi. Contoh: /ya talamizu kullakum/ ‘Hai murid-murid semuanya’ - boleh nasab dan boleh rafa’ bila tawkid yang mengikuti munada tidak berbentuk tarkibu l-idafi. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
28
/ya misriyuna ajma’una/ ‘Hai orang Mesir semuanya’ boleh juga /ya misriyuna ajma’ina/ 5. Munada yang Disertai Kata
/ibnu/
Apabila kata ibnu diletakkan di antara dua kata nama orang dalam kalimat seruan, maka ia dapat dibentuk dengan bentuk kasus nominatif dan akusatif. Contoh:
/ya yusufu bnu ya’qub/ ‘Hai Yusuf anak Ya’qub’ atau /ya yusufu bnu ya’quba/ Namun apabila kata ibnu tidak terletak di antara dua kata nama, maka wajib berkasus akusatif. Contoh: /ya fatimatu bnata ‘ammi/ ‘Hai Fatimah anak pamanku’ 5.2.4 Munada yang Dikonjugasikan dengan Ya Mutakallim Munada yang dikonjugasikan dengan ya mutakallim ini terdapat pada: - isim sahih akhir. Contoh:
/ya talamizi ihtiramu l-madarrisin i’tirafan bi fadlihim/ ‘Hai murid-murid, hormatilah gurumu sebagai mengenal akan keutamaannya’ - isim mu’tal akhir. Contoh: /ya qadiya/ ‘Wahai hakimku’ - sifat bagi isim fail. Contoh: /ya mazlumi/ ‘Oh orang yang kusakiti’
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
29
- Munada yang terdiri dari kata
/abun/ dan
/ummun/
Contoh:
/ya abati ijtanibi z-zunnun/ ‘Hai ayahku jauhilah prassangka’
5.2.5 Kata-Kata yang Biasa Menjadi Munada Kata-kata yang biasa digunakan sebagai munada (yang diseru) dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Al-munada s-sama’iyyah, ialah munada yang tidak mempunyai pola-pola tertentu. Kata-kata ini hanya didapati sebagaimana penuturan orang Arab saja. Contoh: /ya ful/ ‘Hai Polan’ /ya luqman/ ‘Hai Liqman’ yang berasal dari
/ya kasiru l-lukmi/ ‘Hai orang yang banyak
mencela’ 2. Al-munada l-qiyasiyyah, yaitu munada yang dibentuk berdasarkan timbangan: a.
/fa’ali/ yang ditujukan kepada
- jenis perempuan pertanda makian. Contoh: /ya laka’/ ‘Hai wanita degil’ - menyeru dengan menggunakan timbangan isim fi’il amar. Contoh: /nazali/ ‘Hai turunlah’ b.
/fu’alu/
yang digunakan untuk mencaci maki yang ditujukan
kepada jenis laki-laki. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
30
/ya ghudar/ ‘Hai laki-laki penipu’ c.
/maf’alanu/ digunakan untuk menyeru dengan memberi sifat
kepada seseorang. Contoh: /ya maksalanu/maksalanatu/ ‘Hai (lk./pr.) malas’
5.2.6 Penghilangan Munada Munada dapat dihilangkan dengan tujuan sebagai peringatan. Munada yang dihilangkan itu boleh berbentuk apa saja asal sesuai dengan konteks kalimatnya. Contoh:
/ya laytani kuntu ma’ahum/ ‘Wahai, semoga saya berada bersama mereka’ Pada contoh di atas kata yang dihilangkan adalah
/qawmi/ ‘kerabatku’.
Munada yang dihilangkan dapat pula terletak sebelum fi’il amar. Penyeruan dalam untuk ini bertujuan untuk menyuruh seseorang melakukan sesuatu. Contoh:
/ya izhabi ila s-suqi/ ‘Hai pergilah ke pasar’ Contoh di atas ini berassal dari /ya anti izhabi ila s-suqi/
5.3 Fungsi Interjeksi Dalam Kalimat Interjeksi di dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna antara lain: 5.3.1 ‘Pernyataan meminta tolong’.
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
31
Meminta tolong dalam bahasa Arab diistilahkan dengan
/al-
istighasah/. Kalimat yang berbentuk istighasah ini hanya dapat dibentuk dengan menggunakan satu interjeksi saja, yaitu
/ya/. Dan pada kalimat ini tidak
dibenarkan membuang interjeksi. Juga tidak dapat membuang bih/ ‘penolong’, sedangkan membuang
/mustaghasu
/mustaghasu lah/ ‘yang ditolong’
boleh saja. Contoh: /ya lalmuhsinina li l-fuqara’i/ ‘Hai orang yang baik, tolonglah fakir’ /ya la l-lahi/ ‘Hai Tuhan, tolonglah’ Kalimat istighasah dapat diformulasikan dengan salah satu bentuk di bawah ini. 1. Meletakkan huruf ‘lam’ yang berkasus akusatif pada dan huruf ‘lam’ berkasus genetif pada kata
/mustaghasu
lah/. Contoh: /ya lalqawmi li l-mazlumi/ ‘Hai kerabat, tolonglah orang yang teraniaya’
/ya lalkarami li l-muhtajina/ ‘Hai orang yang mulia, tolonglah orang yang membutuhkan’ 2. Menambah alif zaidah pada akhir
/mustaghasu/ dan
/mustaghasu lah/ nya tetap seperti ketentuan sebelumnya. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
/mustaghasu/
32
/ya qawma li l-mazlumi/ ‘Hai orang-orang, tolonglah orang yang tertindas’ 3. Kata
/mustaghasu/ tetap sebagimana bentuk kasus /al-munada n-nakiratu l-maqsudah/ dan
/mustaghasu
lah/ nya tetap sebagimana ketentuan sebelumnya. Contoh: /ya qawmu li l-ghariq/ ‘Hai Bung, tolonglah orang yang tenggelam itu’ Bagi kata
/mustaghasu lah/ bila diserta dalam kalimat
meminta tolong maka kata tersebut wajib berkasus genetif dengan lam maksurah dan boleh juga dengan
/min/. Contoh:
/ya lalhukkami mina l-ghala’i/ ‘Hai pemerintah, bantulah akan mahalnya barang-barang’ 5.3.2 ‘Pernyataan Keheranan’ Interjeksi dapat juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan /ta’ajjub/. Cara dapat dilakukan dengan: a. menambahkan lam maftuhat pada kata yang diherankan; b. menambahkan alif pada akhir kata yang diherankan tetap berkasus nominatif. Contoh:
/ya lassamaki, ya samaka, ya samaku/ ‘Wahai besarnya iakn ini’
5.3.3 ‘Pernyataan Ratapan’
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
33
Menurut Ghulayayni (1984), ratapan disebut juga denagn
/an-
nudbah/. Biasanya pernyataan ini digunakan pada orang yang ditimpa musibah. Dan wajib kata yang diratapi itu
/mandubun/ terdiri dari kata benda mu’raf (nama
orang) atau tarkib ‘idafi yang disandarkan kepada nama orang. Contoh:
/wa dariba zaydin isbir/ ‘Duh, orang yang memukul Zaid bersabarlah’ Adapun interjeksi yang berfungsi untuk menyatakan ratapan adalah /wa/. Kadang-kadang
/ya/ dapat juga digunakan dalam kaliamt ratapan apabila ia
tidak menimbulkan kesamaran pada pengertian aslinya. Dalam kalimat yang menyatakan ratapan tidak dapat dilakukan pembuangan munada dan interjeksi. Contoh:
/wa amira l-mukminina/ ‘Duh, pemimpin yang mukmin’ Ciri-ciri kalimat ratapan adalah: 1. Kata yang menjadi ratapan diakhiri dengan alif zaidah. Contoh:
/ya zaydan la ta’bud/ ‘Duh Zaid, jangan kau menjauh’ 2. Kata yang menunjukkan ratapan diakhiri dengan alif zaidah, yang ditambah dengan /ha/ sakinah. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
34
/wa husainah la tazhab/ ‘Duh Husein, jangan pergi’ 3. Tetap sebagaimana bentuk kasus aslinya. Contoh:
/wa yusufu/ ‘Duh, Yusuf’
5.3.4 ‘Pernyataan Pengkhususan’ Kalimat yang memiliki makna ‘pengkhususan’ memiliki ciri-ciri sbb: 1. Tidak menggunakan
/harfu n-nida’ .
2. Harus didahului oleh kata lain. 3. Kata yang menjadi pengkhususan harus didahului oleh
/al/. Contoh:
/arjuka ayyuha l-fata/ ‘Aku mengahrapmu, hai pemuda’ Kalimat yang memiliki makna ‘pengkhususan’ ini dapat digolongkan ke dalam bentuk: a. Pengkhususan untuk membanggakan diri. Contoh:
/ana akramu d-dayfa ayyuha r-rajulu/ ‘Saya adalah orang yang memuliakan tamu, hai bung’ b. Pengkhususan untuk merendahkan diri. Contoh:
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
35
/ana l-faqiru l-miskinu ayyuha r-rajul (u)/ ‘Hai bung, saya seorang fakir miskin’ Isim yang dijadikan pengkhususan
/mukhtassu/
dasarnya adalah objek dari kata kerja yang dibuang, yakni
pada
/akhassu/.
5.3.5 ‘Pernyataan Kesenduan’ Bila penyeruan digunakan sebagai pernyataan kesenduan
/at-
tarhim/, maka kata yang menjadi munada harus dibuang sebagian atau huruf terakhir dari munada tersebut. At-tarhim berarti /tarqiqu s-sawtu wa talinuhu/ ‘menghaluskan suara’. Dan munada yang menyatakan kesenduan disebut
/al-munada l-murakhkhim/.
Contoh:
/ya su’a/ ‘Hai Suad’ berasal dari
/su’adu/. /ya mahmu/ ‘Hai Mahmud’ berasal dari /mahmudu/. Ada beberapa ketentuan untuk membuat suatu kalimat seruan yang menyatakan kesenduan, yakni: 1. Bagi kata yang diakhiri dengan
/ha’u
t-ta’nis/
baik
terdiri dari tiga huruf atau lebih,ha ‘u t-ta’nisnya harus dibuang. Contoh: /ya siqa/ ‘Hai Siqah’ berasal dari /siqatun/. /ya ‘alima/ ‘Hai wanita berilmu’ berasal dari /’alimatun/
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
yang
36
2. Bagi kata benda yang tidak diakhiri dengan
/ha’u t-ta’nis/ tidak
dapat dibentuk menjadi munada murakhkhim kecuali kata-kata tersebut berbentuk: a. Kata benda yang terdiri dari empat huruf atau lebih. Contoh: /ya ja’fa/ ‘Hai Ja’far’ berasal dari
/ja’faru/,
/ya su’ya/ ‘Hai Sufyan’ berasal dari
/sufyanu/, dan
/ya ‘usma/ ‘Hai Usman’ berasal dari
/’usmanu/.
b. Tarkib Majazi Contoh: /ya ma’di/ ‘Hai Ma’di Karib’ berasal dari
/ma’di karibu/, dan
/ya siba/ ‘Hai Sibawaihi’ berasal dari
/sibawaihi/.
Kebanyakan munada murakhkhim dibentuk dengan membuang satu huruf terakhir dari kata yang menjadi munada tersebut. Namun dapat juga dilakukan dengan pembuangan dua huruf terakhir dengan syarat bahwa kata tersebut terdiri dari lebih empat huruf yang mana pada huruf ke empatnya merupakan: - huruf tambahan, contoh: /ya mansu/ berasal dari
/mansuru/.
- huruf ke empatnya merupakan huruf lien / illat, contoh: /ya miski/ ‘Hai miskin’ berasal dari
/miskinu/.
5.3.6 ‘Pernyataan Dukacita’ Pernyataan kepedihan dengan menggunakan interjeksi dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
37
/ya laytani kuntu turaban/ ‘Wahai, mengapa aku tidak menjadi tanah saja’
/ayya qubra ma’nin kayfa wa anta judahu wa qad kana minhu l-barru wa l-bahru mutri’an/ ‘Wahai kuburan yang banyak, bagaimanakah engkau menyembunyikan keindahannya; dan pasti ada darinya tanah dan laut tempat berkebun’
5.3.7 ‘Pernyataan Bingung’ Untuk mengungkapkan rasa kegelisahan, dapat digunakan interjeksi. Contoh:
/ayya manazila salma ayna salmaki man ajalu haza bakinaha bakinaki/ ‘Wahai rumah Salma, di manakah si Salma; siapakah yang menetapkan perpisahan
ini, kami menangisinya dan menangisimu’
5.3.8 ‘Pernyataan Peringatan’ Pernyataan peringatan yang dimaksudkan di sini adalah pernyataan untuk menjauhkan dari hal-hal yang membahayakan ataupun peringatan untuk melakukan suatu kebajikan. Contoh: /ya zaydu ra’saka wa s-sayfa/ ‘Hai Zaid, hati-hatilah kepalamu dari sabetan pedang’
/ad-dayghama d-dayghama ya za sy-syari/
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
38
‘Harimau!, Harimau! Hati-hatilah hai orang yang berjalan malam’
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Uraian tentang interjeksi di dalam bahasa Arab yang telah dipaparkan di atas memiliki kesimpulan sebagai berikut. Interjeksi dalam bahasa Arab yang disebut huruf nida’ termasuk ke dalam bentuk huruf (kata tugas). Huruf nida’ ini digunakan untuk menyeru atau memperingatkan sesuatu kepada orang lain. Ia dapat mengubah bentuk kasus kata yang sesudahnya menjadi berkasus akusatif. Kata-kata yang digunakan untuk meyeru ada tujuh yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: 1. Menyeru yang jauh menggunakan:
/aya/,
/haya/, dan
/a/. 2. Menyeru yang dekat menggunakan
/ay/ dan
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
/a/.
39
3. Menyeru yang jauh dan yang dekat menggunakan
/ya/.
4. Menyeru sebagai pernyatan ratapan menggunakan
/wa/.
Untuk menyeru kata benda yang bergabung dengan ‘al’ dapat dilakukan dengan ketentuan berikut: 1. Menambah kata
/ayyuha/ atau
/ayyatuha/
sesudah
huruf
nida’. Ketentuan ini berlaku pada a.
/al-ismu l-jamid/
b.
/al-ismu l-musytaq/
c.
/al-ismu ghayru l-mutasarrif/.
2. Menambah
/al-ismu l-isyarah/ ‘kata tunjuk’ setelah huruf nida’.
3. Menggantikan interjeksi dengan ‘mim musyaddadat’, ketentuan ini hanya berlaku pada lafaz jalalah. 4. Wajib membuang ‘al’ bagi kata benda yang disertai ‘al’ Adapun kata ganti yang dapat diseru hanyalah dikhususkan pada /ad-damiru l-khitab/ ‘kata ganti orang ke dua’. Di samping itu didapati pula beberapa kata yang bukan termasuk interjeksi namun ia berfungsi sebagai perwujudan interjeksi dalam menyatakan kekaguman, perinagtan, sambutan, celaan, dan ungkapan yang bercirikan religius. Interjeksi dapat dihilangkan bila kata yang diseru berbentuk: a.
/al-munada l-mudafu/.
b. Munada yang terdiri dari kata tunjuk. c.
/al-munada n-nakiratu l-maqsudatu/.
d. Munada yang terdiri dari nama orang.
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
40
Munada adalah salah satu bentuk kata yang berkasus akusatif yang terletak sesudah salah satu
/harfu
n-nida’/.
Munada
dapat
diklasifikasikan dalam lima bentuk, yaitu: a. Al-munada l-mufradu l-ma’rifah b. Al-munada n-nakiratu l-maqsudah c. Al-munada n-nakiratu ghayry l-maqsudah d. Al-munada l-mudaf e. Al-munada syibhu l-mudaf Kata-kata yang biasa mengikuti munada adalah: - Badal - ‘Ataf - Taukid - Sifat Kata-kata yang menjadi munada terdiri dari dua bentuk, yaitu: - Munada sima’iyah, yang hanya diketahui dari penuturan orang Arab - Munada qiyasiyat, yang dibentuk dengan salah satu timbangan fa’ali, fu’alu, dan maf’alanu. Dan makna interjeksi meliputi ‘meminta tolong’, ‘keheranan’, ‘ratapan’, ‘pengkhususan’, ‘kesenduan’, ‘duka cita’, ‘kebingungan’, dan ‘peringatan’.
6.2 Saran Penelitian tentang interjeksi di dalam bahasa Arab secara umum sudah dilakukan. Namun penelitian tentang interjeksi secara mendetail dan dikaji secara ilmiah belum
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
41
dilakukan. Oleh sebab itu penelitian ini perlu dilanjutkan sehingga dapat dijadikan dokumentasi tertulis yang merupakan informasi bagi yang membutuhkan.
Bibliografi
Ghulayayni, Mustafa. 1984. Jamiu d-Durusi l-’Arabiyyah. Beirut: Asriyah. Hamadi, Yusuf. 1980. Qawa’idu l-Asasiyyah fi n-Nahwi wa s-Sarfi. Mesir: Amiriyah. Hasyimi, Ahmad. 1354 H. Al-qawa’idu l-Asasiyati l-Lughati l-’Arabiyyah. Beirut: Darul Kutubu l-’Ilmiyah. Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. .................................... 1986. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Khuli, M.Ali. 1982. A Dictionary of Theoritical Linguistics. Beirut: Lubnan.
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006
42
Masih, George M.Abdul. 1981. Mu’jam Qawa’idi l-Lughati l-’Arabiyyah. Beirut: Lubnan. Ni’mah, Fuad. 1977. Qawa’idu l-Lughati l-’Arabiyyah. Mesir: Daru n-Nasri. Said, Chadlinas. 1979. Faktor Keserasian Sebagai Kriteria Bahasa yang Baik. Dalam: Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra. Tahun V No.4. Jakarta: DEPDIKBUD, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Salabi, Ahmad. 1981. Gramatika Bahasa Arab. Bandung: Al-Ma’arif. Sou’yb, Yoesoef. 1978. Pelajaran Tata Bahasa Arab. Jakarta: Bulan Bintang. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Bagian Pertama ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: UGM. Thatcher, G.W. 1942. Arabic Grammar. London: Lund Humphires.
Khairina Nasution : Interjeksi dalam Bahasa Arab, 2006
USU Repository © 2006