DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BENOWO. MELALUI VIDEO
... descriptive analysis techniques. Based on this fact interesting ... video
dokumenter ini peneliti berusaha membantu ... merupakan sebuah “laporan
aktual yang.
REALITA, PERAN DAN KEBERADAAN PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH BENOWO MELALUI VIDEO DOKUMENTER
Achmad Abidin 07.51016.0020 D4 Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya
ABSTRACT
Scavengers are people who collect used goods in the form of plastic, paper, plastic and glass bottles in the trash in landfills Benowo. Used goods they collect and sorted later sold to their respective collectors. the role of scavengers can be interpreted as part of the main tasks that must be implemented by a scavenger, includes daily activities related to his profession as scavengers. Like sifting through garbage to look for waste that can still be recycled, sold to collectors. The research method used is a qualitative research method using qualitative descriptive analysis techniques. Based on this fact interesting pehatian authors to apply it into the form of a video documentary. Video documentary presents reality through various ways and are made for various purposes. But it must be admitted, the documentary never be separated from the purpose of information dissemination, education, and propaganda for the people or groups. In essence, the documentary remained grounded in the things as real as possible. In documentary filmmaking, researchers refer to the four main topics which combines essay and narrative approaches to attract an audience to pay more attention to the contents of a documentary that explains the facts, the reality of the role of scavengers in the landfill Benowo. The force used is type of exposure which is a type of conventional exposition, because in general type of format is a television documentary that uses the narrator as a single speaker or narrator aspect of subjectivity.
Key Words: scavenger, a video documentary
1
2
Permasalahan
sampah
berjalan
sampah,
sehingga
benda-benda
yang
seiring dengan perkembangan kebudayaan
dianggap sampah oleh masyarakat dapat
masyarakat itu sendiri. Semakin maju
dimanfaatkan kembali melalui proses daur
tingkat penguasaan teknologi dan industri
ulang sampah. Dengan demikian, volume
suatu kelompok masyarakat maka sampah
sampah yang menggunung di lingkungan
yang dihasilkannyapun semakin banyak.
sekitar merupakan permasalahan yang
Dalam
tidak
bukunya
menyatakan
Azrul
bahwa
(1990:39)
sampah
berupa
kunjung
berakhir
dapat
diminimalisasikan oleh pemulung.
sumber, bentuk, jenis dan komposisinya
Para
pemulung
bisa
jadi
tidak
sangat dipengaruhi oleh tingkat budaya
memahami apa makna pahlawan yang
masyarakat dan kondisi alamnya, semakin
sesungguhnya. Pada kenyataannya, mereka
maju tingkat kebudayaannya semakin
telah
komplek pula sumber dan macam sampah
nilai kepahlawanan sejati kedalam setiap
yang dihasilkan. Selain itu perubahan gaya
aliran darah, desahan napas, dan kucuran
hidup bagi sebagian besar penduduk
keringatnya. Mereka rela berkorban untuk
perkotaan yang cenderung lebih konsumtif
direndahkan
ikut memperbanyak kuantitas sampah.
mempunyai pamrih untuk menggugatnya.
Keberadaan
pemulung
tentu
mengaplikasikan
Mereka
nilai-
martabatnya
rela
diberi
tanpa
persepsi
negatif
menimbulkan berbagai asumsi tentang
sebagai maling tanpa punya pamrih untuk
pemulung
itu
melakukan pemberontakan. Mereka juga
cenderung
apatis
pemulung.
Banyak
sendiri,
masyarakat
dengan di
kehadiran
antara
warga
merelakan
sanak
adalah kelompok pekerja yang kurang
2007:65).
pekerti
dalam
terik
keluarganya
(Oliver,
Candra,
Melalui video dokumenter ini penulis
Masyarakat
memaparkan segala aspek sosial yang
beranggapan bahwa pemulung itu panjang
dialami oleh pemulung yang ada di
tangan, pemulung sangat kumuh, dan
Surabaya. Penulis memilih menyajikannya
sebagainya.
dicermati,
dalam bentuk video dokumenter karena
komponen
dapat dilihat sesuai dengan realita yang
masyarakat yang mempunyai peranan
ada tanpa ada penambahan adegan drama,
besar
sehingga
Padahal
pemulung
dalam
lingkungan.
dirinya.
dipanggang
matahari demi memenuhi tuntutan perut
masyarakat beranggapan bahwa pemulung
mengerti dan tidak menanamkan budi
dirinya
kalau
merupakan
masalah Mereka
penyelamatan memilah-milah
permasalahan
yang
akan
diangkat terlihat realistis karena dilengkapi
3
dengan wawancara narasumber secara
teknik perangkaian gambar atau dalam
langsung. Oleh karena itu dengan media
sinematografi disebut montase (montage).
video dokumenter ini peneliti berusaha
Sinematografi menurut Philip Kotler
membantu merubah paradigma (pola pikir)
(2004 : 130) menyatakan sinematografi
yang
adalah
negatif
mengenai
kehidupan
dampak
dari
seseorang
yang
pemulung. Yang menjadi tantangan pada
membayangkan
video dokumenter ini adalah bagaimana
Sinematografi sangat dekat dengan film
penulis dapat menyajikan gambaran realita
dalam
pemulung di TPA Benowo untuk dapat
penyimpan maupun sebagai genre seni.
merubah pola pikir masyarakat tanpa
Film sebagai media penyimpan adalah pias
menghilangkan sisi sinematografi?
(lembaran kecil) selluloid yakni sejenis
foto
pengertian
bergerak.
sebagai
media
bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya.
Pengertian Sinematografi
Benda
inilah
yang
selalu
Sinematografi adalah kata serapan
digunakan sebagai media penyimpan di
dari bahasa Inggris Cinematography yang
awal pertumbuhan sinematografi. Film
berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'.
sebagai
Sinematografi
sinematografi.
sebagai
ilmu
terapan
genre
seni
adalah
produk
merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan
Film Dokumenter
menggabung-gabungkan gambar tersebut
Dokumenter
adalah
sebutan
yang
pertama
karya
sehingga menjadi rangkaian gambar yang
diberikan
dapat
Lumiere bersaudara yang berkisah tentang
menyampaikan
mengemban
ide
cerita).
(dapat
Sinematografi
memiliki
objek
yang
sama
fotografi
yakni
menangkap
dengan pantulan
untuk
perjalanan
film
(travelogues)
yang
dibuat
sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun
kemudian,
kata
‘dokumenter’
cahaya pada benda. Perbedaannya, terletak
kembali digunakan oleh pembuat film dan
pada
ditangkap.
kritikus film asal Inggris John Grierson
fotografi
untuk film Moana (1926) karya Robert
gambar
Penyampaian
yang ide
pada
memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada
sinematografi
rangkaian
gambar.
Jadi
memanfaatkan
Flaherty. Grierson
berpendapat
dokumenter
sinematografi
merupakan sebuah “laporan aktual yang
adalah gabungan antara fotografi dengan
kreatif” (creative treatment of actuality) Gerzone
R.
Ayawaila
(2009:
11).
4
Sekalipun Grierson mendapat tantangan
pengetahuan,
dari berbagai pihak, pendapatnya tetap
investigasi, buku harian dan dokudrama.
nostalgia,
rekonstruksi,
relevan sampai saat ini. Film dokumenter
Pembuatan film dokumenter harus
menyajikan realita melalui berbagai cara
melakukan riset (pengumpulan data secara
dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.
mendalam) untuk memperkuat ide dan
Namun harus diakui, film dokumenter tak
pengembangannya. Hasil riset menjadi
pernah lepas dari tujuan penyebaran
titik awal pembentukan kerangka global
informasi, pendidikan, dan propaganda
mengenai arah dan tujuan penuturan serta
bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya,
subjek-subjek yang akan menjadi tokoh
film dokumenter tetap berpijak pada hal-
dalam karakter film. Setelah mengetahui
hal senyata mungkin.
hasil
riset
maka
threatment
(pengembangan dari sinopsis film) dapat segera dituangkan dalam tulisan guna
Pra Produksi Dalam tahap pra produksi, seorang sineas
harus
menemukan
ide
memudahkan dalam pelaksanaan produksi.
dan
merumuskan konsep yang akan dibuatnya.
Sinopsis
Ide dapat di peroleh dari kepekaan kita terhadap lingkungan sosial, budaya, politik
“Hartaku dari tumpukan sampah” Matahari
perlahan
mulai
dan alam semesta. Dengan kata lain ide
menampakkan diri, waktu menunjukkan
dapat diperoleh dari apa yang dilihat,
pukul 05.00 WIB. Disekitar pegunungan
dibaca dan didengar, bukan berdasarkan
sampah dan bau yang menyengat hidung
imajinatif. Gerson R. Ayawaila (2008:34)
setiap manusia yang berada di sekitarnya
tiga hal yang perlu dimantapkan dalam
telah ramai mulai dipadati penghuninya.
menetapkan konsep yaitu: apa yang akan
Satu
dibuat,
berkelompok
bagaimana
produk
tersebut
demi
satu,
bahkan
semuanya
ada
yang
berbondong-
dikemas dan siapa target penontonnya.
bondong menuju daerah tempat memilah-
Dalam pembuatan film dokumenter juga
milah diantara gunungan sampah. Suasana
harus mempertimbangkan apa yang akan
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
diangkat sehingga berpengaruh pada gaya
di Benowo begitu ramai setiap harinya,
dan
film
para pemulung berkumpul untuk mencari
gaya
barang bekas yang masih bisa di daur
antara lain: laporan perjalanan, sejarah,
ulang dan dimanfaatkan kembali, ketika
biografi, perbandingan, kontradiksi, ilmu
truk pengangkut sampah tiba di TPA, para
bentuk
dokumenter
film
dokumenter,
mempunyai
banyak
5
pemulung tidak segan-segan untuk segera
Beberapa orang mungkin berpersepsi
menyerbu truk tersebut dengan nyawa
bahwa pemulung merupakan pekerjaan
sebagai taruhannya. Seolah tidak ada
yang begitu menghinakan dan menjijikkan.
puasnya untuk hanya sekedar mencari
Persepsi
diantara gunungan sampah yang ada, para
bentuk
pemulung naik diatas bak truk tanpa
pemulung
menghiraukan keselamatan mereka untuk
“pemulung dilarang masuk”. Hal tersebut
berebut mencari sisa barang yang masih
dilakukan karena menganggap bahwa
bisa digunakan. Selain naik diatas bak truk
pemulung itu sama halnya dengan seorang
yang terus melaju, ada juga pemulung
pencuri. Akan tatapi pandangan yang
yang mencari diatas gunung sampah
negative tersebut tidak dapat menyurutkan
dengan
yang
semangat para pemulung untuk tetap
mengurai tumpukan sampah. Sengatan
berusaha mengais rejeki ditengah-tengah
panas
sedap
bau, kotoran dan kecaman yang menyertai
mematahkan
dirinya. Pada zaman yang serba mahal saat
mengikuti
matahari
dilingkungan
Bulldozer
dan
TPA
bau
tidak
tak
tersebut
diwujudkan
dalam
penolakan
terhadap
adanya
seperti
diberikan
tulisan
semangat mereka untuk mengumpulkan
ini,
barang bekas yang dapat dijual kepada
pekerjaan yang menjanjikan bagi sebagian
pengepul. Biasanya dari pengepul tersebut
pemulung, hal ini terbukti dengan fakta
sampah yang didapat akan di daur ulang
tentang seorang pemulung yang sanggup
menjadi barang yang dapat dimanfaatkan
menghidupi istri dan kedua anaknya
kembali oelh masyarakat.
meskipun
Modal yang dibawa seorang pemulung adalah senjata pulung dan keranjang, kedua alat itulah yang pemulung gunakan untuk mencari botol maupun kaleng bekas. Meskipun hanya dua alat yaitu alat pulung dan keranjang, akan tetapi tidak semua pemulung memiliki kedua alat tersebut. Beberapa diantara mereka ada yang hanya menggunakan tangan
karung
secara
glangsing
langsung
dan untuk
mengumpulkan plastik yang dapat dijual.
profesi
kerasnya
pemulung
harus
merupakan
berjuang
kehidupan
ditengah
perkotaan
yang
mencekam bagi seorang pemulung. Dia adalah Parman (33 tahun). Lakilaki tamatan Sekolah Dasar (SD) tersebut rela pindah dari kampung kelahirannya demi mencari nafkah untuk keluarganya ke Surabaya. Surabaya adalah tujuan Parman mencari rejeki untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya,
menggantungkan berprofesi
sebagai
hidupnya pemulung
Parman dengan pengais
6
plastik. Niat yang sungguh-sungguh dan
rata yang didapat Parman kurang lebih 70
tekad yang kuat
membuat parman
ribu setiap hari. Baginya uang 70 ribu per
memantapkan hati untuk bekerja menjadi
hari merupakan hasil kerja kerasnya yang
pemulung. Bagi parman pemulung adalah
dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari
pekerjaan yang sesuai dengan dirinya.
istri dan kedua anaknya yang sudah berada
Tidak
di bangku SMP dan yang 1 masih balita.
mau
menjadi
pekerja
yang
mengikuti perintah orang lain adalah prinsip yang sudah tertanam dalam diri Parman. Menurutnya, dengan memulung dia dapat bekerja tanpa ada paksaan dari orang lain dan yang pasti untuk hasilnya juga dari semangat dari dirinya sendiri Parman memulung sampah setiap hari di
TPA
dan kemudian pulang kekampung halaman untuk melepas rindu kepada keluarga yang ada dirumah. sebagian besar pemulung yang berada di TPA Benowo adalah pendatang, mereka datang dari berbagai daerah dengan tujuan menjadi seorang
glangsing dan bekal makan siang, Parman
pemulung tak ada paksaan dan tuntutan
melangkahkan
tekadnya
waktu bekerja itulah yang menjadi alasan
mnghidupi anak istri di Desa Parman
mereka untuk memilih profesi sebagi
berangkat mulai pukul 06:00 WIB. Bekal
pemulung.
kaki
dibawa
Beberapa
hasil pulungnya tersebut kepada pengepul
karung
yang
Benowo.
setiap 3 minggu sekali parman menjual
demi
dimaksudkan
untuk
dinikmatinya pada waktu istirahat siang di lokasi TPA. Setelah waktu menunukkan
Produksi
beserta
Dalam produksi film dokumenter
bergegas
tidak sama seperti pembuatan film fiksi,
memang
karena konsep dasar pembuatan film
petugas TPA akan menutup TPA pada
dokumenter adalah merepretasikan realita
pukul 17.00. Dengan bermodalkan karung
berupa gambar apa adanya, Gerson R.
glangsing Parman dapat mengumpulkan
Ayawaila
plastik minimal 7 karung glangsing dan
kesulitannya jika dibandingkan dengan
rata-rata parman dapat mengumpulkan 10
film fiksi karena film dokumenter setiap
karung glangsing setiap harinya.
adegan sifatnya alami atau spontan.
pukul
17:00
pemulung
WIB.
yang
meninggalkan
lokasi
Parman lainnya karena
Dari 7 sampai 10 glangsing yang diperolehnya setiap hari, penghasilan rata-
(2008:87).
Produksi
film
Cukup
dokumenter
tinggi
tidak
dituntuk untuk membawa peralatan yang
7
berlebihan layaknya pembuatan film fiksi,
a. Pendekatan
karena dibutuhkan gambar yang alami
Pendekatan film dokumenter memiliki
maka kameraman juga harus professional
dua
dan fleksibel sehingga mampu mengambil
diantaranya
gambar yang bersifat spontan maupun
penelitian ini, peneliti menggabungkan dua
dalam segala kondisi lokasi syuting.
hal yang menjadi titik tolak tersebut yakni
Menyita waktu yang cukup lama dalam
menggabungkan esai dan naratif untuk
produksinya
menarik
karena
ada
beberapa
hal
yang esai
menjadi dan
titik
naratif.
penonton
supaya
tolak Dalam
lebih
penyebabnya, antara lain: jadwal yang
memperhatikan isi film dokumenter yang
sudah
menjelaskan mengenai fakta, realita peran
disusun tidak berjalan lancar,
terbatasnya anggota tim dan lokasinya sering ditempat yang terpencil. Dalam produksi
dokumenter
harus
pemulung di TPA Benowo. Karakter
yang
dibentuk
dalam
memiliki
pembuatan film dokumenter ini berguna
kesabaran dan ketekunan, sabar menunggu
memberikan sebuah observasi mengenai
momentum adegan yang spesial misalnya.
pola pikir terhadap realita dan peranan
Selain kesabaran juga dibutuhkan motivasi
pemulung di TPA Benowo.
dan kepekaan terhadap lingkungan tempat
b. Gaya
subjek berada dan beraksi.
Terdapat 5 (lima) gaya dalam film
Penggunaan direct sound (narasi) oleh peneliti dengan tujuan dapat menjaga dan memagari kesinambungan kenyataan
dokumenter diantaranya: 1. Pemaparan eksposisi (expository documentary)
yang ada supaya tidak terjadi manipulasi
Tipe
fakta yang ada di lapangan sebagaimana
merupakan
diungkapkan oleh Ayawaila, Gerzon R
karena pada umumnya merupakan
(2008:87) “Interpretasi sutradara dapat
tipe format dokumenter televisi
memenggal-menggal
yang menggunakan narator sebagai
cerita
yang
ada.
pemaparan tipe
konvensional,
Karena itu, penggunaan teknik direct
penutur
sound dapat menjaga dan memagari
subjektivitas narataor.
kesinambungan kenyataan tersebut”. Dalam pembuatan film dokumenter, peneliti mengacu pada empat topik utama
tunggal
2. Observasi
eksposisi
atau
aspek
(observational
documentary) Pada tipe observasi, hampir
seperti yang dijelaskan oleh Ayawaila,
tidak
Gerzon R (2008) diantaranya:
konsentrasinya pada dialog antar
menggunakan
narator,
8
subjek-subjek. Pada tipe observasi,
spesifik. Pada dasarnya setelah
sutradara menempatkan posisinya
mendapatkan
sebagai observatory. 3. Interaktif
(interactive
documentary)
aktif
filmnya, sutradara
sutradara
peneliti
sudah
mendapatkan
gambaran
secara
dipakai.
Bentuk
tidak
berdiri
sendiri secara baku, karena sebuah
sehingga
komunikasi
tema dapat merupakan gabungan
dengan
subjeknya
frame). Tujuan dari ditampilkannya tersebut
untuk
dari dua bentuk penuturan. d. Struktur Struktur rancangan
adalah untuk
kerangka menyatukan
memperlihatkan adanya interaksi
berbagai anasir film sesuai dengan
langsung antara sutradara dengan
yang menjadi ide penulis atau
subjek.
sutradara.
4. Refleksi
Anasir
dasar
filmis
dalam penulisan naskah terdiri dari
Fokus utama dari gaya refleksi
rancang
bangun
cerita
yang
adalah penuturan proses pembuatan
memiliki tiga tahapan dasar baku
syuting
yang
film
dari
pada
menjadi
rangkuman
dari
menampilkan keberadaan subjek
susunan shot yang membentuk
atau karakter dalam film.
adegan (scene) sehingga sekuens
5. Performatif
(sequence) seperti: bagian awal
Gaya performatif merupakan
cerita
(pengenalan/introduksi),
gaya yang mendekati film fiksi
bagian tengah cerita (proses krisis
karena yang lebih diperhatikan
dan konflik), dan bagian akhir
adalah
cerita (klimaks/antiklimaks).
kemasan
semenarik
c.
(penelitian),
dalam
ditampilkan dalam gambar (in
gambar
riset
kasar bentuk penuturan yang akan
Gaya interaktif menonjolkan peran
hasil
yang
dibuat
mungkin.
Gaya
performatif juga lebih menekankan
Pasca Produksi
pada alur penuturan atau plot.
a. Capturing
Bentuk
Capturing
adalah
proses
Bentuk penuturan sebenarnya
memindahkan sumber gambar dari pita
masih termasuk dalam bingkai
video atau media penyimpanan lain ke
gaya hanya saja bentuk lebih
dalam data komputer dan disimpan di
9
ruang hardisk. Pada proses capturing
ini,
ini dokumentaris meggunakan salah
editing jenis Non Linear.
satu
software
Dalam proses editing ini di awali
familiar dikalangan editor di Indonesia
dengan membuka program editing
ini.
perlu
video, kemudian di awali dengan meng
menghubungkan
import file video yang telah dipilih dan
dilakukan capture
awal
adalah device
yang
menggunakan
sudah
Langkah
video
dokumentaris
yang
(handycam)
ke
komputer melalui kabel data, setelah terhubung maka proses pemindahan segera dilakukan.
memulai memotong beberapa bagian shot yang akan digunakannya. Potongan shot yang yang telah di pilih kemudian di gabungkan dan proses pewarnaan pada gambar segera dilakukan, pada
memberikan
gambar
video
pewarnaan ini
untuk
memberikan efek secara dramatis agar film yang akan ditampilkan dapat Gambar 3 : Proses capture
maksimal sesuai dengan harapan kita.
b. Editing Setelah proses capturing selesai dilakukan, maka produksi film akan memasuki tahap editing, dalam tahap ini shot-shot yang telah diambil atau dipilih, diolah dan dirangkai menjadi
Gambar 4 : Sebelum color grading
satu rangkaian kesatuan yang utuh. Proses editing dibagi menjadi 2 yaitu Linear
editing
yang
merupakan
merekam kembali setiap adegan dari master shot ke kaset, bila terjadi kesalahan maka akan mengulang lagi dari awal. Sedangkan Non Linear adalah editing yang dikerjakan melalui komputer dengan cara memindahkan hasil shot ke dalam bentuk data pada komputer. Jadi dalam proses editing
Gambar 5 : Sesudah color grading Sesudah pemberian color grading maka yang harus dilakukan adalah memberikan garis hitam pada bagian atas dan bawah pada tampilan video
10
tersebut agar terlihat kesan wide screen, efek ini diberikan karena penulis
melakukan
syuting
video
c. Rendering Proses rendering merupakan proses yang
membentuk
sebuah
dokumenter ini dengan menggunakan
penggabungan file-file manjadi satu
kameran yang tidak wide screen.
file yang bisa dibuka atau di edit. Atau
Setelah
proses
pewarnaan
dan
bisa diartikan rendering merupakan
pemberian efek wide screen selesai
format yang menggabungkan file-file
maka pemberian sound efek atau sound
yang sudah diedit dan dijadikan satu
editing harus segera dilakukan, ada
format file sendiri.
berbagai macam sound yang bisa
Seperti pada proses editing, yang
dibuat sendiri dengan alat-alat tertentu
perlu
dan
yang
settingan render seperti resolusi dan
menyediakannya dengan gratis. Dalam
format video. Waktu yang dibutuhkan
hal ini, film ini memakai sound-sound
untuk merender proyek ini cukup lama.
yang disediakan gratis dari berbagai
Setelah selesai merender, maka film
situs.
telah terselesaikan.
ada
juga
situs
Gambar 6 : Audio Editing
pada
adalah
mengatur
Gambar 7 : Proses Rendering
Setelah di import maka file tersebut dimasukkan
dilakukan
timeline
dan
d. Mastering Mastering
merupakan
proses
disesuaikan dengan video tersebut.
dimana file yang telah di render
Setelah selesai, maka sound perlu
dipindahkan ke dalam media kaset,
diatur agar suara yang dihasilkan tidak
VCD, DVD atau media lainya. Film
terlalu keras dan tidak terlalu kecil.
dokumenter ini menggunakan media
Untuk mengatur sound adalah dengan
DVD.
memilih menu High low pass dan
e. Publikasi
parametric.
Dengan
begitu,
maka
Setelah selesai mengolah seluruh
sound bisa diatur sedemikian rupa
hasil pasca produksi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan keperluan.
dan menghasilkan suatu karya film,
11
maka
yang
adalah
dilakukan
selanjutnya
pemulung yang sukses dalam meniti karir
melakukan publikasi. Dalam
yang diawali dari berprofesi sebagai
melakukan
publikasi,
dapat
pemulung.
Penghasilan
yang
didapat
menggunakan berbagai macam media.
pemulung rata-rata perbulan juga dapat
Mulai dari media grafis, media dengar
dikatakan memenuhi standart untuk dapat
dan media video. Media grafis adalah
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
media yang berupa gambar seperti
bersama keluarganya.
poster dan gambar. Media video adalah
Persepsi negative dari sebagian besar
media berupa video seperti iklan
masyarakat dapat sedikit diubah melalui
televisi komersial, film dan trailer film.
tayangan film dokumenter. Yaitu dengan
Sedangkan media audio adalah media
menunjukkan beberapa fakta yang terdapat
yang dapat didengar dan tidak berupa
di lapangan harapannya dapat membuat
gambar atau video. Contoh media
masyarakat
dengar adalah radio.
remeh dan hina serta menganggap profesi
tidak
terlalu
menganggap
pemulung sama dengan pencuri. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan
Saran
hasil dari karya yang telah dibuat maka
Penelitian tentang realita pemulung
keberadaan pemulung di Daerah Benowo
yang di aplikasikan kedalam sebuah karya
khususnya memunculkan suatu peran yang
video dokumenter ini diharapkan dapat
sangat
dan
menjadi wawasan dan pengetahuan bagi
lingkungan sekitar. Hal ini menunjukkan
para khalayak luas. Peneliti berharap bagi
bahwa
peneliti selanjutnya supaya dapat meneliti
berarti
bagi
berprofesi
masyarakat
sebagai
pemulung
merupakan pilihan hidupnya yang harus
pemulung
dipertanggung jawabkan karena sudah
dengan sudut pandang yang berbeda baik
merupakan
dengan
pilihan
dari
hidupnya.
dan
mengimplementasikan
menggunakan
media
video
Berprofesi sebagai pemulung juga bukan
dokumenter maupun media video yang
merupakan suatu pekerjaan yang hina
lain.
seperti persepsi negatif masyarakat pada
Sang
peneliti
mengakui
masih
umumnya. Hal ini dibuktikan dengan fakta
banyak
yang ada di lapangan menunjukkan bahwa
mengaplikasikan penelitian ini kedalam
pemulung
mampu
video
keluarganya
dan
bahkan
menghidupi terdapat
kekurangan
dokumenter
karena
dalam
dalam
pembuatan film dokumenter ini sangat
12
dibutuhkan sekali untuk bekerja dalam
tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro.
tim, namun dalam pembuatan video dokumenter ini peneliti sangat kurang tim dikarena tim tidak kuat dalam kondisi
Azrul, Azwar. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Yayasan Mutiara.
lapangan yang sangat ekstrim dan sangat berbeda sekali dengan teori yang ada
Bungin,
dalam buku. Masih banyak yang bisa digali dari para pemulung yang berada di TPA benowo karena disana terdapat beberapa kehidupan lain yang masih belum tersentuh oleh campur tangan pemerintah sehingga mereka banyak yang menggunakan kesimpulan hidup dengan keputusan mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Alfathri, Adlin. 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori Dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.
Effendi, Heru. 2009. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga. Gilbert M, Prihanto D dan Suprihatin A. 1996. Konsep Pendidikan lingkungan hidup dan “Wall Chart” buku panduan pendidikan lingkungan hidup PPPGT/VEDC: Malang. Kotler, Philip. 2004. Lateral Marketing. Jakarta: Erlangga. Levitan, San. A. (1980) Program in Aid of The Poor far The 1980’s : Policy Studies Employement and Welfare No. 1 Fourth Edition. London : The Jhones Hopkins University Press. Moeloeng, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rosda Karya Mujiono.
Askurifai, Baksin. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis. Ayawaila, Gerson. R (2008) Dokumenter dari Ide sampai Produksi. Jakarta : Fakultas Film dan Televisi, IKJ Press. Ayu A, Komang. 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang Kota Semarang). Tesis
Burhan.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2010. Seni Rupa dalam Perspektif Metodologi Penciptaan: Refleksi atas Intuitif dan Metodis. Jurnal seni rupa Vol. VI No. 1 Januari 2010.
Oliver, Sandra. 2007. Public Relations Strategy. Jakarta: Erlangga. Pratista, Himawan (2008) Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka. Prawani, D Sri Rejeki. 2006. Analisis Penanggulangan Kemiskinan
13
Melalui Implementasi Program P2KP Di Kota Semarang ( Studi Kasus Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2000 - 2003). Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro. Riduwan. 2009. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Said E Gumbira. 1987. Sampah Masalah Kita Bersama. Jakarta: PT Melton Putra. Slamet, JS. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Slamet, JS. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Strauss, Anslem & Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Terjemahan: Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. TIM Penyususun Kamus Besar Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Cetakan ke 2. Jakarta: Balai Pustaka. Twikromo, Y. Agro (1999) Pemulung Jalanan Yogyakart. Yogyakarta : Media Presindo.Koenjaningrat dan Emerson Donald, K. 1985. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Winoto, Gatot. 2006. Pola Kemiskinan Di Permukiman Nelayan Kelurahan Dompak Kota Tanjung Pinang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Yahya. 2000. Peran Pemulung Dalam Pengeolaan Sampah Dan Hubungannya Dengan Upaya Kota Banda Aceh Menuju Kota “Beriman”. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatera Utara. (http://organisasi.org/definisi-pengertianmasalah-sosial-dan-jenis-macammasalah-sosial-dalam-masyarakat diakses tanggal 10 September 2011 pukul 14.25 WIB). (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/1 2/realitas-sosial/ diakses tanggal 10 September 2011 pukul 14.00 WIB). (http://books.google.co.id/books?id=gqnN RsKeOiAC&pg=PA96&dq=defi nisi+realitas&hl=id&ei=QSFzTqj LJYOHrAea8pS1Cg&sa=X&oi= book_result&ct=result&resnum= 3&ved=0CDMQ6AEwAg#v=on epage&q=definisi%20realitas&f =false diakses tanggal 16 September pukul 17.00)