Dalam Memperoleh Gelar Magister. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
KONSELING. PROGRAM PASCASARJANA. UNIVERSITAS NEGERI PADANG.
2012 ...
PERAN GURU PEMBIMBING DALAM KESIAPAN KERJA SISWA SMK NEGERI 2 SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT
TESIS
Oleh Mirna Ari Mulyani NIM. 51384
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012
1
2
ABSTRACT Mirna Ari Mulyani. 2012. The Role of Supervisory Teachers on the Students’ Readiness of SMKN Sawahlunto, West Sumatra. Thesis. Graduate Program. State University of Padang. Based on a preliminary study on the students’ work readiness at SMKN Sawahlunto, it was found that the supervisory teachers have not been optimal in helpng their students. This research was aimed at disclosing: (1) the functions of supervisory teachers in improving the students to work. (2) the differences of the students’ readiness to work among 10th, 11th, and 12th grade students. (3) the correlation of supervisory teachers and the students readiness to work. This research was a descriptive quantitative method with population of all SMKN Saawahlunto students who registered in 2011-2012 academic year. The sample (303) were selected by clustered proportional random sampling from a population of 609 students. Data were then analyzed by a descriptive statistical technique utilizing SPSS version 15. The findings of this research were (1) there was a significant role of the supervisory teachers on the students’ readiness.. (2) there were differences between 10th; 11th; and 12th grades students on the work readiness, eventhough they were not very significant (3) there was a significant correlation between supervisory teachers’ role and the work students’ readiness. Based on the findings, it can be concluded that the supervisory teachers play an important role in the work students’ readiness. This research implies, more attention should be paid in developing the SMKN career development program in order to improve the work students’ readiness. For further research, it was recommended to study other aspects which were contributed to the quality of the work students’ readiness for SMK students.
3
ABSTRAK Mirna Ari Mulyani, 2011. Peran Guru Pembimbing dalam Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Berdasarkan pengamatan awal teramati bahwa sebagian guru pembimbing belum optimal dalam membantu meningkatkan kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian dan prestasi, terutama dalam kesiapan kerja siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang 1) Peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat, 2) Perbedaan kesiapan kerja antara kelas X, kelas XI, dan kelas XII, 3) Hubungan peran guru pembimbingan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Metode dan jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi adalah semua siswa SMK Negeri 2 Kota Sawahlunto Sumatera Barat kelas X, XI dan XII yang terdaftar pada tahun ajaran 2011-2012.Pengambilan sampel menggunakan clustered proportional random sampling. Dari populasi 609 siswa diambil 50% menjadi 303 siswa sebagai sampel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan SPPs versi 15. Temuan penelitian ini adalah 1) peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat kategori tinggi dalam membantu siswa memahami dirinya, mengenal tentang lapangan kerja, mengembangkan sikap positif terhadap bekerja, 2) Kesiapan kerja siswa kelas X, XI dan XII menunjukan perbedaan, 3) Terdapat hubungan yang positif antara peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat. Berdasarkan temuan, dapat disimpulkan bahwa pentingya peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK. Penelitian ini menyiratkan, bahwa lebih memperhatikan dalam mengembangkan program di bidang bimbingan karier di SMK dalam rangka meningkatkan kesiapan kerja siswa. Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan untuk mempelajari aspek lain yang berkontribusi pada kualitas kesiapan siswa pekerjaan bagi siswa SMK.
4
Ya Allah, Aku mengharapkan limpahan rahmat-Mu Jangan Kau jadikan aku bergantung pada diriku sendiri walaupun sekejab saja Perbaikilah segala urusanku Tiada Tuhan selain Engkau Akhirnya….. Tak dapat terungkap dengan kata-kata Kinii…… Asa ‘tlah elok gapai Cita-cita ‘tlah elok capai Alhamdullilahirrabbil’alamin Ternyata….. Inilah hikmah dari sebuah perjalana singkat yang penuh makna
Dalam Takut, yang Tampak adalah Hambatan. Dalam YAKIN, yang Tampak adalah KESEMPATAN Malam-malam merajut ilmu Badan terguncang uraikan kesulitan Lebih indah dan lebih manis dari berpangku tangan Suara pena di atas kertas menari-nari Lebih manis dari rasa rindu pada kekasih hati (Az Zamankhasyari)
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Elok persembahkan tulisan ini kepada : Ibu (Musinar Punai) Ayah (Bgd. AliMunir Koto) yang tiada redup memberikan cinta dan menyemangati elok ‘tuk terus berpacu melawan liku perjalanan menulis tesis ini. Suami tercinta Raf Anwar, ST yang tiada hentihentinya memberikan do’a, cinta, kasih sayang dan kepercayaan yang telah diberikan selama dalam menulis tesis ini. Teristimewa ’tuk ketiga buah hati elok tumpuan harapan mama, penyejuk hati yang gelisah, pengobat hati mama yang pilu (Uni Nindy, Abang Aditya, si bontot Mama Briliant Angga Pascadino) yang dari hulu pagi sampai muara senja ’tlah rela menempuh sisi-sisi kehidupan yang penuh riang dan tangis tanpa kehadiran mama. Takkan terlupakan Sahabat-sahabat: Prodi BK’09 (Ni’ Lini, Ni’ Antina, Ni’ Yul, Mbak Anjar, Hartini, Sari, Neng Citra, Inet, Satrini, Feetri, Lusi, Kamil, Andra, Bukhari, Eko, Jupriadi, Ridho, Gusnaldi, mas Redi,) dan Prodi BK ’10 (Ni Erda, Ni Eni, Rahma, Fijri, Vika, Bollo, Aulia (Uul), Mirza, Syawal, Rizal Kerinci, Zulfikar, Sarii, Ninil, Rosi, Wati=Sastro , Intan, Riko, Hengkiii, Faiiz, Pak Pol. Adri, Adhri Bk’11) Pak Samsir Al-Haj SMK Neg. Pekan Baru (sama kita WISUDA euih)
6
Katakanlah ................. Aku mungkin tak mampu mengubah yang terjadi, tapi aku bisa mengubah sikapku tentangnya. Aku mungkin terluka karena ini, tapi aku tak harus menjadi korban. Aku pasti tak mampu mengubah masa laluku, tapi aku bisa mengubah diriku sendiri sekarang atau kapan pun aku mau. Maka tugas utamaku adalah membarukan diriku, jika aku menginginkan kehidupan yang baru. Aku penguasa keindahan hidupku sendiri, kecuali jika aku bersikap sebagai korban.
Loving you all as always
7
8
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRACT .................................................................................................
ii
ABSTRAK ...................................................................................................
iii
PERSETUJUAN AKHIR ............................................................................
iv
PERSETUJUAN KOMISI TESIS ...............................................................
v
KEPENDIDIKAN ........................................................................................
vi
SURAT PERNYATAAN ............................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………...........
1
B. Identifikasi Masalah ………..……………………………………
6
C. Batasan Masalah …………...……………………………………
7
D. Perumusan Masalah …………………………………….............
7
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….............
8
F. Manfaat Penelitian ………………………………………...........
8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ………………………………………….............
10
1. Peran Guru Pembimbing ................................................
10
a. Definisi Peran ..........................................................
10
b. Tugas Guru Pembimbing ..........................................
14
2. Perkembangan Karier Siswa SMK ...................................
17
a. Karakteristik Siswa SMK ……………………………….
17
b. Bimbingan Karier di SMK ………………………………
24
3. Kesiapan Kerja .........................................……...............
30
a. Definisi Kesiapan ......................................................
30
b. Kesiapan Kerja Siswa ................................................
32
9
4. Perbedaan Kesiapan Kerja Siswa Kelas X, XI, XII ............ 5. Peran Guru Pembimbing dalam Mempersiapkan Siswa untuk Memasuki Dunia Kerja ................................ B. Penelitian yang Relevan ................................................................
34
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................
41
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................
42
36 39
BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...............................................................................
43
B. Populasi dan Sampel ......................................................................
43
C. Definisi Operasional .......................................................................
46
D. Pengembangan Instrumen ............................................................... 47 E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................
49
F. Teknik Analisis Data ......................................................................
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ......................................................................
54
B. Pengujian Persyaratan Analisis ..............................................
76
C. Pembahasan ………………………………………………….....
81
D. Keterbatasan Masalah ……………………………………….....
94
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................
95
B. Implikasi .....................................................................................
95
C. Saran .............................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
100
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
105
10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang dipersiapkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan.
Dengan demikian, mereka mampu mengembangkan
potensi diri dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bentuk pendidikan kejuruan yang diselenggarakan pemerintah untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, sekaligus dipersiapkan menjawab segala tantangan tersebut. Dengan demikian keluhan selama ini tentang rendahnya kemampuan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), bisa diatasi. Dibandingkan dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA), sekolah
kejuruan seperti SMK mempunyai perbedaan yang mendasar. SMK memiliki dua ciri khas, yaitu: (1) lulusan SMK dapat mengisi peluang kerja didunia usaha/ dunia industri karena lulusannya memiliki sertifikasi melalui uji kompetesi dan (2) lulusan SMK dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi sepanjang lulusan tersebut memenuhi persyaratan, baik nilai maupun program studi atau jurusan sesuai dengan kreteria yang disyaratkan (Supardi: 2008). Dengan dua kelebiahan tersebut maka pendidikan di SMK dikenal dengan Pendidikan Sisem Ganda (PSG). Namun, lulusannya lebih diharapkan untuk kesiapan dalam memasuki dunia kerja nantinya.
11
Menurut Jalius Jama (2010) menyatakan: “the purpose of vocational education are, among others, to train all people to actively participate in all aspects of the national development. In others words, vocational education is education for employment and at the higher level vocational education for employability.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk melatih semua orang secara aktif berpartisipasi dalam semua aspek pembangunan nasional. Dengan kata lain pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk bekerja dan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi merupakan pendidikan kejuruan untuk kemampuan untuk dipekerjakan. Dalam bidang pendidikan kejuruan, bimbingan karier merupakan salah satu jenis layanan dari program bimbingan dan konseling. Secara kelembagaan, bimbingan dan konseling itu adalah bagian dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, yang ditujukan untuk membantu atau memfasilitasi siswa agar tercapai perkembangan diri yang optimal. SMK merupakan lembaga pendidikan yang mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki
dunia
kerja
dengan
pemenuhan
kompetensi
diberbagai
pengembangan. Untuk membentuk sikap serta mewujudkan tujuan tersebut, di pengembangan diri SMK salah satunya bimbingan dan konseling yang didalamnya ada bidang bimbingan karier. Di SMK, siswa dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan atau kompetensi, baik yang berhubungan dengan mata pelajaran, maupun yang berhubungan dengan
pengembangan diri pribadi, sosial, dan karier
kehidupannya. Agar siswa dapat mencapai pengembangan diri yang optimal.
12
Dengan kata lain, untuk mencapai kompetensi siswa SMK yang optimal diperlukan kerjasama yang baik antara guru pembimbing, guru mata pelajaran dan manajemen kepemimpinan. Tujuan bimbingan dan konseling di SMK secara umum sama dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; sebagaimana tercantum dalam Undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1, yang berbunyi sebagai berikut. Pendidikan merupakan usaha sadar den terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sejalan dengan tujuan Sekolah Menegah Kejuruan, menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 26 ayat 3, menyebutkan bahwa, ”tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk kehidupan mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya”. Adapun secara khusus, tujuan bimbingan karier di SMK adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkembangan siswa agar memiliki kemampuan dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya kelak. Oleh karena itu, maka setiap siswa perlu dibantu untuk mengenal potensi dasar dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu.
13
Dalam mengambil keputusan terkadang siswa dihadapkan pada permasalahan yang menghambat secara tidak tepat dan tidak sesuai. Ketidak sesuaian dalam memilih pekerjaan, siswa perlu mengetahui dan memahami potensi yang dimiliki serta pengetahuan dunia kerja yang akan mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut kesiapan kerja
bagi siswa SMK sangatlah penting, karena salah satu
permasalahan yang dialami siswa SMK setelah menyelesaikan adalah
menyangkut
pemilihan
karier
studinya
dan pekerjaan. Oleh karena itu
kesiapan kerja sangat dibutuhkan oleh siswa agar mereka dapat memilih dan mempersiapkan diri memasuki karier dengan baik. Dalam mempersiapkan masa depan, terutama karier merupakan salah
satu
tugas remaja dalam tahap perkembangannya Havighurst
(dalHurlock, 2002:10). Menurut teori perkembangan karier yang dikemukakan oleh Donald Super (dalam Charles C. Healy,1982:15) siswa SMK berada pada
tahap
eksplorasi
periode kristalisasi. Pada masa ini remaja mulai
mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan pilihan
karier
pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki
dengan memilih pendidikan dan pekerjaan yang sesuai dengan
pilihannya. Keputusan tentang jenis-jenis pekerjaan yang diinginkan itu berkaitan dengan pendidikan yang harus ditempuh untuk mempersiapkan diri dalam pekerjaan yang dipilihnya atau sesuai dengan potensi yang siswa miliki setelah
siswa
tersebut
menamatkan
pendidikannya.
Siswa
dapat
14
mempersiapkan diri, mengembangkan keahlian dan mengetahui lingkungan kerjanya, dibutuhkan peran seorang guru pembimbing di sekolah. Pada kenyataan di sekolah masih ditemukan peran guru pembimbing belum optimal melakukan perannya sebagaimana diharapkan. Dari hasil wawancara kepada beberapa siswa SMK yang sedang duduk di kelas XI pada saat ujian semester tanggal 7 Desember 2010 kemarin, ternyata memang belum optimalnya peran guru pembimbing selama ini. Guru pembimbing hanya berperan menjadi “polisi sekolah” yang ditakuti oleh para siswa. Guru pembimbing hanya bisa memberi hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah. Selama ini yang terjadi di lapangan, peran guru pembimbing adalah guru pengganti jam mata pelajaran dengan jam mengajar sedikit yang diperbantukan menjadi guru pembimbing. Meski demikian secara konotasi, guru pembimbing tetap menjadi “polisi sekolah”. Pada dasarnya peran guru pembimbing bertugas mengawasi dan memahami diri siswa seperti kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian dan prestasi, oleh karena itu pengembangan diri merupakan tahap permulaan dalam karier. Akan tetapi dituntut pula untuk membimbing siswa agar dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan karier dan penetapan karier pada kehidupan masa mendatang. Jika siswa SMK mendapat pengetahuan tentang dunia kerja dalam program bidang bimbingan karier diharapkan siswa SMK akan mantap menentukan pengambilan keputusan karier.
15
Melalui bidang bimbingan karier dan kejuruan, siswa di harapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang memahami diri, pengetahuan lingkungan dunia kerja dalam mengembangkan rencana karier serta kemampuan untuk mengambil keputusan karier di masa yang akan akan datang. Oleh sebab itulah siswa di SMK harus memiliki kemampuan dalam potensi, bakat, minat, kepribadian dan prestasi memadai dalam ranah pekerjaan nantinya. Keberhasilan siswa SMK dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh bidang pengajaran, kurikulum serta administrasi dan kepemimpinan, akan tetapi sangat ditentukan oleh pembinaan pengembangan pribadi siswa. Siswa selain ingin dibantu agar berhasil dalam studinya, juga membutuhkan bimbingan untuk menghadapi masa depan, bimbingan untuk mengenal lingkungan dunia kerja nantinya. B. Identifikasi Masalah Siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) berada pada usia remaja akhir. Menurut Yusuf (2006:27) siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) termasuk pada masa usia sekolah menengah pada umumnya yang berada pada usia remaja akhir (12-18 tahun. Pada usia ini salah satu tugas perkembangan karirnya yaitu mempersiapkan diri memilih suatu pekerjaan. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan antara lain: siswa tidak memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karienya, siswa tidak memiliki informasi tentang pengetahuan dunia kerja
16
(lingkungan kerja), siswa belum mampu membuat keputusan karier dengan tepat, kesiapan kerja siswa kelas X, XI, dan XII tidak berbeda, siswa merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah, tingkat kematangan kejuruan/vokasional siswa SMK belum optimal, diperlukan peran guru pembimbing di bidang bimbingan karier dalam memberikan informasi kesiapan kerja. C. Batasan Masalah Dari berbagai masalah yang terindentifikasi yang telah diuraikan di atas dan agar penelitian ini lebih terfokus, maka masalah penelitian membatasi pada: 1.
Peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat.
2.
Perbedaan kesiapan kerja antara kelas X, kelas XI, dan kelas XII.
3.
Hubungan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa SMK.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dsalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat?
2.
Bagaimana perbedaan kesiapan kerja siswa antara kelas X, kelas XI, dan kelas XII?
3.
Bagaimana hubungan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa SMK?
17
E. Tujuan Masalah Secara
umum
penelitian
ini
bertujuan
untuk
menjawab
dan
mendeskripsikan secara mendalam khususnya tentang: 1.
Peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat.
2.
Perbedaan kesiapan kerja siswa antara kelas X, kelas Xi, dan kelas XII.
3.
Hubungan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa SMK.
F. Manfaat Penelitian Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain: 1.
Manfaat Teoretis a.
Mengembangkan informasi mengenai peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa nantinya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu bimbingan konseling khususnya bimbingan akademik.
b.
Semakin memperkaya dan memperluas wawasan baik peneliti sendiri maupun guru pembimbing/konselor sekolah yang berhubungan dengan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa melalui penelitian deskriptif.
2. Manfaat Praktis a.
Penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh guru pembimbing dan pihak terkait, sebagai dasar penyusunan program bimbingan dan konseling.
18
b.
Unit Bimbingan dan Konseling SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatera Barat serta guru pembimbing, sebagai bahan masukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien berdasarkan kebutuhan siswa setiap tingkatan kelas dalam bidang karier mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Peran Guru Pembimbing a. Definisi Peran Secara umum istilah peran berkaitan dengan kedudukan seseorang dalam kehidupan sosial sehingga dapat menampilkan unjuk kerja atau posisi yang bersentuhan dengan individu-individu dalam satu kelompok guna mencapai tujuan yang diharapkan. Keight Davis dan John W. Newstronm (1982:32) menyatakan pengertian peran sebagai berikut: A role is pattern of actions expected a person in activities involving others. Role of reflects a person’s position in social system, with its accompanying rights and obligations, power and responsibility. In other to able to interact with each other, people need some way to anticipate others behavior. Berdasarkan pendapat tersebut, peran diartikan sebagai pola tindakan yang
diharapkan
dari
seorang
yang
melibatkan
orang
lain.
Peran
mencerminkan posisi seseorang dalam berinteraksi, bersentuhan dengan sistem sosial, hak, dan kewajiban, kekuasaan, serta bertanggung jawab yang menyertainya. Parson dan Shils (dalam Shertzer dan Stone, 1980: 119) mendefinisikan peran sebagai: The role is that organized sector of an actor’s orientation which constitutes and defines his participation in an interactive process. It involves a set of complementary expectation concerning his own actions and those of others with whom he interacts. Both the actor and those with whom he interacts process these expectations.
20
Berdasarkan pendapat tersebut, peran adalah sektor yang terorganisir terhadap orientasi pelaku yang mengangkat dan menentukan partisipasinya dalam proses berinteraktif. Peran tersebut melibatkan harapan sementara dan memperhatikan tindakannya dan berinteraksi dengan yang lain. Kedua pelaku tersebut berinteraksi sesuai dengan siapa dia berproses interaksi didalam tujuan tersebut. Sejalan dengan itu Kozier Barbara (dalam Nurhamidah, 2009) menjelaskan bahwa peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem atau prilaku yang diharapkan seseorang pada situasi sosial tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan bahwa peran adalah unjuk kerja karena berkaitan dengan kemampuan, kekuasaan, hak kewajiban serta tanggung jawab melaksanakan suatu pekerjaan. Secara hukum, posisi guru pembimbing (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan konseling) di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum
bimbingan dan konseling. Dalam sistem
pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan posisi/ tempat yang jelas. Menurut Scholten (1991:16) literatur tentang konseling sekolah secara konsisten menyatakan bahwa peran guru pembimbing harus fokus pada kebutuhan siswa pada pendidikan, pekerjaan dan pribadi/sosial. Penekanan harus ditempatkan pada pilihan pendidikan saat ini, keputusan karier masa depan dan kebutuhan pribadi/sosial yang sekarang/masa depan. Selain itu Winkel (1991:71) pun berpendapat tentang peran guru pembimbing di sekolah
21
yaitu guru pembimbing/konselor sekolah dituntut mempunyai peran sebagai orang kepercayaan konseli/siswa, sebagai teman bagi konseli/siswa, bahkan konselor sekolahpun dituntut agar mampu berperan sebagai orang tua bagi klien/ siswa. Secara umum Gibson dan Mitchell (1995) menjelaskan beberapa pentingnya peran guru pembimbing untuk : 1. Memahami proses dan karakteristik perkembangan manusia termasuk kesiapannya untuk belajar dan keberhasilan dalam melaksanakan tugastugas tertentu sesuai dengan tahapan perkembangannya. 2. Memahami kebutuhan dasar manusia, termasuk kebutuhan khususnya dan hubungannya dengan perkembangan karier dan pengambilan keputusan. 3. Dapat melakukan assesmen dan menginterpretasikan sifat-sifat individual dan karakteristiknya, serta menerapkannya dalam relasi konseling yang bervariasi. 4. Memahami dan mampu membantu klien dalam memahami bahwa faktorfaktor perubahan atau faktor-faktor yang tak terduga dapat mengubah perencanaan karier. 5. Memahami perubahan cepat yang terjadi dalam dunia kerja dan kehidupan,
sehingga memerlukan pengujian secara tetap serta perlunya
penggunaan teori dan riset-riset mutahir sebagai dasar pelaksanaan konseling.
Mengingat sedemikian pentingnya peran dan tanggung jawab seorang guru pembimbing/konselor sekolah, maka diperlukan beberapa persyaratan
22
tertentu, diantaranya persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus yang harus dimiliki konselor yaitu memiliki tingkat pendidikan universitas dalam psikologi atau sarjana muda ilmu psikologi atau sarjana lulusan bimbingan konseling. Seorang konselor juga dituntut untuk untuk memiliki sikap-sikap dan memiliki ciri-ciri kepribadian sabagaimana yang diharapkan dalam pelaksanaan bimbingan konseling agar sesuai dengan fungsinya disekolah yaitu membantu siswa dalam memecahkan masalahmasalahnya, baik masalah pribadi, sosial, belajar maupun . Sedangkan American Personal and Guidance Association (APGA) (dalam Prayitno, 1994:96) menyatakan bahwa: Peran konselor sekolah adalah membantu siswa mengenali dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam bidang pendidikan, pekerjaan, bidang sosial-personal, membantu siswa mengembangkan kemampuan mengambil keputusan dan menyusun rencana masa depannya. Sejalan dengan peran pembimbing di atas, maka dalam konteks bimbingan dan konseling karier di sekolah, maka program bimbingan dan konseling karier seyogyanya menekankan pada: Kemampuan memahami dan menerima diri terhadap kemampuan, bakat, minat, serta kemampuan dalam memahami dan menyesuaikan diri dengan dunia kerja. Untuk kepentingan ini diperlukan pengumpalan data dan keterangan diri melalui layanan inventarisasi pribadi dengan berbagai teknik dan cara, baik melalui tes maupun nontes. 1. Tersedianya keragaman dan keluasan informasi
karier
yang sejalan
dengan kemampuan, bakat, dan minat anak, persyaratan-persyaratan
23
minimal yang harus dipenuhi, tuntutan aktivitas suatu jabatan, dan nilainilai dari jabatan tersebut. Keluasan informasi yang diberikan melalui layanan informasi karier terutama diperlukan untuk pemahaman terhadap dunia pekerjaan yang terus berubah dan berkembang secara cepat, sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan keadaan diri maupun tuntutan masyarakat. 2. Kemampuan anak secara dini untuk sedini mungkin merencanakan dan mempersiapkan diri dan memperjuangkannya secara sungguh-sungguh dan konsisten. Setelah anak mengambil keputusan karier, maka saat itu juga sudah harus mempersiapkan diri secara matang upaya-upaya untuk mencapainya. Berkaitan dengan ini, maka pembuatan rencana kehidupan jangka pendek dan jangka panjang sangat diperlukan, terutama berkaitan dengan bagaimana memperjuangkannya dan
melalui jalur mana yang
harus ditempuh, serta persiapan-persiapan diri apa yang harus dikuasai. 3. Kemampuan untuk merasa aman, puas, dan bahagia dengan pilihan dan keputusan karier yang telah ditetapkannya. Untuk itu, keputusan pilihan karier harus terus dimantapkan, dibantu dalam memperjuangkannya, dan terus dievaluasi kemajuannya. Dari berbagai teori peran guru pembimbing secara singkat dapat dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan peran guru pembimbing adalah seseorang guru pembimbing yang menampilkan unjuk kerja berkaitan dengan: (a) Membantu siswa memahami dirinya, (b) Membantu siswa mengenal tentang studi lanjutan dan lapangan kerja, (c) Membantu siswa mengembangkan sikap positif terhadap pekerjaan.
24
b. Tugas Guru Pembimbing Menurut
Gibson
dan
Mitchell
(1995:67)
tugas
guru
pembimbing/konselor sekolah adalah: 1)Assesment of the individual’s and other characteristics,2) counseling the individuals, 3) group counseling and guidance activities, 4)career guidance, including the providing of occupational educational information, 5) placement, follow up, and accountability evaluation, and 6) cnsultation with teachers and other school personnel, parents, pupils, in group and appropriate community agencies. Dari teori di atas dapat diungkapkan bahwa tugas guru pembimbing adalah sebagai berikut. 1) Mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya, 2) Konseling perorangan, 3) Melakukan bimbingan dan konseling kelompok, 4) Melaksanakan bimbingan termasuk informasi pendidikan dan melakukan penilaian, 5) Penempatan, menindak lanjuti, penilaian pertanggungjawaban dan, 6) Konsultasi dengan gurudan posenel sekolah lainnya, orang tua, siswa kelompok dan organisasi masyarakat. Sejalan dengan tugas guru pembimbing yang mengacu pada rumusan pasal 1 ayat (1) dan (6) Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara jelas tereksplisit menyebutkan bahwa peran dan tugas guru pembimbing sebagai pendidik. Guru pembimbing sebagai pendidik dapat menjunjung upaya pendidikan dan dapat melaksanakan pelayanan konseling. Selanjutnya pada pasal 39 Ayat 2 menyebutkan: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
25
Semua pendidik, termasuk di dalamnya guru pembimbing melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana telah diutarakan di atas, guru pembimbing adalah
tenaga profesional yang bertugas: 1)
merencanakan dan meyelenggarakan proses pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaran, 3) serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Arah pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan BK berupa berbagai jenis kegiatan pendukung serta berbagai keterkaitannya. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008, Guru pembimbing dan konseling memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa. Tugas guru pembimbing dan konseling/konselor yaitu membantu siswa: 1. 2.
3.
4.
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami, menilai bakat dan minat. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri. Pengembangan , yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan .
Selanjutnya Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan tugas guru pembimbing, sebagai berikut : 1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, 2) merencanakan program bimbingan dan konseling terutama program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut tersebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan semesteran dan tahunan, 3)
26
melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan konseling, 4) melaksanakan segenap program satuan kegiatan pendukung bimbingan konseling, 5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung, 6) menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 7) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, 8) pengadministrasian kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan, 9) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling dan kepala sekolah. Menurut Syamsu Yusuf, (2006:35) mengemukakan tugas guru pembimbing yaitu: 1) memahami konsep-konsep bimbingan dan konseling, serta ilmu bantu lainnya. 2) memahami karakteristik pribadi siswa, khususnya tugas-tugas perkembangan siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, 3) mensosialisasikan program layanan bimbingan dan konseling, 4) merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling, 5) melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling, yaitu: layanan dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan sistem, 6) mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan prilaku siswa, baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier), 7) menindaklanjuti (follouw up) hasil evaluasi, 8) menjadi guru dan konsultan bagi guru dan orang tua siswa, 9) bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait, 10) mengadministrasian program layanan bimbingan,11) menampilkan pribadi secara matang baik, baik menyangkut aspek emosional, sosial, maupun moral spiritual, 12) memiliki kemauan dan kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa, 13) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada kepala sekolah. Berdasarkan peraturan-peraturan dan pemikiran para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas guru pembimbing didalam penelitian ini berkaitan dalam membantu kesiapan kerja siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat dan perkembangan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling.
27
2. Perkembangan Siswa SMK a.
Karakteristik Siswa SMK Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kompetensi siswa secara optimal. Maka siswa SMK secara psikologis tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa tersebut merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan dimana individu (siswa SMK) mengalami ambivalesi kemerdekaan. Dimana pada satu sisi siswa SMK tersebut menunjukan ketergantungan pada orang tua atau orang lain, dan pada sisi yang lain siswa SMK menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Pada masa remaja merupakan sentral kehidupan yang berada pada pencarian jati diri atau identitas diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual. Ia harus mampu menjawab “Siapa saya ? Apakah saya ? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk masa depan saya? ( A. Muri Yusuf, 2009). Sejumlah pertanyaan jati diri sekiranya dapat dijawab dengan tepat maka siswa SMK akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan nya sehingga masa depan penuh dengan harapan. Jika sebaliknya ia tidak dapat menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk pengambilan keputusan . Oleh karena itu, lingkungan sekolah (guru mata pelajaran, guru pembimbing dan guru praktek dan orang tua yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group) yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan
28
fisik yang memfasilitasi siswa SMK untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan produktivitas yang baik. Menurut Donal Super (Charles C. Healy, 1982:15) berpendapat bahwa: seseorang dalam hidupnya mengalami perkembangan mulai tahap pencarian, penemuan, pemantapan, pemeliharaan, dan tahap penurunan. seseorang dapat diraih melalui pekerjaan, jabatan, posisi, dan /atau hobi. Tahapan pencarian dimulai dari usia anak-anak sampai remaja. Tahap penemuan dimulai usia dewasa muda sampai dewasa. Tahap pemantapan dimulai pada usian dewasa hingga tengah baya. Tahap pemeliharaan dimulai pada usia tua. Tahap penurunan dimulai pada usia lanjut. Tabel 1: Tahapan Perkembangan No.
Usia
Tahapan Perkembangan
1. 2. 3. 4. 5.
0 - 14 15 - 24 25 - 44 45 - 64 65 ….
Pertumbuhan Eksplorasi Pemantapan Pemeliharaan Penurunan
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa siswa SMK berada pada tahap eksplorasi. Tahap dimana tugas perkembangan siswa SMK pada tahap ini adalah sebagai berikut. a. Diharapkan mulai mengenal dan menerima kebutuhan untuk dapat membuat keputusana dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan . b. Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja nantinya. c. Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan.
29
d. Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki dunia kerja atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya. Selain itu, menurut Ginzberg dalam Santrock (2002:94) menyatakan bahwa remaja berada pada tiga proses pemilihan , yaitu 1) masa fantasi (11 s/d 12 tahun), dimana ia bermain peran dan berimajinasi tentang pekerjaan masa depan, 2) masa tentative (>12 s/d 17 tahun) dimana remaja mulai mengenal minat, bakat, nilai-nilai serta pengetahuan tentang dunia kerja, 3) masa realistiis (>17 tahun) dimana pilihan sudah mulai di anggap menetap. Maka, siswa SMK termasuk dalam tahap tentaif (11 – 18 tahun) dalam pilihan. Masa tentatif, menurut Gizberg ciri utamanya adalah pilihan mulanya berdasarkan kesenangan dan minat, sedangkan faktot-faktor lain tidak dipertimbangkan. Perubahan-perubahan minat menyebabkan anak mulai bertanya pada diri sendiri apakah ia memiliki kemampuan melakukan suatu pekerjaan, dan apakah kemampuannya sejalan dengan minatnya. Masa tentatif meliputi empat tahap, yaitu: minat, kapasistas, nilai, dan transisi. Pada masa transisi ini, remaja dapat memilih dan mempersiapkan diri menuju /kerja. Perkembangan
merupakan salah
satu tugas remaja dalam tahap
perkembangannya Havighurst (dalam Hurlock, 2002: 10). Jordaan (dalam Fuhrmann, 1990: 436) menyatakan bahwa yang terpenting dari perkembangan karier adalah konsep 5 vokasional (vocational maturity). Kematangan vokasional adalah kemampuan individu untuk memenuhi tugas perkembangan vokasional dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani Super (dalam Fuhrmann, 1990: 443).
30
Kematangan vokasional sangat penting dimiliki oleh individu, terutama siswa SMK. Menurut teori perkembangan karier yang dikemukakan oleh Super (dalam Patton & Lokan, 2001: 33), masa SMK merupakan waktunya siswa mengumpulkan informasi mengenai diri mereka dan tentang dunia kerja melalui proses eksplorasi yang efektif, dengan tujuan untuk mengkristalisasi dan membuat pilihan karier yang bijaksana. Siswa SMK harus mengambil keputusan yang tepat sebagai langkah awal pencapaian karier di masa depan. SMK merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang mempersiapkan siswanya untuk memasuki dunia kerja. Kualitas pemilihan vokasional ditentukan oleh tingkat kematangan vokasional (Komandyahrini, 2008: 1). Oleh karena itu, kematangan vokasional sangat dibutuhkan oleh siswa SMK agar mereka dapat mengambil keputusan yang tepat. Kematangan vokasional dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman sebaya, dan lingkungan sekolah (Seligman, 1994: 38, Rice, 1993: 519536). Sementara itu, faktor internal terdiri dari inteligensi dan bakat khusus, minat vokasional, kepribadian, nilai, aspirasi karier, dan konsep diri (Seligman, 1994: 38, Rice, 1993: 525, Hasan, 2006: 131). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kematangan vokasional di perkembangan karier siswa SMK berada pada tahap tahap tentatif. Dimana kematangan vokasional siswa diharapkan mulai memiliki pemahaman diri (keterampilan, minat, bakat, sifat, cita-cita, prestasi akademik, nilainkehidupan dan keadaan fisik).
31
Tugas perkembangan merupakan tugas-tugas yang muncul pada setiap periode perkembangan individu selama hidupnya, yang dipengaruhi oleh tuntutan kematangan diri, aspirasi lingkungan lingkungan
budaya
sekitarnya.
Kerberhasilan
sosial masyarakat, dan menyelesaikan
tugas
perkembangan dalam periode perkembangan tentatif ataupun eksplorasi akan membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada periode perkembangan berikutnya. Demikian sebaliknya, kegagalan dalam mencapai tugas perkembangan pada periode tentatif ataupun eksplorasi akan menghambat penyelesaian tugas perkembangan pada periode selanjutnya. Tugas perkembangan bagi para siswa SMK di Indonesia seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sejalan dengan tugas-tugas perkembangan siswa SMK (Depdiknas, 2006), yaitu meliputi: 1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME; 2. Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, serta perannya sebagai pria atau wanita; 3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani sehat; 4. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karier atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas; 5. Mencapai kematangan dalam pilihan karier; 6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri baik secara emosional, sosial, intelektual, dan ekonomi; 7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara;
32
8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni; 9. Mencapai kematangan dalam etika sistem dan nilai. Maka, tugas perkembangan siswa SMK adalah untuk membantu siswa dalam kematangan vokasional sebagai kompetensi yang harus dikuasai siswa agar memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami
dan
(bakat,
minat,
terkait
dengan
menilai sikap,
dirinya,
terutama
potensi
dasar
dan
cita-cita)
yang
kecakapan,
dunia kerja yang akan dimasukinya kelak.
Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu amat dipengaruhi oleh kemampuan individu dimilikinya. Oleh
memahami dan menilai potensi dasar yang
karena
itu, maka setiap siswa perlu dibantu
untuk memahami potensi dasar dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu. 2. Menyadari dan
dan
memahami
masyarakatnya,
nilai-nilai
yang
ada
pada
sehingga menumbuhkan sikap positif
terhadap dunia kerja. Sikap positif berarti bahwa
individu
bekerja
dalam
tanpa
rendah
diri,
bidang yang
diri
pekerjaan penting
apa
bermakna
pun
bagi
diri
mau merasa dan
lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama yang dianutnya. 3. Mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta memahami jenis-jenis pendidikan dan/atau pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan dalam bidang pekerjaan tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman tersebut
33
individu terdorong untuk membentuk identitas dengan cara mengenali
ciri-ciri pekerjaan,
persyaratan
yang dituntut,
lingkungan pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. 4. Menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan
yang
disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya. 5. Merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial-ekonomi. 6. Membentuk
pola-pola,
yaitu
kecenderungan
arah. Misalnya,
apabila seorang siswa bercita-cita menjadi mekanik otomotif, dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan teknik permesinan.
b. Bimbingan Karier di SMK Bimbingan kejuruan merupakan bimbingan yang mengarahkan siswa SMK pada bidang kerja “life skill”. Super dalam Herr dan Cramer (1979:6) menyatakan bimbingan kejuruan adalah: "the process of helping a person to develop and accept an integrated and adequate picture of himself and of his role in the world of work, to test this concept against reality, and to convert it into a reality, with satisfaction to himself and to society". Berdasarkan pengertian diatas menurut Super, ada dua hal penting yang terkandung dalam makna bimbingan karier, yaitu proses membantu individu untuk memahami diri, menerima diri sendiri sekaligus menyesuaikan diri denngan dunia kerja. sedangkan Semiawan (1996:3) mengartikan bimbingan karier sebagai pelayanan bantuan terhadap seluruh populasi dalam perwujudan
34
hidupnya sebagai pernyataan yang bermakna dan kualitas individual dalam keseimbangan interaksi dan masyarakat di mana dia hidup yang terus menrus berubah. Pada dasarnya tujuan bimbingan karieradalah untuk membantu para siswa mengenal dirinya sendiri, mengetahui informasi dunia kerja dan lingkungan dunia kerja serta mengembangkan rencana dan membuat keputusan yang bermakna bagi masa depan nantinya. Peters dan Shetzer (1974:267) mengatakan bahwa “…counselor can help student for make a career planning and make a people get a satifaction from his job”. Tujuan akhir bimbingan dan konseling di sekolah secara umum sama dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Adapun secara khusus menurut Mamat Supriatna dan Nandang Budiman, tujuan bimbingan
di SMK adalah untuk membantu atau
memfasilitasi perkembangan individu (siswa) agar memiliki kemampuankemampuan sebagai berikut. a. Memahami dan menilai dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya kelak. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu amat dipengaruhi oleh kemampuan individu memahami dan menilai potensi dasar yang dimilikinya. Oleh karena
35
b.
c.
d. e.
f.
itu, maka setiap siswa perlu dibantu untuk memahami potensi dasar dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan masyarakatnya, sehingga menumbuhkan sikap positif terhadap dunia kerja. Sikap positif berarti bahwa individu mau bekerja dalam bidang pekerjaan apa pun tanpa merasa rendah diri, yang penting bermakna bagi diri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama yang dianutnya. Mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta memahami jenis-jenis pendidikan dan/atau pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan dalam bidang pekerjaan tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman tersebut individu terdorong untuk membentuk identitas dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan yang dituntut, lingkungan pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. Menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya. Merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial-ekonomi. Membentuk pola-pola , yaitu kecenderungan arah . Misalnya, apabila seorang siswa bercita-cita menjadi mekanik otomotif, dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan otomotif.
Pentingnya bimbingan di SMK terdapat dalam SK Mendikbud nomor 0490/U/92 BAB XI pasal dinyatakan bahwa: 1) pelayanan kepada siswa SMK agar siswa mendapat pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa, 2) pelayanan kepada siswa dalam proses pengenalan diri, pengenalan lingkungan dunia kerja dan memberikan wawasan arah kejuruan, 3) pelayanan kepada tamatan untuk mencari pekerjaan dan mandiri. Secara
khusus,
siswa
SMK
lebih
ditekaknkan
pada
aspek
pengembangan keterampilan kejuruan. Dalam kaitan ini, bidang bimbingan di SMK perlu diberikan penekanan dengan bimbingan kejuruan dalam kesiapan kerja. Penekanan pengembangan keterampilan kejuruan bagi siswa SMK, maka bidang bimbingan lebih pada pelayanan bagi pengembangan kejuruan dan aplikasinya dalam dunia kerja di masyarakat.
36
Pelayanan BK dilaksanakan melalui empat bidang bimbingan (bimbingan pribadi, bidang sosial, bidang kegiatan belajar, dan bidang bimbingan ). Bidang-bidang kegiatan BK tidak berjalan tanpa adanya pelayanan yang diberikan guru pembimbing. Pelayanan yang dimaksudkan adalah berbagai jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan mediasi) dan kegiatan pendukung (aplikasi instrumen, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tinjauan kepustakaan, dan alih kasus). Prayitno, (1997:69) menyatakan bidang bimbingan karier
di SMK
bertujuan mengenal potensi diri, menembangkan dan memantapkan pilihan serta mengembangkan keterampilan kejuruan dan aplikasinya. Selanjutnya, Prayitno, dkk (2002:16) menyatakan bahwa bidang bimbingan karier, meliputi: (1) Penempatan pemahaman diri berkenaan dengan kecendersungan yang hendak dikembangkan, (2) pemantapan orientasi dan informasi pada umumnya, khususnya yang hendak dikembangkan, (3) orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (4) pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA/K, (5) orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan yang hendak dikembangkan. Pendapat Prayitno di atas sejalan dengan pendapat Ruslan A. Gani (1996:11), bimbingan adalah: suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap individu, agar siswa/remaja yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan pilihannya dan mengambil suatu keputusannya tersebut adalah yang paling tepat; sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/ yang dipilihnya.
37
Munandir (1996:260) mengurai program bimbingan pada 7 bagian, yaitu: inventarisasi pribadi, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling dan pengambilan keputusan , penempatan, tindak lanjut dan evaluasi, kurikulum dan bimbingan . Program pokok tersebut dapat dikembangkan berdasarkan jenis pendidikan tertentu seperti SMK yang para siswa memperoleh kesiapan kerja. Prayitno, dkk (1997:123-125) secara umum materi bidang bimbingan meliputi: a) Seleksi calon pekerja: (1) siswa yang akan dididik/dilatih (2) lulus SMK yang akan ditempatkan b) Informasi jabatan/pekerjaan (mengacu kepada jenis kejuruan tertentu): (1) nama-nama jabatan/pekerjaan (2) rincan kegiatan dalam setiap jabatan/pekerjaan (3) kondisi kerja setiap jabatan/pekerjaan (peralatan, pengarahan tenaa fisik dan mental, kelengkapan penunjang, unsur uang dan waktu (4) bakat khusus dan minat yang diperlukan untuk masing-masing jabatan/pekerjaan (5) keselamatan kerja (6) gaji dan penghasilan lainnya (7) jenis pangkat, kenaikan pangkat dan promosi jabatan (8) lowongan yang ada (9) kemungkinan pengembangan setiap jenis jabatan/pekerjaan (10) pendidikan dan latihan calon pekerjanya (pendidikan/pelatihan formal, prjabatan, dan pendidikan/pelatihan dalam jabatan) c) Kegiatan praktek/latihan/magang siswa ke lapangan praktek/pekerjaan (BLPT, industri, perusahaan, unit,produksi, dan sebagai) (1) orientasi kegiatan dan/atau jabatan/pekerjaan yang ada di lapangan praktek/pekerjaan (2) persiapan pelatihan/praktek/magang (waktu, tempat, syaratsyarat, produksi, dan penetapan siswa) (3) kegiatan selama praktek/latihan/magang (4) evaluasi dan tindak lanjut kegiatan praktek/latihan magang d) kemungkinan penempatan setelah tamat dari SMK e) proses penempatan lulusan f) kegiatan penelusuran lulusan
38
g) kerjasama sekolah dengan dunia kerja 9industri, perusahaan, unit produksi) dan masyarakat. Materi di atas secara langsung dapat di hubungkan denngan semua jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Bidang bimbingan lebih khusus dapat di rincikan sebagai berikut. 1) Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan dan pilihan kejuruan. 2) Pemantapan dalam cita-cita dan kejuruan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan 3) Pemantapan dalam sikap positif dan objektif terhadap pilihan kejuruan 4) Orientasi terhadap usaha memperoleh penghasilan untuk kebutuhan hidup 5) Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi tuntutan dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai dengan dan kejuruan 6) Pengembangan dan pemantapan keterampilan kejuruan 7) Orientasi pendidikan dan pekerjaan berkenaan dengan pendididkan tambahan atau lebih tinggi sesuai dengan pilihan dan kejuruan 8) Pelayanan kepada tamatan untuk mencari pekerjaan atau menyelenggarakana usaha mandiri.
Pendapat lain dari Glover dan Marshall dalam Santrock (2003) menyatakan agar siswa sekolah kejuruan mendapat cara-cara yang efektif untuk memperoleh keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam bidang pekerjaan dilakukan pendekatan melalui: 1) Pada kelas X pelajaran yang beresiko gagal dikumpulkan dan diberikan program yang intensif untuk mengatasi agar ia tidak sampai gagal. 2) Pada kelas IX siswa mengikuti pelatihan akademis, komputer, dan pengalaman-pengalaman lapangan yang sesuai dengan kurikulumnya. 3) Pada kelas XII siswa mempunyai seorang pembimbing industri yang memperkenalkannya ke lingkunngan kerja, dan jika memungkinkan diadakan kerja. Dan di akhir kelas XII siswa mendapat kesempatan untuk bekerja sesuai dengan kurikulum yang diikutinya. Diharapkan setelah tamat pendidikan siswa akan dapat bekerja sesuai dengan pendidikan yang diikutnya.
39
Berdasarkan program bimbingan
yang tersedia dan dilaksanakan
disekolah, seyogyanya para siswa memperoleh kesiapan kerja dan kematangan dalam mengambil keputusan kerja. Dengan kata lain, bimbingan merupakan salah satu tindakan preventif dalam rangka mempersiapkan siswa menyonsong dan masa depan mereka. Bimbingan yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk membantu siswa menentukan arah kecenderungan
yang perlu
dikembangkan, dengan cara memberikan orientasi dan informasi tentang /kerja.
3. Kesiapan Kerja a. Definisi Kesiapan Pada awal memasuki SMK, siswa SMK diberikan pemahaman diri untuk menentukan pemilihan jurusan bidang keahlian. Siswa SMK merupakan individu yang dididik untuk menjadi tenaga terampil di dunia kerja nantinya. Selain diri siswa dan penjurusan bidang keahlian di SMK, para siswa harus mengetahui seperti apa kesiapan diri dan dunia kerja nantinya. Kesiapan diri secara fisik ataupun psikis merupakan langah awal untuk meniti nantinya. Seorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi
dengan cara tertentu. Istilah kesiapan (readiness) dalam kamus
websler didiskripsikan sebagai : 1. Kesiapan mental dan fisik untuk bertindak atau pengalaman 2. Yang tangkas, atau pantas, cakap dan terampil 3. Ketersediaa segera (immediate availability)
menerima
40
Menurut M Brammer dan L. Shostromm (1982:121) menyatakan bahwa “Readiness for learning is a well-known education concept. Children, for instance, are not “Ready” to read until they have achieved a certain level of motivation, maturation, and basic skill development”
yang maknanya
bahwa kesiapan dalam belajar akan tercapai bila siswa telah mencapai tingkat motivasi tertentu, kematangan dan berkembangnya kemampuan dasar. Sedangkan kesiapan menurut Walsh (2005: 95) : The developmental theory is on “readiness,” that is having the requisite skills necessary to accomplish developmental task, and much of the focus of both theoretical and research attention has been on late adolescence and early adulthood, where initial vocational choices are being made. Menurut Walsh secara teoretis untuk mencapai pengembangan tugas yang baik secara teoretis pada anak usia awal dewasa/remaja dan usia anakanak maka pilihan kejuruan harus dimulai. Lebih lanjut Walsh (2005: 143) menekankan : A variety of measures of vocational maturity have been proposed, first focusing on the exploratory stage of development , and later broadening to include adult readiness using measures such as these, researches have explored the antecedents, correlates, and consequences of vocational maturity. Walsh lebih lanjut menekankan kesiapan dapat diartikan lagi berbagai pengukuran kematangan kejuruan di mulai, sejak tahap eksplorasi dan diperluas pada masa remaja, dengan pengukuran seperti temuan hasil penelitian perkiraan (praduga) dan frekuwensi pada kematangan kejuruan. Jadi, kesiapan adalah suatu titik kematangan untuk dapat menerima dan memperhatikan tingkah laku tertentu sesuai dengan karakteristik individu dan pola
41
pembentukan kesiapan yang berbeda-beda di dalam diri masing-masing individu.
b. Kesiapan kerja Kesiapan
kerja
dapat
dipelajari,
dibentuk,
disesuaikan
dan
dikembangkan melalui pengalaman belajar yang diperoleh baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sesuai dengan di lapangan ada beberapa karakteristik individu pola pembentukan kesiapan berbeda-beda, di dalam diri masingmasing individu. Menurut Dillard (dalam Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, 1993:25) kesiapan adalah memperoleh pemahaman diri, keputusan pribadi, mempersiapkan diri untuk memperoleh pemahaman diri dan upah yang memadai, efektifitas penggunaan waktu dan upaya mencapai kesuksesan pribadi dan yang dicita-citakan. Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati (1993:24) kesiapan bertujuan untuk: 1) membantu mempersiapkan pengambilan keputusan, 2) membantu mengembangkan beberapa kepercayaan dalam diri, 3) membantu menemukan beberapa makna dari diri yang dilakukan sekarang, 4) memberikan ketenangan bagi diri untuk mengenal kesempatan-kesempatan yang baik yang ditemuinya, 5) membantu menemukan apa yang seharusnya dilakukan sekarang dan kaitannya dengan apa yang diinginkannya selanjutnya, 6) membantu apa yang harus dipersiapkan pada setiap tahap baru dalam hidup selama tumbuh dan berkembang sampai lebih matang. Berdasarkan pendapat di atas dapat diperoleh tujuan kesiapan kerja adalah untuk membantu individu dalam menentukan pilihan
yang sesuai
42
dengan dirinya, membantu individu mengenali dan pengetahuan lingkungan kerja yang diinginkan. Menurut Lundberg et al. (1997) menyatakan career maturity is the readiness to make appropriate career decisios. Menjelaskan kematangan adalah kesiapan untuk membuat keputusan yang cocok/ sesuai. Sejalan dengan pernyataan Lundberg, Savickas (1984) dalam The Career Development Quarterly, June 2001. Volume 49
menyatakan “career maturity is to the
individual’s readiness to make informed, age appropriate career decisions and cope with career development tasks’. Menyatakan individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan didukung oleh informasi untuk membuat keputusan dan mengatasi dengan kemajuan pekerjaan. Untuk mencapai kematangan yang dinginkannya sering menghalangi hambatan, sehingga diperlukan usaha dari siswa untuk mengatasi hambatan tersebut. Siswa SMK cenderung menganggap bahwa keterampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (efforts) lebih menentukan pencapaian dalam hidup mereka, termasuk pencapaian nya. Mengingat pentingnya kesiapan kerja secara psikologis bagi siswa, maka diperlukan suatu kondisi yang menunjang pembentukan kesiapan kerja tersebut, baik melalui kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan yang lain termasuk di dalamnya adalah informasi bimbingan . Kesiapan kerja siswa SMK merupakan usaha mempersiapkan siswa untuk siap kerja. Hal ini disebabkan dua faktor yaitu faktor internal meliputi: kecerdasan (kemampuan akademik), keterampilan dan kecakapan, bakat, motivasi, kemampuan dan kepribadian, cita-cita dan tujuan dalam bekerja. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan pengetahuan lingkungan
43
kerja. Kesiapan kerja siswa dalam dunia kerja diharapkan untuk dapat mengembangkan dan menyalurkan potensi diri meliputi bakat, kemampuan, dan keterampilan melalui lapangan kerja yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Ketika siswa dihadapkan pada pilihan , maka ia akan melakukan usaha untuk mengenali diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan serta beruhasa mengatasi masalah berkaitan dengan pilihan . Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan kerja siswa berkenaan dengan penelitian ini adalah keadaan yang harus dipersiapkan oleh
siswa SMK untuk menuju dunia kerja dengan konsep kematangan
vokasional/kejuruan berdasarkan dua faktor sebagai berikut. 1.
Tingkat kematangan kejuruan
2.
Pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja).
4. Perbedaan Kesiapan Kerja Siswa Kelas X, XI, XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan dalam bidang tertentu. Siswa SMK berada pada usia remaja akhir. Menurut Yusuf (2006:27) siswa SMK termasuk pada masa usia sekolah menengah pada umumnya yang berada pada usia remaja akhir (12-18 tahun. Pada usia ini salah satu tugas perkembangan karirnya yaitu mempersiapkan diri memilih suatu pekerjaan. Apabila nanti para siswa SMK mengakhiri pendidikannya di SMK, mereka berada pada tahap perkembangan memasuki masa dewasa awal. Tahap perkembangan akhir merupakan masa transisi dari masa remaja awal ke masa dewasa awal yang ditandai dengan warna-warni perkembangan
44
yang memerlukan perhatian khusus bagi siswa SMK. Proses transisi ditandai oleh pengenalan sampai mengambil keputusan siap untuk kerja. Menurut Sciarra (2004:132) mengemukakan bahwa: “career work in high school continues to be competency based. although career exploration continues, this also a time for refinement by now students should understand their abilities, skills, aptitudes, and interests, and their career choice, although not final, should begin to narrow”. Lebih lanjut Sciarra (2004:133) menjelaskan ada beberapa kompetensi yang harus dicapai oleh siswa SMK, kompetensi tersebut meliputi: Studens In Grade 10 will be able to
Studens In Grade 11 will be able to
Studens In Grade 12 will be able to
1) clarify the role of values in career choice, 2) distinguish educational and skill requirements for areas or career of interest, 3) recognize the effects of job or career choice on other areas of life, 4) begin ralistic assessment of their potential in various fields, 5) develop skill in prioritizing related to career planning. 1) refinue future career goals through synthesis of information concerning self, use of resources, and consultation with others, 2) coordinate class selection with career goals, 3) identify specific educational requirements necessary to achieve their goals, 4) clarify their own valeus as they relate to work and leisure. 1) complete requirements for transition from high school, 2) make final commitments to career plan, 3) understand the potential for change in their own intrests or values related to work, 4) understan the potential for change within the job market, 5) understand career development as a lifelong process, accept responsibility for their own career directions.
Sciarra (2004:133) menjelaskan beberapa perbedaan kompetensi setiap kelasnya. Dari pendapat ini dapat disimpulkan kemampuan siswa SMK memutuskan bahwa dirinya siap bekerja pada sektor tertentu, sadar akan nilainilai tersebut ketika akan mengganti pilihannya menyadari karakteristik
45
pribadi, kepentingan, bakat dan keterampilan mengembangkan kesadaran dan penghargaan terhadap keragaman dunia kerja yang bersifat tentatif.
5. Peran Guru Pembimbing dalam Mempersiapkan Siswa untuk Memasuki Dunia Kerja. Guru Pembimbing adalah seorang guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap sejumlah siswa. Pelayanan BK di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya. Prayitno (2001:3) menyebutkan bahwa pada hakikatnya pelaksanaan BK di sekolah untuk mencapai tri sukses, yaitu: sukses bidang akdemik, sukses dalam persiapan karier dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan. Thantawy (1997:73) menyebutkan tugas konselor sekolah ialah menyelenggarakan pelayanan bimbingan yang meliputi:
bidang
bimbingan pribadi, bidang bimbingan
sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karier yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa. Selanjutnya tugas guru pembimbing di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) adalah guru pembimbing berperan membantu siswa dalam menumbuhkembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seyogyanya berkembang pada diri siswa adalah kemandirian dan kesiapan diri, seperti kemandirian dalam mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan , dan kesiapan diri siswa untuk memasuki dunia kerja nantinya.
Dalam melaksanakan program
46
bimbingan dan konseling, konselor seyogyanya melakukan kerjasama (kolaborasi) dengan
berbagai pihak yang terkait, seperti
dengan kepala
sekolah/madrasah, guru-guru mata pelajaran, orang tua konseli. Pelayanan bimbingan dan konseling difokuskan kepada upaya membantu konseli mengokohkan pilihan dan pengembagan sejalan dengan bidang vokasi yang menjadi pilihannya, kemudia membantu konseli untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Bimbingan (membangun soft skill) dan bimbingan vokasional (membangun hard skill) harus dikembangkan sinergis, dan untuk itu diperlukan kolaborasi produktif antara konselor dengan guru bidang studi/mata
pelajaran/keterampilan
vokasional
(Departemen
Pendidikan
Nasional, 2008: 215-216). Guru pembimbing/ konselor sekolah adalah tenaga profesional yang telah dipersiapkan oleh lembaga atau instansi pendidikan yang berwenang yaitu membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalahnya, baik masalah pribadi, sosial, belajar maupun masalah . Konselor sekolah dididik secara khusus untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan konseling. Pekerjaan seorang konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, karena individu yang dihadapi sehari-hari disekolah satu sama lain memiliki keunikan dan ciri khas dalam tingkah
47
laku, kepribadian, sikap-sikapnya, maupun masalah-masalah yang dihadapi juga berbeda. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa guru pembimbing/konselor mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan program bimbingan khususnya dalam pengembangan dan mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja.
Beberapa
mengembangkan
peran siswa
konselor yang
dalam juga
bimbingan
suatu
upaya
sebagai
upaya
membantu
siswa
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja adalah antara lain: 1.
Sebagai penemu masalah pendidikan
atau penemu kebutuhan siswa.
Konselor berusaha mengidentifikasi permasalahan keadaan siswa dengan mengumpulkan data secara seksama yang melibatkan semua unsur sekolah dan orang tua. 2.
Sebagai agen referal dan penerima, setiap masalah yang dihadapi siswa yang sudah ditangani oleh guru, kepala sekolah dan orang tua dimana mereka tidak mampu menanganinya misalnya berkaitan dengan masalah maka dengan mengunakan konseling
apabila diminta oleh yang
bersangkutan. 3.
Sebagai penemu potensi manusiawi, dengan berbagai teknik unuk memperoleh data tentang siswa mengenai kemampun psikologis dengan
48
teknik tes dan non tes, maka konselor dapat mengidentifikasi kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara optimal, khususnya dibidang . 4.
Sebagai informan dan pendidik , koselor dianggap sebagai orang yang mampu dan memiliki wawasan yang luas dalam bidang , maka konselor dapat memberikan informasiyang dibutuhkan siswa.
5.
Sebagai penolong pengenalan diri, bimbingan
bertolak dengan dasar
pemahaman diri siswa diharapkan dapat mengenal dirinya sendiri (dengan bantuan konselor) baik mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya). 6.
Sebagai
fasilitator
hubungan
manusiawi
maka
konselor
dapat
mengembangkan sikap dan cara yang baik dalam sesama teman sekerja. 7.
Sebagai penentu dan pelaksana program bimbingan , konselor dengan pengetahuan dan pengalamannya diharapkan mampu menyusun dan melaksanakan program bimbingan .
B. Penelitian Yang Relevan Berdasarkan telaah kepustakaan, maka ditemukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan tentang peran guru pembimbing dan kesiapan kerja siswa, diantaranya sebagai berikut. 1. Nur Khayati, 2006.
Efektivitas Layanan Informasi dalam Bimbingan
terhadap Kesiapan Kerja ditinjau dari Aspek Psikologis pada Siswa Kelas III SMK Bhakti Praja Margasari, Tegal Tahun Pelajaran 2005/ 2006.
49
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan kerja secara psikologis pada siswa kelas III Akuntansi mulanya dengan kategori sedang dan setelah memperoleh layanan informasi bimbingan mengalami peningkatan menjadi kategori tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
layanan
informasi
dalam
bimbingan
efektif
dalam
meningkatkan kesiapan kerja secara psikologis. Relavansi dari hasil penelitian ini terhadap penelitian peneliti adalah membahas tentang kesiapan
kerja
siswa
SMK
yang
ditinjau
dari
kematangan
kejuruan/vokasional dan pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja). 2. Rahmanto Aji, Dra. Sri Hartati MS., Dra. Diana Rusmawati meneliti Hubungan Antara Locus Of Control Internal dengan Kematangan pada Siswa Kelas XII SMK N 4 Purworejo menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara locus of control internal dengan kematangan internal pada siswa SMK N. 4 Purworejo. Relevansi terhadap penelitian saya kematangan siswa SMK bukan pada locus of control. 3. Fivia Eliza (2009) meneliti Kontribusi Persepsi Siswa SMP Tentang SMK dan Minat Pelaksanaan Bimbingan Karier terhadap Minat melanjutkan studi ke SMK di tiga SMP Negeri di kota Padang menggunakan skala Likert yang mengukur sikap, pendapat dan persepsi responden terhadap objek yang diteliti menghasilkan bila persepsi siswa SMP tentang SMK baik dan pelaksanaan bimbingan
berjalan lancar siswa cenderung
mempunyai minat yang tinggi untuk melanjutkan studi di SMK.
50
Dari ketiga penelitian ini yang menjadi keterkaitan adalah bukan pada tingkat kematangan kejuruan yang dihadapi oleh siswa SMK melainkan kesiapan kerja dikarenakan siswa SMK belum dapat membuat dan mengambil keputusan dalam kesiapan kerja dan diperlukannya peran guru pembimbing dalam memberikan bantuan dalam membuat dan mengarahkan keputusan siswa tersebut.
C. Kerangka Pemikiran Peneliti ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja dan bagaimana hubungan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa SMK. Yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah seseorang guru pembimbing yang menampilkan unjuk kerja berkaitan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Kesiapan kerja harus dimiliki siswa SMK untuk menuju dunia kerja dengan berdasarkan (1) tingkat kematangan kejuruan/vokasional, dan (2) pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja). Maka dalam penelitian ini diduga ada hubungan antara peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa SMK.
Peran Guru Pembimbing (X)
r=?
Kesiapan Kerja Siswa Kelas X, XI, XII ( Y)
51
D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah yaitu:
Terdapat hubungan yang signifikan peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa.
Terdapat perbedaan yang signifikan kesiapan kerja antara kelas X, XI, dan XII.
52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan berbagai hal yang berkenaan dengan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja
siswa SMK. Penelitian
deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskriptisikan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populsi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail apa adanya (A. Muri Yusuf, 2005:83). Pendekatan deskriptif kuantitatif dikmasudkan untuk mendeskripsikan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK. Data kuantitatif dalam penelitian ini diolah melalui prosedur statistik sederhana. Dalam hal ini, data yang diperoleh melalui instrumen kepada siswa merupakan data kuantitatif.
B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi dinyatakan oleh Riduwan (2005:54) adalah keseluruhan dari
objek atau subjek penelitian. Sejalan dengan itu Bailey (1978) dalam A. Muri Yusuf (2005:183) menyatakan populasi atau “universe” ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis, sedangkan Sax (1978) dalam A. Muri Yusuf (2005:183) menyatakan bahwa …. populasi adalah keseluruhan manusia yang terdapat dalam area yang ditetapkan. Adapun populasi penelitian ini adalah
53
semua siswa SMK Negeri 2 di Kota Sawahlunto pada kelas X, XI dan XII yang terdaftar pada tahun ajaran 2011-2012 sebagai objek penelitian. Semua siswa kelas X, XI dan XII setiap jurusan pada SMK Negeri 2 Sawahlunto berjumlah 609 siswa. Rincian populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Jumlah Populasi Penelitian Siswa SMK N.2 Kota Sawahlunto No.
Jurusan
Kelas
Jum. Siswa
1.
Teknik Konstruksi Kayu
XII
9
2.
Teknik Instalasi Tenaga Listrik
XII ITL
22
3.
Teknik Pemesinan
XII TPM 1
24
XII TPM 2
13
XII TKR 1
24
4.
Teknik Kendaraan Ringan
XII TKR 2
21
5.
Teknik Geologi Pertambangan
XII GP
21 134
Populasi Kelas XII 6.
Teknik Konstruksi Kayu
XI
12
7.
Teknik Instalasi Tenaga Listrik
XI TITL
30
XI TPM 1
17
XI TPM 2
23
XI TKR 1
21
XI TKR 2
25
XI GP A
24
XI GP B
24
8.
Teknik Pemesinan
9.
Teknik Kendaraan Ringan
10
Teknik Geologi Pertambangan
152
Populasi Kelas XI 11. 12.
Teknik Konstruksi Kayu
X
28
Teknik Instalasi Tenaga Listrik
X
36
Bersambung
54
No.
Jurusan
Kelas
13.
Teknik Pemesinan
14.
Teknik Kendaraan Ringan
15.
Teknik Geologi Pertambangan
X TPM 1
33
X TPM 2
35
X TKR 1
44
X TKR 2
44
X GP 1
39
X GP 2
40 259
Populasi Kelas X Jumlah Siswa Sumber: Data SMK Negeri 2 Sawahlunto 2011-2012
2.
Jum. Siswa
609
Sampel Sampel menurut A. Muri Yusuf (2005:186) adalah sebagian populasi
yang dipilih dan mewakili populasi tersebut. Selanjutnya Sax (1979) dalam A. Muri Yusuf (2005:187) menyatakan sampel adalah suatu jumlah yang terbatas dari unsur-unsur yang terpilih dari suatu populasi. Dari populasi di atas diambil sampel sebasar 50%, sehingga sampel penelitian ini menjadi 303 siswa. Dengan menggunakan proportional clustered random sampling, rincian sampel penelitian ini dapat dililhat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Sampel Penelitian No.
Jurusan
Kelas
Jum. Siswa
Kelas XII 1.
Teknik Konstruksi Kayu
XII
9
2.
Teknik Instalasi Tenaga Listrik
XII TITL
11
XII TPM 1
22
XII TPM 2
13
3. Teknik Pemesinan Bersambung
55
No.
Jurusan
4.
Teknik Kendaraan Ringan
5.
Teknik Geologi Pertambangan
Kelas
Jum. Siswa
XII TKR 1
22
XII TKR 2
13
XII GP
11
Jumlah
101
6.
Teknik Konstruksi Kayu
XI
10
7.
Teknik Instalasi Tenaga Listrik
XI TITL
12
Teknik Pemesinan
XI TPM 1
15
8.
XI TPM 2
11
XI TKR 1
10
9.
Teknik Kendaraan Ringan
XI TKR 2
15
Teknik Geologi Pertambangan
XI GP A
14
10
XI GP B
14
Jumlah
101
11.
Teknik Konstruksi Kayu
X
12
12.
Teknik Instalasi Tenaga Listrik
X
12
X TPM 1
12
13.
Teknik Pemesinan
X TPM 2
13
X TKR 1
13
14.
Teknik Kendaraan Ringan
X TKR 2
13
Teknik Geologi Pertambangan
X GP A
13
15.
X GP B
13
Jumlah Total Siswa (Kelas X+XI+XII) Sumber: Data SMK Negeri 2 Sawahlunto 2011-2012
101 303
C. Definisi Operasional Berdasarkan teori yang telah dibahas dalam landasan teori, diuraikan definisi operasional beserta indikator dari masing-masing variabel.
56
1. Peran Guru Pembimbing Peran guru
pembimbing yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah menampilkan unjuk kerja yang berkaitan dengan membantu siswa memahami dirinya, mengenal tentang lapangan kerja dan mengembangkan sikap positif terhadap kerja. 2. Kesiapan Kerja Kesiapan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap siswa SMK untuk memasuki dunia kerja dengan konsep kematangan kejuruan berdasarkan tingkat kematangan karier (career maturity) dan pengetahuan tentang lingkungan dan dunia kerja. D. Pengembangan Instrumen Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena maupun sosial yang digunakan secara spesifik, semua fenomena tersebut disebut variabel penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket untuk mengukur kesiapan kerja yang terdiri dari peran guru pembimbing dan kesiapan kerja. Kesiapan kerja terbagi dua sub variabel, yaitu: (1) tingkat kematangan kejuruan/vokasional; (2) pengetahuan dunia kerja (lingkungan kerja) SMK adalah kuesioner. Kuesioner berarti suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekolompok individu dengan maksud untuk memperoleh data. Tujuan utama penggunaan kuesioner dalam penelitian adalah memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan mengumpulkan informasi dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi (A. Muri Yusuf, 2005:252).
57
Instrumen disusun berpedoman pada kisi-kisi yang telah dibuat berdasarkan teori dengan menentukan variabel, sub variabel dan indikator. Pengembangan instrumen dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Menentukan indikator dari masing-masing variabel 2. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator. Tabel 4. Variabel, Sub Variabel dan Indikator Penelitian Variabel Penelitian
Subvariabel 1. Membantu siswa memahami dirinya
Peran Guru Pembimbing terhadap kesiapan kerja siswa
2.
3.
3.
Kesiapan Kerja 4.
Indikator 1. Kemampuan diri
2. Keinginan terhadap suatu pekerjaan 3. Kepercayaan diri 1. Memberikan informasi Membantu siswa berkenaan mengenal tentang lapangan kerja lapangan kerja 2. Memberikan bimbingan/latihan pemilihan karir 1. Mengembangkan sikap positif Membantu siswa tentang mengembangkan kemampuan diri sikap positif 2. Mengenal nilai terhadap pekerjaan positif dari setiap pekerjaan 1. Perencanaan Tingkat kematangan 2. Eksplorasi kejuruan/vokasion 3. Kompetensi al 4. Pengambilan Keputusan 1. Informasi Kerja Pengetahuan dunia kerja (lingkungan 2. Standar kerja) Operasional Prosedur
Item 1,2,3,4,5,6, 7,8,9 10,11,12,1 3 14,15 16,17,18, 19,20,21
22, 23
24,25,26,2 7 28, 29, 30 31,32, 33, 34, 35 1,2,3,4,5,6, 7,8,9,10 11,12,13, 14,15,16,1 7,18,19,20 21,22,23, 24 25,26,27, 28 29,30, 31, 32, 33,34,35
58
Penyusunan
instrumen dlakukan melalui langkah-langkah; a)
penentuan indikator, b) pembuatan angket berdasarkan indikator, c) penimbang instrumen, d) uji coba instrumen, e) revisi instrumen dan f) pengisian instrumen. Penimbang instrumen dilakukan untuk menguji validitas internal dari instrumen. Penimbang instrumen dilakukan oleh para ahli dibidangnya yaitu Prof. Dr. Neviyarni S, M.S., Dr. Syahniar, M.Pd. Kons., Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd. Dari hasil judge ketiga ahli pada bulan Juli 2011. Uji coba instrumen dilaksanakan di sekolah SMK Negeri 2 Sawahlunto pada tanggal 22 September 2011. Uji coba dilaksanakan terhadap Alpha Cronbach >0.361”. Dari hasil analisis, diperoleh nilai Alpha Cronbach variabel peran guru pembimbing adalah 0,961 dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan nilai Alpha Cronbach variabel kesiapan kerja adalah 0,969 dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan nilai Alpha Cronbach tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel penelitian bersifat reliabel. Analisi hasil uji coba selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. E. Teknik Pengumpulan data Data dikumpulkan dari siswa SMK Negeri 2 Sawahlunto dengan cara siswa dimintai untuk mengisi angket, pada tanggal 14 – 16 Nopember 2011. Adapun prosedur teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berrikut. 1. Mengumpulkan siswa yang menjadi sampel pada ruang besar (AULA).
59
2. Peneliti memberikan penjelasan tentang instrumen dan cara pengisian instrumen. 3. Membagikan
instrumen
dan
mempersilakan
responden
untuk
mengisinya. 4. Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan pengisian instrumen oelh responden. F. Teknik Analisa Data Data penelitian dianalisis dengan teknik analsis ststistik deskripsi. Analisa data penelitian dilakukan menggunakan bantuan program SPSS versi 15 dengan langkah analisis sebagai berikut. 1. Deskripsi Data Dalam mendeksripsikan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Data yang diperoleh dari instrumen diolah dengan meskror masing-masing item. Untuk item yang pernyataan positif diolah dengan menggunakan skala skor sebagai berikut. Tabel 6. Skor Skala Item Positif Pilihan Jawaban Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Item Positif Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
Skor 5 untuk pilihan Sangat Setuju (SS) menunjukan bahwa siswa menilai baik terhadap item positif. Contohnya: Guru pembimbing memberikan informasi karier dalam memotivasi saya tentang keberhasilan dalam belajar dan bekerja setamat SMK. jika siswa memilih Sangat Setuju
60
(SS) maka artinya siswa berpendapat menilai baik guru pembimbing. Sedang untuk item pernyataan negatif akan diolah dengan menggunakan skala skor sebagai berikut. Tabel 7. Skor Skala Item Negatif Pilihan Jawaban Item Negatif Skor 1 Sangat Setuju (SS) Skor 2 Setuju (S) Skor 3 Kurang Setuju (KS) Skor 4 Tidak Setuju (TS) Skor 5 Sangat Tidak Setuju (STS) Skor untuk pilihan Tidak Stuju (TS) menunjukan bahwa siswa menilai kesiapan kerja adalah baik. Contohnya: Saya belum memiliki perencanaan karier yang jelas. Jika siswa berpendapat Sangat Tidak Setuju (STS) maka artinya siswa berpendapat bahwa kesiapan dirinya terhadap perencanaan karier belum dimiliki. Selanjutnya untuk kualitas masing peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja dalam bentuk sebagai berikut. a. Dari kedua variabel, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Berdasarkan data frekuensi tersebut didapatkan skor rata-rata (means), modus (nilai yang sering muncul), median (nilai tengah), dan standar deviasi. Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden pada setiap variabel digunakan rumus: TP = Skor Rata-rata × 100 % Skor Maksimal Ideal Untuk menentukan kategori tingkat pencapaian responden digunakan klasifikasi menurut Iskandar (2009:93) sebagai berikut
61
Tabel 7. Persentase Pencapaian Persentase Pencapaian (%) 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Interpretasi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
a. Untuk melihat perbedaan kesiapan kerja antara kelas X, kelas XI, dan kelas XII menggunakan rumus uji t atau uji beda dengan bantuan program SPPS versi 15. b. Untuk melihat hubungan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK berdasarkan item yang ada dalam penelitian ini, akan diketahui dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan SPSS versi 15. 1. Periksaan Uji Prasyarat Analisis a.
Uji normalitas Uji normalitas mengunakan teknik Colmogorov-Smirnov Test yang
bertujuan untuk melihat sebaran kedua variabel penelitian, apakah data berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan uji Levene Statistik, tujuannya untuk mengetahui apakah varian kelompok populasi atau tidak. c.
Uji linearitas Uji linearitas dengan teknik ANOVA bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan linier antar variabel. 2. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis satu dianalisis dengan teknik korelasi sederhana.
62
b. Hipotesis dua dianalisis dengan uji t. 1) Peneliti memberikan penjelasan tentang instrumen dan cara pengisian instrumen. 2) Membagikan instrumen dan mempersilakan responden untuk mengisinya. 3) Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan pengisian instrumen oleh responden.
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
E. Deskripsi Data Pada bab ini akan dikemukakan hasil-hasil penelitian serta pembahasan berkenaan dengan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa SMK. Sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan verifikasi data untuk melihat data yang layak diolah, seperti tidak diisinya item pernyataan dengan lengkap. Dari hasil verifikasi data yang layak diolah diperoleh 303 siswa SMK. Adapun deskripsi data yang diperoleh sebagai berikut.
1. Peran Guru Pembimbing dalam Mempersiapkan Siswa untuk Memasuki Dunia Kerja. Deskripsi peran guru pembimbing kelas X dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
64
Tabel 8. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Kelas X (Skor Keseluruhan Per-Indikator) N=101 SKOR NO
Indikator 4. 5.
1. 6. 1.
2. 2.
1.
3. 2.
Kemampuan diri (9) Keinginan terhadap suatu pekerjaan (4) Kepercayaan diri (2) Memberikan informasi berkenaan lapangan kerja (6) Memberikan bimbingan/latih an pemilihan karir (2) Mengembangka n sikap positif tentang kemampuan diri (7) Mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan (5)
Keseluruhan (35)
Ideal
Tertinggi
TerRendah
Jum.
Ratarata
% Ratarata
Sd.
45
45
35
4086
42
92,1
2,2
20
20
16
1665
19
92,33
1,1
10
10
6
923
9
91,39
0,8
30
30
23
2565
28
91,25
1,7
10
10
6
926
9
91,68
0,88
35
35
27
3027
32
91,29
1,8
25
25
20
2278
23
90,22
1,4
175
173
140
16170
153.01
91,49
5,98
Dari Tabel 8 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X adalah 140, skor tertinggi 173. Skor ideal 175. Skor total 16170 dan rata-rata 153.01 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,49%. Hal ini menunjukan bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor terendah kemampuan diri siswa kelas X adalah 35, skor tertinggi 45. Skor ideal 45. Skor total 4086 dan rata-rata 42 dengan tingkat capaian responden
65
sebesar 92,1%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas X adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1665 dan rata-rata 19 dengan tingkat capaian responden sebesar 92,33%. Hal ini menunjukan bahwa komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa skor terendah kepercayaan diri siswa kelas X adalah 6, skor tertinggi 10. Skor ideal 10. Skor total 923 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,39%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kepercayaan diri siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas X adalah 23, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2565 dan rata-rata 28 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,25%. Hal ini menunjukan bahwa komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi.
66
Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir, diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas X adalah 6, skor tertinggi 10, Skor ideal 10, Skor total 926 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,68%. Hal ini menunjukan bahwa komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri siswa kelas X adalah 27, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 3027 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,29%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri diperoleh informasi siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas X komponen mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan siswa kelas X adalah 20, skor tertinggi 25, Skor ideal 25, Skor total 2278 dan rata-rata 23 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,22%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan diperoleh informasi siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi.
67
Deskripsi peran guru pembimbing kelas XI dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Kelas XI (Skor Keseluruhan Per-Indikator) N=101 SKOR NO
Indikator
Ideal
TerTinggi
TerRendah
Jum.
Ratarata
%
Sd.
1.
Kemampuan diri (9)
45
45
34
4046
41
89.02
2.6
2.
Keinginan terhadap suatu pekerjaan (4)
20
20
14
1801
18
89.16
1.4
3.
Kepercayaan diri (2)
10
10
7
912
9
90.3
0.7
1.
Memberikan informasi berkenaan lapangan kerja (6) Memberikan bimbingan/latiha n pemilihan karir (2) Mengembangka n sikap positif tentang kemampuan diri (7) Mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan (5)
30
30
22
2730
27
90.1
1.8
10
10
8
900
9
89.11
0.9
35
35
28
3217
32
91
1.8
25
25
20
2278
23
90.22
1.47
175
174
140
15884
157,2
90,8
10.6 7
1.
2. 2.
1.
3. 2.
Keseluruhan (35)
Dari Tabel 9 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI adalah 140, skor tertinggi 173. Skor ideal 175. Skor total 15884 dan rata-rata 157,2 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,8%. Hal ini menunjukan bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor
68
terendah kemampuan diri siswa kelas XI adalah 34, skor tertinggi 45. Skor ideal 45. Skor total 4046 dan rata-rata 41 dengan tingkat capaian responden sebesar 89,16%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri siswa kelas XI dalam kategori tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XI adalah 14, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1801 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 89,16%. Hal ini menunjukan bahwa komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XI dalam kategori tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa skor terendah kepercayaan diri siswa kelas XI adalah 7, skor tertinggi 10. Skor ideal 10. Skor total 912 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,3%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kepercayaan diri siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas XI adalah 22, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2730 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,1%. Hal ini menunjukan bahwa komponen
69
memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir, diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas XI adalah 8, skor tertinggi 10, Skor ideal 10, Skor total 900 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden sebesar 89,11%. Hal ini menunjukan bahwa komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas XI dalam kategori tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri siswa kelas XI adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 3217 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden sebesar 91%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri diperoleh informasi siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XI komponen mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan siswa kelas XI adalah 20, skor tertinggi 25, Skor ideal 25, Skor total 2278 dan rata-rata 23 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,22%. Hal ini
70
menunjukan bahwa komponen mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan diperoleh informasi siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Deskripsi peran guru pembimbing kelas XII dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Kelas XII (Skor Keseluruhan Per-Indikator) N=101 SKOR NO
Indikator
TerRendah
Jum.
Ratarata
% Ratarata
Sd.
Kemampuan diri (9)
45
45
36
4139
41
91.07
2.3
2.
Keinginan terhadap suatu pekerjaan (4)
20
20
15
1859
19
92.03
1.4
Kepercayaan diri (2)
10
10
8
931
9
92.18
0.7
30
30
23
2736
27
90.30
1.9
10
10
8
921
9
91.19
0.8
35
35
28
3264
33
92.33
2.1
25
25
19
2112
23
83.64
1.5
175
173
141
15962
160,0
91.4
7.2
3.
3.
TerTinggi
1.
1.
2.
Ideal
1. Memberikan informasi berkenaan lapangan kerja (6) 2. Memberikan bimbingan/latih an pemilihan karir (2) 1. Mengembangka n sikap positif tentang kemampuan diri (7) 2. Mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan (5) Keseluruhan (35)
Dari Tabel 10 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII adalah 141, skor tertinggi 173. Skor ideal 175. Skor total 15962 dan rata-rata 160.0 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,4%. Hal ini menunjukan bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi.
71
Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor terendah kemampuan diri siswa kelas XII adalah 36, skor tertinggi 45. Skor ideal 45. Skor total 4139 dan rata-rata 41 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,07%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri siswa kelas XII dalam kategori tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XII adalah 15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1859 dan rata-rata 19 dengan tingkat capaian responden sebesar 92,03%. Hal ini menunjukan bahwa komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa kelas XII dalam kategori tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa skor terendah kepercayaan diri siswa kelas XII adalah 8, skor tertinggi 10. Skor ideal 10. Skor total 931 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden sebesar 92,18%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kepercayaan diri siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas XII adalah 23, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2736 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian
72
responden sebesar 90,30%. Hal ini menunjukan bahwa komponen memberikan informasi berkenaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir, diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas XII adalah 8, skor tertinggi 10, Skor ideal 10, Skor total 921 dan rata-rata 9 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,19%. Hal ini menunjukan bahwa komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa kelas XII dalam kategori tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri siswa kelas XII adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 3264 dan rata-rata 33 dengan tingkat capaian responden sebesar 92,33%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri diperoleh informasi siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa kelas XII komponen mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan siswa kelas XII adalah 19, skor tertinggi 25, Skor ideal 25, Skor total 2112 dan rata-rata 23 dengan tingkat capaian responden sebesar 83,64%. Hal ini
73
menunjukan bahwa komponen mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan diperoleh informasi siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi. Kemudian deskripsi peran guru pembimbing secara keseleruhan dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Deskripsi Peran Guru Pembimbing (Skor Keseluruhan PerIndikator) N=303 SKOR NO
Indikator
1. Kemampuan diri (9) 1.
2.
3.
Ideal
TerTinggi
TerRendah
Jum.
Ratarata
% Ratarata
Sd.
45
45
34
12371
40,83
90,73
2,46
2.
Keinginan terhadap suatu pekerjaan (4)
20
20
14
5525
18,23
91,17
1,39
3.
Kepercayaan diri (2)
10
10
6
2766
9,13
91,29
0,80
30
30
20
8231
27,17
90,55
1,85
10
10
6
2749
9,07
90,73
0,84
35
35
27
9708
32,04
91,54
1,94
25
25
19
6868
22,67
90,67
1,5
175
175
126
48216
159,13
90,93
7,08
1. Memberikan informasi berkenaan lapangan kerja (6) 2. Memberikan bimbingan/latihan pemilihan karir (2) 1. Mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri (7) 2. Mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan (5) Keseluruhan (35)
Dari Tabel 11 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel peran guru pembimbing secara keseluruhan terhadap 303 siswa SMK adalah 126, skor tertinggi 175. Skor ideal 175. Skor total 48216 dan rata-rata 159,13 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,93%. Hal ini menunjukan bahwa variabel peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja keseluruhan siswa SMK adalah sangat tinggi. Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa dengan komponen kemampuan diri diperoleh informasi bahwa skor
74
terendah kemampuan diri siswa adalah 34, skor tertinggi 45. Skor ideal 45. Skor total 12371 dan rata-rata 40,83 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,73%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kemampuan diri keseluruhan siswa dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa pada komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan diperoleh informasi bahwa skor terendah keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa adalah 14, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 5525 dan rata-rata 18,23 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,17%. Hal ini menunjukan bahwa komponen keinginan terhadap suatu pekerjaan siswa secara keseluruhan dalam kategori tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa secara keseluruhan komponen kepercayaan diri diperoleh informasi bahwa skor terendah kepercayaan diri siswa secara keseluruhan adalah 6, skor tertinggi 10. Skor ideal 10. Skor total 2766 dan rata-rata 9,13 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,29%. Hal ini menunjukan bahwa komponen kepercayaan diri siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa secara keseluruhan pada komponen memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan informasi berkanaan lapangan kerja diperoleh informasi siswa secara keseluruhan adalah 20, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 8231 dan rata-rata 27,17 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,55%. Hal ini menunjukan bahwa komponen memberikan informasi berkenaan lapangan
75
kerja diperoleh informasi siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa secara keseluruhan pada komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir, diperoleh informasi bahwa skor terendah memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa secara keseluruhan adalah 6, skor tertinggi 10, Skor ideal 10, Skor total 2749 dan rata-rata 9,07 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,73%. Hal ini menunjukan bahwa komponen memberikan bimbingan/ latihan pemilihan karir diperoleh informasi siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa secara keseluruhan pada komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri siswa secara keseluruhan adalah 27, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 9708 dan rata-rata 32,04 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,54%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengembangkan sikap positif tentang kemampuan diri diperoleh informasi siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa secara keselruhan pada komponen mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan, diperoleh informasi bahwa skor terendah mengenal nilai positif dari setiap pekerjaan siswa kelas XII adalah 19, skor tertinggi 25, Skor ideal 25, Skor total 6868 dan rata-rata 22,67 dengan tingkat capaian
76
responden sebesar 90,67%. Hal ini menunjukan bahwa komponen mengenal nilai positif dari satiap pekerjaan diperoleh informasi siswa secara keseluruhan dalam kategori sangat tinggi. Tabel 12. Deskripsi Peran Guru Pembimbing Berdasarkan Sub Variabel N=303 Skor Variabel
Sub Variabel
Ideal
TerTinggi
TerRendah
Jml.
Ratarata
%
75
75
59
20662
68,19
90,92
40
40
31
10978
36,23
90,58
60
60
48
16576
54,71
91,18
4.
Peran Guru Pembimbing terhadap kesiapan kerja siswa
Membantu siswa memahami dirinya (15) 5. Membantu siswa mengenal tentang lapangan kerja (8) 6. Membantu siswa mengembangkan sikap positif terhadap pekerjaan (12)
N
303
Dari Tabel 12 tentang peran guru pembimbing terhadap kesiapan kerja siswa berdasarkan sub variabel diperoleh informasi bahwa skor terendah untuk sub variabel membantu siswa memahami dirinya secara keseluruhan terhadap 303 siswa SMK adalah 59, skor tertinggi 75. Skor ideal 75. Skor total 20662 dan rata-rata 68,19 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,92%. Hal ini menunjukan bahwa sub variabel membantu siswa memahami dirinya sendiri adalah sangat tinggi. Sementara itu, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa dengan sub variabel membantu siswa mengenal lapangan kerja diperoleh informasi bahwa skor terendah membantu siswa mengenal lapangan kerja siswa adalah 31, skor tertinggi 40. Skor ideal 40. Skor total 10978 dan ratarata 36,23 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,58%. Hal ini
77
menunjukan bahwa sub variabel membantu siswa mengenal lapangan kerja dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa pada sub variabel membantu siswa mengambangkan sikap positif terhadap pekerjaan diperoleh informasi bahwa skor terendah membantu siswa mengambangkan sikap positif terhadap pekerjaan adalah 48, skor tertinggi 60. Skor ideal 60. Skor total 16576 dan rata-rata 54,71 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,18%. Hal ini menunjukan bahwa sub variabel membantu siswa mengambangkan sikap positif terhadap pekerjaan dalam kategori tinggi. 2. Deskripsi Perbedaan Kesiapan Kerja Kelas X, XI, dan Kelas XII. a.
Kesiapan Kerja Siswa Kelas X, Deskripsi kesiapan kerja siswa kelas X dapat dilihat pada Tabel 12
berikut ini. Tabel 13. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas X (Skor Keseluruhan PerIndikator) N=101 Skor No
Indikator Ideal
TerTinggi
TerRendah
Jum.
Ratarata
%
Sd.
1
Perencanaan (10)
50
46
35
4077
40
90.6
2.5
2
Ekplorasi (4)
20
20
15
1809
18
72.36
1.2
3
Kompetensi (6)
30
30
24
2718
27
77.66
1.7
4
Pengambilan Keputusan (4) Informasi Kerja (4) Standar Operasional Prosedur (7)
20
20
16
1814
18
90.7
1.1
20
20
16
1821
18
91.05
1.1
35
35
28
3196
32
79.9
1.5
175
171
134
15435
153
87.32
9.1
1
1 2 2
Keseluruhan
78
Dari Tabel 13 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel kesiapan kerja siswa kelas X adalah 134, skor tertinggi 171. Skor ideal 175. Skor total 15435 dan rata-rata 153 dengan tingkat capaian responden sebesar 87,32%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaa dalam kesiapan kerja siswa kelas X dalam kategori tinggi. Sementara itu, kesiapan kerja siswa kelas X indikator perencanaan diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan siswa kelas X adalah 35, skor tertinggi 46. Skor ideal 50. Skor total 4077 dan rata-rata 40 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,6%. Hal ini menunjukan bahwa perencanaan siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas X indikator eksplorasi diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi siswa kelas X adalah 15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1809 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 72,36%. Hal ini menunjukan bahwa eksplorasi siswa kelas X dalam kategori sedang. Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas X indikator kompetensi diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi siswa kelas X adalah 24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2718 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian responden sebesar 77,66%. Hal ini menunjukan bahwa kompetensi siswa kelas X dalam kategori sedang. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas X indikator pengambilan keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan diperoleh informasi siswa kelas X adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1814 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden
79
sebesar 90,7%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan siswa kelas X dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas X indikator informasi kerja, diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh informasi siswa kelas X adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20, Skor total 1821 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,05%. Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja siswa kelas X dalam kategori sangattinggi. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas X indikator standar operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar operasional siswa kelas X adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 3196 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden sebesar 79,9%. Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas X dalam kategori sedang. b. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XI Deskripsi kesiapan kerja siswa kelas XI dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.
80
Tabel 14. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XI (Skor Keseluruhan PerIndikator) N=101 Skor No
Indikator
1 2 1
3 4
1 2 2
Perencanaan (10) Ekplorasi (4) Kompetensi (6) Pengambilan Keputusan (4) Informasi Kerja (4) Standar Operasional Prosedur (7)
Keseluruhan
Ideal
TerTinggi
TerRendah
Jum.
Ratarata
%
Sd.
50
45
34
4086
40
90.8
2.4
20
20
16
1817
18
72.68
1.2
30
30
24
2734
27
78,11
1.8
20
20
16
1848
18
92.4
1.1
20
20
16
1839
18
91.95
1.1
35
35
28
3274
32
81.85
1.8
175
170
134
15598
154
88.24
9.4
Dari Tabel 14 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel kesiapan kerja siswa kelas XI adalah 134, skor tertinggi 170. Skor ideal 175. Skor total 15598 dan rata-rata 154 dengan tingkat capaian responden sebesar 88,24%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaa dalam kesiapan kerja siswa kelas XI dalam kategori tinggi. Sementara itu, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator perencanaan diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan siswa kelas XI adalah 34, skor tertinggi 45. Skor ideal 50. Skor total 4086 dan rata-rata 40 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,8%. Hal ini menunjukan bahwa perencanaan siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator eksplorasi diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi siswa kelas XI adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1817 dan rata-rata 18 dengan
81
tingkat capaian responden sebesar 72,68%. Hal ini menunjukan bahwa eksplorasi siswa kelas XI dalam kategori sedang. Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator kompetensi diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi siswa kelas XI adalah 24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2734 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian responden sebesar 78,11%. Hal ini menunjukan bahwa kompetensi siswa kelas XI dalam kategori sedang. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator pengambilan keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan diperoleh informasi siswa kelas XI adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1848 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 92,4%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator informasi kerja, diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh informasi siswa kelas XI adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20, Skor total 1839 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,95%. Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja siswa kelas XI dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XI indikator standar operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar operasional siswa kelas XI adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 3274 dan rata-rata 32 dengan tingkat capaian responden sebesar
82
81,85%. Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas XI dalam kategori sedang. c.
Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XII Deskripsi kesiapan kerja siswa kelas XII dapat dilihat pada Tabel
15 berikut ini. Tabel 15. Deskripsi Kesiapan Kerja Kelas XII (Skor Keseluruhan Per-Indikator) N=101 Skor No
1
Indikator
Ideal
TerTinggi
TerRendah
Jumlah
Ratarata
%
Sd.
1 Perencanaan (10)
50
47
37
4120
41
91.65
2.0
2 Ekplorasi (4)
20
20
15
1798
18
71.92
1.2
3 Kompetensi (6)
30
30
24
2730
27
78
1.7
4 Pengambilan Keputusan (4)
20
20
16
1855
18
92,75
1.2
20
20
16
1830
18
91.5
1.2
35
35
29
3356
33
83.9
1.7
175
172
137
15689
155
88.76
8.5
Informasi Kerja (4) Standar 2 Operasional Prosedur (7) 1
2
Keseluruhan
Dari Tabel 15 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel kesiapan kerja siswa kelas XII adalah 137, skor tertinggi 172. Skor ideal 175. Skor total 15689 dan rata-rata 155 dengan tingkat capaian responden sebesar 88,76%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaan dalam kesiapan kerja siswa kelas XII dalam kategori tinggi. Sementara itu, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator perencanaan diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan siswa kelas XII adalah 37, skor tertinggi 47. Skor ideal 50. Skor total 4120 dan rata-rata 41 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,65%. Hal ini menunjukan bahwa perencanaan siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi.
83
Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator eksplorasi diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi siswa kelas XII adalah 15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1798 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 71,92%. Hal ini menunjukan bahwa eksplorasi siswa kelas XII dalam kategori sedang. Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator kompetensi diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi siswa kelas XII adalah 24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 2730 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian responden sebesar 78%. Hal ini menunjukan bahwa kompetensi siswa kelas XII dalam kategori sedang. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator pengambilan keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan diperoleh informasi siswa kelas XII adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 1855 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 92,75%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator informasi kerja, diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh informasi siswa kelas XII adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20, Skor total 1830 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,5%. Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja siswa kelas XII dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, kesiapan kerja siswa kelas XII indikator standar operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar
84
operasional siswa kelas XII adalah 29, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 3356 dan rata-rata 33 dengan tingkat capaian responden sebesar 83,76%. Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas XI dalam kategori sedang. Deskripsi kesiapan kerja siswa keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Deskripsi Kesiapan Kerja (Skor Keseluruhan PerIndikator) N= 303 Skor No
1
2
Indikator Ideal
TerTinggi
TerRendah
Jumlah
Ratarata
%
Sd.
1 Perencanaan (10)
50
47
34
12283
41
90.08
2.28
2 Ekplorasi (4)
20
20
15
5424
18
71.6
1.18
3 Kompetensi (6)
30
30
24
8180
27
77.15
1.74
4 Pengambilan Keputusan (4) Informasi Kerja 1 (4) Standar 2 Operasional Prosedur (7)
20
20
16
5517
18
91.04
1.14
20
20
16
5490
18
90.6
1.15
35
35
28
9826
33
81.07
1.79
175
172
133
46720
155
88.1
9.28
Keseluruhan
Dari Tabel 16 diperoleh informasi bahwa skor terendah variabel kesiapan kerja keseluruhan siswa adalah 133, skor tertinggi 172. Skor ideal 175. Skor total 46720 dan rata-rata 155 dengan tingkat capaian responden sebesar 88,1%. Hal ini menunjukan bahwa variabel perencanaan dalam kesiapan kerja keseluruhan siswa dalam kategori tinggi. Sementara itu,
kesiapan kerja keseluruhan
siswa indikator
perencanaan diperoleh informasi bahwa skor terendah perencanaan keseluruhan siswa adalah 34, skor tertinggi 47. Skor ideal 50. Skor total
85
12283 dan rata-rata 41 dengan tingkat capaian responden sebesar 90,08%. Hal ini menunjukan bahwa perencanaan keseluruhan siswa dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator eksplorasi diperoleh informasi bahwa skor terendah eksplorasi keseluruhan siswa adalah 15, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 5424 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 71,6%. Hal ini menunjukan bahwa eksplorasi keseluruhan siswa dalam kategori sedang. Kemudian, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator kompetensi diperoleh informasi bahwa skor terendah kompetensi keseluruhan siswa adalah 24, skor tertinggi 30. Skor ideal 30. Skor total 8180 dan rata-rata 27 dengan tingkat capaian responden sebesar 77,15%. Hal ini menunjukan bahwa kompetensi keseluruhan siswa dalam kategori sedang. Sedangkan, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator pengambilan keputusan diperoleh informasi bahwa skor terendah pengambilan keputusan diperoleh informasi keseluruhan siswa adalah 16, skor tertinggi 20. Skor ideal 20. Skor total 5517 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar 91,04%. Hal ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan keseluruhan siswa dalam kategori sangat tinggi. Kemudian, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator informasi kerja, diperoleh informasi bahwa skor terendah informasi kerja diperoleh informasi keseluruhan siswa adalah 16, skor tertinggi 20, Skor ideal 20, Skor total 5490 dan rata-rata 18 dengan tingkat capaian responden sebesar
86
90,6%. Hal ini menunjukan bahwa informasi kerja keseluruhan siswa dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan, kesiapan kerja keseluruhan siswa indikator standar operasional prosedur, diperoleh informasi bahwa skor terendah standar operasional keseluruhan siswa adalah 28, skor tertinggi 35, Skor ideal 35, Skor total 9826 dan rata-rata 33 dengan tingkat capaian responden sebesar 81,07%. Hal ini menunjukan bahwa standar operasinal siswa kelas XI dalam kategori sedang. F. Pengujian Prasyarat Analisis Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan analisis regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk analisis regresi adalah uji normalitas dan homogenitas (Riduwan, 2008:119). 1. Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan teknik analisis Colmogorov-Smirnov Test dengan program SPSS versi 15.00 pada probabilitas α = 0,05. Berikut hipotesis yang diajukan untuk uji normalitas. Ha
: data berdistribusi normal
Ho
: data tidak berdistribusi normal Dasar pengambilan keputusan:
Jika skor Asymp.Sig. > α = 0.05 maka Ha diterima, artinya data berdistribusi normal. Jika skor Asymp.Sig. < α = 0.05 maka Ha ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal.
87
Hasil perhitungan uji normalitas kedua variabel tersebut disajikan pada Tabel 17 berikut. Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Variabel X Y
Asym Sig. 0,198 0,067
Keterangan Normal Normal
Berdasarkan Tabel 17 di atas terlihat bahwa Asym.Sig kedua variabel > α = 0,05. Skor Asym.Sig variabel peran guru pembimbing (X) sebesar 0,961, variabel kesiapan kerja siswa (Y) sebesar 0,958. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa data kedua variabel berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu syarat untuk analisis regresi telah terpenuhi. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian memiliki varians yang sama (homogen) atau tidak. Hasil analisis data diperoleh homogenitas data sebagai berikut : Tabel. 18. Hasil Uji Homogenitas Data No 1. 2. 3.
Variabel Penelitian Kesiapan Kerja Kelas X Kesiapan Kerja Kelas XI Kesiapan Kerja Kelas XII
Levene Statistic
Df1
Df2
Sig.
1,740
15
81
0,059
0,669
13
85
0,788
1,853
17
79
0,035
Keterangan Homogen Homogen Homogen
Hasil analisis di atas terlihat bahwa nilai signifikansi probability pada setiap variabel lebih besar dari 0,05 dengan demikian berarti bahwa
88
data penelitian ini adalah homogen, sehingga dapat dilanjutkan untuk analisis pengujian hipotesis. 3. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah masing-masing data variabel peran guru pembimbing dalam (X) cenderung membentuk garis linear kesiapan kerja siswa (Y). Hasil perhitungan uji linearitas variabel peran guru pembimbing (X) terhadap kesiapan kerja siswa (Y), disajikan pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Hasil Uji Linearitas Variabel X dan Y Variabel XY
F 12,227
Sig 0,001
Keterangan Linear
Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat dilihat bahwa Fhitung variabel X sebesar 12,227 jika dibandingkan dengan FTabel 1,61 maka terlihat bahwa Fhitung > FTabel, dengan demikian Ha diterima. Karena nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,001 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel bebas membentuk garis linear terhadap variabel terikat signifikan. G. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini adalah Peran Guru Pembimbing (X) hubungannya dengan Kesiapan Kerja (Y). Hasil perhitungan koefisien korelasi dengan program SPSS 15.00 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.
89
Tabel 20. Hasil Analisis Korelasi Peran Guru Pembimbing dalam Kesiapan Kerja
Peran Guru Pembimbing Peran Guru Pembimbing
Pearson 1 Correlation Sig. (2-tailed) N 303 Kesiapan Kerja Siswa Pearson ,198(**) Correlation Sig. (2-tailed) ,001 N 303 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kesiapan Kerja Siswa ,198(**) ,001 303 1 303
Pada Tabel 20 terlihat deskripsi hubungan peran guru pembimbing dalam kesiapan kerja siswa. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama yang berbunyi ”Terdapat hubungan yang signifikan antara peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja siswa”. Pengujian dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara peran guru pembimbing dengan kesiapan kerja pada siswa di SMK Negeri 2 Sawahlunto Sumatra Barat. Hasil tersebut ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi sebesar rxy = 0,198 pada p=0,001 (p