LANDASAN TEORI. 2.1 Pengawasan Mutu. Pengertian Pengawasan mutu
menurut Goldberger (1991, p138) ialah: “Sebuah fungsi analisa secara fisik,
kimiawi ...
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengawasan Mutu
Pengertian Pengawasan mutu menurut Goldberger (1991, p138) ialah: “Sebuah fungsi analisa secara fisik, kimiawi dan metode lainnya guna melakukan pengawasan terhadap bahan mentah, komposisi dan barang jadi. Juga pengawasan terhadap paperwork dan memastikan dengan standar pada bukti yang tersedia.” Menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (1990, p209) “Pengawasan mutu obat dilaksanakan melalui sistem pengawasan yang terencana dan terpadu. Semua unsur yang terlibat dalam pembuatan obat, baik personalia maupun kelengkapan sarana pabrik hendaklah menunjang maksud pembuatan obat itu dan mendukung sepenuhnya persyaratan yang diinginkan sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi spesifikasi mutu dan keamanannya.” Pengawasan mutu menyeluruh adalah suatu sistem yang efektif untuk pengembangan mutu yang terintegrasi, pemeliharaan mutu dan usaha-usaha perbaikan mutu dalam bagian-bagian di suatu organisasi seperti bagian pemasaran, produksi dan pelayanan pada tingkat yang paling ekonomis mengikuti kepuasan pelanggan sepenuhnya.
Kata mutu pada pengawasan mutu tidak memiliki arti terbaik dalam arti sebenarnya, melainkan “terbaik untuk beberapa kebutuhan pelanggan” seperti pelanggan yang sebenarnya dan harga jual produk. Jadi mutu bukan ditentukan oleh produksi, pemasaran atau manajemen melainkan ditentkan oleh pelanggan. Kata pengawasan berarti suatu proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas untuk kegiatan manajemen guna mempertahankan hasil yang memuaskan. Dimana dalam pengawasan terdiri dari empat langkah yaitu : 1.
Menetapkan standar. Menetukan standar-standar yang dibutuhkan seperti standar biaya, standar pelaksana, standar pengamanan dan standar kelayakan pada produk.
2.
Menilai penyesuaian. Membandingkan penyesuaian terhadap proses produksi atau pelayanan / jasa yang ditawarkan terhadap standar yang telah ditetapkan.
3.
Bertindak bila diperlukan. Memperbaiki masalah-masalah dan penyebab-penyebabnya selama proses pemasaran, desain, teknik, produksi dan pemeliharaan yang mempengaruhi kepuasan konsumen.
4.
Merencanakan perbaikan. Mengembangkan usaha-usaha yang berkelanjutan untuk memperbaiki standar biaya, standar pelaksanaan, standar pengawasan dan standar kelayakan. Beberapa metode pengawasan mutu yang telah diterapkan pada industri dalam
beberapa tahun terakhir ini, seperti :
a. adanya kesatuan dari beberapa aktivitas yang belum terkoordinasi dengan aktivitas teknik yang merupakan rangka kerja dari sistem operasi yang mengacu pada kepuasan konsumen dimana memberikan pengaruh pada perusahaan secara keseluruhan. b. tambahan pada metode uji - waktu yang digunakan untuk teknologi pengawasan mutu yang baru ditemukan, dimana sangat berguna dalam peningkatan desain produk dan ketepatan dalam produksi komponen. Tugas, tanggung jawab dan wewenang Bagian Pengawasan Mutu di suatu pabrik obat meliputi perancangan sistem pengawasan, pengadaan sistem dokumentasi dan prosedur pengawasan. Bagian ini juga memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan akhir atas mutu obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.
2.2
Rekayasa Ulang Proses Bisnis
2.2.1
Pengertian Rekayasa Ulang
Definisi Rekayasa Ulang menurut Hammer dan Champy (1995, pp27-30) adalah:
“Pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal terhadap proses-proses bisnis untuk mendapatkan perbaikan dramatis dalam hal
ukuran-ukuran kinerja yang penting, seperti biaya, kualitas, pelayanan dan kecepatan.”
Definisi ini memiliki empat kata kunci, yaitu: •
Kata kunci : Fundamental Dalam proses rancang ulang, para pebisnis harus mengajukan pertanyaan yang paling mendasar atau fundamental seperti apa yang dilakukan perusahaan mereka atau mengapa perusahaan melakukan proses itu. Sehingga dalam melaksanakan proses rancang ulang kita dapat menentukan apa yang harus dilakukan perusahaan dan bagaimana melakukannya, setelah mengerti latar belakang perusahaan dan mengerti proses yang dilakukannya.
•
Kata kunci : Radikal Radikal dalam rancang ulang benar-benar berarti radikal, karena bukannya membuat sedikit perubahan atau penyesuaian terhadap sistem yang telah ada, namun membuangnya jauh-jauh. Dengan demikian dihasilkan suatu penemuan kembali yang bukan merupakan perbaikan, peningkatan maupun modifikasi.
•
Kata kunci : Dramatis Dengan dilaksanakannya rancang ulang, bukannya membuat perbaikan yang bersifat menambah atau marginal namun membuat suatu quantum leap dalam performa perusahaan.
•
Kata kunci : Proses
Kata ini adalah kata yang paling penting dari definisi rancang ulang tersebut. Kebanyakan manager perusahaan tidak berfokus pada proses, namun lebih kepada tugas, tanggung jawab, sumber daya manusia atau struktur. Proses bisnis dapat dikatakan sebagai kumpulan aktivitas yang dapat mengumpulkan satu atau bahkan lebih masukan (input) yang dapat menciptakan suatu keluaran (output) yang bernilai atau bermanfaat bagi pelanggan. 2.2.2
Tahapan Rekayasa Ulang Secara Radikal Menurut T.H. Davenport (1996, pp 25-28) bahwa ada sebuah kerangka kerja
dalam melakukan rancang ulang, dimana kerangka kerja tersebut terdiri dari lima langkah yaitu : 1. Mengidentifikasi proses untuk dirancang ulang. Melakukan analisa dan pengamatan terhadap proses yang selama ini berlangsung. 2. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan perubahan. Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan tersebut, dapat diketahui kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan perubahan. 3. Mengembangkan visi proses. Setelah menentukan kemungkinan-kemungkinan perubahan tersebut, maka mulailah dikembangkan visi proses tersebut, atau mulai ada gambaran akan dibawa kemana proses yang akan dibuat tersebut. 4. Memahami proses-proses yang ada.
Alternatif-alternatif proses yang ada dipahami terlebih dahulu, mana yang paling mendekati kebutuhan perusahaan dan sesuai dengan keinginan dan kebijaksanaan manajemen. 5. Merancang dan membuat prototipe proses yang baru. Membuat prototipe proses yang baru, yang lebih ramping, efisien dan efektif serta mensimulasikannya untuk memperkirakan kinerjanya.
2.3
Penerapan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi yang teramat pesat telah menjadikan teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama dalam format perusahaan baru sebagai hasil BPR (Business Process Reengineering) menurut Richardus Eko Indrajit (2000). Perkembangan teknologi informasi seperti local area network, wide area network, multimedia, data warehouse, intranet, internet telah membuat perusahaan mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya, terutama berkaitan dengan strategi pelaksanaan bisnis. Ada empat cara improvisasi yang dapat dilakukan terhadap proses-proses dalam perusahaan yang ditawarkan oleh teknologi informasi (Peppard, 1995) yaitu: menghilangkan (eliminate), penyederhanaan (simplified), integrasi (integration) dan otomatisasi (automatic). Pada kenyataannya, tidak semua perusahaan secara penuh
menggunakan keempat cara di atas, karena pada akhirnya faktor manusialah yang menjadi penentu keberhasilan proses BPR, dimana kegagalan terbesar diakibatkan oleh fenomena “people don’t like to change”.
2.4
Perangkat Lunak Process 2000 Perangkat lunak bantu yang digunakan Penulis untuk menggambarkan dan
mensimulasikan proses bisnis baru serta guna membandingkannya dengan proses bisnis lama yaitu iGrafx Process 2000. Tujuannya
adalah
lewat
perangkat
lunak
ini
bermanfaat
untuk
menggambarkan atau mendekati data dan fakta yang terjadi di dunia nyata yaitu dengan menggunakan blok dan waktu proses serta memperlihatkan pendekatan data kejadian yang sebenarnya. Dalam menggambarkan model proses bisnis digunakan lambang-lambang seperti di bawah ini :
Terminal, awal dan akhir (start and end)
Proses
Dokumen
Decision, untuk pengambilan keputusan
Konektor, untuk menghubungkan dengan proses pada halaman lain.