PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN ...

19 downloads 199 Views 131KB Size Report
kurang diminati dibandingkan dengan pokok bahasa lain dalam mata pelajaran bahasa dan sastra .... Cerita pendek atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan  ...
1

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME

Yepi Nur Patimah NIM 08210071 [email protected]

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Menggunakan Metode Konstruktivisme Pada Siswa Kelas X SMA. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Bahasa dan Sastra Indonesia di STKIP Siliwangi Bandung. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rasa peduli terhadap pembelajaran menulis yang selama ini kurang diminati dibandingkan dengan pokok bahasa lain dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka penulis terdorong untuk mencari model mengajar alternatif, sehingga menulis cerpen dapat dikemas dengan menarik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan model pretes dan postes. Metode ini digunakan untuk mengukur keefektifan metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme. Dalam deskriptif biasanya dibuat menjadi masing – masing siswa, dan ada kemungkinan kelompok dan individu yang sama digunakan sebagai kelompok eksperimen dan sebagai kelompok kelas kontrol, maka penelitian ini mengambil sampel sebanyak satu kelas dengan jumlah siswa 35 orang. Instrumen yang digunakan adalah RPP, yang dijadikan acuan dalam proses mengajar dan tes menulis, tes tersebut digunakan dalam pretes dan postes, juga sebagai bahan penilaian yang digunakan peneliti dalam menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme. Data hasil penilaian pretes, diperoleh rata – rata nilai siswa adalah 67,08, sedangkan pada nilai postes diperoleh nilai rata – rata siswa sebesar 75,92. Jadi dapat dibuat kesimpulan bahwa analisis postes ternyata lebih tinggi dari skor rata – rata pretes, yaitu 75,92 > 67,08. Berdasarkan analisis pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa metode konstruktivisme efektif digunakan dalam menulis cerpen. Kata Kunci: Pembelajaran, menulis, cerpen, metode konstruktivisme

PENDAHULUAN Menurut etimologisnya, kata kesusastraan itu berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra ( dari bahasa sansekerta ) berarti tulisan atau karangan. Dari berbagai jenis karya sastra yang diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, tidak lepas dari kegiatan menulis. Suatu bangsa dikatakan telah memiliki kebudayaan yang maju jika masyarakatnya telah membiasakan diri dalam kegiatan literasi (bacatulis). Menurut Tarigan (1995:117), menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan, dapat dipersepsi sebagai bagian literasi yang dapat dijadikan media pengembangan diri. Namun, kondisi objektif yang terjadi pada masyarakat Indonesia hingga saat ini adalah masih membudayanya aliterasi yaitu masyarakat yang dapat membaca dan menulis, tetapi tidak suka membaca dan menulis. Oleh karena itu, keterampilan menulis tampaknya masih sangat sedikit

mendapat perhatian. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang paling sedikit dilakukan jika dibandingkan dengan kegiatan menyimak, berbicara, dan mambaca. Menurut Nugroho Notosusanto dalam (Tarigan, 2011:180), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. Menulis cerpen sebagai salah satu kemampuan menulis kreatif yang menuntut penulisnya untuk berfikir kreatif dan mengembangkan imajinasinya, sehingga penulis cerpen dituntut untuk memiliki imajinasi dan kreatifitas yang baik, dan berasal dari dirinya sendiri. Melalui pembelajaran menulis cerpen, siswa diharapkan mampu memiliki kemampuan dalam menulis cerpen dengan baik. Namun pembelajaran menulis cerpen kurang diminati oleh siswa karena siswa kesulitan dalam pemilihan

2 kata, kurangnya pengetahuan, keterkaitan cerita, dan lain – lain. Berdasarkan kesulitan di atas, maka penulis menerapkan metode konstruktivisme dalam pembelajaran cerpen. Metode konstruktivisme merupakan metode yang dianggap paling tepat untuk memudahkan siswa dalam menulis cerpen. Asumsi sentral metode konstruktivisme adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruktivisme dimulai dari masalah (sering muncul dari siswa sendiri) dan selanjutnya membantu siswa dalam menyelesaikan dan menemukan langkah – langkah pemecahan masalah tersebut. Dengan kata lain, metode konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Berdasarkan kendala di atas, kiranya perlu disusun suatu rencana pembelajaran yang dibentuk dalam kognitif siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “ Pembelajaran Menulis Cerpen dengan menggunakan Metode Konstruktivisme”. Masalah yang diuraikan dalam latar belakang penelitian di atas cukup luas, sehingga perlu adanya batasan masalah. Hal ini dilakukan untuk lebih memusatkan penelitian pada objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam pokok bahasan menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme. Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme. Secara khusus masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah siswa mampu menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme? Dan Apakah metode konstruktivisme dapat efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persiapan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme pada siswa kelas X. Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu 1. Siswa mampu menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme, dan 2. Metode konstruktivisme dapat

efektif digunakan cerpen.

dalam

pembelajaran

menulis

KAJIAN TEORI Pembelajaran (Instuction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Menurut Davis dalam (Susilana,2006:96), menyatakan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan, demikian halnya juga dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi, dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media (Susilana,2006:138). Menurut Arief S. Sadiman dalam (Susilana,2006:106), kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya, kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru – murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru – murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha – usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar. Di pihak lain, ada yang berpandangan bahwa kata pembelajaran dan kata pengajaran pada hakekatnya sama, yaitu suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dengan menggunakan berbagai media dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.

3 Morsey dalam (Tarigan,2008:4), menyatakan bahwa menulis dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang – orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata – kata, dan struktur kalimat. Berdasarkan konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol – simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Cerita pendek atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan short story, merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa. Dalam Kamus Istilah Sastra, Sudjiman menyatakan bahwa cerpen adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam situasi pada satu ketika ( 2006 : 15-16 ). Cerita pendek adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk” dan hanya memiliki satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya. (Sumardjo,1997:184) Menurut Edgar Allan Poe dalam (Purba, 2010:50), mengatakan bahwa cerpen adalah karya sastra yang tidak panjang cukup dibaca sekali duduk, bertitik berat pada satu masalah dan memberi kesan tunggal. Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan cerpen adalah cerita yang pendek yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira – kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang bersifat fiktif yang menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan pelakunya, ceritanya relatif singkat tetapi padat. Unsur – unsur alam cerpen antara lain: 1) Unsur intrinsik yang terdiri dari tema, alur cerita, penokohan, latar (setting), sudut pandang (point of view), gaya bahasa, dan moral; 2) Unsur ekstrinsik yang trediri dari biografi pengarang, psikologi, keadaan

masyarakat di sekitar pengarang, pandangan hidup suatu bangsa, perbandingan dengan karya seni yang lain, dsb. Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glasersfeld

dalam Susilana,2006:18). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi koognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dalam pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Konstrukivisme merupakan metode yang dianggap paling tepat untuk memudahkan siswa dalam menulis cerpen. Asumsi sentral metode konstruktivisme adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruktivisme dimulai dari masalah (sering muncul dari siswa sendiri) dan selanjutnya membantu siswa dalam menyelesaikan dan menemukan langkah – langkah pemecahan masalah tersebut. Dengan kata lain, metode konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Langkah – langkah dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme yaitu 1) Pendahuluan: a. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta tujuan pembelajarannya; b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran konstruktivisme, yaitu siswa dibentuk menjadi empat kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 8 – 9 siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan pengamatan terhadap cerpen yang diberikan oleh guru, melalui pengamatan siswa ditugaskan mencatat berbagai hal berkaitan dengan hasil temuan saat melakukan pengamatan tadi, dan c. Guru melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. 2) Kegiatan Inti, yaitu: a. Setiap kelompok melakukan pengamatan; b. Siswa mencatat hal – hal yang mereka temukan; c. Perwakilan setiap kelompok melaporkan hasil temuannya di depan kelas; d. Siswa menuangkan hasil temuannya ke dalam bentuk tulisan cerpen; e. Siswa menulis cerpen; f. Siswa mempresentasikan hasil tulisannya di dalam kelas, dan g. Siswa bersama guru memberikan penilaian. 3) Penutup, siswa bersama guru mengadakan refleksi terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual, dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau

4 mengklasifikasikannya, menganalisa, dan menginterpretasikannya (Surakhmad, 1998:147).

Sudjiman, Panuti. 2006. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia.

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasinya adalah siswa kelas X SMA sebagai subjek penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel random satu kelas yang terdiri dari 35 siswa.

Suhendar, M. E dan Supinah, Pien. 1993. Pendekatan Teori Sejarah & Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Pionir Jaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif dengan sampel sebanyak satu kelas. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata – rata pretes sebesar 67,08 dan nilai rata – rata postes sebesar 75,92. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa analisis pasca tes ternyata lebih tinggi dari skor rata – rata pretes, yaitu 75,92 > 67,08. Dari hasil data di atas, menunjukkan bahwa siswa mampu menulis cerpen berdasarkan pengalaman sendiri dengan memperhatikan unsur – unsur cerpen dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes dan postes pembelajaran efektif dan adanya peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengumpulan data, analisis, dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Siswa mampu menulis cerpen dengan menggunakan metode konstruktivisme berdasarkan pengalaman diri sendiri yang memperhatikan unsur – unsur cerpen dengan baik. 2. Metode konstruktivisme sangat efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen, karena dengan metode konstruktivisme siswa mampu menulis cerpen dengan suasana yang menyenangkan dan tidak monoton. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil analisis pasca tes dimana nilai rata – rata postes lebih tinggi dibandingkan pretes, yaitu 75,92 > 67.08. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar dan Alwasilah, Senny Suzanna. 2005. Pokoknya Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumardjo, Jakob. 1997. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Susilana, Rudi. Dkk. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekfen FIP UPI. Syamsuddin, A.R dan Vismaia. 2009. Metode Penelitian Bahasa Indonesia. Bandung: Rosda Karya. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip – Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Thahar, Harris Efendi. 1999. Kiat Menulis Cerpen. Bandung: Angkasa.