hamil sebelum menikah, dengan usia pernikahan dibawah 1 tahun. ... Hasil
penelitian menunjukan bahwa penyebab terjadinya kehamilan di luar nikah
pada ...
Abstraksi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Februari 2008 Nama : Daca Aruna Yuda Trimingga Judul : Penyesuaian Diri Pada Pasangan Suami Istri Usia Remaja Yang Hamil Sebelum Menikah 154 hal + 5 bab + 48 lampiran Menurut Harber & Ruyon (1984), penyesuaian diri merupakan suatu proses yang terus berlangsung seiring dengan kehidupan seseorang. Penyesuian diri ini berubah-ubah, sesuai dengan pengalaman dan tujuan hidup yang senantiasa berubah, sesuai dengan keadaan tertentu. Jadi perubahan status dan peran yang tiba-tiba dari seorang remaja yang bebas kemudian menjadi seorang suami istri tidak jarang membuat pasangan muda ini terkejut apabila mereka tidak cukup dewasa dalam menyikapi hal ini dan mereka bisa dapat mengalami permasalahan dalam penyesuaian dirinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah, dan proses penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah, serta mengapa remaja hamil sebelum menikah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus dengan subjek penelitian adalah satu pasang suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah, dengan usia pernikahan dibawah 1 tahun. Subjek melakukan perilaku seks bebas, karena mudahnya mendapatkan informasi mengenai perilaku seks bebas dalam lingkungannya, adanya pergaulan bebas yang banyak terjadi dilingkungan subjek dan tidak adanya pengalaman tentang perilaku seks bebas, sehingga subjek tidak dapat menahan hawa nafsunya dan menyebabkan subjek ingin mencoba perilaku seks bebas tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab terjadinya kehamilan di luar nikah pada subjek adalah pergaulan bebas yang dilakukan subjek dan informasi mengenai perilaku seks bebas yang diterima subjek. Sedangkan gambaran penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah pada subjek, yaitu subjek dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik, untuk faktor yang mempengaruhi dalam penyesuaian diri subjek, adalah kesehatan fisik, kesehatan mental, kemampuan stabilitas emosi, stabilitas ekonomi, mengenal pasangan, penyesuaian menghadapi kenyataan, kemampuan untuk saling memahami dan memperhatikan pasangan, juga penyesuaian dengan keluarga besar. Kata kunci : Penyesuaian Diri, Remaja, Pernikahan dan Kehamilan.
iii
kehamilan tidak dikehendaki atau tidak direncanakan (unwanted atau unitended pregnacy). Masalahmasalah ini disebut oleh WHO (1989) sebagai masalah kesehatan reproduktif remaja yang telah mendapat perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional. Faktor-faktor internal itu mencakup komitmen kedua pasangan untuk menjalin hubungan jangka panjang dalam pernikahan, sikap dan persepsi terhadap janin yang dikandung dan persepsi subyektif tentang kesiapan psikologis dan ekonomi untuk memasuki kehidupan perniakahan. Sedangkan faktor-faktor eksternal mencakup sikap dan penerimaan orangtua kedua belah pihak, nilainilai normatif dan etis dari lembaga keagamaan, dan kemungkinankemungkinan perubahan hidup pada masa depan yang mengikuti pelaksanaan suatu keputusan yang akan diambil (Soesilo, 1998). Lazarus (1991) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah proses psikologis dimana seseorang melakukan tingkah laku untuk mengatasi masalah-masalah atau tuntutan. Fieldman (dalam Lazarus, 1991) mengemukakan suatu pengertian tentang penyesuaian diri, menurutnya penyesuaian diri adalah usaha untuk memenuhi tuntutan dan tantangan yang diberikan oleh dunia dimana mereka hidup. Dari gambaran diatas penulis tertarik untuk memperoleh gambaran lebih mendalam tentang penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah.
Latar Belakang Masalah Perilaku seksual manusia yang berakar pada kebutuhan seks sebagai kebutuhan primer manusia selalu menjadi sorotan masyarakat dari masa ke masa. Walaupun banyak pihak sepakat bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah, perilaku seksual manusia selalu diatur oleh rambu-rambu moral yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Sepanjang sejarah manusia konflik antara dorongan kebutuhan seksual dengan norma moral selalu mewarnai kehidupan manusia dan selalu menjadi topik menarik yang tidak pernah tuntas dibahas. Hubungan seks sebelum menikah di kalangan remaja akhir-akhir ini banyak disorot karena cenderung meningkat, sesuai dengan data diatas. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai kebutuhan seksual yang menuntut untuk dipuaskan melalui hubungan kelamin antar jenis (Hurlock, 1991). Namun, masyarakat masih membatasi perilaku seksual remaja karena melihat bahwa mereka belum dapat melepaskan remaja untuk menunjukan perilaku seksual yang sebanding dengan kebutuhannya. Hubungan seksual dengan lawan jenis dibatasi untuk pasanganpasangan yang telah menikah. Remaja dituntut untuk menahan dirinya, dengan demikian hubungan seks sebelum menikah pada remaja dianggap menyimpang. Sejalan dengan meningkatnya hubungan seksual sebelum menikah, terjadi juga peningkatan masalah-masalah seksual lainnya seperti, penyakit kelamin, aborsi, pernikahan usia muda, dan masalah
iv
psikologi sosial dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya, tentang penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah : 1. Mengapa remaja putri hamil sebelum menikah ? 2. Bagaimanakah gambaran penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah ? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah ? 4. Bagaimanakah proses penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah ? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang penyesuaian diri pada pasangan suami istri yang hamil sebelum menikah, faktor-faktor yang Pengerti mempengaruhi penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah, dan proses penyesuaian dirinya, serta mengapa remaja hamil sebelum menikah. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikololgi khususnya
v
2. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi kepada masyarakat umum khususnya para remaja tentang gambaran penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah dan agar tidak mengalami kehamilan sebelum menikah.
TINJAUAN PUSTAKA Penyesuaian Diri
Menurut Wilis (dalam Gunarsa, 1995), yang dimaksud dengan penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya. Kegagalan dalam penyesuaian diri disebabkan adanya faktor-faktor terdahulu yang pernah dialami seseorang. Jika seorang individu di masa kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan, maka frustasi (kekecewaan) dan konflik (pertentangan batin) yang pernah dialaminya dulu itu dapat
c. Gambaran diri yang positif d. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan e. Hubungan interpersonal yang baik Proses Penyesuaian Diri Menurut Lazarus (1991) ketika seseorang berpikir tentang cara apa yang akan digunakannya, kondisi-kondisi apa yang dapat mempengaruhi kegitan penyesuaian diri dan konsekuensi apa yang akan timbul dari cara penyesuaian diri yang dipilihnya, maka penyesuaian diri disini adalah proses. Penyesuaian diri adalah suatu proses yang kelanjutan selama hidup manusia (Harber & Runyon 1984), kehidupan manusia selalu merubah tujuannya seiring dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan.
memusatkan penyebab dari kegagalan penyesuaian diri di waktu dewasa. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Lazarus (1991) menguraikan faktor-faktor penyesuaian diri, yaitu : a. Faktor Stres b. Faktor Eksternal Faktor eksternal dalam penyesuaian diri terbagi menjadi dua tuntutan, yaitu : 1). Tuntutan Fisik 2). Tuntutan Sosial c. Faktor Internal Faktor Internal dalam penyesuaian diri terbagi menjadi dua kebutuhan, yaitu : 1). Kebutuhan jaringan dan pendorong 2). Motif Sosial Dalam melakukan penyesuaian diri, ada beberapa faktor yang berpengaruh. Powell (dalam Harber dan Runyon, 1984) menyebut faktor-faktor tersebut sebagai resources, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menghadapi efek frustasi, berita buruk atau kehilangan. Resources ini dapat memberikan pengalaman positif pada waktu individu merasa terancam oleh kehidupan yang dijalaninya.
Kesimpulan dari proses penyesuaian diri menurut dua tokoh diatas adalah proses yang dilakukan manusia yang dipengaruhi oleh dorongan internal dan eksternal yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tujuan hidup yang terjadi pada lingkungannya. Pernikahan dan Permasalahannya Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Tidak hanya bagi para muda-mudi tetapi juga para orangtua mendambakan hal ini bagi putra putrinya. Menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang pernikahan, pada pasal 1
Karakteristik Penyesuaian Diri Karakteristik penyesuaian diri yang efektif menurut Haber dan Runyon (1984), yaitu : a. Keakuratan persepsi terhadap realitas b. Kemampuan menghadapi stres dan kecemasan
vi
yang mendorong individu untuk menikah, yaitu : a. Konformitas b. Cinta c. Legitimasi hubungan seks dan anak-anak d. Kedekatan atau Kebersamaan e. Berbagi f. Komunikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri dalam Pernikahan Dalam pernikahan, keberhasilan untuk memperoleh dan merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan tergantung dari penyesuaian-penyesuaian yang biasanya disebut adaptasi terhadap suami atau istri sendiri. Menurut Gunarsa (1995), terdapat faktor-faktor dasar dalam penyesuaian keluarga yang dapat mempengaruhi keutuhan pernikahan yaitu : a. Kesehatan fisik suami dan istri b. Kesehatan Mental c. Stabilitas Emosi
dinyatakan pengertian sebagai berikut, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Didalam pasal 7 UU No 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa “Pernikahan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun”. Pada pasal 6 ayat 2 UU No 1 tahun 1974 disebutkan bahwa “Untuk melangsungkan pernikahan, seorang yang belum mencapai umur 21 tahun, harus mendapatkan izin kedua orangtua”. Jelas bahwa undangundang tersebut mengganggap orang diatas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehingga mereka sudah boleh menikah. Walau begitu, selama seseorang belum mencapai umur 21 tahun masih diperlukan izin dari orang tua untuk menikah. Sarwono (1984) mengatakan bahwa pernikahan adalah ikatan dua manusia yang jenis kelaminnya berbeda dalam usahanya untuk mencapai pemenuhan orang yang melaksanakan pernikahan berarti memenuhi prosedur atau tahaptahap dalam membentuk keluarga.
Menurut Gunarsa (1999), ada beberapa cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menghadapi penyesuaian dengan memperhatikan hal-hal di bawah ini, yaitu : a. Menghadapi kenyataan b. Penyesuaian timbal balik c. Penyesuaian Diri Pasangan Suami Istri Menurut Hurlock (1980), dalam pernikahan terdapat empat hal penting masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri, yaitu:
Faktor-faktor Yang Mendorong Seseorang Menikah Turner dan Helms (1983), menyatakan ada beberapa faktor
vii
budaya setempat serta orangorang terdekat yang menjadi tokoh pentingnya seperti keluarga dan teman dekat, terhadap perilaku seksual tersebut. b. Ada atau tidaknya kesenjangan antara nilai-nilai pribadi dengan perilaku seksual yang dilakukan. c. Dalam suasana yang bagaimana perilaku seksual tersebut dilakukan. Apakah secara sukarela atau terpaksa, dalam suasana yang menyenangkan atau tidak, aktivitas itu sendiri secara fisik mendatangkan kenikmatan atau justru menyakitkan. d. Apakah pengalaman melakukan hubungan seks tersebut dapat mendatangkan kepuasan secara emosional atau justru menimbulkan perasaan frustasi.
a. Penyesuaian dengan pasangan b. Penyesuaian seksual c. Penyesuaian keuangan d. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Pada pasangan yang baru menikah khususnya pada tahuntahun pertama hidup berkeluarga dapat dikatakan sebagai masa kritis yang menentukan karena pada masa ini bisa jadi suami istri mengalami kekecewaan yang mendalam karena ternyata pernikahan mereka jauh dari harapan yang mereka impikan, bahkan banyak bermunculan perbedaan prinsip yang tidak tampak sebelumnya. Penyebab Terjadinya Kehamilan Sebelum Menikah Kehamilan atau sering disebut juga reproduksi adalah fungsi yang terhormat dan bahkan dianggap sakral. Akan tetapi, peristiwa ini kerap terjadi terlalu awal dalam siklus kehidupan seseorang tanpa dikehendaki, terlalu sering atau terjadi dalam keadaan yang tidak tepat. Kehamilan yang terjadi pada pasangan remaja yang belum menikah diakibatkan karena pasangan remaja tersebut melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Rice (dalam Turner & Helms, 1983) menyebutkan bahwa pasangan yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Seberapa jauh tingkat penerimaan masyarakat,
Pengalaman melakukan hubungan seksual sebelum menikah pertama kali akan menimbulkan reaksi-reaksi negatif apabila tingkat penerimaan masyarakat, budaya setempat dan tokoh panutan terhadap perilaku itu sendiri sangat kuat bertentangan dengan nilai-nilai pribadi pelaku, apabila perilaku tersebut dilakukan dengan terpaksa dalam suasana yang tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa sakit, serta apabila pada akhirnya keterlibatan dalam perilaku tersebut menyebabkan furstasi dalam diri pelaku (Soesilo, 1998).
viii
Menurut Monks (1999), batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12 – 21 tahun, dengan perincian sebagai berikut: a. 12 –15 tahun masa remaja awal; b. 15-18 tahun masa remaja akhir.
Dampak Kehamilan Sebelum Menikah Dampak seks pranikah sangat jelas terlihat, salah satu akibat yang paling terjadi adalah kehamilan diluar nikah. Sarwono (2002), mengemukakan bahwa kehamilan diluar nikah bagi remaja akan menimbulkan masalah lain, seperti : dikeluarkannya remaja tersebut dari sekolah, kemungkinan penguguran kandungan (aborsi) yang tidak bertanggung jawab dan membahayakan, adanya masalah seksual yang dapat memberi akibat di masa dewasa dan pernikahan yang dipaksakan sehingga pernikahan tersebut tidak memiliki fondasi yang baik.Penguguran kandungan dapat menyebabkan timbulnya perasaan bersalah, depresi dan marah pada remaja tersebut, lebih dari separuh mereka yang telah melakukan hubungan seks pranikah ini mengalami stres emosi seperti shock, cemas, malu, takut diketahui orang lain dan merasa bersalah (Sarwono, 2002)
Tugas Perkembangan Remaja Menurut Hurlock (1980), tugas perkembangan remaja meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Mencapai lebih banyak hubungan yang baru dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin. b. Mencapai peran sosial sebagai maskulin atau feminim. c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif. d. Mencapai kemandirian dari orang tua dan orang dewasa lainnya. e. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan f. Mengembangkan kemampuan intelektual dalam konsepkonsep yang perlu g. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan berumah tangga h. Mencapai tingkah laku yang secara sosial bertanggung jawab. i. Memperoleh sekumpulan nilai dan suat sistem etika sebagai petunjuk bertingkah laku.
Pengertian Remaja Menurut Hurlock (dalam Kartika, 1990), masa remaja dimulai bila seseorang mencapai kematangan seksual dan berakhir bila sudah melepaskan ketergantungan pada orang dewasa. Hurlock (dalam Kartika, 1990) membagi masa remaja dalam dua periode yaitu : masa remaja awal (bagi pria, dari usia 14 – 17 tahun; bagi wanita dari usia 13 – 17 tahun) dan masa remaja akhir (bagi pria dari usia 17 – 21 tahun; bagi wanita dari usia 17 – 21 tahun).
Menurut Willis (dalam Gunarsa, 1995), tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu. Jika tugas itu berhasil akan
ix
menimbulkan kehidupan kebahagiaan individu, dan sebaliknya jika tugas itu gagal akan menimbulkan kesulitan baginya pada masa mendatang.
Penyesuaian Diri Pada Pasangan Suami Istri Usia Remaja Yang Hamil. Sebelum Menikah Menurut UU No 1 tahun 1974, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun. Untuk melangsungkan pernikahan, seorang yang belum mencapai umur 21 tahun, harus mendapatkan izin kedua orangtua. Jelas bahwa undangundang tersebut mengganggap orang diatas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehingga mereka sudah boleh menikah. Walau begitu, selama seseorang belum mencapai umur 21 tahun masih diperlukan izin dari orang tua untuk menikah. Menurut Hurlock, (1990), masa remaja dimulai bila seseorang mencapai kematangan seksual dan berakhir bila sudah melepaskan ketergantungan pada orang dewasa. Hurlock (1990) membagi masa remaja dalam dua periode yaitu : masa remaja awal (bagi pria, dari usia 14 – 17 tahun; bagi wanita dari usia 13 – 17 tahun) dan masa remaja akhir (bagi pria dari usia 17 – 21 tahun; bagi wanita dari usia 17 – 21 tahun).
Perkembangan Penyesuaian Diri Remaja Menurut Gunarsa (1995), perkembangan penyesuaian diri remaja dapat dilihat dalam tugastugas perkembangan yaitu : a. Menerima Keadaan Fisiknya. b. Memperoleh Kebebasan Emosional c. Mampu Bergaul d. Menemukan Model untuk Identifikasi e. Mengetahui dan Menerima Kemampuan Diri Sendiri f. Memperkuat Penguasaan Diri atas Dasar Skala Nilai dan Norma g. Meninggalkan Reaksi dan Cara Penyesuaian Kanak-kanak. Menurut Willis (dalam Gunarsa, 1995) seseorang yang berusia pada masa remaja akhir akan berpandangan pesimis dan negatif jika menghadapi masalah yang rumit, disebabkan di waktu kecilnya sering memperoleh pengalaman yang buruk dan gagal dalam menghadapi berbagai masalah. Beberapa jenis penyesuaian diri bagi remaja, yaitu : penyesuaian diri di dalam keluarga, penyesuaian diri di sekolah dan penyesuaian diri di masyarakat.
x
2). Observasi Tidak Partisipan
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut Moleong (2004).
3). Observasi Berstruktur 4). Observasi Tidak Berstruktur
Subjek Penelitian penelitian ini subjek adalah satu pasang suami istri remaja dengan kondisi istri yang sedang hamil sebelum menikah, dangan usia istri 20 tahun dan usia suami 21 tahun.
Alat Bantu Penelitian Menurut Poerwandari (1998), penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, sehingga menganalisis, menginterpretasikan dan menyampaikan hasil penelitian. Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu (instrumen tambahan), yaitu :
Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Penyelesaian Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan dua metode, yaitu observasi dan wawancara.
1. Pedoman Wawancara 2. Pedoman observasi 3. Alat Perekam (tape recorder) dan Lembar Pencatatan
1. Wawancara Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998), ada tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara, yaitu :
4. Alat Tulis Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Penyebab terjadinya kehamilan diluar nikah pada subjek A adalah adanya kondisi atau tempat yang memungkinkan untuk melakukan hubungan perilaku seksual, mudahnya memperoleh informasi mengenai perilaku seksual dan adanya pergaulan bebas yang banyak terjadi dilingkungan subjek A dan tidak adanya pengalaman akan perilaku seksual yang membuat subjek
a. Wawancara Konversional yang Informal b. Wawancara dengan Pedoman Umu c. Wawancara dengan Pedoman Terstandar yang Terbuka 2. Observasi Menurut Hasan (2000), observasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1). Observasi Partisipan
xi
subjek A yang sedang hamil, namun subjek A berusaha untuk belajar menerima kenyataan bahwa subjek A adalah seorang ibu, istri dan wanita yang telah menikah. Untuk hubungan timbal balik subjek A berusaha keras untuk memahami dan memberikan perhatian juga kasih sayang terhadap pasangannya secara lebih fokus. Sedangkan untuk subjek B keadaan fisik terlihat berpengaruh dalam penyesuaian dirinya, terlihat dari pola makan subjek B yang jadi tidak teratur, karena pikiran dan subjek B merasa banyak hal yang harus dikerjakan. Sedangkan dalam kesehatan mental subjek B sangat berpengaruh karena subjek B dibebankan tanggung jawab sebagai seorang ayah, suami dan laki-laki yang sudah menikah, juga subjek B sekarang lebih mengenal pasangannya lebih mendalam setelah menikah, saat ini subjek B berusaha untuk menerima kenyataan tersebut. Hubungan penyesuaian dengan keluarga besar, subjek B berusaha melakukan penyesuaian dengan menjaga silaturahmi dan menghadiri acara-acara keluarga besar pasangannya. Dalam proses penyesuaian diri, subjek (A dan B) berusaha sebaik mungkin agar dapat menyesuaikan diri sesuai dengan peran dan kewajibanya masing-masing dalam
A terpengaruh untuk mencoba melakukan hubungan seks sebelum menikah. Gambaran penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah adalah : bagi subjek (A dan B) mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing sebagai pasangan suami istri. Subjek (A dan B) mampu mengekspresikan perasaan dan mampu mengontrol emosinya dalam kehidupan berumah tangga, subjek (A dan B) dapat membina hubungan yang baik antara pasangan, keluarga, teman dan lingkungan sekitarnya. Dari kesimpulan diatas, dapat di simpulkan bahwa subjek (A dan B) dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut penulis faktor yang mempengaruhi pada subjek A yaitu, kesehatan fisik yang berpengaruh dimana kondisi subjek yang sedang hamil mempengaruhi keadaan fisiknya, subjek A harus menjaga kesehatan kandungannya dengan memeriksakan ke dokter kandungan, sebagai seorang ibu dan seorang istri sangat mempengaruhi kesehatan mentalnya, karena subjek A dituntut untuk bertanggung jawab dalam peran tersebut. Dalam menjaga stabilitas emosi subjek A harus bisa mengontrol emosinya dengan ekstra kesabaran, dikarenakan subjek A lebih mulai mengenal pasangannya secara mendalam setelah menikah dan kondisi
xii
Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi kasus yang berhubungan dengan perilaku seks pada remaja, yang beredar bebas melalui media-media elektronik yang dengan mudah di akses. Perilaku seks adalah hal yang wajar bagi manusia, namun jika dilakukannya tanpa perencanaan masa depan yang baik, maka hanya akan membebankan pribadi individu tersebut, sebagai penulis saya hanya dapat memberikan beberapa saran :
remaja melakukan pergaulan bebas. Bagi keluarga Diharapkan bagi keluarga, khususnya orangtua dapat membina hubungan komunikasi yang baik, agar anak merasakan adanya hubungan yang hangat antara anak dengan orangtua. Juga orangtua dapat memberikan informasi mengenai sex education kepada anak, sehingga anak dapat mengerti dan dapat menyaring informasi yang di dapatkan oleh anak dari lingkungannya.
Bagi subjek Setelah didapatkan gambaran penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah, diharapkan subjek dapat melakukan penyesuaian diri dengan lebih baik dalam pernikahannya, agar terbina hubungan yang harmonis baik dengan pasangannya, dengan keluarga besar masing-masing pasangan, maupun dengan lingkungannya.
Bagi penelitian selanjutnya Setelah didapatkan gambaran penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja yang hamil sebelum menikah, diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat mengali lebih jauh tentang bagaimana penyesuaian diri dalam pernikahan di usia remaja dengan subjek yang lebih beragam. Khususnya dalam perilaku coping stres pada diri remaja ataupun perilaku seks bebas pada remaja.
Bagi remaja Diharapkan bagi remaja dapat mengambil hikmah dari apa yang terjadi dalam penelitian ini dan agar remaja dapat lebih berhati-hati dalam pergaulan, juga agar remaja dapat memahami segala resiko yang akan terjadi jika
Daftar Pustaka
lingkungan keluarga maupun dengan lingkungan sekitarnya. Saran
Calhoun, J.F. & Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang percaya diri & hubungan kemanusiaan. Edisi Ketiga. Penerjemah : Satmoko, R.S. Semarang : IKIP Semarang Press.
xiii
Hurlock, E.B. (1980). Lifespan development. Third ed. Jakarta : x Erlangga.
Chaplin. J.P. (2000). Kamus lengkap psikologi. Cetakan Keenam. Penerjemah : Kartiko, K. Jakarta : PT. Raja Grafika Persada.
Indiana, L. (2004). Remaja melakukan pergaulan bebas http://www.kapanlagi.com/ar ticles/2104/16/1150331.htm.
Deddy, S. (2004). Sex dan aborsi. Dalam Kumpulan artikel PKBI. Lampung Selatan.
Indrasari, S. (1998). Penyesuaian diri remaja yang orangtuanya mengalami perceraian. Skripsi. (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas YAI
Dharmawan, L.I. (2000). Pernikahan dini bisakah langgeng. Majalah Perkawinan 8 Oktober 2000. Gunadi, P. (2001). Aborsi masalah etis rohani. Malang : Departement Literatur SAAT.
Kartika, C. (1990). Gambaran perilaku agresfitas pada remaja yang putus sekolah. Skripsi. (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Gunarasa, S.S. (1995). Psikologi untuk keluarga. Edisi Kedua Belas. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia.
Lazarus, R.S. (1991). Patterns of adjusment. Tokyo : Mc GrawHill Kogakusha. Ltd.
Gunarsa, S.D. (1999). Anak, remaja dan keluarga. Edisi Kedua Tiga. Jakarta : PT.BPK Gunung Mulia.
Mayanoellah, D. (1991). Keluarga harmonis. http://www.epsikologi.co.id.
Gustiyana, K. (2002). http:/www.ayahbunda.co.id/ayah bunda
Martopo, D.J. (2000). Sex dan aborsi. Dalam Kumpulan artikel PKBI. Yogyakarta.
Harber, A. & Runyon, P.R. (1984). Psychology of adjusment.Illinois : The Dorsey Press.
Mohammad, A & Mutia, S. (2004). Psikologi remaja perkembangan peserta didik Edisi Kedua. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hollander, E.P. (1981). Principles and methods of social psychology. Fourth ed. England : Oxford University Press.
Moleong, L.J. (2004). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja rosdakarya.
xiv
Tukan, J.S. (1991). Bina remaja. Jakarta : Galaxy Puspa Mega. Turner, J.S. & Helms. D.B. (1983). Lifespan development. 2ND ed. New York : Holt, Rinehart Winston Inc.
Poerwandari, K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Widyatama, P. (2005). http://www.id.wikipedia.org/ undang-undang perkawinan. Semarang : Aneka Ilmu.
Rice, F.P. (1999). The Adolescence : Development, relationship and cultural. Ninenth ed. Massachuttes : Allyn Bacon.
United Nations, (1996). Family, challenger for the future. New York : United Nations Publics.
Sampoerno, D.S. (1982). Pengaruh perkawinan dan kehamilan pada wanita Muda usia. Naskah lengkap / Seminar kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta : IAKMI.
, Aborsi Masih Tetap Kontroversial. Koran kedaulatan rakyat (14 Januari 2001).
Sarwono, S.W. (2002). Psikologi remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
, Remaja hamil ulah siapa. Majalah tempo (28 September 1991).
Soesilo, V.A. (1998). Bimbingan pranikah. Malang : Departement Literatur SAAT.
xv