Seni Kaligrafi Islami, maka itu hanya ada di MA Al Asyhar Gresik. Seni Rupa bi-
dang Kaligrafi Islami, memang telah resmi masuk dalam kurikulum madrasah ini.
MA Al-Asyhar Gresik
Laboratorium Khas Model Madrasah Kaligrafi
H. Rofi’ul Amin, S.Pd
M. Midzhar Achsan
Memiliki Laboratorium Komputer, IPA dan Bahasa, adalah hal biasa di sekolah. Tapi kalau Laboratorium Khusus Seni Kaligrafi Islami, maka itu hanya ada di MA Al Asyhar Gresik. Seni Rupa bidang Kaligrafi Islami, memang telah resmi masuk dalam kurikulum madrasah ini sejak tahun 2010. Tapi materi Kaligrafi, sejatinya telah diajarkan kepada para siswa sejak awal mula madrasah ini berdiri tahun 1977 dan mulai berkembang pesat sejak tahun 1992. Siswa didik MA Al Asyhar telah menjadi langganan Juara Kaligrafi pada MTQ dan POSPEKAB Tingkat Kabupaten Gresik dan tak pernah absen mewakili Kabupaten pada perhelatan MTQ maupun POSPEDA Tingkat Provinsi Jawa Timur. Barangkali karena itulah, lantas membuat madrasah lainnya menjadi sedikit minder dengan MA Al Asyhar. “Ketika mereka diminta untuk mengikuti seleksi, selalu saja jawabannya sama; selama bakat siswa MA Al Asyhar masih terus lahir, mereka saja yang mewakili. Kalau sudah tidak ada, baru kami akan mengirim siswa kami,” ujar H. Rofi’ul Amin, S.Pd tersenyum. Bahkan untuk setiap ajang lomba yang diadakan oleh LP Ma’arif Kab. Gresik sejak tahun 1992 hingga 2002, juaranya selalu saja sama: MA Al Asyhar. “Karena itulah, lomba Kaligrafi lantas dihilangkan oleh LP Ma’arif,” tutur Kepala MA Al Asyhar ini sembari tertawa lirih. Sedikitnya, ada 70 lebih Tropi kejuaraan yang dimiliki MA Al Asyhar. Tapi bukan tropi itu yang bikin mereka bangga. “Hati kami lebih berbunga tatkala melihat mereka bisa berkarya dan mewarnai hazanah budaya Islami dengan mengembangkan siar Islam lewat seni kaligrafi,” ujarnya. “Inilah sumbangan kecil dari madrasah
kami untuk bangsa,” tambah pria kelahiran Gresik 12 September 1969 ini bersahaja. MA Al Asyhar pun lantas lebih populer dengan sebutan Madrasah Kaligrafi. Keunikan inilah yang kemudian membawa televisi nasional Metro TV untuk meliput pembinaan kaligrafi di madrasah ini. Kepopuleran Madrasah Kaligrafi ini, juga menarik minat Kampus UM Malang. Setiap mengadakan lomba tingkat Perguruan Tinggi, MA Al Asyhar selalu diundang sebagai tamu khusus untuk mengikuti even itu. “Alhamdulillah, hasilnya tak mengecewakan karena mampu meraih juara,” ujar suami Roro Isbandiyah ini. Para alumni MA Al Asyhar juga tersebar di beberapa madrasah dan pesantren di Jatim untuk membina Seni Kaligrafi. Bahkan ketika ada even lomba Kaligrafi tingkat Nasional, banyak alumni MA Al Asyhar yang mengikuti. “Selain mewakili Jatim, ternyata tak sedikit juga yang ikut mewakili provinsi lain,” terangnya. “Bahkan ada dari alumni yang menjadi Juara I Lomba Kaligrafi tingkat Mahasiswa seAsia,” tambahnya riang. Di dunia pendidikan, memang tak banyak yang setia menggali potensi lokal. Sebab kini masyarakat kita lebih suka dan bangga dengan produk luar. Tapi bagi MA Al Asyhar, potensi lokal tampaknya lebih memikat hati daripada produk buatan luar. “Ibarat sebuah warung, sekolah ung-
42
gulan yang maju biasanya juga memiliki banyak menu yang ditawarkan. Tapi dari sekian menu itu, ada satu yang diunggulkan,” terang ayah dua anak ini. Pemilihan seni kaligrafi sebagai produk unggulan, bukanlah tanpa alasan. Sebab Desa Sungonlegowo Kec. Bungah Kab. Gresik – tempat berdirinya madrasah ini – telah dikenal sebagai desa yang telah melahirkan banyak bakat kaligrafer. Banyak warganya yang menekuni pekerjaan sebagai kaligrafer. “Warga sini malu kalau tulisannya jelek. Makanya, sejak kecil anak-anak mereka sudah dididik menulis khat indah,” terang alumni FPMIPA Jurusan Biologi IKIP PGRI Surabaya ini. Langkah madrasah ini menjadikan Kaligrafi sebagai program unggulan kian ringan, seiring hadirnya Ustadz M. Midzhar Achsan sebagai guru Kaligrafi. “Beliau adalah Juara Nasional Kaligrafi dan merupakan alumni MA Al Asyhar,” katanya bangga. Langkah MA juga lebih ringan, karena materi Kaligrafi juga telah diajarkan di MI dan MTs yang dikelola secara terpadu dalam satu atap Yayasan Al Asyhar. “Pembinaan kaligrafi di sini berkesinambungan. Apalagi yang membina di MI dan MTs adalah adiknya ustadz Midzhar sendiri,” terangnya. Para siswa belajar menulis indah kaligrafi ini selama dua jam pelajaran dalam seminggu. Bagi yang berminat mengembangkan potensi bakatnya lebih dalam, bisa mengikuti ektra kurikuler Kaligrafi. Demi menunjang bakat para siswanya, madrasah mendirikan Labora-
Gedung madrasah yang megah berhias kaligrafi para siswa
MPA 324 / September 2013
02 LAYOUT B - HAL 26 - 43 - SEPT 2013.pmd 42
8/29/2013, 11:31 PM
Drs. Syaichu
luhan karya kaligrafi siswa pun dipajang menghiasi dinding sekolah. Tidak hanya di dalam kelas, tapi di ruang perkantoran, gerbang sekolah, juga di sepanjang ruang selasar sekolah. “Sampai ada yang menyebut, ini madrasahnya orang Arab,” tukasnya sambil senyum dikulum. Melihat bakat dan potensi para siswanya, ke depan, madrasah ini pun bertekad menjadikan MA Al Asyhar sebagai Madrasah Berbasis Kewirausahaan. “Setelah membekali siswa dengan kompetensi produksi, saat ini kami mulai berpikir untuk membekali mereka dengan ilmu manajemen produksi dan marketing,” tukas Waka Kurikulum, Drs. Syaichu. Harapannya, kelak setelah lulus, barangkali ada siswa yang menjadikan keterampilan ini sebagai profesi, sehingga mereka sudah siap dan bisa mandiri. Ke depannya, pihak madrasah akan semakin gencar melibatkan para siswanya untuk memproduksi dan memperkenalkan karyanya ke masyarakat luas. Selain memanfaatkan moment haflah imtihan, juga akan menggelar bazar produk kaligrafi, dan turut serta membuka stand pameran saat haul di Bungah Gresik. “Kami juga tengah berupaya memasarkan karya siswa lewat internet. Dan semua kegiatan itu akan melibatkan para siswa sebagai bekal keterampilan yang lain,” ujar lelaki kelahiran Gresik 18 Oktober 1961 ini. MA Al Asyhar saat ini juga tengah merintis kelas keterampilan untuk sablon dan percetakan. Ini untuk melirik peluang usaha bagi siswanya di masa mendatang. Sebab untuk saat ini, kaligrafi sablon dan
torium Khusus Seni Kaligrafi. Beragam peralatan pun disediakan oleh madrasah. “Tapi tidak semua. Untuk alat yang bisa dibawa seperti kuas dan tinta, siswa senKarya Kaligrafi Siswa diri yang membeli,” terang Ustadz M. Midzhar Achsan. khat di Majalah MIMBAR Pembangunan Untuk tingkat pemula, terang pria Agama Kanwil Kemenag Jatim ini. kelahiran 10 September 1969 ini, para Bagi mereka yang sudah mulai makaligrafer belia ini biasa memakai alat yang hir, akan mengasah kemampuannya mengpaling sederhana, yaitu spidol yang diraut gunakan cat untuk mempercantik hiasan miring dan buku tulis biasa, serta kertas ornamennya. Uniknya, ornamen yang digambar. Dalam waktu 1-2 kali tatap mu- ajarkan di sekolah ini tidak saja mengka, mereka mulai beralih dan belajar meng- ambil tema Timur Tengah. Tapi lebih gunakan qolamul khat dari alat tradisional menggali kekayaan budaya nusantara. berupa qolam bambu atau andam. “Kami Ustadz Midzhar biasanya memberi tugas biasanya memanfaatkan Gelagah (batang peserta didiknya untuk mencari ornamen rumput gajah) sebagai qolamul khat,” khas lokal yang nantinya akan dipadukan ujarnya. “Untuk tintanya, kami biasanya dengan khat kaligrafi murni atau kaligrafi menggunakan tinta China,” tambahnya. karakter. “Ornamen itu biasa mereka daMereka memilih alat tradisional ini, patkan dari selendang, motif kebaya, jarik karena peralatan buat pabrik harganya jauh lebih mahal. “Dengan kondisi ekonomi siswa yang pas-pasan, kami kira alat tradisional menjadi solusi terbaik. Yang terpenting, bagaimana dari alat sederhana itu bisa menghasilkan karya yang sensasional,” tukas pria yang kerap ditunjuk sebagai Dewan Hakim MTQ ini. Selain menekuni beragam macam khat aliran kaligrafi murni mulai khat Naskhi, Tsuluts, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Ijazah, dan Kufi, para siswa juga mempelajari aliran kaligrafi kontemporer ekspresionis dan berkarakter, serta kaligrafi Para siswa berlatih di Lab. Kaligrafi dengan menggunakan alat tradisional Kolase (gunting dan tempel). Bagi siswa yang kesulitan menulis milik ibunya, ukiran kayu, dan juga sarung percetakan sudah mulai marak. “Insya sesuai kaidah kaligrafi murni, langsung maupun contoh ornamen melalui inter- Allah tahun ajaran ini sudah mulai bisa bisa memilih ke aliran kontemporer ber- net,” papar pemilik Sanggar Pesantren diberikan,” tutur suami Nur Hamida ini. karakter. “Dalam aliran Kaligrafi Kon- Kaligrafi Al Qalam ini. “Kami juga berharap, ke depannya kami temporer berkarakter, ada huruf yang Meski masih sekolah, nyatanya bisa memiliki asrama sehingga pembinaan bentuknya gemuk, kurus, seperti tali, ka- karya mereka laiknya karya para Kaligrafer karakter dan kewirausahaan, khususnya rakter mendung maupun air,” paparnya. profesional. “Bahkan ada yang bilang di bidang kaligrafi ini bisa lebih intensif,” “Jadi anak menjadi enjoy dan bisa memilih karya mereka layak jual,” ujarnya bangga. tambah ayah empat anak ini penuh hasesuai yang diingininya,” tandas penulis Sebagai bentuk apresiasi madrasah, pu- rap. Dedy Kurniawan
MPA 324 / September 2013
02 LAYOUT B - HAL 26 - 43 - SEPT 2013.pmd 43
8/29/2013, 11:31 PM
43