tologi puisi, baik tunggal maupun ... dan sosialisasi puisi di Indonesia ber- ....
program Studi Ilmu Agama Islam melalui beasiswa S2 untuk Guru Madrasah MTs
/.
Bandit Organisasi (BO), Barisan Tani In- donesia (BTI), Gerakan Wanita
Indonesia ...... Tikus berdasi yang mendebatkan. Hingga lilin menari di atas kaca.
MANFAAT EMAIL DAN SITUS WEB. Oleh : KABAG TU KANWIL KEMENAG
JATIM. Drs. H. HARTOYO, M.Si. Page 2. APA YANG DIMAKSUD DENGAN E-.
Seni Kaligrafi Islami, maka itu hanya ada di MA Al Asyhar Gresik. Seni Rupa bi-
dang Kaligrafi Islami, memang telah resmi masuk dalam kurikulum madrasah ini.
daur ulang. Sementara pada tingkatan. RA yaitu paduan suara asmaul hus- na,
parade rebana, kolase daur ulang, dan deklamasi terjemahan al-Qur'an.
sung menindaklanjutinya. Pada bulan. Januari 2013 dilakukanlah sosialisasi
kurikulum baru itu ke semua jenjang pendidikan; mulai dari MI, MTs hing- ga MA.
PUISI UNTUK AYAH. Untuk Ayah yang duduk di atas ... Separuh harta untuk
teknologi. Internet memang teknologi canggih terkini. Namun bukan sarana lupa.
AKU BUKAN KARTINI…
Aku bukan Kartini... Tapi aku punya nyali merobek lembar-lembar kebodohan Membuka tabir penyelimut huruf-huruf kecerdasan Membiasakan jari-jari terampil berpenghasilan Aku bukan Kartini... Tapi aku tahu diri... jika korupsi berhias indah Dengan janji lembaran rupiah Tanpa peduli jeritan si miskin... si sakit... si yatim… Yang menghiba memohon pandangan kasih sayang Ah... malu rasanya... ini ada di masa Emansipasi Wanita Aku bukan kartini... Yang berbusana dengan konde di kepala Jarit dan kebaya balutan raganya Tapi...aku tak lupakan budaya Budaya….???? Takut jika anak cucuku bodoh Takut jika anak gadisnya bangga dengan telanjang raga Takut jika remaja putranya lena dengan gelas mabuknya Takut jika Al Qur’an tak lagi hiasi keluarga Yah… Aku akan jadi Kartini modern seutuhnya SM. Diana Pontren Al hayatul Islamiyah Jl. KH. Malik dalam no 1 RT. 1 RW. 4 Kedungkandang Kota Malang
ORANG PINGGIRAN
Tuna wisma Dengan tubuh tinggal tulang dibalut kulit Menapak jalan tak berujung Menelusuri sudut- sudut kota Mencari upah penyambung nyawa Mereka menapakkan kaki perlahan Langkah makin lemah berayun lesu Tubuh bermandikan keringat Derita siang belum jua usai Deru angin panas kota Membakar raga dan derita menusuk jiwa Dengan kaki tak beralas Berjalan di aspal beruap Menggumpulkan botol-botol tak bertuan Usaha menyambung nafas kebahagiaan Ketika senja hampir sirna Mereka melepas lelah dalam derita Di kelam kesunyian malam Langit berhias bulan bintang Sebagai atap pinggir jalan Kardus coklat perangkai mimpi Menantang maut tuk berbaring Hidup dan mati nafas setipis ari Dalam derita rakyat jelata
62
MPA 319 / April 2013
Tikus berdasi tersenyum dan tertawa Membutakan mata dalam sengsara Tikus berdasi berslimut sombong dan angku Dengar, dengar, dengarlah suara jerit tangis mereka Jangan kau buat mereka abadi dalam derita Karena kekuasaanmu dan keegoisanmu Mereka hanya manusia biasa Ingin hidup bahagia bukan menderita Muhammad Rifdi Siswa MAN 6 Jombang Kepuhdoko Jalan PP. Darul Ulum No 97 Kepuhdoko Tembelang Jombang kode pos 61452 Telp. 0321883777
LIHATLAH DERITANYA
Mendung kelabu di atas sana seakan kabarkan duka Tertutup sudah cahaya yang menerangi, risaulah hati Terlihat jelas di mata derita mereka Menampar hati nurani setiap manusia Aku hanya bisa memandang Aku cuma bisa bernyanyi, sambil gulirkan doa, Semoga derita reda Lihatlah kawan derita menampar mereka Dengar jeritan dan tangis bayi di sana Tuhan, tolonglah ringankan beban mereka Hanya Engkau yang kuasa atas segala bencana Mungkinkah ini sudah pertanda bahwa dunia semakin tua Ataukah memang ulah kita yang salah, selalu serakah Kapankah bencana ini akan berhenti Apakah setiap peristiwa diambil hikmahnya Wahai kau yang duduk di sana Apa kiranya yang ada di benakmu sampai kapankah begini Belum tuntas tiba yang lainnya Ali Shodikin Jl. Masjid ALHUDA RT4 RW2 Pulungan Tumpang Malang 65156
PUISI UNTUK AYAH
Untuk Ayah yang duduk di atas kursi yang tinggi itu Ayah, lihatkah ananda di bawah sini? Duduk bersanding dengan kawan yang sama Menantang matahari Di atas sawah dan di bawah jembatan yang duka Ayah… Ayah lihat kah dari atas sana? Bocah mungil yang menangis kecil Bibirnya mengecap luka Matanya nyalang mencari ayah bunda Yang tak mungkin lagi tuk bersua
AYAH…
Ayah kan dapat rasakan? Guru-guru kami yang datang setiap hari Berbagi ilmu sepenuh hati Tapi tak mampu cukupi Makan siang anak dan istri Ayah yang menjadi ayah kami Ayah bangsa kemarin dan kini Tolong dengar Lirih bisik cerita kami dari bawah sini Cerita tentang ujung Sabang hingga pangkal Merauke Tentang cita adik-adik kami Yang ingin menjadi seperti Ayah yang masih duduk di kursi tinggi-tinggi Cholilatun Nabilah Siswi Kelas XI Bahasa MAN Kediri II Kota Kediri Jl. Sunan Ampel, Ngronggo, Kota Kediri, Kode Pos 64127
SANTRI INTERNET
Kini Degradasi moral mewabah santri Banyak jiwa yang lupa diri Terinfeksi virus teknologi Separuh raga untuk mengaji Separuh harta untuk teknologi Internet memang teknologi canggih terkini Namun bukan sarana lupa sebagai pribadi santri Marilah pengikut kyai Jembatan taubah senantiasa menanti ke hadirat robbul izzati Dina Ila Rahmatika MTsN Tambakberas Jombang